laporan 3 tke (batu bara)

52
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI (Pengukuran Efisiensi Tungku dan Nilai Kalor Bahan Bakar) Oleh: Nama Anggota : Senia Mulyana (240110110001) M. Rian Fajar (240110110019) Farah Nuranjani (240110110027) Clint Marulitua (240110110028) Wina Juniar (240110110037) Eka Anugrah (240110110051) Hari, Tanggal : Rabu, 17 Oktober 2013 Asisten : 1. Andi Abdul Halim 2. Dudin Zaenudin 3. Christika Nainggolan 4. Novriana Ekatama

Upload: joseph-becker

Post on 08-Apr-2016

50 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI

(Pengukuran Efisiensi Tungku dan Nilai Kalor Bahan Bakar)

Oleh:

Nama Anggota : Senia Mulyana (240110110001)

M. Rian Fajar (240110110019)

Farah Nuranjani (240110110027)

Clint Marulitua (240110110028)

Wina Juniar (240110110037)

Eka Anugrah (240110110051)

Hari, Tanggal : Rabu, 17 Oktober 2013

Asisten : 1. Andi Abdul Halim

2. Dudin Zaenudin

3. Christika Nainggolan

4. Novriana Ekatama

LABORATORIUM ALAT DAN MESIN PERTANIAN

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

Page 3: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara

Batubara termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah

batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik yang

merupakan sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.

Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga

adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks

yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus

formula empiris seperti :C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS

untuk antrasit. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan

hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi.

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut

dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses

yang terjadi, yakni:

Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman

terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses

perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang

dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material

organik serta membentuk gambut.

Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit

menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan

Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera

dan Kalimantan). Pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat

dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-

kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta

tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Batubara ini terbentuk dari endapan

gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini.

Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air

tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut

Page 4: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air

dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batubara yang berkadar abu

dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada

batubara Miosen. Sebaliknya, endapan batubara Eosen umumnya lebih tipis,

berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batubara ini terbentuk pada

lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan

gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar

Kalimantan.

2.2 Briket Batu Bara

Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan

sedikit bahan campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket Batubara mampu

menggantikan beberapa kegunaan dari minyak tanah seperti untuk pengolahan

makanan (memasak), pengeringan, pembakaran dan pemanasan (penghangat).

Bahan baku utama Briket Batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di

Indonesia dan mempunyai cadangan ketersediaan untuk selama lebih kurang 150

tahun. Sebagian kelompok masyarakat ada yang beranggapan, briket batu bara

semata-mata merupakan bongkahan hitam yang apabila dibakar akan

menimbulkan asap kotor hitam, mengotori lingkungan dan mengeluarkan zat

beracun maka pandangan tersebut sangatlah keliru.

Teknologi pembuatan briket tidak terlalu rumit dan dapat dikembangkan

dalam waktu singkat. Indonesia sebetulnya telah mengembangkan Briket Batubara

sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik karena minyak

tanah masih tetap disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga

masyarakat masih lebih memilih minyak tanah untuk bahan bakar harian. Namun

dengan kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 ini, mau tidak mau masyarakat

harus mencari pada bahan bakar alternatif yang lebih murah.

Bahan Baku Briket Batubara terdiri dari 82% batubara, 15% tanah liat dan

4% tapioka. Tanah liat selain berfungsi sebagai penguat briket juga berfungsi

sebagai stabilisator panas. Sedangkan tapioka berfungsi sebagai perekat untuk

memudahkan pencetakan.

Page 5: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

2.3 Jenis-jenis Briket Batu Bara

Dari proses produksi terdiri dari:

a. Briket dikarbonisasi

b. Briket tanpa dikarbonisasi.

  Sedangkan dari bentuknya terdiri dari:

a. Briket tipe telur, besarnya sebesar telur ayam.

b. Briket tipe sarang tawon

c. Briket tipe kubus, besarnya 12,5 12,5 5 cm

d. Briket tipe silinder, besarnya 7 cm (tinggi) 12 cm garis tengah

Gambar 1. Briket Batubara Tipe Telur dan Kubus

Jenis Batubara yang berkarbonasi merupakan jenis yang mengalami

terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum menjadi briket. Dengan proses

karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung dalam briket batubara tersebut

diturunkan serendah mungkin sehingga produk akhirnya tidak berbau asap, namun

biaya produksi menjadi meningkat karena pada batubara tersebut terjadi rendemen

sebesar 50%. Briket ini cocok untuk digunakan untuk keperluan rumah tangga

serta lebih aman dalam penggunaannya.

Jenis Batu Bara yang tidak berkarbonasi (biasa) merupakan jenis yang

tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses menjadi briket dan harganya pun

lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam briket batubara maka

pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku (bukan kompor) sehingga

akan menghasilkan pembakaran yang sempurna dimana seluruh zat terbang yang

muncul dari Briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket

ini umumnya digunakan untuk industri kecil.

Page 6: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

2.4 Keunggulan Briket Batubara

1. Lebih murah.

2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran

yang lama.

3. Tidak beresiko meledak/terbakar.

4. Tidak mengeluarkan sauara bising serta tidak berjelaga.

5. Sumber Batubara berlimpah.

Namun demikian Briket memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan

awal memakan waktu 5 -10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak

tanah sebagai penyalaan awal, Briket Batubara hanya efisien jika digunakan

untuk jangka waktu di atas 2 jam.

2.5 Tungku Briket Batu Bara

Pengembangan Briket Batubara harus dibarengi dengan pengembangan

tungkunya. Prinsip pada pembuatan tungku briket batubara adalah :

1. Ada ruang bakar untuk briket batubara.

2. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah yang menuju ke lubang atas

dengan melewati ruang bakar briket batubara terdiri dari aliran udara primer

dan sekunder.

3. Ada ruang untuk menampung abu briket batubara di bawah ruang bakar

briket.

Pada prinsipnya, tungku atau kompor briket batu bara dibagi dalam 2 jenis

yaitu:

1. Tungku / Kompor portabel, jenis ini pada umumnya memuat briket antara

1 s/d 8 kg serta dapat dipindah-pindahkan. Jenis ini digunakan untuk

keperluan rumah tangga atau rumah makan.

2. Tungku / Kompor Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara

permanen. Jenis ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.

2.6 Pembakaran

Pembakaran adalah suatu proses reaksi kimia antara suatu bahan bakar dengan

suatu oksidan, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam

Page 7: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

bentuk pendar atau api. Dalam suatu reaksi pembakaran lengkap, suatu senyawa

bereaksi dengan zat pengoksidasi, dan produknya adalah senyawa dari tiap elemen

dalam bahan bakar dengan zat pengoksidasi. Contoh yang lebih sederhana dapat

diamati pada pembakaran hidrogen dan oksigen, yang merupakan reaksi umum

yang digunakan dalam mesin roket, yang hanya menghasilkan uap air. Pada

mayoritas penggunaan pembakaran sehari-hari, oksidan oksigen (O2) diperoleh

dari udara ambien dan gas resultan (gas cerobong, flue gas) dari pembakaran akan

mengandung nitrogen. Dalam kenyataannya, proses pembakaran tidak pernah

sempurna. Dalam gas cerobong dari pembakaran karbon (seperti dalam

pembakaran batubara) atau senyawa karbon (seperti dalam pembakaran

hidrokarbon, kayu, dll) akan ditemukan baik karbon yang tak terbakar maupun

senyawa karbon (CO dan lainnya). Jika udara digunakan sebagai oksidan,

beberapa nitrogen akan teroksidasi menjadi berbagai jenis nitrogen oksida (NOx)

yang kebanyakan dan berbahaya.

Pembakaran dikatakan sempurna apabila campuran bahan bakar dan

oksigen (dari udara) mempunyai perbandingan yang tepat, hingga tidak diperoleh

sisa. Bila oksigen terlalu banyak, dikatakan campuran “lean” (kurus). Pembakaran

ini menghasilkan api oksidasi. Sebaliknya, bila bahan bakarnya terlalu banyak

(atau tidak cukup oksigen), dikatakan campuran “rich” (kaya). Pembakaran ini

menghasilkan api reduksi. Api reduksi ditandai oleh lidah api panjang, kadang-

kadang sampai terlihat berasap. Keadaan ini juga disebut pembakaran tidak

sempurna. Seperti diketahui, oksigen untuk pembakaran diperoleh dari udara yang

terdiri dari 20% O2 dan 80% N2. Sebagai contoh, bila diperlukan 1 lb O2, berarti

memerlukan 4.32 lb udara atau setiap cuft O2 perlu 4.78 cuft udara. Gas N2 yang

mengisi 80% dari udara, tidak ikut dalam reaksi pembakaran, malahan menghisap

panas dari hasil reaksi pembakaran. Untuk menentukan jumlah O2 yang tepat

pada setiap pembakaran, merupakan hal yang tidak mudah. Pada umumnya

dipakai kelebihan udara. Keuntungannya tidak terjadi pemborosan bahan bakar.

Kerugiannya mengurangi panas hasil pembakaran. Untuk ini dijaga ada kelebihan

udara, tetapi tidak terlalu banyak (antara 5-15%). Dalam pembakaran, ada

pengertian udara primer yaitu udara yang dicampurkan dengan bahan bakar di

dalam burner (sebelum pembakaran) dan udara sekunder yaitu udara yang

Page 8: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

dimasukkan dalam ruang pembakaran setelah burner, melalui ruang sekitar ujung

burner atau melalui tempat lain pada dinding dapur.

2.7 Kalor Pembakaran

Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah

pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang

disertai terjadinya api. Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil,

yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari

pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan atau hewan. Pembentukan bahan bakar

fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun.

Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa

yang hanya terdiri atas karbon dan hidrogen. Gas alam terdiri atas alkana suku

rendah terutama metana dan sedikit etana, propana, dan butana. Seluruh senyawa

itu merupakan gas yang tidak berbau. Oleh karena itu, kedalam gas alam

ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap, yaitu merkaptan, sehingga dapat

diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari beberapa sumber mengandung H2S,

suatu kontaminan yang harus disingkirkan sebelum gas digunakan sebagai bahan

bakar karena dapat mencemari udara. Beberapa sumur gas juga mengandung

helium.

Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan macam senyawa,

terutama alkana, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai lima

puluhan. Dari minyak bumi diperoleh bahan bakar LPG (Liquified Petroleum

Gas), bensin, minyak tanah, kerosin, solar dan lain-lain. Pemisahan komponen

minyak bumi itu dillakukan dengan destilasi bertingkat. Adapun batu bara adalah

bahan bakar padat, yang terutama, terdiri atas hidrokarbon suku tinggi. Batu bara

dan minyak bumi juga mengandung senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang.

Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi telah digunakan dengan laju yang

jauh lebih cepat dari pada proses pembentukannya. Oleh karena itu, dalam waktu

yang tidak terlalu lama lagi akan segera habis. Untuk menghemat penggunaan

minyak bumi dan untuk mempersiapkan bahan bakar pengganti, telah

dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya gas sintesis dan hidrogen. Gas

sintetis diperoleh dari gasifikasi batubara. Batu bara merupakan bahan bakar fosil

Page 9: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

yang paling melimpah, yaitu sekitar 90 % dari cadangan bahan bakar fosil. Akan

tetapi penggunaan bahan bakar batubara menimbulkan berbagai masalah,

misalnya dapat menimbulkan polusi udara yang lebih hebat daripada bahan bakar

apapun. Karena bentuknya yang padat terdapat keterbatasan penggunaannya. Oleh

karena itu, para ahli berupaya mengubahnya menjadi gas sehingga

pernggunaannya lebih luwes dan lebih bersih.

Gasifikasi batubara dilakukan dengan mereaksikan batubara panas dengan

uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO, H2 dan CH4. Sedangkan

bahan sintetis lain yang juga banyak dipertimbangkan adalah hidrogen. Hidrogen

cair bersama-sama dengan oksigen cair telah digunakan pada pesawat ulang-alik

sebagai bahan bakar roket pendorongnya. Pembakaran hidrogen sama sekali tidak

memberi dampak negatif pada lingkungan karena hasil pembakarannya adalah air.

Hidrogen dibuat dari air melalui reaksi  endoterm berikut:

H2O (l) —> 2 H2 (g) + O2 (g) ΔH = 572 kJ

Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal

dari bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah bahan bakar yang konversial.

Tetapi saat ini sedang dikembangkan penggunaan energi nuklir atau energi surya.

Jika proyek itu berhasil, maka dunia tidak perlu khawatir akan kekurangan energi.

Matahari sesungguhnya adalah sumber  energi terbesar di bumi, tetapi tekonologi

penggunaan energi surya belumlah komersial. Salah satu kemungkinan

penggunaan energi surya adalah menggunakan tanaman yang dapat tumbuh cepat.

Energinya kemudian diperoleh dengan membakar tumbuhan itu. Dewasa ini,

penggunaan energi surya yang cukup komersial adalah untuk pemanas air rumah

tangga (solar water heater). Nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar diberikan

pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Komposisi dan Nilai Kalor Berbagai Jenis Bahan Bakar

Page 10: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.2 Prosedur Percobaan

Page 11: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Pengukuran Batu Bara

a. Tungku

Berat total briket = 500 g

Diameter dalam = 18 cm

Diameter luar = 29 cm

Lubang tungku = p x l

= 13 cm x 12,8 cm

Tinggi tungku = 32 cm

Tinggi dalam tungku = 31,5 cm

Suhu awal bawah tungku (t1) = 26,80C

Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 menit sampai air mendidih

Tabel 1. Pengukuran Suhu Bawah Tungku

No. Waktu (menit) Suhu (0C)

1. 5 24,7

2. 10 31,2

3. 15 35,1

4. 20 30,31

5. 25 43,9

6. 30 49

7. 35 53,1

8. 40 58,7

9. 45 53,4

10 50 54,1

11. 55 42

12. 60 44,3

Rata-rata 43,3

Suhu awal dinding tungku (t2) = 26,70C

Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 menit sampai air mendidih

Page 12: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

Tabel 2. Pengukuran Suhu Dinding Tungku

No. Waktu (menit) Suhu (0C)

1. 5 31,5

2. 10 32,5

3. 15 33,1

4. 20 33,5

5. 25 33,5

6. 30 33,3

7. 35 33,6

8. 40 33,8

9. 45 34

10 50 33,6

11. 55 26,5

12. 60 26,4

Rata-rata 32,1

Suhu pada celah-selah tungku (t3)

Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 menit sampai air mendidih

Tabel 3. Pengukuran Suhu pada Celah-celah Tungku

No. Waktu (menit) Suhu (0C)

1. 5 82,5

2. 10 83

3. 15 83,2

4. 20 34,6

5. 25 316,5

6. 30 356,1

7. 35 610

8. 40 664,2

9. 45 720

10 50 830,6

11. 55 620

12. 60 530

Rata-rata 410,9

Page 13: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

b. Panci

Diameter tutup panci = 17,5 cm

Diameter kecil tutup panci = 15,5 cm

Tinggi panci = 10 cm

Berat panci = 120 g

Diameter dalam panci = 16,5 cm

Diameter luar panci = 17,5 cm

Berat tutup panci = 40 g

Suhu dinding panci (t4)

Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 menit sampai air mendidih

Tabel 4. Pengukuran Suhu Dinding Panci

No. Waktu (menit) Suhu (0C)

1. 5 25,9

2. 10 26,5

3. 15 26,9

4. 20 27,1

5. 25 33,3

6. 30 33,3

7. 35 33,6

8. 40 33,8

9. 45 34

10 50 33,6

11. 55 32,5

12. 60 32,3

Rata-rata 31,1

c. Air

Massa awal = 1160 g

Massa akhir = 1120 g

Suhu air (t5) = 260C

Pengukuran suhu dilakukan setiap 5 menit sampai air mendidih

Page 14: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

Tabel 5. Pengukuran Suhu Air

No. Waktu (menit) Suhu (0C)

1. 5 40,9

2. 10 59,9

3. 15 70,2

4. 20 75,2

5. 25 76,5

6. 30 84,3

7. 35 88,3

8. 40 91,8

9. 45 94,3

10 50 94,7

11. 55 86

12. 60 88

Rata-rata 79,2

d. Batu bara

Massa batu bara = 1000 g

Massa abu = 120 g

Massa daun = 500 g

4.2 Perhitungan Batu Bara

a. Panas pembakaran (QG) dengan pendekatan

QG = m . Nk

= (0,5 kg)(2900 kJ/kg)

= 1450 kJ = 1450000 J

= 24166,67 W

b. Komponen panas hilang

QL1 = k1.A1.T1

= (79,5 W/m0C)( r2)(43,30C – 26,80C)

= (79,5 W/m0C)( (0,145 m)2)(16,50C)

= 86,6 W

Page 15: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

QL2 = h2.A2. T2

= (18 W/m2K)(2 rt)(32,10C - 26,70C)

= (18 W/m2K)(2 (0,145 m)(0,32 m))(278,4 K)

= 1461 W

QL3 = h3.A3. T3

= (25 W/m2 0C)(p x l)(410,90C – 250C)

= (25 W/m2 0C)(0,13 m x 0,128 m)(385,90C)

= 160,5 W

QL4 = h4.A4.T4

= (18 W/m2 0C)(2 rt)(31,10C)

= (18 W/m2 0C)(2 (0,0875 m)(0,1 m))(31,10C)

= 30,8 W

QL5 = m5.Cp5.T5

= (1,16 kg)(4,18 J/kg.0C)(79,20C)

= 384 J

= 6,4 W

c. Panas efektif dan efisiensi tungku

Qc1 = QG - QL1-3

= 24166,67 W – (86,6 W + 1461 W + 160,5 W)

= 22458,57 W

Ef1 = Qc1/QG

= 22458,57 W/24166,67 W

= 0,93

d. Panas efektif dan efisien memasak

Qc2 = QG - QL1-5

= 24166,67 W – (86,6 W + 1461 W + 160,5 W + 30,8 W

Page 16: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

+ 6,4 W)

= 22421,37 W

Ef2 = Qc2/Qc1

= 22421,37 W/22458,57 W

= 0,998

e. Efisiensi sistem (total)

Ef2 = Qc2/Qc1

= 22421,37 W/22458,57 W

= 0,998

4.3 Hasil Pengukuran Kayu Bakar

a. Tungku

Diameter luar : 29 cm

Diameter dalam : 28 cm

Ukuran lubang : Panjang : 13 cm

Lebar : 13,5 cm

Tinggi tungku : 32 cm

Tinggi ruang kosong : 2,5 cm

Tinggi dalam tungku : 29,5 cm

b. Panci

Diameter tutup : 18,5 cm

Diameter kecil tutup : 15,5 cm

Tinggi panci : 11 cm

Diameter dalam panci : 16 cm

Diameter kecil panci : 13 cm

Berat panci : 125 gr

Berat tutup : 45 gr

c. Air

Massa awal air : 1 kg

Suhu awal air : 25,4 0C

Massa akhir air : 850 gr

d. Kayu Bakar

Page 17: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

Massa awal bahan bakar : 500 gr

Massa akhir bahan bakar : 15 gr

Tabel 6. Hasil Pengamatan Suhu

Waktu

(Sekon)

T1

(Bawah Tungku)

T2

(Dinding Tungku)

T3

(Celah)

T4

(Panci)

T5

(Dalam)

0 26,2 29,1 29,1 26,3 25,4

5 90 69,6 97,6 56,5 98,7

10 60,9 61,2 95,4 50,4 95,6

15 58,5 58 90,5 45,4 94,7

4.4 Perhitungan Kayu Bakar

a. Panas pembakaran (QG) dengan pendekatan

QG = ƐG . σ . TG4 . AG

= m . NK

= 0,5 kg x 17400 kj/kg

= 8700 kJ

= 145000 watt

b. Komponen panas hilang

QL1 = U1 . A1 . ΔT1 = K2 . A1 . ΔT1

= 79,5 W/mºC . (π(14X10-2)2) . (69.8-26,2)ºC

= 79,5 W/mºC . 0,061575 m2 . 43,6 ºC

= 213,431265 watt

QL2 = h2 . A2 . ΔT2

= h2. (2πrt) . ΔT2

= 18 W/m2K . (2π(14x10-2)32x10-2) . ((335,9333-302.1) K

= 23.999956 watt

Page 18: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

QL3 = h3 . A3 . ΔT3

= 25 W/m2C . ((13x13,5)x10-4) . (94.5-29.1) ºC

= 28,69425 watt

QL4 = h4 . A4 . T4

= 18 W/m2K . (2π(8x10-2).11x10-2) . (323.767-299.3) K

= 24.35094207 watt

QL5 = m . Cp . ΔTair

= 1 kg . 4,18 J/kg ºC . (96.33-25.4) ºC

= 296,501333 J

= 0,3294459222 J/s = 0,3294459222 watt

c. Panas efektif dan efisien tungku

Qe1 = QG – ΣQL1..3

= 145000 watt – (213,431265 +23.999956 +28,69425) watt

= 144733,6411 watt

Ef1 = Qe1/QG

= 144733.8745 watt/145000 watt

= 0,998

d. Panas efektif dan efisien memasak

Qe2 = QG – ΣQL1..5 = Qe1 – (QL4+QL5)

= 144733,6411 watt – (24.35094207+0,3294459222) watt

= 144708.9607 watt

Ef2 = Qe2-Qe1

= 144708.9607 watt - 144733.6411 watt

= -24,6804 watt

e. Efisiensi sistem (total)

Ef2 = Qe2 /Qe1

= 144708.9607 watt/144733.6411 watt

= 0,9998

Page 19: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan akan dikenalkan dengan praktikum

pengukuran efisiensi tungku dan nilai kalor bahan bakar. Bahan bakar yang

digunakan pada praktikum kali ini terdapat dua jenis yaitu yang pertama adalah

kayu bakar dan yang kedua adalah batu bara. Setiap kelompok melakukan

praktikum dengan bahan bakar yang berbeda, tujuannya yaitu untuk mengetahui

bahan bakar yang mana yang lebih efisien dan nilai kalor bahan bakar yang mana

yang baik. Selain itu juga melalui praktikum ini dapat terlihat perbedaan nilai

kebutuhan energi dan kalor hilang dari kedua bahan bakar tersebut.

Kelompok 5 pada praktikum kali ini melakukan praktikum dengan bahan

bakar batu bara. Batu bara merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari

biomassa. Batu bara yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu sebanyak 500

g. Pada saat penyalaan api dengan batu bara itu sangat sulit menyala, hal ini

dikarenakan tekstur kerapatan dari batu bara yang sangat rapat maka ini

menjadian batu bara lebih sulit menyala jika dibandingkan dengan kayu bakar.

Dikarenakan sulit untuk menyala maka kelompok kami melakukan strategi untuk

menyalakan batu bara tersebut yaitu dengan penambahan spiritus ke batu bara

namun hal tersebut belum cukup. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya

kelompok kami memutuskan untuk menambahkan spiritus dan daun-daun kering

ke dalam tungku dengan tujuan untuk memancing nyalanya api pada batu bara.

Dan benar saja hal tersebut berhasil. Namun penambahan daun-daun kering pada

tungku batu bara sangat tidak baik karena daun-daun kering yang terbakar dapat

Senia Mulyana

240110110001

Page 20: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

menambah massa abu yang dihasilkan. Meskipun sifat batu bara yang sangat sulit

untuk menyala, namun api yang dihasilkannya lebih stabil dan lebih tahan lama

dari pada kayu bakar hal ini menjadi satu alasan mengapa batu bara lebih sering

dipakai untuk bahan bakar di industri-industri besar.

Untuk mengetahui nilai efisiensi dari tungku maka dilakukan penambahan

air sebanyak 1160 g yang kemudian di didihkan. Efisiensi tungku ini dilakukan

dengan mengetahui seberapa banyak energi panas yang hilang selama proses

pendidihan air. Setelah air di didihkan di selama 5 menit suhu di berbagai titik

mulai di ukur guna mengetahui nilai perbedaannya. Pengukuran suhu dilakukan

hingga air mendidih sekitar 100oC. Dikarenakan bahan bakar batu bara yang

sedikit yaitu sekitar 500 g, maka api yang dihasilkan pun tidak terlalu besar hal ini

berpengaruh terhadap lamanya proses pendidihan yang memakan waktu cukup

lama yaitu sekitar 60 menit. Suhu yang dihasilkan pun mejadi tidak maksimal

yaitu hanya mampu mencapai 94,70C tidak mencapai 1000C. Lamanya proses

pendidihan ini dikarenakan jarak antara api dan panci yang cukup jauh sehingga

air mendidih pun jauh lebih lama. Lain hal nya dengan bahan bakar yang

menggunakan kayu bakar. Api yang dihasilkan pun cukup besar hingga keluar

tungku dan waktu mendidihpun akan lebih cepat. Api yang dihasilkan kayu

memang lebih besar jika dibandingkan dengan kayu bakar, namun apinya tidak

terlalu stabil jika dibandingkan dengan batu bara. Api yang dihasilkan oleh kayu

bakar cenderung akan lebih cepat habis jika dibandingkan dengan batu bara.

Pada saat praktikum berlangsung terdapat sedikit hambatan dimana suhu

yang dihasilkan oleh mengalami beberapa perubahan yang jauh berbeda dan

signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan kekurang telitian pada saat pembacaan.

Keakuratan pada alat juga dipertanyakan karena penggunakan termostat dan

termokopel menghasilkan suhu yang berbeda. Penggunaan termokopel yang

dimasukkan ke dalam air dan di dekatkan pada dinding tungku lebih akurat jika

dibandingkan dengan hanya menembakkan sinar pada dinding tungku. Selain itu

pada saat pertengahan praktikum juga api batu bara yang di dalam tungku sempat

mengalami pengecilan. Hal ini berakibat pada setiap suhu yang di amati adalah

mengalami penurunan. Proses menyalan batu bara yang sedikit lebih sulit maka

Page 21: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

begitu juga pada proses pemadamanannya sama saja mengalami proses yang

lama.

Setelah proses mendidihkan air selesai kemudian dihitung air yang

menguap adalah sebesar 40 g dalam waktu 60 menit. Sehingga air yang tersisa di

panci adalah sebanyak 1120 g. Kemudian membandingkan antara panas efisien

batu bara dan kayu bakar. panas efisien yang dihasilkan oleh batu bara adalah

sebesar 93% sedangkan efisien kayu bakar adalah sebesar 99,8%. Dapat dilihat

bahwa yang menggunakan kayu bakar lebih besar nilai efisiensinya hal ini

diarenakan oleh besarnya api yang dihasilkan. Karena api yang dihasilkan batu

bara lebih kecil dan tidak mampu menyentuh permukaan panci secara merata,

beda hal nya dengan api yang dihasilkan oleh kayu bakar yang besar yang dapat

menyentuh permukaan panci dengan merata sehingga waktu pendidihan air pun

menjadi lebih cepat.

Selain itu juga efisiensi penggunaan antara kayu bakar dan batu bara

dibandingkan. Efisiensi kayu bakar adalah sebesar 99,9% sedangkan untuk batu

bara adalah sebesar 99,8%. Perbedaan cukup tipis untuk kedua bahan bakar

tersebut. Kayu bakar tetap lebih unggul jika dibandingkan batu bara hal ini

mungkin karena besarnya api yang dihasilkan pada saat praktikum. Namun

demikian batu bara tetap lebih baik. Karena dengan batu bara api yang dihasilkan

meskipun tidak sebesar kayu bakar namun lebih konstan dan asap yang dihasilkan

pun tidak terlalu banyak jika dihasilkan kayu bakar.

Page 22: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB V

PEMBAHASAN

M. Rian Fajar

240110110019

Page 23: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran efisiensi tungku dan nilai kalor

bahan bakar. Bahan bakar yang akan digunakan adalah batu bara dan kayu bakar.

Setiap kelompok melakukan pengukuran efisiensi tungku untuk satu jenis bahan

bakar saja. Kelompok saya mendapatkan batu bara untuk diukur efisiensi

pembakarannya.

Batu bara yang digunakan adalah sebanyak 500 g. Kemudian untuk

mengetahui efisiensinya, dilakukan pendidihan air sebanyak 1160 g. Efisiensi

tungku ini dilakukan dengan mengetahui seberapa banyak energi panas yang

hilang selama proses pendidihan air. Air tersebut dimasak dalam panci. Tungku

dan panci diukur dimensi-dimensinya. Kehilangan energi panas yang terjadi dapat

disebabkan karena proses perpindahan panas antara masing-masing komponen

praktikum dan juga dengan lingkungan.

Kemudian, batu bara disiram dengan menggunakan spirtus untuk

mempermudah proses pembakaran. Sebagai awal, harus dilakukan pemantikan api

agar batu bara dapat terbakar. Pembakaran batu bara sulit dilakukan karena

kerapatan massa atau densitas batu bara cukup besar sehingga sulit untuk dibakar

jika dibandingkan dengan kayu bakar. Pemantikan dilakukan dengan

menambahkan daun-daun kering sebagai bahan tambahan agar api dapat konstan

dan tidak cepat mati ketika mulai membakar batu bara. Daun kering yang

ditambahkan cukup banyak yaitu seberat 500 g karena api untuk membakar batu

Farah Nuranjani

240110110027

Page 24: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

bara agar menyala sering mati sehingga perlu bahan yang mudah terbakar agar api

dapat terus menyala sampai batu bara tersebut terbakar. Karena banyaknya daun

kering yang digunakan, menyebabkan abu yang dihasilkannya pun lebih banyak.

Pengukuran suhu dilakukan pada bawah tungku (t1), dinding tungku (t2),

celah-celah tungku (t3), dinding panci (t4), dan air (t5). Suhu-suhu tersebut diukur

dengan menggunakan termostat dan termokopel. Pengukuran suhu dilakukan

setiap 5 menit sekali sampai air mendidih. Waktu yang diperlukan untuk

mencapai air mendidih selama 60 menit dengan suhu maksimal yang dapat

dicapai sebesar 94,70C. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air

tersebut dipengaruhi oleh jarak antara api dan panci cukup jauh sehingga waktu

air mendidihnya pun lebih lama. Berbeda dengan kayu bakar yang api

pembakarannya sampai keluar tungku sehingga air lebih cepat mendidih dalam

waktu singkat. Hal tersebut juga akan mempengaruhi suhu air yang dicapai.

Pada pengukuran suhu di celah-celah tungku, terjadi perubahan yang cukup

signifikan. Hal tersebut dikarenakan kesalahan pada saat pengukuran suhunya.

Seharusnya pengukuran yang dilakukan pada kondisi tersebut dengan

memasukkan termokopel ke dalam tungku. Pada menit-menit awal, pengukuran

dilakukan hanya dengan menembakkan sinar merah ke dalamnya sehingga data

yang didapatkan kurang akurat jika dibandingkan dengan menggunakan

termokopel. Kemudian pengukuran suhu di celah-celah dengan menggunakan

termokopel sempat melebihi ambang maksimal pembacaan skala oleh alatnya

sehingga perlu dilakukan pengaturan ulang pada termokopel.

Pada saat di tengah-tengah praktikum, api sempat mengecil sehingga perlu

dilakukan peniupan pada lubang di bawah tungku agar api masih tetap dapat

menyala. Akibat api yang sempat mengecil, suhu pada kelima titik pengukuran

sempat terjadi penurunan. Api yang dihasilkan oleh batu bara berwarna biru,

artinya bahwa panas yang dihasilkan efisien untuk mendidihkan air. Kemudian

emisi (asap) yang dihasilkannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan kayu

bakar. Batu bara menghasilkan nyala api yang lebih lama jika dibandingkan

dengan kayu bakar sehingga batu bara sering digunakan sebagai bahan bakar

untuk kegiatan industri. Proses awal membakar batu bara memerlukan waktu yang

cukup lama namun, proses pemadamannya pun lama.

Page 25: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

Setelah pendidihan selesai, air yang tersisa di dalam panci sebanyak 1120 g.

Air yang menguap sebanyak 40 g dalam waktu 60 menit. Panas efektif dan

efisiensi tungku yang dihasilkan untuk bahan bakar batu bara sebesar 0,93 atau

93% sedangkan untuk bahan bakar kayu bakar sebesar 0,998 atau 99,8%. Panas

efektif kayu bakar lebih besar karena api yang dihasilkan oleh kayu bakar mampu

menyentuh seluruh permukaan bawah panci sehingga panas tersalurkan secara

menyeluruh yang pada akhirnya akan membuat air menjadi cepat mendidih.

Efisiensi penggunaan batu bara pada praktikum kali ini sebesar 0,998 atau

99,8%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penggunaan kayu bakar sebagai

bahan bakar, yaitu dengan efisiensi sebesar 0,999 atau 99,9%. Kehilangan panas

yang terbesar yang terjadi pada pembakaran batu bara terjadi pada dinding tungku

karena panas yang hilang terjadi secara konveksi antara panas dari dalam tungku

dengan lingkungannya sedangkan kehilangan panas yang terbesar untuk kayu

bakar terjadi pada pada celah tungku. Perbedaan titik kehilangan panas ini

disebabkan karena pada pembakaran batu bara sempat terjadi kesalahan dalam

pengukuran suhu dalam celah tungku sehingga berakibat pada pembacaan suhu.

Terjadi perbedaan suhu yang cukup signifikan pada saat menit ke-20 dan ke-25

sehingga akan berakibat pada perhitungan suhu rata-rata celah tungku yang

dihitung.

Berdasarkan efisiensi total, perbedaan antara pembakaran batu bara dan kayu

bakar tidak terlalu berbeda jauh namun pada industri biasanya batu bara yang

biasa digunakan untuk bahan bakar karena pembakaran batu bara lebih lama

bertahan dibandingkan dengan pembakaran kayu bakar sehingga penggunaannya

bias lebih awet dengan nyala api biru yang efisien. Namun, kelemahan

penggunaan batu bara adalah sulit untuk dibakar untuk pertama kali.

Page 26: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB V

PEMBAHASAN

Clint Marulitua

240110110028

Page 27: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum tekonologi konversi energi yang ketiga ini ialah praktikan

melakukan percobaan memanaskan air dengan bahan bakar briket batubara dan

kayu bakar. Pada kesempatan ini kelompok kami menggunakan briket batubara

sebanyak 500 gram. Tujuan dilakukannya praktikum ini ialah untuk mengetahui

nilai kalor dan efisiensi penggunaan bahan bakar briket batubara.

Hal pertama yang dilakukan ialah mengukur dimensi pada panci serta

tungku, setelah itu memasukkan briket batubara kedalam tungku kemudian

membakarnya dengan api. Pembakaran ini dibantu pula dengan spiritus dan

dedaunan kering untuk mempercepat proses pembakaran. Waktu yang digunakan

untuk menyalakan briket batubara cukup lama dikarenakan tekstur kerapatan

batubara sangat rapat. Meskipun sulit menyala, api yang dihasilkannya dapat

lebih stabil dan lebih tahan lama dibandingkan kayu bakar hal ini menjadikan

satu alasan mengapa batubara sering digunakan dalam industri skala besar.

Setelah api menyala, diletakkan panci berisi air sebanyak 1160 gram lalu

dipanaskan hingga mendidih atau mencapai suhu 100°C. Setiap 5 menit

dilakukan pengukuran pada bawah tungku, dinding tungku, sela-sela tungku,

dinding panci, serta suhu air. Hal tersebut berlangsung cukup lama yaitu sekitar

60 menit, hal tersebut mungkin dikarenakan briket batubara yang digunakan tidak

terlalu banyak yaitu hanya 500 gram. Suhu air maksimal yang dihasilkan selama

60 menit pun hanya 94, 70C tidak mencapai 1000C. Lamanya proses pendidihan

Wina Juniar

240110110037

Page 28: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

ini dikarenakan jarak antara api dan panci yang cukup jauh sehingga air mendidih

pun jauh lebih lama. Lain hal nya dengan bahan bakar yang menggunakan kayu

bakar. Api yang dihasilkan pun cukup besar hingga keluar tungku dan waktu

mendidihpun akan lebih cepat. Api yang dihasilkan kayu memang lebih besar

jika dibandingkan dengan kayu bakar, namun apinya tidak terlalu stabil jika

dibandingkan dengan batu bara. Api yang dihasilkan oleh kayu bakar cenderung

akan lebih cepat habis jika dibandingkan dengan batu bara.

Terdapat beberapa hambatan yang terjadi pada saat praktikum. Hal

tersebut dikarenakan kekurang telitian praktikan pada saat pembacaan suhu.

Penggunaan termokopel dan termostat menghasilkan suhu yang berbeda

dikarenakan alat yang digunakan kurang akurat. Selain itu pada saat pertengahan

praktikum juga api batu bara yang di dalam tungku sempat mengalami

pengecilan. Hal ini berakibat pada setiap suhu yang di amati adalah mengalami

penurunan. Proses penyalaan batu bara yang sedikit lebih sulit maka begitu juga

pada proses pemadamanannya sama saja mengalami proses yang lama. Abu yang

dihasilkan juga semakin lama terbentuknya.

Setelah proses mendidihkan air selesai kemudian dihitung air yang

menguap adalah sebesar 40 g dalam waktu 60 menit. Sehingga air yang tersisa di

panci adalah sebanyak 1120 g. Panas efisien yang dihasilkan oleh batu bara

adalah sebesar 93% sedangkan efisien kayu bakar adalah sebesar 99,8%. Dapat

dilihat bahwa yang menggunakan kayu bakar lebih besar nilai efisiensinya hal ini

diarenakan oleh besarnya api yang dihasilkan. Karena api yang dihasilkan batu

bara lebih kecil dan tidak mampu menyentuh permukaan panci secara merata,

beda hal nya dengan api yang dihasilkan oleh kayu bakar yang besar yang dapat

menyentuh permukaan panci dengan merata sehingga waktu pendidihan air pun

menjadi lebih cepat.

Page 29: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB V

PEMBAHASAN

Eka Anugrah

240110110051

Page 30: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum pengukuran efisiensi tungku

dan nilai kalor bahan bakar adalah:

1. Batu bakar lebih sulit untuk dinyalakan daripada kayu bakar.

2. Api yang dihasilkan oleh kayu bakar lebih besar jika dibandingkan

dengan api yang dihasilkan oleh batu bara. Namun api batu bara lebih

konstan jika dibandingkan dengan api kayu bakar.

3. Efisien penggunaan yang dihasilkan kayu bakar lebih besar yaitu sebesar

99,9% jika dibandingkan dengan panas efisien batu bara yang sebesar

99,8%.

4. Abu yang dihasilkan oleh hasil pembakaran batu bara tidak sepenuhnya

batu bara, melainkan telah tercampur oleh abu daun-daun kering oleh

karena itu beratnya lebih banyak.

5. Jarak antara api dan panci akan mempengaruhi lamanya proses

pendidihan air. Semakin jaraknya dekat maka proses pendidihan akan

semakin cepat dan berlaku sebaliknya.

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah:

Senia Mulyana

240110110001

Page 31: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

1. Seharusnya praktikan lebih mengerti dan mengetahui trik untuk

menyalakan api pada batu bara.

2. Seharusnya praktikan lebih bisa memanfaatkan waktunya dengan baik

dikarenakan praktikum dengan menggunakan bahan bakar batu bara ini

yang cukup lama.

3. Praktikan seharusnya lebih menguasai materi ataupun modul praktikum

terlebih dahulu agar ketika praktikum berjalan tidak menjadi bingung.

BAB VI

PENUTUP

M. Rian Fajar

240110110019

Page 32: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum tersebut, maka dapat disimpulkan jika:

a. Efisiensi tungku dapat dilihat dari banyaknya kehilangan kalor yang

terjadi pada saat proses pembakaran baik secara konduksi maupun

konveksi.

b. Efisensi pembakaran batu bara sebesar 99,8% sedangkan pembakaran

kayu bakar sebesar 99,9%.

c. Kehilangan panas terbesar yang terjadi pada pembakaran batu bara terjadi

pada dinding tungku sedangkan pada pembakaran kayu bakar terjadi pada

celah tungku. Seharusnya kehilangan panas yang terbesar terjadi pada

celah tungku, hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam pengukuran

suhu celah tungku.

d. Jarak api yang menyentuk permukaan bawah panci dapat mempengaruhi

waktu pendidihan air. Pada pembakaran batu bara, jarak api dan

permukaan bawah panci cukup jauh sehingga waktu yang dibutukan untuk

pendidihan air cukup lama.

e. Abu hasil pembakaran batu bara lebih banyak jika dibandingkan dengan

pembakaran kayu bakar karena pada pembakaran batu bara terjadi

Farah Nuranjani

240110110027

Page 33: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

penambahan bahan seperti daun sebanyak 500 g untuk memantik nyala

api.

6.1 Saran

Ketika melakukan praktikum, sebaiknya praktikan:

a. Memahami bagaimana memantik api terutama untuk pembakaran batu

bara karena cukup sulit dalam mempertahankan nyala api.

b. Memahami cara pengukuran suhu yang dilakukan agar tidak terjadi

kesalahan.

c. Mengefisienkan waktu ketika melakukan praktikum karena pada

pembakaran batu bara dibutuhkan waktu yang lebih lama jika

dibandingkan dengan pembakaran kayu bakar.

Page 34: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB VI

PENUTUP

Clint Marulitua

240110110028

Page 35: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini yaitu:

1. Briket batubara merupakan salah satu alternatif bahan bakar yang dapat

digunakan pada industri skala menengah keatas.

2. Efisiensi tungku dilihat dari banyaknya kehilangan kalor saat pembakaran.

3. Efisiensi waktu pembakaran pada batu bara ialah sebesar 99,8%

sedangkan kayu bakar sebesar 99,9%. Hal tersebut membuktikan bahwa

keduanya baik digunakan sebagai bahan bakar.

4. Lama pembakaran terjadi pada bahan bakar batubara dikarenakan sulit

untuk menyalakan api pada batubara., namun kalor batubara lebih stabil

dibandingkan dengan kayu bakar.

5. Abu hasil pembakaran batu bara lebih banyak dibandingan dengan

pembakaran kayu bakar.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini yaitu:

1. Sebaiknya praktikan memahami materi praktikum sebelum melakukan

praktikum.

2. Sebaiknya waktu praktikum tidak dilaksanakan terlalu sore karena akan

sangat memakan banyak waktu.

Wina Juniar

240110110037

Page 36: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

3. Sebaiknya praktikan memahami cara cepat untuk menyalakan api pada

batubara agar waktu yang digunakan lebih efisien.

BAB VI

PENUTUP

Eka Anugrah

240110110051

Page 37: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Nensi. 2012. Batubara adalah available at http://id.scribd.com/doc/87745016/BATUBARA-ADALAH (diakses pada 23 Oktober 2013 22:00 WIB).

Nayh. 2011. Pembakaran available at http://nayhndy.wordpress.com/2011/01/18/pembakaran/ (diakses pada 23 Oktober 2013 22:20 WIB).

Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada. 2011. Biofuel dari Biomassa available at http://pse.ugm.ac.id/?p=329 (diakses pada 23 Oktober 2013 21:53 WIB).

Sugianto, Bambang. 2009. Kalor Pembakaran available at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/termokimia/kalor-pembakaran/ (diakses pada 23 Oktober 2013 22:48 WIB).

Page 38: Laporan 3 TKE (Batu Bara)

LAMPIRAN

Gambar 1. Pengukuran Berat Panci

Gambar 2. Suhu Ruangan

Gambar 3. Briket batubara Gambar 4. Tungku