bab ii tinjauan pustaka 2.1 jahe merah (zingiber...

17
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.) (Ermayanti,2009) Gambar 2.1 Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.) 2.1.1 Taksonomi Jahe Merah Taksonomi tanaman jahe merah menurut Harmono dan Andoko (2005) adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Marga : Zingiberis Spesies : Zingiber officinale Roscoe Varietas : Zingiber officinale Roscoe var. amarum

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.)

    (Ermayanti,2009)

    Gambar 2.1

    Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.)

    2.1.1 Taksonomi Jahe Merah

    Taksonomi tanaman jahe merah menurut Harmono dan Andoko (2005)

    adalah

    sebagai berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Zingiberaceae

    Marga : Zingiberis

    Spesies : Zingiber officinale Roscoe

    Varietas : Zingiber officinale Roscoe var. amarum

  • 6

    2.1.2 Deskripsi Tanaman Jahe Merah

    Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm.

    Akarnya berbentuk rimpang dengan akar berwarna putih, kuning hingga

    kemerahan dengan bau menyengat. Daun tanaman jahe menyirip dengan

    panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun

    berbulu halus, bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur

    dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga

    bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir

    bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua (Paimin &

    Murhananto, 2002).

    2.1.3 Kandungan Jahe Merah

    Jahe mengandung senyawa volatile yakni terpenoid dan non volatile

    yang terdiri dari gingerol, shogaol, paradol, zingerone dan senyawa turunan

    mereka serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Gingerol dan shogaol

    merupakan kandungan utama senyawa flavonoid pada Jahe. Senyawa tersebut

    mempunyai efek antioksidan yang dapat mencegah adanya radikal bebas

    dalam tubuh. (Stailova et al, 2007)

    Jahe merah mempunyai kandungan 6-gingerol, 8-gingerol, 10-

    gingerol dan 6-shogaol yang lebih tinggi dibandingkan dengan jahe gajah

    yaitu sebesar 18.03, 4.09, 4.61, dan 1.36 mg/g sehingga banyak dikonsumsi

    masyarakat sebagai bahan obat. (Fathona, 2011; Ermayanti, 2009)

    2.1.4 Manfaat Jahe Merah

    Rimpang jahe merupakan bagian utama yang dimanfaatkan sebagai

    bumbu dapur dan obat herbal untuk beberapa penyakit. Rimpang jahe

  • 7

    mengandung beberapa komponen kimia yang berkhasiat bagi kesehatan. Jahe

    segar digunakan sebagai anti muntah (antiematic), anti batuk

    (antitussive/expectorant), merangsang pengeluaran keringat, dan

    menghangatkan tubuh. Dan mengandung banyak polifenol (Fathona, 2011).

    Senyawa [6]-gingerol telah dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai

    antipiretik, antitusif, hipotensif (Mamoru et al. 1984), anti inflamasi dan

    analgesik (Kim et al.,2005), antikanker (Dorai dan Aggarwal, 2004),

    antioksidan (Masuda et al. 2004), antifungal (Ficker et al. 2003).

    2.2 Aterosklerosis

    2.2.1 Definisi Aterosklerosis

    Aterosklerosis adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai

    penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag

    diseluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan akhirnya ke

    tunika media (lapisan otot polos) (Corwin, 2009).

    Dalam studi the stroke prevention: assessment of risk in a community

    (SPARC) yang menggunakan trans esofageal ekokardiografi (TEE) meneliti

    pada 588 pasien rata-rata umur 66,9 tahun. Dari hasil penelitian ditemukan

    sekitar 43,7% memiliki plak aterosklerosis aorta. Plak aterosklerosis pada

    aorta ascenden ditemukan sekitar 8,4%, pada arkus aorta ditemukan plak

    aterosklerosis sekitar 30%, sedangkan pada aorta descendens ditemukan

    44,9% (Kronozon, 2006).

    Penyakit jantung koroner (PJK) atau dikenal dengan Coronary Artery

    Disease (CAD) adalah suatu penyakit dengan proses perjalanan penyakit

    yang cukup panjang dan terjadi aterosklerosis di sepanjang pembuluh darah.

  • 8

    Pada saat arteri yang mensuplai miokardium mengalami gangguan, jantung

    tidak mampu untuk memompa sejumlah darah secara efektif untuk memenuhi

    perfusi darah ke organ vital dan jaringan perifer secara adekuat. Pada saat

    oksigenasi dan perfusi mengalami gangguan, pasien akan terancam kematian.

    Penyakit jantung koroner meliputi Chronic Stable Angina (CSA) dan Acute

    Coronary Syndrome (ACS). Kedua jenis penyakit jantung koroner tersebut

    melibatkan arteri yang bertugas mensuplai darah, oksigen dan nutrisi ke otot

    jantung. Saat aliran yang melewati arteri koronaria tertutup sebagian atau

    keseluruhan oleh karena plak, bisa terjadi iskemia atau infark pada otot

    jantung (Ignatavicius & Workman, 2010)

    2.2.2 Patofisiologi Aterosklerosis

    Proses aterosklerosis atau pembentukan plak di dinding pembuluh

    darah, merupakan cikal bakal terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK).

    Aterosklerosis diawali dengan masuknya low density lipoprotein (LDL) ke

    dalam lapisan pembuluh darah (lapisan intima). LDL yang terperangkap di

    pembuluh darah akan teroksidasi, sehingga memicu pelepasan senyawa yang

    menyebabkan komponen sel darah putih masuk ke dalam pembuluh darah.

    Sel darah putih yang ada di dalam pembuluh darah berubah menjadi

    makrofag yang akan menangkap LDL, teroksidasi membentuk sel busa yang

    lama-kelamaan akan semakin membesar dan membentuk plak. Proses

    aterosklerosis ini memainkan peranan penting dalam Penyakit Jantung

    Koroner (PJK) ditandai dengan adanya penumpukan plak terus menerus di

    dinding pembuluh darah arteri koroner. Apabila pada permukaan arteri

    koroner terbentuk bekuan darah di bagian atas plak, dan menimbulkan

  • 9

    sumbatan pada arteri koroner tersebut, maka aliran darah yang kaya akan

    oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung akan terhambat. Hal ini

    menyebabkan otot jantung tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat

    bahkan kematian sel otot jantung (infark miokard). Hal inilah yang disebut

    dengan serangan jantung. Dibandingkan dengan angina, serangan jantung

    biasanya terjadi lebih lama, dan tidak hilang dengan pemberian obat-obatan

    ataupun istirahat (Kaniawati dan Lina, 2004).

    Inflamasi sangat berkaitan dengan aterogenesis, khususnya melalui

    aktivasi dan proliferasi makrofag, sel endotel, dan sel otot polos pembuluh

    darah. Pada individu sehat, makrofag tersebar di semua jaringan. Inflamasi

    sebagaian besar berawal dari cedera endotel. Saat endotel mengalami cedera

    akibat suatu mekanisme, Vascular Cell Adhesi Molekul 1 (VCAM-1) terdapat

    banyak di dinding endotel yang cedera atau rusak. Dengan adanya VCAM-1,

    maka monosit akan menempel di VCAM-1 kemudian masuk ke sela endotel

    yang rusak. Saat itu monosit mengaktifkan sitokin dan berubah menjadi

    makrofag. Fungsi makrofag adalah untuk mempertahankan kebersihan di

    wilayah yang rusak dengan berpindah melalui jaringan, memfagosit dan

    membunuh patogen. Makrofag secara unik dirancang untuk menangkap

    mikroba patogen karena permukaan mereka yang tidak teratur dengan

    reseptor yang secara khusus mendeteksi, mengikat, dan menginternalisasi

    target tersebut. Makrofag juga dilapisi dengan reseptor untuk menangkap dan

    memetabolisme sel-sel mati dan berbagai macam puing-puing seluler yang

    mereka temukan di sekitar mereka. Relevan dengan aterosklerosis, makrofag

  • 10

    memiliki reseptor khusus untuk mengidentifikasi normal dan dimodifikasi

    (teroksidasi, asetat) partikel lipoprotein. (Cho et al, 2007).

    2.2.3 Faktor risiko aterosklerosis

    Reactive Oxygen Species adalah senyawa metabolit dari molekul

    oksigen (O2). Radikal reactive-oxygen, seperti superoxide radical (O²¯),

    hydrogen peroxide (H2O2), hydroxyl radical (OH²¯) dan lipid peroxides

    (LOOH) mampu meningkatkan risiko terjadinya penyakit pada manusia. ROS

    mampu mempengaruhi sinyal transduksi yang berkaitan dengan kontraksi dan

    relaksasi pembuluh darah, migrasi, pertumbuhan dan kematian sel vaskular

    dan juga perubahan extracellular matrix (ECM) (Bucioli et al., 2011).

    Reactive Oxygen Species mampu meningkatkan kecepatan ritmis

    vaskular, karena mampu mempengaruhi endothelium-regulatory dan

    mempengaruhi kontraktilitas otot polos vaskular. Dengan mempengaruhi

    fenotip regulasi dari sel otot polos vascular, kematian sel vaskular, migrasi sel

    dan reorganisasi extracellular matrix (ECM), ROS memicu terjadinya

    vascular-remodelling (Lee & Griendling, 2008).

    Vascular-remodelling didefinisikan sebagai perubahan struktur yang

    ditandai dengan adanya perubahan ketebalan dan diameter pembuluh darah

    (Schiffrin, 2003). Perubahan dinding arterial meliputi dua fase:

    1. Adhesi monosit ke endotel dan migrasi ke ruang subendotel dan

    berdiferensiasi menjadi makrofag. Sel ini memakan LDL teroksidasi dan

    membentuk foam cell.

    2. Sel otot polos vaskular migrasi dari tunika media ke tunika intima dan

    berproliferasi membentuk plak aterosklerotik.

  • 11

    Plak aterosklerosis diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu stable dan

    unstable. Plak yang stabil terdiri atas sel otot polos yang berada dalam

    matriks yang kaya kolagen sehingga dapat membuat plak tetap intak. Pada

    plak yang tidak stabil, terjadi infiltrasi dari makrofag dan limfosit sehingga

    rawan terjadi ruptur (Finn et al, 2010).

    Plak yang terbentuk dapat menghambat aliran darah dan apabila terjadi

    ruptur dapat menyebabkan trombosis pada arteri koronaria yang merupakan

    penyebab utama terjadinya infark miokardial.

    Faktor risiko aterosklerosis dapat dibedakan menjadi faktor risiko

    mayor atau utama dan faktor risiko minor. Faktor risiko mayor diantaranya

    adalah umur, jenis kelamin, keturunan (ras), merokok, tinggi kolesterol dalam

    darah, hipertensi, kurang aktivitas fisik, diabetes mellitus, obesitas dan berat

    badan lebih. Sedangkan yang termasuk faktor risiko minor adalah stress,

    alkohol, diet dan nutrisi (AHA, 2014).

    2.2.4 Patogenesis arterosklerosis pada Penyakit Jantung Koroner

    Aterosklerosis terjadi pada arteri termasuk aorta dan a. koronaria,

    femoralis, iliaka, karotis intera, dan serebral. Penyempitan yang diakibatkan

    oleh aterosklerosis pada a.koronaria dapat bersifat fokal dan cenderung

    terjadi pada percabangan arteria, penyempitan tidak mengganggu aliran

    darah kecuali bila telah melebihi 70% dari lumen arteria.

    Aliran darah miokardium berasal dari dua a. koronaria yang berasal

    dari aorta, biasanya a. koronaria kanan memperdarahi sebagian besar

    ventrikel kanan, dan a. Koronaria kiri sebagian besar memperdarahi

  • 12

    ventrikel kiri. Saat aktivitas fisik atau stres, kebutuhan oksigen pada

    mikardium akan meningkat. Untuk memenuhi kebutuhannya maka perfusi

    dari a. koronaria dapat ditingkatkan sampai 5 kali dari pefusi saat istirahat

    keadaan ini disebut coronary reserve. Karakteristik dari penyakit jantung

    koroner adalah penurunan dari coronary reservedengan penyebab utama

    penyempitan a. coronaria akibat aterosklerosis (Daniel, 2008).

    Menurut teori infiltrasi lemak, sebagai akibat kadar low-density

    lipoprotein (LDL) yang tinggi didalam plasma maka terjadi peningkatan

    pengangkutan lipoprotein plasma melalui endotel. Peninggian kadar lemak

    pada dinding pembuluh darah akan menyebabkan kemampuan sel untuk

    mengambil lemak melewati ambang batas sehingga terjadi penimbunan.

    (Sastroasmoro, 1994)

    Gambar 2.2

    Perubahan dinding saat terjadi aterosklerosis

    Abnormalitas yang paling dini terjadi pada aterosklerosis adalah

    fatty streak yaitu akumulasi dari lemak yang berisi makrofag pada tunika

    intima. Lesi ini datar dan tidak merusak lumen dari arteri. Perjalanan

    penyakit dari lesi ini sesuai dengan meningkatnya penebalan dari plak. Hal

  • 13

    ini disebabkan akumulasi yang berkelanjutan dari lipid dan proliferasi dari

    makrofag dan sel otot polos. Pada lesi ini smooth muscle type cells

    membentuk fibrous cap diatas deposisi dari jaringan nekrotik, kristal

    kolesterol, dan pada akhirnya kalsifikasi pada dinding arteri. Lesi yang

    menebal ini yang menyebabkan infark miokardium akibat peningkatan

    ukuran dan obstruksi dari lumen arteri atau akibat ruptur, yang

    menyebabkan pelepasan substansi thrombogenik dari daerah nekrotik.

    Dari beberapa penelitian menunjukkan plak fibrosis pada otot polos

    cenderung berkembang pada daerah dimana fatty streaks terbentuk saat

    kanak-kanak. Plak secara umum cenderung berkembang pada a. koroner

    terlebih dahulu sebelum timbul pada arteri serebral (Morrison, 2007).

    2.3 Pembuluh Darah

    2.3.1 Anatomi Pembuluh Darah

    (Tortora dan Derrickson, 2012)

    Gambar 2.3

    Illustrasi pembuluh darah (a) arteri, (b) vena dan (c) kapiler

  • 14

    (Tortora dan Derrickson, 2012)

    Gambar 2.4

    Illustrasi potongan transversal pembuluh darah arteri

    2.3.2 Fisiologi pembuluh darah

    Fungsi pembuluh darah secara umum adalah mengangkut oksigen serta

    zat makanan ke seluruh bagian tubuh, zat sisa serta transportasi hormon.

    Keseimbangan cairan dalam tubuh secara umum juga dikendalikan sistem

    homeostasis melalui pembuluh darah.

    Pembuluh darah arteri mempunyai 3 lapis dinding seperti pembuluh

    darah lainnya, akan tetapi memiliki lapisan tunika media yang lebih tebal dan

    elastis.

    Akibat kaya akan serat elastis pembuluh arteri mudah teregang dan

    terekspansi. Serabut saraf simpatis menginervasi otot polos pembuluh darah,

    saat stimulasi simpatis meningkat akan membuat otot polos berkontraksi

    sehingga memperkecil lumen serta diameter pembuluh darah yangdisebut

    dengan vasokonstriksi. Sebaliknya biila stimulasi simpatis menurun misalnya

    akibat senyawa nitric oxide dan asam laktat, otot polos pembuluh darah akan

  • 15

    mengalami relaksasi sehingga diameter lumen melebar dan terjadi

    vasodilatasi pembuluh darah. (Tortora, 2012)

    Vena berfungsi sebagai saluran untuk mengangkut darah dari venula

    kembali ke jantung kecuali vena yang ada di jantung mempunyai fungsi

    mentransor darah arterial dari paru ke jantung. Vena mempunyai cabang yaitu

    venula yang berfungsi sebagai penampang darah dari kapiler menuju vena

    besar. Selain itu vena mempunyai sistem katup untuk menghindari aliran

    darah kembali ke jaringan dan sebagai reservoir darah. (Kumar et al., 2007)

    2.3.3 Histologi Pembuluh Darah

    Struktur dan komposisi umum dari pembuluh darah hampir sama pada

    seluruh sistem kardiovaskular. Dinding pembuluh darah terdiri atas sel

    endotel dan sel otot polos dimana dinding pembuluh darah mempunyai

    komposisi extracellular matric (ECM) yang mempunyai kandungan elastin,

    kolagen, glycosaminoglycans. Dinding pembuluh darah terdiri atas tiga

    bagian yaitu tunika intima, tunika media, dan tunika adventisia. Batas antara

    tunika intima dan tunika media disebut lamina elastika interna, dan batas

    antara tunika media dan tunika adventisia adalah lamina elastika externa.

    Pada arteri yang normal tunika intima terdiri atas monolayer cells dan

    extraselular matrix. Sedangkan pada tunika media hanya berisi sel otot polos

    dan extracellular matrix yang dikelilingi oleh jaringan ikat, serat saraf, dan

    pembuluh darah kecil dari adventisia. Tunika media mendapatkan nutrisi dan

    oksigen dari lumen pembuluh darah. (Kumar et al., 2007)

    Kebanyakan pembuluh darah dapat dilihat secara histologis dengan

    potongan transversal atau oblik. Berbeda dengan vena, arteri mempunyai

  • 16

    dinding yang relatif tebal dan lumen kecil. Arteri memperlihatkan susunan

    lapisan sebagai berikut; Tunika intima, terdiri dari endotel, lapisan

    subendotelial terdiri jaringan ikat, dan membrane elastika interna yang

    membatasi dengan tunika media. Tunika media, terutama terdiri atas serat-

    serat muscular polos sirkular dan serat-serat elastika halus tercampur di

    antaranya. Tunika adventisia, terdiri dari jaringan ikat, didalamnya terdapat

    serat-serat kecil dan pembuluh darah, pembuluh darah tersebut disebut vasa

    vasorum atau pembuluh darah dari pembuluh darah (Eroschenko, 2010).

    Struktur dan komposisi umum dari pembuluh darah hampir sama pada

    seluruh sistem kardiovaskular. Yang membedakan adalah fungsi dari masing

    masing pembuluh darah dimana fungsi tersebut juga berbeda tergantung pada

    lokasi dari pembuluh darah tersebut. Sehingga setiap lesi patologik mengenai

    vaskularisasi maka secara khusus hanya akan menyerang beberapa bagian

    dari sirkulasi pembuluh darah. Sebagai contoh pada aterosklerosis hanya

    menyerang pada elastic and muscular arteries, sedangkan pada hipertensi

    hanya menyerang small muscular arteries and arteriole. (Kumar et al., 2007)

    2.3.4. Endotel Pembuluh Darah

    Sel endotel melapisi bagian dalam lumen dari seluruh pembuluh darah

    dan berperan sebagai penghubung antara sirkulasi darah dan sel-sel otot polos

    pembuluh darah. Disamping berperan sebagai sawar fisik antara darah dan

    jaringan, sel endotel memfasilitasi berbagai fungsi yang kompleks dari sel

    otot polos pembuluh darah dan sel-sel didalam kompartemen darah. Sel

    endotel mempunyai beberapa peranan penting diantaranya adalah mengatur

    resistensi vascular, metabolisme hormone, regulasi inflamasi dan

  • 17

    mempengaruhi pertumbuhan sel tipe lain khususnya sel otot polos. Sebagai

    membran monolayer yang selektif permeable sel endotel mengatur pertukaran

    molekul baik yang berukuran besar maupun kecil yang mengenai dinding

    vascular. Hubungan interendotel dapat berkurang atau hilang karena berbagai

    macam penyebab gangguan faktor hemodinamik seperti hipertensi dan zat

    vasoaktif (Kumar et al., 2007)

    Berikut merupakan contoh produk dari endotel pembuluh darah:

    1. Nitrat Oksida (NO)

    Selama beberapa decade, telah terbukti bahwa nitrat oksida tidak hanya

    berperan dalam mengontrol tonus vasomotor melainkan juga berperan dalam

    homeostasis pembuluh darah dan syaraf serta proses imunologik. Nitrat

    oksida endogen diproduksi melalui perubahan asam amino L-arginine

    menjadi L-citrulline oleh enzim NO-synthase (NOS). Nitrat oksida yang

    dihasilkan oleh NO-synthase (NOS) type III didalam endotel akan berdifusi

    kedalam otot polos pembuluh darah yang akan mengaktifkan enzim

    guanylate cyclase. Bersamaan dengan peningkatan Cyclic Guanosine

    Monophosphate (cGMP), akan terjadi relaksasi dari otot polos pembuluh

    darah. Jadi hasil akhir dari peningkatan Nitrat Oksida (NO) akan terjadi

    vasodilatasi (Quyyumi, 1998)

    2. Angiotensin

    Sel endotel juga memproduksi mediator-mediator yang merangsang

    vasokonstriksi, yaitu endothelin, prostaglandin dan angiotensin II serta

    mengatur tonus pembuluh darah dengan cara mempertahankan keseimbangan

    produksi NO dengan produksi Angiotensin II sebagai vasodilator dan

  • 18

    vasokonstriktor, angiotensin II diproduksi oleh sel endotel pada jaringan

    lokal. Enzim yang mengatur produksi angiotensin II adalah angiotensin

    converting enzyme (ACE). Enzim ini bersifat proteolitik, disintesis oleh sel

    endotel, diekspresikan pada permukaan sel endotel dan mempunyai aktivitas

    dibawah pengaruh angiotensin I. Angiotensin I diproduksi melalui

    pemecahan dari suatu makromolekul precursor angiotensinogen dibawah

    pengaruh renin, suatu enzim proteolitik yang dihasilkan oleh ginjal.

    Angiotensin II berikatan dan mengatur tonus otot polos pembuluh darah

    melalui reseptor angiotensin yang spesifik. Tergantung dari reseptor yang

    diaktivasi, Angiotensin II dapat memberi efek regulasi terhadap berbagai

    aktivitas fungsional otot polos pembuluh darah, termasuk kontraksi

    (vasokonstriksi), pertumbuhan, proliferasi dan differensiasi. Secara

    keseluruhan, kerja dari angiotensin II berlawanan dengan kerja Nitrat Oksida

    (Quyyumi, 1998)

    Sel endotel juga berperan penting dalam pertumbuhan dan

    differensiasi sel otot polos pembuluh darah dengan cara melepaskan berbagai

    promoter atau inhibitor pertumbuhan dan differensiasi, yang member

    pengaruh terhadap terjadinya remodeling pembuluh darah. Sejumlah peptide

    telah diketahui berperan sebagai messenger utama terhadap sinyal-sinyal

    pertumbuhan seperti insulin growth factor 1 (IGF-1), placental growth factor

    (PGF), basic fibroblast growth factor (bFBF), dan lain-lain. Namun berbagai

    bukti menunjukkan bahwa rangsangan pertumbuhan otot polos pembuluh

    darah dimediasi oleh produksi lokal dari placental growth factor (PGF) dan

    Angiotensin II. Sebagai antagonis utama dari kerja Angiotensin II dalam

  • 19

    merangsang pertumbuhan sel otot polos pembuluh darah adalah Nitrat oksida

    dan prostacyclin (PGI2). Sel endotel juga terlibat dalam produksi berbagai

    molekul yang berperan dalam proses inflamasi yaitu antara lain intracellular

    adhesion molecule (ICAM) dan vascular cell adhesion molecule (VCAM).

    Molekul-molekul ini disebut sebagai molekul adhesi dan berfungsi

    mengaktifkan sel-sel yang terlibat dalam reaksi inflamasi. Penelitian terbaru

    menunjukkan bahwa dalam proses aterosklerosis terjadi peningkatan kadar

    tanda inflamasi (acute phase proteins) didalam darah (Quyyumi, 1998)

    2.3.5. Otot Polos Pembuluh Darah

    Pada keadaan normal sel otot polos pembuluh darah berproliferasi

    ketika mendapat rangsangan. Sel otot polos juga mensintesis extracellular

    matrix (ECM) seperti kolagen, elastin, proteoglikan dan merangsang faktor

    pertumbuhan dan sitokin. Pada keadaan terangsang baik secara fisiologis

    maupun farmakologis sel otot polos pembuluh darah juga dapat

    bervasokonstriksi dan vasodilatasi. Jika terdapat injury atau kerusakan pada

    dinding endotel maka sel otot polos akan bermigrasi ke bagian intima untuk

    berproliferasi menjadi lapisan tunika intima yang baru disebut dengan

    neointima. Namun proliferasi otot polos yang berlebihan dapat

    mengakibatkan stenosis lumen yang dapat menghambat laju aliran darah

    terutama pembuluh darah kecil seperti arteri coroner (Kumar et al., 2007)

  • 20

    (Kumar et al., 2007)

    Gambar. 2.5

    Komponen Pembuluh Darah secara Histologi

    (Kuehnel, 2003)

    Gambar. 2.6

    Perbandingan Ketebalan Tunika Pembuluh Darah Normal

  • 21

    2.4. Hubungan Jahe Merah dengan Aterosklerosis

    Hasil penelitian farmakologi menyatakan bahwa senyawa

    antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam

    menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh

    sel-sel kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-

    mutagenik pada konsentrasi tinggi (Manju dan Nalini 2005).

    Senyawa volatile dan non volatile adalah senyawa yang terdapat

    pada jahe. Senyawa volatile terdiri dari berbagai senyawa terpenoid,

    sedangkan senyawa non volatile terdiri dari gingerol, shogaol, paradol,

    zingerone dan senyawa turunan mereka serta senyawa-senyawa flavonoid

    dan polifenol yang mempunyai efek antioksidan dapat mencegah adanya

    radikal bebas dalam tubuh. (Stailova et al., 2007)

    Gingerol dan shogaol yang merupakan senyawa flavonoid yang

    merupakan kandungan utama pada Jahe. Kandungan 6-gingerol, 8-

    gingerol, 10-gingerol dan 6-shogaol dalam jahe merah tinggi dibandingkan

    dengan jahe gajah yaitu sebesar 18.03, 4.09, 4.61, dan 1.36 mg/g.

    (Fathona, 2011)

    Karena pengobatan untuk mencegah oksidasi LDL belum dikenal

    luas, maka senyawa antioksidan pencegah oksidasi LDL merupakan target

    utama pencarian obat antiaterosklerotik. Salah satu sumber senyawa

    antioksidan adalah obat herbal dengan kandungan senyawa polifenol yang

    tinggi (Libby, 2005). Polifenol juga meringankan plak aterosklerosis pada

    mencit dengan cara menurunkan inflamasi, meningkatkan ketersediaan

    NO, dan menginduksi heme oxygenase-1 (Loke et al., 2010)