bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.2 ciri- -...

30
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desinfektan Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya dan biasa digunakan pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996). 2.2 Ciri-ciri Desinfektan Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu : a. Aktivitas antimicrobial. Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam mikroorganisme. b. Kelarutan. Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif. c. Stabilitas. Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobialnya d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup. Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme dan tidak berbahaya bagi manusia ataupun hewan lain. Universitas Sumatera Utara

Upload: ngodan

Post on 03-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desinfektan

Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya dan biasa digunakan

pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996).

2.2 Ciri-ciri Desinfektan

Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu :

a. Aktivitas antimicrobial.

Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam mikroorganisme.

b. Kelarutan.

Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai

pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.

c. Stabilitas.

Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama

harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat

antimikrobialnya

d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup.

Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme dan

tidak berbahaya bagi manusia ataupun hewan lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

9

e. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.

Sebaiknya desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya menimbulkan

bau sedap.

f. Berkemampuan sebagai detergen

Suatu desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga sebagai

pembersih.

g. Ketersediaan dan biaya

Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang

pantas.

h. Keserbasamaan (homogenity)

Dalam penyiapan komposisinya harus seragam.

i. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.

Aktifitas desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada

lingkungan untuk penggunaan senyawa yang bersangkutan.

j. Kemampuan untuk menembus.

Bila substansi dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobialnya

hanya terbatas pada siklus aplikasinya saja.

k. Tidak menimbulkan karat dan warna

Maksudnya suatu desinfektan diupayakan tidak menimbulkan warna atau

merusak kain.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

10

l. Tidak bergabung dengan bahan organik, karena apabila bergabung dengan

bahan organik, maka sebagian besar desinfektan tersebut akan menjadi

aktif. ( Pelcjar, 1986).

2.3 Pemilihan Bahan Desinfektan

Untuk mencapai tujuan yang maximal dalam pemilihan bahan desinfektan,

faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah:

a. Kosentrasi dan intensitas zat antimikrobial.

Makin tinggi konsentrasi atau makin besar intensitas yang diberikan maka

makin cepat sel – sel atau sasaran akan mati dan terbunuh.

b. Jumlah Mikroorganisme

Diperlukan waktu yang lama untuk membunuh populasi. Bila jumlah

selnya banyak maka perlakuan diberikan lebih lama supaya yakin bahwa

sel tersebut akan mati.

c. Suhu

Kenaikkan suhu dapat mempercepat atau menaikkan keefektifan suatu

desinfektan.

d. Spesies mikroorganisme.

Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda

terhadap tempat dan bahan kimia.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

11

e. Adanya bahan mikroorganisme lain

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia

dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut atau melindungi

mikroorganisme.

f. pH

Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi

pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu singkat dibandingkan

mikroorganisme yang sama di lingkungan pH basa.

g. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan

Desinfektan yang digunakan untuk perabotan yang terkontaminasi , maka

tidak boleh kontak langsung dengan kulit. ( Pelcjar, 1986 ).

2.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Aktivitas Desinfektan

1. Sifat bahan yang akan didesinfeksi

Permukaan benda yang paling mudah didesinfeksi adalah permukaan

benda yang sifatnya licin tanpa pori-pori dan mudah dibersihkan. Permukaan

yang berpori-pori sulit untuk didesinfeksi terutama bila mikroorganisme

terperangkap di dalam pori-pori tersebut bersamaan dengan bahan-bahan

organik.

2. Jumlah mikroorganisme yang terdapat pada benda yang akan didesinfeksi

Makin banyak jumlah mikroorganisme pada permukaan benda yang

akan didesinfeksi, makin panjang waktu pemaparan dengan desinfektan yang

dibutuhkan sebelum seluruh populasi mikroorganisme dapat dibunuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

12

3. Sifat mikroorganisme itu sendiri

Sifat mikroorganisme mempengaruhi daya tahannya terhadap

desinfektan. Yang paling tahan terhadap desinfektan adalah spora bakteri.

4. Jumlah bahan organik yang mencemari alat yang akan didesinfeksi.

Darah, lender atau feses yang mencemari alat/bahan yang akan

didesinfeksi memegang peranan penting dalam keberhasilan tindakan

desinfeksi, karena dengan adanya bahan organik tersebut, mikroorganisme

terlindung dari aktifitas desinfektan.

5. Jenis dan konsentrasi desinfektan yang digunakan.

Umumnya bila konsentrasi desinfektan dinaikkan, waktu pemaparan

makin pendek.

6. Lama dan suhu pemaparan

Secara umum, makin lama waktu pemaparan terhadap desinfektan,

makin besar daya bunuh kuman terjadi. Tetapi hal ini tidak berlaku terhadap

desinfektan tingkat rendah karena walau berapa lama pun pemaparan

dilakukan, hanya mampu membunuh mikroorganisme tertentu sesuai dengan

kemampuannya.

Makin tinggi suhu pemaparan, makin tinggi daya bunuh kuman dari desinfektan

tersebut (Depkes RI, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

13

2.5 Penggolongan Desinfektan

Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Harper &

Row, 1984) :

1. Senyawa halogen

Klor dan yodium merupakan dua unsur halogen yang dalam banyak hal telah

digunakan karena sifatnya yang anti mikroorganisme.

a. Yodium

Yodium telah digunakan secara luas untuk desinfeksi kulit dan bersifat

germisida terhadap hampir semua kuman pathogen, termasuk fungi

dan virus. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama.

Yodium mungkin pula digunakan untuk mendesinfeksi berbagai

barang peralatan dan untuk sanitasi instrumen tertentu.

b. Klor

Elemen berbentuk gas ini berkhasiat bakterisid kuat yang dalam

konsentrasi kecil dapat dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri,

spora, fungi, dan virus. Penggunaan utamanya adalah sebagai

desinfeksi lantai, air minum, dan kolam renang (Dwidjoseputro, 1978).

2. Senyawa Fenol

a. Fenol

Larutan fenol (2-4)% berguna sebagai desinfektan. Karbol merupakan

nama lain untuk fenol. Fenol juga digunakan sebagai standar untuk

pembanding dengan desinfektan lain (Dwidjoseputro, 1978).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

14

b. Kresol

Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol,

khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya

sama. Digunakan sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan,

misalnya lysol dan kreotin.

3. Zat-zat dengan aktifitas permukaan

a. Zat non ionogen

Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya

ringan.

b. Zat ionogen

Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif.

a) Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat).

Zat-zat ini memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram

positif, sedangkan terhadap kuman gram negative tidak aktif.

b) Zat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif

daripada terhadap kuman gram negative, tidak aktif terhadap

mycobacteriae, virus dan spora.

c. Sabun

Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak dan

memiliki khasiat bakteriostatis terhadap banyak kuman antara lain

Psedomonas, Proteus, dan Salmonella. Sabun sama sekali tidak aktif

terhadap E.coli dan Staphylococcus

.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

15

d. Basa ammonium kuarterne : Quats

Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat kecuali terhadap

basil TBC/lepra, terhadap spora dan virus kurang aktif. Daya kerjanya

lebih lambat daripada yodium dan etanol.

Quats sering sekali digunakan sebagai desinfektan kulit. Penggunaan

lainnya adalah sebagai desinfektan instrument ditambah dengan

natriumnitrit guna mencegah timbulnya karat dan antiseptikum pra

bedah.

4. Alkohol, Aldehida, dan Asam

a. Etanol

Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga

isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan

fungisid kuat, yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman

gram negatif dan gram positif, termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif

terhadap spora. Terhadap virus dibutuhkan konsentrasi yang relative

lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.

b. Formaldehid

Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid,

termasuk terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa

jam).

c. Asam asetat

Asam cuka berkhasiat bakterisid dan sangat aktif terhadap

Pseudomonas dan Hemofilus.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

16

5. Senyawa logam berat

a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.

b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap

staphylococci dan streptococci.

c. Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.

d. Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin

ini memiliki kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.

e. Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah

6. Oksidansia

a. Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah

dengan kerja singkat.

b. Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.

c. Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat

bakteriostatis.

d. Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans mulut.

7. Lain-lain

a. Belerang, elemen ini memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah.

b. Ichtammol, memiliki kerja bakteriostatis lemah, juga anti radang dan

anti gatal.

c. Balsam peru, berkhasiat bakteriostatis lemah.

d. Gentianviolet, berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram positif, dan

fungisid terhadap beberapa jamur pathogen.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

17

e. Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid,

fungisid, virusid dan juga sporosid.

f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram negatif,

protozoa dan ragi Cadinda albicans.

2.6 Mekanisme Kerja Desinfektan

Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut

(Tan & Kirana, 2002) :

1. Kerusakan pada dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya

atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.

2. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta

mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada

membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

matinya sel.

3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein

dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi

mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam

nukleat dapat merusak sel tanpa diperbaiki kembali.

4. Penghambatan kerja enzim

Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel

merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

18

kimia diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat

mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses

kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi

pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan

kerusakan total pada sel.

2.7 Penggunaan Desinfektan

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan

membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari

staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga

medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan

secara tepat.

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Golongan pertama

a) Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).

2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).

3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

19

2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung

tangan yang terkena darah.

3. Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit

4. fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot

seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah

dianggap memadai.

2. Golongan kedua

b) Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatitis B.

a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin

(Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat

(NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).

b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine

(Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.

2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).

3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.

2.8 Jenis – Jenis Desinfektan Yang Biasa Dipakai Di Rumah Sakit

a. Lysol mengandung bahan aktif lisol yang merupakan campuran kresol dan

sabun. Menurut Volk dan Wheeler ( 1989 ) lisol sangat efektif sebagai

bakterisid, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organik.

b. Germisep mengandung Sodium Dikloroisocyanurate (NaDCC)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

20

c. So klin lantai mengandung Benzalkonium Klorida 1,5%,

d. Rinso mengandung Natrium Alkilbenzena Sulfonat 22%, Natrium Fosfat

10% dan Natrium Karbonat 30%

e. Bayclin mengandung NaClO 5,25%

f. Karbol mengandung Pine Oil dan Creasylic Acid

g. Wipol mengandung bahan aktif minyak atsiri yaitu minyak cemara.

Menurut Lutony dan Rahmayati ( 2002 ), salah satu kegunaan minyak

atsiri yaitu pembunuh bakteri, sehingga dapat digunakan dalam

membersihkan lantai rumah sakit sebagai upaya mencegah infeksi

nosokomial.

2.9 Pengertian Pine Oil

2.9.1 Pine Oil

Pine Oil ( Minyak Pinus ) adalah fenolik disinfektan yang antiseptik. Pine Oil

relatif murah dan tersedia luas. Pine Oil efektif terhadap Brevibacterium

ammoniagenes , jamur Candida albicans , Enterobacter aerogenes , Escherichia

coli , Gram-negatif bakteri enterik , kuman rumah tangga, rumah tangga kuman

Gram-negatif seperti yang menyebabkan salmonellosis , herpes simplex tipe 1 dan

2, influenza tipe A , influenza Jenis virus A / Brazil, jenis virus influenza A2/Japan,

bakteri usus, Klebsiella pneumoniae, bakteri penyebab bau, jamur,

jamur, Pseudomonas aeruginosa , Salmonella choleraesuis , Salmonella

typhi , Salmonella typhosa , Serratia marcescens , Shigella sonnei , Staphylococcus

aureus , Streptococcus faecalis , Streptococcus pyogenes , dan Trichophyton

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

21

mentagrophytes . Ini akan membunuh agen penyebab tipus , gastroenteritis ( beberapa

agen ), rabies , demam enterik, kolera , beberapa bentuk meningitis , batuk

rejan , gonore dan beberapa jenis disentri. Hal ini tidak efektif terhadap spora terkait

illneses seperti tetanus atauantraks atau melawan virus non-menyelimuti seperti virus

polio , rhinovirus , hepatitis Batau hepatitis C.

( Des W. Connel, dkk, 1995 ).

2.9.2 Fungsi Pine Oil

1. Pembersih lantai sekaligus pembunuh kuman, bakteri maupun jamur,

tidak hanya cocok untuk di kamar mandi saja, tetapi untuk semua ruangan

dirumah, perkantoran, rumah sakit dll.

2. Mengatasi bau yang sangat membandel. ( Des W. Connel, dkk, 1995 ).

2.10 Turunan Benzena Pine Oil

( Des W. Connel, dkk, 1995 )

Gambar 1. Benzena

2.11 Creasylic Acid

Cresylic Acid secara kimiawi mirip dengan fenol. Creasylic Acid sangat larut

dalam fenol. Creasylic Acid merupakan asam lemah dan bereaksi dengan larutan

alkali untuk bentuk garam larut dalam air yang dikenal sebagai cresylates. Creasylic

Acid sangat sensitif terhadap oksidasi, berbagai hydroquinones, quinols, quinones,

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

22

siklik ke nada, Furan dan toluic eter bila terkena mengoksidasi agen. Oksidasi kuat

dapat memecah cincin fenolik. Hal ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang

dihasilkan.

Creasylic Acid Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol,

khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan

sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin.

Campuran Creasylic Acid digunakan sebagai disinfektan, pengawet dan pengawet

kayu. Creasylic Acid juga digunakan sebagai pelarut, disinfektan, dan kimia

menengah. Selain itu Creasylic Acid juga digunakan untuk memproduksi herbisida

tertentu, sebagai pendahulu kepada piretroid insektisida, untuk menghasilkan

antioksidan, dan untuk memproduksi bahan peleda.

2.12 Desinfeksi

Desinfeksi adalah suatu cara untuk mematikan bakteri vegetative, virus dan

jamur tetapi tidak mematikan spora. Bahan yang biasa digunakan sebagai desinfektan

ada yang berbentuk padat, cair dan butiran. ( Sanropie, 1989 ).

Proses desinfeksi dimulai dengan mengeluarkan alat/bahan yang tidak

dipergunakan di dalam ruang kemudian dilakukan pembersihan meliputi lantai,

dinding dan alat-alat yang terdapat di ruangan dengan menggunakan detergen / anti

septic. Di ruang bedah, setelah selesai pembersihan ruangan kemudian dilanjut

dengan proses fogging yaitu dengan cara pengabutan atau pengasapan dengan

menggunakan resiguard concentration ke seluruh ruangan. Kemudian ruangan siap

untuk disterilisasi dan ruangan ditutup rapat. (KepMenKes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

23

2.13 Rumah sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.986 Tahun

1992/MENKES/XI/1992, Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai

tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. ( Permenkes RI, 1992 ).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004,

Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

( Kepmenkes RI, 2004 ).

Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang

menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medic jangka pendek

dan jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi diagnostic terapetik dan

rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau

melahirkan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rumah

sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan umum

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang kepada orang yang menderita

sakit.

2.14 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki tugas untuk

menyembuhkan pasien dan pemulihan gangguan kesehatan badan dan jiwa yang

ditunjang dengan usaha pencegahan gangguan kesehatan. Dalam pelaksanaan tugas

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

24

tersebut, rumah sakit memiliki 3 ( tiga ) fungsi yang telah ditetapkan oleh WHO,

yaitu sebagai tempat pengobatan, perawatan dan penelitian yang terdiri dari beberapa

kegiatan seperti pelayanan dan penunjang medis, pelayanan kedokteran kehakiman,

pelayanan medis khusus, pelayanan rujukan kesehatan, pelayanan kedokteran gigi,

pelayanan social, pelayanan penyuluhan kesehatan, pelayanan darurat, pelayanan

administratif, pendidikan para medis, membantu pendidikan tenaga medis umum dan

spesialis. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan serta membantu

kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Fungsi rumah sakit dalam pelaksanaan tugas tersebut adalah :

a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang non medis

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

g. Menyelenggarakan administrasi dan keuangan. (Permenkes RI, 1992).

2.15 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang

sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan,

gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk

menghindari risiko dan gangguan tersebut, diperlukan upaya penyehatan lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

25

rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan yang diatur dalam Permenkes No.

986 /MENKES/XI/1992.

Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi :

1. Penyehatan bangunan dan ruangan termasuk

a. Pencahayaan

b. Ventilasi

c. Kebisingan

2. Penyehatan Makanan dan Minuman

3. Penyehatan air termasuk kualitasnya

4. Penanganan sampah dan limbah

5. Penyehatan serangga dan tikus

6. Sterilisasi / desinfektan

7. Perlindungan radiasi

8. Penyuluhan kesehatan lingkungan

2.16 Ruang rawat inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh

tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di

suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat.

Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang

sekaligus.( Surbakti, 2003 ).

Syarat ruang rawat inap adalah dinding terbuat dari tembok yang kokoh dan

dicat dengan cat yang tidak mudah luntur, berwarna terang, mempunyai lebar pintu

minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,5 m, lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

26

air, mudah dibersihkan, suhu diusahakan sekitar 22-240C dan kelembaban 50-60%,

pencahayaan saat tidak tidur 100-200 Lux, saat tidur minimal 50 Lux.

( Depkes RI, 1994 ).

2.17 Mikroorganisme

2.17.1 Pengertian Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat kecil,

sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan mikroskop.

(Pelcjar, 1988 ).

2.17.2 Mikroorganisme Patogen

Mikroorganisme yang terdapat di lingkungan ruang rawat inap terdiri atas

kuman patogen dan non patogen. jenis kuman yang dapat menyebabkan infeksi

adalah jenis kuman patogen. Jenis kuman Patogen itu sendiri adalah Staphylococcus,

Streptococcus, dan Clostridium. ( Wheeler, 1989 ).

Staphylococcus

Staphylococcus adalah parasit manusia yang terdapat dimana-mana, sumber utama

infeksi dapat diperoleh dari lesi-lesi manusia, benda-benda yang terkontaminasi,

saluran pernafasan dan kulit manusia ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Staphylococcus

a. Berbentuk bola/bulat

b. Gram positif

c. Dapat menghemolisis darah

d. Flora normal pada kulit dan selaput lendir

e. Tidak bergerak dan tidak membentuk spora

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

27

f. Mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakterologik dalam keadaan

aerobik atau mikroaerofilik

g. Tumbuh cepat pada suhu 370C dan dapat membentuk pigmen pada suhu

kamar ( 20-350C )

h. Tahan terhadap pengeringan, terhadap panas 500C selama 30 menit

Streptococcus

Streptococcus adalah mikroorganisme bulat tersusun secara khas dalam rantai

dan tersebar luas dalam alam. Beberapa diantaranya adalah anggota flora normal.

Streptococcus berhubungan dengan penyakit - penyakit infeksi penting pada manusia.

Kuman ini dapat menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim-enzim ( Reddish

George, 1957 ).

Ciri-ciri Streptococcus

a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat

b. Mampu menghemolisis darah

c. Flora normal pada manusia

d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni

e. Tumbuh cepat pada suhu 370C

Streptococcus ini dapat menyebabkan penyakit pada benda pada

bagian-bagian tubuh. Streptococcus ini dapat menyebar dari orang ke orang

lain melalui saluran pernafasan atau kulit.

Clostridium

Clostridium adalah batang, gram positif, yang berbentuk spora, dapat merusak

protein atau membentuk toksin dan ada beberapa yang melakukan keduanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

28

Hidupnya di tanah, usus manusia, dan binatang. Pada infeksi clostridia, spora

mencapai jaringan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terbuka ( tanah,

feses ) atau saluran usus ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Clostridium

a. Batang besar

b. Gram positif

c. Dapat menghasilkan spora

d. Hidup dalam keadaan anaerobik

e. Kebanyakan spesies tumbuh pada suhu 370C

2.17.3 Mikroorganisme Patogen dan Penyakitnya

Mikroorganisme parasit dan yang menyebabkan penyakit pada manusia

merupakan jenis mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa.

Mikroorganisme ada yang bermanfaat dalam tubuh manusia yang sehat, misalnya

usus yang membentuk vitamin K dan membantu absorbsi makanan dan ada juga

yang merugikan manusia. Mikroorganisme patogen antara lain dapat menimbulkan

penyakit pada saluran pencernaan, saluran pernapasan dan saluran air seni. Kelompok

mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan penyakit adalah bakteri. ( Pelcjar,

1986 ).

2.17.4 Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme dibagi dalam beberapa fase, yaitu :

a. Fase Adaptasi ( penyesuaian )

Pada fase ini belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim belum

disintesis. Faktor yang mempengaruhi lamanya fase adaptasi yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

29

1. Medium dan lingkungan pertumbuhan

2. Jumlah inokulum

b. Fase Pertumbuhan Awal

Pada fase pertumbuhan awal sel mulai membelah dengan kecepatan yang

masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri.

c. Fase Pertumbuhan Logaritmik

Pada fase ini sel mikroorganisme membeleh dengan kecepatan dan

konstan. Karena pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi

oleh medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient dan

kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara.

d. Fase Pertumbuhan Lambat

Sebab perlambatan pertumbuhan populasi mikroorganisme fase ini adalah

1. Zat nutrisi di dalam medium berkurang

2. Adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapt

menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

e. Fase Pertumbuhan Tetap

Jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan

jumlah sel yang mati. Pada fase ini, sel – sel menjadi lebih tahan terhadap

kondisi ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan kimia.

f. Fase Kematian

Pada fase ini, jumlah sel yang mati semakin lama semakin banyak dan

kecepatan kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrient, lingkungan dan jenis

mikroorganisme. Sebab yang mempengaruhi fase kematian yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

30

1. Nutrien di dalam medium sudah habis

2. Energi cadangan di dalam sel habis. ( Pelcjar, 1986 ).

2.17.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

Pada pertumbuhan mikroorganisme, tidak semua sel yang terbentuk akan

terus hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme :

a. Tersedia Nutrien

Mikroorganisme membutuhkan nutrient untuk kehidupan pertumbuhannya

sebagai :

1. Sumber karbon

2. Sumber nitrogen

3. Sumber energi

4. Faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin.

b. Tersedianya air

Sel mikroorganisme memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak

semua air dapat digunakan oleh mikroorganisme. Kondisi atau keadaan air

yang tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme yaitu :

1. Adanya salut dan ion yang dapat mengikat air di dalam larutan

2. Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air

3. Air berbentuk Kristal es atau hidrasi

c. Nilai pH

Nilai pH medium sangat mempengaruhi jenis mikroorganisme, karena

mikroorganisme dapat tumbuh pada suhu pH 3-6 .

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

31

d. Suhu

Mikroorganisme mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum

untuk pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap kecepatan

pertumbuhan sel yaitu:

1. Pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada suhu dengan kisaran 30°C

2. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme meningkat lambat dengan

naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal

3. Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan

cepat dengan naiknya suhu.

e. Tersedianya O2

Konsentrasi O2 di lingkungan mempengaruhi mikroorganisme yang dapat

tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O2 jasad renik dibedakan menjadi jasad

renik yang bersifat aerobik, anaerobik dan aerobik fakultatif. ( Pelcjar,

1986 ).

2.17.6 Pengendalian Mikroorganisme

Mikroorganisme mempunyai kemampuan menginfeksi manusia, hewan serta

tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kematian.

Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan proses fisik atau

bahan kimia. Proses fisik dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik yang

menyebabkan suatu perubahan. Sedangkan proses kimia ialah suatu substansi (cair,

padat dan gas) oleh komposisi molekul liar yang dapat menyebabkan terjadinya

reaksi. Proses kimia menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap

mikroorganisme dibandingkan dengan proses fisi.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

32

2.18 Bakteri Gram Positif ( + ) dan Gram Negatif ( - )

2.18.1 Gambaran Bakteri Gram Positif dan Negatif

Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif

zat lipidnya akan larut selama pencucian dengan alkohol, pori – pori pada dinding sel

akan membesar, permeabilitas dinding sel menjadi besar, sehingga zat warna yang

sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada

bakteri Gram Positif akan mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh

pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan kaku, pori – pori mengecil,

permeabilitas kurang sehingga kompleks ungu kristal yodium dipertahankan dan sel

kuman tetap berwarna ungu. ( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).

2.18.2 Contoh Bakteri Gram Positifdan Gram Negatif

a. Staphylococcus aureus

Ciri – ciri Staphylococcus aureus

a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat

b. Mampu menghemolisis darah

c. Flora normal pada manusia

d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni

e. lurus

Sifat – sifat biakan bersifat aerob dan tumbuh baik pada pH 7,4. Daya tahan

merupakan salah satu kuman yang cukup kebal diantara organisme – organisme tak

berspora. Tahan dipanaskan pada 600C selama 30 menit. Tahan terhadap 1% fenol

selama 15 menit.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

33

b. Bacillus subtilis

Kuman ini berbentuk batang lurus gram positif berukuran 1,5 x

4,5 µ, sendiri – sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai, bergerak dan

tidak bersimpai. Bersifat aerob tumbuh pada agar darah membentuk

zona hemolisis beta yang lebih lebar. Dapat juga tumbuh pada kaldu,

agar gizi dan lain – lain.

c. Escheria Coli

Kuman ini berbentuk batang pendek gemuk berukuran 2,4µ x 0,4µ

sampai 0,7µ gram negatif tak bersimpai bergerak aktif dan tidak berspora.

Bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada perbenihan biasa.

Suhu optimum pertumbuhan adalah 370C. Kuman ini dapat tahan berbulan –

bulan pada tanah dan dalam air. Kuman ini juga peka terhadap tetrasiklin. (

Pelcjar, 1988 ).

d. Pseudomonas

Batang gram negatif dengan ukuran 0,5µ x 3,0-4,0µ. Umumnya

mempunyai flagel polar tetapi kadang – kadangkurang atau sama dengan 2 – 3

flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir

polisakarida ekstraseluler. Merupakan organisme aerob, tetapi bakteri ini

dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh

secara anaerob. Menghasilkan pigmen piosianin dan fluoresen.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

34

Pseudomonas lebih resisten terhadap desinfektan dari pada bakteri

lain. Bakteri senang berada dalam suasana lembab. Kebanyakan antibiotika

atau antimikroba tidak efektif terhadap bakteri ini.

( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).

2.19 Infeksi

2.19.1 Pengertian Infeksi

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia yang rentan sehingga menimbulkan masalah kesehatan ( Pelcjar, 1988 ).

2.19.2 Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial adalah suatu penyakit yang terjadi baik pada pasien,

pengunjung maupun petugas rumah sakit yang terjadi pada saat berada di lingkungan

rumah sakit. ( Mukono, 1955 ).

Suatu infeksi didapat di rumah sakit apabila :

1. Pada saat masuk rumah sakit, tidak ada gejala / tanda atau tidak dalam masa

inkubasi infeksi tersebut.

2. Infeksi yang terjadi dalam 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit.

3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang

berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau

mikroorganisme penyebab yang sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

( Depkes RI, 1997 ).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

35

2.19.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Infeksi

1. Adanya kuman pada tempat tersebut dan tergantung pada jenis, virulensi,

jumlah dan lamanya kontak

2. Adanya sumber infeksi

3. Adanya perantara / pembawa kuman aktif menular

4. Adanya tempat masuk kuman pada hospes baru

5. Daya tahan tubuh hospes baru dalam keadaan rendah. ( Depkes RI, 1994 )

2.19.4 Sumber Infeksi

Sumber infeksi adalah suatu tempat bersarangnya kuman dimana kuman

penyebab infeksi itu keluar / dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan.

Sumber infeksi nosokomial di rumah sakit dapat berasal dari :

A. Animate ( suatu yang bernyawa )

1. Manusia

a) Carier : orang sehat yang mengandung kuman dimana ia tidak

menunjukan gejala penyakit, contoh : Typus Abdominali.

b) Penderita : Penderita yang dalam tubuhnya mengandung kuman

dan dapat menular pada orang lain, contoh : TB Paru.

2. Binatang

Binatang / hewan dapat menjadi sumber infeksi terutama dapat berperan

sebagai vektor, seperti golongan serangga.

B. Inanimate ( suatu yang tidak bernyawa )

Benda atau bahan mati yang bisa menjadi tempat tinggal sementara bagi

kuman antara lain :

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

36

1. Benda / bahan mati yang kering seperti : debu, udara dan permukaan

benda dapat menjadi tempat hidup kuman beberapa hari sampai

bulanan.

2. Benda / bahan mati yang cair atau lembab seperti : air cuci tangan,

kain lap, handuk, sarung tangan juga bisa menjadi tempat hidup

kuman selama berbulan – bulan ( Permenkes RI, 1992 ).

2.19.5 Penyebab Infeksi

Penyebab infeksi nosokomial adalah kuman ( bakteri, virus, fungi atau

parasit ). Kuman yang mampu menyebabkan / menimbulkan penyakit disebut kuman

patogen. Beribu jenis mikroorganisme yang terdapat di alam, hanya ada beberapa

ratus yang bersifat pathogen pada manusia diantaranya : Bakteri jenis Staphlococcus,

Streptococcus, Clostridia, Bakteriodes dan Enterobakteriae.

( Effendi & Ronald, 1988 ).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 Ciri- - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49778/4/Chapter II.pdf · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Desinfektan . Desinfektan

37

2.20 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan

Laboratorium

MMS

Angka kuman

setelah

pemakaian

Desinfektan

Pine Oil

1,5+Creasylic

Acid dan Pine

Oil 2,5% TMS

Lantai

Ruang

rawat inap

Angka kuman

sebelum

pemakaian

Desinfektan

Pine Oil

1,5%+Creasyli

c Acid dan

Pine Oil 2,5%

Pemeriksaan

Laboratorium

Jumlah angka

kuman pada

lantai RS

berdasarkan

Kepmenkes

No.1204/Men

kes/SK/X/2004

1. Suhu

2. Kelembaban

3. Pencahayaan

MS

TMS

Universitas Sumatera Utara