internasional sabtu, 20 november 2010 | media … filetambang itu telah mendulang 58,5 juta ton batu...

1
P ERISTIWA penambang yang terperangkap di bawah tanah kembali terulang. Setelah Cile, insiden nahas itu kini terulang di suatu tambang batu bara sejauh 200 km arah barat daya ibu kota Selandia Baru, Wellington. Berdasarkan laporan seorang reporter yang dirilis BBC, se- banyak 10 ambulans dan dua helikopter berdatangan di loka- si kejadian yang berdekatan dengan Kota Atarau. Wali Kota Atarau Tony Kokshoorn meng- aku kehilangan kontak dengan para pekerja di tambang Pike River tersebut. “Ini jelas bu- kan berita baik. Kami belum tahu di tingkat kedalaman berapa ledakan itu terjadi. Na- mun, yang jelas memang ada ledakan besar. Dengan sedikit keberuntungan, keadaan akan baik-baik saja. Namun, kami belum tahu nasib 25 hingga 30 penambang,” papar Kokshoorn kepada National Radio. Keterangan Kokshoorn me- ngenai ledakan yang diduga menjadi penyebab terperang- kapnya para penambang, di- amini Direktur Utama Pike River Coal Peter Wittall. Dia me- nambahkan, dua penambang berhasil keluar dari tambang. “Salah satu penambang me- ngatakan dia merasakan adanya ledakan di bawah tanah. Saat itu terjadi, dia memutuskan untuk keluar bersama seorang pekerja lainnya. Saat ini mereka sedang dimintai keterangan dan kami mencoba menentukan seberapa serius insiden ini.” Semula, pihak Pike River Coal menduga terdapat 36 penambang yang hilang ber- dasarkan jumlah kartu tugas yang masih tergantung di ru- angan staf. Belakangan Wittall menyatakan 27 orang belum bisa ditemukan. Ke-27 pekerja itu terdiri dari 15 staf Pike River Coal dan 12 kontraktor lokal. Polisi membantah telah me- nemukan jenazah mereka. Simpang siur Detail jumlah pasti penam- bang yang terperangkap, menurut pejabat kepolisian setempat John Canning, me- mang belum jelas. Dia men- duga setidaknya 30 penambang berada di kedalaman 1.500 m saat ledakan berlangsung. Ber- dasarkan keterangan Menteri Energi Gerry Brownlee, leda- kan terjadi pada pukul 15.45 dan kontak terakhir dengan para penambang dilakukan pada pukul 16.15 waktu se- tempat. Brownlee menuturkan, ada beberapa pintu darurat di dalam tambang. Namun, dia tidak tahu apakah pintu-pintu tersebut bisa diakses para pe- nambang. Yang jelas, imbuh Brownlee, pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membebas- kan para penambang. Sejauh ini, selain armada pemadam kebakaran, helikopter, dan am- bulans, regu penyelamat spe- sialis tambang telah dikerah- kan. “Prioritas mereka adalah mengeluarkan semua orang. Saya merasa sangat bersimpati kepada keluarga (para penam- bang). Bagi mereka, ini adalah situasi yang amat buruk.” Permukaan tambang batu bara Pike River berada di keda- laman 200 m. Guna mencapai- nya, para penambang meng- gunakan terowongan horizontal yang memanjang hingga 2,3 km. Satu cerobong ventilasi yang menghubungkan terowongan dengan permukaan tanah men- julang setinggi 108 m. Tambang Pike River ber- operasi sejak 2008. Menurut si- tus resmi perusahaan tersebut, tambang itu telah mendulang 58,5 juta ton batu bara. Pike River mengklaim rangkaian peralatan penambangan batu bara milik mereka merupakan yang terbesar dan termodern di Selandia Baru. Tambang tersebut tidak jauh dari lokasi kecelakaan tambang terburuk di ‘Negeri Kiwi’. Pada 19 Januari 1967, suatu ledak- an bawah tanah di tambang Strongman menewaskan 19 penambang. (AP/Reuters/ BBC/I-2) jerome@ mediaindonesia.com SEBUAH kesepakatan bilat- eral ditandatangani oleh Menlu Marty Natalegawa dengan Menlu Pakistan Makhdoom Shah Mahmood Qureshi di Jakarta, kemarin. Kesepakatan tersebut merupakan persetu- juan di antara kedua negara mengenai pembebasan visa bagi pemegang paspor diplo- matik dan dinas. “Persetujuan ini bertujuan meningkatkan hubungan Indo- nesia-Pakistan melalui pening- katan kunjungan resmi. Akan ada fasilitas bebas visa guna membuka jalan terjalinnya kerja sama di berbagai bidang,” ujar Menlu Marty. Langkah persetujuan terse- but, kata Marty, merupakan awal dalam mempermudah hubungan kedua negara. Ke depannya, ia berjanji fasilitas bebas visa juga dapat dinikma- ti pebisnis dan masyarakat. “Tentang perjanjian visa untuk diplomat dan pejabat dinas itu memang awal dari proses berbagai kemudahan yang diupayakan kedua negara. Pada waktunya nanti para pelaku bisnis dan masyarakat juga bisa saling mengunjungi lebih bebas.” Pertemuan menlu kedua negara tersebut juga memba- has mengenai peningkatan kerja sama di beberapa bidang seperti pemberantasan tindak terorisme. Menurut Marty, kedua negara merupakan kor- ban utama tindak kejahatan terorisme. “Kerja sama Indo- nesia-Pakistan dalam antisi- pasi teroris sudah dimulai sejak 2003 melalui MoU Combating International Terrorism. Sejak itu dibuat kelompok kerja mencakup pertukaran infor- masi maupun kapasitas. Untuk pembahasannya dilakukan pada 13-14 Desember 2010 di Jakarta,” paparnya. Diharapkan, kerja sama me- ngatasi terorisme tersebut dapat memulihkan paradigma negatif yang berkembang mengenai In- donesia dan Pakistan sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, sekaligus membantu upaya memberan- tas terorisme global. Kerja sama RI-Pakistan lain- nya mencakup penanggulang- an bencana alam, perdagangan, investasi, dan pariwisata. Un- tuk memantau hubungan kerja sama tersebut, rencananya akan ada peningkatan pertemuan bilateral dalam bentuk pem- buatan komisi menteri bersama pada 2011. (*/I-1) WARGA Haiti masih menerus- kan unjuk rasa terkait dengan menyebarnya wabah kolera di negara tersebut. Kali ini, kerusuhan dalam unjuk rasa tersebut meram- bat sampai ke ibu kota Haiti, Port-au-Prince. Semula, itu hanya terjadi di bagian selatan Haiti. Berdiri di depan barisan ban bekas yang dibakar hingga mengeluarkan asap hitam, para pengunjuk rasa di Port- au-Prince berteriak-teriak, “Tolak Minustah dan tolak kolera!” Beberapa dari mereka mem- bawa poster bertuliskan ‘Mi- nustah dan kolera adalah sau- dara kembar’. Minustah adalah akronim nama misi stabilisasi PBB di Haiti yang telah bertu- gas di negara tersebut selama enam tahun terakhir. “Pasukan penjaga perdamai- an PBB harus hengkang dari Haiti. Kami juga menuntut ganti rugi untuk semua korban kolera,” tutur seorang demon- stran, Josue Meriliez. Wabah kolera, yang bersum- ber dari kotoran manusia dan muncul sejak bulan lalu, kini telah membunuh lebih dari 1.100 warga Haiti. Muncul kecurigaan bahwa penyakit itu dibawa oleh rombongan pasukan penjaga perdamaian PBB asal Nepal. Ditengarai, bibit penyakit menyebar dari markas pasukan ke aliran Su- ngai Artibonite. Warga Haiti selama ini me- mang banyak yang bersikap sinis terhadap pasukan itu. Minustah yang berkekuatan 12 ribu prajurit membantah keras kecurigaan tersebut. Sebaliknya PBB menuding kerusuhan kali ini disengaja untuk menghambat pelaksa- naan pemilu yang dijadwalkan berlangsung pada 28 Novem- ber mendatang. Polisi Haiti menembakkan gas air mata ke arah pengun- juk rasa yang berkumpul di lapangan Champ de Mars. Gas tersebut terbawa angin sampai ke lokasi kamp pe- ngungsi gempa bumi yang berada di sekitar lokasi ben- trokan. Selain ke arah polisi, pe- ngunjuk rasa juga melem- parkan batu ke barisan mo- bil yang keluar dari istana presiden. Sejumlah tembakan terdengar untuk membubar- kan warga. Belum diketahui apakah Presiden Haiti Rene Preval berada dalam barisan kendaraan tadi. Para pekerja bantuan asing, termasuk dari misi kema- nusiaan PBB yang tidak di bawah koordinasi pasukan penjaga perdamaian, me- minta warga menghentikan kerusuhan. Dikatakan bahwa aksi terse- but hanya akan menghambat upaya pertolongan terhadap puluhan ribu korban kolera. (War/AP/I-5) ORGANISASI Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menyerahkan tanggung jawab keamanan di Afghanistan kepada pemerintahan ne- geri itu pada 2014. Strategi penyerahan tanggung jawab tersebut menjadi topik utama dalam pertemuan puncak para pemimpin NATO yang dimulai kemarin di Lisabon, Portugal. Sebagai bagian dari rencana itu, NATO akan menarik 150 ribu pasukannya dari Afghani- stan secara bertahap mulai tahun depan, demikian diung- kapkan pejabat-pejabat NATO kepada CNN. Ke-28 negara anggota NATO juga menjamin pemerintahan Afghanistan bahwa mereka tetap akan menjalin kemi- traan pascapenyerahan tang- gung jawab itu. Kemitraan ini difokuskan pada pengem- bangan pasukan dan polisi negeri itu. NATO juga akan mengakui kesalahan-kesalahan mereka dalam perang yang tidak beru- jung tersebut. “Saya kira, kami telah meremehkan tantangan dan operasi kami di Afghani- stan. Kami tidak memiliki sum- ber yang cukup. Itu sebuah kesalahan,” ungkap Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen kepada surat kabar Portugal Re- nascenca, Kamis (18/11), men- jelang kedatangan pemimpin- pemimpin NATO. “Kami akan menyampai- kan pengumuman positif di Lisabon, yakni penyerah- an (keamanan) akan segera dimulai,” tambahnya. Pasukan NATO hadir di Af- ghanistan sebagai bagian dari pasukan internasional yang dipimpin Amerika Serikat pascaserangan 11 September 2001 di AS. Ketika itu, AS menyerbu pemerintahan Taliban yang berkuasa di Afghanistan ka- rena telah menolak untuk me- nyerahkan dalang serangan tersebut, Osama bin Laden. Namun, setelah 10 tahun, perang tersebut semakin tidak jelas arahnya. Meski tidak berkuasa lagi di Afghanistan, kekuatan Taliban tak juga surut dan justru makin melebar ke berbagai wilayah Afghanistan. Akibatnya perang ini menjadi persoalan politik bagi Presiden AS Barack Obama yang mewa- risi perang dari pendahulunya, George W Bush. Obama sendiri telah men- canangkan pada 2009 untuk menarik pasukan AS dari Af- ghanistan. Perang ini juga semakin tidak populer bagi nega- ra-negara NATO dan para pemimpin aliansi. Perang Afghanistan yang berlarut- larut ini menjadi tantang- an terbesar yang dihadapi aliansi itu sejak terbentuk 61 tahun silam. Para pemimpin negara-ne- gara anggota NATO terancam terjungkal dari kursi kekuasaan jika gagal menyepakati batas waktu penarikan. Apalagi, tahun ini personel pasukan aliansi yang tewas di Afghanistan mencapai rekor tertinggi sebanyak 650 orang. (Hde/AP/Reuters/I-1) 27 Penambang Terperangkap Pada waktunya nanti para pelaku bisnis dan masyarakat juga bisa saling mengunjungi lebih bebas.” Marty Natalegawa Menlu RI REUTERS/HANDOUT 10 | Internasional SABTU, 20 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA RI-Pakistan Bicarakan Bebas Visa Kerusuhan Menjalar ke Ibu Kota Haiti NATO Lepas Keamanan Afghanistan pada 2014 Ledakan dahsyat diduga menjadi penyebab kejadian di Selandia Baru tersebut. Jerome E Wirawan LEDAKAN TAMBANG: Sejumlah pekerja berdiri di luar pintu masuk tambang Pike River Coal, Selandia Baru. Sebuah ledakan hebat mengguncang tambang tersebut hingga memerangkap sejumlah penambang. Sejauh ini, keterangan mengenai jumlah pasti penambang yang terperangkap masih simpang siur. AP/EMILIO MORENATTI MEMASANG BARIKADE: Pengunjuk rasa memasang barikade di jalanan ibu kota Haiti, Port-au-Prince, Kamis (18/11). Mereka turun ke jalan setelah mencurigai peranan pasukan PBB di balik menyebarnya wabah kolera.

Upload: lamnhan

Post on 10-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERISTIWA penambang yang terperangkap di bawah tanah kembali terulang. Setelah Cile,

insiden nahas itu kini terulang di suatu tambang batu bara sejauh 200 km arah barat daya ibu kota Selandia Baru, Wellington.

Berdasarkan laporan seorang reporter yang dirilis BBC, se-banyak 10 ambulans dan dua helikopter berdatangan di loka-si kejadian yang berdekatan dengan Kota Atarau. Wali Kota Atarau Tony Kokshoorn meng-aku kehilangan kontak de ngan para pekerja di tambang Pike River tersebut. “Ini jelas bu-kan berita baik. Kami belum tahu di tingkat kedalaman berapa ledakan itu terjadi. Na-mun, yang jelas memang ada

ledakan besar. Dengan sedikit keberuntungan, keadaan akan baik-baik saja. Namun, kami belum tahu nasib 25 hingga 30 penambang,” papar Kokshoorn kepada National Radio.

Keterangan Kokshoorn me-ngenai ledakan yang diduga menjadi penyebab terperang-kapnya para penambang, di-amini Direktur Utama Pike River Coal Peter Wittall. Dia me-nambahkan, dua penambang berhasil keluar dari tambang. “Salah satu penambang me-ngatakan dia merasakan adanya ledakan di bawah tanah. Saat itu terjadi, dia memutuskan untuk keluar bersama seorang pekerja lainnya. Saat ini mereka sedang dimintai keterangan dan kami mencoba menentukan seberapa serius insiden ini.”

Semula, pihak Pike River Coal menduga terdapat 36 penambang yang hilang ber-dasarkan jumlah kartu tugas yang masih tergantung di ru-angan staf. Belakangan Wittall menyatakan 27 orang belum bisa ditemukan. Ke-27 pekerja itu terdiri dari 15 staf Pike River Coal dan 12 kontraktor lokal.

Polisi membantah telah me-nemukan jenazah mereka.

Simpang siurDetail jumlah pasti penam-

bang yang terperangkap, menurut pejabat kepolisian setempat John Canning, me-mang belum jelas. Dia men-duga setidaknya 30 penambang

berada di kedalaman 1.500 m saat ledakan berlangsung. Ber-dasarkan keterangan Menteri Energi Gerry Brownlee, leda-kan terjadi pada pukul 15.45 dan kontak terakhir dengan para penambang dilakukan pada pukul 16.15 waktu se-

tempat. Brownlee menuturkan, ada beberapa pintu darurat di dalam tambang. Namun, dia tidak tahu apakah pintu-pintu tersebut bisa diakses para pe-nambang.

Yang jelas, imbuh Brownlee, pemerintah akan melakukan segala upaya untuk membebas-kan para penambang. Sejauh

ini, selain armada pemadam kebakaran, helikopter, dan am-bulans, regu penyelamat spe-sialis tambang telah dikerah-kan. “Prioritas mereka adalah mengeluarkan semua orang. Saya merasa sangat bersimpati kepada keluarga (para penam-

bang). Bagi mereka, ini adalah situasi yang amat buruk.”

Permukaan tambang batu bara Pike River berada di keda-laman 200 m. Guna mencapai-nya, para penambang meng-gunakan terowongan horizontal yang memanjang hingga 2,3 km. Satu cerobong ventilasi yang menghubungkan terowongan dengan permukaan tanah men-julang setinggi 108 m.

Tambang Pike River ber-operasi sejak 2008. Menurut si-tus resmi perusahaan tersebut, tambang itu telah mendulang 58,5 juta ton batu bara. Pike River mengklaim rangkaian peralatan penambangan batu bara milik mereka merupakan yang terbesar dan termodern di Selandia Baru.

Tambang tersebut tidak jauh dari lokasi kecelakaan tambang terburuk di ‘Negeri Kiwi’. Pada 19 Januari 1967, suatu ledak-an bawah tanah di tambang Strongman menewaskan 19 penambang. (AP/Reuters/BBC/I-2)

[email protected]

SEBUAH kesepakatan bilat-eral ditandatangani oleh Menlu Marty Natalegawa dengan Menlu Pakistan Makhdoom Shah Mahmood Qureshi di Jakarta, kemarin. Kesepakatan tersebut merupakan persetu-juan di antara kedua negara mengenai pembebasan visa bagi pemegang paspor diplo-matik dan dinas.

“Persetujuan ini bertujuan meningkatkan hubungan Indo-nesia-Pakistan melalui pening-katan kunjungan resmi. Akan ada fasilitas bebas visa guna membuka jalan terjalinnya kerja sama di berbagai bidang,” ujar Menlu Marty.

Langkah persetujuan terse-but, kata Marty, merupakan awal dalam mempermudah hubungan kedua negara. Ke depannya, ia berjanji fasilitas bebas visa juga dapat dinikma-ti pebisnis dan masyarakat. “Tentang perjanjian visa untuk diplomat dan pejabat dinas itu memang awal dari proses berbagai kemudahan yang diupayakan kedua negara. Pada waktunya nanti para pelaku bisnis dan masyarakat juga bisa saling mengunjungi lebih bebas.”

Pertemuan menlu kedua negara tersebut juga memba-has mengenai peningkatan kerja sama di beberapa bidang seperti pemberantasan tindak terorisme. Menurut Marty, kedua negara merupakan kor-ban utama tindak kejahatan terorisme. “Kerja sama Indo-nesia-Pakistan dalam antisi-

pasi teroris sudah dimulai sejak 2003 melalui MoU Combating International Terrorism. Sejak itu dibuat kelompok kerja mencakup pertukaran infor-masi maupun kapasitas. Untuk pembahasannya dilakukan pada 13-14 Desember 2010 di Jakarta,” paparnya.

Diharapkan, kerja sama me-ngatasi terorisme tersebut dapat memulihkan paradigma negatif yang berkembang mengenai In-donesia dan Pakistan sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, sekaligus membantu upaya memberan-tas terorisme glo bal.

Kerja sama RI-Pakistan lain-nya mencakup penanggulang-an bencana alam, perdagang an, investasi, dan pariwisata. Un-tuk memantau hubungan kerja sama tersebut, rencananya akan ada peningkatan pertemuan bilateral dalam bentuk pem-buatan komisi menteri bersama pada 2011. (*/I-1)

WARGA Haiti masih menerus-kan unjuk rasa terkait dengan menyebarnya wabah kolera di negara tersebut. Kali ini, kerusuhan dalam unjuk rasa tersebut meram-bat sampai ke ibu kota Haiti, Port-au-Prince. Semula, itu hanya terjadi di bagian selatan Haiti.

Berdiri di depan barisan ban bekas yang dibakar hingga mengeluarkan asap hitam, para pengunjuk rasa di Port-au-Prince berteriak-teriak, “Tolak Minustah dan tolak kolera!”

Beberapa dari mereka mem-bawa poster bertuliskan ‘Mi-nustah dan kolera adalah sau-dara kembar’. Minustah adalah akronim nama misi stabilisasi PBB di Haiti yang telah bertu-gas di negara tersebut selama enam tahun terakhir.

“Pasukan penjaga perdamai-an PBB harus hengkang dari Haiti. Kami juga menuntut ganti rugi untuk semua korban kolera,” tutur seorang demon-stran, Josue Meriliez.

Wabah kolera, yang bersum-ber dari kotoran manusia dan muncul sejak bulan lalu, kini telah membunuh lebih dari 1.100 warga Haiti. Muncul kecurigaan bahwa penyakit itu dibawa oleh rombongan pasukan penjaga perdamaian PBB asal Nepal. Ditengarai, bibit penyakit menyebar dari markas pasukan ke aliran Su-ngai Artibonite.

Warga Haiti selama ini me-mang banyak yang bersikap sinis terhadap pasukan itu. Minustah yang berkekuatan 12 ribu prajurit membantah keras kecurigaan tersebut. Sebaliknya PBB menuding kerusuhan kali ini disengaja untuk menghambat pelaksa-naan pemilu yang dijadwalkan berlangsung pada 28 Novem-ber mendatang.

Polisi Haiti menembakkan gas air mata ke arah pengun-juk rasa yang berkumpul di lapangan Champ de Mars. Gas tersebut terbawa angin sampai ke lokasi kamp pe-ngungsi gempa bumi yang berada di sekitar lokasi ben-trokan.

Selain ke arah polisi, pe-ngunjuk rasa juga melem-parkan batu ke barisan mo-bil yang keluar dari istana presiden. Sejumlah tembakan terdengar untuk membubar-kan warga. Belum diketahui apakah Presiden Haiti Rene Preval berada dalam barisan kendaraan tadi.

Para pekerja bantuan asing, termasuk dari misi kema-nusiaan PBB yang tidak di bawah koordinasi pasukan penjaga perdamaian, me-minta warga menghentikan kerusuhan.

Dikatakan bahwa aksi terse-but hanya akan menghambat upaya pertolongan terhadap puluhan ribu korban kolera. (War/AP/I-5)

ORGANISASI Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menyerahkan tanggung jawab keamanan di Afghanistan kepada pemerintahan ne-geri itu pada 2014. Strategi penyerahan tanggung jawab tersebut menjadi topik utama dalam pertemuan puncak para pemimpin NATO yang dimulai kemarin di Lisabon, Portugal.

Sebagai bagian dari rencana itu, NATO akan menarik 150 ribu pasukannya dari Afghani-stan secara bertahap mulai tahun depan, demikian diung-kapkan pejabat-pejabat NATO kepada CNN.

Ke-28 negara anggota NATO juga menjamin pemerintahan Afghanistan bahwa mereka tetap akan menjalin kemi-traan pascapenyerahan tang-gung jawab itu. Kemitraan ini difokuskan pada pengem-bangan pasukan dan polisi negeri itu.

NATO juga akan mengakui kesalahan-kesalahan mereka dalam perang yang tidak beru-jung tersebut. “Saya kira, kami telah meremehkan tantangan dan operasi kami di Afghani-stan.

Kami tidak memiliki sum-ber yang cukup. Itu sebuah kesalahan,” ungkap Sekjen

NATO Anders Fogh Rasmussen kepada surat kabar Portugal Re-nascenca, Kamis (18/11), men-jelang kedatangan pemimpin-pemimpin NATO.

“Kami akan menyampai-kan pengumuman positif di Lisabon, yakni penyerah-an (keamanan) akan segera dimulai,” tambahnya.

Pasukan NATO hadir di Af-ghanistan sebagai bagian dari pasukan internasional yang dipimpin Amerika Serikat pascaserangan 11 September 2001 di AS.

Ketika itu, AS menyerbu pemerintahan Taliban yang berkuasa di Afghanistan ka-

rena telah menolak untuk me-nyerahkan dalang serangan tersebut, Osama bin Laden.

Namun, setelah 10 tahun, perang tersebut semakin tidak jelas arahnya. Meski tidak berkuasa lagi di Afghanistan, kekuatan Taliban tak juga surut dan justru makin melebar ke berbagai wilayah Afghanistan. Akibatnya perang ini menjadi persoalan politik bagi Presiden AS Barack Obama yang mewa-risi perang dari pendahulunya, George W Bush.

Obama sendiri telah men-canangkan pada 2009 untuk menarik pasukan AS dari Af-ghanistan.

Perang ini juga semakin t idak populer bagi nega-ra-negara NATO dan para pemimpin aliansi. Perang Afghanistan yang berlarut-larut ini menjadi tantang-an terbesar yang dihadapi aliansi itu sejak terbentuk 61 tahun silam.

Para pemimpin negara-ne-gara anggota NATO terancam terjungkal dari kursi kekuasaan jika gagal menyepakati batas waktu penarikan.

Apalagi, tahun ini personel pasukan aliansi yang tewas di Afghanistan mencapai rekor tertinggi sebanyak 650 orang. (Hde/AP/Reuters/I-1)

27 Penambang Terperangkap

Pada waktunya nanti para pelaku bisnis dan masyarakat juga bisa saling mengunjungi lebih bebas.”Marty NatalegawaMenlu RI

REUTERS/HANDOUT

10 | Internasional SABTU, 20 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

RI-Pakistan Bicarakan Bebas Visa

Kerusuhan Menjalar ke

Ibu Kota Haiti

NATO Lepas Keamanan Afghanistan pada 2014

Ledakan dahsyat diduga menjadi penyebab kejadian di Selandia Baru tersebut.

Jerome E Wirawan

LEDAKAN TAMBANG: Sejumlah pekerja berdiri di luar pintu masuk tambang Pike River Coal, Selandia Baru. Sebuah ledakan hebat mengguncang tambang tersebut hingga memerangkap sejumlah penambang. Sejauh ini, keterangan mengenai jumlah pasti penambang yang terperangkap masih simpang siur.

AP/EMILIO MORENATTI

MEMASANG BARIKADE: Pengunjuk rasa memasang barikade di jalanan ibu kota Haiti, Port-au-Prince, Kamis (18/11). Mereka turun ke jalan setelah mencurigai peranan pasukan PBB di balik menyebarnya wabah kolera.