bab ii tinjauan pustakarepository.umtas.ac.id/11/4/bab ii asri insani rahayu... · 2020. 2. 12. ·...

24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagainya. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2012) 2. Klasifikasi Perilaku Menurut Maulana (2009), pembagian perilaku dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus terdiri dari : a. Perilaku tertutup (convert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup (convert) dimana masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran. b. Perilaku terbuka (over behavior) Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019 - -

Upload: others

Post on 01-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagainya.

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar. (Notoatmodjo, 2012)

2. Klasifikasi Perilaku

Menurut Maulana (2009), pembagian perilaku dilihat dari

bentuk respons terhadap stimulus terdiri dari :

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup

(convert) dimana masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan atau kesadaran.

b. Perilaku terbuka (over behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam

bentuk tindakan nyata, yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat orang lain.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

11

3. Domain Perilaku Kesehatan

Menurut Bloom (1956, dalam Budiman, 2013) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi prilaku ke dalam 3 domain (ranah /

kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai

batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk

kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan

adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain prilaku

tersebut, yang terdiri dari :

a. Ranah kognotif (kognitif domain)

Ranah kognitif adalah berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual seperti : pengetahuan, pengertian,

dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif bisa disebut juga

dengan ranah pengetahuan.

b. Ranah afektif (affectif domain)

Ranah afektif adalah berisi perilaku-perilaku yang

menekankan pada aspek perasaan dan emosi seperti ; minat,

sikap, apresiasi dan cara menyesuaikan diri. Ranah kognitif biasa

disebut dengan ranah sikap.

c. Ranah psikomotor (psikomotor domain)

Ranah psikomotor adalah berisi perilaku-perilaku yang

menekankan pada aspek keterampilan motorik, seperti :

mengerjakan, memasang, membuat, dan sebagainya. Ranah

psikomotor biasa disebut juga dengan ranah tingkah laku.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

12

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku

yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan yang tercakup di

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (compherension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

13

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi ril (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yang dapat

menggambarkan (membuat bagan), mebedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainnya.

5) Sintesis (Sintesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau meghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sisntesis itu

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

14

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

b. Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus. Sikap belum merupakan suatu

tindakan yang nyata, tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan

seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus disekitarnya. Sikap

dapat diukur secara langsung dan tidak langsung (Notoatmodjo,

2012 dan Lagata, 2015).

Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Azwar, 2000

dalam Budiman, 2013). Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap

ini terdiri dari berbagai tindakan, yakni :

1) Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

15

2) Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Hal

ini merupakan suatu indikasi dari sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatuyang telah

dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang

paling tinggi.

c. Praktek atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan. Tingkat – tingkat praktek yaitu :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat

pertama.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

16

2) Respon Terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar

sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua.

3) Mekanisme (mekanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4) Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

4. Determinan Perilaku

a. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisa perilaku manusia berangkat

dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor

prilaku (behavior causes) dan faktor dari luar prilaku (non-

behavior causes). Selanjutnya prilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor yakni (Green, 1980 dalam Notoatmodjo,

2012) :

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

17

1) Faktor-faktor presdisposisi (presdisposisi factors), yang

terwujud dalam sosio demografi, seperti pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enambling factors), yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas – fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

Pusksmas, Rumah Sakit, tempat pembuangan sampah,

kepemilikan jamban.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud

dalam sikap dan perilaku seperti contoh dari tokoh

masyarakat, yang merupakan kelompok referensi dari prilaku

masyarakat.

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :

B = Behavior

PF = Presdisposising factors

EF = Enambling factors

RF = Reinforcing factors

F = fungsi

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat

tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dan sebagainnya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan

B = f (PF, EF, RF)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

18

fasilitas, serta peran tokoh masyarakat juga sangat mendukung

serta memperkuat terbentuknya prilaku itu sendiri.

b. Teori Stimulus-Organsime Reaksi (S-O-R)

Teori ini bendasarkan pada asumsi bahwa penyebab

terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas

rangsangan (stimulus) dengan organisme / makhluk hidup

lainnya. Hoslan, et al. (1953, dalam Notoatmodjo, 2012)

mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakekatnya adalah

sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat

diterima atau ditolak.

2) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme

(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan

kepada proses berikutnya.

3) Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga

terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah

diterimanya.

4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari

lingkungan maka stimulus tersebut berubah (perubahan

perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa prilaku

dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

19

diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.

(Notoadmodjo, 2012)

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkam anggapan bahwa perubahan perilaku

individu tergantung kepada keutuhan serta perilaku dilatar

belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan (Katz

1960, dalam Notoajmodjo 2012). Katz berasumsi bahwa :

1) Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat

berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.

2) Perilaku berfungsi sebagai defense mechanism atau sebagai

pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya,

dengan perilakunya atau dengan tindakan-tindakannya,

manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang

dari luar.

3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti.

Dalam perannya seorang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut

seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan

dengan objek atau stimulus yang dihadapi.

4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang

dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari

konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati

sanubari.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

20

B. APD (Alat Pelindung Diri)

1. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi

bahaya di tempat kerja seperti luka atau penyakit yang diakibatkan

oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) ditempat kerja, baik yang

bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain..

(Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2010 dan Novianto,

2015)

Alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah

kecelakaan dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat

melindungi tubuh akan tetapi mengurangi tingkat keparahan dari

kecelakaan yang terjadi. (Hindratmo, et al. 2010)

2. Syarat Alat Pelindung Diri

Pemulihan APD yang handal secara cermat merupakan

persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak

tepat dapat mencelakakan pekerja yang memakainya karena mereka

tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka

terpapar. Jadi pemulihan APD harus sesuai ketentuan seperti berikut

ini (Boediono,2003 dalam Lagata, 2015) :

a. Harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap

bahaya yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

21

b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.

c. Harus dapat dipakai secara fleksibel dan bentuknya harus cukup

menarik.

d. Tidak menimbulkan bahaya – bahaya tamabahan bagi pemakainya

yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena

salah dalam penggunaanya.

e. Harus tidak memenuhi standar yang telah ada dan tahan lama.

f. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

g. Suku cadangannya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaan.

3. Macam-macam Alat Pelindung Diri

Menurut Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010 alat

proteksi minimal yang digunakan terdiri dari :

a. Alat pelindung kepala

1) Fungsi Alat pelindung kepala

Fungsi alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk,

kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang

melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas,

api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro

organisme) dan suhu yang ekstrim. (Lagata, 2015)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

22

2) Jenis-jenis alat pelindung kepala

Terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau

tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

b. Alat pelindung mata dan muka

1) Fungsi alat pelindung mata dan muka

Fungsi alat pelindung mata dan muka adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dan muka

dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel

yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-

benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang

elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,

pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau

benda tajam.

2) Jenis - jenis alat pelindung mata dan muka

Terdiri dari kacamata pengaman (spectacles), goggles,

tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan

kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).

c. Alat pelindung telinga

1) Fungsi alat pelindung telinga

Fungsi alat pelindung telinga adalah alat pelindung

yang berfungsi untuk melindungi alat pendengaran terhadap

kebisingan atau tekanan.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

23

2) Jenis Jenis alat pelindung telinga

Terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup

telinga (ear muff).

d. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

1) Fungsi alat pelindung pernapasan

Fungsi alat pelindung pernapasan beserta

perlengkapannya adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara

bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia,

mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol),

uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya. (Millos, 2009 dan

Lagata, 2015)

2) Jenis-jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya

Terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-

breather, airline respirator, tangki selam dan regulator (Self-

Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-

Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency

breathing apparatus.

e. Alat pelindung tangan

1) Fungsi pelindung tangan (sarung tangan)

Fungsi pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-

jari tangan dari benda tajam, pajanan api, suhu panas, suhu

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

24

dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,

bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat

patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

2) Jenis-jenis pelindung tangan

Terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam,

kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung

tangan yang tahan bahan kimia.

f. Alat pelindung kaki

1) Fungsi alat pelindung kaki

Fungsi alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi

kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,

tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap

panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia

berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

2) Jenis-jenis pelindung kaki

Berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,

pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan

yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja

yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau

bahaya binatang dan lain-lain.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

25

g. Pakaian pelindung

1) Fungsi pakaian pelindung

Fungsi pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi

badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya benda

tajam, temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api

dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan

dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,

peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-

organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan

lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

2) Jenis-jenis pakaian pelindung

Terdiri dari rompi, celemek (Apron/Coveralls), jaket,

dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh

bagian badan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung

diri

a. Faktor-faktor internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi penggunaan alat

pelindung diri adalah :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan dan bantuan yang dikerjakan oleh seseorang

untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuknya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

26

dengan tujuan mendekatkan diri kepada tingkat kesempurnaan

pemahaman. (Lagata, et al. 2012).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhyandi

pada tahun 2008, Ilham Noviandry pada tahun 2013, Fauzia

Sarini Lagata pada tahun 2015 dan Enno Yona Magita pada

tahun 2017 menunjukkan bahwa proporsi terbesar dari

responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang alat

pelindung diri, penelitian tersebut menyebutkan ada hubungan

antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.

Komposisi yang homogen tentang tingkat pendidikan serta

pengetahuan responden seperti hasil tersebut berkaitan dengan

baiknya komunikasi, tingkat pedidikan, informasi dan edukasi

tentang alat pelindung diri di bagian produksi.

Bertolak belakang dengan penelitian Wekoyla pada

tahun 2012, Kurnia Aprinita dan Fitriana Candra Dewi pada

tahun 2017 menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan responden pengetahuan dengan perilaku

penggunaan APD dan tidak ada perbedaan proporsi kejadian

penggunaan APD dengan tingkat pendidikan yang di tempuh.

2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek

tertentu yang dimaksud objek dalam pengetahuan adalah

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

27

benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan itu sendiri .

(Notoatmodjo, 2012)

Sedangkan pengetahuan dalam penggunaan APD adalah

sesuatu yang diketahui oleh responden tentang hal –hal yang

berkaitan dengan Alat pelindung diri (APD) seperti

pengertian, informasi, penyebab, risiko dari kecelakaan kerja

akibat tidak memakai alat pelindung diri. (Fitri, 2015)

Menurut hasil penelitian Ruhyandi pada tahun 2008,

Ilham Noviandry pada tahun 2013, Nindya Kurnia Aprinita

pada tahun 2017 menunjukan hasil analisis hubungan antara

kepatuhan penggunaan APD dengan pengetahuan pekerja

tentang APD diperoleh data bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan perilaku kepatuhan

menggunakan APD. Pengetahuan tentang APD yang kurang

pada pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam

penggunaan APD disebabkan karena pekerja banyak yang

tidak mengikuti ataupun menyimak penyuluhan-penyuluhan

yang diberikan oleh petugas P2K3 yang ada di perusahaan.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku seseorang. Dari penelitian

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat langgeng,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

28

sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak berlangsung lama.

3) Sikap (Attitude)

Sikap merupakan faktor penentu perilaku dan dapat

diukur secara langsung dan tidak langsung. Sikap seseorang

diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang

kain yang paling dekat. Sedangkan Rogers menyatakan sikap

adalah pendapat atau pandanggan seseorang tentang suatu

objek yang melindungi tindakannya. Sikap adalah reaksi yang

masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus. Sikap belum

merupakan suatu tindakan yang nyata, tetapi masih berupa

persepsi dan kesiapan seseorang untuk bereaksi terhadap

stimulus disekitarnya. (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian Ruhyandi pada tahun 2008,

Fitriana Candra Dewi pada tahun 2017, dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara sikap pekerja dengan praktik

penggunaan APD.

Sedangkan berbeda dari penelitian Nindya Kurnia

Aprinita pada tahun 2017, menunjukan bahwa tidak ada

hubungan menurut hasil statistik terkait sikap dan penggunaan

APD, hal ini diduga karena penerapaan peraturan dan

pengawasan tentang pemakaian APD yang kurang di terapkan

sehingga mendorong karyana untuk berperilaku kurang baik.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

29

Sikap baik terhadap suatu nilai tidak selalu terwujud

dalam suatu tindakan nyata, sikap akan terwujud di dalam

suatu tindakan tergantung pada situasi tertentu, pengalaman

orang lain dan pengalaman dirinya, serta nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat (Notoatmodjo,2003 dalam Ruhyandi,

2008)

4) Lama Kerja

Semakin lama kerja seseorang maka pengalaman yang

diperoleh sewaktu bekerja akan lebih banyak. Seseorang yang

sudah lama bekerja memepunyai wawasan dan pengalaman

yang lebih luas sehingga memegang peranan dalam

pembentukan perilaku bekerja.

Menurut Notoatmodjo (2012), masa kerja merupakan

salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja yang

membentuk perilaku. Semakin lama masa kerja tenaga kerja

akan membuat tenaga kerja lebih mengenal kondisi

lingkungan tempat kerja. Jika tenaga kerja telah mengenal

kondisi lingkungan tempat kerja dan bahaya pekerjaannya

maka tenaga kerja akan patuh menggunakan APD.

Menurut penelitian Kartika Dyah Sertiya Putri pada

tahun 2014 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan

menggunakan APD. Dibuktikan tenaga kerja yang belum

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

30

lama bekerja di perusahaan maupun yang telah lama bekerja

di perusahaan memiliki persentase kepatuhan yang hampir

sama besar

5) Motivasi

Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

seseorang yang menggerakkan mengarahkan perilakunya

untuk memenuhi tujuan tertentu. Pelatihan mempunyai

pengaruh yang besar dan merupakan suatu alat untuk

pemotivasi yang kuat dalam keselamatan. Pelatihan pada

karyawan umumnya dapat memberikan tiga hal, yaitu

pengetahuan, keterampilan dan motivasi, pelatihan adalah

salah satu bentuk pendidikan dengan pelatihan pekerja

sebagai sarana pendidikan atau memperoleh pengalaman

belajar yang pada akhirnya akan menimbulkan perubahan

perilaku (Notoatmodjo, 2014 dan Anggraini, 2011).

Menurut hasil penelitian dari Retnani pada tahun 2013,

Kartika Dyah Sertiya Putri pada tahun 2014 menunjukan tidak

dapat membuktikan hipotesis ada hubungan antara motivasi

dengan kepatuhan menggunakan APD yang merupakan salah

satu bentuk dari perilaku aman.

b. Faktor- faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penggunaan

alat pelindung diri adalah:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

31

1) Penyuluhan

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku

dikalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu

melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan tujuan

penyuluhan. (Subejo, 2008 dalam Lagata 2015)

Hasil penelitian Kartika Dyah Sertiya Putri pada tahun

2014 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada

unit produksi alumunium sulfat PT. Liku Telaga menyatakan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pelatihan

menggunakan APD dengan kepatuhan menggunakan APD.

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Siti Raodhoh pada tahun 2014, pada

penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan bermakna

antara pelatihan menggunakan APD dengan penggunaan

APD.

2) Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi di dalam manajemen

fungsional yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan

manajer semua unit atau satuan kerja terhadap pelaksana

kerja dilingkungannya. Pengawasan adalah segala usaha atau

kegiatan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya

mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan telah sesuai atau

tidak. (Lagata, 2015 dan Raudhoh, 2014)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

32

Berdasarkan penelitian dari Ilham Noviandrypada

tahun 2013 yang memiliki pengawasan dan menggunakan

APD lebih sedikit jumlahnya daripada pekerja yang bekerja

dibengkel las yang tidak memiliki pengawasan dan tidak

menggunakan APD, hasil penelitian ini menunjukan terdapat

hubungan antara pengawasan antara pengawasan dan

penggunaan APD. Bertolak belakang dengan penelitian

Raudhoh pada tahun 2014 menunjukan bahwa ada hubungan

antara pengawasan dengan penggunaan APD .

Menurut Kelman (1958 dalam Wibowo, 2010) bahwa

perubahan perilaku individu dimulai dengan tahapan

perubahan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan,

identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi. Mula-mula

individu mengikuti tanpa kerelaan melakukan tindakan

tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman

ataupun sanksi, jika dapat mematuhi anjuran tersebut maka

biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya

sementara, artinya bahwa tindakan dilakukan selama ada

pengawas. Namun pada saat pengawas mengendur perilaku

itu pun ditinggalkan lagi.

3) Penyediaan fasilitas APD

Penyediaan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) adalah

perencanaan penyediaan APD terhadap pekerja sebaiknya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.umtas.ac.id/11/4/BAB II Asri Insani Rahayu... · 2020. 2. 12. · bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain.. (Kementerian

33

pemilihan APD dapat memenuhi ketentuan umum untuk

melindungi pekerja dari bahaya akibat pekerjaanya. (Lagata,

2015)

Dari penelitian yang sama oleh Ilham Noviandry pada

tahun 2013 tidak terdapat hubungan antara ketersediaan APD

pada perilaku penggunaan APD. Bertolak belakang dengan

penelitian Fitriana Candra Dewi menunjukan hasil pengujian

hipotesis disimpulkan bahwa ada hubungan antara

ketersediaan fasilitas terhadap perilaku.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2019--