penambangan batu gampingm

63
Penambangan Batu Gamping Internet Melihat gambar diatas pasti Anda berpikir bahwa kita sedang membahas tambang, yups dugaan Anda benar. Topik kita kali ini membahas tambang batu gamping, bagi Anda yang tidak tahu apa itu batu gamping, batu gampng bahasa tanahnya “batu karang” yang biasa dong pake buat batu tela, Anda bisa lihat sendiri di daerah Polimak, Argapura, Argapura Pantai, Hamadi dll. Batu gamping merupakan bahan galian industri, batu gamping terbagi dalam klastik dan non klastik, batu gamping non klastik

Upload: muhamad-irvan

Post on 18-Jan-2016

144 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Penambangan Batu Gampingm

Penambangan Batu Gamping

Internet

 

Melihat gambar diatas pasti Anda berpikir bahwa kita sedang membahas

tambang, yups dugaan Anda benar. Topik kita kali ini membahas tambang batu

gamping, bagi Anda yang tidak tahu apa itu batu gamping, batu gampng bahasa

tanahnya “batu karang” yang biasa dong pake buat batu tela, Anda bisa lihat sendiri di

daerah Polimak, Argapura, Argapura Pantai, Hamadi dll.

Batu gamping merupakan bahan galian industri, batu gamping terbagi dalam

klastik dan non klastik, batu gamping non klastik merupakan koloni dari binatang laut

dari coelenterata, Moluska, dan Protozoa, Foraminifera dan sebagainya, jenis batu

gamping ini sering disebut dengan batu gamping Koral karena penyusun utamanya

adalah Koral yang merupakan anggota dari Coelentrata. Sedangkan batu gamping

Page 2: Penambangan Batu Gampingm

klastik merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non klastik yang merupakan hasil

proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, sedimentasi.

Jadi seperti itulah asal usulnya, sekarang kita melihat cara penambangan yang

baik, tidak merusak lingkungan, dan aman yang artinya kecelakaan kerja bisa

diminimalisir.

Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh

sebap itu teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari

tipe sisi bukit (side hiil type) Untuk penambangan skala besar pembongkaran dibantu

dengan sistem peledakan beruntun dibantu peralatan berat antara lain eksavator,

bulldozer, ripper (penggaruk), sedangkan untuk penambangan skala kecil dilakukan

dengan alat sederhana antara lain cangkul, ganco dan sekop.

 Sketsa Penggalian Batu Gamping Dengan Cara Berteras-Teras

Page 3: Penambangan Batu Gampingm

Apabila skala penambangannya kecil, sistem yang diterapkan dalam kegiatan

penambangan adalah sistem gophering, mengikuti bagian/jalur batu gamping yang

relatif mudah dibongkar, namun dengan alasan keselamatan kerja sistem gophering

tidak dianjurkan.  Anda bisa lihat di berita-berita para penambang tradisional yang

tewas tertimpa runtuhan batu dan tanah karena menggunakan sistem ini.

Sebaiknya penggalian harus diupayakan untuk dimulai dari bagian paling atas.

Pekerjaan awal ini memang relatif sulit karena pembuatan jalan ke puncak bukit perlu

dibuat dan biaya investasi tidak kembali dengan cepat. Kalau hal ini tidak dilakukan

akan ditemui apa yang disebut high wall yang akan menyulitkan kegiatan penambangan

selanjutnya. Contohnya Anda bisa lihat di kawasan Bucend Entrop terdapat dinding

bekas penambangan yang terjal (lurus) sangat dikhawatirkan kalau dindingnya runtuh

akibat pelapukan batu gamping oleh air hujan.

Sangat diharapkan kegiatan penambangan harus memperhatikan konsep

penambangan yang baik (good mining practice) yang beberapa aspek diantaranya

adalah aspek lingkungan dan keselamatan kerja.

Kalau dalam penambangan batu gamping masalah lingkungan yang mencolok

adalah kebisingan akibat deru mesin alat berat yang beroperasi serta debu yang

berterbangan akibat lalu-lalang truk pengangkut material. Sedangkan masalah

keselamatan kerja kebanyakan akibat dinding batu gamping yang runtuh akibat

penggalian yang salah sehingga terbentuk hanging wall dan runtuh menimpa para

pekerja.

Page 4: Penambangan Batu Gampingm

 Penggalian yang Salah Sehingga Membentuk Dinding yang Menggantung

(Hanging Wall), Sangat Membahayakan Para Pekerja Apabila Dinding Ini Runtuh 

Jadi cerita kita kira-kira seperti itu, kalau masalah cara menghitung cadangan

batu gamping, analisa petrografi dan teknik pemboran dll Anda bisa tanyakan langsung

pada anak-anak Teknik Pertambangan. Semoga topik kita kali ini berguna bagi Anda

para pembaca.

Page 5: Penambangan Batu Gampingm

karya ilmiah gunung gamping

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Musibah bencana alam terus menerus menimpa bangsa Indonesia. Tsunami,

tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus terus terjadi silih berganti. Bencana alam

yang terjadi tidak hanya menelan harta benda. Tetapi juga jiwa orang-orang yang kita

cintai. Ratusan rumah hancur tertimbun tanah. Puluhan nyawa melayang karena

tertimbun tanah. Kerugian material mencapai ratusan bahkan milyar.

Peristiwa tersebut mengandung hikmah kepada manusia agar selalu ingat

kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa. Kita harusnya belajar dari musibah tersebut. Kita

harus selalu menjaga kelestarian lingkungan untuk mengurangi dampak pemanasan

global.

Seringkali pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat exploitatif akan

mengganggu keseimbangan dan kelestarian alam, oleh karena itu pemanfaatan sumber

daya alam harus seimbang dengan pengelolannya agar keberlangsungannya terjamin.

Pembangunan sumber daya alam yang maksimal dan pengelolaan yang

memperhatikan lingkungan akan menjadi modal pembangunan daerah, terutama

meningkatkan perekonomian daerah. Sejalan dengan meningkatnya ekonomi

masyarakat daerah, maka arus perpindahan penduduk ke kota besar akan terhindari.

Karya ilmiah ini akan membahas pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya

alam “Gunung Gamping di Kabupaten Karanganyar” bagi masyarakat pemiliknya.

B.   Rumusan Masalah

Page 6: Penambangan Batu Gampingm

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1.    Bagaimanakah pengelolaan sumber daya alam Gunung Gamping di Kabupaten

Karanganyar?

2.    Apakah manfaat Gunung Gamping bagi masyarakat pemiliknya di Kabupaten

Karanganyar?

C.   Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Mendeskripsikan pengelolaan sumber daya alam Gunung Gamping di Kabupaten

Karanganyar.

2.    Mendeskripsikan manfaat Gunung Gamping bagi masyarakat pemiliknya di Kabupaten

Karanganyar.

D.   Manfaat Penelitian

Penelitian karya ilmiah ini memiliki manfaat praktis dan teoritis yaitu:

a.    Manfaat teoritis

1.      Karya tulis ilmiah ini sebagai sumber informasi tertulis mengenai sumber daya alam di

Kabupaten Karanganyar.

b.    Manfaat praktis

1.      Karya tulis ilmiah ini mampu memberikan informasi lengkap tentang pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Karanganyar.

2.      Karya tulis ilmiah ini mampu memberikan solusi yang inovatif untuk pengembangan

sumber daya alam di Kabupaten Karanganyar.

BAB II

KAJIAN TEORI

Page 7: Penambangan Batu Gampingm

A.   Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul

secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada

umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan,

tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas

alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan

populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi

sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama

pada satu abad belakangan ini sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang

kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan

beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai

negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat

berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas

alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan

senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam). Akan tetapi, kekayaan sumber daya

alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara

tersebut. Indonesia, salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan

nonhayati terbesar di dunia.

Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan

menjadi SDA terbaharukan dan SDA tak terbaharukan. SDA terbaharukan adalah

kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak diekspliotasi

berlebihan (Wardhana, 33: 2004). Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari,

angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat

berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus

berkelanjutan. SDA tak terbaharukan adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena

penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan

secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan

tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang

untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas. Batu bara, minyak bumi,

dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup

Page 8: Penambangan Batu Gampingm

jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan. Perubahan

tekanan dan suhu panas selama jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi dan

senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.

Di samping itu, sumber daya alam juga dapat digolongkan berdasarkan jenisnya,

yaitu SDA hayati (biotik) dan nonhayati (abiotik). SDA hayati bersumber dari makhluk

hidup, seperti tumbuhan, alga, dan hewan; sedangkan untuk SDA nonhayati bersumber

dari benda mati, seperti tanah, udara, pasir, dan berbagai jenis bahan tambang.

Sumber daya alam juga dapat digolongan berdasarkan sumbernya, yaitu hasil tambang

(batu bara, tembaga, perak), pertanian dan perkebunan (padi, jagung, karet), serta

peternakan dan perikanan (sapi, kerbau, udang).

Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup

yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan

tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut

daya dukung lingkungan (http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam) Keberadaan

sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan

pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatanya harus dijaga

agar terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan

dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional

antara lain sebagai berikut:

1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan

efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.

2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).

3. Mengembangkan metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien

serta dapat didaur ulang.

4. Melaksanakan etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.

B. Sumber Daya Alam di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di

dunia setelah Brazil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber

daya alam hayati yang dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya,

akan menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (green

Page 9: Penambangan Batu Gampingm

economy). Protokol Nagoya sendiri merumuskan tentang pemberian akses dan

pembagian keuntungan secara adil dan merata antara pihak pengelola dengan negara

pemilik sumber daya alam hayati, serta memuat penjelasan mengenai mekanisme

pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut. Kekayaan alam di Indonesia yang

melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara lain:

a)   Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah

hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh

dengan cepat.

b)   Dilihat dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik

sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral.

c)   Daerah perairan di Indonesia kaya sumber makanan bagi berbagai jenis tanaman dan

hewan laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral.

Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan adanya 10% dari tanaman

berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia, 16%

dari hewan reptil, 17% dari burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari

hewan laut. Di bidang agrikultur, Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman

perkebunannya, seperti biji coklat, karet, kelapa sawit, cengkeh, dan bahkan kayu yang

banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.

Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja.

Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan

tambang, seperti petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara,

emas, dan perak. Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik

digunakan untuk berbagai jenis tanaman.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam) Wilayah perairan yang mencapai 7,9

juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat besar.

C. Sumber Daya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi

Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang

erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan

ekonomi yang pesat (Madya, 25: 2002). Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut

justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber

daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Page 10: Penambangan Batu Gampingm

Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut Dutch disease. Hal ini disebabkan

negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil bumi memiliki

kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara-negara yang bergerak di

sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga

cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya. Korupsi,

perang saudara, lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga menjadi faktor

penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara terebut. Untuk

mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem pemerintahan, pengalihan

investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri lain, serta peningkatan

transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam) Contoh negara yang telah berhasil

mengatasi hal tersebut dan menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan

negara adalah Norwegia dan Botswana.

Tumbuhan merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah.

Organisme ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen melalui proses

fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau penyusun dasar

rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan

kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan berdampak pada rusaknya rantai

makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai

makanan akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya. Pemanfaatan

tumbuhan oleh manusia diantaranya:

a)   Bahan makanan: padi, jagung,gandum,tebu

b)   Bahan bangungan: kayu jati, kayu mahoni

c)   Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit

d)   Obat: jahe, daun binahong, kina, mahkota dewa

e)   Pupuk kompos.

D.   Pengertian Batu Kapur

Batu kapur adalah batuan sedimen berjenis khusus yang terbentuk dari kerangka

hewan-hewan kecil lautan. Batu kapur (gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara,

yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur

Page 11: Penambangan Batu Gampingm

yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari endapan cangkang

atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka

binatang koral atau kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua,

coklat bahan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. (Sucipto dalam tesis,

26: 2007)

Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah

aragonit (CaC03), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu

tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaC03). Mineral lainnya yang umum ditemukan

berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit

(FeC03), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).

Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan

campuran bangunan, industry karet dan ban, kertas, dan lain-lain. Batuan kapur ini

sangat penting artinya sebagai bahan dasar dalam industri.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.   Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gunung Gamping Desa Bandar Dawung Kecamatan

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan dari tanggal 25 Agustus

hingga 7 September 2011.

B.   Bentuk dan Strategi Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih

menekankan pada masalah proses dan makna (persepsi dan partisipasi), maka jenis

penelitian dengan strateginya yang terbaik adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis

penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi

teliti dan penuh nuansa, yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan jumlah atau

Page 12: Penambangan Batu Gampingm

pun frekuensi dalam bentuk angka. Strategi yang digunakan adalah studi kasus ganda

(Yin, dalam Sutopo 227: 2006). Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian

sudah ditentukan sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di lapangan,

maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut sebagai studi

kasus terpancang (embedded case study research).

C.   Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data kuantitas juga akan

dimanfaatkan sebagai pendukung simpulan penelitian. Informasi tersebut juga akan

digali dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam

penelitian ini meliputi:

1.  Informan atau narasumber, yang terdiri dari masyarakat, pengelola dan tokoh

masyarakat di lingkungan Gunung Gamping.,

2.  Tempat dan peristiwa/aktivasi ketika masyarakat melakukan pengolahan gamping

menggunakan peralatan yang mendukung.

D.   Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1.    Wawancara yang mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur tepat, tidak

dalam suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama (Patton,

dalam Sutopo 228: 2006). Pertanyaan yang diajukan bisa semakin terfokus sehingga

informasi yang bisa dikumpulkan semakin rinci dan mendalam. Kelonggaran dan

kelenturan cara ini mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi

yang sebenarnya, terutama yang berkaitan dengan perasaan, sikap, dan pandangan

mereka terhadap pengolahan dan pemanfaatan gamping di kalangan masyarakat.

Teknik wawancara ini akan dilakukan pada semua informan.

Page 13: Penambangan Batu Gampingm

2.    Observasi Langsung

Dalam observasi ini peneliti hanya sebagai pengamat yang hadir di lokasi. Dalam

penelitian kualitatif teknik ini sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spradley,

dalam Sutopo 228: 2006). Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal

dan informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa di Gunung Gamping.

3.    Mencatat dokumen (content analysis)

Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari

dokumen.

4.    Dokumentasi

Adapun wujud dokumentasi dalam penelitian ini adalah rekaman terhadap

pencerita, yang dilakukan dengan tape, foto dan video. Teknik ini di ambil sebagai

upaya untuk memperoleh informasi yang lengkap dan dapat percaya.

E.   Teknik Cuplikan (sampling)

Dalam penelitian kualitatif, teknik cuplikan yang digunakan bukanlah cuplikan

statistik atau yang biasa dikenal sebagai probability sampling yang biasa digunakan

dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik

cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan

konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya,

dan lain-lainnya. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini

lebih bersifat purposive sampling, atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan

criterion-based selection (Goetz & Lecomte, dalam sutopo 2006: 229). Dalam hal ini

peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan

pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti

dalam memperoleh data (Patton, dalam sutopo 2006: 229). Cuplikan semacam ini lebih

cenderung sebagai internal sampling (Bogdan & Biklen, dalam sutopo 2006: 229) yang

memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu

pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa akan

berbicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling), dan juga

berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.

Page 14: Penambangan Batu Gampingm

F.    Teknik Analisis Data

Analisis penelitian kualitatif bersifat induktif, bahwa semua simpulan dibentuk

dari semua informan yang diperoleh dari lapangan. Proses analisis ini dilakukan

bersamaan sejak awal dengan proses pengumpulan data, dengan melakukan beragam

teknik refleksi bagi pendalaman dan pemantapan data. Setiap data yang diperoleh akan

selalu dikomparasikan, setiap unit atau kelompoknya untuk melihat keterkaitannya

sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu bagi pemantapan dan pendalaman data

proses yang dilakukan selalu dalam bentuk siklus, sebagai usaha verifikasi. Dalam

penelitian ini proses analisisnya menggunakan model analisis interaktif (Miles &

Huberman, dalam Sutopo 2006: 230).

Gambar 1. Skema analisis interaktif

Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

a.  Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan

observasi, wawancara mendalam, dan mencatat dokumen dengan menentukan strategi

pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta pendalaman

data pada proses pengumpulan data berikutnya (Sutopo, 2006: 87). Dalam penelitian

ini pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung mengenai

tempat/ lokasi adanya peristiwa yang berkaitan dengan Pengumpulan data dari hasil

wawancara disimak dan dicatat oleh penulis sebagai informasi dalam penelitian dalam

bentuk transkrip.

Page 15: Penambangan Batu Gampingm

b.  Reduksi data yaitu dapat diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,

dan tranformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan pada

waktu pengumpulan data. Dengan demikian, reduksi data dimulai sejak peneliti

memfokuskan tentang kerangka konseptual wilayah penelitian (Sutopo, 2006: 87).

Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan menyempurnakan data kasar dalam

bentuk transkip untuk diolah kembali sehingga mempunyai arti berdasarkan topik

penelitian yang diterapkan pada sekelompok kata/paragraf yang telah dicari

hubungan/kaitannya dalam transkip.

c.   Sajian data yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan

penelitian dilakukan. Dalam pengujian data meliputi berbagai jenis matrik gambar,

jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel (Sutopo, 2006: 87). Dalam penelitian ini

data-data yang telah dikumpulkan dalam bentuk transkrip akan diuraikan dalam bentuk

laporan penelitian.

d.  Penarikan kesimpulan. Sejak awal pengumpulan data peneliti harus mengerti dan

tanggap terhadap hal-hal yang ditemui di lapangan dengan menyusun pola-pola arahan

dan sebab akibat (Sutopo, 2006: 87). Dalam penelitian ini data-data yang telah

mengalami pengolahan dan siap disajikan dapat diambil kesimpulan.

Page 16: Penambangan Batu Gampingm

BATU KAPURgamping merupakan salah satu bahan galian industri. Ia merupakan batuan padat dengan komposisi berupa kalsium karbonat. Warnanya putih, abu-abu, kuning tua, abu kebiruan, jingga, hitam, adapun B.D-nya 2,6 – 2,8. bentuknya berupa pegunungan gamping/kapur yang berupa kalsit (Kristal kapur) dan kapur yang sudah lapuk

 

 Fungsi Batu Kapur

•     Batu gamping/batu kapur ini istilah asingnyaLimestone. Batu gamping sangat banyak gunanya. Batu gamping digunakan untuk bahanbangunan seperti batu serbuk kapur, pengerasjalan, bangunan dam dam. Juga sebagai bahan mentah utama pembuat portlind cement. Batu gamping/ Kapur juga dapat digunakan untuk pembuatkalk zandsteen serta semen alam.  Batu gamping jugaberperan didlam indutri keramik juga digunakan  industri, membuat gelas, alat-alat dari gelas/ email.Didalam teknologi kimia batu kapur digunakan untukmembuat kalsium didalam pabrik gula, juga untuk membuat gas CO2 CaC, CaO dan CaCl2, sebagai bahan pemberi warna dalam industri minyak dan lemak. •    Digunakan pula sebagai bahan-bahan kedokteran seperti pasta. Dalam duniapertanian ,dipakai sebagai pencegah penyakit tanaman. Juga untuk pembuatanpupuk. Sedangkan peranan batu gamping di dalam industri logam yaitu untuk flux atau bahan merendahkan titik lebur dan bahan-bahan tahan api. Batu gamping juga digunakan untuk bahan pembuatan kerajinan dalam seni budaya serta lith.  Cara memperoleh deposit batu kapur •      Untuk mengetahui jumlah cadangan atau endapan batu gamping, terlebih  dahulu perlu diadakan penyelidikan dengan geologi di daerah kapur.  Pengeboran inti dan sumur eksplorasi. Apabila contoh telah diperoleh, harus  diselidiki dulu di laboratorium. Baik penyelidikan secara microspii maupun  secara kimia untuk menentukan kadar CaO. •      Barulah diadakan pengeboran atau penambangan bila jumlahnya banyak  dan menguntungkan. Pemnambangan endapan batu gamping dapat  dikerjakan dengan cara quarry. Pada umumnya batu gamping mempunyai  lapisan luar yang tipis. Yang terdiri dari tanah liat ( clay, pasir dan gravel).  Untuk itu lpisan tersebut perlu dikupas. Jika lapisan tersebut keras, maka  dilakukan peneboran dan peledakan.•      Setelah pengupasan dilaksanakan, maka batu gamping diambil dengan  pengeboran dan peledakan. Bongkah-bongkah yang pecah kemudian  diangkut ke pengolahan.  Tempat Penambangan Batu Kapur

Di Indonesia endapan batu gamping terdapat di: Aceh, Sumtera utara

(panen/medan dan tarutung), Sumatera barat (karang putih), Jawa barat 

Page 17: Penambangan Batu Gampingm

(Klapa Nunggal), daerah-daerah Jabar, Kuripan/ Bogor, Cipanas/Kromong

/Cirebon, Jawa tengah (daerah-daerah Jateng), Jawa timur (daerah-daerah 

Jatim dan Madura, Bluto/Madura), Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan 

(Tonasa/ Makasar).  Cara Pengolahan Batu Kapur

    Agar batu kapur dapat digunakan dengan mutu yang baik, maka batugamping yang baru ditambang perlu diolah lebih lanjut. Pengolahannya tergantung kepada pengunaan-penggunaannya. Tetapi kebanyakan langsung digunakan sebagai bahan mentah, hanya mengalami proses mekanis misal dalam pembuatan semen. Didalam pembuatan CaO (Ca(OH)2 ) kapur putih untuk dinding-dinging. CaC, CaCl2 dan CO2. batu kapur dibakar terlebih dahulu pada suhu 900-1000  C didalam suatu dapur yang tegak lurus. Pada suhu 900o C ( tekanan udara 1atm) batu kapur itu akan berdissosiasi menjadi CaO dan CO2 -  CO2. ditangkap. Dibersihkan dan dimasukkan dalam tengki. CaO dibasahi dengan air menjadi Ca(OH)2, yang digunakan sebagai kapur dinding Ca(OH)2, berubah lagi menjadi CaCO3 karena bereaksi dengan CO2 diudara.    Proses Produksi      Pembakaran pada kiln berbentuk U: Batu kapur yang sudahdibersihkan dimuatkan ke dua buah shaft pada kiln tegak lurus oleh conveyor listrik dan buckets. Kedua buah shaft ini bekerja secara  bergantian. Mula-mula, batu kapur dibakar pada shaft pertama pada  suhu diatas > 1000°C menggunakan 8 buah burner berbahan bakar  minyak yang dipasang tegak lurus diantara dua buah shaft. Proses  pembakaran berlangsung 10-13 menit tergantung pada laju  pengumpanan batu kapur. Gas buang dari proses pembakaran tersebut  bergerak turun ketika shaft pertama turun kemudian naik ke shaft kedua  untuk pemanasan awal batu kapur yang menumpuk pada bagian atas shaft kedua. Begitu proses pembakaran pada shaft pertama selesai,  kapur dikeluarkan dari bagian bawah kiln, pada saat bersamaan batu  kapur yang baru dimuatkan ke bagian atas shaft pertama. Kemudian  batu kapur yang sudah diberi pemanasan awal tersebut dibakar pada shaft kedua.  •Proses Pemadaman:   Batu gamping yang sudah dibakar di tebar dilantai kemudian di siram air  sedikit dem sediit hingga semua gamping menjadi tepung •SiloPenyimpan:   Bubuk kapur dan bongkahan kapur disimpan dalam silo terpisah untuk  dijual ke para pelanggan.   Pengawasan Kualitas: • Bongkahan kapur dari kiln dilewatkan ke conveyor untuk  dilakukan proses pengawasan kualitas secara manual. Produk 

Page 18: Penambangan Batu Gampingm

yang ditolak dipisahkan dan ditumpukkan untuk dijual. Sisanya  dibawa ke proses penggilingan atau ke silo penyimpan, tergantung  pada jenis produk yang dikehendaki pelangganPengelompokan dan  Penyimpanan: Dengan semakin langkanya kapur, maka diperlukan  pengelompokan batu kapur untuk memilih hanya bahan yang berkualitas  baik. Batu kapur terpilih ditimbun sampai bahan ini diumpankan ke proses  produksi untuk menghasilkan kapur.•Pemilahan ukuran, penolakan dan pembersihan: Batu kapur dibawa dari  tempat penimbunannya ke pengayak getar/vibrating screen melalui conveyor yang digerakkan oleh motor listrik. Batu kapur yang berukuran  kurang dari 2 inci akan jatuh melewati ayakan menuju bypass conveyor  dan dibawa ke tempan penimbunan terpisah. Dengan begitu maka hanya  batu kapur yang berukuran 2-4 inci yang akan menuju kiln. Pada bagian  atas ayakan dipasang water jet nozzles untuk membersihkan batu kapur  selama tahap pemilahan ukuran ini.  PEMAKAIAN  KAPUR UNTUK BANGUNAN        1.Sebagai bahan perekat, kapur merupakan semen non  

hidrolik. 2.Sebagai bahan memberiwarna pada dinding rumah  sederhana ( warna putih )

 

Page 19: Penambangan Batu Gampingm

Batu Gamping Dadang Aryanda

 Batu Gamping

1.  PENDAHULUANSecara prosentase, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk Domestik Bruto termasuk relatif kecil daripada dengan sektor lain, yaitu (0,36 % per tahun), tetapi secara angka ternyata cukup mengejutkan (427 milyar rupiah dalam kurun 1996-1999).

Namun demikian, khusus konsumsi bahan galian batu gamping ternyata relatif stabil, tidak terganggu oleh tingkat ekonomi yang semakin terpuruk. Hal ini ditunjukkan oleh kebutuhan batu gamping untuk bahan baku semen masih tetap menjanjikan. Jumlah penduduk yang semakin dewasa dan bertambah setiap tahun (2%) merupakan alasan bahwa kebutuhan rumah sebagai sarana tempat tinggal masih tetap pilihan nomor satu. Industri lain pemakai batu gamping memegang peran yang tidak dapat dipisahkan karena konstribusi terhadap total konsumsi cukup nyata, seperti industri pertanian, kertas dan banyak lagi yang lain. Kondisi iitu, secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi pengusahaan pertambangan batu gamping. 

2. GEOLOGI DAN  PENAMBANGAN

2.1  Mula Jadi

Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau kimia.

Di alam, sebagian besar batu gamping terjadi secara organik dan umumnya mempunyai nilai ekonomis. Jenis ini berasal dari pengendapan rumah kerang dan siput, foraminifera (ganggang), atau  kerangka binatang koral/kerang.

Mula jadi batu gamping secara mekanik bahannya hampir sama dengan secara organik. Yang membedakan adalah terjadi perombakan terhadap bahan gamping kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sementara

Page 20: Penambangan Batu Gampingm

secara kimia batu gamping terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar.  

Endapan batu gamping disebut endapan sinter kapur, apabila pengendapan terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping di bawah permukaan, kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.

Magnesium, lempung dan pasir adalah unsur pengotor yang mengendap saat proses pengendapan. Keberadaan  pengotor memberikan klasifikasi jenis batu gamping. Persentase unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu gamping mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam. Warna kemerah-merahan disebabkan oleh adanya unsur mangan sementara kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsur organik.

Mineral pengotor lain yang terdapat pada batu gamping tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit adalah magnesit; kuarsa; feldspar; (kaolin, illit dsb); besi (hematit, ilmenit); dan mineral sulfida (pirit, markasit). Batu gamping bersifat keras, padat, dan dapat pula bersifat sarang.

Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karabonat dalam batuan. Jika kandungan kalsit dalam batuan dominan, maka dapat dikatakan sebagai batu gamping. Apabila kandungan dolomit (MgCO3) yang paling  banyak (>15%) maka batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan dolomit (Tabel 1).

Batu gamping yang mengalami meta-morfosa akan berubah penampakan-nya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batu gamping tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada marmer.  Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan batu gamping sehingga membentuk kalsit.

Di beberapa daerah endapan batu gamping sering ditemukan gua dan sungai bawah tanah. Hal itu terjadi  akibat reaksi batu gamping dengan resapan air hujan yang mengandung CO2 maupun dari hasil pembusukan zat-zat organik dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah kemudian melarutkan batu gamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut:

CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun di dalam tubuh batu gamping terjadi rongga. Gejala ini tidak hanya terjadi di dalam, tetapi juga di permukaan yang langsung berhubungan dengan udara luar yang kadang-kadang membentuk topografi karst yang indah menarik dan unik, atau juga sering dijumpai berbagai lubang tegak, miring, atau datar.

Tabel 1 Klasifikasi batu gamping berdasarkan unsur ikutannya.

Page 21: Penambangan Batu Gampingm

Batu gamping Lempungan

Batu gamping CaCO3 > 95 % Lempung < 5 %

Batu gamping napalan CaCO3 ; 85 - 95 % Lempung ; 5 - 15 %

Batugamping napal CaCO3 ; 75 - 85 % Lempung ; 15 - 25 %

Napal gampingan CaCO3 ; 65 - 75 % Lempung ; 25 - 35 %

Napal CaCO3 ; 35 - 75 % Lempung ; 35 - 65 %

Napal lempung CaCO3 ; 25 - 35 % Lempung ; 65 - 75 %

Lempung napal CaCO3 ; 15 - 25 % Lempung ; 75 - 85 %

Lempung napalan CaCO3 ; 5 - 15 % Lempung ; 85 - 95 %

Lempung (karlin) CaCO3 ; < 5 % Lempung ; > 95 %

Pemanfaatan di industri dan perdagangan

Kapur putih CaCO3 > 90 % Lempung < 10 %

Kapur hidrolis CaCO3 ; 75 - 90 % Lempung ; 10 - 25 %

Kapur semen CaCO3 ; 70 - 75 % Lempung ; 25 - 30 %

Kapur romawi CaCO3 ; 60 - 70 % Lempung ; 30 - 40 %

Portland semen CaCO3 ; 25 - 60 % Lempung ; 40 - 75 %

Berdasarkan adanya kalsit dan magnesit

Batugamping Kalsit > 95% Magnesit < 5 %

Batugamping magnesiuman Kalsit > 90 - 95% Magnesit 5 - 10%

Batugamping dolomitan Kalsit 50 - 90% Magnesit 10 - 50%

Dolomit gampingan Kalsit 10 - 50% Magnesit 50 - 90%

Dolomit Kalsit < 0% Magnesit > 90%

Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena ka dan kimianya.  2.2 Mineralogi

Page 22: Penambangan Batu Gampingm

2.2. Mineralogi

Batu gamping adalah batuan sedimen mengandung CaCO3 (Kalsium karbonat = kalsit).  Aragonit yang berkomposisi kimia serupa CaCO3 tapi berbeda struktur kristalnya adalah mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu terubah menjadi kalsit. Mineral karbonat lain yang berasosiasi dengan batu gamping adalah kalsit dan aragonit dalam jumlah kecil adalah siderit (FeCO3 ) ankerit (Ca,Mg, Fe(CO3)4) dan magnesit (MgCO3). Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena kesamaan sifat fisika dan kimianya. Walau demikian untuk batuan yang relatif monomineralic dan kompak; berat jenis, warna, bentuk kristal dan sifat fisika lainnya dapat digunakan untuk identifikasi batuan tersebut. 

Tingkat solubilitas dari mineral yang berbeda dalam asam encer (dilute hydroulic acid) dapat dipakai sebagai petunjuk dalam penelitian. Tingkat solubilitas dapat diurutkan sebagai berikut, aragonit, kalsit, dan dolomit. Teknik ini sangat berguna dalam laboratorium, tetapi di lapangan aplikasinya sangat terbatas.

2.3 Potensi dan Cadangan

Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap Propinsi.

Tabel 2. Cadangan Batu Gamping Indoneisa menurut Propinsi

Propinsi Jumlah Keterangan

1. D.I Aceh 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Barat 9. Jawa Tengah & DIY  10. Jawa Timur 11. Kalimantan Selatan  12. Kalimantan Tengah  13. Nusa Tenggara Barat  14. Nusa Tenggara Timur  15. Sulawesi Utara 16. Sulawesi Selatan 17. Irian Jaya

100,857  5,709  23.273,300  6,875  48,631  2,730  2,961  672,820  125,000  416,400  1.006,800  543,000  1.917,386  229,784  66,300  19,946  240,000

Seluruh cadangan batu kapur ini terklasifikasi sebagai cadangan tereka (termasuk hipotesis dan spekulatif), kecuali cadangan di Nusa TenggaraTimur, sejumlah 61,376 juta ton sebagai cadangan (probable) terunjuk.

Total 28.678,500

Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997

Page 23: Penambangan Batu Gampingm

Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 % dari cadangan seluruhnya.

Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]:

CaO              :   40  - 55 %;

SiO               :  0,23 - 18,12%;

Al2O3                     :  0,20 -   4,33%;

Fe2O3            :  0,10 -   1,36%;

MgO             :  0,05 -   4.26%;

CO2              :  35,74-42.78%;

H20               :  0,10 -   0,85%;

P2O5             :  0,072 -0.109%;

K2                : 0,18

L.O.I            : 40,06%.

3.    PERTAMBANGAN

3.1 Eksplorasi

Eksplorasi batu gamping dilakukan bertahap. Kegiatan ini dilkerjakan dengan meggunakan cara pemboran dan geolistrik. Besar cadangan dihitung berdasarkan korelasi data pengeboran dengan data geolistrik dan geologi singkapan.

3.2 Penambangan

Secara umum, penambangan batu gamping Indonesia dilakukan dengan cara tambang terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan peledakan sampai di dapat ukuran bongkah yang sesuai. Untuk bongkah yang terlalu besar perlu di bor dan diledak-ulang (secondary blasting). 

Page 24: Penambangan Batu Gampingm

Pengambilan bongkah batu gamping biasanya dilakukan dengan wheel loader, lalu dimuat ke alat transportasi (dump truck, belt conveyor, lori dan lain-lain).

3.3 Pengolahan

Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2. 

Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :

Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan CO2;

CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki;

kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2).

Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui reaksi

CaCO3  �  CaO + CO2

Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1 gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal. Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti reaksi berikut :

MgCO3    �   MgO + CO2;

MgO disebut juga magnesit kostik.

Pembakaran batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3  yang terurai, tetapi CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik yang aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi adalah CaCO3, dan CO3

terurai menjadi CaO dan MgO.

Pembakaran batu gamping yang mengandung MgCO3 penurunan daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO dan CO2

dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang berukuran besar, agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat dihilangkan dengan alat pembuat gas atau secara alami (Gambar 2).

4.   PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASI Batu gamping dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, yaitu :

Page 25: Penambangan Batu Gampingm

a) Batu Bangunan

Batu bangunan di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi rumah, jalan, jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak memiliki sumber batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau sebagai batu hias. Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur pejal atau keras serta berhablur dengan daya tekan 800 - 2500 kg/m3

b) Bahan Bangunan

Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.

Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan `+bangunan ini, adalah :

(CaO + MgO) min. 5%;

(SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;

CO2 maks 3%;

70% lolos ayakan 0,85 mm

Capuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :

Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O CaO,  SiO2 nH2O (semen)

Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O  CaO, Al2O3 6H2O (semen)

c) Bahan Penstabil Jalan

Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan campuran kapur padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat. Batu gamping yang dipakai diharapkan berkadar belerang rendah.

d) Pertanian (Pengapuran)

Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk kacang-kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat keasaman antara 6 - 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.

Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran butir <  dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.

Page 26: Penambangan Batu Gampingm

Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal memungkinkan nutrient lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran bahan organik (penggemburan tanah).

Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu dapat rnembantu pertumbuhan akar dan mem-beri kontribusi kalsium terhadap tanaman tingkat bermagnesium rendah/ hilang akibat panenan atau erosi.

Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun, sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.

e) Bahan Keramik

Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.

Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor penentu sebagai bahan baku keramik.

Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun hanya sebagian kecil.

f) Industri Kaca

Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan dengan kadar sebagai berikut :

(SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);

(MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);

(SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan (CaO;31,8%).

Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.

g) Industri Bata Silika

Untuk pembuatan bata silika, batu gamping yang diperlukan adalah dengan kadar :

CaO minimum 90%;

Page 27: Penambangan Batu Gampingm

MgO maksimum 4,5%;

Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;

CO2 maksimum 5%.

h) Industri Semen

Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai bahan baku utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton batugamping. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :

kadar CaO : 50 - 55%;

MgO maksimum 2%;

kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);

kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.

Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam, yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai dengan suhu + 1100 oC.

i) Pembuatan Karbid

Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit, dan petroleumcoke (carbon black).  Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan kalsium karbid mem-punyai spesifikasi :

total CaO minimum 92%;

MgO maksimum 1,75%;

SiO2 maksimum 2%;

Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;

S maksimum 0,2%;

P maksimum 0,02;

hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.

j) Peleburan dan Pemurnian Baja

Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/ dolomit berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan; dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di

Page 28: Penambangan Batu Gampingm

atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO dalam batu gamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SO2 dan H2S.

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, antara lain :

Untuk batu gamping

CaO minimum 52%;

SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);

Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;

MgO maksimum 3,5%;

Fe2O3 maksimum 0,65%;

P maksimum 0,1%.

k) Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp dan Karet

Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang lunak, berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari kapur (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat dari dolomit.

Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%, kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis (coating) dan pengkilap.

l) Pembuatan Soda Abu

Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :

- CaCO3                    : 90 - 99%;

- MgCO3                    : 0,6%

- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.

m) Penjernih  Air

Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu dalam proses kapur soda. Kapur

Page 29: Penambangan Batu Gampingm

Tabel 3. Persyaratan batu gamping dan dolomit untuk peleburan dan pemurnian baja.

batugamping Dolomit

- CaO minimum 52%; - SiO maksimum 4% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 3,5%; - Fe2O3 maksimum 0,65%; - P maksimum 0,1%.

- SiO maksimum 6% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 17 - 19%;

berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi penyebab kekerasan sementara pada air.  Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung CO2 dinetralkan.

Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air ke konsumen.

n) Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous

Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak sebagai settling agent, dan pengontrol pH.

Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah antara 75 - 80 kg.

1) Industri Gula

Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar 150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah sebagai berikut :

- H2O            : 0,2%

Page 30: Penambangan Batu Gampingm

- HCL            : 0,2%

- SiO2            : 0,1%

- AL2O3                   : 0,1%

- CaO            : 55,0%

- MgO           : 0,4%

- CO2            : 43,6%

- SO4            : tidak nyata

- Na2O K2O    : 0,3%.

5.  PERKEMBANGAN DAN PROSPEK

5.1 Perkembangan Pemasokan dan Permintaan

Perkembangan produksi dan konsumsi batu gamping Indonesia dalam kurun 1991-1999 naik dengan laju pertum-buhan tahunan  sebesar 18,56 %  dan 14,25 %. Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton tahun 1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991) menjadi 78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar batu gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Industri lainnya adalah industri bahan galian non-logam dan industri kapur (Tabel 4 dan 5).

Dari pengamatan, data ekspor masih nihil berarti Indonesia belum pernah ekspor batu gamping, walaupun usaha ke arah itu ada. Sementara bahan baku yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu flux dan kapur tohor (quicklime).

Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu gamping juga merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah konsumsi batu gamping Indonesia per tahun.

Data yang disajikan di sini merupakan hasil pengolahan kembali data dari Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara volume impor dan harga satuan. Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun yang bersesuaian (Tabel 4).

Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping dalam kurun 1991-1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan yang secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton.

Page 31: Penambangan Batu Gampingm

Beberapa kemungkinan sehubungan dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam 10 tahun terakhir, meskipun situasi ekonomi belum pulih. Pasokan yang berasal dari perusahaan tanpa izin (non-formal) perlu diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/ satu jenis galian.

Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir (1998-1999) menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif sangat besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan sebenarnya mengingat data yang dikumpulkan belum mencakup data pemakaian di bidang pertanian, konstruksi, dan perumahan.

5.2      Prospek Batu Gamping

Prospek pemasaran di dalam negeri

Perluasan areal pertanian melalui program transmigrasi, terutama di  daerah dengan tingkat keasaman tanah tinggi, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dapat memberi pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian batu gamping di Indonesia.

Di sektor konstruksi/jalan untuk beberapa tahun ke depan selama situasi ekonomi belum pulih peningkatan prospek pemakaian batu gamping relatif stabil. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dengan pembuatan jalan bebas hambatan yang melalui rawa dapat meningkatkan pabrik semen dan tentu saja bertambahnya pemakaian batu gamping untuk semen

Berdasarkan hal tersebut diperkirakan kebutuhan batu gamping di luar sektor industri akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang besar dan tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor industri pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru dalam usaha pertambangan batu gamping.

Orientasi Ekspor

Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping di negara kawasan ASEAN memberikan petunjuk tentang adanya peluang ekspor batugamping Indonesia ke kawasan ini. Malaysia dan Filipina misalnya, perkembangan produksi di kedua negara lebih sedikit dengan konsumsinya.

Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam, Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22-23 juta ton, tidak termasuk kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap tahun [12].

Page 32: Penambangan Batu Gampingm

Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen di Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu pada prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan baku mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk menembus pasar ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis mineral dapat diketemukan di Indonesia.

6. PENUTUP

Pertumbuhan suatu negara dapat dilihat dari besarnya pemakaian batu gamping. Hampir semua jenis industri memakai bahan galian ini, baik sebagai bahan utama atau sebagai tambahan.

Pertumbuhan sektor konstruksi merupakan salah satu tolok ukur maju mundurnya pembangunan suatu kota. Dalam hal ini industri semen memegang peranan penting. Dan ini terlihat bahwa pemakai terbesar batu gamping adalah industri semen ini, yang mencapai hampir 87 % dari total konsumsi. Ini menunjukkan bahwa konsumsi batu gamping merupakan salah satu mineral yang tidak terganggu oleh keadaan ekonomi sekarang ini.

Industri lain yang tidak dapat dipisahkan dan kemungkinan akan mengkonsumsi cukup besar adalah industri pertanian. Sektor ini dipastikan membutuhkan bahan baku yang berasal dari batu gamping, baik untuk pemupukan atau dalam rangka penurunan tingkat keasaman tanah pertanian akibat masa tanam yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga memerlukan memerlukan biaya tambahan yang cukup tinggi, sebab kalu tidak, masa produksi akan terus berkurang. 

Selain dua jenis industri di atas, prediksi pemanfaatan di industri kimia mempunyai peluang yang cukup meyakinkan. Saat ini, industri kimia eruakan primdona karena hampir semua jenis bahan galian dipakai di industri ini, baik yang dimiliki ataupun harus diimpor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Industri 1988 - 2000., Jakarta 1988 - 2000.

2. Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Perdagangan Luar Negeri 1988 - 2000., Ekspor dan Impor, Jakarta 1988 - 2000.

3. Carr D.D and Rooney L.F.F., “Limestone and Dolomit”, Industrial Minerals, March 1990.

4. Dhadar J.R., “Bahan Galian Indonesia”, Direktorat Jenderal Sumberdaya Mineral.

5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Mineral Aditive Bagi Industri”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta 2000.

Page 33: Penambangan Batu Gampingm

6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Perkembangan Kapasitas Nasional Sektor Industri  1996/2000”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Edisi, 2001.

7. Fowler, W.L., et.Al., ” Industrial Chenmical, 3rd Edition, Mc Graw Hill International Book Company, Newyork, Edition, 1994.

8. Madiadipoera T. dkk., “Bahan Galian Industri di Indonesia”,. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung 1999.

9. Pressher J.W. and Pilham L., “Lime Calcium Coumpound”, Mineral Fact and Problem, 1985.

10. Petti John., “ Lime ind Industrial, 1990.

11. Suyartono., “Peranan Kapur Untuk Pertanian”, Puslitbang Teknologi Mineral, Bandung 1986.

12. Teoh L.H., “Industrial Minerals Potensial In Malaysia”, Status Report, 1990.

13. Wolfe., J.A., “ Mineral Recources A World Review”,. A. Dowden and Culver Book, Chapman and Hall, Nwyork 1994.

14. Wu John C., “The Mineral Industri”., Mineral Yearbook, Edition 1999.

JENIS JENIS BATUAN YANG MENYUSUN BUMI

 

Bumi kita tersusun atas beribu jenis batuan.Baik batuan beku,sedimen,maupun metamorf.Pada artikel kali ini,saya akan memaparkan  jenis jenis batuan umum yang biasa kita jumpai,antara lain :

 

 

 

Page 34: Penambangan Batu Gampingm

 

 

 

1.Granit

 

 

Granit mempunyai tekstur peneris dan biasanya granular. Batuan terdiri dari ortoklas yang unhedral/ mikroklin, sedikit plagioklas (albite atau oligklas) dan kwarsa yang tak berwarna atau putih dengan ebntuk yang tidak teratur. Kuarsanya mengisi ruang diantara kristal-kristal yang lain. Mineral gelap seperti biotit, hornblende, augit hanya dalam jumlah yang sedikit. Mineral accesosir lainnya contohnya adalah magnetik, hematite, turmalin dan pirit. Jika biotit adalah adalah mineral gelap yang ada maka disebut dengan granit biotit. Granit hernblande juga sering dijumpai. Granit yang banyak mengandung phanocenit disebut granit porfisris. Jenis yang lain granit olivin dan granit muskofit. Granit pada umumnya mengandung 50% ortoklas (mikrolin), 2% plagioklas (albite atau digoklas), lebih dari 20% kwarsa dan 3 – 15 % biotit.

1. 2.      Diorit

Page 35: Penambangan Batu Gampingm

Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam jumlah yang besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya melebihi ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi mengandung augit dalam jumlah sedikit. Harnbledia biasanya lebih banyak dari biotit. Diorite sangat mirip dengan gabro, tetapi diorit plagioklasnya lebih asam (sodik) daripada labradorit. Batuan dengan plagioklas yang lebih basa disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut dengan porfir diorit. diorit terdiri dari kurang lebih 65% plagioklas dan 35% mineral silikat gelap seperti biotit dan augit. Mineral-mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit, klorit, granit, dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite hornblende. Warna diorit cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.

1. 3.      Gabro

Gabro merupakan batuan basis dengan tekstur fenekris. Didalam gabro, mineral gelap jumlahnya hampir sama dengan mineral cerah, tetapi kebanyakan gabro mempunyai perbandingan yang bervariasi antara mineral gelap dan mineral terang. Mineral-mineral silikat dalam jumlah yang berarti adalah piroksin, biasanya augit dan ovilin, hornblende atau biotit ada dalam jumlah sedikit. Jika piroksin mengkristal dalam sistem ortorombis, batuannya disebut Neorit (suatu varietas dari gabro). Dalam gabro tertentu, kwarsa, garnet dan kerundum ada dalam jumlah sedikit. Batuan gabbro yang seluruhnya terdiri dari feldsfar labradorit kristalin kasar disebut anortosit.Warna dari gabro hitam, hijau, dan abu-abu gelap.

Page 36: Penambangan Batu Gampingm

1. 4.      Liparit

Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih, mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin juga mineral berwarna gelap.

1. 5.      Andesit

Andesit merupakan batuan bertekstur halus dari diorite, terdiri dari feldspar terutama plagioklas, tetapi plagioklas sodik adalah tipe yang utama kwarsa tidak ada, tetapi ada mineral gelap seperti hornblende atau augit. Jika hornblende atau augit yang banyak, maka batuannya disebut dengan andesit hornblende atau andesit biotit. Warna dari andesit abu-abu hijau, tetapi sering merah atau jingga. Andesit sulit dibedakan dengan desit, latit, dan  tracit. meskipun demikian kebanyakan andesit adalah porfitis. Jika banyak penokrisnya disebut dengan porfir andesit. Jikan tanpa penokris dengan absidian. Batuapung dari komposisi andesit juga diketemukan, demikian juga tuff andesit dan breksi andesit.

1. 6.      Basalt

Page 37: Penambangan Batu Gampingm

Basalt merupakan klompok dari gabro tetapi berbutir halus yang mengandung mineral-mineral silikat gelap dan feldespar dalam jumlah besar. Warnanya abu-abu gelap, hijau gelap, ciklat dan hitam. Dalam basalt, augit dan olivin banyak tetapi hornblende dan biotit jarang atau tidak sama sekali. Vatietas basalt yang mengandung kristal feldespar yang panjang yang kedudukannya sekarang dan berasosiasi dengan augit disebut dengan diabas. Basalt biasanya mengandung 50% plagioklas, 30% augit dan 10% olivin. Basalt biasanya mempunyai tekstur butur halus dan batuannya berat. Jika penokrisnya banyak disebut dengan porfir basalt.

1. 7.      Dasit

Dasit merupakan batuan yang memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu terang, mineral plagioklas berbutir kasar dalam masa dasar lebih halus. Dasit mengandung 15-20% kwarsa, kurang lebih 60% feldaspar dan 10-20% biotit atau hornblande. Mineral silikat ada dalam jumlah sedikit. Misalnya biotit, hornblende, dan augit. Jika panerisnya plagioklas atau kwarsa banyak, disebut dengan porfir dan dasit. Masa dasar dari batuan ini biasanya berbutir halus, tetapi dapat juga secara gradual menjadi glass.

1. 8.      Skoria

Page 38: Penambangan Batu Gampingm

Skoria merupakan batuan yang terbentuk jika air dan gelombang-gelombang gas lainnya keluar melalui lava yang mampat (stiff lava), yang luabang-lubangnya lebih besar kalau dibandingkan dengan purnice. Warna skoria coklat kemerahan sampai abu-abu gelap dan hitam.

1. 9.      Obsidian

Merupakan gelas volkanik dengan kilat seperti kaca terang dan pecahan konkoidal yang bagus. Warnanya umumnya hitam, tetapi warna lain seperti merah, coklat dan abu-abu. Wara ini tidak menunjukan tentang komposisinya. Warna kebanyakan disebabkan oleh partikel seperti debu dari magnetik atau hematite. Kebanyakan obsidian mempunyai berat jenis 2,4. Obsidian terbentuk sebagai hasil pendinginan yang terlau cepat dari magma ekstrusif, selain itu dapat juga dari hasil suatu magma yang viskus. Obsidian mempunyai komposisi yang sebanding dengan batuanfanerik lainnya. Karena batuan “glassy” tidak dapat diidentifikasi dengan mata biasa karena tak ada kristalnya, analisis khemis diperlukan untuk menentukan komposisi yang tepat, meskipun kebanyakan obsidian sebanding dengan granit dalam komposisinya.

1. 10.  Batu Apung

Page 39: Penambangan Batu Gampingm

Batuapung adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung pendingin gelas dan biasanya disebut juga batuan gelas volkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleg aksi letusan gunung api yang mengeluarkan meterialnya ke udara, kemudian mengalami transfortasi secar horizontal terakumulasi sebagai batuan piroklastis. Batuapung mempunyai sifat vesikular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gasalah yang terkandung didalamnya dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral yang terdapat didalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit dan tridimit.

 

1. 11.  Breksi

Breksi merupakan bagian yang halus dari batuan bersama dengan pengikat, mengeras menjadi massa batuan. Pengikat berasal dari konglomerat/breksi sendiri karena adanya pelarutan atau pengendapan kembali material batuan, yang biasanya terdiri dari calcite, silikat, dan oksida besi. Matrik dapat berupa quartz, feldspar atau clay.

1. 12.  Konglomerat

Page 40: Penambangan Batu Gampingm

Konglomerat merupakan batuan sedimen klastis yang tersusun dari fragmen yang memnulat dan berdiameter >2mm, sedangkan breksi tersusun dari fragmen yang menyudut. Kebanyakan fragmen pada breksi atau konglomerat adalah cusrtzite, vein, cuartz, chert, rhyolite dan batugaping.

1. 13.  Batu Pasir

Batu pasir tersusun dari fragmen berukuran 2mm. Butir-butir pasir tersusun atas mineral quartz, chert, feldspar partikel batuan dan kadang-kadang calcite atau dolmite. Batu pasir dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu orthoquartazite, arkosa dan greywacke yang masing-masing mengandung quartz, feldspar dan partikel batuan.

1. Batuan pasir yang terutama tersusun dari quartz yang disebut puresandstone, jika pengikatnya silikat Calcareous sandston dan batu pasir yang pengikatnya material karbonat yaitu Calcite atau Dolmite. Agrilaceous Sandston adalah batu pasir yang pengikatnya matrik yang sangat halus dan liat. Bila lebih dari 95% terdiri dari butir quartz dan pengikatnya bukan silikat disebut quatzstone sandstone, sedangkan jika pengikatnya silikat disebut quartzitic sanstone.

2. Graywackes berisi fragmen batuan, biasanya biasanya berukuran besar dan mengalami sortasi berisi matriks yang halus (>15%), terdiri dari mineral clay, chlorite, sericite, hometite dan chert. Greenstone atau schist atau mineral gelap seperti = auggite, serprntine, hornblende, dan bijih

Page 41: Penambangan Batu Gampingm

besi. Biasanya pengikat pada greywacke berupa : silty, muddy atau calcareous., penyusun utama greymacke ialah : quartz ( 20 070%), feldspar (> 50%) dan batuan (>20%). Pelapisamn pada greywacke bervariasi, ada yang masif, terutama yang berbutir kasar, tetapi sering didapatkan lapisan yang tipis pada batuan yang hulus. Jarang didapat cross bedding, hampir selalu ada ripple merk, jarang didapat fosil.

3. c.                            Arkosa” merupakan batuan pasir yang mengandung feldspart + 20 – 30 % yang berasal dari batuan beku asam. Pada arkosa, feldspar tidak lebih dari 50 % . biasanya potash dan sedafeldspar lebih banyak dari feldspar. Quartz merupakan mineral klastis yang paling utama, sedangkan feldspar yang kedua, muscovite dan biotite ada dalam jumlah kecil. Arkose biasanya terikat bersama dengan calcite, oksida besi, mineral clay, sedang silikat jarang didapat. Umumnya arkosa berwarna ”light pink – pinkish – gray, karena adanya feldspar. Partikel pada arkosa kadang-kadang berbutir kasar, menyudut sampai agak membulat dan mengalami sortasi yang baik. pelapisan pada arkosa umumnya kurang, sering terjadi cross badding yang jelas.

 

1. 14.  Tufa Gelas

Tufa Gelas merupakan batuan piroklastik yang disusun oleh material hasil gunung api yang banyak mengandung debu vulkanik dan mineral gelas, dengan warna putih kekurangan, abu-abu dan kuning kecoklatan. Kegunaan digunakan sebagai timbunan.

1. 15.  Batu Gaping

Page 42: Penambangan Batu Gampingm

Batu Gapingmerupakan batuan carbonat yang paling banyak terdapat, demngan kenampakan textur aphanitik sampai phanero-cristalin. Warna putih keabu-abuan, abu-abu, abu-abu gelap, hitam, kuning, coklat, dan lainnya oleh adanya kotoran-kotoran, oksid besi dan zat-zat organik. Limestone berbutir mulus, pecahannya conchoidal. Bila ditetesi HCL memercik/berbuih. Mudah larut terutama dalam air yang mengandung CO2 sehingga terjadi lubang-lubang, celah-celah, diaklas- diaklas dan lainnya. tebal dapat dari beberpa centimeter sampai beberapa ratus meter. Beberapa limestone seluruhnya dapat terdiri dari butir-butir calcit. Keras dari limestone sangat berbeda-beda, ada yang keras dan ada yang lunak, agak keras, dan sebaginya, tergantung dari texturnya. Selama proses pelapukan dari limestone, calcium carbonatnya dapat terlarut, dan yang tertinggal adalah kotoran-kotorannya, yang kemudian dapat terkonsentrasi dan membentuk clay atau loams yang berwarna merah atau kuning, oleh aksidasi dari mineral-mineral oksida besi.

1. 16.  Travertin

Calcium carbonat tidak larut dalam air murni, tetapi bila aornya mengandung CO2 maka calcium carbonat itu mudah berubah menjadi biocarbonat. Jadi dibawah tekanan atmosfer, air yang banyak mengandung CO2 secara perlahan-lahan melarutkan calcium carbonat, terutama bila air tersebut berasal dari tempat yang dalam dengan tekanan yang lebih besar dan kandungan CO2 nya lebih banyak, maka daya melarutkan lebih tinggi. Bila larutan tersebut mencapai permukaan bumi dibawah tekanan atmosfer, calcium carbonatnya segera diendapkan oleh proses evaporasi,

Page 43: Penambangan Batu Gampingm

dan proses ini dapat dipercepat oleh adanya kegiatan dari tumbuh-tumbuhan (algae). Calcum carbonat yang doiendapkan di mulut/lubang mata air  itu disebut travertine. Pada gua-gua kapur, terjadi pula pengendapan dari calcium carbonat oleh tetesan-tetesan air secara perlahan-lahan yang terdiri dari kristal-kristal halus dan kompak, yang disebut dengan dripstone. Warna putih, kuning, atau cokelat. Struktur fibrous atau konsentris. Yang tumbuh dari bawah disebut stalagnite.

1. 17.  Serpin

Serpin berasal dari lumpur yang mengendap. Terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau tanah liat, pada umumnya sepertiga terdiri atas kuarsa, sepertiga bahan tanah, sepertiga bahan lain termasuk karbonat, besi oksida, feldspar, dan zat organik. Berwarna abu-abu kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagi bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat.

1. 18.  Sekismika

Sekismika dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Ummnya berbutir lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneias. Foliasi tersebut terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng

Page 44: Penambangan Batu Gampingm

(play) dan kristal-kristal prismatik. Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain : chlorite, sericite, muscovite, biotite, dan tolc, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolite, kyanite, hornblede, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu macam mineral saja, contohnya talc schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua atau lebih mineral seperti calcite -  sericalcite – albite schist. Sekis sering mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky nor prismatic), tetapi equigracular seperti misalnya : garnet dan feldspar, yang biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan scihist dapat pula berasal dari gabbro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone. Jika beberapa “ teksture asli batuan asal” masih ada, akibat tekanan yang kuat, maka batuan disebut, metabasalt, metagabbro dan sebagainya.

1. 19.  Genes

Ganes adalah batuan matemorf dengan kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapis-lapis akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar. Terbentuk pada tempat yang dalam dan pada tingkat metamorfise, yang tinggi bersama-sama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada prinsipnya gneiss berasal dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit kwarsa, syenite, dan granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan batu pasir feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan feldspat, sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan augite. Warna bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada. Pelapisan disini dihasilkan oleh pergantian warna-warna mineral yang terang dan gelap atau oleh perbedaan ukuran butir dengan pelapisan yang tebal dan kasar ataupun tipis. Sering mengandung mineral-mineral metamorf yang lain seperti garnet, epidot, tournaline, graphite, dan silimanite. Jika batuan beku (sebagian bahn induknya) adalah sari batuan mafic tertentu, mungkin greiss tersebut dapat berkembang manjadi serpentine olivin, augite, horblede dan biotite. Jika bahan beku (sebagian bahan induknya) dapat dikenal maka nama batuan dapat ditentukan seperti misalnya : gabbro gneiss, syenite gneiss ataupun granite gneiss. Gneiss yang berasal dari batuan sedimen, contohnya : quatzite gneiss conglomerate gneiss, politic gneiss (dari sedimen clay) dan calc gueniss (dari cilliceous limetone dan dolomite) gneiss yang berbentuk oleh penerobosan mineral-mineral batuan beku kedalam folisasi akan menghasilkan campuran batuan dalam bentuk dike yang tipis dari material-material quartzfeldspathic. Ini disebut “injection” gneiss. Batuan ini tersebar luas dan mungkin menempati bagian terbesar dari tipe gneiss lainnya.

Page 45: Penambangan Batu Gampingm

1. 20.  Filit

Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas metamorfik yaitu baliknya temperatur atau bertambah besarnya rekristalisasi maka slate berubah menjadi filit. Filit secara dominan tersusun dari mineral-mineral kelompok mika seperti: mika, maricite, dan chlorite. Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang tegas antara keduanya baik dalam hal ukuran butir  maupun kandungan mineralnya. Mineral-mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat dalam jumlah yang besar. Mineral-mineral asesore dalam jumlah yang sedikit antara lain megnetit, hematit, graphite, dan tourmaline. Filit disebut pula sericite phllite, chlorite phyllite atau sericite phyllite. Warna dari putih perak, merah sampai kehijau-hijauan. Sifat dalam (tenacery) : brittle dan sering mempunyai pegangan halus hingga agak kasar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional tingkat rendah terutama dari mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous sedimen.

 

1. 21.  Sabak

Sabak merupakan batuan berbutir halus dan homogen, mempunyai achistosity planar, tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu biasanya mempunyai beberapa sudut untuk masing-masing

Page 46: Penambangan Batu Gampingm

perlapisan sehingga batuan menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang tipis. Sabak merupakan salah satu istilah struktur dan tidak ada kaitannya dengan komposisinya. Perlapisan asli dari slate masihg dapat terlihat, apabila berasal dari abtuan beku basalt seperti struktur amigdoloidal. Sabak berbutir sangat halus dan hanya dapat dideterminasi dengan mikroskop. Hanya sedikit mineral sabak yang berbutir kasar seperti: kwarsa, feldspar, cholorite, biotite, magnetite, hematite, kalsit, dan ineral-mineral yang terdapat pada batuan shale.  Warna yang ditimbulakan dari warna merah, hijau, abu-abu, hingga hitam. Warna merah karena ada mineral yang hemalit, hijau karena ada mineral cholorite. Warna abu-abu karena adanya mineral-mineral dari karbon dan bahan-bahan organik seperti grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir “ graywacke” disebut “ graywacke slate”.

1. 22.  Kuarsit

Kuarsit adalah metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar. Akibat tekanan pada kwarsit dapat mengakibatkan hancurnya kwarsit tersebut dan menghasilkan tekstur granoblastik. Kuarsit sangat keras karena adanya sementasi  sirikat (biasanya kwasa kristalin) yang terendapkan disekitar butir-butir kuarsa yang lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Mineral lain yang dijumpai dalam kuarsit adalah: apatite, zircon, epidote, dan hornblede. Kuarsit dapat berbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfis regional dari pada panas dan tekanan terhadap batu pasir, chert, vien kuarsit, dan kuarsit pigmatit. Sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Warna dari kuarsit bervariasi dari putih, coklat hingga mendekati hitam. Adanya hematit memberikan warna merah muda (pink) sedangkan chlori memberikan warna kehijau-hijauan.

1. 23.  Marmer

Page 47: Penambangan Batu Gampingm

Marmer adalah metamorfisme dari batuan kapur, baik itu batu kapur kalsit maupun batu kapur dolomit. Terbentuknya terutama disebabkan oleh reksistelisasi calsit. (dolomit) yang biasanya berbutir lebih kasar daripada batu kapur aslinya. Marmer yang terbentuk oleh dolomitc disebut marmer dolomit (dolomitic marble). Akibat proses metamorfos dan rekristalisasi, pelapisan sering meliuk atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Umumnya marmer danmarmer dolomit terbentuk oleh metamorfisme kontak atau regional dan dijumpai bersama-sama dengan phyllite, slate, schist, dan metakwarsa. Struktur batu kapur sangat bervariasi dari yang berbutir  sangat halus hingga berbutir sangat kasar. Pada tipe-tipe metamorfose kontak ditunjukan dari adanya orientasi kristal-kristal yang memanjang sebagai hasil tekanan yang searah. Meneral-mineral aksesor pada marmer  banyak macamnya antara lain: tremolit, forserite, periclose, diopside, wollastonite, brucite, spincl, felspar, dan garnet, yang kesemuanya ini tergantung pada macam material batuan asalnya. Warna yang ditimbulakn mulai dari cerah atau putih apabila terdiri dari kalsit dan dolomit, tetapi bisa berwarna kelabu, merah, coklat atau kombinasi warna tergantung pada mineral-mineral aksesornya. Contoh-contoh batuan marmer yakni: breccia marble, tremolite marble, graphite marble, talcose marble, phlogopite marble.

 

Sebenarnya masih banyak sekali batuan yang menyusun bumi , nanti bakal aku muat di next artikel batuan.skarang segini dulu.semoga beguna