bab ii tinjauan pustakarepository.umtas.ac.id/11/4/bab ii asri insani rahayu... · 2020. 2. 12. ·...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagainya.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. (Notoatmodjo, 2012)
2. Klasifikasi Perilaku
Menurut Maulana (2009), pembagian perilaku dilihat dari
bentuk respons terhadap stimulus terdiri dari :
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup
(convert) dimana masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran.
b. Perilaku terbuka (over behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam
bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat orang lain.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
11
3. Domain Perilaku Kesehatan
Menurut Bloom (1956, dalam Budiman, 2013) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi prilaku ke dalam 3 domain (ranah /
kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai
batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan
adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain prilaku
tersebut, yang terdiri dari :
a. Ranah kognotif (kognitif domain)
Ranah kognitif adalah berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual seperti : pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif bisa disebut juga
dengan ranah pengetahuan.
b. Ranah afektif (affectif domain)
Ranah afektif adalah berisi perilaku-perilaku yang
menekankan pada aspek perasaan dan emosi seperti ; minat,
sikap, apresiasi dan cara menyesuaikan diri. Ranah kognitif biasa
disebut dengan ranah sikap.
c. Ranah psikomotor (psikomotor domain)
Ranah psikomotor adalah berisi perilaku-perilaku yang
menekankan pada aspek keterampilan motorik, seperti :
mengerjakan, memasang, membuat, dan sebagainya. Ranah
psikomotor biasa disebut juga dengan ranah tingkah laku.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
12
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku
yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan yang tercakup di
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (compherension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
13
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi ril (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yang dapat
menggambarkan (membuat bagan), mebedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainnya.
5) Sintesis (Sintesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau meghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sisntesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
14
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus. Sikap belum merupakan suatu
tindakan yang nyata, tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan
seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus disekitarnya. Sikap
dapat diukur secara langsung dan tidak langsung (Notoatmodjo,
2012 dan Lagata, 2015).
Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Azwar, 2000
dalam Budiman, 2013). Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap
ini terdiri dari berbagai tindakan, yakni :
1) Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
15
2) Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Hal
ini merupakan suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatuyang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang
paling tinggi.
c. Praktek atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan. Tingkat – tingkat praktek yaitu :
1) Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat
pertama.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
16
2) Respon Terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua.
3) Mekanisme (mekanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4) Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
4. Determinan Perilaku
a. Teori Lawrence Green
Green mencoba menganalisa perilaku manusia berangkat
dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor
prilaku (behavior causes) dan faktor dari luar prilaku (non-
behavior causes). Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor yakni (Green, 1980 dalam Notoatmodjo,
2012) :
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
17
1) Faktor-faktor presdisposisi (presdisposisi factors), yang
terwujud dalam sosio demografi, seperti pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung (enambling factors), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas – fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
Pusksmas, Rumah Sakit, tempat pembuangan sampah,
kepemilikan jamban.
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud
dalam sikap dan perilaku seperti contoh dari tokoh
masyarakat, yang merupakan kelompok referensi dari prilaku
masyarakat.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :
B = Behavior
PF = Presdisposising factors
EF = Enambling factors
RF = Reinforcing factors
F = fungsi
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dan sebagainnya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan
B = f (PF, EF, RF)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
18
fasilitas, serta peran tokoh masyarakat juga sangat mendukung
serta memperkuat terbentuknya prilaku itu sendiri.
b. Teori Stimulus-Organsime Reaksi (S-O-R)
Teori ini bendasarkan pada asumsi bahwa penyebab
terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas
rangsangan (stimulus) dengan organisme / makhluk hidup
lainnya. Hoslan, et al. (1953, dalam Notoatmodjo, 2012)
mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakekatnya adalah
sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
1) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat
diterima atau ditolak.
2) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme
(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan
kepada proses berikutnya.
3) Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga
terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya.
4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut berubah (perubahan
perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa prilaku
dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
19
diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
(Notoadmodjo, 2012)
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkam anggapan bahwa perubahan perilaku
individu tergantung kepada keutuhan serta perilaku dilatar
belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan (Katz
1960, dalam Notoajmodjo 2012). Katz berasumsi bahwa :
1) Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat
berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
2) Perilaku berfungsi sebagai defense mechanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya,
dengan perilakunya atau dengan tindakan-tindakannya,
manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang
dari luar.
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti.
Dalam perannya seorang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan
dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang
dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari
konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati
sanubari.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
20
B. APD (Alat Pelindung Diri)
1. Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat
yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja seperti luka atau penyakit yang diakibatkan
oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) ditempat kerja, baik yang
bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain..
(Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2010 dan Novianto,
2015)
Alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah
kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat
melindungi tubuh akan tetapi mengurangi tingkat keparahan dari
kecelakaan yang terjadi. (Hindratmo, et al. 2010)
2. Syarat Alat Pelindung Diri
Pemulihan APD yang handal secara cermat merupakan
persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak
tepat dapat mencelakakan pekerja yang memakainya karena mereka
tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka
terpapar. Jadi pemulihan APD harus sesuai ketentuan seperti berikut
ini (Boediono,2003 dalam Lagata, 2015) :
a. Harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
21
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.
c. Harus dapat dipakai secara fleksibel dan bentuknya harus cukup
menarik.
d. Tidak menimbulkan bahaya – bahaya tamabahan bagi pemakainya
yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena
salah dalam penggunaanya.
e. Harus tidak memenuhi standar yang telah ada dan tahan lama.
f. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
g. Suku cadangannya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaan.
3. Macam-macam Alat Pelindung Diri
Menurut Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010 alat
proteksi minimal yang digunakan terdiri dari :
a. Alat pelindung kepala
1) Fungsi Alat pelindung kepala
Fungsi alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,
kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas,
api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim. (Lagata, 2015)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
22
2) Jenis-jenis alat pelindung kepala
Terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau
tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
b. Alat pelindung mata dan muka
1) Fungsi alat pelindung mata dan muka
Fungsi alat pelindung mata dan muka adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka
dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel
yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-
benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau
benda tajam.
2) Jenis - jenis alat pelindung mata dan muka
Terdiri dari kacamata pengaman (spectacles), goggles,
tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan
kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
c. Alat pelindung telinga
1) Fungsi alat pelindung telinga
Fungsi alat pelindung telinga adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap
kebisingan atau tekanan.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
23
2) Jenis Jenis alat pelindung telinga
Terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup
telinga (ear muff).
d. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
1) Fungsi alat pelindung pernapasan
Fungsi alat pelindung pernapasan beserta
perlengkapannya adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara
bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia,
mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol),
uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya. (Millos, 2009 dan
Lagata, 2015)
2) Jenis-jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya
Terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-
breather, airline respirator, tangki selam dan regulator (Self-
Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-
Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency
breathing apparatus.
e. Alat pelindung tangan
1) Fungsi pelindung tangan (sarung tangan)
Fungsi pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-
jari tangan dari benda tajam, pajanan api, suhu panas, suhu
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
24
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,
bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat
patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
2) Jenis-jenis pelindung tangan
Terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam,
kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.
f. Alat pelindung kaki
1) Fungsi alat pelindung kaki
Fungsi alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi
kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,
tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
2) Jenis-jenis pelindung kaki
Berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja
yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau
bahaya binatang dan lain-lain.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
25
g. Pakaian pelindung
1) Fungsi pakaian pelindung
Fungsi pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi
badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya benda
tajam, temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api
dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan
dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
2) Jenis-jenis pakaian pelindung
Terdiri dari rompi, celemek (Apron/Coveralls), jaket,
dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh
bagian badan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung
diri
a. Faktor-faktor internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi penggunaan alat
pelindung diri adalah :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang dikerjakan oleh seseorang
untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuknya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
26
dengan tujuan mendekatkan diri kepada tingkat kesempurnaan
pemahaman. (Lagata, et al. 2012).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhyandi
pada tahun 2008, Ilham Noviandry pada tahun 2013, Fauzia
Sarini Lagata pada tahun 2015 dan Enno Yona Magita pada
tahun 2017 menunjukkan bahwa proporsi terbesar dari
responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang alat
pelindung diri, penelitian tersebut menyebutkan ada hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.
Komposisi yang homogen tentang tingkat pendidikan serta
pengetahuan responden seperti hasil tersebut berkaitan dengan
baiknya komunikasi, tingkat pedidikan, informasi dan edukasi
tentang alat pelindung diri di bagian produksi.
Bertolak belakang dengan penelitian Wekoyla pada
tahun 2012, Kurnia Aprinita dan Fitriana Candra Dewi pada
tahun 2017 menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan responden pengetahuan dengan perilaku
penggunaan APD dan tidak ada perbedaan proporsi kejadian
penggunaan APD dengan tingkat pendidikan yang di tempuh.
2) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek
tertentu yang dimaksud objek dalam pengetahuan adalah
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
27
benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu sendiri .
(Notoatmodjo, 2012)
Sedangkan pengetahuan dalam penggunaan APD adalah
sesuatu yang diketahui oleh responden tentang hal –hal yang
berkaitan dengan Alat pelindung diri (APD) seperti
pengertian, informasi, penyebab, risiko dari kecelakaan kerja
akibat tidak memakai alat pelindung diri. (Fitri, 2015)
Menurut hasil penelitian Ruhyandi pada tahun 2008,
Ilham Noviandry pada tahun 2013, Nindya Kurnia Aprinita
pada tahun 2017 menunjukan hasil analisis hubungan antara
kepatuhan penggunaan APD dengan pengetahuan pekerja
tentang APD diperoleh data bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan
menggunakan APD. Pengetahuan tentang APD yang kurang
pada pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam
penggunaan APD disebabkan karena pekerja banyak yang
tidak mengikuti ataupun menyimak penyuluhan-penyuluhan
yang diberikan oleh petugas P2K3 yang ada di perusahaan.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku seseorang. Dari penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat langgeng,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
28
sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak berlangsung lama.
3) Sikap (Attitude)
Sikap merupakan faktor penentu perilaku dan dapat
diukur secara langsung dan tidak langsung. Sikap seseorang
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang
kain yang paling dekat. Sedangkan Rogers menyatakan sikap
adalah pendapat atau pandanggan seseorang tentang suatu
objek yang melindungi tindakannya. Sikap adalah reaksi yang
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus. Sikap belum
merupakan suatu tindakan yang nyata, tetapi masih berupa
persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap
stimulus disekitarnya. (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan penelitian Ruhyandi pada tahun 2008,
Fitriana Candra Dewi pada tahun 2017, dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara sikap pekerja dengan praktik
penggunaan APD.
Sedangkan berbeda dari penelitian Nindya Kurnia
Aprinita pada tahun 2017, menunjukan bahwa tidak ada
hubungan menurut hasil statistik terkait sikap dan penggunaan
APD, hal ini diduga karena penerapaan peraturan dan
pengawasan tentang pemakaian APD yang kurang di terapkan
sehingga mendorong karyana untuk berperilaku kurang baik.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
29
Sikap baik terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud
dalam suatu tindakan nyata, sikap akan terwujud di dalam
suatu tindakan tergantung pada situasi tertentu, pengalaman
orang lain dan pengalaman dirinya, serta nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat (Notoatmodjo,2003 dalam Ruhyandi,
2008)
4) Lama Kerja
Semakin lama kerja seseorang maka pengalaman yang
diperoleh sewaktu bekerja akan lebih banyak. Seseorang yang
sudah lama bekerja memepunyai wawasan dan pengalaman
yang lebih luas sehingga memegang peranan dalam
pembentukan perilaku bekerja.
Menurut Notoatmodjo (2012), masa kerja merupakan
salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja yang
membentuk perilaku. Semakin lama masa kerja tenaga kerja
akan membuat tenaga kerja lebih mengenal kondisi
lingkungan tempat kerja. Jika tenaga kerja telah mengenal
kondisi lingkungan tempat kerja dan bahaya pekerjaannya
maka tenaga kerja akan patuh menggunakan APD.
Menurut penelitian Kartika Dyah Sertiya Putri pada
tahun 2014 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan
menggunakan APD. Dibuktikan tenaga kerja yang belum
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
30
lama bekerja di perusahaan maupun yang telah lama bekerja
di perusahaan memiliki persentase kepatuhan yang hampir
sama besar
5) Motivasi
Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
seseorang yang menggerakkan mengarahkan perilakunya
untuk memenuhi tujuan tertentu. Pelatihan mempunyai
pengaruh yang besar dan merupakan suatu alat untuk
pemotivasi yang kuat dalam keselamatan. Pelatihan pada
karyawan umumnya dapat memberikan tiga hal, yaitu
pengetahuan, keterampilan dan motivasi, pelatihan adalah
salah satu bentuk pendidikan dengan pelatihan pekerja
sebagai sarana pendidikan atau memperoleh pengalaman
belajar yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan
perilaku (Notoatmodjo, 2014 dan Anggraini, 2011).
Menurut hasil penelitian dari Retnani pada tahun 2013,
Kartika Dyah Sertiya Putri pada tahun 2014 menunjukan tidak
dapat membuktikan hipotesis ada hubungan antara motivasi
dengan kepatuhan menggunakan APD yang merupakan salah
satu bentuk dari perilaku aman.
b. Faktor- faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penggunaan
alat pelindung diri adalah:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
31
1) Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku
dikalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu
melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan tujuan
penyuluhan. (Subejo, 2008 dalam Lagata 2015)
Hasil penelitian Kartika Dyah Sertiya Putri pada tahun
2014 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada
unit produksi alumunium sulfat PT. Liku Telaga menyatakan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pelatihan
menggunakan APD dengan kepatuhan menggunakan APD.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siti Raodhoh pada tahun 2014, pada
penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan bermakna
antara pelatihan menggunakan APD dengan penggunaan
APD.
2) Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi di dalam manajemen
fungsional yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan
manajer semua unit atau satuan kerja terhadap pelaksana
kerja dilingkungannya. Pengawasan adalah segala usaha atau
kegiatan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan telah sesuai atau
tidak. (Lagata, 2015 dan Raudhoh, 2014)
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
32
Berdasarkan penelitian dari Ilham Noviandrypada
tahun 2013 yang memiliki pengawasan dan menggunakan
APD lebih sedikit jumlahnya daripada pekerja yang bekerja
dibengkel las yang tidak memiliki pengawasan dan tidak
menggunakan APD, hasil penelitian ini menunjukan terdapat
hubungan antara pengawasan antara pengawasan dan
penggunaan APD. Bertolak belakang dengan penelitian
Raudhoh pada tahun 2014 menunjukan bahwa ada hubungan
antara pengawasan dengan penggunaan APD .
Menurut Kelman (1958 dalam Wibowo, 2010) bahwa
perubahan perilaku individu dimulai dengan tahapan
perubahan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan,
identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi. Mula-mula
individu mengikuti tanpa kerelaan melakukan tindakan
tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman
ataupun sanksi, jika dapat mematuhi anjuran tersebut maka
biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya
sementara, artinya bahwa tindakan dilakukan selama ada
pengawas. Namun pada saat pengawas mengendur perilaku
itu pun ditinggalkan lagi.
3) Penyediaan fasilitas APD
Penyediaan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) adalah
perencanaan penyediaan APD terhadap pekerja sebaiknya
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--
33
pemilihan APD dapat memenuhi ketentuan umum untuk
melindungi pekerja dari bahaya akibat pekerjaanya. (Lagata,
2015)
Dari penelitian yang sama oleh Ilham Noviandry pada
tahun 2013 tidak terdapat hubungan antara ketersediaan APD
pada perilaku penggunaan APD. Bertolak belakang dengan
penelitian Fitriana Candra Dewi menunjukan hasil pengujian
hipotesis disimpulkan bahwa ada hubungan antara
ketersediaan fasilitas terhadap perilaku.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--