bab ii sistem pengelolaan keuangan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/chapter...

31
BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI BHMN SEBELUM DAN SESUDAH TERBITNYA PP NO. 66 TAHUN 2010 A. Pengelolaan Keuangan Negara Pengelolaan keuangan Negara merupakan bagian dari pelaksanaan pemerintahan Negara. Pengelolaan keuangan Negara mempunyai arti luas dan sempit. Pengelolaan keuangan Negara dalam arti luas adalah manajemen keuangan Negara. Sedangkan dalam arti sempit, pengelolaan keuangan Negara adalah administrasi keuangan Negara atau tata usaha keuangan 45 Pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertangungjawaban. Jadi ruang lingkup pengelolaan keuangan Negara meliputi: . 46 1. Perencanaan keuangan Negara; 2. Pelaksanaan keuangan Negara; 3. Pengawasan keuangan Negara; dan 4. Pertanggungjawaban keuangan Negara Pejabat yang ditugasi melakukan pengelolaan keuangan Negara, seyogyanya memperhatikan dan menerapkan asas-asas hukum yang 45 Adrian Sutedi, Op. Cit, hal 120 46 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 21 Universitas Sumatera Utara

Upload: hakien

Post on 21-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

BAB II

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI BHMN

SEBELUM DAN SESUDAH TERBITNYA PP NO. 66 TAHUN 2010

A. Pengelolaan Keuangan Negara

Pengelolaan keuangan Negara merupakan bagian dari pelaksanaan

pemerintahan Negara. Pengelolaan keuangan Negara mempunyai arti luas dan

sempit. Pengelolaan keuangan Negara dalam arti luas adalah manajemen

keuangan Negara. Sedangkan dalam arti sempit, pengelolaan keuangan Negara

adalah administrasi keuangan Negara atau tata usaha keuangan45

Pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat

pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertangungjawaban. Jadi

ruang lingkup pengelolaan keuangan Negara meliputi:

.

46

1. Perencanaan keuangan Negara;

2. Pelaksanaan keuangan Negara;

3. Pengawasan keuangan Negara; dan

4. Pertanggungjawaban keuangan Negara

Pejabat yang ditugasi melakukan pengelolaan keuangan Negara,

seyogyanya memperhatikan dan menerapkan asas-asas hukum yang

45 Adrian Sutedi, Op. Cit, hal 120 46 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 21

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

pelayanan dalam pengelolaan keuangan Negara. Peningkatan pelayanan

merupakan wujud pengabdian dengan tetap berpatokan pada asas-asas

pengelolaan keuangan Negara.

Sedangkan tujuan pengelolaan keuangan Negara secara umum adalah agar

daya tahan dan daya saing perekonomian nasional semakin dapat ditingkatkan

dengan baik dalam kegiatan ekonomi yang semakin global, sehingga kualitas

kehidupan masyarakat Indonesia meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun yang menjadi alasan mengapa keuangan Negara harus dikelola dengan

baik karena beberapa alasan, yakni sebagai berikut47

1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

:

Keuangan Negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga

yang dibentuk dari kekuatan hukum penawaran dan permintaan.

Penerimaan Negara yang berasal dari pungutan pajak akan mengurangi

daya beli masyarakat, sehingga mengurangi permintaan masyarakat.

Sebaliknya pengeluaran Negara, untuk membeli barang dan jasa dari

masyarakat akan menambah daya beli masyarakat. Apabila penerimaan

Negara melebihi pengeluaran Negara, berarti pengurangan daya beli

masyarakat lebih besar penambahannya, sehingga terjadi ketidakseimbangan

antara penerimaan dengan penawaran.

47 Ibid, hal 120-122

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

2. Menjaga kestabilan

Menurut Keyness, depresi dunia yang terjadi pada tahun 1930, disebabkan

oleh penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat. Oleh karena

itu, untuk mengatasi pengangguran, Pemerintah melalui APBN dapat

memperbesar permintaan agregat agar sama dengan penawaran agregat.

Ini berarti bahwa APBN dapat dipergunakan untuk mengatasi deflasi dan

inflasi serta memelihara stabilisasi.

3. Merealokasi sumber-sumber ekonomi

Maksudnya adalah memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas itu secara

maksimal. Di Indonesia, kecuali yang ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku, pada hakikatnya sumber-sumber

ekonomi itu dimiliki oleh masyarakat. Apabila sumber-sumber ekonomi

yang ada pada masyarakat itu tidak dipergunakan secara maksimal,

sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dalam perekonomian, maka

Negara, dengan kebijakan fiskal yang persuasif dapat mendorong

penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut secara maksimal.

4. Mendorong redistribusi pendapatan

Maksudnya adalah bahwa Negara dengan menggunakan kebijakan

fiskalnya, dapat mengupayakan agar perbedaan antara golongan

masyarakat yang kaya dengan golongan masyarakat yang miskin itu tidak

terlalu menyolok. Oleh karena itu, pengelolaan APBN tidak hanya

menyangkut pada jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran saja, tetapi

harus diperhatikan juga rincian dari penerimaan dan pengeluaran.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, ruang lingkup keuangan

Negara meliputi48

1. Pengelolaan moneter

:

Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter.

Kebijakan moneter adalah kebijaksanaan yang dilakukan oleh

pemerintah agar ada keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang

yang beredar dengan barang dan jasa yang tersedia di masyarakat.

2. Pengelolaan fiskal

Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal

dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,

adminsitrasi kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah

berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja)

pemerintah.

3. Pengelolaan kekayaan Negara

Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan Negara, yang

termasuk pengeluaran Negara telah diatur secara khusus dalam

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Disamping itu, terdapat pula

kekayaan Negara yang dipisahkan (pengelolaannya diserahkan kepada

perusahaan yang seluruh modalnya/sahamnya dimiliki oleh Negara.

48 Adrian Sutedi, Op.Cit, hal122-123

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Perusahaan semacam ini biasa disebut Badan Usaha Milik Negara dan

Lembaga-Lembaga Keuangan Negara.

Pemerintah menyadari bahwa pengelolaan keuangan Negara yang

dilaksanakan sampai saat ini perlu diadakan penyempurnaan terutama dalam

mengatasi kelemahan seperti kurangnya keterkaitan antara perencanaan nasional,

penganggaran, dan pelaksanaannya kemudian kelemahan dalam pelaksanaan

penganggaran yang menggunakan line-item budget dimana usulan anggaran

didasarkan perubahan anggaran pembangunan dan anggaran rutin, serta klasifikasi

anggaran yang belum terbagi berdasarkan fungsi49

Dengan demikian keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban

Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Tujuan pengelolaan keuangan Negara

dalam arti luas adalah agar daya tahan dan daya saing perekonomian nasional

semakin dapat ditingkatkan dengan baik dalam kegiatan ekonominya yang bersifat

global, sehingga kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dapat meningkat sesuai

dengan yang diharapkan.

.

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam

penyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu diselenggarakan

secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok

yang telah ditetapkan dalam UUD 1945.

49 Ibid, hal 124

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945

tersebut, UU No. 17 Tahun 2003 menjabarkannya ke dalam asas-asas umum yang

telah lama dikenal dalam pengelolaan kekayaan Negara, seperti asas universalitas,

asas kesatuan dan spesialitas, maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best

practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan

Negara, antara lain: akuntabilitas berorientasi pada hasil artinya keuangan Negara

dapat dipertanggungjawabkan dengan orientasi pada hasil atau dampak dari

kegiatan yang telah direncakan tersebut, profesionalitas yaitu pengelolaan

keuangan Negara dilakukan secara profesional, proporsionalitas, keterbukaan

dalam pengelolaan keuangan Negara artinya pengelolaan keuangan negara

dilakukan secara terbuka, dalam arti proses pengangaran, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban diketahui atau diawasi oleh rakyat dalam hal ini DPR, dan

pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri artinya

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara diperiksa oleh badan

pemeriksa yang bebas dan mandiri sebagai mandat dari rakyat yang diatur dalam

undang-undang.50

B. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN

SebelumTerbitnya PP NO. 66 Tahun 2010

Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk badan

hukum di Indonesia yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan

50 Sony Sumarsono, Manajemen Keuangan Pemerintahan, (Yogyakarta Graha Ilmu:2010) hal 43

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

khusus dalam rangka “privatisasi”51

Kesiapan untuk melaksanakan pengelolaan perguruan tinggi secara

otonom tersebut ditunjukkan melalui evaluasi diri yang menyeluruh baik dalam

aspek program akademik, sumberdaya manusia (SDM), sarana-prasarana,

maupun keuangan. Namun, pemberian otonomi tidak berarti pemerintah

melepaskan diri dari tanggung jawab di bidang pendidikan.

lembaga pendidikan yang memiliki

karakteristik tersendiri, khususnya sifat non-profit meski berstatus badan usaha.

Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 1999 ini Pemerintah

membuka kemungkinan secara selektif kepada Perguruan Tinggi Negeri yang

dinilai sudah memiliki kemampuan pengelolaan yang mencukupi untuk dapat

memiliki kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk

diubah status hukumnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang

dapat berperan sebagai kekuatan moral dalam proses pembangunan masyarakat

madani yang lebih demokratis dan mampu bersaing secara global. Perguruan

Tinggi Negeri berstatus BHMN tetap menjadi aset negara yang berharga untuk

memperbaiki citra bangsa.

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, keberadaan Perguruan Tinggi Negeri

sebagai BHMN telah memenuhi persyaratan yuridis formal. Hal ini sesuai

dengan ketentuan Pasal 1653 KUHPerdata yang menentukan badan hukum dapat

didirikan atau diakui oleh Pemerintah. Tidak ada suatu ketentuan hukum positif

yang mengharuskan pendirian suatu badan hukum dengan undang-undang.

Hukum positif Indonesia menggunakan sistem terbuka, di mana pendirian suatu

51 Privatisasi, dalam literatur ekonomi, artinya adalah pengalihan kepemilikan pemerintah atas suatu perusahaan kepada swasta. Hanya pengelolaannya didelegasikan oleh Pemerintah kepada suatu board of trustees yang mewakili Pemerintah dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

badan hukum dapat dilakukan dengan undang-undang, peraturan pemerintah,

bahkan dengan keputusan presiden sekalipun, atau dengan konstruksi hukum

perdata.52

Ada 4 alasan mengapa pendirian Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan

Hukum Milik Negara dilakukan dengan peraturan pemerintah, yaitu

53

1. Pasal 1653 KUHPerdata tidak menetapkan secara spesifik jenis

peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar pendirian

suatu badan hukum yang diadakan oleh pemerintah. Dengan demikian,

pemerintah bebas memilih jenis landasan hukum yang akan dijadikan

dasar hukum mendirikan suatu badan hukum yang tentu didasarkan

pada pertimbangan subjektif yang sesuai dengan kebutuhan yang

dianggap cukup alasan untuk memilih jenis peraturan perundang-

undangan tertentu.

:

2. Meskipun tidak ada suatu ketentuan yang pasti, setiap pemisahan

kekayaan Negara harus dilakukan dengan peraturan pemerintah

sehingga peraturan pemerintah bagi penetapan Perguruan Tinggi Negeri

sebagai BHMN merupakan landasan hukum bagi pemisahan kekayaan

Negara dan penempatannya sebagai kekayaan awal BHMN.

3. Kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri BHMN merupakan kekayaan

Negara yang dipisahkan, dimana sebagian kekayaan Negara yang

merupakan harta kekayaan tidak bergerak berupa tanah, tidak dapat

52 Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 131 53 Ibid, hal 131-132

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

dipindahtangankan oleh Perguruan Tinggi Negeri BHMN kepada pihak

ketiga, hubungan kepemilikan kekayaan awal tetap berada pada Negara.

4. Karena penetapan (instellingswet) Perguruan Tinggi Negeri BHMN

dilakukan dengan suatu ketentuan publik, yaitu peraturan pemerintah,

eksistentsi Perguruan Tinggi Negeri BHMN tidak lagi memerlukan

pengesahan lagi dari Departemen Hukum dan HAM RI yang

merupakan bagian integral dari organisasi kekuasaan umum atau

pemerintah.

Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan Hukum Milik

Negara merupakan bentuk perguruan tinggi yang memiliki lima prinsip utama

dalam penyelenggaraannya, yaitu kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan

evaluasi. Kelima prinsip tersebut akhirnya menjadi paradigma baru bagi

pendidikan tinggi di Indonesia.

Terutama dari segi akuntabilitas, dimana Badan Hukum Milik Negara

harus memberikan laporan tahunan berupa:

1) Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan arus kas dan laporan

perubahan aktiva bersih.

2) Laporan akademik berupa penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

yang meliputi keadaan, kinerja, serta hasil-hasil yang telah dicapai

universitas.

3) Laporan ketenagakerjaan universitas yang meliputi keadaan, kinerja, dan

kemajuan yang telah dicapai.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Laporan tahunan tersebut disampaikan kepada Majelis Wali Amanat

sebagai lembaga tertinggi dalam Perguruan tinggi berstatus sebagai Badan

Hukum Milik Negara.

Berdasarkan Pasal 9 butir (f) PP No. 61 Tahun 1999 dinyatakan bahwa

Majelis Wali Amanat bersama-sama dengan pimpinan Universitas menyusun dan

menyampaikan Laporan Tahunan kepada Menteri Pendidikan. Laporan Tahunan

yang dimaksud mencakup 3 (tiga) aspek yaitu54

1. Laporan Manajemen, yang meliputi Manajemen perencanaan program dan

anggaran, Manajemen keuangan dan akuntabilitas, Manajemen kinerja staf

akademik, Majamen proses pembelajaran, Manajemen Mutu/Penjaminan

Mutu, Manajemen pengelolaan penelitian, Manajemen pengelolaan

keterlibatan dengan masyarakat, Manajemen asset serta pengadaan barang

dan jasa, Manajemen sistem informasi, Manajemen revenue generating

activities dan Manajemen external relation;

:

2. Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Posisi Keuangan, Laporan

Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan;

3. Laporan Akademik yang meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian

Pada Masyarakat.

Pembahasan yang dilakukan pada ketiga aspek di atas dikaitkan dengan

tata pamong (governance) pada seluruh unit fungsional penyelenggaraan

Tridharma Perguruan Tinggi termasuk sistem pendukungnya yang dikembangkan.

54 Laporan Tahunan USU Perguruan Tinggi BHMN T.A 2010, hal 1

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Selain aspek tata pamong, laporan ini juga membahas secara rinci kelengkapan

struktur, peraturan organisasi, kinerja fungsi/unit manajemen dan unit pendukung.

Dalam perencanaan program dan penganggaran masih mengacu kepada Peraturan

Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Pasal 7 Tentang Penyusunan Rencana Kerja

dan Anggaran dimana dalam penyusunan anggaran wajib mengacu kepada

indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja55

Perguruan Tinggi BHMN diwajibkan untuk menyampaikan laporan

keuangan yang akuntabel dan transparan yang mampu memberikan pencitraan

publik yang baik. Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menyajikan dan

mengungkapkan secara penuh aktivitas Universitas termasuk unit-unit di

dalamnya dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan oleh para penyumbang,

kreditur, donator dan pihak lain serta untuk mempertannggungjawabkannya sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-

prinsip akuntabilitas dan transparansi, untuk itu laporan keuangan Universitas

harus dapat:

.

1. Memberikan informasi mengenai;

a. Jumlah dan sifat aset, kewajiban dan ekuitas dana Universitas;

b. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai

dan sifat ekuitas dana;

c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya alam suatu

periode dan hubungan antara keduanya;

55 Ibid, hal 7

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

d. Cara Universitas mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh

pinjaman dan melunasi suatu pinjaamn dan faktor lainnya yang

berpengaruh pada likuiditas.

2. Menunjukkan akuntabilitas kegiatan Universitas dengan cara

mempertanggungjawabkan melalui laporan keuangan pengelolaan

sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan;

3. Mewujudkan transparansi dalam pelaporan keuangan Universitas dengan

menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat.

4. Menyediakan informasi keuangan yang serta memudahkan pengendalian

yang efisien dan efektif kekayaan, kewajiban dan asset bersih.

Sebagai organisasi yang bersifat nirlaba, penyusunan laporan keuangan

didasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 4556 yang meliputi

Laporan posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Tujuan masing-masing laporan tersebut adalah57

1. Laporan Posisi Keuangan

:

Menyediakan informasi mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana

serta informasi mengenai hubungan diantara elemen-elemen yang

terdapat dalam laporan tersebut. Laporan ini digunakan untuk menilai:

56 PSAK Nomor 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. 57 Laporan Keuangan USU BHMN T.A.2010 Unaudited, hal 3

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

a. Kemampuan Universitas untuk memberikan jasa secara

berkelanjutan;

b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi

kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal.

2. Laporan Aktivitas

Menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain

yang mengubah jumlah dan sifat ekuitas dana dan bagaimana

penggunaan sumber daya pelaksanaan berbagai program dan kegiatan.

Laporan ini digunakan untuk:

a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode;

b. Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dalam

memberikan jasa;

c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja pengelola

Universitas.

3. Laporan Arus Kas

Menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dan

setara kas dalam suatu periode serta peningkatan kas dan setara kas

yang dihasilkan dalam satu periode.

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) bersifat nirlaba

dan memiliki 2 (dua) sumber dana yaitu Dana dari Pemerintah Pusat (APBN)

dan Dana Masyarakat yang berasal dari usaha sendiri. Cara melaporkan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

kedua sumber dana ini memiliki Standar Pelaporan Keuangan yang berbeda

yaitu Dana APBN berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sedangkan

Dana Masyarakat menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.45).

Hal ini membuat laporan keuangan Universitas memiliki karakteristik sendiri

yang berbeda dengan laporan keuangan badan usaha yang bersifat bisnis dan

badan usaha nirlaba pada umumnya.

Agar penerimaan dan penggunaan dana Universitas dapat disajikan dengan

akuntabel dan transparan maka Universitas setiap akhir semester dan akhir tahun

buku menyusun 3 (tiga) laporan keuangan58

1. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban

penggunaan Dana APBN yang menggunakan Standar Akuntansi

Pemerintah;

:

2. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban

penggunaan Dana Masyarakat yang menggunakan Standar Akuntansi

Keuangan;

3. Laporan Keuangan Universitas secara keseluruhan yaitu Laporan

Keuangan yang berisikan pertanggungjawaban penggunaan Dana

APBN dan Dana Masyarakat.

Sebagai badan usaha yang bersifat nirlaba Perguruan Tinggi BHMN

memiliki karakteristik sebagai berikut59

58 Ibid, hal 3-4

:

59 Ibid, hal 4

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

1. Taat Azas

Dalam melaksanakan kegiatan keuangannya, Universitas tetap

berpedoman kepada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dan peraturan lainnya yang ditetapkan dan sesuai dengan BHMN;

2. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan Universitas tidak untuk memperoleh laba tetapi memberikan

pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan pengajaran,

penilaian serta pengabdian kepada masyarakat sehingga harus

memberikan informasi keuangan mengenai sumber daya ekonomi dan

keuangan yang digunakan untuk pelayanan tersebut. Sesuai dengan

PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba, sumber daya

tersebut diklasifikasikan dalam:60

(1) Dana Terikat yaitu sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk

tujuan tertentu oleh penyedia dana. Pembatasan tersebut dapat

bersifat sementara dan/atau permanen;

a. Dana Tidak Terikat Sementara adalah pembatasan penggunaan

Dana oleh Pemberi Dana, yang menetapkan agar Dana tersebut

dipertahankan sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.

Apabila ketentuan yang ditetapkan oleh penyumbang telah

dipenuhi maka dana tersebut dicatat sebagai dana tidak terikat dan

60 Ibid, hal 5

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

disajikan dalam Laporan Aktivitas sebagai aktiva bersih yang

dibebaskan dari pembatasan;

b. Dana Terikat Tetap adalah pemberi Dana secara eksplisit

menyatakan tujuan pemanfaatan Dana yang disumbangkannya

secara permanen, tetapi Universitas diizinkan untuk menggunakan

sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya

yang berasal dari sumber daya tersebut.

(2) Tidak Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak

dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyedia dana.

3. Sumber Dana

Sumber Dana Keuangan untuk penyelenggaraan, pengelolaan dan

pengembangan Universitas berasal dari Dana Pemerintah, Dana

Masyarakat, Usaha dan Tabungan Universitas, dan Bantuan luar negeri

yang tidak mengikat.

Dana Pemerintah merupakan bantuan yang diterima dari Pemerintah

yang berasal dari APBN dan APBD serta bantuan Pemerintah lainnya.

Sedangkan Dana Masyarakat adalah dana yang bersumber dari

masyarakat yang terdiri dari pendapatan pendidikan dan pendapatan

non pendidikan. Pendapatan pendidikan terdiri dari61

a. SPP;

:

b. Dana Kelengkapan Akademik;

61 Ibid, hal 5

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

c. Perpustakaan;

d. Skripsi;

e. Matrikulasi;

f. Sumbangan Sukarela.

Sedangkan Pendapatan Non Akademik terdiri dari:

a. Pendapatan Jasa (Manajemen Fee & Institusional Fee);

b. Pendapatan Bandwidth (Internet);

c. Pendapatan Sewa;

d. Pendapatan Usaha.

4. Dana Lancar

Merupakan dana tersedia untuk operasi Universitas yang sepenuhnya

berada dalam kendali Universitas.

5. Dana Tidak Lancar

Dana tidak lancar merupakan dana yang tidak digunakan untuk

operasional kegiatan sehari-hari dan telah dirancang untuk suatu

penggunaan tertentu. Dana ini diklasifikasikan menjadi62

a. Dana Sumbangan;

:

b. Dana Hibah;

c. Dana Zakat

62 Ibid, hal 6

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Termasuk dalam dana ini adalah pemberian dari perorangan, badan,

dan Pemerintah, berupa sumbangan, bantuan, hibah dan zakat yang

peruntukannya ditentukan oleh pemberi dana.

6. Beban/Belanja Operasi

Belanja Operasi terdiri atas63

a. Beban gaji dan honor;

:

b. Beban/Belanja Barang;

c. Beban Pemeliharaan;

d. Beban Perjalanan Dinas;

e. Beban Belanja Modal;

f. Beban Lainnya.

7. Satuan Akuntansi

Satuan Akuntansi merupakan unit-unit pertanggungjawaban akuntansi

pada masing-masing unit.

Dasar penyusunan Laporan Keuangan Universitas menggunakan basis

akrual artinya standar akuntansi pemerintah yang mengakui pendapatan, beban,

aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran

berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD64

63 Ibid, hal 6

yang dimodifikasi

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Semua ketentuan dalam

64 Pasal 1 ayat (8) PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Standar Akuntansi Keuangan berlaku untuk pelaporan keuangan Universitas

kecuali sesuai dengan spesifik dinyatakan lain.

Laporan Keuangan Universitas menggunakan format yang ditetapkan pada

PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. Bentuk Laporan Keuangan

sebelumnya menggunakan format Laporan Keuangan Standar Akuntansi

Pemerintah.

Prosedur pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi BHMN yaitu semua

penerimaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) disimpan atau disetorkan ke kas Negara (KPPN), sedangkan penerimaan

yang bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi dan APBD Pemerintah

Kabupaten/Kota, Dana Masyarakat (bersumber dari SPP mahasiswa dan lain-

lain), serta usaha/penjualan jasa universitas dan lain-lain disetorkan ke Rekening

Universitas, dan dimanfaatkan menurut keperluannya dengan mengacu kepada

anggaran yang telah disahkan. Pimpinan Universitas menetapkan alokasi, batas

alokasi anggaran misalnya bagian pembiayaan honorarium, kegiatan administrasi

pemeliharaan, pengembangan staf dan lain-lain.65

Dengan demikian perguruan tinggi memiliki wewenang dan tanggung

jawab penuh di dalam mengelola keuangannya, baik pemasukan dan pengeluaran

yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sehingga sumber keuangan

tidak hanya didasarkan kepada anggaran pendidikan dari pemerintah. Dengan

kata lain, diperbolehkan berusaha secara mandiri untuk mencari biaya

65 Laporan Tahunan USU, Op. Cit, hal 15

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

operasional agar proses belajar mengajar di kampus tersebut dapat terus

berlangsung.

Perguruan Tinggi BHMN memiliki otonomi dalam pengelolaan kekayaan

(sumber dana), yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan

prinsip efisiensi dan akuntabilitas. Pada PTN biasa, pengelolaan dana diatur

secara sentralistik melalui rambu-rambu, yang ditetapkan melalui suprastruktur

pusat serta penetapan sumber-sumber dana secara kaku Otonomi pada PTN biasa

ini terbatas pada kewenangan menerima, menyimpan dan menggunakan dana

yang berasal dari masyarakat.66

Otonomi pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN dimulai dari

penyusunan rencana anggaran bersama dengan Senat Akademik dan disetujui oleh

Majelis Wali Amanat (MWA), dengan mengacu kepada prinsip-prinsip

akuntabilitas sebagai alat pengendali yang efektif dalam kegiatan pengelolaan

dana. Melalui prinsip akuntabilitas Perguruan Tinggi BHMN dapat menjelaskan

kepada masyarakat (stakeholders) tentang penerimaan dan pengeluaran dana yang

dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan akademik, baik program maupun

layanan akademik.

67

Dengan demikian, pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN memerlukan

model pengelolaan yang lebih tepat, akurat dan informatif, agar dapat mengelola

dana yang jumlahnya terbatas menjadi lebih efektif dan efisien serta senantiasa

mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan. Suatu model pengelolaan dana

66 http://www.bergaul.com/pages/newforum/posts.php?topic=1557 Diakses Tgl 16 Juni 2012.

67 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan, khususnya pada aspek-aspek

penting seperti pengalokasian atau pembebanan, sehingga dapat mewujudkan

tuntutan masyarakat tentang pengelolaan dana secara efektif dan efisien dalam

mewujudukan akuntabilitas pengelolaan dana di lingkungan perguruan tinggi.

C. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN Sesudah

Terbitnya PP NO. 66 Tahun 2010.

Berdasarkan ketentuan Pasal 220B Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

66 Tahun 2010 disebutkan bahwa pengelolaan keuangan Universitas Indonesia,

Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor,

Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas

Airlangga, menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.

Penyesuaian tata kelola keuangan tersebut diselesaikan paling lambat tanggal 31

Desember 2012.68

Badan Layanan Umum menerapkan sistem informasi manajemen

keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi

keuangan badan layanan umum harus diakuntansikan dan dokumen

pendukungnya dikelola secara tertib. Demikian pula akuntansi dan laporan

keuangan badan layanan umum diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi

keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal

tidak terdapat standar akuntansi, badan layanan umum dapat menerapkan standar

68 Pasal 220B Ayat (3) PP No. 66 Tahun 2010

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan menteri keuangan.

Berarti, penggunaan standar akuntansi industri spesifik tidak boleh digunakan

secara langsung oleh Badan Layanan Umum, karena dapat dibatalkan atau batal

demi hukum diakibatkan tidak ada persetujuan menteri keuangan69

1. seluruh pendapatan dan belanja BLU;

. DIPA Badan

Layanan Umum sekurang-kurangnya memuat:

2. proyeksi arus kas;

3. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan;

4. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN;

5. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.

Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU

dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan

anggaran tahun lalu. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan

menjadi lampiran dari contractual performance agreement yang ditandatangani

oleh menteri/pimpinan lembaga dengan pimpinan BLU yang bersangkutan dan

sekaligus menjadi dasar penarikan dana.70

Pengelolaan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan

Layanan Umum mengikuti pedoman sebagai berikut71

1. Pada BLU Penuh

:

Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan

keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP

69 Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 363 70 www.pkblu.perbendaharaan.go.id diakses tgl 2 Juli 2012 71 www.pkblu.perbendaharaan.go.id diakses tgl 2 Juli 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

dari pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang

yang bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu

disetorkan ke Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target

yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas

fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului

pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP yang melampaui

ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan

setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen

Perbendaharaan atau menjadi saldo awal tahun berikutnya.

2. Pada BLU Bertahap

Satuan kerja berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP

sebesar persentase yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang

dapat digunakan langsung adalah sebesar persentase yang ditetapkan

dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan satker yang

menerapkan PK-BLU yang bersangkutan.

Satuan kerja berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP

yang tidak digunakan langsung ke Rekening Kas Negara secepatnya.

PNBP yang telah disetor dapat dipergunakan kembali sebesar selisih

antara PNBP yang dapat digunakan dengan PNBP yang telah

digunakan langsung.

Pertanggungjawaban Pengunaan PNBP oleh BLU Satuan kerja BLU

mempertanggungjawabkan pengggunaan PNBP secara langsung dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

menyampaikan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pengesahan kepada KPPN setiap

triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan

dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) yang ditandatangani oleh

pimpinan BLU. Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, KPPN menerbitkan SP2D

sebagai pengesahan penggunaan dana PNBP.

Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan

sebagai pendapatan Badan Layanan Umum. Penerimaan yang dimaksud adalah

penerimaan berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian

Negara/lembaga/pemerintah daerah, bukan dari kegiatan pembiayaan

APBN/APBD. Demikian pula pendapatan yang bersumber dari hasil kerjasama

Badan Layanan Umum dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan

pendapatan bagi Badan Layanan Umum yang dapat dikelola langsung untuk

membiayai belanja sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA).

Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari jasa kepada masyarakat dan hibah

tidak terkait dengan layanan yang diperoleh dari masyarakat atau dari badan lain,

merupakan pendapatan operasional. Pendapatan tersebut dilaporkan sebagai

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) kementerian/lembaga.72

Belanja Badan Layanan Umum terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan

sumber struktur biaya yang tertuang dalam Rencana Bisnis Anggarran (RBA)

defenitif, yang pengelolaannya bersifat fleksibel berdasarkan kesetaraan antara

volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran sesuai dengan praktek

bisnis yang sehat. Pengertian fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam

72 Ibid, hal 363

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam ambang batas sesuai dengan

yang ditetapkan dalam RBA sehingga kalau belanja melampaui ambang batas

RBA, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari menteri keuangan untuk

Badan Layanan Umum. Selanjutnya dalam hal terjadi kekurangan anggaran, dapat

mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada Menteri

Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) melalui menteri/pimpinan

lembaga kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya.73

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1) PP No, 23 Tahun 2005, Badan

Layanan Umum tidak melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas izin

Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

74

Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan

pendapatan Badan Layanan Umum dan bukan merupakan Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP). Sebagai pedoman investasi yang akan dilakukan diperlukan

persyaratan administratif, serta prosedur baku tentang jenis-jenis investasi jangka

Demikian pula investasi jangka pendek hanya diperbolehkan untuk investasi

dengan resiko rendah, tidak untuk investasi jangka menengah, atau jangka

panjang yang mempunyai resiko tinggi, termasuk di dalamnya investasi

portofolio.

73 Ibid, hal 364 74 Penjelasan Pasal 19 Ayat (1) PP No. 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa Investasi jangka

panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung (pendirian perusahaan). Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangan/gubernur/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

pendek, menengah , dan jangka panjang dalam bentuk peraturan menteri

keuangan.75

Dalam hal pengelolaan barang badan layanan umum, maka siklus

pengadaan atau siklus logistik dalam bentuk barang dan/atau jasa pada umumnya

dimulai dari perencanaan/penganggaran, pengadaan, pendistribusian,

penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan yang disertai

pertangunggjawaban. Pengaturan siklus pengadaan ini perlu diatur dalam bentuk

peraturan menteri/pimpinan lembaga mengingat setiap menteri/pimpinan lembaga

sesuai dengan fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri.

Pengadaan barang/jasa oleh Badan Layanan Umum dilakukan berdasarkan

prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat. Efisiensi

yang berarti ketepatgunaan dan kedayagunaan. Ekonomis berarti harga bersaing

dengan kualitas yang sama. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan

fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka

pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.76 Kewenangan

pengadaan barang/jasa tersebut diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan77

Pada Status Badan Layanan Umum secara penuh dapat diberikan

fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang

.

75 Ibid, hal 365 76 Pasal 20 ayat (1) PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum.

77 Pasal 20 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

berlaku bagi pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bila terdapat alasan efektivitas

dan/atau efisiensi.

Fleksibillitas diberikan terhadap pengadaan barang dan jasa yang sumber

dananya berasal dari:78

1. Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;

2. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain;

3. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain; dan atau

4. Hasil usaha lainnya

Fleksibilitas tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan

barang/jasa yang ditetapkan oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip

transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek bisnis yang sehat.

Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari hibah

terikat mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah atau mengikuti

ketentuan pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi BLU sepanjang disetujui oleh

pemberi hibah.

Badan layanan umum tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus asset

tetap, kecuali atas persetujuan menteri keuangan. Kewenangan pengalihan

dan/atau penghapusan asset tetap dilakukan berdasarkan jenjang nilai dan jenis

barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sekalipun asset tetap badan layanan umum dapat dialihkan atau dihapuskan, tetapi

78 Presentation BHMN-2, Penggunaan PNBP dan Status Pendapatan Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BHMN

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

pelaksanannya sulit dilakukan karena harus terikat pada jenjang nilai dan jenis

barang serta tidak boleh melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.79

Sedangkan laporan keuangan badan layanan umum setidak-tidaknya

meliputi laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja, laporan-

laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh badan layanan umum

dikonsolidasikan dalam laporan keuangan badan layanan umum.

80

Laporan keuangan badan layanan umum disampaikan secara berkala yaitu

setiap triwulan kepada menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau

pimpinan lembaga Negara untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan

kementerian Negara, lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara.

Laporan keuangan badan layanan umum disampaikan kepada Menteri,

pimpinan lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara kepada menteri

keuangan paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.

Laporan keuangan badan layanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

laporan pertanggungjawaban keuangan kementerian Negara, lembaga

nonkementerian, atau lembaga Negara. Penggabungan laporan keuangan badan

layanan umum pada laporan keuangan kementerian Negara, pimpinan lembaga

nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara dilakukan sesuai dengan standar

akuntansi pemerintahan. Laporan pertanggungjawaban keuangan badan layanan

79 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 175 80 Ibid, hal 177

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

umum diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.81

Badan layanan umum sebagai instansi pemerintah yang diperkenanakan

menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum, diperuntukkan agar

dapat memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Oleh karena itu, operasional kinerja badan layanan umum harus selalu

ditingkatkan dan merupakan tanggung jawab pimpinan badan layanan umum.

Tanggung jawab terhadap kinerja operasioanal badan layanan umum berada pada

pimpinan badan layanan umum yang diukur berdasarkan tolok ukur yang

ditetapkan dalam rencana bisnis dan anggaran.

82

Pimpinan badan layanan umum mengikhtisarkan dan melaporkan kinerja

operasional badan layanan umum secara terintegrasi dengan laporan keuangan

badan layanan umum. Pengintegrasian itu bertujuan agar kinerja operasional

badan layanan umum dapat diketahui menteri, pimpinan lembaga

nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara kemudian kepada menteri

keuangan. Tata cara penyusunan ikhtisar kinerja operasional dan

pengintegrasiannya dengan laporan keuangan didasarkan pada ketentuan

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaporan keuangan dan

kinerja.

81 Ibid, hal 178 82 Ibid, hal 178

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

Dari uraian diatas dapat dilihat perbandingan sistem pengelolaan keuangan

Perguruan Tinggi BHMN sebelum dan sesudah terbitnya PP No. 66 tahun 2010,

sebagai berikut:

BHMN

(PP No. 61 Tahun 1999)

BLU

(PP No. 23 Tahun 2005)

Status Hukum/Asas Pasal 5: Badan

Hukum/kekayaan negara

yang dipisahkan.

Pasal 3: Unit kerja

kementerian Negara/lembaga

Tujuan Pasal 3: Menyiapkan

peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan

akademik dan/atau

professional yang dapat

menerapkan,

mengembangkan dan/atau

memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian.

Mencapai keuggulan

kompetitif melalui

penerapan prinsip

pengelolaan sumber daya

sesuai dengan asas

pengelolaan yang

professional.

Pasal 2: Non Profit oriented

(meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat dalam

rangka memajukan

kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan

bangsa dengan memberikan

fleksibilitas dalam pengelolaan

keuangan berdasakan prinsip

ekonomi dan produktivitas, dan

penarapan praktek bisnis yang

sehat)

Manajemen Pasal 4: Otonom ala

korporasi

Pasal 3:

• Otonom ala korporasi

• Nomenklatur & struktur

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/Chapter II.pdf · mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

manajemen sesuai dengan

Instansi

Pengelolaan Keuangan Pasal 19: Tata cara

pengelolaan keuangan

diatur oleh dan disesuaikan

dengan kebutuhan

Perguruan Tinggi dengan

memperhatikan efisiensi,

atonomi dan akuntabilitas.

Pasal 10: menyusun rencana

bisnis tahunan dengan

mengacu kepada Rencana

Strategis Kementerian

Negara/Lembaga (Renstra KL)

atau Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah

(RPJMD)

Sumber Pendanaan Pasal 5:

• APBN (PMP/Subsidi)

• Hibah

• Pendapatan Hasil

Usaha/Jasa

Pasal 14:

• APBN (pendapatan BLU)

• Hibahterikat yang diperoleh

dari masyarakat atau badan

lain

• Pendapatan Hasil usaha/jasa

SDM Pasal 24: Pegawai BHMN Pasal 33: PNS dan/atau tenaga

professional non PNS

Universitas Sumatera Utara