bab ii tinjauan pustaka 2.1 2 - eprints.umm.ac.id

12
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Image Processing Pengolahan citra atau bisa disebut digital image processing merupakan ilmu tentang pembelajaran teknik-teknik pengolahan citra atau gambar[7], sebuah citra terkadang memiliki penurunan informasi seperti derau, kontras yang kurang sesuai, kurang tajam, kabur dan sebagainya. Sehingga diperlukan adanya manipulasi gambar agar kualitasnya lebih baik. 2.2 Capture Image Capture image adalah cara pengambilan gambar menggunakan kamera. Dengan cara mensetting panjang dan lebar frame, nilai kecerahan pengambilan gambar dan nilai FPS (frame per second) pada kamera yang akan diambil secara real time, karena fungsi pensettingan awal pada pengambilan gambar merupakan fator utama dalam pentuan paramater pada sebuah citra. 2.3 BGR to RGB Mengkonversi gambar dari satu ruang warna ke ruang warna lainnya, dalam kasus tranformasi dari ruang warna RGB (Red, Green, Blue), urutan saluran harus ditentukan secara eksplisit (RGB atau BGR), namun pada defaul opencv urutannya bukanlah RGB tetapi di balik menjadi BGR. Jadi byte pertama dalam gambar berwarna akan menjadi komponen Biru 8-bit ,byte yang kedua manjadi hijau, dan byte yang ketiga menjadi merah. untuk range pada masing- masing warna tersebut yaitu dari 0 sampai dengan 255. 2.4 Perspective Transformation Teknik transformation eye view bird adalah metode yang menghasilkan citra atau gambar perspektif tampilan atas yang dapat di tunjukan gambar 2.1 sebagai bentuk tampilan eye view bird. [8]

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Image Processing

Pengolahan citra atau bisa disebut digital image processing merupakan ilmu

tentang pembelajaran teknik-teknik pengolahan citra atau gambar[7], sebuah citra

terkadang memiliki penurunan informasi seperti derau, kontras yang kurang sesuai,

kurang tajam, kabur dan sebagainya. Sehingga diperlukan adanya manipulasi

gambar agar kualitasnya lebih baik.

2.2 Capture Image

Capture image adalah cara pengambilan gambar menggunakan kamera.

Dengan cara mensetting panjang dan lebar frame, nilai kecerahan pengambilan

gambar dan nilai FPS (frame per second) pada kamera yang akan diambil secara

real time, karena fungsi pensettingan awal pada pengambilan gambar merupakan

fator utama dalam pentuan paramater pada sebuah citra.

2.3 BGR to RGB

Mengkonversi gambar dari satu ruang warna ke ruang warna lainnya, dalam

kasus tranformasi dari ruang warna RGB (Red, Green, Blue), urutan saluran harus

ditentukan secara eksplisit (RGB atau BGR), namun pada defaul opencv urutannya

bukanlah RGB tetapi di balik menjadi BGR. Jadi byte pertama dalam gambar

berwarna akan menjadi komponen Biru 8-bit ,byte yang kedua manjadi hijau, dan

byte yang ketiga menjadi merah. untuk range pada masing- masing warna tersebut

yaitu dari 0 sampai dengan 255.

2.4 Perspective Transformation

Teknik transformation eye view bird adalah metode yang menghasilkan

citra atau gambar perspektif tampilan atas yang dapat di tunjukan gambar 2.1

sebagai bentuk tampilan eye view bird. [8]

6

Gambar 2.1 Tampilan transformation eye view bird

Pada dasarnya transformasi pandangan mata burung dapat dibagi menjadi

tiga langkah, pertama kita harus mempresentasikan gambar dalam koordinat

bergeser sistem, selanjutnya melakukan rotasi gambar, dan kemudian proyek

gambar pada di tampilkan pada bidang dua dimensi. Dalam pemrosesannya dapat

di tujukan pada gambar 2.2.

Coordinate ShiftingRotation and

scalingProjection

Input Image Output Image

Gambar 2.2 Blok diagram transformation bird eye view

2.5 Treshold Operation

Tresholding merupakan operasi sederhana, dengan menggunakan nilai

ambang intensitas pada suatu citra.[9] Secara matematis, dapat dirumuskan sebagai

berikut.

๐‘(๐‘ฆ, ๐‘ฅ) = ๐‘“ (๐‘ฅ) = {1,๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ (๐‘ฆ,๐‘ฅ) โ‰ฅ๐‘‡

0,๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ (๐‘ฆ,๐‘ฅ) < ๐‘‡ ...(1)

Pada persamaan (1), T merupakan nilai tresholding pada nilai 1 atau 0, nilai

tresholding tersebut berguna untuk memfilter warna pada suatu citra namun operasi

ini terdapat sedikit kelamahan

1. Tidak memperlihatkan hubungan spasial antarpiksel

2. Sensitif terhadap pencahayaan yang tingkat luxnya berbeda

3. berlaku untuk keadaan yang ideal (misalnya, latarbelakang

hitam dan objek yang bewarna putih).

Gambar 2.3 merupakan contoh penggunaan tresholding:

7

Gambar 2.3 Tresholding

2.6 Canny Edge Detection

Metode canny digunkan untuk membantu dalam mendeteksi tepi pada

gambar dan memunculkan informasi tentang gambar. Metode Canny adalah salah

satu algoritma deteksi tepi moderen, dimana john canny mengusulkan tiga kriteria

yang menjadikan basis pengembangan filter untuk mengoptimalkan pendeteksian

tepi pada citra bernoise.[10] metode canny memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Good detection, bertujuan memaksimalkan nilai signal to noise ratio

(SNR) sehingga semua tepi dapat terdeteksi dengan baik atau tidak ada

yang hilang.

2. Good localization, tepi yang terdeteksi berada pada posisi yang

sebenarnya atau dengan kata lain bahwa jarak antara posisi sebenarnya

adalah seminimum mungkin.

3. Only one response to a single, hanya satu respon untuk sebuah tepi dengan

kata lain detektor tidak memberikan tepi yang bukan tepi aslinya.

Pada gambar 2.4 merupakan hasil dari contoh operasi canny edge

detection.

Gambar 2.4 Canny edge detetction

8

2.7 Histogram

Histogram citra adalah grafik yang menggambarkan penyebaran nilai-nilai

intensitas piksel dari suatu citra.[11] Histogram juga dapat menunjukan banyak hal

tentang kontras dan kecerahan dari sebuah citra. Secara matematis histogram citra

memiliki persamaan sebagai berikut.

๐‘๐‘Ÿ (๐‘Ÿ๐‘˜) =๐‘›๐‘˜

๐‘›; 0 โ‰ค ๐‘Ÿ๐‘˜ โ‰ค 1 ๐‘˜ = 0,1, โ€ฆ , ๐ฟ โˆ’ 1 โ€ฆ (2)

Dimana :

L = jumlah level

๐‘๐‘Ÿ (๐‘Ÿ๐‘˜) = probalitas kemunculan level ke-k

๐‘›๐‘˜ = jumlah kemunculan level k pada citra

๐‘› = total jumlah pixel dalam citra

2.8 Haar Cascade Classifer

Pada tahun 2001 Algoritma ini ditemukan oleh Paul viola dan Michael,

klasifikasi gambar dilakukan berdasarkan nilai dari sebuah fitur. Kelebihan

algoritma ini memiliki Komputasi yang cepat karena klasifikasi fitur lebih cepat

jika dibandingkan dengan pemrosesan citra perpiksel.[12] Dalam pendeteksian

sebuah objek dengan menggunakan metode haar cascade terdapat 4 hal dalam

pemrosesannya:

1. Feature haar

2. Integral image

3. Algoritma boosting

4. Cascade classifier

Gambar 2.5 merupakan jenis fitur pada haar cascade.

9

Gambar 2.5 Fitur haar cascade

Pada persamaan 3 merupakan rumus perhitungan setiap fitur, dengan cara

jumlah nilai pixel di putih di kurangi dengan jumlah nilai pixel di hitam. Dan

menghasilkan suatu nilai tunggal

(๐‘“๐‘ฅ) = ๐‘†๐‘ข๐‘š๐‘Šโ„Ž๐‘–๐‘ก๐‘’ ๐‘Ÿ๐‘’๐‘๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘™๐‘’ โˆ’ ๐‘†๐‘ข๐‘š๐ต๐‘™๐‘Ž๐‘๐‘˜๐‘Ÿ๐‘’๐‘๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘™๐‘’ โ€ฆ (3)

2.8.1 Integral Image

Integral image digunakan untuk mempercepat proses ekstrak feature

dengan cara mengubah gambar masukan menjadi suatu representasi gambar

integral. Pada gambar integral berfungsi menghitung jumlah semua piksel di

dalam feature, dengan cara menggunakan empat nilai secara efisien. Empat Nilai

tersebut adalah piksel pada gambar integral yang bertepatan/berposisi pada sudut

persegi panjang.[13]

Gambar 2.6 Representasi gambar integral

Pada persamaan 4 merupakan rumus untuk menghitung jumlah piksel D.

๐ท = ๐ฟ4 โˆ’ ๐ฟ3 โˆ’ ๐ฟ2 + ๐ฟ1 (4)

10

Gambar 2.7 Convert input image menjadi integral image

Pada gambar 2.7 merupakan proses perubahan image asli di rubah ke

integral image, dimana di ambil sampel, pada hasil integral image pada angka 12,

dimana hasil tersebut merupakan penjumlahan dari 5+1+2+4 = 12 dimana bisa

dilihat arah panah untuk melakukan proses penjumlahannya.

Gambar 2.8 Jumlah fitur daerah terang dan daerah gelap

Pada gambar 2.8 merupakan nilai yang akan digunakan untuk mencari nilai

fitur. ๐ฟ1 = 2, ๐ฟ2 = 13, ๐ฟ3 = 26, ๐ฟ4 = 97 pada daerah terang dan ๐ฟ1 = 13, ๐ฟ2 =

26, ๐ฟ3 = 97, ๐ฟ4 = 157 pada daerah gelap. Dimana pada total jumlah piksel pada

daerah terang sebesar 60 dan daerah gelap sebesar 47, maka dengan jumlah pixel

pada daerah terang di kurangi jumlah pixel pada daerah gelap maka di dapatkan

hasil fitur pada persegi panjang sebesar 13.

2.8.2 Algoritma Adaboost

Algoritma adabosst merupakan algoritma yang menghasilkan strong

classifier atau klasifikasi yang kuat, dengan mengkombinasi weak classifier atau

klasifikasi lemah secara linier.[7] pada algoritma Adaboost digunakan untuk

pemilihan fitur haar yang lebih spesifik dengan cara mengevaluasi setiap fitur

terhadap data latih. Pada klasifikasi adaboost terdapat dua kelas yaitu positif dan

negatif seperti pada gambar 2.9.

11

Gambar 2.9 klasifikasi adaboost

Pada data pertama original data set ๐ท1 terdapat 2 kelas yaitu positif dan

negatif, langkah pertama kita harus mencari weak calssifier, yang paling bagus

dalam artian memiliki nilai error paling kecil, dan saat proses weak classifier hanya

di batasi oleh satu garis saja, dimana satu classifier garis ini kita tidak akan mungkin

bisa mengklasifikasikan 2 kelas kita secara benar dan sempurna, sehingga kita sebut

classifier yang lemah atau bisa di sebut weak classifier. Jadi pada gambar 2.9 di

dapatkan proses 3 kali classifier dimana nanti akan di gabung manjadi satu

classifier yang strong atau kuat.

Gambar 2.10 penggabungan weak classifier

Pada gambar 2.10 merupakan gabungan antara 3 weak classifier dengan

menjumlahkan nilai bobot dengan perkalian hypothesis (kelas positif & negatif ).

Dimana jika warna merah kita anggap kelas 1 jika hasil penjumlahan antara

BOBOT

12

perkalian bobot dengan hypotesis pada masing-masing weak classifier hasilnya โ‰ฅ 0

maka area yang di jumlahkan akan masuk ke kelas merah atau positif. Dan jika

hasilnya < 0 maka akan masuk kelas negatif atau warna biru.

Kunci untuk adaboost bisa mendeteksi sebuah objek yaitu dengan,

hypotesisnya dibatasi menggunakan โ€œsingle featureโ€. Pilih satu fitur yang paling

bagus dalam hal ini memiliki nilai error yang kecil. Dan mencari hypothesisnya

atau tresholdnya. Pada persmaan 5 merupakan rumus untuk mencari hypothesisnya

atau tresholdnya.[14]

โ„Ž(๐‘ฅ, ๐‘“, ๐‘, ฦŸ) = {1, ๐‘–๐‘“ ๐‘๐‘“ (๐‘ฅ) < ๐‘ฦŸ

0, ๐‘œ๐‘กโ„Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘ค๐‘–๐‘ ๐‘’โ€ฆ (5)

Dimana :

x = sub-window image 24x24

f = nilai feature dari Haar-like feature

ฦŸ = treshold

P = polarity

2.8.3 Cascade Classifier

Metode Cascade classifier merupakan klasifikasi bertingkat yang berfungsi

untuk memfilter gambar yang tidak terdeteksi, dengan menggunakan classifier

yang telah di latih oleh algoritma adaboost pada tingkat klasifikasinya.[14] Apabila

terdapat inputan dari sub-window gagal saat proses klasifikasi awal maka akan

langsung di reject dan tidak akan tidak akan di lakukan proses klasifikasi

selanjutnya, namun jika saat sub-window bisa melewati semua filter klasifikasi

maka bisa dianggap bahwa fitur tersebut adalah object yang ingin di deteksi. Untuk

lebih jelasnya bisa di lihat proses klasifikasi pada gambar 2.11.

Cascade 1 (Adaboost 1) Cascade 2 (Adaboost 2) Cascade 3 (Adaboost 3) Cascade .. (Adaboost ..). . . Object

detection

Sub-window rejected/tertolak

Gambar 2.11 Cascade Classifier

2.9 Propotional,Derivative, Dan Integral

Kontrol PID adalah sistem kontrol yang umum digunakan untuk

mengendalikan suatu sistem. Seperti motor, suhu ruangan dan lain-lain. Pada

gambar 2.12 merupakan gambar blok diagram PID. Untuk mendapatkan sebuha

13

respon sistem yang stabil maka dapat menggunakan ke 3 komponen PID, akan

tetapi bisa juga menggunakan komponen-komponen pada PID secara terpisah

seperti PD dan PI dengan catatan tidak menggunan hanya salah satu komponen P,I

dan D.[15]

Gambar 2.12 Desain PID

Persamaan matematis PID adalah sebagai berikut[15]:

๐‘ข(๐‘ก) = ๐‘˜๐‘๐‘’(๐‘ก) + ๐‘˜๐‘– โˆซ ๐‘’(๐‘ก)

๐‘ก

0

๐‘‘๐‘ก + ๐‘˜๐‘‘

๐‘‘

๐‘‘๐‘ก๐‘’(๐‘ก) โ€ฆ (6)

nilai keluaran u(t) merupakan hasil penjumlahan operasi dari Kp, Ki, dan

Kd dimana pada setiap sistem dipengaruhi oleh error (e) terhadap selang waktu (t).

Tabel 2.1 merupakan respon loop pada setiap komponen PID, .[16]

Tabel 2.1 Respon loop tertutup PID

Respon

loop

tertutup

Rise time Overshoot Settling time

Steady โ€“ state

error

Kp Mengurangi Meingkatkan Perubahan

Kecil

Mengurangi/

Menurunkan

Ki Mengurangi Meningkatkan Meningkatkan mengeliminasi

Kd Perubahan

kecil Mengurangi Mengurangi Perubahan kecil

14

2.9.1 Kontrol Proporsional

Kontrol proposional mempunyai output respon sistem yang sebanding

dengan besar sinyal error/kesalahan,untuk pada perubahan sinyal input

menyebabkan sistem langsung mengeluarkan sinyal outputan sebesar konstatanta

pengalinya.persamaan matematisnya yaitu[16]:

๐‘ข(๐‘ก) = ๐‘˜๐‘๐‘’(๐‘ก) โ€ฆ (7)

2.9.2 Kontrol Integral

Pengontrol integral berfungsi untuk menghilangkan steady-state error

menjadi nol, jika sebuah sistem kontrol tidak mempunyai unsur integrator , maka

sistem kontrol tersebut tidak dapat menjamin keluaran respon sistem akan tepat atau

mendekati respon sistem yang di inginkan, karena kontrol integral mempunyai

karakteristik, dimana nilai output sistem sangat di pengaruhi oleh perubahan, dari

sinyal kesalahan.[16] Jika sinyal error tidak mengalami perubahan, maka output

pada sistem akan menjaga keadaannya saat sebelum terjadinya perubahan pada

input. Dimana jika di tuliskan persamaan matematisnya sebagai berikut:

๐‘ข(๐‘ก) = ๐‘˜๐‘– โˆซ ๐‘’(๐‘ก)

๐‘ก

0

๐‘‘๐‘ก โ€ฆ (8)

2.9.3 Kontrol Derivative

Pengontrol derivative memiliki karakteristik mendahului, yang artinya efek

pada sistem kontol ini dapat menghasilkan koreksi yang cepat sebelum error pada

sistem menjadi sangat besar, dan efek pada sistem ini bersifat korektif serta

meningkatkan kestabilan,[16] ciri lain dari kontrol ini adalah. tidak dapat

menghasilkan output jika tidak ada perubahan sinyal kesalahan atau error pada

input, jika sinyal error merupakan fungsi waktu maka output respon sistem yang

dihasilkan pengontrol bergantung pada nilai t dan laju perubahan sinyal error.

Dimana persamaan matematisnya adalah sebagai berikut:

๐‘ข(๐‘ก) = ๐‘˜๐‘‘

๐‘‘

๐‘‘๐‘ก๐‘’(๐‘ก) โ€ฆ (9)

15

2.10 Kamera

Kamera adalah alat untuk pengambilan gambar secara real time, objek yang

ditangkap oleh kamera dan dapat di proses ke dapalam pengolahan citra digital

untuk mencari nilai-nilai parameter yang dibutuhkan oleh sebuah sistem. Pada

gambar 2.13 merupakan modul kamera rev 1.3, untuk mengakses kamera ini yaitu

menggunakan camera serial interface (CSI).[17]

Gambar 2.13 Kamera rev 1.3

2.11 Motor Servo

Motor servo memiliki dua araj kerja yaitu CCW (counter clock wise), dan

CW (Clock wise) untuk menggerakan rotor pada servo harus menggunakan sinyal

duty cycle. [18]

Gambar 2.14 Motor Servo

Posisi sudut servo terhadap waktu pemberian input sinyal pulsa [19]:

Gambar 2.15 Duty Cycle

16

Jika sinyal duty cycle 1 ms maka sudut servo sebesar 0โ—‹, bila motor servo

di berikan sinyal duty cycle 1,5 ms maka sudut servo sebesar 90โ—‹, namun jika duty

cycle yang diberikan sebesar 2 ms maka sudut servo menjadi 180โ—‹.

2.12 Motor Direct Current (DC)

Untuk menggerakan motor dc yaitu menggunakan sumber arus dan

tegangan Direct current atau bisa di singkat DC. Dimana arah putar pada motor ini

tergantung pada penempatan polaritas tegangan pada pin motor DC.[20]

Gambar 2.16 Motor DC

2.13 Driver motor H-Bridge

Rangkaian H-Bridge digunakan untuk mengendalikan arah putaran motor

dan kecepatan motor,[20] untuk bisa mengendalikan arah putar dan kecepatan

sebuah motor, maka harus menggunakan metode PWM (pulse width modulation)

Untuk mengatur kecepatan sebuah motor dan mengatur transistor mana yang harus

di aktif kan dalam mengendalikan arah putar motor, pada perancangan motor driver

H-bridge membutuhkan 4 buah transistor dalam mengendalikan arah putar dan

kecepatan dari sebuah motor.

Gambar 2.17 Driver motor H-Bridge