aplikasi oleoresin jahe (zingiber officinale pada pembuatan skin lotion

41
USULAN MAKALAH KHUSUS I. JUDUL Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) pada Pembuatan Skin Lotion II. PERSONALIA 2.1 Pelaksana : Ratih Purnamasari (F34070061) Mahasiswa Tingkat IV Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 2.2 Pembimbing : Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc.Agr Staf Pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. III. PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah keanekaragaman rempah-rempah yang tumbuh tersebar di negara agraris ini. Jahe merupakan salah satu jenis rempah- rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan iklim di Indonesia sangat sesuai untuk pertumbuhan jahe, sehingga tanaman jahe dapat tumbuh dengan mudah.

Upload: ratih-purnama

Post on 04-Jul-2015

1.243 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

USULAN MAKALAH KHUSUS

I. JUDUL

Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) pada Pembuatan Skin

Lotion

II. PERSONALIA

2.1 Pelaksana : Ratih Purnamasari (F34070061)

Mahasiswa Tingkat IV Departemen Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

2.2 Pembimbing : Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc.Agr

Staf Pengajar pada Departemen Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

III. PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah keanekaragaman

rempah-rempah yang tumbuh tersebar di negara agraris ini. Jahe merupakan salah satu

jenis rempah-rempah yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan

iklim di Indonesia sangat sesuai untuk pertumbuhan jahe, sehingga tanaman jahe dapat

tumbuh dengan mudah.

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman rempah dan obat yang sudah

lama dikenal masyarakat Indonesia. Selain digunakan sebagai bumbu penyedap

masakan dan ramuan tradisional, tanaman ini juga menjadi komoditas perdagangan

sebagai bahan industri obat-obatan, kosmetik, minuman, makanan ringan dan kebutuhan

dapur.

Menurut Hayati (2005) tanaman jahe diperbanyak dengan rizhoma. Rizhoma

adalah batang yang tumbuh dari dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang

sampai dengan ketinggian 1.5 m dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm. Jahe

dipanen ketika batang berubah warna dari hijau menjadi kuning dan kering, yaitu sekitar

umur 9-10 bulan, atau warna agak coklat, yaitu sekitar 12 bulan.

Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) yang terhimpun di dalam famili Zingiberaceae

merupakan tanaman antioksidan, mempunyai fungsi sebagai bahan obat tradisionil

Page 2: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

untuk penanggulangan maupun pengobatan beberapa penyakit. Tanaman ini mampu

memutuskan rantai radikal bebas, pengaktifan enzim-enzim antioksidan maupun

penghambatan peroksidasi lipid di dalam sel. Berdasarkan sejumlah penelitian, jahe

memiliki banyak manfaat antara lain merangsang pelepasan hormon adrenalin,

memperlebar pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar,

menghangatkan tubuh, mencegah penggumpalan darah, mencegah dan menghilangkan

rasa mual, mengatasi perut kembung dan gangguan pada lambung, membantu

mengeluarkan angin di dalam tubuh, dan dapat meringankan kram perut pada saat

menstruasi atau kram akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak.

Rimpang jahe mengandung minyak atsiri dan oleoresin yang dapat memberikan

efek pengobatan seperti rasa hangat dan aroma terapi. Oleoresin jahe dapat memberikan

rasa hangat, sedangkan minyak atsirinya merupakan komponen volatile oil pada jahe

dan dapat memberikan rasa yang menyegarkan.

Selama ini, cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan jahe

sebagai obat luar masih tradisional, jahe harus diparut terlebih dahulu baru kemudian

dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit. Cara ini cukup merepotkan karena selain harus

memarut jahe sebelum digunakan, efek setelah penggunaannya pun terkadang tidak

menyenangkan seperti jahe terasa terlalu panas di kulit dan kulit menjadi kering. Oleh

karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih mudah untuk memanfaatkan jahe sebagai

bahan untuk pengobatan, misalnya membuatnya dalam bentuk skin lotion sehingga akan

lebih mudah digunakan. Selain berguna untuk pengobatan skin lotion juga berguna

untuk melembutkan kulit.

Skin lotion merupakan salah satu jenis produk industri kosmetik hasil emulsi

minyak dalam air (oil on water atau o/w) yang digunakan untuk menjadikan kulit halus,

segar, dan bercahaya. Campuran skin lotion terdiri dari air, emolien, humektan, bahan

pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997).

3.2 TujuanTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi terbaik dari

oleoresin jahe pada proses pembuatan produk skin lotion jahe serta mengetahui

karakteristik dan tingkat kesukaan konsumen terhadap produk skin lotion jahe yang

dihasilkan.

3.3 ManfaatManfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui konsentrasi terbaik dari oleoresin minyak jahe pada karakteristik produk

skin lotion yang dihasilkan.

2. Menghasilkan produk baru yang lebih inovatif yang dapat dikembangkan ke

masyarakat luas.

Page 3: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Jahe

Jahe (Zingiber Officinale) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun

berbatang semu. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina.

Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali

memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan

tradisional (Sapphire 2009). Menurut Paimin dan Murhananto (1999) berdasarkan

taksonomi tanaman, jahe termasuk dalam divisi Pteridophyta, subdivisi Angiospermae,

kelas Monocotyledoneae, ordo Scitaminae, dan famili Zingiberaceae, serta genus

Zingiber.

Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu :

a. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Ditandai ukuran

rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning, berserat halus dan

sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam. Dikonsumsi baik saat berumur muda

maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan

sebagai bahan baku makanan dan minuman.

b. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Jahe ini ditandai ukuran

rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih,

berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah

umur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya

lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan

minyak atsirinya.

c. Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga,

berserat kasar, beraroma serta berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan

memiliki minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada

umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.

Gambar 1. Jenis-Jenis Jahe

Page 4: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Tanaman jahe diperbanyak dengan rhizoma. Rhizoma adalah batang yang

tumbuh dalam tanah, rhizoma akan tumbuh menjadi batang sampai ketinggian 1.5 m

dengan panjang daun 5-30 cm dan lebar 8-20 mm. Rimpang jahe biasanya memiliki dua

warna yaitu bagian tengah (hati) berwarna ketuaan dan bagian tepi berwarna agak

muda. Jahe dipanen ketika batang berubah warna dari hijau menjadi kuning dan kering,

yaitu sekitar umur 9-10 bulan, atau warna agak cokelat sekitar 12 bulan (Hayati 2005).

Rismunandar (1988) menyatakan bahwa tanaman jahe membentuk rimpang yang

berbentuk umbi, ukuran rimpang dipengaruhi oleh jenis jahe. Rimpang jahe berkulit

agak tebal membungkus daging rimpang (jaringan parenchym). Dalam sel daging

rimpang, terdapat minyak atsiri jahe yang aromatis dan oleoresin.

Tanaman jahe dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 200-900 m diatas

permukaan laut, dengan lama penyinaran 2.5-7 bulan, suhu sekitar 25-30°C, pengairan

lahan tanam yang baik, dan pH tanah sekitar 5-5.6 (Departemen Pertanian 1999).

Menurut Farrel (1985) dalam jahe terdapat tidak lebih dari 7% total abu, 1.0% asam

yang tidak dapat dipisahkan dari abu, dan 12% kadar air, sedangkan dalam setiap 100 g

kandungan patinya tidak lebih dari 42% dan 1.5 ml minyak atsiri. Komposisi kimia jahe

menurut Farrel (1985) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia jahe per 100 g (edible portion)

Sumber : Farrel (1985)

Dalam dunia obat-obatan rakyat, jahe biasa diparut untuk digunakan sebagai obat

oles dan untuk mengobati pembengkakan atau rematik serta kadang-kadang digunakan

untuk mengobati sakit kepala (Rumphius dalam Heyne 1988). Menurut Paimin (1999),

komponen yang terkandung dalam rimpang jahe sangat banyak kegunaannya. Terutama

sebagai rempah, industri farma dan obat tradisional, industri parfum, industri kosmetika,

Komponen Jumlah Komponen Jumlah

Air (g) 9.4 Magnesium (mg) 184

Energi (kkal) 347 Fospor (mg) 148

Protein (g) 9.1 Potasium (mg) 1342

Lemak (g) 6.0 Sodium (mg) 32

Total karbohidrat (g) 70.8 Niasin (mg) 5

Serat (g) 5.9 Seng (mg) 5

Abu (g) 4.8 Vitamin A (IU) 147

Kalsium (mg) 116 Vitamin lainnya Tidak signifikan

Besi (mg) 12    

Page 5: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

dan lain sebagainya. Martha Tilaar Innovation Center (2002) menambahkan bahwa

rimpang jahe digunakan untuk menghangatkan badan, memperlancar pengeluaran

keringat, menambah nafsu makan, sebagai obat memar, dan menghambat pertumbuhan

bakteri. Bila ditinjau dari sisi medis, jahe dapat membantu mengurangi kolesterol,

mengobati tekanan darah rendah, menghilangkan rasa mual, dan pada test yang

dilakukan terhadap hewan dapat mengobati tumor hati (PROSEA 1999). Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) yang terhimpun di dalam famili Zingiberaceae

merupakan tanaman antioksidan, mempunyai fungsi sebagai bahan obat tradisionil

untuk penanggulangan maupun pengobatan beberapa penyakit. Tanaman ini mampu

memutuskan rantai radikal bebas, pengaktifan enzim-enzim antioksidan maupun

penghambatan peroksidasi lipid di dalam sel (Farida 2009). Menurut Farmakope

Belanda, Zingiber Rhizoma (akar jahe) yang berupa umbi Zingiber officinale

mengandung 6% bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagai rumusan obat-obatan

atau sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut daftar prioritas WHO, jahe merupakan

tanaman obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia. Di negara Malaysia, Filipina

dan Indonesia telah banyak ditemukan manfaat therapeutis (Kardarron 2009).

Jahe mengandung komponen minyak yang mudah menguap (volatile oil),

minyak yang tidak mudah menguap (non volatile oil), dan pati. Minyak yang mudah

menguap biasa disebut minyak atsiri dan merupakan komponen pemberi bau yang khas,

sedangkan minyak yang tidak mudah menguap biasa disebut oleoresin merupakan

komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdapat pada oleoresin

merupakan gambaran utuh dari kandungan jahe, yaitu minyak atsiri dan fixed oil atau

minyak tidak menguap yang terdiri dari zingerol, shogaol, dan resin (Paimin 1999).

Kadar minyak jahe dan oleoresin dalam rimpang jahe menurut Ketaren (1985) disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar minyak dan oleoresin jahe dalam rimpang jahe

Tingkat kematangan jahe Minyak atsiri (%) Oleoresin (%)

Jemur Oven Segar Jemur Oven Segar

Tua

Tidak dikupas 2.75 2.41 2.25 11.03 13.42 14.84

Dikupas 2.21 1.94 1.93 7.14 11.65 13.27

Setengah tua

Tidak dikupas 3.45 2.69 2.66 12.96 15.68 16.30

Dikupas 2.87 2.40 2.38 11.11 14.15 14.34

Muda

Tidak dikupas 4.09 3.56 3.18 19.99 20.98 21.86

Dikupas 8.53 3.04 3.03 17.20 17.48 17.78

Sumber : Ketaren (1985)

2.2 Minyak Jahe

Minyak atsiri adalah bahan

kimia aromatik yang dihasilkan

oleh tanaman, bersifat mudah

menguap pada suhu kamar tanpa

Gambar 2. Minyak Jahe

Page 6: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

mengalami dekomposisi dan diperoleh melalui penyulingan uap, pengepresan maupun

ekstraksi menggunakan pelarut (Ketaren 1985). Paimin (1999) menambahkan bahwa

minyak atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap atau essential oil. Ciri

minyak atsiri antara lain mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami

dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, dan

umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.

Minyak atsiri itu sendiri terdapat pada rimpang jahe segar, jahe kering, dan oleoresin.

Minyak atsiri diperoleh dengan cara mendestilasi jahe dengan sistem destilasi air,

destilasi air dan uap, atau destilasi uap. Jahe kering mengandung minyak atsiri sebanyak

1-3%, sedangkan jahe segar kandungan minyak atsirinya lebih banyak dari jahe kering.

Apalagi kalau tidak dikuliti sama sekali. Minyak atsiri merupakan pemberi aroma khas

pada jahe. Komponen utama minyak jahe adalah zingiberen dan zingiberol, sedangkan

persenyawaan lain adalah n-desil aldehid, n-nonil aldehid, d-kamfen, d-α-felandren,

metil heptenon, sineol, d-borneol, geraniol, linalool, asetat, kaprilat, sitral, khavikol,

fenol, dan limonen (Paimin 1999).

Minyak atsiri adalah suatu campuran yang komplek dari komponen terpen dan

non terpenoid. Komponen-komponen yang diketahui adalah a-zingiberen, b-zingiberen,

ar-kurkumen, b-sesquiphellandren, a-farnesen, bbisabolen (sesquiterpene

hydrocarbons), dan geraniol (oxygenated monoterpenes) (PROSEA 1999).

Menurut Koswara (1995) komponen utama minyak jahe terdiri dari seskuiterpen,

monoterpen, dan monoterpen teroksidasi. Seskuiterpen pada jahe terdiri dari

seskuiterpen hidrokarbon dan seskuiterpen alkohol. Seskuiterpen hidrokarbon terdiri

dari a-zingiberen, b-zingiberen, kurkumen, b-bisabolen, belemen, b-parnesen, d-salinen,

b-seskuiphelandren, dan seskuitujen. Seskuiterpen alkohol terdiri dari zingiberol (cis-b-

endesmol dan trans-bendesmol), nerediol, cis-b-seskuiphelandrol, trans-b-

seskuiphelandrol, cissabinen, dan zingiberenol. Monoterpen hidrokarbon pada minyak

jahe terdiri dari d-camphen, 4-3-karen, p-simen, kurkumen, d-limonen, mirsen, d-

bphelandren, a-pinen, b-pinen dan sabinen, sedangkan monoterpen teroksidasi pada jahe

terdiri dari d-borneol, bornil asetat, 1,8-sineol, sitral, sistronelil asetat, gereniol, dan

linalol.

Koswara (1995) juga menjelaskan bahwa komponen utama minyak atsiri jahe

yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol. Zingiberen merupakan

seskuiterpen hidrokarbon dengan rumus C15H24, sedangkan zingiberol merupakan

seskuiterpen alkohol dengan rumus C15H26O.

Pada umur panen muda, kandungan minyak atsirinya tinggi, sedangkan pada

umur tua kandungannya semakin menyusut walau baunya semakin menyengat. Hal lain

yang perlu diketahui adalah bagian tepi dari umbi mengandung minyak lebih banyak

dari bagian tengah demikian pula dengan baunya. Di bawah kulit, pada jaringan

epidermis merupakan bagian terbanyak menyimpan minyak (Paimin 1999).

Page 7: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Tabel 3. Komposisi kimia minyak jahe berdasarkan analisa dengan kromatografi gasKomposisi Jumlah (%) Komposisi Jumlah (%)

a- dan b- zingiberen

(hidroksin) non polar 35,6 Fellandren 1,3

a- humulen - Karene -

Kamfena 1,1 Elemena 1

Zerumbon - Sitral b 0,8

ar-kurkumen 17,7 b-pinena 0,2

Seskuiterpen alkohol 16,7 Humulen dioksida -

Unidentified 5,6 Alkohol (unidentified) 0,2

Farnensen 9,8 b-bisabolena 0,2

Humulen epoksida - Desil aldehid 0,2

Kamphor - 2- nonanol 0,2

a- pinene 0,4 Alkohol (unidentified) 0,1

Borneol 2,2 Bornil asetat 0,1

Borneol dan a- terpinol - p- simena 0,1

Eukaliptol 1,3 Geraniol 0,1

b- kariofilena - Metil heptanon 0,1

Limonene 1,2 Mirsena 0,1

Sitral a 1,4 Nonil aldehid 0,1

Selinena 1,4 Kumene 0,1

Linalool 1,3 2-heptanol 0,1

Total 100,7

Sumber : Dickes dan Nicholas (1976)

Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam minyak jahe antara lain :

Zingiberen (C15H24)

Zingiberen adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe. Senyawa ini

memiliki titik didih 34ºC pada tekanan 14 mm Hg, dengan berat jenis pada 20ºC adalah

0,8684. Indeks biasnya 1,4956 dan putaran optik -73º38’ pada suhu 20ºC. Selama

penyimpanan, senyawa zingiberen akan mengalami resinifikasi (Ketaren 1985).

Struktur senyawa zingiberen dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 8: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Gambar 3. Rumus Kimia Zingiberen (C15H24)

Zingiberol (C15H26O)

Zingiberol merupakan seskuiterpen alkohol yang menyebabkan aroma khas pada

minyak jahe (Ketaren, 1985). Struktur senyawa zingiberol dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rumus Kimia Zingiberol (C15H26O)

Sabinen (C10H16)

Menurut Guenther (1952), sabinen merupakan senyawa yang dapat memutar

bidang polarisasi cahaya ke arah kanan (dextrorotatory) dan ke kiri (levorotatory).

Sabinen merupakan komponen utama dalam minyak kemukus, yaitu sekitar 33%. Bobot

molekul sabinen seperti yang dikutip dari adalah 136.234 g/mol. Kegunaan senyawa ini

tidak terlalu luas, tetapi sering digunakan sebagai komponen bahan pada pembuatan

minyak lada sintetik (Guenther 1952)

Kamfena (C10H16)

Kamfena memiliki bobot molekul 136.23 dengan jumlah persentase atom C

88.16% dan atom H 11.84%. Terdapat pada banyak minyak atsiri terutama sebagai

terpentin. Sangat mudah menguap pada udara terbuka. Kamfena tidak dapat larut pada

air, sedikit larut pada alkohol, dan mudah larut pada eter, sikloheksan, dioksan, dan

kloroform (Merck Index 1996).

Farnesen (C15H24)

Farnesen memiliki bobot molekul 204.34 dengan jumlah persentase atom C

88.16% dan atom H 11.84%. Terbentuk dari pemanasan nerodiol dengan acetic

anhydrate. Berupa minyak agak encer (Merck Index 1996).

a-Pinen

Senyawa ini merupakan senyawa tidak berwarna dengan bobot molekul 136.24,

bersifat labil, dengan bobot jenis 8.86, dan titik didih 157°C. Alpha pinene larut dalam

alkohol, propilen, glikol, dan gliserin. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak pala,

minyak adas, minyak kayu putih, minyak anis, dan minyak kemukus. Di Eropa,

persenyawaan ini digunakan sebagai flavouring agent pada bahan pangan dengan dosis

15-50 ppm, selain itu digunakan pula sebagai bahan pembuatan terpineol (Ketaren

1985).

Borneol (C10H180)

Borneol memiliki bobot molekul sebesar 154.24 dengan jumlah persentase atom

C 77.86%; H 11.76%; dan O 10.37%. Pemberi rasa dan aroma pedas yang khas dan

Page 9: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

menyebabkan rasa yang agak menyerupai mint. Tidak larut pada air, sedikit larut pada

alkohol, larut dengan mudah pada eter, benzen, toluen, asetone, dekalin, dan tetralin.

Senyawa ini biasa digunakan pada industri parfum (Merck Index 1996).

Limonene (C10H16)

Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak kayu putih, dengan rumus molekul

C10H16, dengan titik didih 175-176°C. Selain itu, senyawa ini terdapat pula dalam

minyak anis dan minyak kemukus (Ketaren 1985).

Sitral (C10H160)

Sitral memiliki bobot molekul 152.23 dengan jumlah persentase atom C 78.89%;

H 10.59%; dan O 10.51%. Merupakan komponen pokok dari minyak lemon (75-80%)

dan komponen minyak atsiri dari Cymbopogon citratus. Senyawa sitral selalu ada pada

minyak verbena, lemon, dan orange tetapi pada jumlah yang sedikit. Sitral yang

terdapat pada bahan alami adalah campuran dari dua komponen yang memiliki

kesamaan geometrik (isomer) yaitu geraniol dan neral.

Linalool

Senyawa ini terdapat dalam minyak mawar dalam bentuk l-linalool dengan

jumlah yang sedikit, sedangkan dalam minyak melati dalam bentuk d-linalool dengan

persentase 15.5%. Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan sitral (persenyawaan asam

naphtho-cinchoninat) dengan titik cair sekitar 177-199°C (Ketaren 1985).

Phellandren

Phellandren termasuk senyawa golongan terpen, biasanya tidak berwarna atau

sedikit berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam 10-15 bagian alkohol 90%,

dan dalam 1-3 bagian alkohol 95%. Senyawa ini terdapat dalam tanaman lada,

memberikan aroma khas lada akan tetapi tidak memberikan efek pedas (Ketaren 1985).

Geraniol (C10H180)

Geraniol disebut pula sitral a berwujud cairan minyak yang berwarna terang.

Memiliki bobot molekul 154.24 dengan jumlah persentase atom C 77.86%; H 11.76%;

dan O 10.37%. Pemberi aroma lemon yang kuat, senyawa ini tidak dapat larut dalam

air. Geraniol adalah olefinic terpene alcohol yang merupakan komponen utama dari

minyak mawar dan minyak palmarose. Selalu dapat ditemukan dalam minyak atsiri

seperti citronella, lemon grass, dan lain-lain. Merupakan bentuk isomer dengan linalool.

Geraniol banyak digunakan pada industri parfum (Merck Index 1996).

Kumene (C9H12)

Kumene memiliki bobot molekul 120.19 dengan jumlah persentase atom C

89.94% dan atom H 10.06%. Merupakan cairan yang tidak berwarna dan dapat

ditemukan dalam American petroleum. Tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut

dalam alkohol dan pelarut organik lainnya (Merck Index 1996).

2.3 Oleoresin Jahe

Oleoresin adalah suatu gugusan kimiawi yang cukup kompleks

persenyawaannya. Kata oleoresin terdiri atas dua suku kata oleo dan resin, yang berarti

minyak dan damar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk pasta yang merupakan

Page 10: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan sejenis damar pembawa rasa

(Rismunandar 1988).

Rasa pedas oleoresin jahe disebabkan karena adanya gingerol dan shogaol yang

pada prinsipnya hampir sama dengan minyak atsiri, bercampur dengan minyak lemak,

asam lemak, resin, dan karbohidrat. Oleoresin ini berupa cairan yang berwarna kuning

tua sampai coklat tua, sangat kental, harum, hangat, dan pedas. Ekstraksi jahe kering

dengan menggunakan pelarut organik akan menghasilkan 3,5-10% oleoresin dimana

15%-30% nya adalah minyak atsiri (PROSEA 1999). Guenther (1952) menjelaskan

bahwa kandungan oleoresin dalam jahe kering berkisar 5-7%. Komponen kuantitatif

oleoresin tergantung pada jenis pelarut yang digunakan untuk ekstraksinya dan secara

umum tersusun oleh komponen-komponen :

1. Gingerol yang merupakan senyawa turunan fenol.

2. Zingeron yang merupakan senyawa turunan keto fenol.

3. Shogaol yang merupakan senyawa homolog dari zingeron.

4. Minyak volatil.

5. Resin.

Senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam oleoresin jahe antara lain :

Gingerol

Gingerol terdiri dari beberapa homolog fenol, mudah rusak oleh alkali

hidroksida dan sifat kepedasan gingerol akan hilang atau rusak bila dipanaskan

dengan larutan KOH 2%. Rumus kimia gingerol disajikan pada gambar di bawah

ini.

Gambar 5. Rumus Kimia Gingerol

Zingeron

Zingeron terdapat di dalam rimpang jahe dalam keadaan normal dan

jumlahnya akan bertambah jika terjadi dekomposisi gingerol untuk pemanasan

diatas 200oC. Komponen ini mempunyai rasa pedas dan bau harum. Kepedasan zat

akan rusak bila bereaksi dengan larutan KOH 5%. Rumus kimia zingeron disajikan

pada Gambar 6.

Gambar 6. Rumus Kimia Zingeron

Shogaol

Shogaol mulai terbentuk selama pengeringan rimpang jahe karena terbentuk

dari hasil dehidrasi senyawa gingerol. Reaksi ini berlangsung cepat sekali dalam

Page 11: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

suasana basa pada suhu kamar, sedangkan dalam suasana asam reaksi akan

berlangsung lambat sekali. Akan tetapi pada suhu tinggi akan berlangsung cepat.

Kepedasan jahe semakin berkurang selama penyimpanan dan senyawa yang

tertransformasi adalah gingerol menjadi shogaol. Rumus kimia shogaol disajikan

pada gambar 7.

Gambar 7. Rumus Kimia Shogaol

2.4 Skin Lotion

Skin lotion termasuk golongan kosmetika pelembab kulit yang terdiri dari

berbagai minyak nabati, hewani maupun sintetis yang dapat membentuk lemak

permukaan kulit buatan berfungsi untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan

kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti

seluruh fungsi dan kegunaan kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya

berbentuk sediaan cairan minyak atau campuran minyak dalam air yang dapat ditambahi

atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja 1997).

Skin lotion merupakan salah satu jenis produk industri kosmetik hasil emulsi

minyak dalam air (oil on water atau o/w) yang digunakan untuk menjadikan kulit halus,

segar, dan bercahaya. Campuran skin lotion terdiri dari air, emolien, humektan, bahan

pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997).

Gambar 8. Emulsi minyak dalam air

Lotion pelembab berfungsi menyokong kelembaban dan daya tahan air pada

lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit tersebut (Mitsui

1997). Lotion didefinisikan sebagai campuran dua fase yang tidak bercampur,

distabilkan dengan sistem emulsi, dan berbentuk cairan yang dapat dituang jika

ditempatkan pada suhu ruang (Schmitt 1996). Syarat mutu pelembab kulit (berdasarkan

SNI 16-4399-1996) disajikan pada Tabel.

Tabel 4. Syarat mutu pelembab kulitNo Kriteria uji Satuan Persyaratan

1 Penampakan - Homogen

2 pH - 4,5-8,0

3 Bobot jenis, 20oC - 0,95-1,05

4 Viskositas, 25oC cP 2000-

Page 12: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

50000

5 Cemaran mikroba koloni/gram Maks 102

Emulsi adalah suatu sistem yang heterogen dan mengandung dua fase cairan

yaitu fase terdispersi dan pendispersi. Molekul-molekul fase tersebut bersifat saling

antagonis karena perbedaan sifat kepolarannya (Suryani et al. 2000). Emulsi yang

mempunyai fase terdispersi minyak dan fase pendispersi air disebut emulsi minyak

dalam air, yang biasanya mengandung >31% air (w/w). Skin lotion merupakan salah

satu contoh emulsi tersebut (Ansel 1989).

Pada emulsi minyak dalam air, fase minyak dan fase air yang terpisah

disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak mengandung komponen

bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan yang larut air yang

dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak kemudian disatukan (Rieger

2000).

Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75oC. Proses

emulsifikasi pada pembuatan skin lotion adalah pada suhu 70oC (Mitsui 1997). Waktu

pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan. Pengadukan yang terlalu lama

pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus dihindari, karena akan menyebabkan

terjadinya penggabungan partikel. Lamanya pengadukan tidak dapat ditetapkan secara

pasti karena hanya dapat diketahui secara empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran

partikel dan mempengaruhi viskositas emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran

partikel akan menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi (Rieger 1994).

Emulsi merupakan penyatuan dari zat-zat yang mempunyai sifat yang bertolak

belakang. Zat-zat tersebut mempunyai sifat kelarutan yang berbeda, yaitu sebagian larut

dalam air dan sebagian larut dalam minyak. Penyatuannya dimungkinkan dengan

menambahkan suatu zat yang memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan

dalam satu molekulnya. Zat tersebut dinamakan emulsifier (Suryani et al. 2000). Pada

pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak bercampur karena

berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat kekuatan yang menyebabkan

masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.

Kekuatan ini disebut tegangan antar muka. Zat-zat yang dapat meningkatkan penurunan

tahanan tersebut akan merangsang suatu cairan untuk menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil. Penggunaan zat-zat ini sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil

menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling

bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya

tarik menarik antarmolekul dari masing-masing cairan (Ansel 1989).

Zat pengemulsi mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang

merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu. Dalam suatu emulsi yang

mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih

larut dalam salah satu fase dan terikat dengan kuat dalam fase tersebut dibandingkan

pada fase lainnya karena molekul-molekul zat ini mempunyai suatu bagian hidrofilik

(bagian suka air) dan suatu bagian hidrofobik (bagian tidak suka air). Molekul-molekul

tersebut akan mengarahkan dirinya ke masingmasing fase (Ansel 1989).

Suatu emulsifier memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar

muka dan tegangan permukaan. Menurunnya tegangan antar muka ini akan mengurangi

daya kohesi dan meningkatkan daya adhesi. Emulsifier akan membentuk lapisan tipis

Page 13: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

(film) yang menyelimuti partikel sehingga mencegah partikel tersebut bersatu dengan

partikel sejenisnya. Sistem emulsi yang stabil dapat diperoleh melalui pemilihan

emulsifier yang larut dalam fase yang dominan (pendispersi) (Suryani et al. 2000).

2.4 Bahan Penyusun Skin Lotion

Bahan penyusun skin lotion terdiri dari asam stearat, mineral oil, setil alkohol,

triethanolamin, gliserin, air murni, pengawet dan pewangi yang disusun berdasarkan

persentase berat dalam formulasi (Nussinovitch 1997).

2.4.1 Asam stearat

Asam stearat (C16H32O2) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai

hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan

berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform,

eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi

dalam sediaan kosmetika (Depkes RI 1993). Asam stearat dapat menghasilkan

kilauan yang khas pada produk skin lotion (Mitsui 1997).

Emulsifier (pengemulsi) yang digunakan dalam pembuatan skin lotion ini

memiliki gugus polar maupun non polar secara bersamaan dalam satu

molekulnya sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di

sisi lain juga akan mengikat air yang polar sehingga zat-zat yang ada dalam

emulsi ini akan dapat dipersatukan. Suatu emulsi biasanya terdiri lebih dari satu

emulsifier karena kombinasi dari beberapa emulsifier akan menambah

kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari emulsi (Suryani et al. 2000).

2.4.2 Setil alkohol

Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran yang berwarna putih, berbau

khas lemak, rasa tawar, dan melebur pada suhu 45-50oC. Setil alkohol larut

dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai

pengemulsi, penstabil, dan pengental (Depkes RI 1993). Setil alkohol adalah

alkohol dengan bobot molekul tinggi yang berasal dari minyak dan lemak alami

atau diproduksi secara petrokimia. Bahan ini termasuk ke dalam fase minyak

pada sediaan kosmetik. Pada formulasi produk setil alkohol yang digunakan

kurang dari 2%. Setil alkohol merupakan lemak putih agak keras yang

mengandung gugusan kelompok hidroksil dan digunakan sebagai penstabil

emulsi pada produk emulsi seperti cream dan lotion (Mitsui 1997). Alkohol

dengan bobot molekul tinggi seperti stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril

monostearat digunakan terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk

emulsi minyak dalam air dari lotion (Ansel 1989).

Bahan pengental digunakan untuk mengatur kekentalan dan

mempertahankan kestabilan produk. Pengental dibedakan menjadi pengental

yang berasal dari lemak (lipid thickeners), misalnya setil alkohol; pengental yang

berasal dari hewan dan tumbuhan serta turunannya (thickeners of vegetable and

Page 14: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

animal), misalnya karaginan; pengental mineral dan mineral termodifikasi

(mineral and modified mineral thickeners), misalnya silicon oil; dan pengental

sintetik (synthetic thickeners), misalnya karbomer (Polo 1998). Proporsi bahan

pengental yang digunakan dalam skin lotion yaitu dibawah 2,5%. Bahan

pengental yang digunakan dalam pembuatan skin lotion bertujuan untuk

mencegah terpisahnya partikel dari emulsi (Schmitt 1996).

Salah satu cara untuk meminimumkan kecenderungan bergabungnya fase

terdispersi adalah dengan mengentalkan produk. Hal ini juga akan membuat

emulsi menjadi stabil. Kestabilan sistem emulsi ini ditandai dengan semakin

berkurangnya kemungkinan terjadinya penggabungan partikel sejenis dan

rendahnya laju rata-rata pengendapan yang terjadi (Glicksman 1983).

2.4.3 Minyak mineral

Minyak mineral (parafin cair) adalah campuran hidrokarbon cair yang

berasal dari sari minyak tanah. Minyak ini merupakan cairan bening, tidak

berwarna, tidak larut dalam alkohol atau air, jika dingin tidak berbau dan tidak

berasa namun jika dipanaskan sedikit berbau minyak tanah. Minyak mineral

berfungsi sebagai pelarut dan penambah viskositas dalam fase minyak (Depkes

RI 1993).

Parafin merupakan hidrokarbon yang jenuh dan dapat mengikat atom

hidrogen secara maksimal sehingga bersifat tidak reaktif. Bahan ini memiliki

kompatibilitas yang sangat baik terhadap kulit. Minyak mineral mempunyai

peranan yang khas sebagai occlusive emolien (Mitsui 1997).

Emolien didefinisikan sebagai sebuah media yang bila digunakan pada

lapisan kulit yang keras dan kering akan mempengaruhi kelembutan kulit dengan

adanya hidrasi ulang. Dalam skin lotion, emolien yang digunakan memiliki titik

cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Fenomena ini dapat menjelaskan timbulnya

rasa nyaman, kering, dan tidak berminyak bila skin lotion dioleskan pada kulit.

Kisaran penggunaan pelembut adalah 0.5-15 % (Schmitt 1996).

2.4.4 Gliserin

Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol, merupakan

cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau, dan mempunyai rasa

manis. Gliserin larut dalam alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut

organik (Doerge 1982).

Gliserin merupakan humektan yang paling baik digunakan dalam

pembuatan skin lotion. Humektan adalah komponen yang larut dalam fase air

dan merupakan bagian yang terpenting dalam skin lotion. Bahan ini ditambahkan

ke dalam sediaan kosmetik untuk mempertahankan kandungan air produk pada

permukaan kulit saat pemakaian. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu

melembutkan kulit dan mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang.

Humektan juga berpengaruh terhadap stabilitas skin lotion yang dihasilkan

karena dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang

(Mitsui 1997).

Page 15: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Komposisi gliserin yang digunakan pada formula berkisar 3-10%.

Gliserin diperoleh dari hasil samping industri sabun atau asam lemak dari

tanaman dan hewan (Mitsui 1997). Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai

humektan tetapi juga berfungsi sebagai pelarut, penambah viskositas, dan

perawatan kulit karena dapat melumasi kulit sehingga mencegah terjadinya

iritasi kulit (Depkes RI 1993).

Gliserol yang diperoleh dari penyabunan dipisahkan melalui proses

penyulingan dan dapat digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri

farmasi dan kosmetik. Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil

yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air

(Fessenden dan Fessenden 1982).

2.4.5 Triethanolamin

Triethanolamin ((CH2OHCH2)3N) atau TEA merupakan cairan tidak

berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat larut air dan etanol tetapi sukar larut

dalam eter. TEA berfungsi sebagai pengatur pH dan pengemulsi pada fase air

dalam sediaan skin lotion (Depkes RI 1993).

TEA merupakan bahan kimia organik yang terdiri dari amine dan alkohol

dan berfungsi sebagai penyeimbang pH pada formulasi skin lotion. TEA

tergolong dalam basa lemah (Anonima 2008).

2.4.6 Metil Paraben

Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih atau tidak

berwarna, berbentuk serbuk halus, dan tidak berbau. Zat ini mudah larut dalam

etanol 95%, eter, dan air tetapi sedikit larut benzen, dan karbontetraklorida

(Depkes RI 1993). Metil paraben sering digunakan dalam skin lotion karena

dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur serta dapat mempertahankan

skin lotion dari mikroorganisme yang dapat merusak (Rieger 2000).

Metil paraben termasuk salah satu jenis pengawet yang biasa digunakan

dalam pembuatan skin lotion. Bahan pengawet yang biasa ditambahkan pada

pembuatan skin lotion sebesar 0,1-0,2%. Pengawet yang digunakan sebagai

tambahan pada produk menyebabkan mikroba tidak dapat tumbuh karena

pengawet bersifat antimikroba. Pengawet harus ditambahkan pada suhu yang

tepat pada saat proses pembuatan skin lotion, yaitu antara suhu 35-45oC agar

tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut (Schmitt

1996).

Pengawet yang baik memiliki beberapa persyaratan, antara lain: efektif

mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan

penguraian bahan, dapat bercampur dengan bahan lainnya secara kimia, tidak

menyebabkan iritasi, tidak mempengaruhi pH produk, tidak mengurangi

efektivitas produk, tidak menyebabkan perubahan pada produk (bau dan warna),

memiliki kestabilan pada rentang pH (dari netral sampai alkali) dan suhu yang

luas, mudah didapat, dan harga yang ekonomis (Mitsui 1997).

Page 16: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

2.4.7 Air murni

Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam

pembuatan skin lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan skin lotion

merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara penyulingan, proses

penukaran ion dan osmosis sehingga tidak lagi mengandung ion-ion dan mineral-

mineral. Air murni hanya mengandung molekul air saja dan dideskripsikan

sebagai cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, memiliki pH 5.0-7.0, dan

berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI 1993).

Pada pembuatan skin lotion, air merupakan bahan pelarut dan bahan baku

yang tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air murni juga

mengandung beberapa bahan pencemar, untuk itu air yang digunakan untuk

produk kosmetik harus dimurnikan terlebih dahulu. Air yang digunakan juga

dapat mempengaruhi kestabilan dari emulsi yang dihasilkan. Pada sistem emulsi

air juga berperan penting sebagai emolien yang efektif (Mitsui 1997).

2.5 Kulit

Menurut Mitsui (1997) kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi

seluruh tubuh dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh yang menyebabkan

hilangnya kelembaban sehingga kulit menjadi kering. Menurut Suryani et al. (2002)

kulit merupakan bagian organ terluas pada tubuh manusia yang berfungsi untuk

melindungi organ tubuh dari radiasi sinar ultraviolet, mengatur suhu tubuh, dan sebagai

tempat saraf bekerja.

Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum, untuk mempertahankan agar

permukaan kulit tetap lembut, lunak dan terlindung. Lapisan sebum dapat menjadi rusak

atau hilang jika kulit dicuci atau dicelupkan dalam larutan sabun atau detergen. Jika

sebum hilang secara lebih cepat dari pada terbentuknya, kulit menjadi kering dan

bersisik. Permukaan kulit dapat pecah, mempermudah masuknya bakteri, dapat terjadi

infeksi, akhirnya kulit akan mengeluarkan cairan, jika dibiarkan dapat menyebabkan

dermatitis. Kulit juga mengandung lapisan lemak yang berfungsi untuk mengontrol

penguapan air, kulit juga mengeluarkan cairan pelembab alami. Keseimbangan

kandungan kulit air dalam kulit sangat penting untuk diperhatikan (Formularium

Kosmetika Indonesia 1985).Fungsi kulit adalah sebagai pembungkus struktur jaringan tubuh di bawahnya,

sehingga dapat melindungi bagian tubuh lainnya dari pengaruh buruk cuaca (Warta

Kosmetik 1995). Gambar penampang kulit disajikan pada Gambar 9.

Page 17: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Gambar 9. Struktur lapisan kulit (Bramayudha 2008)

Ketebalan kulit manusia tergantung dari umur, jenis kelamin, dan lokasi pada

bagian tubuh. Kulit luar terbagi atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis,dan sel

subcutaneous. Epidermis terdiri dari beberapa lapisan yang mempunyai ketebalan

sekitar 0,1-0,3 mm yaitu lapisan stratum corneum, lapisan granular, lapisan spinous,

dan lapisan basal. Lapisan basal merupakan lapisan yang paling dasar dari epidermis

yang berhubungan langsung dengan lapisan dermis. Lapisan basal membelah terus

menerus membentuk sel-sel baru yang berpindah kepermukaan diatasnya dan

membentuk lapisan spinous. Di atas lapisan spinous terdapat dua atau tiga lapisan

granular. Lapisan basal, spinous, dan granular secara kontinyu bergerak ke lapisan luar

membentuk lapisan stratum corneum. Peristiwa ini disebut proses keratinisasi. Lapisan

stratum corneum adalah lapisan yang terlihat dan merupakan bagian yang diperhatikan

oleh ahli kimia kosmetik (Mitsui 1997).

Lapisan epidermis memiliki fungsi yang paling penting yaitu menjaga gangguan

stimuli eksternal seperti dehidrasi, sinar ultraviolet, faktor fisik, dan faktor kimia

lainnya. Fungsi ini dilakukan oleh lapisan stratum corneum sebagai lapisan paling luar.

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit kedua setelah lapisan epidermis yang

memegang peranan penting dalam elastisitas dan ketegangan dari kulit. Sel

subcutaneous berada dibawah lapisan dermis. Sel ini berperan dalam mengatur

temperatur kulit (Mitsui 1997).

V. METODOLOGI PENELITIAN

5.1 Bahan dan Alat

5.1.1 Bahan

5.1.1.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini oleoresin jahe.

Page 18: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

5.1.1.2 Bahan Kimia

Bahan yang digunakan sebagai formulasi skin lotion adalah

asam stearat, setil alkohol, minyak mineral (parafin cair), gliserin,

triethanolamin, metil paraben, dan air murni, sedangkan bahan kimia

yang digunakan untuk analisis yaitu aquadest, Plate Count Agar (PCA),

dan NaCl.

5.2 Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain timbangan,

termometer, gelas piala, cawan alumunium, hot plate, pH meter, inkubator,

otoklaf, stirrer, mixer dan alat gelas lainnya.

5.2 Metodologi Penelitian

5.2.1 Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan untuk mempelajari formulasi bahan-bahan

penyusun dan prosedur pembuatan skin lotion yang tepat tanpa menggunakan

oleoresin jahe.

5.2.2 Penelitian Utama

Aplikasi minyak jahe pada produk lotion dilakukan dengan penambahan

konsentrasi minyak jahe sebesar 4%, 8%, 12%, dan 16%. Diagram proses

pembuatan skin lotion pada penelitian utama disajikan pada Gambar 7.

Prosedur pembuatan produk adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing bahan yang akan digunakan dalam formulasi ditimbang.

Kemudian dipisahkan berdasarkan fasenya (kelarutan dalam air dan dalam

minyak). Fase minyak meliputi asam stearat, setil alkohol, dan parafin cair,

sedangkan fase air meliputi gliserin, TEA, dan air.

2. Bahan-bahan yang memiliki fase yang sama dicampurkan. Kemudian

masing-masing campuran tersebut dipanaskan secara terpisah sampai pada

suhu 70oC -75 oC sambil terus dilakukan pengadukan dengan menggunakan

stirrer. Untuk fase minyak dilakukan selama ±10 menit (sediaan 1) dan untuk

fase air selama ±25 menit (sediaan 2).

3. Sediaan yang telah homogen tersebut dicampur dan diaduk dengan pengaduk.

Proses pencampuran kedua sediaan yang berbeda tersebut dilakukan pada

suhu 70oC. Proses pengadukan dengan stirrer dilakukan hingga campuran

kedua sediaan homogen dan mencapai suhu 40oC (sediaan 3)

4. Setelah keduanya tercampur, kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit

oleoresin dan metil paraben ke dalam campuran tersebut sambil terus

dilakukan pengadukan. Penambahan minyak jahe ini tidak dilakukan pada

penelitian pendahuluan.

Page 19: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

5. Pengadukan dilakukan sampai campuran tersebut dingin pada suhu kamar

atau selama ± 30 menit. Kemudian dilakukan analisis fisik dan hedonik

terhadap produk lotion yang dihasilkan.

Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Skin Lotion

Keterangan simbol : : Mulai dan Akhir, : Hasil

: Input, dan : Proses

Pengadukan dan pemanasan pada suhu 70-75°C selama ± 10 menit

Pengadukan dan pemanasan pada suhu 70-75°C selama ± 25 menit

Pencampuran pada suhu 70oC

Pengadukan hingga suhu 40oC selama ± 30 menit dan pendinginan hingga suhu 35oC selama ± 10 menit

Sediaan 3

Metil ParabenOleoresin Jahe

Skin Lotion

Pengadukan dan pencampuran

selama ± 1 menit

Fase minyak (sediaan 1) :Asam stearatParafin cair

Setil Alkohol

Fase Cair (sediaan 2) :Gliserin

TEAAir Murni

Mulai

Stop

Page 20: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

5.3 Analisa

5.3.1 Uji Fisik

5.3.1.1 pH

Sebanyak satu gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

dilarutkan dalam 10 ml aquades dan didiamkan selama 30 menit,

kemudian diukur derajat keasamannya dengan pH meter.

5.3.1.2 Bobot Jenis

Gunakan piknometer bersih, kering dan timbang bobotnya (W).

Masukkan sampel cairan kedalam piknometer. Atur suhu piknometer

yang telah diisi sampel hingga 17°C - 19°C. Tutup perlahan agarr tidak

terjadi gelembung. Buang kelebihan zat uji melalui bagian sisi tabung dan

bersihkan bagian permulaannya, lalu timbang (W1). Lakukan pengukutan

yang sama terhadap air (W2). Hitung :

D  2020  = W1-W

W2-W

5.3.1.3 Total Cemaran Mikroba

Secara aseptis ditimbang satu gram sampel dan kemudian

dimasukkan larutan pengencer (garam fisiologis) dan dikocok.

Pengenceran sampai 10-2. sebanyak 1 ml dari sampel diinokulasi pada

cawan petri yangsudah dituang media PCA. Cawan petri dibiarkan

membeku. Inokulasi dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah

koloni yang tumbuh dicatat sebagai total mikroba.

5.3.1.4 Viskositas

Sampel sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam wadah

kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer.

Viskositasnya (cp) adalah angka hasil pengukuran x faktor konversi.

5.3.1.5 Ukuran dan Distribusi Globula

Masing-masing konsentrasi skin lotion diletakan diatas preparat

dengan kaca penutup. Amati ukuran dan distribusi partikel-partikel bahan

penyusun yang digunakan pada pembuatan emulsi dengan menggunakan

mikroskop cahaya menggunakan perbesaran tertentu.

5.3.2 Uji Sensori (Kesukaan)

Page 21: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Uji sensori merupakan identifikasi, pengukuran secara ilmiah,

analisis dan interpretasi dari elemen-elemen pada suatu produk yang

dapat dirasakan oleh panca indera (penglihatan dan sentuhan). Uji sensori

pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan atau uji hedonik yang

bertujuan untuk mengevaluasi daya terima atau tingkat kesukaan panelis

terhadap produk yang dihasilkan. Skala hedonik yang digunakan berkisar

antara 1-7 dimana: (1) sangat tidak suka; (2) tidak suka; (3) agak tidak

suka; (4) normal; (5) agak suka; (6) suka; (7) sangat suka (Carpenter et al.

2000).

Uji sensori bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap produk skin lotion yang dihasilkan dengan cara meraba produk

dengan ujung jari kemudian mengoleskannya ke tangan, mencium dengan

hidung, dan melihat produk.

Dalam uji ini panelis diminta untuk menilai produk sesuai dengan

tingkat kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap produk hand and body

cream dengan skala numerik, 1 adalah sangat tidak suka, 2 tidak suka, 3

netral, 4 suka, dan 5 sangat suka. Hal-hal yang diuji meliputi

homogenitas, warna, bau, kesan lengket di tangan, dan rasa hangat pada

kulit. Contoh kuisoner disajikan pada lampiran 1.

5.4 Rancangan Percobaan (Steel dan Torie 1991)

Pada penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor dengan

tiga kali ulangan untuk masing-masing perlakuan. Faktor yang dikaji pengaruhnya

adalah sebagai berikut :

A1 : skin lotion dengan konsentrasi 4% oleoresin jahe

A2 : skin lotion dengan konsentrasi 8% oleoresin jahe

A3 : skin lotion dengan konsentrasi 12% oleoresin jahe

A4 : skin lotion dengan konsentrasi 16% oleoresin jahe

Model matematis rancangan percobaan yang dipakai adalah sebagai berikut:

Yij = μ + Ai + εij

Dimana :

Yij = Hasil pengamatan lotion ke-j dengan perlakuan ke-i

I = Perbedaan konsentrasi karaginan (4%, 8%,12%, dan 16%)

j = Ulangan dari setiap perlakuan (tiga kali)

μ = Nilai tengah umum

Ai = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat

5.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan antara akhir bulan Maret hingga awal bulan Juli

2011 di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, Bogor . Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut

(Tabel 7).

Page 22: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Tabel 5. Jadwal Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Studi pustaka

2 Survey bahan baku

3 Penelitian pendahuluan

4 Penelitian utama

Analisa hasil, studi pustaka, dan

penyusunan draf skripsi

6 Pembuatan skripsi

No. KegiatanMinggu ke-

5

5.6 Anggaran Biaya

Dana yang diperlukan pada penelitian ini digunakan untuk membeli beberapa

bahan baku serta biaya administrasi penelitian. Alokasi biaya penelitian juga digunakan

untuk peminjaman alat, penyewaan laboratorium dan administrasi. Biaya yang

dibutuhkan untuk penelitian adalah sebagai berikut (Tabel 6).

Tabel 6. Rincian Biaya Penelitian

No Kegiatan Biaya (Rp)

1 Pengurusan izin dan peminjaman peralatan 700.000

2 Pembelian bahan-bahan kimia 500.000

3 Pembelian Bahan Baku 500.000

4 Pencarian data dan transportasi 300.000

5 Penulisan dan perbanyakan skripsi 300.000

2.300.000Total Biaya

Page 23: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Lampiran 1. Kuisoner untuk uji hedonik

UJI HEDONIK SKIN LOTION JAHE

No. :

Nama :

Tanggal :

Contoh : skin lotion jahe

Instruksi : oleskan skin lotion jahe ke kulit Anda dan berikan penilaian dalam tabel di bawah

ini.

No. Parameter Kode

A B C D E F

1 Homogenitas

2 Warna

3 Aroma

4 Kemudahan menyebar

5 Kesan lengket dikulit

6 Rasa hangat dikulit

Nilai : 1 = sangat tidak suka

2 = tidak suka

3 = netral

4 = suka

5 = sangat suka

Page 24: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2008. Triethanolamin. Dalam http://en.wikipedia.org [5 Maret 2011].

Anonimb. 1999. Plant Resources Of South East Asia 13 SPICES. PROSEA Foundation, Bogor.

Indonesia [5 Maret 2011]

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ibrahim F, penerjemah. Jakarta: UI-

Press. Terjemahan dari Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.

Bramayudha . 2008. Struktur Kulit Manusia. Dalam http://www.insightmagazine.com [5 Maret

2011].

Budavary, Susan (editor). 1996. The Merck Index Twelfth Edition. Merck & Co., INC. New

Jersey.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetik Indonesia Edisi ke-2

Volume I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan R. I. 1978. Formularium Indonesia. Edisi II. Jakarta.

Dickes G. J. dan P. V. Nicholas. 1976. Gas Chromatography In Food Analysis, Butterwoods.,

London Boston.

Doerge RF. 1982. Serbaneka senyawa organik untuk farmasi. Di dalam Wilson, Gilsvold.

1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik Bagian II.

Fatah AM, penerjemah. Semarang: IKIP Semarang Press. Terjemahan dari Wilson and

Gisvold’s Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry.

Farida, Mutia Kemala. 2009. Minyak Jahe. Dalam http://mkf-poenya.blog.friendster.com [27

Februari 2011].

Farrel, K. T. 1985. Spices, Condiments and Seasoning. The Avi Publishing Company Inc.

Westport Connecticut, Daytona Beach. Florida.

Fessenden RJ, Fessenden JS. 1982. Kimia Organik. Ed ke-3. Pudjaatmaka AH, penerjemah.

Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari Organic Chemistry.

Glicksman M. 1983. Food Hydrocolloids. Florida: CRC Press.

Guenther, E. 1952. The Essential Oils. Van Nostrand Company. Inc., New York 5 : 106-120.

Page 25: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Hayati, E. K. 2005. Pemilihan Metode Pemisahan Untuk Penentuan Konsentrasi Gingerol dan

Pola Respon Fourier Transform Infrared Pada Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officinale

Roscoe). Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kardarron, Dan. 2009. Jahe. Dalam http://www.asiamaya.com [27 Februari 2011].

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press, Jakarta

Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar harapan, Jakarta.

Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science. Elsevier, Tokyo.

Nussinovitch A. 1997. Hydrocolloid Aplications. London: Blackie Academic & Professional.

Paimin, F. B dan Murhananto. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan Jahe. PT.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Polo KFD. 1998. A Short Textbook of Cosmeticology. Ed ke-1. Jerman: Verlag fur Chemische

Industrie.

Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam : Lachman et al. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.

Ed ke-2. Suyatmi S, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari Theory and

Pharmacy Practical Industry. Ed ke-2.

Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. Ed ke-8. New York: Chemical Publishing Co Inc.

Rismunandar. 1988. Rempah – Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Rumphius dalam K. Heyne. 1988. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Litbang Kehutanan

Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.

Sapphire. 2009. Jahe untuk Manfaat Kesehatan. Dalam http://www.sendokgarpu.com [27

Februari 2011].

Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam: DF Williams and WH Schmitt (Ed). 1996.

Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries Industry. Ed ke-2. London:

Blackie Academy and Profesional.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B, penerjemah. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari Principles and Procedures of Statistics.

Suryani A, Sailah I, Hambali E. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Page 26: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Warta Kosmetik. 1995. Sedian Farmasi Edisi Tahun XIX No. 235/1995. Hal 22-23.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia

(UI-Press), Jakatra.

Page 27: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

USULAN MASALAH KHUSUS

APLIKASI OLEORESIN JAHE (Zingiber officinale) PADA

PEMBUATAN SKIN LOTION

Oleh :

Ratih Purnamasari

F34070061

2011

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Page 28: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

APLIKASI OLEORESIN JAHE (Zingiber officinale) PADA

PEMBUATAN SKIN LOTION

USULAN MASALAH KHUSUS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RATIH PURNAMASARI

F34070061

Disetujui,

Bogor, Maret 2011

Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.sc. Agr.

Page 29: Aplikasi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Pada Pembuatan Skin Lotion

Pembimbing Akademik