amdal batu bara(pembelajaran)

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil tambang yang memiliki potensi sumber daya alam yang kaya di Indonesia, minyak mentah, emas, intan, dan batubara adalah beberapa hasil tambang yang berskala besar ditiap tahunnya . Tambang batubara merupakan produk andalan yang berasal dari Kalimantan Timur sekarang ini. Namun, batubara adalah suatu kategori sumber daya alam yang tak terbaharui, sehingga keberadaannya harus dijaga. Sehingga pembangunan nasional dapat bergulir terus-menerus dengan mengedepankan sumber daya alam yang dikelola secara baik. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Namun, dalam tahap

Upload: rima-wardah

Post on 19-Jun-2015

6.239 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hasil telaah

TRANSCRIPT

Page 1: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil tambang yang

memiliki potensi sumber daya alam yang kaya di Indonesia, minyak mentah,

emas, intan, dan batubara adalah beberapa hasil tambang yang berskala besar

ditiap tahunnya . Tambang batubara merupakan produk andalan yang berasal dari

Kalimantan Timur sekarang ini. Namun, batubara adalah suatu kategori sumber

daya alam yang tak terbaharui, sehingga keberadaannya harus dijaga. Sehingga

pembangunan nasional dapat bergulir terus-menerus dengan mengedepankan

sumber daya alam yang dikelola secara baik.

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan

sumberdaya alam dalam meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak

merata, sedangkan permintaan sumberdaya alam terus meningkat, akibat

peningkatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Namun, dalam

tahap pembangunan nasional, beberapa masyarakat kini dianggap berkesan acuh

secara minor terutama akan ”aturan main” dalam menanggapi lingkungan,

dikhawatirkan akan terjadi ekploitasi lahan usaha yang pada akhirnya gangguan

kesetimbangan lingkungan tidak dapat dihindarkan.

Dalam rangka upaya mengendalikan pencemaran dan kerusakan

lingkungan akibat pembangunan maka, perlu dilakukan perencanaan

pembangunan yang dilandasi prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip

pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memadukan kemampuan

lingkungan, sumber daya alam dan teknologi ke dalam proses pembangunan

untuk menjamin generasi masa ini dan generasi masa mendatang.

Page 2: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Analisa mengenai dampak lingkungan lahir dengan dirumuskannya

undang- undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu National

Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. Amdal merupakan suatu

reaksi masyarakat terhadap kerusakan lingkungan yang disebabka oleh aktivitas

manusia yang terutama disebabkan oleh pembangunan dan penggunaan teknologi

yang berlebihan dan terkesan mengabaikan lingkungan. Hal ini termasuk dalam

kesehatan lingkungan yang dalam artian derajat kesehatan tergantung terhadap

kondisi lingkungan. Oleh sebabnya, apabila ada perubahan-perubahan terjadi

pada kondisi lingkungan di sekitar manusia, akan terjadi pula perubahan-

perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan masyarakat

tersebut.

Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup pasal 18 ayat 1, menyatakan bahwa setiap rencana usaha

dan/atau kegiatan yamg mempunyai dampak besar dan penting wajib dilakukan

kajian AMDAL. Kajian AMDAL tersebut perlu dilakukan guna mengurangi

dampak negatif yang ditimbulkan dari operasional kegiatan terutama pencemaran

udara yang diperkirakan punya pengaruh buruk terhadap kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi umum daerah pertambangan batu bara di PT. Kaltim

Prima Coal?

2. Apa paradigma kesehatan lingkungan yang terjadi di PT. Kaltim Prima Coal?

3. Bagaimana upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak

negatif akibat kegiatan pertambangan di PT. Kaltim Prima Coal?

Page 3: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui deskripsi umum daerah pertambangan batu bara di PT.

Kaltim Prima Coal

2. Untuk mengetahui paradigma kesehatan lingkungan yang terjadi di PT.

Kaltim Prima Coal

3. Untuk mengetahui upaya penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

dampak negatif akibat kegiatan pertambangan di PT. Kaltim Prima Coal.

Page 4: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah

: masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen

lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak

dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Karena limbah industri pada umumnya bersifat sebagai bahan berbahaya

dan beracun (B3), maka substansi atau zat beracun di lingkungan yang sangat

menjadi perhatian ialah yang bersumber pada kegiatan manusia yang dibuang ke

lingkungan sebagai limbah.

Karena kajian toksikologi adalah bahan beracun, maka obyek toksikologi

lingkungan ialah limbah kimia yang beracun, umumnya termasuk kelompok

limbah bahan berbahaya dan beracun (hazardous waste and toxic chemical).

Sedangkan yang dimaksud dengan toxicologi lingkungan adalah

pengetahuan yang mempelajari efek substansi toksik (beracun) yang terdapat di

lingkungan alam maupun lingkungan binaan; mempelajari dampak atau resiko

keberadaan substansi tersebut terhadap makhluk hidup.

Didalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang dimaksud dengan B3

dapat diartikan “Semua bahan/ senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang

mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat

sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut”.

Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebih

karakteristik :

Page 5: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

• mudah meledak

• mudah terbakar

• bersifat reaktif

• beracun

• penyebab infeksi

• bersifat korosif.

Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya

akan berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari

sumber ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui

rantai makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biological

magnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.

2.2. Paradigma Kesehatan Lingkungan

Dalam paradigma Kesehatan Lingkungan ada 4 simpul yang berkaitan

dengan proses pajanan B3 yang dapat mengganggu kesehatan.

Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber pencemar

atau biasa disebut sebagai sumber emisi B3.

Sumber emisi B3 pada umumnya berasal dari sektor industri, transportasi,

yang mengeluarkan berbagai bahan buangan yang mengandung senyawa

kimia yang tidak dikehendaki. Emisi tersebut dapat berupa gas, cairan,

maupun partikel yang mengandung senyawa organik maupun anorganik.

Simpul 2 : Media lingkungan (air, tanah, udara, biota)

Emisi dari simpul 1 dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luas

di lingkungan sesuai dengan kondisi media transportasi limbah. Bila melalui

udara, maka sebarannya tergantung dari arah angin dominan dan dapat

menjangkau wilayah yang cukup luas. Bila melalui air maka dapat menyebar

sesuai dengan arah aliran yang sebarannya dapat sangat jauh. Komponen lain

yang ikut menyebarkan emisi tersebut adalah biota air yang ikut tercemar.

Simpul 3 : Pemajanan B3 ke manusia

Page 6: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Di lingkungan, manusia dapat menghirup udara yang tercemar, minum air

yang tercemar, makan makanan yang terkontaminasi dan dapat pula

kemasukan B3 melalui kulit. Pada umumnya titik pemajanan B3 kedalam

tubuh manusia melalui pernafasan, oral (mulut) dan kulit.

Simpul 4 : Dampak Kesehatan yang timbul

Akibat kontak dengan B3 atau terpajan oleh pencemar melalui berbagai cara

seperti pada simpul 3, maka dampak kesehatan yang timbul bervariasi dari

ringan, sedang, sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian,

tergantung dari dosis dan waktu pemajanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan,

pada umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : keracunan,

kerusakan organ, kanker, hypertensi, asma bronchioli, pengaruh pada janin

yang dapat mangakibatkan lahir cacat (cacat bawaan), kemunduran mental,

gangguan pertumbuhan baik fisik maupun psikis, gangguan kecerdasan dll

(Wijanto,___)

Akibat yang ditimbulkan lebih jauh : biaya mahal, belum tentu berhasil untuk

pemulihan kesehatan, generasi yang tidak produktif, kehidupan sosial yang

tidak mapan bahkan depresi berkelanjutan.

2.3. Pengertian AMDAL dan ANDAL

Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaah secara cermat dan

mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Sedangkan,

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah hasil studi mengenai

dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup,yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Selanjutnya AMDAL dirumuskan

sebagai suatu analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang

meliputi pekerjaan evaluais dan pendugaan dampak proyek dari bangunanya,

prosesnya maupun system dari proyek terhadaplingungan yang berlanjut ke

lingkungan hidup.

Page 7: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Berdasarkan Amdal dan Andal yang ada, umumnya dilatarbelakangi oleh

isu-isu yang menjadi permasalahan dalam menanggapi keseimbangan lingkungan

itu sendiri, diantaranya,:

1) Dampak perubahan bentang alam yang menyebabkan terjadinya gangguan

estetika lingkungan.

2) Kemungkinan terjadinya penurunan kualitas udara akibat pengerukan dan

penggalian oleh penggunaan alat berat yang menyebabkan penurunan

kesuburan tanah.

3) Dampak peningkatan erosi tanah terhadap penurunan kualitas ekosistem

perairan sungai.

4) Gangguan satwa liar akibat hilangnya vegetasi penutup tanah.

5) Kemungkinan terjadinya air asam tambang yang menyebabkan gangguan

terhadap ekosistem darat dan perairan.

6) Penuruan kualitas udara akibat pengoperasian alat-alat berat dan

pengangkutan batubara yang menyebabkan penurunan kesehatan masyarakat.

7) Penurunan kualitas sungai yang pada gilirannya akan menimbulkan dampak

sosial karena masyarakat setempat sangat tergantung pada keberadaan sungai

tersebut.

2.4. Pengertian Batubara

Batubara merupakan salah satu tambang bahan bakar fosil yang dimiliki

Indonesia yang kaya. Secara umum, batubara adalah batuan sedimen dalam tanah

yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic utamanya adalah sisa-sisa

tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan yang selama beribu-ribu

tahun lamanya. Unsur utamanya adalah karbon (berwarna hitam pekat), hydrogen,

nitrogen, sulfur dan oksigen serta tidak menutup kemungkinan memiliki zat-zat

tambahan yang kandungannya kecil. Batubara dalam tambang memiliki bijih

yang sangat kasar dalam bentuk serbuk, pasir dan terkadang batuan yang cukup

Page 8: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

hingga besar. Artinya dalam pengelolaan yang baik dapat meminimalisir

gangguan, baik gangguan kesehatan maupun lingkungan.

2.5. AMDAL Pertambangan

Kegiatan pertambangan yaitu suatu kegiatan untuk mengambil bahan

galian berharga dari lapisan bumi, Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar

pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya.

Mekanisasi peralatan dan teknologi pertambangan telah menyebabkan skala

pertambangan semakin besar dan ekstraksi kadar rendah pun menjadi ekonomis

sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus digali. Ini

menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang besar

dan penting. Dampak besar dan penting itulah yang selanjutnya dikaji didalam

AMDAL.

Kegiatan pertambangan selain menimbulkan dampak lingkungan, juga

menimbulkan dampak sosial kompleks. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan

pertambangan harus dapat menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998),

“(1).Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkan

dalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yang

akan dipilih. (2).Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan serta

langkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain dan

implementasi proyek serta rencana penutupan tambang.”

2.6. Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan

Di dalam AMDAL akan dikaji dampak yang ditimbulkan dari sutau

kegiatan pada setiap tahapan, tahap-tahapan tersebut seperti tahap pra konstruksi,

konstruksi, operasi dan pasca operasi. Didalam pertambangan tahapan-tahapan

tersebut adalah:

Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan

sebagai berikut:

Eksplorasi

Page 9: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Ekstrasi

Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energi

Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman

Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang wajib untuk melakukan AMDAL

dapat dilihat pada Lampiran PERMEN LH NO 11 tahun 2006 tentang Jenis

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

2.7. Dampak Penambangan Batu Bara Terhadap Kesehatan Masyarakat

Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala

pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan

menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga

semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali. Hal ini menyebabkan

kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan

bersifat penting. US-EPA (1995) telah melakukan studi tentang pengaruh

kegiatan pertambangan terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia

pada 66 kegiatan pertambangan. Hasil studi memperlihatkan bahwa pencemaran

air permukaan dan air tanah merupakan dampak lingkungan yang sering terjadi

akibat kegiatan tersebut.

Frekuensi terjadinya dampak lingkungan dari 66 kegiatan pertambangan.

Jenis Dampak Persen Kejadian

Pencemaran Air Permukaan 70

Pencemaran Air Tanah 65

Pencemaran Tanah 50

Page 10: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Kesehatan Manusia 35

Kerusakan Flora dan Fauna 25

Pencemaran Udara 20

Catatan: Tidak termasuk pencemaran oleh emisi gas buang yang keluar dari

alat pengendali pencemaran udara.

United Nations Environment Programme (UNEP, 1999) menggolongkan

dampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan sebagai berikut:

Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan

Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi

pertambangan.

Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan

Stabilisasi site dan rehabilitasi

Limbah tambang dan pembuangan tailing

Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing

Peralatan yang tidak digunakan , limbah padat, limbah rumah tangga

Emisi Udara

Debu

Perubahan Iklim

Konsumsi Energi

Pelumpuran dan perubahan aliran sungai

Buangan air limbah dan air asam tambang

Perubahan air tanah dan kontaminasi

Limbah B3 dan bahan kimia

Page 11: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia di

tempat kerja

Kebisingan

Radiasi

Keselamatan dan kesehatan kerja

Toksisitas logam berat

Peninggalan budaya dan situs arkeologi

Kesehatan masyarakat dan pemukiman di sekitar tambang

Penambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang serius

seperti kebakaran-kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian yang

rubuh yang dapat menimbulkan dampak pada orang-orang yang bermukim di

komunitas sekitar tambang. Dampak dan bahaya yang mengancam kesehatan

masih juga dirasakan di tempat-tempat bekas daerah yang pernah ditambang,

karena orang-orang dapat terpapar limbah tambang dan bahan-bahan kimia yang

masih melekat di tanah dan di air.

1. Gangguan Kesehatan yang Dialami Pekerja Tambang

Gangguan-gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja tambang

diantaranya :

a. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam

berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan

gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka.

b. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang

janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan

punggung.

c. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkan

kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat

Page 12: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

menimbulkan kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat

berbahaya seperti gangrene, bisa mengakibatkan kematian.

d. Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkan

masalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran.

e. Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapat

merusak penglihatan.

f. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup dapat

menyebabkan stres kepanasan. Gejala-gejala dari stres kepanasan

berupa pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat, kehausan

yang sangat, dan jatuh pingsan.

2. Gangguan Kesehatan yang Dialami Masyarakat

a. Udara yang tercemar

Penyakit paru-paru hitam (black lung diseases) disebabkan oleh debu

batu bara yang menyumbat paru-paru, menyebabkan masalah pernapasan

yang sangat serius dan permanen. Penambang-penambang batu bara bawah

tanah, anak-anak dan perempuan-perempuan yang bekerja memisahkan batu

dari batu bara, sering mengalami penyakit paru-paru hitam ini.

Debu dari pertambangan dapat membuat sulit bernapas. Jumlah debu

yang banyak menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan dan membengkak.

Tanda-tanda dari kerusakan paru-paru akibat terpapar debu antara lain:

napas pendek, batuk-batuk, napas yang berdesah

batuk-batuk yang mengeluarkan dahak kuning atau hijau (lender dari paru-

paru)

sakit leher

kulit membiru dekat kuping atau bibir

sakit dada

tidak ada nafsu makan

rasa lelah

b. Air yang tercemar

Page 13: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Pertambangan menggunakan air dalam jumlah yang banyak dan

meninggalkan sejumlah besar limbah yang mencemari sumber-sumber air

dan orang-orang yang bergantung pada pertambangan. Walaupun semua

operasi tambang cenderung mencemari air, namun kebanyakan masalah

yang paling besar datang dari kegiatan perusahaan-perusahaan besar. Air

permukaan dan air tanah di lokasi-lokasi tambang dapat tercemar selama

bertahun-tahun kemudian. Karena air habis digunakan, lahan dapat

mengalami kekeringan dan tidak dapat digunakan untuk pertanian atau

menggembala ternak. Kerusakan jangka panjang akibat air yang

terkontaminasi akan berakhir jauh lebih lama dibanding keuntungan

ekonomis jangka pendek yang diperoleh dari kegiatan pertambangan.

c. Lahan dan tanah menjadi rusak

Rusaknya tanah akibat kegiatan pertambangan dapat menyebabkan

tanah menjadi tidak subur sehingga tanaman menjadi sulit tumbuh di

daerah tersebut. Hal ini dapat berdampak pada terjadinya kesulitan pangan

dan kelaparan.

d. Masalah-masalah sosial

Pertambangan berdampak langsung pada kesehatan, yakni ketika

orang-orang bekerja dengan kondisi yang berbahaya dan terpapar oleh

bahan-bahan kimia beracun. Di samping itu pertambangan juga berdampak

pada kondisi kesehatan melalui masalah-masalah sosial yang dibawanya.

Kota-kota dan perkampungan tambang terbentuk cepat, dengan sedikit atau

tanpa perencanaan. Hal ini biasanya menimbulkan banyak masalah. Orang

laki-laki berdatangan mencari pekerjaan di tambang, kaum perempuan

yang membutuhkan penghasilan menjadi pekerja seks, dan kombinasi ini

dapat menjadi sumber yang dapat dengan cepat menyebarkan infeksi

HIV/AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya. Kondisi mendadak kaya

dan mendadak miskin yang dibawa oleh sektor pertambangan ini sering

diikuti oleh meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak,

Page 14: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

perlakukan sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemilik tambang

terhadap pekerja tambang dan perkelahian untuk memperebutkan hak atas

sumberdaya. Banyak warga yang terpaksa meninggalkan komunitas

mereka karena alasan kekerasan atau karena merasa tidak mungkin lagi

bisa hidup seperti saat sebelum tambang dibuka.

2.8. Penanganan Penambangan

Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak

negatifnya terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dan

diwaspadai adalah dampak pembuangan batuan samping (country rock/waste)

dan air berlumpur hasil penirisan tambang (mine drainage). Kecuali untuk

metode ambrukan (caving method) yang dapat merusak bentang alam

(landscape) atau morfologi, karena terjadinya amblesan (surface subsidence).

Metoda penambangan bawah tanah yang dapat mengurangi timbulnya gas-gas

beracun dan berbahaya adalah penambangan dengan “auger” (auger mining),

karena untuk pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak.

Untuk menekan terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan

penyiraman secara teratur disepanjang jalan angkut, tempat-tempat pemuatan,

penimbunan dan peremukan (crushing). bahkan disetiap tempat perpindahan

(transfer point) dan peremukan sebaiknya diberi bangunan penutup serta unit

pengisap debu.

Untuk menghindari timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan

batu (fly rock) yang berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara peledakan yang

benar, misalnya dengan menggunakan detonator tunda (millisecond delay

detonator) dan peledakan geometri (blasting geometry) yang tepat.

Lumpur dari penirisan tambang tidak boleh langsung dibuang ke badan air

(sungai, danau atau laut), tetapi harus ditampung lebih dahulu di dalam kolam-

kolam pengendapan (settling pond) atau unit pengolahan limbah (treatment

Page 15: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

plant) terutama sekali bila badan air bebas itu dipakai untuk keperluan domestik

oleh penduduk yang bermukim disekitarnya.

Segera melaksanakan cara-cara reklamasi/ rehabilitasi/restorasi yang baik

terhadap lahan-lahan bekas penambangan. Misalnya dengan meratakan daerah-

daerah penimbunan tanah penutup atau bekas penambangan yang telah ditimbun

kembali (back filled areas) kemudian ditanami vegetasi penutup (ground cover

vegetation) yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi lahan

pertanian atau perkebunan. Sedangkan cekungancekungan bekas penambangan

yang berubah menjadi genangan-genangan air atau kolam-kolam besar sebaiknya

dapat diupayakan agar dapat dikembangkan pula menjadi tempat budi-daya ikan

atau tempat rekreasi.

Page 16: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Tempat

PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang

terletak di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal 8

Maret 1982 dan mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman RI sesuai

dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/208/25 tanggal 16 Maret 1982 dan telah

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 20 Juli 1982 No 61

Tambahan Nomor 967. Sejak awal beroperasi pada tahun 1992, KPC merupakan

perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki oleh British Petroleum

International Ltd(BP) dan Conzinc Rio Tinto of Australia Ltd. (Rio Tinto) dengan

pembagian saham masing-masing 50%.

Berdasarkan Akta No. 9 tanggal 6 Agustus 2003 dan Bukti Pelaporan dari

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI No. C-UM 02 01.12927

tertanggal 11 Agustus 2003, saham KPC dimiliki oleh BP dan Rio Tingo telah

dialihkan kepada Kalimantan Coal Ltd. Dan Sengata Holding Ltd, dan yang

selanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2005, sesuai dengan Akta Notaris No 3

tanggal 18 Oktober 2005, PT. Bumi Resources Tbk telah mengakusisi saham

Kalimantan Coal Ltd dan Sengata Holding Ltd. Berdasarkan akta notaris No 34

tanggal 4 Mei 2007, pemegang saham PT Kaltim Prima Coal mengalihkan 30%

sahamnya kepada Tata Power (Mauritius) Ltd.

Berdasarkan Perjanjian Kontrak Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B) yang ditandatangai pada tanggal 8 April 1982, pemerintah

memberikan izin kepada KPC untuk melaksanakan eksplorasi, produksi dan

memasarkan batubara dari wilayah perjanjian sampai dengan tahun 2021.

Wilayah perjanjian PKP2B ini mencakup daerah seluas 90.938 Ha di Kabupaten

Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur.

Page 17: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

3.2 Paradigma Kesehatan Lingkungan Proyek Batu-Bara.

Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber

pencemar atau biasa disebut sebagai sumber emisi B3.

Dalam hal ini adalah sumber emisi yang berasal dari kegiatan pertambangan

batu bara. Kegiatan pertambangan batu-bara yang menghasilkan sumber emisi

diantaranya adalah:

1. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi AMDAL

karena merupakan rangkaian kegiatan survey dan studi pendahuluan yang

dilakukan sebelum berbagai kajian kelayakan dilakukan. Yang termasuk

sebagai kegiatan ini adalah pengamatan melalui udara, survey geofisika,

studi sedimen di aliran sungai dan studi geokimia yang lain, pembangunan

jalan akses, pembukaan lahan untuk lokasi test pengeboran, pembuatan

landasan pengeboran dan pembangunan anjungan pengeboran.

2. Ekstraksi dan Pembuangan Limbah Batuan

Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan ekstaksi bahan mineral didunia

dilakukan dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanya

dilakukan dengan open-pit mining, strip mining, dan quarrying, tergantung

pada bentuk geometris tambang dan bahan yang digali.

Ekstrasi bahan mineral dengan tambang terbuka sering menyebabkan

terpotongnya puncak gunung dan menimbulkan lubang yang besar. Salah

satu teknik tambang terbuka adalah metode strip mining (tambang bidang).

Dengan menggunakan alat pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu

bidang galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral

diambil, dibuat bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuan

limbah yang dihasilkan digunakan untuk menutup lubang yang dihasilkan

oleh galian sebelumnya. Teknik tambang seperti ini biasanya digunakan

untuk menggali deposit batubara yang tipis dan datar yang terletak didekat

permukaan tanah.

Page 18: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

3. Pembangunan infrastruktur jalan akses dan pembangkit energi

Kegiatan pembangunan infrastruktur meliputi pembuatan akses di

dalam daerah tambang, pembangunan fasilitas penunjang pertambangan,

akomodasi tenaga kerja, pembangkit energi baik untuk kegiatan konstruksi

maupun kegiatan operasi dan pembangunan pelabuhan. Termasuk dalam

kegiatan ini adalah pembangunan sistem pengangkutan di kawasan

tambang (misalnya : crusher, ban berjalan, rel kereta, kabel gantung, sistem

perpipaan atau konsentrat bijih).

Dampak lingkungan, sosial dan kesehatan yang ditimbulkan oleh

kegiatan ini dapat bersifat sangat penting dan dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagai berikut :

1. Letak dan lokasi tambang terhadap akses infrastruktur dan sumber

energi.

2. Jumlah kegiatan konstruksi dan tenaga kerja yang diperlukan serta

tingkat migrasi pendatang.

3. Letak kawasan konsensi terhadap kawasan lindung dan habitat alamiah,

sumber air bersih dan badan air, pemukiman penduduk setempat dan

tanah yang digunakan oleh masyarakat adat.

4. Tingkat kerawanan kesehatan penduduk setempat dan pekerja terhadap

penyakit menular seperti malaria, AIDS, schistosomiasis.

4. Pembangunan Pemukiman Karyawan Dan Base Camp Pekerja

Kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk

kegiatan pertambangan seringkali tidak dapat dipenuhi dari penduduk

setempat. Tenaga kerja trampil perlu didatangkan dari luar, dengan

demikian diperlukan pembangunan infrastruktur yang sangat besar.

Jika jumlah sumberdaya alam dan komponen-komponen lingkungan

lainnya sangat terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

pendatang, sumberdaya alam akan mengalami degradasi secara cepat.

Akibatnya akan terjadi konflik sosial karena persaingan pemanfaatan

Page 19: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

sumber daya alam. Sebagai contoh, kegiatan pertambangan seringkali

dikaitkan dengan kerusakan hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaan

air bersih, musnahnya hewan liar dan perdagangan hewan langka, serta

penyebaran penyakit menular.

Simpul 2 : Media lingkungan

Media lingkungan yang ikut tercemar dikarenakan kegiatan pertambangan

batu-bara. Emisi dari simpul 1 (proyek kegiatan pertambangan batu bara)

yang dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luas di lingkungan

sesuai dengan kondisi media transportasi limbah. Emisi dari kegiatan tersebut

mencemari air, udara dan tanah.

A. Air

Dari kegiatan proyek batu bara PT. Kaltim Prima Coal berdampak pada

kondisi air di daerah pertambangan tersebut, seperti :

1. Terjadinya perubahan bentang alam dan krisis air akibat penggalian yang

luar biasa besar terhadap kerusakan bentang lahan dan kawasan air, sungai

dan laut menjadi tercemar oleh limbah tambang tangkapan air sehingga

kandungan air tanah menurun , musim kemarau, susah air dan musim

hujan, terjadi banjir.

2. Air permukaan dan air tanah di lokasi-lokasi tambang dapat tercemar oleh

logam berat kegiatan tambang batu-bara sehingga warga menjadi kesulitan

mendapatkan air.

3. Terjadinya air asam tambang.

Drainase asam tambang terjadi ketika air dan udara bercampur dengan

sulfur dari lapisan bawah tanah (sulfida) untuk membentuk cairan asam

yang melarutkan logam-logam berat dan limbah tambang beracun lainnya.

4. Dapat terjadi bencana banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan

rusak atau jebolnya bendungan penampung tailing serta infrastruktur

lainnya.

B. Udara

Page 20: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Dari kegiatan proyek batu bara PT. Kaltim Prima Coal berdampak pada

kondisi udara di daerah pertambangan tersebut, seperti :

1. Penambangan Batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan

dari adanya pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida

yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk “acid rain”

(hujan Asam) dan “ground level ozone”, yaitu tipe lain dari polusi yang

dapat membuat kotor udara. Selain itu debu-debu hasil pengangkatan

batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan.

2. Polusi udara akibat dari flying ahses yang berbahaya bagi kesehatan

penduduk dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan.

3. Gas-gas yang terbentuk dari kegiatan batubara menghasilkan metan,

karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang akan

terperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara.

Yang dapat mencemari udara.

4. Gas-gas yang muncul di tambang dalam (underground) terbagi menjadi

gas berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala (combustible gas).

Gas berbahaya adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan yang

dapat menyebabkan kondisi fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah

nyala adalah gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan di

dalam tambang.

5. Pada tambang dalam, gas berbahaya yang sering ditemukan adalah

karbon monoksida (CO), sedangkan yang dapat muncul tapi jarang

ditemui adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan

nitrogen dioksida (NO2). 

6. Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah

gas metan (CH4). Metan adalah gas ringan dengan berat jenis 0,558, tidak

berwarna, dan tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang

batubara bawah tanah sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan

batuan di sekitarnya oleh kegiatan penambangan. Dari segi keselamatan

Page 21: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

tambang, keberadaan metan harus selalu dikontrol terkait dengan sifatnya

yang dapat meledak. Gas metan dapat terbakar dan meledak ketika

kadarnya di udara sekitar 5-15 persen dengan ledakan paling hebat pada

saat konsentrasinya 9,5 persen pada saat terdapat sumber api yang

memicunya. 

C. Tanah

Tidak hanya air dan udara yang tercemar, tanah juga mengalami

pencemaran akibat pertambangan batubara ini, yaitu:

1. Kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya

lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan),

kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran oleh

logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi

mikroba tanah.

2. Terdapatnya lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali

yang menyebabkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam

yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung zat kimia seperti

Fe, Mn, SO4, Hg dan PB. Fe dan Mn dalam jumlah banyak bersifat racun

bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang

dengan baik.

3. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat

pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati

4. Terjadinya erosi dan sedimentasi

5. Terjadinya gerakan tanah atau longsoran

Simpul 3 : Pemajanan B3 ke manusia

Di lingkungan, manusia dapat menghirup udara yang tercemar, minum air

yang tercemar, makan makanan yang terkontaminasi dan dapat pula

kemasukan B3 melalui kulit yang bersal dari kegiatan pertambangan batu-

bara. Pada umumnya titik pemajanan B3 kedalam tubuh manusia melalui

pernafasan, oral (mulut) dan kulit.

Page 22: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Pencemaran air, tanah dan udara akibat dari kegiatan pertambangan batu-

bara ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, oral dan kulit :

1. Untuk pencemaran udara yang penyebabnya dimulai dari pembakaran

hutan untuk membuka lahan pertambangan, gas-gas yang terbentuk dari

kegiatan pertambangan batu bara sepeti metan, karbon dioksida, karbon

monoksida sampai gas –gas yang muncul di dalam tambang (gas

berbahaya dan mudah menyala) masuk ke dalam tubuh manusia melalui

pernapasan, terhirup oleh pekerja yang tidak menggunakan masker atau

terhirup oleh masyarakat sekitar yang beresiko, umumnya adalah

masyarakat yang daerah bermukimnya paling dekat dengan lokasi

tambang.

2. Untuk pencemaran tanah dan air dapat masuk ke dalam tubuh manusia

melalui oral (mulut). Tanah yang tercemar berakibat terhadap tercemarnya

air tanah dan permukaan serta ditambah dengan adanya air asam tambang

mengakibatkan kualitas air menurun untuk dikonsumsi setiap harinya.

Bahan berbahaya dan beracun yang terkandung didalamnya dapat terikut

masuk melalui makanan dan minuman.

3. Debu, tumpahan bahan kimia, serpihan logam-logam berat, panggangan

sinar matahari dan radiasi dapat memapar pekerja melalui kontak dengan

kulit.

Simpul 4 : Dampak Kesehatan

Dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan batu bara

terhadap kesehatan manusia. Akibat kontak dengan B3 atau terpajan oleh

pencemar melalui berbagai cara seperti pada simpul 3, maka dampak

kesehatan yang timbul bervariasi dari ringan, sedang, sampai berat bahkan

sampai menimbulkan kematian, tergantung dari dosis dan waktu pemajanan.

Pada pertambangan di PT. Indominco Mandiri yang mengalami paparan

dari kegiatan proyek batubara, diantaranya adalah :

Pekerja pada pertambangan batu-bara dan

Page 23: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Warga sekitar yang beresiko

Gangguan-gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja tambang

diantaranya :

g. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam berat

dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan gangguan

kesehatan sepanjang hidup mereka.

h. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang janggal

dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan punggung.

i. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkan

kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat menimbulkan

kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya seperti

gangrene, bisa mengakibatkan kematian.

j. Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkan masalah

pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran.

k. Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapat

merusak penglihatan.

l. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup dapat

menyebabkan stres kepanasan. Gejala-gejala dari stres kepanasan berupa

pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat, kehausan yang

sangat, dan jatuh pingsan.

Selain pada tenaga kerja tambang, dampak kegiatan pertambangan juag

dialami oleh warga sekitar yang beresiko, diantaranya adalah:

1. Penambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang serius

seperti kebakaran-kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian

yang rubuh yang dapat menimbulkan dampak pada orang-orang yang

bermukim di komunitas sekitar tambang. Bahkan dampak jangka

panjangnya dapat mengancam kesehatan walaupun sudah berupa tempat-

tempat bekas daerah tambang, karena orang-orang dapat terpapar limbah

tambang dan bahan-bahan kimia yang masih melekat di tanah dan di air.

Page 24: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

2. Debu dari kegiatan tambang batubara dapat menyebabkan penyakit paru-

paru hitam (black lung diseases). Di samping itu debu dari silika

menyebabkan silikosis (silicosis). Penderita penyakit paru-paru hitam atau

silikosis memiliki resiko yang tinggi untuk mengidap penyakit lainnya

seperti: tuberkulosis (TBC), bronkitis kronis, penyakit jantung, kanker

paru-paru, radang paru-paru, asma, rematik arthritis, lupus, radang

rematik, dan sklerosis.

3. Pencemaran air membuat orang, tanaman, ikan dan hewan-hewan menjadi

sakit.

Bahkan asam sulfur Jika dicampur dengan air dan logam berat akan

membentuk drainaise asam tambang. Asam sulfur berbau seperti telur

busuk. Kontak dengan asam sulfur akan menyebabkan kulit terbakar, buta

atau bahkan kematian.

4. Pertambangan juga berdampak pada kondisi kesehatan melalui masalah-

masalah sosial yang dibawanya. Kota-kota dan perkampungan tambang

terbentuk cepat, dengan sedikit atau tanpa perencanaan. Hal ini biasanya

menimbulkan banyak masalah. Orang laki-laki berdatangan mencari

pekerjaan di tambang, kaum perempuan yang membutuhkan penghasilan

menjadi pekerja seks, dan kombinasi ini dapat menjadi sumber yang dapat

dengan cepat menyebarkan infeksi HIV/AIDS dan penyakit kelamin

menular lainnya.

3.3 Penanganan Kegiatan Pertambangan Batu-Bara

Sebelum disetujuinya pelaksanaan proyek pertambangan batu-bara, para

pengusaha harus tunduk pada hukum yang berlaku :

1. Hukum yang lebih tegas

Untuk meminimalisasi dampak negative tersebut, maka menjadi kewajiban

pemerintah unutk menegakkan hokum secara konsisten sehingga para

kontraktor yang melaksanakan kegiatan penambangan batubara dapat

Page 25: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

melaksanakan segala ketentuan hokum yang berlaku dalam bidang

pertambangan sesuai dengan pasal 30 Undang-Undang No.11 tahun 1967

tentang Pertambangan secara tegas, yaitu :

“Apabila selesai melakukan penambangan dan galian pada suatu tempat

pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan

mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya

penyakit atau bahaya lainnya”.

2. Pengusaha pertambangan harus mematuhi rambu-rambu hukium yang

berlaku mengenai pertambangan

3. Adanya pengawasan secara efektif dari aparat pemerintah

Artinya tidak ada sikap ragu-ragu dari aparat pemerintah ketika melihat

pelanggaran hukum.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang

ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa

pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu.

Pertama pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif

(control/protective)yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk

pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah

transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang

kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko

terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).

Kedua, pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan

sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan

lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan

batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan

bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

(breeding place).

Page 26: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Ketiga, pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam

kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi

ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement) dan keempat pendekatan

edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk

membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi

perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara

kelestarian lingkungan. Selain itu perlu diupayakan kajian penelitian yang

lebih mendalam.

Secara Teknis dapat dilakukan :

Reklamasi

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan,

agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, diantaranya

adalah :

1. Revegetasi  

Perbaikan kondisi tanah meliputi: perbaikan ruang tubuh, pemberian

tanah pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian

kapur.

Secara ekologi, spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim

setempat tetapi tidak untuk kondisi tanah. Untuk itu diperlukan

pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi setempat, terutama untuk

jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti

adaptif untuk tambang.

Dengan penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada

lahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam

merestorasi lahan bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkah

seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan

penggunaan pupuk.

Page 27: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada

lahan bekas tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya,

persentasi penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan

akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus,

pengurangan erosi, dan fungsi sebagai filter alam

2. Penanganan Potensi Air Asam Tambang  

Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran

mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan

menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida

ditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindari

terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air

tanah.           

Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat

ditangani untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air

asam diolah pada instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air

yang aman untuk dibuang ke dalam badan air. Penanganan dapat

dilakukan dengan bahan penetral misalnya batu gamping, yaitu air asam

dialirkan melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.

3. Pengaturan Drainase  

Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk

menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yang

sangat berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan

penampung tailing serta infrastruktur lainnya.

Kapasitas drainase harus memperhitungkan iklim jangka panjang, curah

hujan maksimum, serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun

waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang maupun pendek.

Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona mengandung

sulfida logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase menggunakan

Page 28: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

bahan impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan sulfida

logam yang potensial menghasilkan air asam tambang. 

4. Tataguna Lahan Pasca Tambang 

Pekembangan suatu wilayah, lahan pasca tambang dapat dipergunakan

untuk pengembangan pemukiman atau kota. Lahan bekas tambang

bauksit sebagai salah satu contoh, telah diperuntukkan bagi

pengembangan kota Tanjungpinang

Untuk para pekerja tambang yang memiliki resiko paling besar terpapar,

secara khusus dapat dilakukan :

Untuk pencemaran udara :

1. Pengusaha tambang harus menyediakan peralatan untuk mengurangi debu

di lokasi tambang. Pompakan udara segar ke dalam lubang tambang

bawah tanah. Tambang-tambang harus memiliki beberapa saluran udara

yang terbuka ke permukaan tanah. Pompa udara dan kipas angin dapat

mengalirkan udara segar masuk ke dalam dan mengeluarkan debu

tambang dan udara kotor ke luar.

2. Sediakan kran percikan air untuk mengendapkan debu agar tidak

beterbangan. Simpan air dalam tangki yang tinggi, dan pompa atau

biarkan mengalir ke lubang-lubang dan lorong-lorong tambang melalui

pipa-pipa dengan lubang kecil atau seukuran pancuran mandi. “Air asam”

yang tidak dapat diminum dapat digunakan untuk keperluan ini. Tetapi

perlu diingat bahwa penambang-penambang juga perlu banyak air minum.

3. Sediakan peralatan pemotong dan penggiling yang dilengkapi dengan

semprotan air untuk mengendapkan debu.

4. Pengusaha tambang harus menyediakan bahan dan alat untuk melindungi

para penambang dari debu tambang, seperti :

Menyediakan batuan kapur dan selimut-selimut untuk menutup daerah

yang akan diledakkan.

Page 29: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Menyediakan masker-masker yang tepat dan pastikan peralatan tersebut

diperiksa dan dibersihkan secara teratur .

Para penambang memerlukan tempat untuk mengganti baju mereka yang

berdebu dan tempat untuk mandi sebelum meninggalkan lokasi

tambang, serta tempat lainnya untuk menyimpan pakaian bersih.

Pengusaha tambang juga harus bertanggung jawab untuk mencari cara

agar debu tambang tidak menyebar ke komunitas-komunitas di sekitar

tambang.

5. Para penambang dapat mengurangi jumlah debu tambang yang mereka

hirup dengan cara :

Basahi dulu permukaan yang akan digali atau dibor untuk menghindari

debu beterbangan.

Tebarkan batu kapur gerus untuk menghindari silika atau debu tambang

beterbangan di udara.

Tutup daerah yang akan diledakkan dan digiling dengan selimut basah

atau terpal untuk mengendapkan debu. Sesudah diledakkan atau

digiling, semprot lokasi itu dengan air.

Setelah diledakkan, biarkan debu tambang mengendap dulu sebelum

masuk ke areal tambang.

Kenakan pakaian dan peralatan pelindung. Masker yang terbaik bagi

penambang terbuat dari karet respirator yang terpasang ketat di muka

dan berisi saringan (filter) yang dapat menyaring debu dari jenis

tambang yang Anda kerjakan. Penambang harus diberi pelatihan cara

memilih masker, menggunakannya dan memeliharanya. Jika masker

debu tidak tersedia, gunakan kain basah di sekitar mulut dan hidung

Anda, dan cuci kain setiap hari. Kacamata atau goggles (alat pelindung

mata) akan melindungi mata Anda (untuk informasi lanjut tentang

peralatan pelindung.

Page 30: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Cuci tangan dan muka sebelum makan, minum, atau merokok, dan

selama bekerja serta setelah selesai bekerja.

Cuci peralatan sesering mungkin. Jangan menepuk tas-tas yang

diselimuti debu, hal ini akan membuat debu menjadi tersebar di udara,

lebih baik dicuci saja. Jika harus ditepuk, perhatikan arah angin agar

debu menjauhi Anda. Tas kain dapat menangkap banyak debu, gunakan

tas plastik jika mungkin.

6. Untuk menghindari debu tambang masuk ke dalam rumah warga

pemukiman sekitar tambang :

Bersihkan lantai dengan kain pel basah untuk membersihkan debu.

Menyapu lantai akan menyebabkan debu beterbangan.

Jika di luar banyak debu, tutuplah pintu dan jendela rumah. Jika rumah

tidak ada pintu atau jendela yang dapat ditutup, gantungkan kain

penutup atau daun pisang yang lebar di pintu dan jendela.

Untuk pencemaran air :

1. Kebocoran pada kolam penampungan limbah adalah salah satu dari

beberapa perkiraan penyebab utama pencemaran air dari pertambangan.

Maka untuk mencegah terjadinya pencemaran air, kolam penampungan

limbah harus:

Dibangun jauh dari sumber-sumber air atau saluran pembuangan daerah-

daerah aliran sungai.

Dilapisi untuk menghindari rembesan ke air tanah.

Dibangun sesuai dengan standar internasional yang terbaik.

Diawasi untuk menghindari kebocoran atau rembesan dan tumpah.

Jika operasi tambang selesai, kolam penampungan limbah harus ditutup

dan limbah beracun dikosongkan.

Page 31: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

Kontribusi yang telah dilakukan oleh PT. Kaltim Prima Coal adalah :

1. Kaltim Prima Coal (KPC) mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun bagi

aksi corporate social responsibility (CSR) yang berbentuk tujuh program

untuk masyarakat sekitar lokasi usahanya. CSR (Corporate Social

Responsibility) merupakan bentuk “peran serta” dan “kepedulian”

perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.

2. Dari alokasi dana tadi diatas PT. Kaltim Prima Coal mengelompokkan

program pengembangan masyarakat ke dalam tujuh bidang, yaitu

pengembangan agribisnis, kesehatan dan sanitasi, pendidikan dan pelatihan,

pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha kecil dan menengah

(UKM), pelestarian alam dan budaya, serta penguatan kapasitas masyarat dan

pemerintah. Program-program pemberdayaan masyarakat PT KPC tersebut

diarahkan kepada pengembangan sumber daya alam (SDA) yang terbarukan

serta diselaraskan dengan program pemerintah Kabupaten Kutai Timur.

3. Untuk program agribisnis, KPC membangun 300 hektare untuk penanaman

kakao. Masyarakat setempat diberikan bibit, pupuk sampai kepada pelatihan

mengenai penanaman itu.

4. Untuk program agribisnis ini juga dibuatkan kolam udang untuk masyarakat

di Desa Muara Bengalon.

5. Program agribisnis lainnya adalah membangun perkebunan pisang dan

peternakan ayam di Kampung Kabo.

6. KPC juga memberikan kredit mikro kepada masyarakat Bengalon dengan

total peminjam tak kurang dari 700 orang.

7. Pembangunan infrastruktur telah dilakukan program irigasi di Desa Sepaso,

dan pembangunan jalan.

8. Masyarakat setempat juga dimanjakan dengan fasilitas olah raga berupa

pembuatan lapangan sepakbola.

Sampai saat ini program CSR yang telah dijalankan oleh PT. Kaltim

Prima Coal belum sepenuhnya efektif, karena secara keseluruhan masih terdapat

Page 32: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

beberapa variable dibawah rata-rata kesenjangan. Ini mengidikasikan bahwa

masyarakat sebagai penerima manfaat masih belum puas dengan kinerja

program CSR yang telah dijalankan pihak PT. Kaltim Prima Coal, sehingga

kinerja program CSR harus lebih ditingkatkan lagi.

Page 33: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

PT. Kaltim Prima Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang terletak

di Kabupaten Kutai Timur yang didirikan dengan akta No 28 tanggal 8 Maret

1982. KPC merupakan perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki oleh

British Petroleum International Ltd(BP) dan Conzinc Rio Tinto of Australia

Ltd. (Rio Tinto) dengan pembagian saham masing-masing 50% dengan luas

90.938 Ha.

Paradigma kesehatan lingkungan daerah pertambangan PT. Kaltim Prima

Coal adalah simpul 1, simpul 2, simpul 3 dan simpul 4.

Penanganan dampak dan akibat dari kegiatan pertambangan batu-bara

dilakukan secara umum dan khusus oleh PT. kaltim Prima Coal.

5.2 Saran

Sebaiknya para pengusaha pertambangan batu bara lebih memperhatikan dan

menganalisis dampak lingkungan akibat adanya kegiatan pertambangan.

Page 34: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Potensi Bahaya Tambang Batubara Bawah Tanah.

http://www.kamusilmiah.com Tanggal akses 07 Mei 2010.

Bilad, M. Roil . 2010. Dampak Lingkungan Penggunaan Batubara Sebagai Bahan

Bakar Pengomprongan Tembakau Virginia. http://www.sasak.org. Tanggal

akses 07 Mei 2010.

Dwi.2009. Analisa CSR pada PT. Kaltim Prima Coal.

(http://fotodeka.wordpress.com/, 7 Mei 2010)

Fiyanto, Arif. 2008. Pembangunan PLTU 10.000 MW : Solusi Keliru Pemerintah

dalam Mengatasi Krisis Listrik. http://mentarikalahari.wordpress.com.

Tanggal akses 07 Mei 2010.

Hendry. 2009. Bahan Galian Batubara. http://mangkutak.wordpress.com Tanggal

akses 07 Mei 2010.

Nugroho, Sudarmanto Budi. 2009. Pengaruh Kegiatan Penambangan Batubara

Terhadap Kualitas Udara Ambien. http://docs.google.com Tanggal akses 07

Mei 2010.

Uliyah, Luluk. 2010. Awas, Pertambangan Batubara Sumber Krisis Air Kalimantan

Terkini. http://borneo2020.org. Tanggal akses 07 Mei 2010.

Wijanto, Sigit.___. LIMBAH B3 DAN KESEHATAN.(http://limbah.pdf.com , 7 Mei

2010)

Page 35: Amdal Batu Bara(Pembelajaran)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

“TAMBANG BATU BARA DI PT. KALTIM PRIMA COAL”

Disusun Oleh :

Endang Warsini (07.1101.5153.10)

Mega Puspitasari (07.1101.5059.10)

Nicken F. Putri (07.1101.5051.10)

Nur Rima Wardah (07.1101.5155.10)

Ridho Alfajri (07.1101.5003.10)

Ulinuha Setya D (07.1101.5077.10)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2010