bab ii penambangan dan pengolahan batu alam

28
BAB II PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BATU ALAM 2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN BATU ALAM Jika kita flashback ke zaman dahulu (zaman batu sekalipun), ternyata orang-orang zaman dulu lebih “jeli” dari pada orang modern (saat ini). Mereka sudah menyadari jika batu alam memiliki “sejuta” manfaat. Dari bukti sejarah tercatat batu merupakan benda alam yang manfaatnya sangat penting sehingga tidak mengherankan jika ada zaman batu. Pada zaman tersebut, sebuah rumah dari elemen eksterior dan interior rumah berasal dari batu alam. Selain itu, alat berburu dan patung yang biasa mereka sembah pun terbuat dari batu. Di pusat peradapan manusia pertama (Mesir), batu berperan penting dalam kehidupan saat itu. Dengan kondisi iklim yang panas dan berasa di padang pasir menyebabkan bangunan dan rumah-rumah banyak terbuat dari batu, bukan benda lain seperti kayu. Ini disebabkan batu mempunyai sifat tidak menyerap panas dan menyejukkan sekaligus mendinginkan udara di dalamnya. Bahkan bangunan megah seperti Piramid, Gaza, dan Spinx (Mesir), Colosseum (itali). Tembok Besar Cina (RRC), serta tempat pemujaan Suku Maya Amerika Selatan pun terbuat dari batu. Selain untuku bahan bangunan, batu alam banyak digunakan untuk perhiasan dan benda berharga, seperti batu mulia. 5

Upload: arif-maulana-lciel-vampaddict

Post on 26-Oct-2015

578 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

BAB II

PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BATU ALAM

2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN BATU ALAM

Jika kita flashback ke zaman dahulu (zaman batu sekalipun), ternyata

orang-orang zaman dulu lebih “jeli” dari pada orang modern (saat ini). Mereka

sudah menyadari jika batu alam memiliki “sejuta” manfaat. Dari bukti sejarah

tercatat batu merupakan benda alam yang manfaatnya sangat penting sehingga

tidak mengherankan jika ada zaman batu. Pada zaman tersebut, sebuah rumah dari

elemen eksterior dan interior rumah berasal dari batu alam. Selain itu, alat berburu

dan patung yang biasa mereka sembah pun terbuat dari batu.

Di pusat peradapan manusia pertama (Mesir), batu berperan penting dalam

kehidupan saat itu. Dengan kondisi iklim yang panas dan berasa di padang pasir

menyebabkan bangunan dan rumah-rumah banyak terbuat dari batu, bukan benda

lain seperti kayu. Ini disebabkan batu mempunyai sifat tidak menyerap panas dan

menyejukkan sekaligus mendinginkan udara di dalamnya. Bahkan bangunan

megah seperti Piramid, Gaza, dan Spinx (Mesir), Colosseum (itali). Tembok Besar

Cina (RRC), serta tempat pemujaan Suku

Maya Amerika Selatan pun terbuat dari batu. Selain untuku bahan bangunan, batu

alam banyak digunakan untuk perhiasan dan benda berharga, seperti batu mulia.

Di Indonesia, batu alam sudah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang

kita. Banyak arca atau patung, candi, dan lain-lainnya terbuat dari batu. Candi

Prambanan, Borobudur, Mendut, Sewu, Plaosan, dan lain-lain berbahan batu alam.

Batu yang digunakan sama pada setiap candi sehingga dinamakan batu candi. Saat

ini batu candi merupakan batu yang tetap eksis dimanfaatkan hingga saat ini.

Sebelum zaman kemerdekaan, batu belah dari jenis batu andesit sudah

banyak diaplikasikan dalam pembuatan dinding, jembatan, dan saluran irigasi.

Batu-batu tersebut disuplai masyarakat setempat dari tepian sungai. Selain itu, di

awal tahun 30-an marmer tulung agung banyak dimanfaatkan untuk bangunan,

terutama bangunan milik bangsawan belanda. Bahkan, Pemerintah belanda sempat

membangun areal penambangan beserta pabrik pengolahannya disana.

5

2.2 SIKLUS TERBENTUKNYA BATU ALAM

Secara singkat perputaran kejadian di bumi, mulai dari terbentuknya batuan

sampai menjadi tanah, dapat digambarkan sbb :

A. Gunung api yang memuntahkan lava cair dan panas, akibat pada tekanan

magma diperut bumi, dan magma cair ini, sebagian dapat keluar menjadi

lava cair dari gunung api, sebagian hanya membeku ditengah jalan

membeku masih dibawah permukaan bumi.

Magma cair yang membeku dibawah permukaan bumi, disebut “batuan

beku dalam” dan lava cair yang membeku setelah keluar dari mulut gunung

api, disebut batuan “beku luar” atau “batu vulkanis”.

Terbentuknya batuan beku vulkanis, dapat memberikan beberapa jenis

batuan, misalnya : yang membeku secara masal bergumpal menjadi satu

dan yang membeku membentuk partikel terpisah ( fragmental ),

membentuk butiran batu mulai dari besar sampai kecil yang kita sebut

pasir, sampai kepada bentuk debu. Bentuk yang fragmental dan debu ini

terbentuk akibat tersembur keras keluar mulut gunung api, serta membeku

cepat akibat pengaruh suhu yang mendadak dingin.

B. Selanjutnya batuan beku ini, apabila terkena pengaruh cuaca, dan pengaruh

gerakan di bumi akan dapat berubah bentuk atau sifatnya.

a) Bila yang masih berbentuk beku dalam, dapat terangkat naik keatas

permukaan bumi, kita lihat sebagai bukit atau gunung batu.

b) Bila batuan beku (baik vulkanis atau beku dalam) terkena cuaca,

dapat hancur menjadi partikel yang lebih kecil, tercampur-campur

jenis satu dan lainnya.

c) Bila hasil hancuran oleh cuaca itu, berpindah, Karena aliran angin,

air atau es, kemudian mengendap di tempat yang mungkin jauh

sekali dengan batuan induknya, maka endapan ini kita sebut “batuan

endapan”.

d) Bila batuan endapan ini memadat akibat tekanan berat atau tekanan

hydrothermal bumi, sehingga sifatnya agak berbeda dengan batuan

6

endapan biasa meskipun dari jenis yang sama. Batuan semacam itu

disebut batuan malihan atau batuan yang telah berubah, atau biasa

disebut “batuan metamorphosa”.

e) Kemungkinan yang akan terjadi lagi ialah bila batuan atau tanah

tadi terus masuk kedalam bumi, atau tercampur dengan magma cair,

maka batuan itu akan menjadi magma lagi.

Gambar 2.1. Siklus Batuan Alam

7

Keterangan :

1 = Magma batuan cair pijar didalam lithosfer, bentuk mula-mula siklus batuan

2 = Batuan Beku

a = Karena pendinginan magma menjadi makin padat membeku

3 = Batuan Sedimen Klasis

b = Batuan beku rusak hancur karena tenaga eksogen air hujan, panas,

dingin, es, angin, dll, diangkut diendapkan menjadi batuan sedimen

4 a = Batuan Sedimen Chemis

c 1 = Batuan larut dalam air dan langsung diendapkan menjadi batuan

sedimen chemis

4 b = Batuan Sedimen Orgamis

c 2 = Batuan larut dalam air diambil oleh organism dan melalui organisme

membentuk batuan endapan organism

5 = Batuan Metamorf

d = Karena tekanan dan suhu batuan beku dan batuan sedimen mengalami

perubahan bentuk menjadi batuan malihan (metamorf)

8

2.3 JENIS-JENIS BATU ALAM DAN MENURUT KEJADIANNYA

Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan

kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri

- ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka

lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.

Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.

Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:

1. kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu

ini.

2. tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu

3. struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.

4. proses pembentukan

Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut proses yang membentuknya,

dan dengan itu dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:

1. batuan beku (igneus)

2. batuan endapan (sedimen)

3. batuan metamorf (malihan).

2.3.1 BATUAN BEKU (igneus)

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")

adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,

dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai

batuan intrusif  (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai

batuan ekstrusif (vulkanik).

Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang

sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan

terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur,

9

penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku

telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan

kerak bumi.

Gambar 2.2. Batuan Beku

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun

(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang

pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.500 C dan

bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile

(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan

penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan

pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke

permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut

dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-

mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal

dengan Bowen’s Reaction Series.

10

Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui

karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral

batuan beku.

I. TEKSTUR

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar

mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan

massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:

A. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu

terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk

menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk

kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.

Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya

kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan

halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka

kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh

kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik,

yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.

Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas

dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa

gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),

dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

11

B. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.

Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat

dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-

kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari

30 mm.

2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan

dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan

tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam

analisa mikroskopis dapat dibedakan:

Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa

diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar

0,1 – 0,01 mm.

Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu

kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran

butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.

Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

C. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat

batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal

delapan bentuk kristal, yaitu:

Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang

kristal.

12

Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat

lagi.

Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal

asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal,

yaitu:

Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama

panjang.

Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu

dimensi yang lain.

Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua

dimensi yang lain.

Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai

hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.

Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi lima, yaitu:

Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang

membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan

kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-

mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai

pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut

fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa

berupa mineral atau gelas.

13

2.3.2 BATUAN ENDAPAN

Gambar 2.3. Batuan Endapan

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga

kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis)

yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain

(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan

(precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir,

dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari

permukaan bumi.

Penamaan batuan endapan atau batuan sedimen biasanya berdasarkan besar

butir penyusun batuan tersebut Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat,

batu pasir, batu lanau, batu lempung

Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm

dengan bentuk butiran yang bersudut

Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm

dengan bentuk butiran yang membudar

Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai

1/16 mm

Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai

1/256 mm

14

Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari

1/256 mm

2.3.3 BATUAN METAMORF

Gambar 2.4. Batuan Metamorf

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok

utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe

batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang

disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai

panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan mengalami

perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan

sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh

batuan metamorf adalah  batu sabak dan batu marmer.

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan

digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies

metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang

besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk

oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk

terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.

15

Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi

akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga

mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.

Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.

A. Batuan Metamorf Kontak

Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang

sangat tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Adanya suhu yang sangat

tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan.

Contohnya batu kapur (gamping) menjadi marmer.

B. Batuan Metamorf Dinamo

Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan

yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Contohnya batu

lumpur (mud stone) menjadi batu tulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di

daerah patahan atau lipatan.

C. Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis

Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh

gas-gas yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah

menjadi topas.

II. Menurut tegangannya :

Batu lunak ( 4 kg/cm2 – 8 kg/cm2), yaitu batu alam yang mudah digali dan

dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses pelapukan dan

banyak mengandung retakan. Contohnya, Batu Pasir atau sandstone, Batu

Gamping atau limestone (batu paras).

Batu sedang ( 8 kg/cm2 – 18 kg/cm2), batuan alam ini sukar digali dengan

peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak dapat dipatahkan dengan

tangan tetapi mudah dihancurkan dengan palu.

16

Batu keras ( 16 kg/cm2 – 50 kg/cm2), yaitu batu alam yang hanya dapat

digali dengan memakai bagan peledak. Batu ini tidak banyak mengandung

retakan. Contohnya, Batu Andesit, Batu Sabak, Marmer dan Granit.

2.4 SIFAT-SIFAT FISIK BATU ALAM DAN PENGUJIANNYA

A. Sifat Fisik batu alam

Mempunyai kuat tekan dan kuat lentur yang tinggi

Keras dan tidak mudah hancur

Daya serap air relative kecil

Tahan terhadap pengaruh cuaca

Tahan terhadap keausan

B. Pengujian Batu Alam, meliputi :

Analisa Petrografi, analisa batuan secara mikroskopis untuk

mengetahui jenis, tekstur, struktur komposisi mineral dan nama

batuan.

Analisa kimia, analisa batuan secara kimia untuk mengetahui

komposisi kimia batuan.

Analisa defraktometer sinar X, digunakan pada batuan yang

berbutir sangat halus seperti tanah liat untuk mengetahui unsur

kimianya.

Analisa besar butir, dilakukan dengan cara diayak menggunakan

ayakan berjenjang yang mempunyai ukuran tertentu.

Analisa berat jenis (bulk density), dilakukan dengan cara : batuan

dipanaskan dalam oven pada suhu 100°C selama 24 jam, kemudian

didinginkan pada suhu kamar. Batuan ditimbang beratnya dan

diukur volumenya. Berat jenis batuan diperoleh dengan membagi

berat dengan volume.

Pengujian Daya serap air pada batuan.

Pengujian ketahanan batuan terhadap pelapukan, untuk mengetahui

seberapa jauh pengaruh reaksi kimia unsur-unsur alkali (K dan Na)

17

pada batuan. Unsur-unsur ini apabila prosentasenya tinggi, akan

merugikan bila digunakan untuk agregat pada konstruksi bangunan.

Pengujian ketahanan batuan terhadap keausan, ketahanan batuan

terhadap aus ini diartikan sebagai sifat daya tahan batuan terhadap

penggosokan bahan lain. Pengujian dilakukan menggunakan bola-

bola baja yang terdapat pada mesin LOS ANGELES.

Pengujian Kuat Tekan Bebas. Untuk mencegah kerusakan

konstruksi akibat beban yang bekerja, maka agregat harus cukup

kuat menahan tekanan. Kuat tekan batuan adalah kemampuan

batuan dalam menahan beban yang diberikan sehingga batuan

tersebut pertama kali mengalami deformasi.

2.5 PENGOLAHAN BATU ALAM DENGAN PENGHANCUR MOBILE

DAN STASIONER

Pengolahan batu alam menggunakan proses multi-tahap penghancuran dan

Penyaringan untuk menghasilkan ukiran butir didefinisikan dari bongkahan batu.

Diklasifikasikan seperti fraksi butiran akhir digunakan sebagai agregat untuk

beton, aspal pengikat dasar, dan lapisan permukaan saja dalam kontruksi jalan,

serta dalam kontruksi bangunan.

Gambar 2.5. Pengolahan Batu Alam Dengan Menggunakan Alat Berat

18

A. Ekstrasi Batu

Batuan digali dengan cara pengeboran dan peledakan. Ada

kemungkinan dua pilihan yang mungkin untuk pengolahan bahan setelah

itu telah dikurangi untuk ukuran tanaman penghancuran.

B. Transportasi oleh excavator atau tugas berat truk

Ketika diproses pada tanaman penghancuran, excavator atau wheel

loader digunakan untuk bahan batu ke dalam crusher yang biasanya diatur

tepat di wajah tambang. Bahan dihancurkan maka baik dikirim ke tahap

pengolahan berikutnya melalui konveyor sabuk, atau diangkut dari tambang

dengan truk. Pilihan kedua melibatkan mengangkut bahan dari muka

tambang dengan tugas berat truk. Batu dimuatkan ke dalam truk tugas berat

excavator atau oleh wheel loader, dan kemudian diangkut ke pabrik

pengolahan stasioner.

Gambar 2.6. Hasil Proses Pengolahan Yang Sudah Di Hancurkan

C. Partikel Kubik Menahan Tekanan

19

Kekuatan semakin tinggi tekan batu, semakin tinggi juga kualitas,

yang memainkan peran penting khususnya dalam kontruksi jalan. Kekuatan

tekan material membagi menjadi keras, batu menengah-keras atau lunak,

yang juga menentukan teknik menghancurkan. Teknik ini digunakan untuk

pengolahan untuk mendapatkan ukuran butir yang diinginkan. Kualitas

material dipengaruhi secara signifikan, bagaimanapun, dengan parameter

penting lain seperti bentuk biji-bijian. Semakin butir berbentuk kubik

individu, semakin baik interlock partikel yang dihasilkan. Butir akhir dari

kubik yang diucapkan dicapai dengan menggunakan beberapa tahap

penghancuran. Sebuah cubicity menunjukkan rasio tepi lebih baik dari 1:03

khas berkualitas tinggi agregat akhir.

2.6 PROSES PENGGALIAN

Proses penggalian dilakukan ditempat batu ditemukan hingga pemecahan

menjadi bongkahan. Tahap pertama adalah membersihkan batu dari ilalang atau

semak belukar yang tumbuh diatas batu. Diatas batu biasanya terdapat tanah yang

tebal sehingga bisa menjadi media bagi tumbuhan untuk hidup. Pembersihan

dilakukan hingga kulit batu terlihat minimal setengahnya dari ukuran batu.

Setelah kulit batu terlihat, langkah selanjutnya adalah pemecahan batu

menggunakan alat manual. Alat yang biasa digunakan antara lain linggis, palu

godam, dan paku bobok. Untuk satu batu biasanya pemecahan dilakukan oleh satu

hingga dua orang.

Pemecahan batu tidak dilakukan “sembarangan”, melainkan menggunakan

pola pemecahan yang menghasilkan ukuran yang sama. Biasanya ukuran pecahan

batu berdasarkan pesanan dari si pemesan atau pabrik pemotongan batu. Ukuran

batu yang dipecah berbentuk balok dengan panjang sekitar 65 cm, tinggi 35 cm,

dan lebar 35 cm. cara memecahkan batu mirip memcahkan balok es, yaitu

membuat garis pecahan dengan memaku batu pada jarak tertentu. Kemudian

20

dibentuk sesuai ukuran yang telah ditentukan. Gunakan alat pengungkit (linggis)

untuk membelah batu yang sudah ditentukan ukurannya.

Setelah batu selesai dipecahkan, bongkahan batu digelindingkan atau

dijatuhkan ke dataran yang lebih rendah yang nantinya sebagai tempat berhentinya

truk pengangkut. Batu pun siap dikirim ke pabrik atau tempat pemotongan baru.

2.7 PABRIFIKASI

Setelah di pabrik atau tempat pemotongan, batu diturunkan berdasarkan

jenis batunya. Usahakan batu tersebut ditempatkan jangan terlalu jauh dari mesin

pemotong. Langkah awal, salah satu permukaan atau kulit batu dipotong dengan

mesin block cutter. Setelah itu, batu dipotong sepeerti kue lapis, kemudian

potongan-potongan batu tersebut dirapikan sisi-sisinya menggunakan mesin

sizing. Untuk batu-batu tujuan ekspor, diperlukan tingkat ketebalan yang sama.

Padahal tidak semua batu hasil pemotongan mesin block cutter menghasilkan

ketebalan yang sama sehingga perlu dilakukan penghalusan dengan menggunakan

mesin kalibrasi. Mesin ini mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi.

2.8 FINISHING

Proses finishing pada batu alam bermacam-macam dan masih akan

berkembang seiring berjalannya waktu dan majunya teknologi dalam dunia

perbatuan. Proses finishing pada batu alam bertujuan untuk meningkatkan daya

jual dan beradaptasi dengan perkembangan gaya desain dari sebuah bangunan.

Proses finishing batu alam ada beragam jenis, misalnya rata mesin (RTM),

rata alam (RTA), split, bakar (flamed), sandblasted, bush hammer, honed, poles

(polished), acid, stonker, dan lain-lain.

21