bab ii telaah jurnal kelompok b
DESCRIPTION
pilihan penggunaan madu dalam penyembuhan lukaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dalam kehidupan sehari-hari pernah mengalami luka. Luka adalah
hilangnya atau rusaknya sebagian atau seluruh jaringan tubuh (Sjamsuhidajat dan Jong,
2005). Luka yang sering terjadi adalah yang mengenai jaringan kulit yang merupakan
organ tubuh yang terletak paling luar (Wasitaatmadja, 2002). Oleh karena kulit
membatasi tubuh dari lingkungan luar, maka kulit rentan terkena luka, misalnya luka
lecet, maupun luka iris.
Angka kejadian luka terus meningkat seiring dengan peningkatan kejadian
kecelakaan, kerusuhan, kebakaran, dan bencana alam seperti gempa di Indonesia. Jumlah
penderita luka kronis terus meningkat tiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah
lansia karena lansia cenderung menderita penyakit kronis. Luka kronis adalah luka yang
membutuhkan waktu lama contoh luka pada penderita diabetes, luka tekan pada penderita
stroke yang imobilisasi, luka kanker, osteomielitis, luka bakar, dan sebagainya (PKPU,
2012).
Berbagai usaha dilakukan oleh manusia untuk menyembuhkan luka, misalnya
dengan memberikan povidone iodine 10%, NaCl, maupun dengan bahan-bahan alami.
Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai penyembuh luka adalah madu.
Para peneliti dalam bidang kedokteran menyatakan bahwa madu lebah
mengandung berbagai khasiat dan manfaat bagi kesehatan, termasuk diantaranya adalah
kemampuannya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, melawan kanker, mencegah
penyakit jantung, dan untuk perawatan luka. Madu memiliki sifat antibakteri yang
membantu mengatasi infeksi pada luka dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri
serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga
1
merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga
mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Hamad, 2007).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan adanya peran madu
dalam mempercepat penyembuhan luka. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Pramana, dkk, 2012 menunjukkan bahwa pengobatan madu efektif untuk penyembuhan
luka infeksi kaki diabetik (IKD).
Hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Kelas I Bedah tanggal 12 Maret 2013,
penggunaan perawatan luka fornier sepanjang 22 cm sehat dalam 21 hari menggunakan
madu lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan cairan NaCl 0,9%, sedangkan
dengan penggunaan NaCl saja luka akan sembuh dalam waktu lebih dari 40 hari.
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk mengkaji penelitian tentang
“Efektivitas Pengobatan Madu Alami terhadap Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetik
(IKD) (Sudi Kasus Di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang).
B. Manfaat
1. Pelayanan kesehatan : RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Memberikan informasi tentang efektivitas penggunaan madu dalam inovasi perawatan
luka.
2. Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai madu yang dapat digunakan
sebagai obat alternatif untuk pengobatan luka.
3. Pendidikan keperawatan
Menambah wawasan dan ilmu dalam pendidikan keperawatan khususnya tentang
inovasi perawatan luka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
TELAAH JURNAL EFEKTIFITAS PENGOBATAN MADU ALAMI TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA INFEKSI KAKI DIABETIK (IKD)
1. Judul Jurnal
“ Judul jurnal penelitian tidak lebih dari 14 kata dalam bahasa
Indonesia dan 10 kata dalam bahasa inggris.”
Pada jurnal penelitian ini terdapat 20 kata (melebihi ketentuan
penulisan jurnal).
“ Nama penulis jurnal dicantumkan tanpa gelar akademik dan
ditempatkan di bawah judul jurnal. Penulis harus mencatumkan
institusi asal dan alamat email (bagi penulis utama) untuk
memudahkan komunikasi. Jika penulis lebih dari tiga orang, yang
dicantumkan di bawah judul jurnal adalah nama penulis utama. Nama
penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman
pertama naskah.”
Pada jurnal ini penulisan nama penulis telah sesuai dengan tata cara
penulisan jurnal dengan jumlah penulis sebanyak 3 orang, tetapi belum
mencantumkan alamat email dari penulis utama untuk memudahkan
berkomunikasi.
3
2. Abstrak
“ Abstrak dibuat dalam dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris),
tidak melebihi 250 kata. Ditempatkan sebelum pendahuluan, diketik
miring (italic), dengan font arial 9, dengan jarak 1 (satu) spasi ”.
Pada jurnal ini telah dibuaat dalam dua bahasa yaitu bahasa
indonesia dan bahasa inggris yang kurang dari 250 kata, namun tidak
ditulis miring. Sehingga penulisan abstrak pada jurnal ini belum sesuai
dengan standar penulisan abstrak pada jurnal.
“ Kata kunci dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris),
ditempatkan di bawah abstrak, terdiri dari 2 - 5 (dua sampai lima) kata
yang berfungsi untuk memudahkan pencarian jurnal ini secara
elektronik “.
Pada jurnal ini ditulis 2 kata kunci dengan key word berbahasa
inggris.
“ Abstrak setidaknya memuat 5 hal pokok yaitu introduction yang
terdiri dari latar belakang (1 kalimat) dan Tujuan penelitian (1
kalimat), method (4-5 kalimat), result dan analisa (5-7 kalimat), dan
discussion (1 kalimat). “
Pada jurnal ini, komponen dari abstraknya terdiri dari latar belakang pada baris
1-7, tujuannya terdapat pada baris 8 dan 9. Metode yang digunakan pada baris 9 – 12,
hasil penelitian pada baris 13 dan 14 serta pada baris 14 dan 15 terdapat saran
penelitian.
4
3. Pendahuluan
- “ Pendahuluan tidak boleh terlalu panjang, umumnya 3-5 paragraf. Itulah sebabnya,
kalimat pada pendahuluan ini harus padat dan berisi. Pada dasarnya, bagian ini harus
bisa menjawab MENGAPA penelitian ini dilakukan”
- “ Pendahuluan memuat tiga hal pokok, yaitu: latar belakang, tinjauan pustaka, dan
tujuan penelitian.”
- “ Semua referensi yang dirujuk dalam paparan, (Nama, tahun) untuk kutipan tidak
langsung atau (Nama, tahun: hlm) untuk kutipan langsung, dicantumkan di dalam
Daftar Rujukan”.
- “ Pendahuluan diharapkan maksimum 40 persen dari keseluruhan artikel, dan Alenia
berikutnya dari paparan pendahuluan dibuat menjorok ke dalam sesuai dengan
penulisan alenia baru pada umumnya” .
5
Pendahuluan jurnal diatas terdiri dari 10 paragraf, yang berisikan latar belakang,
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Tinjauan pustaka belum tergambar secara detail
dalam penelitian ini, dua buah rujukan yang terdapat di pendahuluan juga tidak
tercantum dalam daftar pustaka.
4. Rumusan Masalah Penelitian
6
Perumusan masalah yang diangkat oleh peneliti adalah bagaimana pengaruh madu alami terhadap penyembuhan luka IKD. Alasannya karena IKD merupakan salah satu penyebab tidak langsung terjadinya kematian pasien diabetes. Sedangkan masalah yang ingin di lihat sebenarnya berdasarkan judul dan abstrak adalah bagaimana efektifitas penggunaan madu alami dan NaCl terhadap penyembuhan Luka IKD.
5. Tinjauan Pustaka
7
Pada pendahuluan jurnal diatas dibahas mengenai penyakit diabetes, infeksi kaki diabetes, perawatan luka infeksi kaki diabetes dan manfaat madu tetapi yang lebih banyak ditonjolkan adalah hasil penelitian peneliti lain dan yang terkait dengan judul. Sedangkan studi kepustakaan kurang ditampilkan pada pendahuluan jurnal.Jurnal tidak menggambarkan tentang tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka terdapat pada pendahuluan jurnal yang membantu untuk menguatkan data tentang permasalahan yang akan diangkat.Tinjauan pustaka seharusnya berisikan semua teori yang memperkuat pembahasan tentang penelitian dan menjelaskan semua variable yang dibahas pada penelitian tersebut
6. Kerangka Konsep dan Hipotesis
8
Di dalam jurnal peneliti memaparkan Diabetes merupakan silent killer yang menyerang penderita secara diam-diam. Komplikasi diabetes bermacam-macam salah satunya yang paling sering dijumpai adalah Infeksi Kaki Diabetik. Infeksi Kaki Diabetik dapat dicegah dengan perawatan yang efektif. Dari hasil penelitian didapatkan madu berperan dalam penyembuhan luka infeksi dan memiliki kandungan yang dapat menyembuhkan Infeksi Kaki Diabetik seperti kandungan air yang kurang dari 18% memungkinkan madu untuk menarik pus disekitar area luka yang diolesi madu.
Hipotesis : terdapat keefektifan penggunaan madu alami dan NaCl dibandingkan dengan hanya penggunaan NaCl terhadap penyembuhan luka IKD
Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Kerangka konsep dan hipotesis pada jurnal
tidak memiliki sub judul sendiri, begitu juga pada jurnal ini tidak terdapat subjudul
kerangka konsep dan hipotesis.
Bila diperhatikan peneliti kurang menjelaskan secara detail konsep mengenai keterkaitan,
manfaat dan efektifitas penggunaan madu tersebut terhadap penyembuhan luka IKD
khususnya pada pendahuluan lebih kepada luka infeksi umumnya.
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara tentang hasil akhir dari penelitian ini.
Apapun hasil penelitian walaupun berbeda dengan hipotesisnya tidak membuat
penelitian menjadi kurang bermakna.
Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat keefektifan penggunaan madu alami dan NaCl
dibandingkan dengan hanya penggunaan NaCl terhadap penyembuhan luka IKD.
7. Metodologi
Umumnya, bagian ini terdiri dari beberapa bagian seperti: 1) lokasi penelitian, 2)
Populasi dan sampel, 3) Pengumpulan data, dan 4) Analisis data. Bagian-bagian
lainnya bisa ditambahkan sesuai dengan keperluan. Sesuai dengan metodologi
pada jurnal ini yang terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi
penelitian, pengumpul data dan analisis data.
9
Untuk desain penelitian yang menggunakan kelompok kontrol / pembanding, akan lebih tepat menggunakan desain Nonequivalent Control Group Pretest-Posttest Design, dimana ada satu kelompok pasien diberikan perlakuan dan mempunyai kelompok kontrol, serta dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah tindakan kepada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding.
8. Sampel
10
Populasi yang diteliti adalah pasien dengan luka Infeksi
Kaki Diabetik di area kerja Puskesmas Bangetayu dan
Genuk Semarang. Sampel penelitian adalah seluruh
pasien dengan luka Infeksi Kaki Diabetik pada bulan
September 2011 – Februari 2012. Kelompok perlakuan
diberikan perawatan dengan menggunakan madu dan
NaCl sedangkan kelompok kontrol diberikan perawatan
dengan menggunakan NaCl. Jumlah sampel ada 14
orang, teknik pengambilan sampel adalah total sampling
dimana menurut Arikunto (2006) apabila subjek kurang
dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga
penelitiaanya merupakan penelitian populasi. Tetapi
peneliti tidak mendeskripsikan mana sampel yang
menjadi kelompok perlakuan dan mana sampel yang
menjadi kelompok pembanding. Berapa orang sampel
pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding.
9. Instrumen
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah,
menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan
tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti terdiri dari semua alat yang
dibutuhkan selama penelitian yaitu :
Madu alami yang memiliki kandungan air kurang dari 18%, kassa, pinset
anatomis, pinset cirugis, plester, bengkok, cairan NaCl dan lidi kapas
Kamera
Lembar observasi sebagai alat pengumpul data yang digunakan untuk
mengetahui derajat atau grade luka, keadaan luka, granulasi dan reaksi
inflamasi pada luka.
10. Data Analisis
11
11. Hasil Dan Pembahasan
a. Bagian Hasil
Pada bagian ini diungkapkan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh secara
bertutur. Tidak ada komentar sedikitpun dari peneliti setiap apa yang disajikan. Komentar
peneliti baru dapat diberikan dibagian Pembahasan. Penyajian hasil penelitian dapat
dilakukan dalam 3 bentuk yaitu narasi, tabel, atau gambar. Dalam penyajiannya harus
dimulai dengan narasi dulu, kemudian diikuti dengan tabel atau gambar untuk
memperjelas apa yang dikemukakan dalam narasi. Dengan demikian, tidak bisa ada tabel
atau gambar yang tidak ada keterangannya dalam narasi.
Penjelasan tabel atau gambar dalam narasi tidak boleh terlalu detail atau panjang.
Cukup memberikan keterangan singkat tentang isi dari tabel atau gambar. Dengan
demikian tidak ada pengulangan informasi dari tabel atau gambar dalam narasi. Hindari
pengulangan informasi data yang sama pada tabel dan gambar sekaligus. Bila data lebih
12
Hasil uji normalitas menggunakan pengukuran
Shapiro-Wilk dengan hasil > 0,05 data dikatakan
berdistribusi normal. Dan untuk data yang
berdistribusi normal uji parametrik yang tepat untuk
digunakan adalah Uji T tidak berpasangan.
menarik ditampilkan dalam gambar maka hindari pemunculannya dalam tabel. Penulisan
tabel dalam tulisan jurnal harus dibuat secara komprehensif. Semua variabel dengan
karakteristik yang sama perlu disatukan dalam satu tabel.
Demikian juga dengan gambar, variabel dengan karakteristik yang sama juga bisa
dimuat dalam satu gambar. Usahakan jumlah tabel dan gambar tidak melebihi 5 buah.
Untuk memperkecil jumlah tabel, dalam satu tabel dapat dimuat beberapa variable
sekaligus seperti yang disampaikan diatas. Misalnya saja variable karakteristik responden
yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama dalam satu
tabel. Harus diperhatikan juga bahwa setiap tabel atau gambar harus dapat menjelaskan
dirinya sendiri. Jenis satuan, jumlah sampel, apakah berhubungan (nilai p) harus bisa
terlihat pada tabel tersebut. Tabel atau gambar yang dibuat untuk tulisan jurnal harus
diletakkan pada bagian belakang dari munuskrip yang kita siapkan atau setelah daftar
pustaka. Setiap satu table atau gambar dimuat dalam satu halaman dan tetap dibuat dalam
2 spasi.
13
1. “Bulan September-Februari 2012”
Penulisan bulan dan tahun seperti ini
mengandung makna yang rancu, karena
tidak ada bulan September hingga Februari
dalm tahun yang sama, seharusnya
dituliskan bulan September 2011-Februari
2012.
2. “n=14” tidak digunakan lagi dalam
penulisan jurnal
3. Penulisan frekuensi ditulis “f”
4. “usia diatas 60 tahun”
Menurut analisa penulis berdasarkan
keterangan tabel, usia yang paling banyak
adalah dibawah 60 tahun
5. “8 responden”, seharusnya yang
dituliskan adalah persentasi jumlah
responden.
b. Pembahasan
Bagian ini kadang-kadang dijadikan satu dengan hasil penelitain, hal ini umumnya
dilakukan apabila peneliti ingin menyatukan hasil berupa data dan pembahasan sekaligus
atau jurnal menghendaki seperti itu. Penelitian kualitatif seringkali menggambungkan ke
dua hal ini. Cara apapun yang dipilih oleh penulis tidak dipersoalkan, yang paling penting
apakah dengan cara yang dipilih itu (menyatukan atau memisahkan) pembaca lebih
mudah mengikutinya atau tidak. Pada bagian ini, yang paling utama ditonjolkan adalah
membahas hasil utama yang diperoleh dan membandingkan dengan hasil-hasil atau apa
yang dipahami sebelumnya. Bisa saja banyak hasil yang diperoleh namun tentu hanya
dipilih hasil-hasil utama saja. Harus dikomentari apakah hasil yang diperoleh tersebut
14
sudah selayaknya seperti itu atau masih banyak faktor lainnya yang mungkin memberi
pengaruh namun tidak sempat dikontrol dalam penelitian.
Pembahasan dilakukan juga dengan memperlihatkan mengapa terlihat hubungan
tersebut. Apakah secara fisiologis, hubungan itu bisa dijelaskan? Kalau itu sesuatu yang
bertentangan dengan pemahaman selama ini harus pula ada penjelasan mengapa
penelitian ini tidak sama dengan apa yang dipahami. Berbagai keterbatasan perlu
dikemukakan termasuk kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi karena desain
penelitian atau karena keterbatasan di lapangan.
Pada paragraf terakhir di bagian ini biasanya kita temukan kalimat yang
berhubungan dengan kesimpulan dan saran. Kalimat ini kadang dibuat tidak secara
eksplisit namun memberikan informasi kepada pembaca apa kesimpulan yang ditarik oleh
tim peneliti terhadap penelitian yang telah dilakukan.
Menurut analisa penulis, pada bagian pembahasan peneliti lebih banyak
membahas tentang komponen-komponen dari NaCl. Seharusnya peneliti lebih banyak
membahas tentang bagaimana prosesnya madu dapat mempengaruhi penyembuhan luka
karena di dalam penelitian ini yang lebih efektif untuk penyembuhan luka IKD adalah
kelompok yang menggunakan madu.
15
Untuk mengetahui apakah madu yang digunakan adalah alami atau
tidak dan apa kandungan airnya benar-benar dibawah 18%, harus dilakukan
uji laboratorium terlebih dahulu. tetapi, peneliti dalam penelitian ini
menggunakan kandungan madu yang resmi dan kandungan airnya telah diuji
yaitu sebesar 17%. Selain itu, bukan hanya madu saja yang yang
mempengaruhi penyembuhan luka. Besarnya luka, dalamnya luka, dan derajat
luka juga faktor penting dalam proses penyembuhan luka. Semakin kecil luka,
semakin dangkal luka, dan semakin kecil derajat luka maka luka akan capat
sembuh. Sebaliknya, bila luka semakin besar, semakin dalam dan semakin
besar derajat luka, maka dibutuhkan derajat luka yang paling lama untuk
membuat luka tersebut sembuh.
Menurut analisa penulis, madu yang digunakan untuk penelitian merupakan
bagian isi dari metodologi penelitian dan tidak perlu dicantumkan lagi di pembahasan.
Seharusnya peneliti menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi peneyembuhan luka
saja.
Peneliti menyebutkan terdapat luka dengan grade 1 dan grade 2, tetapi
karakteristik ini tidak muncul di dalam hasil penelitian. Peneliti juga menyebutkan semua
responden memiliki perubahan luka yang baik, diantaranya adanya jaringan granulasi
baru, tidak ada reaksi inflamasi (peradangan) dan luka mengering. Peneliti telah
menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan adalah derajat
atau grade luka itu sendiri. Namun, peneliti tidak menjelaskan perbedaan penyembuhan
luka pada responden dengan grade 1 dan grade 2 atau hubungan grade luka dengan status
penyembuhan luka pada responden.
Penulisan kata dalam karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baku.
Penulisan kata ataupun kalimat di dalam pembahasan ini banyak menggunakan bahasa
yang tidak baku serta mengandung makna yang rancu. Seharusnya peneliti lebih menilai
lagi penggunaan kata ataupun kalimat untuk penulisan karya ilmiah
16
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan adalah derajat
atau great dari luka itu sendiri. Pada penelitian ini, semua responden memiliki
luka dengan grade 1 dan grade 2, ditandai dengan semua luka merupakan ulkus
superficial (grade 1), dan ada satu responden memiliki kedalaman luka 2 cm
(grade 2). Dan didapatkan hasil bahwa hari ke 7, semua responden memiliki
perubahan luka yang baik, diantaranya adanya jaringan granulasi baru, tidak
ada reaksi inflamasi (peradangan) dan luka mengering. Tetapi pada kelompok
pembanding ditemukan bahwa hampir semua luka tidak ada perubahan
diantaranya granulasi sangat lambat (baru nampak pada hari ke 5), banyak
sekali jaringan mati yang masih keras (seperti baal), dan masih adanya reaksi
inflamasi (peradangan) ditandai dengan adanya warna kemerahan pada luka.
12. SIMPULAN
(Seharusnya ditulis Kesimpulan)
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian terdapat rentang skor keefektifan
penggunaan madu dan NaCl dalam pengobatan luka IKD. Rentang skor ini tidak ditampilkan
dalam jurnal ini sehingga pembaca tidak mengetahui bagaimana pengukuran keefektifan
penggunaan madu untuk penyembuhan luka IKD. Seharusnya peneliti menampilkan rentang
skor pengukuran keefektifan penggunaan madu dan NaCl.
Hasil akhir disimpulkan bahwa penggunaan madu alami (kandungan air kurang dari
18%) dan NaCl lebih efektif dibanding hanya menggunakan NaCl. Kalimat ini disebut
kalimat gantung karena tidak menyebutkan objek dari kalimat. Seharusnya peneliti
menyebutkan hasil akhir disimpulkan bahwa penggunaan madu alami (kandungan air kurang
dari 18%) dan NaCl lebih efektif dibanding hanya menggunakan NaCl untuk penyembuhan
luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD).
17
Dari hasil analisis data sebanyak 7 responden pada kelompok pembanding
memiliki range skor 8-10 yang berarti tidak ada perubahan, sebaliknya
sebanyak 7 responden pada kelompok perlakuan memiliki range skor 10-14
yang berarti ada perubahan. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil nilai
probabilitas sebesar 0,008 lebih kecil dibandingkan taraf signifikan 5% atau
0,05. Hasil akhir dapat disimpulkan bahwa penggunaan madu alami (kandungan
air kurang dari 18%) dan NaCl lebih efektif dibanding hanya menggunakan
NaCl.
13. IMPLIKASI PENGGUNAAN HASIL PENELITIAN
18
Hammad (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan madu pada luka diabetik juga memberikan pengaruh yang signifikan kepada peningkatan warna merah luka, penurunan pus pada luka, bau khas ganggren berkurang, penurunan rangsangan nyeri, serta peningkatan status vaskuler pada luka. Penelitian pembanding Januarsih & Atik (2008) menyebutkan bahwa Perawatan Luka Terbuka menggunakan madu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyembuhan luka. Penelitian Lisbet (2009) dan Haryanto (2010) menyatakan bahwa adanya perubahan yang baik pada pada luka pasca bedah dan luka bakar yang diberikan madu.
Aplikasi terapi alternatif dengan penggunaan gabungan madu dengan NaCl juga sangat membantu dalam perawatan luka apabila dapat dilakukan di Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas Genuk Semarang dalam perawatan luka dengan grade yang berbeda.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Ruangan Kelas I Bedah tanggal 12
Maret 2013, penggunaan perawatan luka
fornier sepanjang 22 cm sehat dalam 21 hari
menggunakan madu lebih efektif
dibandingkan dengan penggunaan cairan
NaCl 0,9%.
14. DAFTAR PUSTAKA
19
Ada dua sumber di pendahuluan dan satu sumber di pembahasan yang belum dimasukkan ke dalam daftar pustaka jurnal, sehingga dapat memberikan kerancuan sumber pada jurnal ini. Penulisan daftar pustaka dalam jurnal merupakan segala sumber baik pada pendahuluan hingga pembahasan yang terlibat didalam jurnal, dimasukkan kedalam daftar pustaka.
20
Pembuatan daftar pustaka sangat bagus dan memenuhi APA Style.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil telaah jurnal tentang efektifitas pengobatan madu alami terhadap
penyembuhan luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD) (Studi Kasus di Puskesmas Bangetayu dan
Puskesmas Genuk Semarang) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penulisan komponen jurnal sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal, namun
dalam beberapa hal masih terdapat kekurangan-kekurangan diantaranya kurangnya
pemaparan tentang bagaimana proses madu dapat menyembuhkan luka serta banyak
penulisan isi jurnal ini yang menggunakan bahsa yang rancu dan tidak baku.
2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa madu sangat efektif dalam
menyembuhkan luka khususnya pada luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD). Penggunaan
madu dapat digunakan pada semua grade luka serta dapat digunakan pada jenis luka
infeksi lainnya selain luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD).
B. SARAN
1. Pelayanan Kesehatan : RSUP. Dr. M. Djamil Padang
RSUP Dr.M.Djamil Padang, khusus nya pada Ruangan Bedah sebaiknya
menggunakan Madu Alami + NaCl dalam perawatan luka, baik pada perawatan luka
ganggren, pasca bedah serta untuk luka bakar sehingga mempersingkat lama hari
rawat, beban kerja perawat, biaya rawatan klien serta meningkatnya mutu pelayanan
RSUP Dr.M. Djamil Padang khususnya dalam perawatan luka.
2. Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat lebih mengkaji lagi tentang inovasi
perawatan luka khususnya tentang jenis luka yang dapat menggunakan perawatan
luka dengan madu atau dengan teknik perawatan luka modern lainnya.
21