bab ii revisi ke 6 ne

Upload: tresnanda-bellawana

Post on 09-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vjh

TRANSCRIPT

38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi PengetahuanPengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan penghindaran terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, dan apa alam. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu sedangkan ilmu tidak hanya sekedar menjawab what melainkan mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi (Notoatmodjo, 2005).Pengetahuan merupakan kesan di dalam pemikiran manusia sebagai mana hasil pengunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (believes), tahayul (superstitions), dan penerangan yang keliru (misinformations). Pengetahuan mengenai pengetahuan berbeda buah pikiran (ideas) penting karena tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya dengan membaca surat kabar, mendengarkan radio, melihat film atau televisi, dan internet (Soerjono Soekanto, 2006).Pengetahuan merupakan penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga) (Meliono &Irmayanti, 2007 ).Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).Notoatmodjo mengutip penelitian Rogers pada tahun 1974 menyatakan bahwa sebelum individu menghadapi perilaku baru dalam arti individu tersebut terjadi proses berurutan pada tahun 2007 yaitu: 1. Awareness (kesadaran) dimana individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai tertarik kepada stimulus atau objek tersebut.3. Evaluation (menimbang baik buruknya tindakan terhadap stimulasi atau objek tersebut bagi dirinya) sikap responden sudah lebih baik lagi.4. Trial dimana individu telah melalui mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.5. Adaption dimana objek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Perilaku baru atau adaptasi perilaku melalui proses pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, budaya, perilaku, usia dan sumber informasi sehingga perilaku tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang telah diketahui sebelumnya. Cara mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara mendengar, melihat, dan merasa. Tingkatan pengetahuan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan antara lain (Notoatmodjo, 2007):1. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan merupakan proses mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari sebuah bahan yang dipelajari atau stimulasi yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007).2. Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja operasional yang mewakili adalah menyimpulkan, menjelaskan, dan meramalkan (Notoatmodjo, 2007).3. Aplikasi (Aplication)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau punggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi dengan sebelumnya. Kata kerja operasional yang mewakili merupakan mendemonstrasikan, menghubungkan, dan membuktikan (Notoatmodjo, 2007).4. Analisis (Analysis)Analisis merupakan suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kata kerja operasional yang mewakili adalah memisahkan, membedakan, dan mengelompokkan (Notoatmodjo, 2007).5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Kata kerja operasional yang mewakili merupakan mengkategorikan, mengkombinasikan, menyusun, dan merangkaikan (Notoatmodjo, 2007).6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada satu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada. Kata kerja operasional yang mewakili memperbandingkan, membahas, dan menyampaikan argumentasi (Notoatmodjo, 2007). 2.1.3 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).1. Pengetahuan baik = 76 100%

2. Pengetahuan cukup = 60 75%

3. Pengetahuan kurang = < 60% (Arikunto, 2007).2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan individu biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari sumber misalnya media masa, media cetak, media elektronik, petugas kesehatan, media poster, dan kerabat dekat (Notoatmodjo, 2010).Notoatmodjo menyatakan bahwa pada tahun (2010) banyak yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan namun sepanjang sejarah cara mendapatkan pengetahuan dikelompokkan menjadi dua antara lain:

1. Cara TradisionalCara tradisional terdiri atas empat cara yaitu:

A. Trial and error

Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bilamana individu menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Cara ini disebut dengan metode trial (mencoba) dan error (gagal/salah) atau metode coba-coba. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan pencerminan dari upaya memperoleh pengetahuan walaupun dalam taraf yang masih primitif. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunakan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dalam kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempurna (Notoatmodjo, 2010).B. Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh individu tanpa melalui perantara, apakah yang dilakukan itu baik/tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima oleh sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan berasal dari pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun non formal, ahli agama, dan pemegang pemerintah. Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).C. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Adapun pepatah mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Pepatah ini mengandung bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran (Notoatmodjo, 2010).D. Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan perasaannya dalam memperoleh pengetahuan. Manusia telah menjalankan jalan pikirannya baik melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi merupakan pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum kepada khusus (Notoatmodjo, 2010).2. Cara Ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematik, dan logis ilmiah. Cara ini disebut metode penelititan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology) (Notoatmodjo, 2010).2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Faktor Internal (menurut Notoatmodjo 2003):A. Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan garis-garis besar haluan negara (GBHN) Indonesia mendefinisikan lain bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2003).B. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari individu dan sangatlah mungkin individu tersebut berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan (Notoatmodjo, 2003).C. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami individu. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas (Azwar, 2009).D. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan individu akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat individu yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada individu yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua individu maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).2. Faktor Eksternal (Notoatmodjo 2003):A. EkonomiKeluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi kebutuhan primer atau sekunder dibandingkan dengan keluarga dengan status ekonomi rendah sehingga mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan individu tentang berbagai hal (Notoatmodjo, 2003).B. Informasi Informasi merupakan keseluruhan makna melalui pemberitahuan individu mengenai adanya informasi baru yang menjadi landasan kognitif. Pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap ditentukan sebelumnya. Hal tersebut mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi melalui media masa sehingga perilaku berubah (Notoatmodjo, 2003).C. Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai peran besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap individu untuk bersih (Notoatmodjo, 2003).2.2 Remaja2.2.1 Definisi Remaja

Remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seindividu individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial, dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Moersintowarti, 2002).Masa ini merupakan masa yang diisi oleh hal-hal kenangan yang sulit dilupakan juga sering disertai oleh gejolak dan permasalahan baik masalah medis ataupun psikososial (Moersintowarti, 2002).Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial (Soetjiningsih. 2004).Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan, dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba namun pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).World Health Organization (WHO) menyatakan pada 1974 definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa ketika:1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2008).2.2.2 Rentang Usia Remaja

Mengenai usia kronologis berapa seindividu anak dapat dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. Pada umumnya, anak dianggap sudah remaja apabila telah mencapai usia 10 18 tahun untuk anak perempuan dan 12 20 tahun untuk anak pria. Menurut undang-undang (UU) Nomor 4 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja merupakan individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Menurut UU Perkawinan Nomor l tahun 1974 anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak pria. Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud) menganggap remaja bila sudah berusia 8 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah (Moersintowarti, 2002).Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat menyatakan rentang usia remaja adalah 11 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal (1114 tahun); remaja menengah (1517 tahun) dan remaja akhir (18 21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10 24 tahun (Eny Kuamiran, 2012).Rentang usia remaja untuk masyarakat Indonesia, sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:1. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik). Usia 11 tahun sudah dianggap akil balik di Indonesia baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial) (Sarwono, 2008).2. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity) tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (Sarwono, 2008).3. Usia 24 tahun belum memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi masih dapat digolongkan remaja (Sarwono, 2008).4. Dalam definisi di atas status perkawinan sangat menentukan. Hal itu karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Individu yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai individu dewasa penuh baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Definisi remaja dibatasi khusus untuk yang belum menikah (Sarwono, 2008).2.2.3 Karakteristik Masa Remaja

1. Masa remaja adalah masa peralihanPeralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan. Pada masa iniremaja bukan lagi seindividu anak dan juga bukan individu dewasa. Masa ini merupakan masa yang sangat strategis karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup, menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya (Tarwoto, 2010).2. Masa remaja adalah masa terjadi perubahanSejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja yaitu perubahan emosi, peran, minat, dan pola perilaku (Tarwoto, 2010).3. Masa remaja adalah masa yang penuh masalahMasalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan individu lain sehingga penyelesaian tidak sesuai dengan yang diharapkan (Tarwoto, 2010).4. Masa remaja adalah masa mencari identitasIdentitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat (Tarwoto, 2010).5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatanStigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak sehingga menyebabkan individu dewasa haras membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit karena individu tua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara individu tua dengan remaja (Tarwoto, 2010).6. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistisRemaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri baik dalam melihat dirinya maupun melihat individu lain mereka belum melihat apa adanya namun menginginkan sebagaimana yang ia harapkan (Tarwoto, 2010).7. Masa remaja adalah ambang masa dewasaDengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai individu yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status individu dewasa misalnya dalam berpakaian dan bertindak (Tarwoto, 2010)2.3 Anemia2.3.1 Definisi Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb