bab ii tinjauan pustaka 2.1 batik 2.1.1 pengertian batikrepository.ump.ac.id/8821/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/1.jpg)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batik
2.1.1 Pengertian Batik
Batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan teknik rintang warna.
Bahan perintang yang digunakan adalah malam (lilin). Berdasarkan ragam
hiasnya, batik dikategorikan menjadi batik tulis dan batik cap. Batik tulis jika
pembuatan ragam hias dilakukan dengan menggunakan canting, sedangkan batik
cap jika pembuatan ragam hias dilakukan dengan menggunakan alat cap. Alat
utama yang digunakan dalam proses pembuatan batik yaitu kompor, wajan kecil,
canting, malam, kain, bahan pewarna, bak plastik, dan panci (Gratha, 2012). Alat
yang digunakan dalam proses pembuatan batik cap adalah “canting cap” yang
biasanya terbuat dari tembaga, malam, kain dan bahan pewarna (Wanty, 2006).
2.1.2 Proses Pembuatan Batik
Pembuatan batik harus melalui beberapa tahapan. Menurut Kurniadi (1996)
tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Tahap perisiapan terbagi dari beberapa tahap, yaitu:
1) Pemotongan kain.
2) Mencuci kain atau ngirah.
3) Menganji mori atau ngloyor.
4) Ngempleng.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/2.jpg)
7
b. Tahap pelekatan atau pemberian lilin batik
Kurniadi (1996) mengungkapkan bahwa agar bagian-bagian tertentu tidak
terkena warna, maka diperlukan perintang terhadap warna, yaitu dengan cara
pemberian lilin batik. Pemberian lilin batik dapat dilakukan bertahap, yaitu tahap
awal ngrengreng sampai tahap akhir sebelum dilorod.
c. Tahap pewarnaan batik
Secara umum berdasarkan sumber asalnya zat pewarna dibagi menjadi dua,
yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis. Awalnya, zat pewarna batik
menggunakan zat warna alami. Namun, seiring peningkatan kebutuhan dan
kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintesis untuk tekstil, maka
semakin terkikislah penggunaan zat warna alami. Selain itu, adapula zat pewarna
sintetis lainnya yang berfungsi sebagai zat pembantu dalam proses pewarnaan
batik diantaranya causatic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam
chloride, asam sulfat, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang.
Teknik pewarnaan batik yang sering digunakan adalah pewarnaan dingin,
sehingga tidak semua jenis warna dapat digunakan. Pewarna sintesis yang umum
digunakan adalah jenis naftol, indigosol, remazol, dan Procion. Bahan pewarna
alam merupakan bahan pewarna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti akar
mengkudu (Morinda citrifolia), mangga (Mangifera indica), daun indigo/ nila
(Indigofera tinctoria), kayu tingi (Ceriops tagal), dan lain-lain. Masing-masing
pewarna memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Gratha, 2012).
Menurut Sewan & Susanto (1980) ada beberapa macam cara pewarnaan
pada pembuatan kain batik, antara lain adalah:
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/3.jpg)
8
1) Medel-medel
Cara pewarnaan dengan menggunakan teknik medel-medel adalah dengan
memberikan warna biru tua pada kain setelah kain selesai dicanting. Untuk kain
sogan kerokan maka medel adalah warna pertama yang diberikan pada kain.
Medel ini dilakukan dengan cara dicelup.
2) Celupan warna dasar
Tujuan pemberian warna dasar adalah agar warna dasar berikutnya tidak
berubah atau tidak tetumpangan warna lainya.
3) Menggadung
Menggadung adalah menyiram kain batik dengan larutan zat warna.
Caranya adalah kain dibentangkan pada papan atau meja kemudian disiram
dengan zat warna, dengan cara ini akan menghemat zat warna tetapi hasilnya
kurang merata.
4) Coletan atau dulitan pewarnaan
Coletan atau dulitan adalah memberi warna pada kain batik dengan zat
warna yang dikanvaskan atau dilukiskan dimana daerah yang diwarnai itu dibatasi
oleh garis-garis lilin, sehingga warna tidak meluas kedaerah yang lainya.
5) Menyoga
Menyoga adalah memberi warna pada kain batik. Menyoga kain batik ini
biasanya dilakukan pada akhir.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/4.jpg)
9
d. Tahap penghilangan lilin atau finishing
Penghilangan lilin atau malam batik dilakukan untuk mendapatkan corak
atau gambar pada kain agar terbuka atau tidak tertutup malam, dengan cara
sebagai berikut (Kurniadi, 1996) :
1) Menghilangkan sebagian lilin atau malam batik
Lilin atau malam batik yang terdapat pada kain dihilangkan dengan cara
“dikerok”, yaitu menggaruk lilin pada kain dengan menggunakan pisau atau palet.
2) Menghilangkan keseluruhan lilin atau malam batik
Cara untuk menghilangkan malam keseluruhan adalah dengan proses
perebusan kain atau disebut “nglorod”. Pada proses ini sebaiknya perebusan air
dalam keadaan mendidih dan ditambahkan ± 10 gram bubuk soda untuk 1 liter air.
2.2 Limbah Batik dan Dampak Bagi Lingkungan
2.2.1 Pengertian Limbah Batik
Dibalik semua keindahan batik yang penuh variasi warna, tersimpan satu
masalah yang cukup membahayakan bagi lingkungan, yaitu limbah. Limbah
merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Limbah lebih dikenal sebagai sampah, yang
keberadaannya sering tidak dikehendaki dan mengganggu lingkungan, karena
dipandang tidak memiliki nilai ekonomis (Arief, 2016) .
Limbah batik termasuk limbah cair karena bentuknya yang berupa cairan.
Limbah cair mempunyai efek negatif bagi lingkungan karena mengandung zat-zat
beracun yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk
hidup yang terdapat di dalamnya (Sutapa, 1999). Program pengendalian dan
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/5.jpg)
10
penanggulangan pencemaran perlu dibuat, sebab limbah dalam jumlah besar atau
sedikit dalam jangka waktu panjang atau pendek akan menyebabkan perubahan
lingkungan. Pengolahan limbah bertujuan untuk membuang benda atau senyawa
kimia atau non kimia berbahaya dan beracun (Arief, 2016).
2.2.2 Kandungan Limbah Batik
Umumnya, limbah cair industri batik dengan kandungan bahan organik
yang tinggi yang ditunjukkan oleh konsentrasi BOD (Biochemical Oxygen
Demand) berasal dari proses basah yang meliputi proses penghilangan kanji
(desizing), penggelantangan (bleaching), pelepasan wax (scouring), dan
pencelupan (dyeing). Prosesnya sangat kompleks dan kualitas air limbah yang
dihasilkan juga sangat bervariasi. Umumnya konsentrasi BOD 200 – 500 mg/l dan
konsentrasi SS (Suspended Solid) 50 – 400 mg/l (Said, 2017).
Air limbah umumnya mengandung zat padat tersuspensi serta mengandung
senyawa polutan zat organik maupun anorganik. Oleh karena itu, senyawa polutan
tersebut harus dihilangkan seminimal mungkin sampai standar yang
diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku
(Said, 2017).
Purnamasari (2001) menyatakan secara garis besar zat yang terkandung
dalam limbah cair batik adalah 99,9% air dan 0,1% padatan. Komponen kimia
yang terkandung dalam limbah cair batik yaitu zat warna (dye stuff), sisa
pewarnaan dan sisa pencucian.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/6.jpg)
11
Air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat
dan setiap waktu. Akan tetapi secara garis besar zat-zat yang terdapat dalam air
limbah cair batik dapat dikelompokkan seperti Gambar 2.1 (Sugiharto, 1987):
Gambar 2.1 Pengelompokkan bahan yang terkandung di dalam limbah
Kandungan limbah cair mengandung 90% air yang dihasilkan dari proses
pencucian dan 0,1% bahan padat yang dihasilkan dari proses pewarnaan
(Sugiharto, 1987). Senyawa organik dan anorganik yang dihasilkan dari bahan
padat dihasilkan dari proses pewarnaan yang terkandung pada zat pewarna
(Sugiharto, 1987).
2.2.3 Karakteristik Limbah Batik
Karakteristik limbah batik meliputi:
a. Karakteristik fisika yang terdiri atas : warna, bau, zat padat tersuspensi, dan
temperatur.
b. Karakteristik kimia yang terdiri atas bahan organik, anorganik, fenol, sulfur,
pH, logam berat, senyawa racun (nitrit), dan gas.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/7.jpg)
12
Berdasarkan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh Peraturan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang limbah industri tekstil
adalah sebagai berikut pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Baku mutu air limbah cair industri tekstil
No. Parameter Kadar maks
1. Temperatur 38ºC
2. BOD 60 mg/L
3. COD 150 mg/L
4. TSS 50 mg/L
5. Fenol Total 0,5 mg/L
6. Khrom Total (Cr) 1,0 mg/L
7. Amoniak Total 8 mg/L
8. Sulfida 0,3 mg/L
9. Minyak dan Lemak 3,0 mg/L
10. pH 6 – 9
Sumber: www. Jatengprov.go.id
2.2.4 Parameter Pengujian Kandungan Limbah Batik
Parameter yang digunakan untuk mengetahui bahwa suatu perairan tercemar
dengan mengacu pada peraturan baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Suatu perairan dikatakan tercemar jika kandungan parameter
yang diuji melebihi kapasitas yang tercantum di baku mutu air. Parameter yang
digunakan untuk mengukur suatu perairan dikatakan tercemar berupa:
a. Temperatur
Air buangan mungkin mempunyai suhu lebih tinggi daripada air asalnya.
Kenaikan suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/8.jpg)
13
Sumber: (Fardiaz, 1992)
Gambar 2.2 Hubungan antara suhu dengan konsentrasi oksigen
terlarut di dalam air
Gambar 2.2 menunjukkan kurva hubungan antara suhu dengan konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air. Suhu yang relatif tinggi akan menurunkan jumlah
oksigen yang terlarut dalam air. Suhu air sungai atau air buangan yang relatif
tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air
lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Metcalf, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan
organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap
terdekomposisi. Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah
oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan
sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Berdasarkan
pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/9.jpg)
14
gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di
perairan.
Prinsip pengukuran BOD cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan
oksigen terlarut awal (DO0) dari sampel segera setelah pengambilan contoh,
kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah
diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20°C) yang sering
disebut dengan DO5. Selisih DO0 dan DO5 (DO0 - DO5) merupakan nilai BOD
yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen
dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (Metode Winkler, iodometri)
atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan
probe khusus. Prinsipnya pengukuran dilakukan dalam kondisi gelap, agar tidak
terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap
selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh
mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen
yang masih tersisa disebut sebagai DO5. Hal yang harus diperhatikan dalam
pengukuran BOD adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada
pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD
tidak dapat ditentukan (Haryadi, 2004).
Pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat kondisi
sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan diperlukan
penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri.
Pengenceran dan aerasi diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen pada hari
kelima. Analisis BOD memerlukan waktu karena melibatkan mikroorganisme
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/10.jpg)
15
(bakteri) sebagai pengurai bahan organik. Penguraian bahan organik melalui
proses oksidasi biokimia memakan waktu yang lambat. Oksidasi bahan organik
karbon mencapai 95 – 99% dalam waktu 20 hari, dan dalam waktu 5 hari sekitar
60 – 70% bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf & Eddy, 1991). Lima hari
inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Temperatur 20°C
yang digunakan dalam proses inkubasi juga merupakan temperatur standar.
Temperatur 20°C adalah nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di
daerah beriklim sedang (Metcalf & Eddy, 1991). Daerah tropik seperti Indonesia,
bisa jadi temperatur inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur perairan tropik
umumnya berkisar antara 25 – 30°C, dengan temperatur inkubasi yang relatif
lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak
optimal sebagaimana yang diharapkan.
c. COD (ChemicalOxygen Demand)
COD (ChemicalOxygen Demand) merupakan salah satu parameter indikator
penting untuk pencemar didalam air yang disebabkan oleh limbah organik.
Keadaan COD di dalam lingkungan sangat ditentukan oleh limbah organik.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) yang
didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organik yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O. Hampir semua zat (sekitar
85%) dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam suasana asam (Fardiaz,
1992).
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/11.jpg)
16
Secara umum konsentrasi COD yang tinggi dalam air menunjukan adanya
bahan pencemar organik dalam jumlah banyak. Angka COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
di dalam air (Alaerts, 1984). Uji COD digunakan untuk menghitung kadar bahan
organik yang dapat dioksidasi dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator
kuat dalam media asam.
Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat pada air limbah, seperti
sulfida dan fenol kebal terhadap degradasi biologis dan ada beberapa diantaranya
yang beracun meskipun pada konsentrasi yang rendah. Bahan yang tidak dapat
didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara kimiawi melalui
proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi tersebut
dikenal dengan Chemical Oxygen Demand (COD) (Cheremisionoff & Elizabeth,
1981).
Batas baku mutu air limbah maksimal untuk nilai COD sesuai peraturan
pemerintah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 adalah 150 mg/L. Nilai
COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD (Effendi, 2003).
Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap limbah
organik seimbang dengan jumlah Kalium Bichromat yang digunakan pada reaksi
oksidasi. Semakin banyak Kalium Bichromat yang digunakan pada reaksi
oksidasi, berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan. Uji COD pada
umumnya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dibandingkan
dengan uji BOD, karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/12.jpg)
17
mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD dan menggambarkan total
material organik secara keseluruhan.
d. TSS (Total Suspended Solid)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2
µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan
pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS
terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008).
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen,
dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan &
Edward, 2003). TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan.
Menurut Alabaster & Lloyd (1982) padatan tersuspensi bisa bersifat toksik bila
dioksidasi berlebih oleh organisme, sehingga dapat menurunkan konsentrasi
oksigen terlarut sampai dapat menyebabkan kematian pada makhluk hidup.
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dari saluran sungai. TSS ini
menjadi ukuran penting erosi di alur sungai. Baku mutu air berdasarkan peraturan
pemerintah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, batas ambang TSS
maksimal 50 mg/L.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/13.jpg)
18
e. Fenol Total
Limbah cair mengandung bahan organik dan bahan berbahaya seperti fenol.
Kehadiran fenol pada badan air memiliki efek serius terhadap kehidupan
mikroorganisme meskipun pada konsentrasi yang relatif rendah (Ariyani, 2011).
Limbah fenol tergolong limbah berbahaya, bersifat racun dan korosif.
Apabila mencemari perairan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, serta pada
nilai konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian organisme di perairan
tersebut. Fenol adalah bahan toksik yang bisa menghambat proses degradasi
biologi oleh mikroba tertentu. Tetapi fenol dapat juga terdegradasi pada kondisi
aerobik oleh bakteri methanogenesis. Toleransi maksimal kandungan fenol untuk
air limbah industri adalah 0,5 mg/L (Metcalf, 2004).
f. Khrom Total (Cr)
Keadaan oksidasi kromium yang paling stabil di lingkungan adalah Cr+3
dan
Cr+6
. Kromium dalam bentuk heksavalen (Cr+6
) sangat mudah larut dalam air,
bersifat toksik dan karsinogen. Proses kimia didalam air yaitu proses
pengkompleksan pada reaksi redoks. Reaksi ini dapat mengakibatkan terjadinya
pengendapan atau sedimentasi logam kromium (Cr) di dasar perairan.
Proses kimiawi yang berlangsung mengakibatkan terjadinya peristiwa
reduksi dari senyawa kromium heksavalen menjadi kromium trivalent (Cr3+
) yang
kurang beracun dengan reaksi (Anonim, 2017) :
CrO42-
+ 8H+ + 3 e → Cr
3+ + 4 H2O
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/14.jpg)
19
Kromium dapat masuk ke dalam perairan melalui dua cara, yaitu secara
alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral.
Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan dampak
atau efek dari aktivitas manusia. Sumber-sumber kromium non alamiah
diantaranya adalah hasil pembuangan limbah cair batik (Anonim, 2017).
Pengujian kromium dalam perairan mengacu pada metode Hach
menggunakan alat Spektrofotometer UV VIS. Kadar maksimum kromium yang
diperbolehkan dalam perairan sebesar 0.05 mg/L (Anonim, 2017) .
g. Amoniak Total
Amoniak (NH3) merupakan senyawa organik penting di perairan.
Keberadaan amoniak dalam bentuk NH3 merupakan senyawa yang bersifat racun
bagi organisme. Amoniak secara umum berasal dari hasil ekskresi organisme
maupun timbunan bahan organik di perairan (Effendi, 2003).
Amoniak berasal dari nitrogen organik yang diuraikan oleh organisme
heterotrop, yaitu organisme yang membutuhkan nutrientnya dalam bentuk
senyawa organik tersebut. Nitrogen organik berasal dari beberapa sumber antara
lain limbah domestik yang termasuk didalamnya sampah, kotoran manusia dan
binatang, dan berasal dari limbah industri dan dapat pula berasal dari air alam
yang terpapar oleh sisa tumbuhan (Huheey, 1993).
Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksik bagi kehidupan perairan.
Konsentrasi tersebut tergantung dari pH dan temperatur yang mempengaruhi air.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/15.jpg)
20
Nitrogen amonia berada dalam air sebagai ammonium (NH4+) berdasarkan reaksi
kesetimbangan:
NH3 + H2O NH4++ OH
-
Kadar amoniak bebas dalam air meningkat sejalan dengan meningkatnya pH
dan temperatur (Housecroft, 2005). Batas maksimal amoniak sesuai peraturan
baku mutu air limbah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012, sebesar 8
mg/L.
h. Sulfida
Zat organik di dalam peraiaran dapat mengalami pembusukan dan akan
menimbulkan bau hasil penguraian zat organik dan senyawa lainnya seperti
sulfida. Menurut Margareth (2009), sulfida dalam air limbah berasal dari
pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S) yang diproduksi oleh
mikroorganisme pembusuk dari zat-zat organik bersifat racun terhadap ganggang
dan mikroorganisme lainnya. Hasil pembusukan zat-zat organik tersebut
menimbulkan pencemaran udara dan bau. Selain itu, sulfida bersifat korosif dalam
bentuk hidrogen sulfida yang menyebabkan masalah di lingkungan (Vaiopoulou,
2005). Batas maksimal sulfida sesuai peraturan baku mutu air limbah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, sebesar 0,3 mg/L.
i. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan salah satu senyawa yang dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran di suatu perairan sehingga konsentrasinya harus dibatasi.
Minyak mempunyai berat jenis lebih kecil dari air sehingga akan membentuk
lapisan tipis di permukaan air. Kondisi ini dapat mengurangi konsentrasi oksigen
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/16.jpg)
21
terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Minyak yang
menutupi permukaan air juga akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam
air sehingga mengganggu ketidakseimbangan rantai makanan. Minyak dan lemak
merupakan bahan organik bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri (Andreozzi,
2000).
Batas mutu yang mengatur batasan maksimal konsentrasi minyak dan lemak
yang diperbolehkan untuk air limbah salah satunya berdasarkan ketetapan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012, yaitu maksimal
sebesar 3 mg/L.
j. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaannya yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan
sebagai aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Nilai pH air yang normal adalah
sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi,
misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.
2.2.5 Dampak Limbah Batik Bagi Lingkungan
Pengrajin batik banyak yang tidak memperhatikan limbah buangan sisa
pencelupan dan pewarnaan yang dapat mencemari lingkungan karena kebanyakan
hanya dibuang ke saluran air yang akhirnya bermuara di sungai. Prosesnya, baik
industri batik skala kecil maupun besar menghasilkan limbah cair yang berasal
dari pewarnaan. Limbah ini mengandung bahan-bahan pewarna yang sulit larut
dan sulit didegradasi, hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan perairan
disekitar industri batik tersebut (Ghaisani, 2015).
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/17.jpg)
22
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No. 02/MENKLH/I/1988 pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air atau udara dan
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air atau udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan kapasitasnya (Arief, 2016).
Pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
perkembangan industri tersebut perlu dilakukan, yaitu dengan menetapkan baku
mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah
cair, dan sebagainya. Mutu air ditentukan antara lain oleh beberapa sifat fisik air
seperti suhu, warna, kekeruhan air dan Total Dissolved Solid (TDS); taraf
keudaraan di dalam air yang diidentifikasi lewat beberapa sifat antara lain
Dissolved Oxygen (DO) dan Chemical Oxygen Demand (COD); taraf kehidupan
mikroba air berupa Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan juga atas dasar
kandungan beberapa logam berat seperti As, Hg, Cr, Pb.
Walaupun tidak dipungkiri bahwa industri batik membawa keuntungan yang
sangat besar bagi pelaku industrinya dan menghasilkan kesejahteraan bagi para
pelaku bisnisnya, tapi sebaiknya harus mematuhi standar mutu air limbah yang
ditetapkan tiap pemerintah daerah kota masing-masing.
2.3 Teknik Pengolahan Limbah
Ditinjau dari prosesnya pengolahan air limbah dapat dikelompokkan
menjadi proses pengolahan secara fisika, proses secara kimia, proses secara fisika-
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/18.jpg)
23
kimia, dan proses secara biologis. Penerapan masing-masing metode tergantung
pada kualitas air dan fasilitas yang tersedia (Said, 2017).
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan koagulasi, flokulasi, dan
netralisasi. Proses koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan penambahan
koagulan dan flokulan untuk menstabilkan partikel-partikel koloid dan padatan
tersuspensi membentuk gumpalan yang dapat mengendap oleh gravitasi
(Yuliasari, 2011).
Pengolahan secara fisika dilakukan dengan cara adsorpsi, filtrasi dan
sedimentasi. Adsorpsi dilakukan dengan penambahan adsorban karbon aktif atau
sejenisnya. Filtrasi merupakan proses pemisahan padat-cair melalui suatu alat
penyaring (filter). Sedimentasi merupakan proses pemisahan padat-cair dengan
cara mengendapkan partikel tersuspensi dengan adanya gaya gravitasi
(Sakkayawong, 2005).
Pengolahan secara fisika-kimia merupakan gabungan proses pengolahan
secara fisika dan proses kimia. Proses pengolahan secara fisika-kimia seperti
koagulasi-flokulasi, microscreening, filtrasi, oksidasi kimia, adsorpsi dengan
menggunakan karbon aktif, serta proses fisika kimia lainnya (Said, 2017).
Pengolahan limbah secara biologis adalah pemanfaatan aktivitas
mikroorganisme menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam air
limbah. Metode biologi digunakan sebagai metode alternatif yang dianggap lebih
menguntungkan karena lebih murah, ramah lingkungan dan tidak menghasilkan
limbah tambahan berupa sedimentasi lumpur dalam jumlah besar. Perlakuan
secara biologi salah satunya dengan menggunakan teknik bioremidiasi.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/19.jpg)
24
Bioremidiasi merupakan teknik memperbaiki lingkungan melalui suatu proses
yang memanfaatkan keberadaan organisme di alam untuk mentransformasikan
substansi-substansi organik menjadi hasil samping yang tidak toksik (Epa, 2000).
Bioremediasi diartikan sebagai proses pendegredasian bahan organik
menggunakan agen hayati menjadi senyawa lain seperti CO2, metan dan air (Dewi
& Dwiputranto, 2012).
Sistem biologi yang banyak digunakan yaitu untuk memanfaatkan aktivitas
organisme untuk menghancurkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah menjadi
bahan yang mudah dipisahkan atau memberi efek pencemaran rendah. Organisme
yang biasa digunakan adalah bakteri dan jamur. Penggunaan bakteri dalam
pengelolaan limbah cair secara efisien dapat menyerap logam-logam berat dan
radionuklida dari lingkungannya. Selain memiliki kelebihan, penggunaan bakteri
dalam pengelolaan limbah cair batik juga memiliki kekurangan yaitu menurut
Sani & Banerjee (1999) semakin tinggi konsentrasi azo maka daya
pendekolorisasian warna oleh bakteri semakin rendah. Selain itu menurut
Robinson (2001) bahwa penggunaan bakteri tidak memungkinkan untuk
mengolah limbah tekstil dalam volume besar sebab pertambahan biomassa dari
bakteri relatif rendah .
Tujuan bioremediasi adalah untuk meminimalisasi kontaminan, yaitu
mengubah senyawa kimia berbahaya menjadi kurang berbahaya seperti karbon
dioksida atau beberapa gas lain, senyawa organik, air, dan materi yang dibutuhkan
oleh mikroba pendegradasi. Saat bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang
diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/20.jpg)
25
struktur kimia polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara
menurunkan energi aktivasi yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu
reaksi. Proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik
menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik. Degradasi senyawa kimia
oleh mikroba lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk
mengurangi kadar bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui
suatu reaksi kimia yang cukup komplek dan akhirnya menjadi metabolit yang
tidak berbahaya misalnya mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak
berbahaya. Proses degradasinya mikroba menggunakan senyawa kimia untuk
pertumbuhan dan reproduksi melalui proses oksidase enzim sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan (Palar, 2012 ).
Teknologi bioremediasi dikenal dua cara untuk menstimulasi pertumbuhan
mikroba, yaitu dengan biostimulasi dan bioaugmentasi. Bioaugmentasi
merupakan penambahan mikroba yang sudah didapatkan dari hasil isolasi dan
sudah diperbanyak kemudian dikembalikan ke tempat asalnya melalui bioproses.
Biostimulasi adalah memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan mikroba yang
sudah ada di dalam tanah tercemar dengan cara memberikan lingkungan yang
diperlukan (Ghaisani, 2015).
2.4 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif
Teknik bioremidiasi yang biasanya dilakukan adalah dengan lumpur aktif.
Menurut Herlambang & Wahjono (1999), lumpur aktif (activated sludge) adalah
proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Sistem pengolahan lumpur aktif adalah
pengolahan dengan cara pembiakan bakteri aerobik dalam tangki aerasi yang
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/21.jpg)
26
bertujuan untuk penurunan organik karbon atau organik nitrogen (Sari, 2013).
Proses lumpur aktif (activated sludge) adalah gabungan flok (massa) yang
mengandung beberapa mikroba yang heterogen yang terdiri dari beberapa bakteri.
Umumnya lumpur aktif mempunyai komposisi 70% - 90% bahan organik dan
10% bahan anorganik.
Prinsip pengolahan limbah secara biologis teknik bioremidiasi
menggunakan metode lumpur aktif adalah dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme yang dapat merombak limbah organik komplek menjadi senyawa
organik sederhana. Proses tersebut pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik
yang mengoksidasi material organik menjadi CO2, H2O, NH4 dan sel biomassa
baru (Sari, 2013).
Lumpur aktif sendiri dapat dibuat dengan cara memberikan aerasi ke suatu
limbah cair dan diberikan tambahan nutrient berupa sumber C, N, P sebagai bahan
baku dan energi untuk pertumbuhan sel (Benefield, 1980).
Berdasarkan hasil penelitian Ardhy & Yuniarti (2012) metode lumpur aktif
tersebut terbukti efisien dan cukup potensial, karena mampu menurunkan nilai
COD mencapai 76 – 80 %, mendegradasi bahan organik terlarut, memetabolisme
dan memecah zat pencemar serta menghilangkan ammonia, posphat dan logam
berat hingga 99%, sehingga sistem pengolahan limbah dengan lumpur aktif adalah
sistem yang paling banyak digunakan dalam pengolahan limbah cair.
Adanya oksigen di dalam air limbah menyebabkan polutan organik akan
diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam air limbah dan diubah menjadi
biomassa atau flok biologis yang disebut lumpur aktif. Campuran air limbah dan
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/22.jpg)
27
biomassa di dalam bak aerasi umumnya dikenal sebagai mixed liquor suspensed
solid (MLSS). Proses lumpur aktif sebagian besar polutan organik yang ada di
dalam influen air limbah akan diuraikan secara biologis dan sebagian secara kimia
di dalam bak aerasi. Efisiensi penghilangan dipengaruhi oleh beberapa faktor
berbeda seperti waktu tinggal hidrolik ( hydraulic residence time, HRT) di dalam
bak aerasi, dan faktor beban influen seperti konsentrasi zat organik (BOD, COD),
konsentrasi amoniak, suplai udara atau oksigen, pengaruh suhu dan lainnya.
Dibandingkan sistem biologis lain, sistem lumpur aktif memiliki keunggulan
berikut (Said, 2017) :
a. Kualitas hasil olahan terutama pH dan kandungan oksigen lebih bagus.
b. Kebutuhan lahan untuk IPAL relatif kecil.
c. Cocok untuk kandungan polutan organik (BOD, COD) yang tidak terlalu tinggi
(di bawah 3000 mg/l).
d. Konsentrasi BOD pada air hasil olahan dapat mencapai lebih rendah dari 25
mg/l.
2.5 Bakteri Indigenous
2.5.1 Pengertian Bakteri Indigenous
Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang aman terhadap lingkungan
adalah menggunakan bakteri yang berpotensi pengurai. Teknologi pengolahan ini
biayanya lebih murah daripada menggunakan zat kimia maupun fisika (Droste,
1997). Secara alamiah untuk memperoleh bakteri yang berpotensi sebagai
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/23.jpg)
28
pengurai dapat dilakukan dengan mengisolasi limbah itu sendiri (bakteri indigen),
kemudian dikultur secara murni di laboratorium secara in vitro (Labeda, 1990).
Bakteri indigenous merupakan bakteri lokal yang dijumpai di lingkungan
tertentu. Bakteri Indigenous juga terdapat dalam air limbah. Pada perairan yang
tercemar limbah bakteri indigenous diambil melalui lumpur sungai atau dengan
mengambil sampel air limbah yang tergenang. Penggunaan bakteri indigenous
dapat mengurai senyawa yang bersifat toksik yang terdapat pada air limbah.
2.5.2 Bakteri Indigenous Lumpur Aktif
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300
jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut berperan
dalam oksidasi material organik dan transformasi nutrient. Bakteri akan
menghasilkan polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi
biomassa. Genus yang umum dijumpai adalah Zooglea, Pseudomonas,
Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium,
Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter (Said, 2017).
Bagian dalam flok yang relatif besar membuat kondisi berkembangnya
bakteri anaerobik seperti metanogen. Kehadiran metanogen dapat dijelaskan
dengan pembentukan beberapa kantong anaerobik di dalam flok atau dengan
metanogen tertentu terhadap oksigen. Hal tersebut menyebabkan flok lumpur aktif
baik dan cocok digunakan untuk pembibitan mikroorganisme/ seeding bioreaktor
anerobik (Said, 2017).
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/24.jpg)
29
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standar adalah 108 CFU/ mg
lumpur. Beberapa contoh bakteri yang berasal dari lingkungan yang dijumpai
dalam lumpur aktif disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Contoh Bakteri yang Terdapat dalam Lumpur Aktif Standar
Genus- kelompok Persentasi dari total isolat
Comamonas- Pseudomonas 50
Alkaligenes 5,8
Pseudomonas (kelompok Florescent) 1,9
Paracoccus 11,5
Unidentified (gram negative rods) 1,9
Aeromonas 1,9
Flavobacterium- Cytophaga 13,5
Bacillus 1,9
Micrococcus 1,9
Coryneform 5,8
Arthrobacter 1,9
Aureobacterium-Microbacterium 1,9
Sumber: Said (2017).
2.5.3 Peran Bakteri Indigenous dalam Penurunan Bahan Pencemar
Keberadaan bakteri dilingkungan umumnya dapat mempercepat proses
degradasi zat pencemar menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri mampu
memecah senyawa komplek yang berbahaya bagi lingkungan menjadi senyawa
yang lebih sederhana yang ramah lingkungan (Isa, 2013).
Proses biodegradasi oleh bakteri indigen dilakukan melalui reaksi enzimatis
yang diekskresi ke luar sel yang dapat mengurai limbah. Bakteri pengurai dalam
metabolismenya menghasilkan enzim. Enzim-Enzim yang diproduksi bakteri
berupa hidrolitik ekstraseluler, yaitu enzim yang diekskresi ke luar sel dan dapat
mengurai substrat tertentu. Enzim mempunyai kemampuan untuk mempercepat
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/25.jpg)
30
reaksi kimia tanpa ikut terkonsumsi atau berubah setelah reaksi selesai (Madigan,
2003).
Senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam air limbah merupakan
sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri akan mengurai senyawa tersebut menjadi
lebih sederhana dan stabil sehingga kadar zat pencemar yang terkandung dalam
air limbah menjadi turun (Epa, 2000). Proses degradasi bahan organik tersebut
secara prinsip merupakan proses aerobik, yaitu senyawa organik dioksidasi
menjadi CO2, H2O, NH4 dan biomasa baru. Aktivitas bakteri asam memungkinkan
terjadi kenaikan pH karena NH4+ akan berikatan dengan air sehingga terbentuk
NH4OH yang bersifat basa dengan reaksi sebagai berikut :
Enzim bakteri asam:
C6H8O7 NH4+ + H2O
(asam sitrat)
Setiap lingkungan dengan kondisi atau karakter yang dimilikinya memiliki
mikroorganisme normal yang hidup indigen, hal tersebut menyatakan bahwa
bakteri indigen benar ada di lingkungan.
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019
![Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batik 2.1.1 Pengertian Batikrepository.ump.ac.id/8821/3/BAB II.pdf · 2019. 7. 22. · merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022012002/608f5476b16af2183a22d453/html5/thumbnails/26.jpg)
31
2.6 Kerangka Teori
Batik
Limbah cair batik
Dampak
Positif Negatif
Kesejahteraan Pencemaran air
Teknik pengelolaan limbah secara biologis
Bioremidiasi
Teknik lumpur aktif
Konsorsium bakteri indigenous
Penurunan zat pencemar (kandungan bahan organik)
Studi Penurunan Bahan... Amalia Michelia Alba, FKIP UMP, 2019