bab ii pemilihan dan uraian proses.doc
TRANSCRIPT
BAB II
PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES
II.1 DASAR TEORI
Ethanol atau bioethanol dapat diperoleh dengan bermacam-macam proses,
yaitu :
1) Dengan cara sintetis dari etilen.
2) Melalui fermentasi langsung karbohidrat (gula, nira, tetes, buah) atau bahan
lain yang harus diubah menjadi bahan yang dapat difermentasi: starch
(jagung, ketela, sweet sorghum, kentang) dan selulosa (kayu).
3) Hasil samping dari industri tertentu.
(Kirk Othmer, 342)
Cassava (Manihot Esculenta)
Cassava (Manihot esculenta), juga disebut manioc, tapioca, atau yuca,
adalah salah satu tanaman terpenting di daerah tropik, karena sesuai dengan
kondisi dengan kandungan nutrient yang rendah dan mampu untuk bertahan
dalam kekeringan (Burrell,2003). Di Indonesia tanaman ini disebut singkong.
Cassava tumbuh dengan tinggi 1 – 3 meter dan beberapa akarnya dapat ditemukan
di tiap tanaman. Meskipun daun cassava kadang dikonsumsi, bagian utama yang
dipanen adalah akar umbinya yang merupakan swollen root. Tanaman ini
dikembangbiakkan dengan cara stem cutting (batangnya dipotong-potong
kemudian ditanam kembali). Keterbatasan utama dari produksi cassava adalah
cepatnya pembusukan bagian akar pasca panen dimana biasanya dicegah dengan
menjaga tempat penyimpanan dalam kondisi segar untuk lebih dari beberapa hari
(Okezie dan Kosikowski,1982).
Cassava memiliki produksi karbohidrat sekitar 40% lebih tinggi dari padi
dan 25% lebih tinggi dari jagung, yang menghasilkan bahwa cassava adalah
sumber kalori yang termurah untuk nutrisi manusia dan makanan ternak.
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
Lebih dari dua pertiga dari total produksi cassava digunakan sebagai
sumber makanan manusia, dan sisanya digunakan untuk makanan ternak
(Nwokoro et al,2002) dan keperluan industri. Permintaan akan cassava di masa
datang ditentukan oleh metode penyimpanan yang harus dikembangkan, namun
pasar untuk cassava sebagai pengganti tepung sereal dalam produksi roti dan
sebagai sumber energi di makanan ternak akan semakin meluas.
Cassava juga digunakan sebagai produsen pati untuk keperluan industri
dan produk lain yang digunakan dalam makanan proses. Pati cassava dapat
berperan dalam sebagian besar fungsi yang telah dilakukan oleh pati dari jagung,
gandum, dan padi. Pati cassava dapat berperan di berbagai macam industri antara
lain industri farmasi, karet, semen, tekstil, dan lainnya. Pati cassava dapat
dikonversi menjadi maltotriose, maltose, dan glukosa sebaik gula dan asam
organik (Tan et al.1984). Pati dari cassava dapat digunakan untuk sirup fruktosa
(Vuilleumier,1993) dan formula untuk kapsul gelatin (Nduele et.al.1993).
Penggunaan cassava sebagai etanol untuk sumber bahan bakar juga telah
dieksploitasi dan sangat menjanjikan.
II.2 MACAM PROSES
Proses pembuatan Ethanol diperoleh ada berbagai macam, diantaranya
adalah :
Sintetis dari etilen.
Fermentasi gula, pati atau selulosa.
II.2.1. Ethanol sintetis
Ethanol sintetis dibuat dari hidrasi etilen, baik dengan hidrasi etilen secara
langsung ataupun hidrasi etilen secara tak langsung. Sekarang ini, sebagian besar
ethanol sintetis dibuat dengan hidrasi etilen secara langsung.
Hidrasi etilen secara langsung
Dalam industri kimia, ethanol biasanya dibuat dengan cara hidrasi etilen
dengan katalis asam. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-2
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
H3PO4
C2H4 (g) + H2O (g) CH3CH2OH (l)
300oC, 6,8 MPa
Pada umumnya katalis berupa asam phospat, yang diserap pada permukaan
berpori seperti arang. Katalis ini pertama kali digunakan untuk industri ethanol
berskala besar oleh Shell Oil Company pada tahun 1947. Reaksi ini terjadi dengan
excess steam tekanan tinggi pada suhu 300oC.
Hidrasi etilen secara tak langsung
Pada proses yang lebih kuno, etilene dihidrasi secara tidak langsung
dengan cara mereaksikannya dengan asam sulfat pekat untuk menghasilkan ethyl
sulfat. Kemudian ethyl sulfat ini dihidrolisis menjadi ethanol dan menghasilkan
ulang asam sulfat. Proses ini pertama kali digunakan untuk scala industri pada
tahun 1930 oleh perusahaan Union Carbide, tetapi sekarang hampir tidak pernah
digunakan lagi. Reaksinya adalah sebagai berikut :
C2H4 + H2SO4 → CH3CH2SO4H
CH3CH2SO4H + H2O → CH3CH2OH + H2 SO4
Sumber: www.wikipedia.org
Fermentasi ethanol dengan bakteri
Sejumlah besar bakteri dapat digunakan untuk pembentukan ethanol.
Banyak dari mikroorganisme ini, menghasilkan banyak produk akhir selain dari
ethanol. Produk tersebut antara lain alkohol lain (butanol, isopropyl alkohol, 2,3-
butanediol) asam organik (asam asetat, asam format, dan asam laktat), keton
(aseton) atau bemacam-macam gas (metana, karbondioksida, hidrogen).
Banyak bakteri (yaitu Enterobacteriaceaeas, Spirochaeta, Bacteroides,
dsb.) melakukan metabolisme terhadap glukosa dengan Embden-Meyerhof
pathway. Path ini menggunakan 1 mol glukosa untuk menghasilkan 2 mol
pyruvate yang kemudian di-dekarboksilat menjadi asetaldehid dan menurukan
etanol.
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-3
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
Berdasarkan P. Gunasekaran (1999), yeast Saccharomyces cerevisiae dan
bakteri fakultatif Zymomonas mobilis adalah kandidat yang terbaik untuk industri
alkohol. Z.mobilis memiliki kelebihan dapat mengkonversi heksosa menjadi
ethanol dengan yield yang tinggi dan waktu yang lebih singkat. Namun kelemahan
dari bakteri ini adalah :
1. Tidak mampu untuk mengkonversikan polimer karbohidrat komplek seperti
selulosa, hemiselulosa, dan pati menjadi etanol.
2. Menghasilkan by-product seperti sorbitol, acetoin, gliserol, dan asam asetat.
3. Pembentukan dari polimer ekstraselular levan
Dalam fermentasi batch, konsentrasi gula sebesar 223 g/l dapat
difermentasikan menjadi 105 g/l etanol dalam 70 jam dengan yield teoritis dalam
persen sebesar 92%. Dalam fermentasi kontinyu menggunakan campuran biakan
Z.mobilis dan S.cerevisiae, produksi 54,3 g/L etanol diobservasi selama 3 hari.
Fermentasi ethanol dengan yeast.
Mikroorganisme utama dari industri etanol pada proses fermentasi antara
lain Saccharomyces cerevisiae, S. uvarum, Schizosaccharomyces pombe, dan
Kluyueromyces sp. Yeast, pada kondisi anaerobik, merubah glukosa menjadi
etanol utamanya melalui Embden-Meyerhof pathway. Net reaksi overall
melibatkan produksi masing-masing 2 mol etanol, namun yield yang diperoleh
dalam fermentasi praktisnya tidak dapat mencapai 90 – 95 % dari teoritis. Hal ini
sebagian disebabkan kebutuhan akan beberapa nutrient yang digunakan dalam
sintesis biomassa baru dan pemeliharaan sel lain yang terkait dengan reaksi.
S. cerevisiae mengandung enzim yang menghidrolisis disakarida menjadi
gula sederhana dan menjadi katalis dalam fermentasi 4 heksosa yaitu glukosa,
mannose, fruktosa, dan galaktosa. Selain dari produk utama etanol dan
karbondioksida, sejumlah kecil by-product terbentuk antara lain gliserol, asam
asetat, asam laktat, dan minyak fusel yang merupakan campuran dari amil alkohol
aktif dan isoamil alkohol. Beberapa karbon substrat yang dikonsumsi juga
dikonversikan menjadi sejumlah kecil sel yeast baru.
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-4
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
Yeast sangat mudah dimasuki oleh inhibition etanol. Konsentrasi sebesar
1 – 2% (berat/volume) mampu memperlambat pertumbuhan mikroba dan pada
10% (berat/volume) alkohol, laju pertumbuhan organisme hampir berhenti.
II.2.2 Etanol dari fermentasi
Etanol digunakan dalam minuman dan sekarang banyak digunakan
sebagai bahan bakar adalah hasil fermentasi. Sacharomyces cereviseae mengurai
gula tanpa kehadiran oksigen dan menghasilkan etanol dan carbon dioksida.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H12O6 2 CH3CH2OH + 2 CO2
Pada proses fermentasi, bahan baku untuk pembuatan etanol dapat berupa
molasses, pati (starch) ataupun selulosa.
Pembuatan ethanol dari molasses
Pada proses fermentasi molasses, pertama-tama molases dilarutkan menjadi
bubur hingga kandungan gulanya 10-20 %. Setelah itu pH diatur menjadi 4-5 dan
ke dalam larutan ini ditambahkan yeast. Proses fermentasi ini berlangsung pada
suhu 20-32 oC selama 1-3 hari. Larutan hasil fermentasi ini mengandung 6-10 %
berat etanol.
Pembuatan etanol dari pati
Proses fermentasi pati lebih komplek daripada proses fermentasi molases,
karena pati harus diubah menjadi glukosa lebih dahulu. Pati diubah secara
enzimatis menjadi gula dengan enzim amylase (α-amylase dan glukoamylase).
Penambahan enzim -amylase ini digunakan untuk menghasilkan sirup glukosa.
Glukosa yang dihasilkan, difermentasikan menjadi ethanol dengan penambahan
yeast “Saccharomyces cerevisiae” pada suhu 30 - 40oC dan pH 4,5 – 5. Untuk
mencapai pH 4,5 – 5 ditambahkan asam sulfat. Kemudian dilakukan pemurnian
pada kolom distilasi yang menghasilkan etanol dan CO2 sebagai produk samping.
Pembuatan etanol dari selulosa
Bila digunakan selulosa sebagai bahan baku, maka bahan selulosa tersebut
dihidrolisa terlebih dahulu menjadi glukosa dengan penambahan enzim cellulase
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-5
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
sebagai bio katalisator.. Selanjutnya glukosa ini dapat difermentasikan menjadi
etanol dengan penambahan yeast.
II.3 PEMILIHAN PROSES
Dari ketiga proses pembuatan etanol di atas, perlu dilakukan suatu
pemilihan proses untuk menentukan proses yang paling efisien agar dapat
memperoleh hasil yang maksimal dalam waktu yang seminimal mungkin. Seleksi
prosesnya adalah sebagai berikut:
Tabel II.1 Seleksi berdasarkan proses
Dasar seleksi Proses Hidrasi Etilen Proses Fermentasi
1. Bahan baku Tidak dapat diperbaharui Dapat diperbaharui
2. Harga bahan baku Mahal Murah
3. Proses Hidrolisa (sulit) Fermentasi (mudah)
4. Alat utama Reaktor, absorber, stripperFermentor, kolom
distilasi
Tabel II.2 Seleksi berdasarkan bahan baku
Dasar seleksi Gula Selulosa Pati
1. Pretreatment Tidak perlu
Perlu (selulosa
diubah menjadi
glukosa dahulu)
Perlu (pati diubah
menjadi glukosa
dahulu)
2. Ketersediaan
bahan baku
Mudah
(tebu, sorghum,
molasses)
Mudah
(kayu, bagasse)
Mudah
(jagung, ubi kayu,
kentang)
3. Yield
160-187 L/t (tebu)
280-288 L/t
(molasses)
259 L/t355-370 L/t
(jagung)
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-6
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
Tabel II.3 Seleksi berdasarkan jenis bahan pati
Dasar seleksi Jagung Singkong
1. Ketersediaan bahan Mudah Lebih mudah
2. Yield 355-370 L/t 180 L/t
3. Harga Mahal (Rp500/kg) 1) Murah (Rp. 200/kg) 1)
4. Nilai hasil samping Tinggi Rendah
www.deptan.go.id
Berdasarkan seleksi yang dilakukan terhadap berbagai proses dan bahan
baku ethanol di atas, maka dipilih proses pembuatan ethanol melalui proses
fermentasi dengan menggunakan bahan baku ubi kayu.
II.4 URAIAN PROSES
Proses pembuatan ethanol dari ubi kayu dengan proses fermentasi dibagi
menjadi tiga tahap :
1. Tahap Pengolahan Bahan
2. Tahap Fermentasi
3. Tahap Pemurnian
II.4.1 Tahap Pengolahan Bahan
Ubi kayu yang akan digunakan sebagai bahan baku proses diletakkan pada
gudang. Ubi kayu dibawa dari gudang melewati belt conveyor dan menuju ke
peeler untuk dikuliti. Selanjutnya dengan menggunakan belt conveyor ubi kayu
dibawa ke rotary knife cutter. Potongan ubi kayu ini dihancurkan sampai halus
dengan menggunakan hammer mill. Ubi kayu yang sudah halus kemudian
diencerkan hingga 15% padatan pada tangki mixing. Selanjutnya slurry dialirkan
ke tangki cooking dan dipanaskan dengan menggunakan steam agar dicapai suhu
1050C. Pada tangki cooking ini tejadi reaksi hidrolisa pati menjadi dextrin dengan
menggunakan enzim amylase. Selanjutnya slurry masuk ke “Cooler” dengan
tujuan untuk menurunkan suhu dari 105oC menjadi 60oC dengan menggunakan
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-7
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
cooling water. “Slurry” pati yang keluar dari “Cooler” ini akan dimasukkan ke
dalam tangki sakarifikasi. Kemudian enzim glukoamylase ditambahkan untuk
merubah dextrin menjadi glukosa, sehingga dapat difermentasikan menjadi etanol.
Dalam proses sakarifikasi ditambahkan juga H2SO4 agar pH turun menjadi 4 - 5.
Proses ini berlangsung selama 2 hari pada suhu 600C.
II.4.2 Tahap Fermentasi
Setelah dihidrolisa pada tangki sakarifikasi, slurry disterilkan dalam Heat
Exchanger sampai suhu mencapai 1200C, setelah itu dialirkan menuju cooler
untuk didinginkan, dari proses pendinginan itu slurry dialirkan menuju tangki
seeding dan Fermentor dengan perbandingan 1/9. Dalam Tangki seeding, yeast
(Saccharomycer cerevisiae) dibiakkan pada suhu 320C dengan penambahan
nutrien dan NH3. Yeast yang telah dibiakkan dipompa menuju Fermentor untuk
memfermentasikan glukosa menjadi etanol dan karbondioksida pada suhu 320C
selama 48 jam. Untuk mencegah terbentuknya buih dalam Tangki Fermentor,
maka ke dalam tangki tersebut ditambahkan antifoam. Pada proses fermentasi ini
akan dihasilkan 8 - 10% ethanol. Kemudian dilakukan pemisahan dengan Screen
Filter. Filtrat yang dihasilkan ditampung dalam dalam tangki penampung Filtrat.
II.4.3 Tahap Pemurnian (Distilasi)
Setelah proses fermentasi selesai tahapan selanjutnya adalah pemurnian
ethanol pada kolom distilasi.
“Beer Still”
Pada “beer still” ethanol hasil fermentasi dipisahkan dari zat lainnya
berdasarkan volatilitasnya. Ethanol, asam asetat, aldehid, air, dan propanol ini
dimurnikan lagi dalam “Predistilasi” , sedangkan sisa glukosa, antifoam, dan
dextrin sebagai fraksi berat akan menjadi “bottom product” dan dialirkan ke
unit pengolahan limbah. Beer Still akan menghasilkan ethanol sebesar 50 %
v/v.
“Predestilasi”
Pada “Predestilasi”, top product dari “beer still” yang terdiri dari
ethanol, asam asetat, air, aldehid dan propanol ini akan dimurnikan lagi
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-8
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
dengan proses pemisahan berdasarkan volatilitasnya. Dari “ Predestilasi” ini
akan dihasilkan ethanol dengan tingkat kemurnian 90 % v/v.
“Rectifying Column”
Pada “Rectifying column” “top product” dari “beer still” yang terdiri dari
ethanol, asam asetat, air, dan C3H8O3 ini akan dimurnikan lagi dengan proses
pemisahan berdasarkan volatilitasnya. Dari “ Rectifying column” ini akan
dihasilkan ethanol dengan tingkat kemurnian ±96 %.
Uap ethanol yang berasal dari kolom stripper/rectifier sebagian
dikondensasi di kondensor dan dikirim kembali ke kolom sebagai reflux. Sisa
uap dilewatkan melalui superheater dan dibawa ke unit molecular sieve untuk
didehidrasi. Uap lewat melalui bed butiran-butiran molecular sieve dan air yang
terkandung dalam uap tersebut diadsorpsi pada material molecular sieve tersebut
dan ethanol anhydrous keluar dari unit molecular sieve.
Uap etanol panas dari unit molecular sieve dikondensasi di kondensor
molecular sieve. Ethanol anhidrat sebagai produk kemudian didinginkan lebih
lanjut dalam unit pendingin produk sampai produk mencapai mendekati suhu
lingkungan.
Unit molecular sieve ada 2 buah dan dioperasikan berurutan (sequentially)
dimana salah satu beroperasi (menabsorbsi air dari uap ethanol) dan yang satu
dilakukan regenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan bantuan pompa
vakum dan dimana material adsorbed dari molekular sieve dilepaskan dan
diuapkan bersama sisa uap etanol. Campuran ethanol dan air lalu dikondensasi
dan didinginkan dalam cooling tower water dalam molecular sieve regenerant
condenser. Sedangkan uap yang tidak terkondensasi dan liquid yang terikut dari
molecular sieve regenerant condenser akan masuk molecular sieve regenerant
drum dimana keduanya itu akan dikontakkan dengan liquid pendingin
regenerant.
Liquid pendingin regenerant mengandung sedikit ethanol dan mengandung
semua air yang dilepaskan dari molecular sieve bed. Lalu ada liquid yang
mengandung sedikit ethanol itu direcycle ke kolom striping untuk mendapatkan
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-9
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
lagi ethanol. Air yang meninggalkan kolom stripping sebagai bottom produk dan
mengandung hanya sedikit ethanol.
KEUNTUNGAN METODE MOLECULAR SIEVE
1. Proses utamanya sangat sederhana sehingga dapat dilakukan secara otomatis
sehingga mengurangi tenaga kerja.
2. Prosesnya inert. Tanpa menggunakan tambahan bahan kimia sehingga tidak
perlu adanya tenaga kerja yang menanganinya.
3. Molecular sieve dapat dengan mudah memproses ethanol yang mengandung
kontaminan,yang mengganggu sistem distilasi azeotrop. Sebagai tambahan,
molecular sieve didesain sedemikian rupa untuk dapat mendehidrasi secara
luas berbagai bahan kimia yang lain, dengan cara memberikan peningkatan
fleksibilitas pemlihan operasi di masa yang akan datang.
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-10
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
4. Molecular sieve tipe dessicant memiliki waktu pemakaian yang lama dengan
hampir mencapai 5 tahun.
5. Dapat difungsikan sebagai suatu sistem pemurnian ethanol sendiri atau
digabungkan dengan sistem destilasi. Sehingga dapat dilihat dan
dibandingakan performa antara keduanya baik dari segi operasi yang
maksimal atau effisiensi energi yang tinggi.
6. Jika digabungkan dengan sistem destilasi secara langsung maka konsumsi
steam dapat diminimalkan karena adanya recovery dan penggunaan kembali
energi panas.
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-11
Bab II Pemilihan dan Uraian Proses
II.4 Skema Sederhana
Gambar II.1 Skema sederhana pembuatan ethanol dari ubi kayu
Pra Desain Pabrik Bioethanol dari Ubi kayu dengan menggunakan dehidrasi Molekular Sieve
II-12