bab ii sistem pengelolaan keuangan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34435/3/chapter...
TRANSCRIPT
BAB II
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI BHMN
SEBELUM DAN SESUDAH TERBITNYA PP NO. 66 TAHUN 2010
A. Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan keuangan Negara merupakan bagian dari pelaksanaan
pemerintahan Negara. Pengelolaan keuangan Negara mempunyai arti luas dan
sempit. Pengelolaan keuangan Negara dalam arti luas adalah manajemen
keuangan Negara. Sedangkan dalam arti sempit, pengelolaan keuangan Negara
adalah administrasi keuangan Negara atau tata usaha keuangan45
Pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertangungjawaban. Jadi
ruang lingkup pengelolaan keuangan Negara meliputi:
.
46
1. Perencanaan keuangan Negara;
2. Pelaksanaan keuangan Negara;
3. Pengawasan keuangan Negara; dan
4. Pertanggungjawaban keuangan Negara
Pejabat yang ditugasi melakukan pengelolaan keuangan Negara,
seyogyanya memperhatikan dan menerapkan asas-asas hukum yang
45 Adrian Sutedi, Op. Cit, hal 120 46 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 21
Universitas Sumatera Utara
mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan
pelayanan dalam pengelolaan keuangan Negara. Peningkatan pelayanan
merupakan wujud pengabdian dengan tetap berpatokan pada asas-asas
pengelolaan keuangan Negara.
Sedangkan tujuan pengelolaan keuangan Negara secara umum adalah agar
daya tahan dan daya saing perekonomian nasional semakin dapat ditingkatkan
dengan baik dalam kegiatan ekonomi yang semakin global, sehingga kualitas
kehidupan masyarakat Indonesia meningkat sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun yang menjadi alasan mengapa keuangan Negara harus dikelola dengan
baik karena beberapa alasan, yakni sebagai berikut47
1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
:
Keuangan Negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga
yang dibentuk dari kekuatan hukum penawaran dan permintaan.
Penerimaan Negara yang berasal dari pungutan pajak akan mengurangi
daya beli masyarakat, sehingga mengurangi permintaan masyarakat.
Sebaliknya pengeluaran Negara, untuk membeli barang dan jasa dari
masyarakat akan menambah daya beli masyarakat. Apabila penerimaan
Negara melebihi pengeluaran Negara, berarti pengurangan daya beli
masyarakat lebih besar penambahannya, sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara penerimaan dengan penawaran.
47 Ibid, hal 120-122
Universitas Sumatera Utara
2. Menjaga kestabilan
Menurut Keyness, depresi dunia yang terjadi pada tahun 1930, disebabkan
oleh penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat. Oleh karena
itu, untuk mengatasi pengangguran, Pemerintah melalui APBN dapat
memperbesar permintaan agregat agar sama dengan penawaran agregat.
Ini berarti bahwa APBN dapat dipergunakan untuk mengatasi deflasi dan
inflasi serta memelihara stabilisasi.
3. Merealokasi sumber-sumber ekonomi
Maksudnya adalah memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas itu secara
maksimal. Di Indonesia, kecuali yang ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku, pada hakikatnya sumber-sumber
ekonomi itu dimiliki oleh masyarakat. Apabila sumber-sumber ekonomi
yang ada pada masyarakat itu tidak dipergunakan secara maksimal,
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dalam perekonomian, maka
Negara, dengan kebijakan fiskal yang persuasif dapat mendorong
penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut secara maksimal.
4. Mendorong redistribusi pendapatan
Maksudnya adalah bahwa Negara dengan menggunakan kebijakan
fiskalnya, dapat mengupayakan agar perbedaan antara golongan
masyarakat yang kaya dengan golongan masyarakat yang miskin itu tidak
terlalu menyolok. Oleh karena itu, pengelolaan APBN tidak hanya
menyangkut pada jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran saja, tetapi
harus diperhatikan juga rincian dari penerimaan dan pengeluaran.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, ruang lingkup keuangan
Negara meliputi48
1. Pengelolaan moneter
:
Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter.
Kebijakan moneter adalah kebijaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah agar ada keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang
yang beredar dengan barang dan jasa yang tersedia di masyarakat.
2. Pengelolaan fiskal
Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal
dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan,
adminsitrasi kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah
berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja)
pemerintah.
3. Pengelolaan kekayaan Negara
Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan Negara, yang
termasuk pengeluaran Negara telah diatur secara khusus dalam
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Disamping itu, terdapat pula
kekayaan Negara yang dipisahkan (pengelolaannya diserahkan kepada
perusahaan yang seluruh modalnya/sahamnya dimiliki oleh Negara.
48 Adrian Sutedi, Op.Cit, hal122-123
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan semacam ini biasa disebut Badan Usaha Milik Negara dan
Lembaga-Lembaga Keuangan Negara.
Pemerintah menyadari bahwa pengelolaan keuangan Negara yang
dilaksanakan sampai saat ini perlu diadakan penyempurnaan terutama dalam
mengatasi kelemahan seperti kurangnya keterkaitan antara perencanaan nasional,
penganggaran, dan pelaksanaannya kemudian kelemahan dalam pelaksanaan
penganggaran yang menggunakan line-item budget dimana usulan anggaran
didasarkan perubahan anggaran pembangunan dan anggaran rutin, serta klasifikasi
anggaran yang belum terbagi berdasarkan fungsi49
Dengan demikian keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban
Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Tujuan pengelolaan keuangan Negara
dalam arti luas adalah agar daya tahan dan daya saing perekonomian nasional
semakin dapat ditingkatkan dengan baik dalam kegiatan ekonominya yang bersifat
global, sehingga kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dapat meningkat sesuai
dengan yang diharapkan.
.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan Negara, pengelolaan keuangan Negara perlu diselenggarakan
secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam UUD 1945.
49 Ibid, hal 124
Universitas Sumatera Utara
Sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945
tersebut, UU No. 17 Tahun 2003 menjabarkannya ke dalam asas-asas umum yang
telah lama dikenal dalam pengelolaan kekayaan Negara, seperti asas universalitas,
asas kesatuan dan spesialitas, maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best
practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan
Negara, antara lain: akuntabilitas berorientasi pada hasil artinya keuangan Negara
dapat dipertanggungjawabkan dengan orientasi pada hasil atau dampak dari
kegiatan yang telah direncakan tersebut, profesionalitas yaitu pengelolaan
keuangan Negara dilakukan secara profesional, proporsionalitas, keterbukaan
dalam pengelolaan keuangan Negara artinya pengelolaan keuangan negara
dilakukan secara terbuka, dalam arti proses pengangaran, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban diketahui atau diawasi oleh rakyat dalam hal ini DPR, dan
pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri artinya
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara diperiksa oleh badan
pemeriksa yang bebas dan mandiri sebagai mandat dari rakyat yang diatur dalam
undang-undang.50
B. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN
SebelumTerbitnya PP NO. 66 Tahun 2010
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk badan
hukum di Indonesia yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan
50 Sony Sumarsono, Manajemen Keuangan Pemerintahan, (Yogyakarta Graha Ilmu:2010) hal 43
Universitas Sumatera Utara
khusus dalam rangka “privatisasi”51
Kesiapan untuk melaksanakan pengelolaan perguruan tinggi secara
otonom tersebut ditunjukkan melalui evaluasi diri yang menyeluruh baik dalam
aspek program akademik, sumberdaya manusia (SDM), sarana-prasarana,
maupun keuangan. Namun, pemberian otonomi tidak berarti pemerintah
melepaskan diri dari tanggung jawab di bidang pendidikan.
lembaga pendidikan yang memiliki
karakteristik tersendiri, khususnya sifat non-profit meski berstatus badan usaha.
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 1999 ini Pemerintah
membuka kemungkinan secara selektif kepada Perguruan Tinggi Negeri yang
dinilai sudah memiliki kemampuan pengelolaan yang mencukupi untuk dapat
memiliki kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk
diubah status hukumnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang
dapat berperan sebagai kekuatan moral dalam proses pembangunan masyarakat
madani yang lebih demokratis dan mampu bersaing secara global. Perguruan
Tinggi Negeri berstatus BHMN tetap menjadi aset negara yang berharga untuk
memperbaiki citra bangsa.
Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, keberadaan Perguruan Tinggi Negeri
sebagai BHMN telah memenuhi persyaratan yuridis formal. Hal ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 1653 KUHPerdata yang menentukan badan hukum dapat
didirikan atau diakui oleh Pemerintah. Tidak ada suatu ketentuan hukum positif
yang mengharuskan pendirian suatu badan hukum dengan undang-undang.
Hukum positif Indonesia menggunakan sistem terbuka, di mana pendirian suatu
51 Privatisasi, dalam literatur ekonomi, artinya adalah pengalihan kepemilikan pemerintah atas suatu perusahaan kepada swasta. Hanya pengelolaannya didelegasikan oleh Pemerintah kepada suatu board of trustees yang mewakili Pemerintah dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
badan hukum dapat dilakukan dengan undang-undang, peraturan pemerintah,
bahkan dengan keputusan presiden sekalipun, atau dengan konstruksi hukum
perdata.52
Ada 4 alasan mengapa pendirian Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan
Hukum Milik Negara dilakukan dengan peraturan pemerintah, yaitu
53
1. Pasal 1653 KUHPerdata tidak menetapkan secara spesifik jenis
peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar pendirian
suatu badan hukum yang diadakan oleh pemerintah. Dengan demikian,
pemerintah bebas memilih jenis landasan hukum yang akan dijadikan
dasar hukum mendirikan suatu badan hukum yang tentu didasarkan
pada pertimbangan subjektif yang sesuai dengan kebutuhan yang
dianggap cukup alasan untuk memilih jenis peraturan perundang-
undangan tertentu.
:
2. Meskipun tidak ada suatu ketentuan yang pasti, setiap pemisahan
kekayaan Negara harus dilakukan dengan peraturan pemerintah
sehingga peraturan pemerintah bagi penetapan Perguruan Tinggi Negeri
sebagai BHMN merupakan landasan hukum bagi pemisahan kekayaan
Negara dan penempatannya sebagai kekayaan awal BHMN.
3. Kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri BHMN merupakan kekayaan
Negara yang dipisahkan, dimana sebagian kekayaan Negara yang
merupakan harta kekayaan tidak bergerak berupa tanah, tidak dapat
52 Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 131 53 Ibid, hal 131-132
Universitas Sumatera Utara
dipindahtangankan oleh Perguruan Tinggi Negeri BHMN kepada pihak
ketiga, hubungan kepemilikan kekayaan awal tetap berada pada Negara.
4. Karena penetapan (instellingswet) Perguruan Tinggi Negeri BHMN
dilakukan dengan suatu ketentuan publik, yaitu peraturan pemerintah,
eksistentsi Perguruan Tinggi Negeri BHMN tidak lagi memerlukan
pengesahan lagi dari Departemen Hukum dan HAM RI yang
merupakan bagian integral dari organisasi kekuasaan umum atau
pemerintah.
Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan Hukum Milik
Negara merupakan bentuk perguruan tinggi yang memiliki lima prinsip utama
dalam penyelenggaraannya, yaitu kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan
evaluasi. Kelima prinsip tersebut akhirnya menjadi paradigma baru bagi
pendidikan tinggi di Indonesia.
Terutama dari segi akuntabilitas, dimana Badan Hukum Milik Negara
harus memberikan laporan tahunan berupa:
1) Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan arus kas dan laporan
perubahan aktiva bersih.
2) Laporan akademik berupa penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
yang meliputi keadaan, kinerja, serta hasil-hasil yang telah dicapai
universitas.
3) Laporan ketenagakerjaan universitas yang meliputi keadaan, kinerja, dan
kemajuan yang telah dicapai.
Universitas Sumatera Utara
Laporan tahunan tersebut disampaikan kepada Majelis Wali Amanat
sebagai lembaga tertinggi dalam Perguruan tinggi berstatus sebagai Badan
Hukum Milik Negara.
Berdasarkan Pasal 9 butir (f) PP No. 61 Tahun 1999 dinyatakan bahwa
Majelis Wali Amanat bersama-sama dengan pimpinan Universitas menyusun dan
menyampaikan Laporan Tahunan kepada Menteri Pendidikan. Laporan Tahunan
yang dimaksud mencakup 3 (tiga) aspek yaitu54
1. Laporan Manajemen, yang meliputi Manajemen perencanaan program dan
anggaran, Manajemen keuangan dan akuntabilitas, Manajemen kinerja staf
akademik, Majamen proses pembelajaran, Manajemen Mutu/Penjaminan
Mutu, Manajemen pengelolaan penelitian, Manajemen pengelolaan
keterlibatan dengan masyarakat, Manajemen asset serta pengadaan barang
dan jasa, Manajemen sistem informasi, Manajemen revenue generating
activities dan Manajemen external relation;
:
2. Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan;
3. Laporan Akademik yang meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat.
Pembahasan yang dilakukan pada ketiga aspek di atas dikaitkan dengan
tata pamong (governance) pada seluruh unit fungsional penyelenggaraan
Tridharma Perguruan Tinggi termasuk sistem pendukungnya yang dikembangkan.
54 Laporan Tahunan USU Perguruan Tinggi BHMN T.A 2010, hal 1
Universitas Sumatera Utara
Selain aspek tata pamong, laporan ini juga membahas secara rinci kelengkapan
struktur, peraturan organisasi, kinerja fungsi/unit manajemen dan unit pendukung.
Dalam perencanaan program dan penganggaran masih mengacu kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Pasal 7 Tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran dimana dalam penyusunan anggaran wajib mengacu kepada
indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja55
Perguruan Tinggi BHMN diwajibkan untuk menyampaikan laporan
keuangan yang akuntabel dan transparan yang mampu memberikan pencitraan
publik yang baik. Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menyajikan dan
mengungkapkan secara penuh aktivitas Universitas termasuk unit-unit di
dalamnya dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan oleh para penyumbang,
kreditur, donator dan pihak lain serta untuk mempertannggungjawabkannya sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip-
prinsip akuntabilitas dan transparansi, untuk itu laporan keuangan Universitas
harus dapat:
.
1. Memberikan informasi mengenai;
a. Jumlah dan sifat aset, kewajiban dan ekuitas dana Universitas;
b. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai
dan sifat ekuitas dana;
c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya alam suatu
periode dan hubungan antara keduanya;
55 Ibid, hal 7
Universitas Sumatera Utara
d. Cara Universitas mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi suatu pinjaamn dan faktor lainnya yang
berpengaruh pada likuiditas.
2. Menunjukkan akuntabilitas kegiatan Universitas dengan cara
mempertanggungjawabkan melalui laporan keuangan pengelolaan
sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan;
3. Mewujudkan transparansi dalam pelaporan keuangan Universitas dengan
menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat.
4. Menyediakan informasi keuangan yang serta memudahkan pengendalian
yang efisien dan efektif kekayaan, kewajiban dan asset bersih.
Sebagai organisasi yang bersifat nirlaba, penyusunan laporan keuangan
didasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 4556 yang meliputi
Laporan posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Tujuan masing-masing laporan tersebut adalah57
1. Laporan Posisi Keuangan
:
Menyediakan informasi mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana
serta informasi mengenai hubungan diantara elemen-elemen yang
terdapat dalam laporan tersebut. Laporan ini digunakan untuk menilai:
56 PSAK Nomor 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. 57 Laporan Keuangan USU BHMN T.A.2010 Unaudited, hal 3
Universitas Sumatera Utara
a. Kemampuan Universitas untuk memberikan jasa secara
berkelanjutan;
b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal.
2. Laporan Aktivitas
Menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain
yang mengubah jumlah dan sifat ekuitas dana dan bagaimana
penggunaan sumber daya pelaksanaan berbagai program dan kegiatan.
Laporan ini digunakan untuk:
a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode;
b. Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dalam
memberikan jasa;
c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja pengelola
Universitas.
3. Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dan
setara kas dalam suatu periode serta peningkatan kas dan setara kas
yang dihasilkan dalam satu periode.
Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) bersifat nirlaba
dan memiliki 2 (dua) sumber dana yaitu Dana dari Pemerintah Pusat (APBN)
dan Dana Masyarakat yang berasal dari usaha sendiri. Cara melaporkan dari
Universitas Sumatera Utara
kedua sumber dana ini memiliki Standar Pelaporan Keuangan yang berbeda
yaitu Dana APBN berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sedangkan
Dana Masyarakat menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.45).
Hal ini membuat laporan keuangan Universitas memiliki karakteristik sendiri
yang berbeda dengan laporan keuangan badan usaha yang bersifat bisnis dan
badan usaha nirlaba pada umumnya.
Agar penerimaan dan penggunaan dana Universitas dapat disajikan dengan
akuntabel dan transparan maka Universitas setiap akhir semester dan akhir tahun
buku menyusun 3 (tiga) laporan keuangan58
1. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban
penggunaan Dana APBN yang menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintah;
:
2. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban
penggunaan Dana Masyarakat yang menggunakan Standar Akuntansi
Keuangan;
3. Laporan Keuangan Universitas secara keseluruhan yaitu Laporan
Keuangan yang berisikan pertanggungjawaban penggunaan Dana
APBN dan Dana Masyarakat.
Sebagai badan usaha yang bersifat nirlaba Perguruan Tinggi BHMN
memiliki karakteristik sebagai berikut59
58 Ibid, hal 3-4
:
59 Ibid, hal 4
Universitas Sumatera Utara
1. Taat Azas
Dalam melaksanakan kegiatan keuangannya, Universitas tetap
berpedoman kepada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dan peraturan lainnya yang ditetapkan dan sesuai dengan BHMN;
2. Tidak bertujuan untuk mengukur laba
Tujuan Universitas tidak untuk memperoleh laba tetapi memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
penilaian serta pengabdian kepada masyarakat sehingga harus
memberikan informasi keuangan mengenai sumber daya ekonomi dan
keuangan yang digunakan untuk pelayanan tersebut. Sesuai dengan
PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba, sumber daya
tersebut diklasifikasikan dalam:60
(1) Dana Terikat yaitu sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh penyedia dana. Pembatasan tersebut dapat
bersifat sementara dan/atau permanen;
a. Dana Tidak Terikat Sementara adalah pembatasan penggunaan
Dana oleh Pemberi Dana, yang menetapkan agar Dana tersebut
dipertahankan sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
Apabila ketentuan yang ditetapkan oleh penyumbang telah
dipenuhi maka dana tersebut dicatat sebagai dana tidak terikat dan
60 Ibid, hal 5
Universitas Sumatera Utara
disajikan dalam Laporan Aktivitas sebagai aktiva bersih yang
dibebaskan dari pembatasan;
b. Dana Terikat Tetap adalah pemberi Dana secara eksplisit
menyatakan tujuan pemanfaatan Dana yang disumbangkannya
secara permanen, tetapi Universitas diizinkan untuk menggunakan
sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya
yang berasal dari sumber daya tersebut.
(2) Tidak Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyedia dana.
3. Sumber Dana
Sumber Dana Keuangan untuk penyelenggaraan, pengelolaan dan
pengembangan Universitas berasal dari Dana Pemerintah, Dana
Masyarakat, Usaha dan Tabungan Universitas, dan Bantuan luar negeri
yang tidak mengikat.
Dana Pemerintah merupakan bantuan yang diterima dari Pemerintah
yang berasal dari APBN dan APBD serta bantuan Pemerintah lainnya.
Sedangkan Dana Masyarakat adalah dana yang bersumber dari
masyarakat yang terdiri dari pendapatan pendidikan dan pendapatan
non pendidikan. Pendapatan pendidikan terdiri dari61
a. SPP;
:
b. Dana Kelengkapan Akademik;
61 Ibid, hal 5
Universitas Sumatera Utara
c. Perpustakaan;
d. Skripsi;
e. Matrikulasi;
f. Sumbangan Sukarela.
Sedangkan Pendapatan Non Akademik terdiri dari:
a. Pendapatan Jasa (Manajemen Fee & Institusional Fee);
b. Pendapatan Bandwidth (Internet);
c. Pendapatan Sewa;
d. Pendapatan Usaha.
4. Dana Lancar
Merupakan dana tersedia untuk operasi Universitas yang sepenuhnya
berada dalam kendali Universitas.
5. Dana Tidak Lancar
Dana tidak lancar merupakan dana yang tidak digunakan untuk
operasional kegiatan sehari-hari dan telah dirancang untuk suatu
penggunaan tertentu. Dana ini diklasifikasikan menjadi62
a. Dana Sumbangan;
:
b. Dana Hibah;
c. Dana Zakat
62 Ibid, hal 6
Universitas Sumatera Utara
Termasuk dalam dana ini adalah pemberian dari perorangan, badan,
dan Pemerintah, berupa sumbangan, bantuan, hibah dan zakat yang
peruntukannya ditentukan oleh pemberi dana.
6. Beban/Belanja Operasi
Belanja Operasi terdiri atas63
a. Beban gaji dan honor;
:
b. Beban/Belanja Barang;
c. Beban Pemeliharaan;
d. Beban Perjalanan Dinas;
e. Beban Belanja Modal;
f. Beban Lainnya.
7. Satuan Akuntansi
Satuan Akuntansi merupakan unit-unit pertanggungjawaban akuntansi
pada masing-masing unit.
Dasar penyusunan Laporan Keuangan Universitas menggunakan basis
akrual artinya standar akuntansi pemerintah yang mengakui pendapatan, beban,
aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD64
63 Ibid, hal 6
yang dimodifikasi
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Semua ketentuan dalam
64 Pasal 1 ayat (8) PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Standar Akuntansi Keuangan berlaku untuk pelaporan keuangan Universitas
kecuali sesuai dengan spesifik dinyatakan lain.
Laporan Keuangan Universitas menggunakan format yang ditetapkan pada
PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. Bentuk Laporan Keuangan
sebelumnya menggunakan format Laporan Keuangan Standar Akuntansi
Pemerintah.
Prosedur pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi BHMN yaitu semua
penerimaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) disimpan atau disetorkan ke kas Negara (KPPN), sedangkan penerimaan
yang bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi dan APBD Pemerintah
Kabupaten/Kota, Dana Masyarakat (bersumber dari SPP mahasiswa dan lain-
lain), serta usaha/penjualan jasa universitas dan lain-lain disetorkan ke Rekening
Universitas, dan dimanfaatkan menurut keperluannya dengan mengacu kepada
anggaran yang telah disahkan. Pimpinan Universitas menetapkan alokasi, batas
alokasi anggaran misalnya bagian pembiayaan honorarium, kegiatan administrasi
pemeliharaan, pengembangan staf dan lain-lain.65
Dengan demikian perguruan tinggi memiliki wewenang dan tanggung
jawab penuh di dalam mengelola keuangannya, baik pemasukan dan pengeluaran
yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sehingga sumber keuangan
tidak hanya didasarkan kepada anggaran pendidikan dari pemerintah. Dengan
kata lain, diperbolehkan berusaha secara mandiri untuk mencari biaya
65 Laporan Tahunan USU, Op. Cit, hal 15
Universitas Sumatera Utara
operasional agar proses belajar mengajar di kampus tersebut dapat terus
berlangsung.
Perguruan Tinggi BHMN memiliki otonomi dalam pengelolaan kekayaan
(sumber dana), yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan
prinsip efisiensi dan akuntabilitas. Pada PTN biasa, pengelolaan dana diatur
secara sentralistik melalui rambu-rambu, yang ditetapkan melalui suprastruktur
pusat serta penetapan sumber-sumber dana secara kaku Otonomi pada PTN biasa
ini terbatas pada kewenangan menerima, menyimpan dan menggunakan dana
yang berasal dari masyarakat.66
Otonomi pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN dimulai dari
penyusunan rencana anggaran bersama dengan Senat Akademik dan disetujui oleh
Majelis Wali Amanat (MWA), dengan mengacu kepada prinsip-prinsip
akuntabilitas sebagai alat pengendali yang efektif dalam kegiatan pengelolaan
dana. Melalui prinsip akuntabilitas Perguruan Tinggi BHMN dapat menjelaskan
kepada masyarakat (stakeholders) tentang penerimaan dan pengeluaran dana yang
dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan akademik, baik program maupun
layanan akademik.
67
Dengan demikian, pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN memerlukan
model pengelolaan yang lebih tepat, akurat dan informatif, agar dapat mengelola
dana yang jumlahnya terbatas menjadi lebih efektif dan efisien serta senantiasa
mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan. Suatu model pengelolaan dana
66 http://www.bergaul.com/pages/newforum/posts.php?topic=1557 Diakses Tgl 16 Juni 2012.
67 Ibid
Universitas Sumatera Utara
yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan, khususnya pada aspek-aspek
penting seperti pengalokasian atau pembebanan, sehingga dapat mewujudkan
tuntutan masyarakat tentang pengelolaan dana secara efektif dan efisien dalam
mewujudukan akuntabilitas pengelolaan dana di lingkungan perguruan tinggi.
C. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN Sesudah
Terbitnya PP NO. 66 Tahun 2010.
Berdasarkan ketentuan Pasal 220B Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
66 Tahun 2010 disebutkan bahwa pengelolaan keuangan Universitas Indonesia,
Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor,
Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas
Airlangga, menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.
Penyesuaian tata kelola keuangan tersebut diselesaikan paling lambat tanggal 31
Desember 2012.68
Badan Layanan Umum menerapkan sistem informasi manajemen
keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi
keuangan badan layanan umum harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib. Demikian pula akuntansi dan laporan
keuangan badan layanan umum diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal
tidak terdapat standar akuntansi, badan layanan umum dapat menerapkan standar
68 Pasal 220B Ayat (3) PP No. 66 Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan menteri keuangan.
Berarti, penggunaan standar akuntansi industri spesifik tidak boleh digunakan
secara langsung oleh Badan Layanan Umum, karena dapat dibatalkan atau batal
demi hukum diakibatkan tidak ada persetujuan menteri keuangan69
1. seluruh pendapatan dan belanja BLU;
. DIPA Badan
Layanan Umum sekurang-kurangnya memuat:
2. proyeksi arus kas;
3. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan;
4. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN;
5. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.
Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU
dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan
anggaran tahun lalu. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan
menjadi lampiran dari contractual performance agreement yang ditandatangani
oleh menteri/pimpinan lembaga dengan pimpinan BLU yang bersangkutan dan
sekaligus menjadi dasar penarikan dana.70
Pengelolaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan
Layanan Umum mengikuti pedoman sebagai berikut71
1. Pada BLU Penuh
:
Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan
keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP
69 Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 363 70 www.pkblu.perbendaharaan.go.id diakses tgl 2 Juli 2012 71 www.pkblu.perbendaharaan.go.id diakses tgl 2 Juli 2012
Universitas Sumatera Utara
dari pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang
yang bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu
disetorkan ke Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target
yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas
fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului
pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP yang melampaui
ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan
setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen
Perbendaharaan atau menjadi saldo awal tahun berikutnya.
2. Pada BLU Bertahap
Satuan kerja berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP
sebesar persentase yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang
dapat digunakan langsung adalah sebesar persentase yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan satker yang
menerapkan PK-BLU yang bersangkutan.
Satuan kerja berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP
yang tidak digunakan langsung ke Rekening Kas Negara secepatnya.
PNBP yang telah disetor dapat dipergunakan kembali sebesar selisih
antara PNBP yang dapat digunakan dengan PNBP yang telah
digunakan langsung.
Pertanggungjawaban Pengunaan PNBP oleh BLU Satuan kerja BLU
mempertanggungjawabkan pengggunaan PNBP secara langsung dengan
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pengesahan kepada KPPN setiap
triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan
dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) yang ditandatangani oleh
pimpinan BLU. Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, KPPN menerbitkan SP2D
sebagai pengesahan penggunaan dana PNBP.
Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan
sebagai pendapatan Badan Layanan Umum. Penerimaan yang dimaksud adalah
penerimaan berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian
Negara/lembaga/pemerintah daerah, bukan dari kegiatan pembiayaan
APBN/APBD. Demikian pula pendapatan yang bersumber dari hasil kerjasama
Badan Layanan Umum dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan bagi Badan Layanan Umum yang dapat dikelola langsung untuk
membiayai belanja sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA).
Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari jasa kepada masyarakat dan hibah
tidak terkait dengan layanan yang diperoleh dari masyarakat atau dari badan lain,
merupakan pendapatan operasional. Pendapatan tersebut dilaporkan sebagai
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) kementerian/lembaga.72
Belanja Badan Layanan Umum terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan
sumber struktur biaya yang tertuang dalam Rencana Bisnis Anggarran (RBA)
defenitif, yang pengelolaannya bersifat fleksibel berdasarkan kesetaraan antara
volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran sesuai dengan praktek
bisnis yang sehat. Pengertian fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam
72 Ibid, hal 363
Universitas Sumatera Utara
ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam ambang batas sesuai dengan
yang ditetapkan dalam RBA sehingga kalau belanja melampaui ambang batas
RBA, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari menteri keuangan untuk
Badan Layanan Umum. Selanjutnya dalam hal terjadi kekurangan anggaran, dapat
mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada Menteri
Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) melalui menteri/pimpinan
lembaga kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya.73
Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1) PP No, 23 Tahun 2005, Badan
Layanan Umum tidak melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas izin
Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
74
Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan
pendapatan Badan Layanan Umum dan bukan merupakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP). Sebagai pedoman investasi yang akan dilakukan diperlukan
persyaratan administratif, serta prosedur baku tentang jenis-jenis investasi jangka
Demikian pula investasi jangka pendek hanya diperbolehkan untuk investasi
dengan resiko rendah, tidak untuk investasi jangka menengah, atau jangka
panjang yang mempunyai resiko tinggi, termasuk di dalamnya investasi
portofolio.
73 Ibid, hal 364 74 Penjelasan Pasal 19 Ayat (1) PP No. 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa Investasi jangka
panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung (pendirian perusahaan). Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangan/gubernur/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Universitas Sumatera Utara
pendek, menengah , dan jangka panjang dalam bentuk peraturan menteri
keuangan.75
Dalam hal pengelolaan barang badan layanan umum, maka siklus
pengadaan atau siklus logistik dalam bentuk barang dan/atau jasa pada umumnya
dimulai dari perencanaan/penganggaran, pengadaan, pendistribusian,
penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan yang disertai
pertangunggjawaban. Pengaturan siklus pengadaan ini perlu diatur dalam bentuk
peraturan menteri/pimpinan lembaga mengingat setiap menteri/pimpinan lembaga
sesuai dengan fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri.
Pengadaan barang/jasa oleh Badan Layanan Umum dilakukan berdasarkan
prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat. Efisiensi
yang berarti ketepatgunaan dan kedayagunaan. Ekonomis berarti harga bersaing
dengan kualitas yang sama. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan
fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka
pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.76 Kewenangan
pengadaan barang/jasa tersebut diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan77
Pada Status Badan Layanan Umum secara penuh dapat diberikan
fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang
.
75 Ibid, hal 365 76 Pasal 20 ayat (1) PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
77 Pasal 20 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Universitas Sumatera Utara
berlaku bagi pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bila terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi.
Fleksibillitas diberikan terhadap pengadaan barang dan jasa yang sumber
dananya berasal dari:78
1. Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;
2. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain;
3. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain; dan atau
4. Hasil usaha lainnya
Fleksibilitas tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan
barang/jasa yang ditetapkan oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip
transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek bisnis yang sehat.
Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari hibah
terikat mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah atau mengikuti
ketentuan pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi BLU sepanjang disetujui oleh
pemberi hibah.
Badan layanan umum tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus asset
tetap, kecuali atas persetujuan menteri keuangan. Kewenangan pengalihan
dan/atau penghapusan asset tetap dilakukan berdasarkan jenjang nilai dan jenis
barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sekalipun asset tetap badan layanan umum dapat dialihkan atau dihapuskan, tetapi
78 Presentation BHMN-2, Penggunaan PNBP dan Status Pendapatan Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BHMN
Universitas Sumatera Utara
pelaksanannya sulit dilakukan karena harus terikat pada jenjang nilai dan jenis
barang serta tidak boleh melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.79
Sedangkan laporan keuangan badan layanan umum setidak-tidaknya
meliputi laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja, laporan-
laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh badan layanan umum
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan badan layanan umum.
80
Laporan keuangan badan layanan umum disampaikan secara berkala yaitu
setiap triwulan kepada menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau
pimpinan lembaga Negara untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan
kementerian Negara, lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara.
Laporan keuangan badan layanan umum disampaikan kepada Menteri,
pimpinan lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara kepada menteri
keuangan paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
Laporan keuangan badan layanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan pertanggungjawaban keuangan kementerian Negara, lembaga
nonkementerian, atau lembaga Negara. Penggabungan laporan keuangan badan
layanan umum pada laporan keuangan kementerian Negara, pimpinan lembaga
nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara dilakukan sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan. Laporan pertanggungjawaban keuangan badan layanan
79 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 175 80 Ibid, hal 177
Universitas Sumatera Utara
umum diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.81
Badan layanan umum sebagai instansi pemerintah yang diperkenanakan
menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum, diperuntukkan agar
dapat memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, operasional kinerja badan layanan umum harus selalu
ditingkatkan dan merupakan tanggung jawab pimpinan badan layanan umum.
Tanggung jawab terhadap kinerja operasioanal badan layanan umum berada pada
pimpinan badan layanan umum yang diukur berdasarkan tolok ukur yang
ditetapkan dalam rencana bisnis dan anggaran.
82
Pimpinan badan layanan umum mengikhtisarkan dan melaporkan kinerja
operasional badan layanan umum secara terintegrasi dengan laporan keuangan
badan layanan umum. Pengintegrasian itu bertujuan agar kinerja operasional
badan layanan umum dapat diketahui menteri, pimpinan lembaga
nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara kemudian kepada menteri
keuangan. Tata cara penyusunan ikhtisar kinerja operasional dan
pengintegrasiannya dengan laporan keuangan didasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaporan keuangan dan
kinerja.
81 Ibid, hal 178 82 Ibid, hal 178
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas dapat dilihat perbandingan sistem pengelolaan keuangan
Perguruan Tinggi BHMN sebelum dan sesudah terbitnya PP No. 66 tahun 2010,
sebagai berikut:
BHMN
(PP No. 61 Tahun 1999)
BLU
(PP No. 23 Tahun 2005)
Status Hukum/Asas Pasal 5: Badan
Hukum/kekayaan negara
yang dipisahkan.
Pasal 3: Unit kerja
kementerian Negara/lembaga
Tujuan Pasal 3: Menyiapkan
peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan
akademik dan/atau
professional yang dapat
menerapkan,
mengembangkan dan/atau
memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian.
Mencapai keuggulan
kompetitif melalui
penerapan prinsip
pengelolaan sumber daya
sesuai dengan asas
pengelolaan yang
professional.
Pasal 2: Non Profit oriented
(meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam
rangka memajukan
kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasakan prinsip
ekonomi dan produktivitas, dan
penarapan praktek bisnis yang
sehat)
Manajemen Pasal 4: Otonom ala
korporasi
Pasal 3:
• Otonom ala korporasi
• Nomenklatur & struktur
Universitas Sumatera Utara
manajemen sesuai dengan
Instansi
Pengelolaan Keuangan Pasal 19: Tata cara
pengelolaan keuangan
diatur oleh dan disesuaikan
dengan kebutuhan
Perguruan Tinggi dengan
memperhatikan efisiensi,
atonomi dan akuntabilitas.
Pasal 10: menyusun rencana
bisnis tahunan dengan
mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian
Negara/Lembaga (Renstra KL)
atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah
(RPJMD)
Sumber Pendanaan Pasal 5:
• APBN (PMP/Subsidi)
• Hibah
• Pendapatan Hasil
Usaha/Jasa
Pasal 14:
• APBN (pendapatan BLU)
• Hibahterikat yang diperoleh
dari masyarakat atau badan
lain
• Pendapatan Hasil usaha/jasa
SDM Pasal 24: Pegawai BHMN Pasal 33: PNS dan/atau tenaga
professional non PNS
Universitas Sumatera Utara