bab ii pembagian kekuasaan di indonesia a.teori...

36
BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori Negara Hukum Istilah rechtsstaat yang diterjemahkan sebagai Negara hukum menurut Philipus M.Hadjon mulai populer di Eropa sejak abad ke-19,meski pemikiran tentang hal itu telah lama ada 20 .Cita Negara hukum itu untuk pertama kalinya di kemukakan oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh Aristoteles 21 .Menurut Aristoteles,yang memerintah dalam suatu Negara bukanlah manusia,melainkan pikiran yang adil dan kesusilaanlah yang menentukan baik atau buruknya suatu hukum.Menurut Aristoteles,suatu Negara yang baik ialah Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum.Ia menyatakan 22 Artinya ; Aturan konstutitusional dalam suatu Negara berkaitan secara erat,juga dengan mempertanyakan kembali apakah lebih baik diatur oleh manusia yang terbaik sekalipun atau hukum yang terbaik,selama pemerintahan menurut : “Constitutional rule in a state is closely connected,also with the requestion whether is better to be rulled by the best men or the best law,since a goverrment in accordinace with law,accordingly the supremacy of law is accepted by Aristoteles as mark of good state and not merely as an unfortunate neceesity.” 20 Philipus.M.Hadjon,Kedaulatan Rakyat,Negara Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia,Kumpulan Tulisan dalam rangka 70 tahun Sri Soemantri Martosoewignjo,Media Pratama,Jakarta,1996,hal.72 21 NI’matul Huda,Negara Hukum,Demokrasi dan Judicial Riview,UII Press,Yogyakarta,2005,hal.1 22 George Sabine ,A History of Political Theory,George G.Harrap & CO.Ltd.,London,1995,hal.92 : juga Dahlan Thaib,Kedaulatan Rakyat ,Negara Hukum dan Hak- hak Asai Manusia,hal.22

Upload: buitu

Post on 30-Jan-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

BAB II

PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA

A.Teori Negara Hukum

Istilah rechtsstaat yang diterjemahkan sebagai Negara hukum menurut

Philipus M.Hadjon mulai populer di Eropa sejak abad ke-19,meski pemikiran

tentang hal itu telah lama ada20.Cita Negara hukum itu untuk pertama kalinya di

kemukakan oleh Plato dan kemudian pemikiran tersebut dipertegas oleh

Aristoteles21.Menurut Aristoteles,yang memerintah dalam suatu Negara bukanlah

manusia,melainkan pikiran yang adil dan kesusilaanlah yang menentukan baik

atau buruknya suatu hukum.Menurut Aristoteles,suatu Negara yang baik ialah

Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum.Ia

menyatakan22

Artinya ; Aturan konstutitusional dalam suatu Negara berkaitan secara

erat,juga dengan mempertanyakan kembali apakah lebih baik diatur oleh manusia

yang terbaik sekalipun atau hukum yang terbaik,selama pemerintahan menurut

:

“Constitutional rule in a state is closely connected,also with the requestion whether is better to be rulled by the best men or the best law,since a goverrment in accordinace with law,accordingly the supremacy of law is accepted by Aristoteles as mark of good state and not merely as an unfortunate neceesity.”

20 Philipus.M.Hadjon,Kedaulatan Rakyat,Negara Hukum dan Hak-hak Asasi

Manusia,Kumpulan Tulisan dalam rangka 70 tahun Sri Soemantri Martosoewignjo,Media Pratama,Jakarta,1996,hal.72

21NI’matul Huda,Negara Hukum,Demokrasi dan Judicial Riview,UII Press,Yogyakarta,2005,hal.1

22George Sabine ,A History of Political Theory,George G.Harrap & CO.Ltd.,London,1995,hal.92 : juga Dahlan Thaib,Kedaulatan Rakyat ,Negara Hukum dan Hak-hak Asai Manusia,hal.22

Page 2: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

hukum. Oleh sebab itu,supremasi hukum diterima oleh Aristoteles sebagai

pertanda Negara yang baik dan bukan semata-mata sebagai keperluan yang tidak

layak.

Aristoteles juga mengemukakan tiga unsur dari pemerintahan

berkonstitusi. Pertama, pemerintah dilaksanakan untuk kepentingan

umum.Kedua,pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan

ketentuan-ketentuan umum,bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang

yang mengesampingkan konvensi dan konstitusi.Ketiga,pemerintahan

berkonstitusi yanga dilaksanakan atas kehendak rakyat23

Konsep Negara hukum rechtsstaat di Eropa Kontinental sejak semula

didasarkan pada filsafat liberal yang individualistic.Ciri individualistic itu sangat

menonjol dalam pemikiran Negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental

itu.Konsep rechtsstaat menurut Philus M.Hardjon lahir dari suatu perjuangan

menentang absolutism,sehingga sifatnya revolusioner

. Pemikiran Aristoteles

tersebut diakui merupakan cita Negara hukum yang dikenal sampai sekarang.

Bahkan, ketiga unsur itu hamper ditemukan dan dipraktikkan oleh semua Negara

yang mengidentifikasikan dirinya sebagai Negara hukum.

24

Adapun cirri-ciri rechtsstaat adalah sebagai berikut

.

25

1. Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat;

:

2. Adanya pembagian kekuasaan Negara ;

23 Ibid. 24 Philipus M.Hadjon,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia,Bina Ilmu

Surabaya,1987,hal.72 25 Ni’matul Huda,Negara Hukum Demokrasi dan Judicial Review,UII Press

Yogyakarta,2005,hal.9

Page 3: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

3. Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.

Ciri-ciri rechtsstaat tersebut menunjukkan bahwa ide sentral rechtsstaat

adalah pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang bertumpu pada

prinsip kebebasan dan persamaan .Adanya Undang-undang Dasar secara teoritis

memberikan jaminan konstitusional atas kebebasan dan persamaan

tersebut.Pembagian kekuasaan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

penumpukan kekuasaan dalam satu tangan.Kekuasaan yang berlebihan yang

dimiliki seorang penguasa cendrung bertindak mengekang kebebasaan dan

persamaan yang menjadi ciri khas Negara hukum.

Ciri-ciri rechtsstaat tersebut juga melekat pada Indonesia sebagai sebuah

Negara hukum.Ketentuan bahwa Indonesia adalah Negara hukum tidak dapat

dilepaskan dari Pembukaan UUD 1945 sebagai citanegara hukum,kemudian

ditentukan dalam batang tubuh dan penjelasan UUD 1945 (sebelum

diamandemen). Alinea I Pembukaan UUD 1945 mengandung kata perikeadilan ;

dalam alinea II terdapat kata adil; dalam alinea II terdapat kata Indonesia; dalam

alinea IV terdapat kata keadilan sosial dan kata kemanusiaan yang adil.Semua

istilah tersebut merujuk pada pengertian Negara hukum,karena salah satu tujuan

Negara hukum adalah untuk mencapai keadilan26

Menurut Azhary,dalam penjelasan UUD 1945 (sebelum

amandemen),istilah rechtsstaat merupaka suatu genus begrip,sehingga dalam

.Pengertian keadilan yang

dimaksud dalam konsep Negara hukum Indonesia adalah bukan hanya keadilan

hukum (legal justice),tetapi juga keadilan sosial (sociale justice).

26 Dahlan Thaib,Kedaulatan Rakyat Negara Hukum dan Hak-hak Asasi

Manusia,Kumpulan Tulisan dalam rangka 70 tahun Sri Soemantri Martosoewignjo,Media Pratama,Jakarta,1996,hal. 25

Page 4: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

kaitannya dengan UUD 1945 adalah suatu pengertian khusus dari istilah

rechtsstaat sebagai genus begrib,sehingga dalam kaitannyadengan UUD 1945

adalah suatu pengertian khusus dari istilah rechtsstaat sebagai genus begrib.Studi

tentanag rechtsstaat sudah sering dilakukan oleh ahli hukum Indonesia,tetapi

studi-studi mereka belum sepenuhnya dapat menentukan bahwa Indonesia

tergolong sebagai Negara hukum dalam pengertian rechtstaat atau rule of

law27.Ada kecendrungan interpretasi yang mengarah pada konsep rule of

law,antara lain pemikiran Sunaryati Hartono dalam bukunya,Apakah The Rule of

Law Itu?28

Padmo Wahjono menelaah Negara hukum Pancasila dengan bertitik tolak

dari asas kekeluargaan yang tercantum dalam UUD 1945,yang diutamakan dalam

asas kekeluargaan adalah rakyat banyak dan harkat dan martabat manusia

.

Oemar Senoadji,bahwa Negara Hukum Indonesia memiliki cirri-ciri khas

Indonesia.Karena Pancasila diangkat sebagai dasar pokok dan sumber

hukum,Negara Hukum Indonesia dapat pula dinamakan Negara Hukum

Pancasila.Salah satu cirri pokok dalam NegaraHukum Pancasila ialah adanya

jaminan terhadap freedom of religion atau kebebasan beragama.

Ciri berikutnya dari Negara Hukum Indonesia menurut Oemar Senoadji

ialah tiada pemisahan yang rigid dan mutlak antar agama dan Negara.Karena

menurutnya,agama dan Negara berada dalam hubungan yang harmonis.

27 Azhary,Negara Hukum (Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya,Dilihat Dari Segi

Hukum Islam,Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini),Penerbit Kencana,Jakarta,2003,hal.92

28 Sunaryati Hartono,Apakah Rule of Law itu?,Penerbit P.T Alumni,Bandung,1982,hal.1

Page 5: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

dihargai29

Azhary, hukum adalah wahana untuk mencapai keadaan yang tata tentram

kerta rahaja dan bukan sekedar untuk Kamtibmas (rust en orde)

.Pasal 33 UUD 1945 mencerminkan secara khas asas kekeluargaan

ini.Pasal ini menegaskan bahwa yang penting ialah kemakmuran masyarakat dan

bukan kemakmuran orang perorang.Kiranya konsep Negara Hukum Pancasila

perlu ditelaah pengertiannya dilihat dari sudut pandang asas kekeluargaan.

Padmono Wahjono memahami hukum sebagai suatu alat atau wahana

untuk menyelenggarakan kehidupan Negara atau ketertiban dan

menyelenggarakan kesejahteraan sosial.Pengertian ini tercermin dalam rumusan

Penjelasan UUD1945 (sebelum amandemen) yang menyatakan bahwa Undang-

undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok atau garis-garis besar sebagai

instruksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggaraan Negara untuk

menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan sosial.

30 .Padmono

Wahjono menjelaskan pula bahwa dalam UUD 1945 (sebelum amandemen)

terdapat penjelasan bahwa bangsa Indonesia juga mengakui kehadiran atau

eksistensi hukum tidak tertulis (selain hukum yang tertulis).Sehubungan dengan

fungsi hukum,Padmo Wahjono menegaskan tiga fungsi hukum dilihat dari cara

pandang berdasarkan asas kekeluargaan,yaitu :31

1. Mengakkan demokrasi sesuai dengan rumusan tujuh pokok sistem

pemerintahan Negara dalam Penjelasan UUD 1945.

29Padmo Wahjono,Konsep Yuridis Negara Hukum Republik Indonesia, Rajawali, Jakarta,

1982, hal.17 30 Azhary,Negara Hukum Azhary,Negara Hukum (Suatu Studi tentang Prinsip-

prinsipnya,Dilihat Dari Segi Hukum Islam,Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini),Penerbit Kencana,Jakarta,2003,Op.Cit,hal.95

31Padmo Wahjono,Konsep Yuridis Negara Hukum Republik Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1982,Op.Cit.hal.18

Page 6: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

2. Mewujudkan keadilan sosial sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945;

3. Menegakkan perikemanusiaan yang didasarkan pada Ketuhanan Yang

Maha Esa dan dilaksanakan secara adil dan beradab.

Padmo Wahjono menamakan fungsi hukum Indonesia sebagai suatu

pengayoman.Oleh karena itu,iaberbeda dengan cara pandang liberal yang

melambangkan hukum sebagai Dewi Yustitia yang memegang pedang dan

timbangan dengan mata tertutup,memeperlihatkan bahwa keadilan yang tertinggi

ialah suatu ketidakadilan yang paling tinggi.Hukum di Indonesia dilambangkan

dengan pohon pengayoman32

Oleh karena itu,Negara tidak terbentuk karena suatu perjanjian,melinkan

Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didioronkan oleh

keinginan luhur,supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,… Padmo Wahjono

mengaskan bahwa konstruksi yang didasarkan atas asas kekeluargaan itu bukanlah

suatu vertrag,melainkan atas asas kesepakatan suatu tujuan (gesamtakt)

.

Berbeda dengan cara pandang liberal yang melihat Negara sebagai suatu

status (state) tertentu yang dihasilkan oleh suatu perjanjian masyarakat dari

individu-individu yang bebas atau dari status naturalis ke status civil dengan

perlindungan terhadap civil rights,sehingga dalam Negara Hukum Pancasila ada

suatu anggapan bahwa manusia dilahirkan dalam hubungannya atau

keberadaannya dengan Tuhan.

33

Berdasarkan uraian di atas,Padmono Wahjono tiba pada suatu rumusan

Negara menurut bangsa Indonesia,yaitu suatu kehidupan berkelompok bangsa

.

32 Ibid,hal.19 33 Ibid.hal.20

Page 7: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Indonesia ,atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh

keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas dalam arti

merdeka,berdaulat,bersatu,adil dan makmur.

Berdasarkan dua pandangan pakar hukum tersebut dapat disimpulkan

bahwa meskipun dalam Penjelasan UUD 1945 (sebelum diamandemen)

digunakan istilah rechtsstaat,konsep rechtsstaat yang dianut oleh Negara Indonesia

bukanlah konsep Negara hukum Eropa Kontinental dan bukan pula konsep rule of

law dari Anglo-Saxon,melainkan konsep Negara Hukum Pancasila dengan cirri-

ciri,antara lain :

1. Adanya hubungan yang erat antara agama dan Negara ;

2. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa ;

3. Kebebasan beragam dalam arti positif;

4. Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;serta ;

5. Asas kekeluargaan dan kerukunan

Adapun unsure-unsur pokok Negara Hukum Indonesia adalah (1) Pancasila;

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat ; (3) Sistem Konstitusi ; (4) Persamaan ;

dan (5) Peradilan yang Bebas. Dari unsure-unsur yang dikemukakan Azhary

tersebut ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam Negara Hukum

Pancasila,yaitu 34

1. Kebebasan beragama harus mengacu pada makna yang positif sehingga

pengingkaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa (ateisme) atau sikap yang

:

34 Azhary,Negara Hukum Azhary,Negara Hukum (Suatu Studi tentang Prinsip-

prinsipnya,Dilihat Dari Segi Hukum Islam,Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini),Penerbit Kencana,Jakarta,2003,Op.Cit,hal 96.

Page 8: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

memusuhi Tuhan Yang Maha Esa tidak dibenarkan,seperti terjadi di

Negara-negara komunis yang membenarkan propaganda anti agama;

2. Ada hubungan yang erat antara Negara dan agama,sehingga baik secara

rigid atau mutlak maupun secara longgar atau nisbi,Negara Republik

Indonesia tidak mengenal doktrin pemisahan antara agama dan

Negara.Oleh karena Doktrin ini sangat bertentangan dengan Pancasila dan

UUD 1945.

Lima unsur utama tersebut bertumpu pada prinsip sila pertama dari

Pancasila.Hal ini menurut Azhary,Negara hukum Pancasila memiliki bukan

hanya memiliki suatu cirri tertentu,tetapi cirri yang paling khusus dari semua

konsep hukum barat (rechtsstaat dan rule of law) maupun yang disebut sebagai

socialist legality.Sila pertama Pancasila mencerminkan konsep monoteisme atau

tauhid35

35 Hazairin,Demokrasi Pancasila,Tintamas,Jakarta,1973,hal.5.

.

Sila pertama merupakan dasar kerohanian dan moral bagi bansa Indonesia

dalam bernegara dan bermasyarakat.Artinya,penyelenggaraan kehidupan

bernegara dan bermasyarakat wajib memperhatikan dan mengimplementasikan

petunjuk-petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.Oleh karena itu,menurut Azhary

dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu dan dengan empat sila lainnya,setiap

orang yang arif dan bijaksana akan melihat banyak persamaan antara konsep

nomokrasi Islam dengan konsep Negara Hukum Pancasila.Persamaan itu antara

laintercermin dalam lima sila atau Pancasilayang sudah menjadi asas dan sumber

hukum bagi Negara Indonesia.

Page 9: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Teori Negara hukum Rule of Law

Berdasarkan tradisi common law atau yang lazim disebut Anglo

Saxon,konsep Negara hukum dikembangkan atas kepeloporan A.V Dicey yang

disebut The Rule of Law.Menurutnya,ada tiga cirri atau arti penting the rule of

law,yaitu :36

1. Supremasi hukum dari regular law untuk menentang pengaruh dari

arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan,prerogative atau

discretionary authority yang luas dari pemerintah.

2. Persamaan di hadapan hukum dari semua golongan kepada ordinary law of

the land yang dilaksanakan oleh ordinary court.Ini berarti bahwa tidak ada

orang yang berada di atas hukum,baik pejabat maupun warganegara biasa

berkewajiban menaati hukum yang sama.

3. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land,bahwa hukum

konstitusi bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak

individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan, singkatnya,

prinsip-prinsip hukum privat melalui tindakan peradilan dan parlemen

sedemikian diperluas sehingga membatasi posisi Crown dan pejabat-

pejabatnya.

Berdasarkan cirri-ciri tersebut dapat dikemukakan bahwa rule of law

mengandung arti yang dapat ditinjau dari tiga sudut.Pertama,rule of law

(pemerintah oleh hukum),berarti supremasi yang mutlak atau keutamaan yang

absolut dari pada hukum sebagai lawan daripada pengaruh kekuasaan yang

36 A.V.Dicey,An Introduction to Study of Law of the Constitution ,Mac.Millan &

Co,London,1959,Hal.117;Philipus M Hadjon,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat,Op.Cit.hal 80

Page 10: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

sewenang-wenang.Kedua,rule of law berarti ketataan yang sama dari semua

golongan kepada hukum Negara,yang diselenggarakan oleh pengadilan.Ketiga,

rule of law dapat dipergunakan sebagai formula untuk merumuskan bahwa hukum

konstitusi bukan sumber,melainkan konsekuensi dari hak-hak individu yang

dirumuskan dan dipertahankan oleh pengadilan,sehingga dengan demikian

konstitusi merupakan hasil hukum dari hukum biasa di Iggris.

Sebagaimana telah dikemukakan ,dalam UUD 1945 dan Penjelasannya

(sebelum diamandemen), ditegaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara

hukum,bukan Negara kekuasaan.Hal ini berarti adanya pengakuan prinsip-prinsip

pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur

dalam UUD 1945,adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang

menjamin keadilan bagi setiap orang,termasuk terhadap penyalahgunaan

wewenang oleh pihak yang berkuasa.

Sebagaimana telah dikemukakan,dalam konsep Negara hukum

tersebut,hukum memegang kendali tertinggi dalam penyelenggaraan negarasesuai

prinsip bahwa hukumlah yang memerintah dan bukan orang (The Rule of

Law,and not of Man) .Hal ini sejalan dengan pengertian nomocratie,yaitu

kekuasaan itu dijalankan oleh hukum37

Berdasarkan uraian di atas nyatalah bahwa penting untuk mengkaji

prinsip-prinsip pokok Negara hukum Indonesia di zaman sekarang,terutama pasca

amandemen UUD 1945,yang telah banyak mengalami perubahan dalam

kehidupan ketatanegaraan Indonesia.Prinsip-prinsip pokok tersebut merupakan

.

37 Azhary,Negara Hukum ….,Op.Cit.hal.84

Page 11: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

pilar-pilar utama yang menyangkut tegaknya Indonesia sebagai Negara hukum

modern,sehingga dapat disebut sebagai Negara Hukum (the rule of law ataupun

rechsstaat) dalam arti yang sesungguhnya.Oleh karena itu,untuk membuktikan

Negara Hukum Indonesia dalam arti yang sesungguhnya sangat ditentukan oleh

peran dan fungsi Mahkamah Konstitusi dalam mengawal dan tegaknya Konstitusi

untuk mewejudkan perlindungan hukum dan HAM bagi warga Negara yang

dijamin oleh Konstitusi sebagai hakikat Negara hukum.

Merujuk pada kepustakaan Indonesia,rechsstaat atau the rule of law sering

diterjemahkan sebagai Negara hukum.Notohamidjojo menggunakan rechtsstaat

dalam pengertian Negara hukum.

Persamaan kedua konsep hukum ini,baik the rule of law maupun

rechtsstaat ,diakui adanya kedaulatan hukum atau supremasi hukum,melindungi

individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan memungkinkan kepada

individu untuk menikmati hak-hak sipil dan politiknya sebagai manusia.

Imanuel Kant mengemukakan paham Negara hukum dalam arti

sempit,bahwa Negara hanya sebagai perlindungan hak-hak individual,sedangkan

kekuasaan Negara diartikan secara pasif,bertugas memelihara ketertiban dan

keamanan masyarakat.Konsep Negara hukum dalam arti ini dikenal dengan

sebutan nachtwakerstaat38

Perkembangan selanjutnya,paham Negara hukum yang dikemukakan

Kant mengalami perubahan dengan unculnya paham Negara hukum kesejahteraan

.

38 Azhary,Negara Hukum ….,Op.Cit.hal.39

Page 12: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

(welfare state).Sebagai mana dikemukakan Friedrich Julius Stahl,cici-ciri Negara

hukum itu adalah sebagai berikut 39

1. Adanya perlindungan hak-hak asasi manusia ;

:

2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasi

manusia;

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan;dan

4. Adanya peradilan administrasi Negara dalam perselisihan.

Sri Soemantri mengemukakan unsur-unsur terpenting Negara hukum

yaitu : 40

1. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

berdasar atas hukum atau perundang-undangan;

2. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (warga Negara);

3. Adanya pembagian kekuasaan;

4. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle)

Padmo menyatakan dalam Negara hukum terdapat suatu pola sebagai

berikut :41

1. Menghormati dan melindungi hak-hak manusia ;

2. Mekanisme kelembagaan negara yang demokratis;

3. Tertib hukum;

4. Kekuasaan kehakiman yang bebas.

39 S.F Marbun dan Moh.Mahfud MD,Pokok-pokok Hukum Administrasi

Negara,Liberty,Yogyakarta,1987,hal.44.Lihat juga Padmo Wahjono,Pembangunan Hukum Indonesia,In Hill Co.Jakarta,1989,hal.151

40 Sri Soemantri M,Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia,Penerbit P.T Alumni,Bandung,1992,hal.29-30

41 Padmo Wahjono,Indonesia Negara yang Berdasarkan Atas Hukum,Pidato pengukuhan Guru Besar FHUI,Jakarta,17 November1979,hal.6.

Page 13: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Internationa Commission of Jurist,dalam konfrensinya di Bangkok 1965

memperluas konsep the rule of law dengan menekankan apa yang dinamakan the

dynamic aspect of The Rule of Law in the modern age.Dalam konfrensi itu

dikemukakan syarat-syarat dasar terselenggaranya pemerintahan yang demokratis

di bawah Rule of Law sebagai berikut :42

1. Perlindungan Konstitusional,dalam arti bahwa konstitusi selain menjmin

hak-hak individu,harus menentukan juga cara procedural memperoleh

perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

2. Badan kehakiman yang bebas;

3. Pemilihan Umum yang bebas;

4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;

5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi;

6. Pendidikan Kewarganegaraan

Negara Indonesia sebagai negara hukum,bukan Negara kekuasaan

(Machtsstaat),di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap

prinsip supremasi hukum dan kostitusi,dianutnya pemisahan dan pembatasan

kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang

Dasar,adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin

persamaan setiap warga Negara dalam hukum,serta menjamin keadilan,kepastian

hukum, dan kemanfaatan hukum bagi setiap orang termasuk terhadap

penyalahgunaan kewenangan oleh pihak yang berkuasa

42 Azhary,Negara Hukum Indonedia…,Op.Cit.hal.45

Page 14: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Karakteristik Negara hukum yang demokratis,sesungguhnya menjelmakan

kehidupan bernegara yang memiliki komitmen terhadap tampilnya hukum sebagai

pemegang kendali dalam penyelenggaraan pemerintahan yang

demokratis.Landasan hukum yang merujuk Indonesia sebagai sebuah Negara

hukum demokratis didasarkan pada pasal 1 ayat (2) dan (3) serta pasal 28 ayat I

ayat (5) UUD 1945

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tertib hukum tercipta

juka suatu produk peraturan perundang-undangan tidak saling bertentangan,baik

secara vertical maupun horizontal,termasuk perilaku anggota masyarakat sesuai

dengan aturan hukum yang berlaku.

Konsep hukum lain dari Negara yang berdasarkan atas hukum adalah

adanya jaminan penegakan hukum dan tercapainya tujuan hukum.Dalam

penegakan hukum terdapat tiga unsur yang harus mendapat perhatian yang

sama,yaitu keadilan,kemanfaatan atau hasil guna (doelmatigheid),dan kepastian

hukum.

Penegakan hukum dan tercapainya keadilan,kepastian hukum,dan

kemanfaatan hukum dalam suatu sistem hukum terjamin,tidak bisa tidak,sistem

hukum menjadi materi muatan dari kostitusi.Dengan kata lain,materi muatan suatu

kostitusi adalah sistem hukum itu sendiri (lembaga-lembaga Negara),dan budaya

hukum (mengenai warga Negara).

3.Teori Negara Hukum Pancasila

Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya,dalam

Penjelasan UUD 1945 (sebelum diamandemen) dinyatakan Indonesia berdasarkan

Page 15: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

atas hukum (rechsstaat).Kajian tentang rechsstaat dan rule of law secara teoritis

telah sering dilakukan,baik melalui tulisan-tulisan diskusi maupun seminar-

seminar.

Terlepas dari penamaan Indonesia sebagai Negara hukum dengan sebutan

rechsstaat atau the rule of law,yang jelas secara konstitusional hasil amandemen

ketiga UUD 1945 dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara

hukum.43

Hak-hak asai manusia akan terlindungi karena dalam konsep the rule of

law mengedepankan prinsip equality before the law,sedangkan konsep rechtsstaat

mengedepankan prinsip wetmatigheid, kemudian menjadi rechtmatigeheid.

Indonesia yang menghendaki keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat

mengedepankan asas kerukunan

.Eksistensi Indonesia sebagai Negara hukum ditandai dengan beberapa

unsure pokok,seperti pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi

manusia,pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang,persamaan di

depan hukum,adanya peradilan administrasi dan unsur-unsur lainnya.

44

Asas kerukunan dalam konsep Negara Hukum Pancasila dapat dirumuskan

maknanya,baik secara positif maupun negatif. Dalam makna positif kerukunan

berarti terjalinnya hubungan yang serasi dan harmonis,sedangkan dalam makna

negatif berarti tidak konfrontatif,tidak saling bermusuhan ;dengan makna

demikian,pemerintah dalam segala tingkah lakunya senantiasa berusaha menjalin

hubungan yang serasi dengan rakyat

.

45

43 Lihat Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 44 Philipus M.Hadjon,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat,Op.Cit.hal84 45Philipus M.Hadjon,Perlindungan Hukum Bagi Rakyat,Op.Cit.hal85

.

Page 16: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Berdasarkan asas kerukunan tersebut ,tidak berarti hubungan antara

pemerintah dan rakyat tidak memunculkan sengketa.Kehidupan bermasyarakat

atau bernegara pasti menimbulkan sengketa dalam berbagai bidang

kehidupan,termasuk sengketa antara pemerintah dan rakyat.Meskipun

demikian,yang dibutuhkan adalah metode atau cara penyelesaian sengketa yang

tepat dan tidak menimbulkan keretakan atau ketidakharmonisan dan

ketidakserasian hubungan pemerintah dan rakyat dalam konteks Negara Hukum

Pancasila.

Mengenai hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-

kekuasaan Negara,hendaknya dikembalikan kepada ide dasarnya,yaitu gotong

royong.Paham gotong-royong ini menurut Philipus M.Hadjon,telah diangkat

sebagai suatu konsep politik.Hal ini dapat dilihat dari persiapan-persiapan

kemerdekaan Indonesia.Bahkan dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945,Soekarno

menyatakan Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah Negara gotong royong46

Selain paham gotong-royong dan kekeluargaan disdari sebagai asas yang

melandasi hubungan pemerintah dan rakyat dalam penyelenggaraan Negara

Hukum Pancasila,menurut Oemar Senoadji bahwa salah satu ciri pokok Negara

Hukum Pancasila adalah jaminan kebebasan beragama (freedom of religion)

.

47

Ciri berikutnya dari Negara Hukum Pancasila menurut Oemar Senoadji

adalah tidak ada pemisahan yang rigid dan mutlak antara agama dan

Negara,karena agama dan Negara berada dalam hubungan yang harmonis.Dan

.

46 Ibid.hal.91 47 Oemar Senoadji,Peradilan Bebas Negara Hukum,Erlangga,Jakarta,1985,hal 35

Page 17: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

tidak boleh terjadi pemisahan agama dan Negara,baik secara mutlak maupun

secara nisbi karena hal itu akan bertentangan dengan Pancasila dan UUD 194548

Negara hukum pancasila menjamin setiap orang bebas memeluk agama

dan beribadat menurut agamanya

.

49

Disamping itu, Negara Hukum Pancasila juga mengedepankan prinsip

persamaan sebagai elemen atau unsure penting dalam penyelenggaraan

pemerintahan.Persamaan dihadapan hukum misalnya adalah persoalan urgensial

yang harus pula mendapat perhatian pihak penyelenggara Negara.Bahkan secara

konstitusional UUD 1945 memberikan landasan untuk lebih menghargai dan

menghayati prinsip persamaan ini dalam kehidupan Negara Hukum

Pancasila,anatara lain :

.Hal ini menunjukkan adanya komitmen yang

diberikan oleh Negara kepada warga negaranyauntuk mengimplementasikan

kebebasaan itu dalam memeluk dan beribadat menurut agamanya,tanpa

khawatirbterhadap ancaman dan gangguan dari pihak lain.

Karakteristik Negara Hukum Pancasila yang lain,yaitu asas kekeluargaan

sebagai bagian fundamental dalam penyelenggaraan pemerintahan.Menguatnya

asas kekeluargaan ini memberikan kesempatan atau peluang kepada rakyat banyak

untuk tetap survive guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya,

sejauh tidak mengganggu hajat hidup orang banyak.

50

1. Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan,perlindungan,dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum;

48 Azhari,Negara Hukum…,Op.Cit hal 94. 49 Lihat Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 UUD 1945. 50 Lihat Pasal 28D UUD 1945.

Page 18: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja;

3. Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan.

Prinsip persamaan tersebut secara teoritis atau praktis tidak hanya

mencakup bidang politik, hukum dan sosial, tetapi juga bidang ekonomi dan

kebudayaan. Penegakan prinsip persamaan ini menjadi prasyarat yang mendukung

eksistensi Negara Hukum Pancasila mengaktualisasikan atau

mengimplementasikan komitmennya menyejahterakan kehidupan lapisan

masyarakata sebagai misi peneyelenggaraan pemerintahan.

Adanya peradilan yang bebas dari intervensi atau campur tangan pihak

lain,juga termasuk unsure atau elemen yang melekat atau menjiwai karakteristik

Negara Hukum Pancasila.Independensi peradilan ini secara teoritis atau praktis

merupakan pilar Negara hukum yang hamper dianut oleh Negara-negara di

berbagai belahan dunia.

Independensi peradilan tersebut menurut A.Muhammad Nasrun,

dimaksudkan sebagai tidak adanya campur tangan lembaga-lembaga di luar

pengadilan, terutama kekuasaan eksekutif dan yudikatif terhadap pelaksanaan

fungsi peradilan51.Meskipun demikian ,independensi peradilan ini bukanlah

sesuatu yang otomatis terjadi begitu saja,karena kekuasaan-kekuasaan di luar

pengadilan memiliki potensi mencampuri pelaksanaan fungsi peradilan52

51 A.Muhammad Nasrun,Krisis Peradilan,Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat

(ELSAM),Jakarta,2004,hal.51 52 Ibid.hal.52.

.

Page 19: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Oleh karena itu,menurut Muhammad Nasrun,peradilan yang tidak

independen sangat berbahaya,karena proses peradilan bisa dimanipulasi untuk

mencegah pengadilan mempertanyakan legalitas tindakan-tindakan illegal atau

semena-mena oleh para pelaksana kekuasaan negara53 .Jika independensi

peradilan ini tetap terjaga dengan baik,institusi pengadilan diyakini menjadi

sangat kuat dan mandiri menjalanakan fungsinya sebagai peradilan dalam Negara

Hukum Pancasila. Independensi peradilan tersebut,menurut Muhammad Nasrun

dapat diuji melalui dua hal,yaitu :54

1. Ketidakberpihakan (impartiality).Imparsilitas hakim terlihat pada gagasan bahwa para hakim akan mendasarkan putusannya pada hukum dan fakta-fakta persidangan,bukan atas dasar keterkaitan dengan salah satu pihak berpekara,baik dalam konteks hubungan sosial maupun hubungan politik.

2. Keterputusan relasi dengan para actor politik (political insularity).Pemutusan relasi dengan dunia politik penting bagi seorang hakim agar tidak menjadi alat untuk merealisasikan tujuan-tujuan politik atau mencegah pelaksanaan suatu keputusan politik.

Negara Hukum Pancasila seperti halnya Indonesia disadari atau tidak,tetap

membutuhkan independensi peradilan sebagai bagian penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan ,terutama berkaitan dengan pelaksanaan

wewenang lembaga Negara,seperti halnya Mahkamah Konstitusi melakukan uji

materiil undang-undang terhadap UUD1945.Dengan demikian,putusan-putusan

yang dihasilkan oleh Mahkamah Konstitusi pun dapat bebas dari intervensi pihak-

pihak yang memiliki kepentingan terhadap putusan Mahkamah Konstitusi,seperti

lembaga eksekutif dan lembaga-lembaga sosial lainnya.

53 Ibid.hal.53. 54 Ibid.hal.54.Lihat pula Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari,Aspek-Aspek

Perkembangan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia,UII Press,Yogyakarta,2005,hal.51-55

Page 20: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Menarik apa yang disinyalir oleh Montesque,bahwa independensi

peradilan tidak lain merupakn mulut undang-undang,sehingga putusan hakim

merupakan suatu putusan hukum,bukan dipandang sebagai putusan politik55

Menurut pandangan Ahmad Azhar Basyir,sila pertama Pancasila

merupakan dasar kerohanian dan dasar moral bagi bangsa Indonesia dalam

bernegara dan bermasyarakat.Artinya,penyelenggaraan kehidupan bernegara dan

bermasyarakat wajib memperhatikan dan mengimplementasikan petunjuk-

petunjuk Tuhan Yang Maha Esa

.Hal

ini berarti ketidakberpihakan dan keterputusan badan peradilan,khususnya para

hakim dengan pihak-pihak lain,baik secara politis maupun secara ekonomis sangat

menentukan keberhasilan badan peradilan menjalankan fungsinya dan tetap

independen dalam mengambil keputusan hukum.

56

Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan

kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah

lembaga untuk membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang

melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi

jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan

.

B.Teori Pembagian Kekuasaan

Menurut Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak

dianut diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah,

kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan

politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda.

55 A.Muhammad Nasrun,Loc.Cit 56 Ahmad Azhar Basyir,Hubungan Agama dan Pancasila,UII,Yogyakarta,1985,hal.9-10.

Page 21: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun

perseorangan manapun yang melanggar undang-undang.

Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut,

diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi

pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and

balances (saling koreksi, saling mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya

Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa, mulus atau tanpa halangan.

Sejarah Trias Politika

Pada masa lalu, bumi dihuni masyrakat pemburu primitif yang biasanya

mengidentifikasi diri sebagai suku. Masing-masing suku dipimpin oleh seorang

kepala suku yang biasanya didasarkan atas garis keturunan ataupun kekuatan fisik

atau nonfisik yang dimiliki. Kepala suku ini memutuskan seluruh perkara yang

ada di suku tersebut.

Pada perkembangannya, suku-suku kemudian memiliki sebuah dewan

yang diisi oleh para tetua masyarakat. Contoh dari dewan ini yang paling kentara

adalah pada dewan-dewan Kota Athena (Yunani). Dewan ini sudah menampakkan

3 kekuasaan Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Bahkan di Romawi Kuno, sudah ada perwakilan daerah yang disebut Senat,

lembaga yang mewakili aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan Indonesia

sekarang adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Namun, keberadaan kekuasaan yang terpisah, misalnya di tingkat dewan

kota tersebut mengalami pasang surut. Tantangan yang terbesar adalah persaingan

dengan kekuasaan monarki atau tirani. Monarki atau Tirani adalah kekuasaan

Page 22: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

absolut yang berada di tangan satu orang raja. Tidak ada kekuasaan yang terpisah

di keduanya.

Pada abad Pertengahan (kira-kira tahun 1000 – 1500 M), kekuasaan politik

menjadi persengketaan antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum

bangsawan. Kerap kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa

kekuasaan antara tiga kekuatan politik ini.

Sebagai koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun 1500 M mulai

muncul semangat baru di kalangan intelektual Eropa untuk mengkaji ulang filsafat

politik yang berupa melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokoh seperti John

Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes, merupakan contoh dari

intelektual Eropa yang melakukan kaji ulang seputar bagaimana kekuasaan di

suatu negara/kerajaan harus diberlakukan.

Untuk keperluan mata kuliah ini, cukup akan diberikan gambaran

mengenai 2 pemikiran intelektual Eropa yang berpengaruh atas konsep Trias

Politika. Pertama adalah John Locke yang berasal dari Inggris, sementara yang

kedua adalah Montesquieu, dari Perancis.

John Locke (1632-1704)

Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika ada di dalam Magnum

Opus (karya besar) yang ia tulis dan berjudul Two Treatises of Government yang

terbit tahun 1690. Dalam karyanya tersebut, Locke menyebut bahwa fitrah dasar

manusia adalah “bekerja (mengubah alam dengan keringat sendiri)” dan

“memiliki milik (property)." Oleh sebab itu, negara yang baik harus dapat

melindungi manusia yang bekerja dan juga melindungi milik setiap orang yang

Page 23: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

diperoleh berdasarkan hasil pekerjaannya tersebut. Mengapa Locke menulis

sedemikian pentingnya masalah kerja ini ?

Dalam masa ketika Locke hidup, milik setiap orang, utamanya bangsawan,

berada dalam posisi yang rentan ketika diperhadapkan dengan raja. Kerap kali raja

secara sewenang-wenang melakuka akuisisi atas milik para bangsawan dengan

dalih beraneka ragam. Sebab itu, kerap kali kalangan bangsawan mengadakan

perang dengan raja akibat persengkataan milik ini, misalnya peternakan, tanah,

maupun kastil.

Negara ada dengan tujuan utama melindungi milik pribadi dari serangan

individu lain, demikian tujuan negara versi Locke. Untuk memenuhi tujuan

tersebut, perlu adanya kekuasaan terpisah, kekuasaan yang tidak melulu di tangan

seorang raja/ratu. Menurut Locke, kekuasaan yang harus dipisah tersebut adalah

Legislatif, Eksekutif dan Federatif.

Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang.

Hal penting yang harus dibuat di dalam undang-undang adalah bahwa masyarakat

ingin menikmati miliknya secara damai. Untuk situasi ‘damai’ tersebut perlu terbit

undang-undang yang mengaturnya. Namun, bagi John Locke, masyarakat yang

dimaksudkannya bukanlah masyarakat secara umum melainkan kaum bangsawan.

Rakyat jelata tidak masuk ke dalam kategori stuktur masyarakat yang dibela

olehnya. Perwakilan rakyat versi Locke adalah perwakilan kaum bangsawan

untuk berhadapan dengan raja/ratu Inggris.

Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan amanat undang-undang.

Dalam hal ini kekuasaan Eksekutif berada di tangan raja/ratu Inggris. Kaum

Page 24: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

bangsawan tidak melaksanakan sendiri undang-undang yang mereka buat,

melainkan diserahkan ke tangan raja/ratu.

Federatif adalah kekuasaan menjalin hubungan dengan negara-negara atau

kerajaan-kerajaan lain. Kekuasaan ini mirip dengan Departemen Luar Negara di

masa kini. Kekuasaan ini antara lain untuk membangun liga perang, aliansi politik

luar negeri, menyatakan perang dan damai, pengangkatan duta besar, dan

sejenisnya. Kekuasaan ini oleh sebab alasan kepraktisan, diserahkan kepada

raja/ratu Inggris.

Dari pemikiran politik John Locke dapat ditarik satu simpulan, bahwa dari

3 kekuasaan yang dipisah, 2 berada di tangan raja/ratu dan 1 berada di tangan

kaum bangsawan. Pemikiran Locke ini belum sepenuhnya sesuai dengan

pengertian Trias Politika di masa kini. Pemikiran Locke kemudian disempurnakan

oleh rekan Perancisnya, Montesquieu.

Montesquieu (1689-1755)

Montesquieu (nama aslinya Baron Secondat de Montesquieu) mengajukan

pemikiran politiknya setelah membaca karya John Locke. Buah pemikirannya

termuat di dalam magnum opusnya, Spirits of the Laws, yang terbit tahun 1748.

Sehubungan dengan konsep pemisahan kekuasaan, Montesquieu menulis

sebagai berikut : “Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan: kekuasaan

legislatif; kekuasaan eksekutif, mengenai hal-hal yang berkenan dengan dengan

hukum antara bangsa; dan kekuasan yudikatif yang mengenai hal-hal yang

bergantung pada hukum sipil. Dengan kekuasaan pertama, penguasa atau

magistrat mengeluarkan hukum yang telah dikeluarkan. Dengan kekuasaan kedua,

Page 25: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

ia membuat damai atau perang, mengutus atau menerima duta, menetapkan

keamanan umum dan mempersiapkan untuk melawan invasi. Dengan kekuasaan

ketiga, ia menghukum penjahat, atau memutuskan pertikaian antar individu-

individu. Yang akhir ini kita sebut kekuasaan yudikatif, yang lain kekuasaan

eksekutif negara.

Dengan demikian, konsep Trias Politika yang banyak diacu oleh negara-

negara di dunia saat ini adalah Konsep yang berasal dari pemikir Perancis ini.

Namun, konsep Trias Politika ini terus mengalami persaingan dengan konsep-

konsep kekuasaan lain semisal Kekuasaan Dinasti (Arab Saudi), Wilayatul Faqih

(Iran), Diktatur Proletariat (Korea Utara, Cina, Kuba).

Fungsi-fungsi Kekuasaan Legislatif

Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya membuat undang-undang.

Di masa kini, lembaga tersebut disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat

(Indonesia), House of Representative (Amerika Serikat), ataupun House of

Common (Inggris). Lembaga-lembaga ini dipilih melalui mekanisme pemilihan

umum yang diadakan secara periodik dan berasal dari partai-partai politik.

Melalui apa yang dapat kami ikhtisarkan dari karya Michael G. Roskin,

et.al, termaktub beberapa fungsi dari kekuasaan legislatif sebagai berikut :

Lawmaking, Constituency Work, Supervision and Critism Government,

Education, dan Representation.

Lawmaking adalah fungsi membuat undang-undang. Di Indonesia,

undang-undang yang dikenal adalah Undang-undang Ketenagakerjaan, Undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Guru Dosen, Undang-

Page 26: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

undang Penanaman Modal, dan sebagainya. Undang-undang ini dibuat oleh DPR

setelah memperhatikan masukan dari level masyarakat.

Constituency Work adalah fungsi badan legislatif untuk bekerja bagi para

pemilihnya. Seorang anggota DPR/legislatif biasanya mewakili antara 100.000 s/d

400.000 orang di Indnesia. Tentu saja, orang yang terpilih tersebut mengemban

amanat yang sedemikian besar dari sedemikian banyak orang. Sebab itu, penting

bagi seorang anggota DPR untuk melaksanakan amanat, yang harus ia suarakan di

setiap kesempatan saat ia bekerja sebagai anggota dewan. Berat bukan ?

Supervision and Criticism Government, berarti fungsi legislatif untuk

mengawasi jalannya pelaksanaan undang-undang oleh presiden/perdana menteri,

dan segera mengkritiknya jika terjadi ketidaksesuaian. Dalam menjalankan fungsi

ini, DPR melakukannya melalui acara dengar pendapat, interpelasi, angket,

maupun mengeluarkan mosi kepada presiden/perdana menteri.

Education, adalah fungsi DPR untuk memberikan pendidikan politik yang

baik kepada masyarakat. Anggota DPR harus memberi contoh bahwa mereka

adalah sekadar wakil rakyat yang harus menjaga amanat dari para pemilihnya.

Mereka harus selalu memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai

bagaimana cara melaksanakan kehidupan bernegara yang baik. Sebab, hampir

setiap saat media massa meliput tindak-tanduk mereka, baik melalui layar televisi,

surat kabar, ataupun internet.

Representation, merupakan fungsi dari anggota legislatif untuk mewakili

pemilih. Seperti telah disebutkan, di Indonesia, seorang anggota dewan dipilih

oleh sekitar 300.000 orang pemilih. Nah, ke-300.000 orang tersebut harus ia

Page 27: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

wakili kepentingannya di dalam konteks negara. Ini didasarkan oleh konsep

demokrasi perwakilan. Tidak bisa kita bayangkan jika konsep demokrasi langsung

yang diterapkan, gedung DPR akan penuh sesak dengan 300.000 orang yang

datang setiap hari ke Senayan. Bisa-bisa hancur gedung itu. Masalah yang muncul

adalah, anggota dewan ini masih banyak yang kurang peka terhadap kepentingan

para pemilihnya. Ini bisa kita lihat dari masih banyaknya demonstrasi-demonstrasi

yang muncul di aneka isu politik.

Fungsi-fungsi Kekuasaan Eksekutif

Eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang yang

dibuat oleh Legislatif. Fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif ini garis besarnya

adalah : Chief of state, Head of government, Party chief, Commander in chief,

Chief diplomat, Dispenser of appointments, dan Chief legislators.

Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau

Perdana Menteri. Chief of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau

Perdana Menteri merupakan kepada suatu negara, simbol suatu negara. Apapun

tindakan seorang Presiden atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang

bersangkutan. Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan dengan

memimpin upacara, peresmian suatu kegiatan, penerimaan duta besar,

penyelesaian konflik, dan sejenisnya.

Head of Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden atau

Perdana Menteri yang melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari. Misalnya

mengangkat menteri-menteri, menjalin perjanjian dengan negara lain, terlibat

dalam keanggotaan suatu lembaga internasional, menandatangi surat hutang dan

Page 28: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

pembayarannya dari lembaga donor, dan sejenisnya. Di dalam tiap negara,

terkadang terjadi pemisahaan fungsi antara kepala negara dengan kepala

pemerintahan. Di Inggris, kepala negara dipegang oleh Ratu Inggris, demikian

pula di Jepang. Di kedua negara tersebut kepala pemerintahan dipegang oleh

Perdana Menteri. Di Indonesia ataupun Amerika Serikat, kepala negara dan

kepala pemerintahan dipegang oleh Presiden.

Party Chief berarti seorang kepala eksekutif sekaligus juga merupakan

kepala dari suatu partai yang menang pemilu. Fungsi sebagai ketua partai ini lebih

mengemuka di suatu negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Di

dalam sistem parlementer, kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri

yang berasal dari partai yang menang pemilu. Namun, di negara yang menganut

sistem pemerintahan presidensil terkadang tidak berlaku kaku demikian. Di masa

pemerintahan Gus Dur (di Indonesia) menunjukkan hal tersebut.

Gus Dur berasal dari partai yang hanya memenangkan 9% suara di Pemilu

1999, tetapi ia menjadi presiden. Selain itu, di sistem pemerintahan parlementer,

terdapat hubungan yang sangat kuat antara eksekutif dan legislatif oleh sebab

seorang eksekutif dipilih dari komposisi hasil suara partai dalam pemilu. Di

sistem presidensil, pemilu untuk memilih anggota dewan dan untuk memilih

presiden terpisah.

Commander in Chief adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata.

Presiden atau perdana menteri adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata.

Seorang presiden atau perdana menteri, meskipun tidak memiliki latar belakang

militer memiliki peran ini. Namun, terkadang terdapat pergesekan dengan pihak

Page 29: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

militer jika yang menjadi presiden ataupun perdana menteri adalah orang bukan

kalangan militer. Sekali lagi, ini pernah terjadi di era Gus Dur, di mana banyak

instruksi-instruksinya kepada pihak militer tidak digubris pihak yang terakhir,

terutama di masa kerusuhan sektarian (agama) yang banyak terjadi di masa

pemerintahannya.

Chief Diplomat, merupakan fungsi eksekutif untuk mengepalai duta-duta

besar yang tersebar di perwakilan negara di seluruh dunia. Dalam pemikiran trias

politika John Locke, termaktub kekuasaan federatif, kekuasaan untuk menjalin

hubungan dengan negara lain. Demikian pula di konteks aplikasi kekuasaan

eksekutif saat ini. Eksekutif adalah pihak yang mengangkat duta besar untuk

beroperasi di negara sahabat, juga menerima duta besar dari negara lain.

Dispensen Appointment merupakan fungsi eksekutif untuk

menandatangani perjanjian dengan negara lain atau lembaga internasional. Dalam

fungsi ini, penandatangan dilakukan oleh presiden, menteri luar negeri, ataupun

anggota-anggota kabinet yang lain, yang diangkat oleh presiden atau perdana

menteri.

Chief Legislation, adalah fungsi eksekutif untuk mempromosikan

diterbitkannya suatu undang-undang. Meskipun kekuasaan membuat undang-

undang berada di tangan DPR, tetapi di dalam sistem tata negara dimungkinkan

lembaga eksekutif mempromosikan diterbitkannya suatu undang-undang oleh

sebab tantangan riil dalam implementasi suatu undang-undang banyak ditemui

oleh pihak yang sehari-hari melaksanakan undang-undang tersebut.

Page 30: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Fungsi-fungsi Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang maupun

memberi sanksi atas setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi Yudikatif yang

bisa dispesifikasikan kedalam daftar masalah hukum berikut: Criminal law (petty

offense, misdemeanor, felonies); Civil law (perkawinan, perceraian, warisan,

perawatan anak); Constitution law (masalah seputar penafsiran kontitusi);

Administrative law (hukum yang mengatur administrasi negara); International law

(perjanjian internasional).

Criminal Law, penyelesaiannya biasanya dipegang oleh pengadilan pidana

yang di Indonesia sifatnya berjenjang, dari Pengadilan Negeri (tingkat kabupaten),

Pengadilan Tinggi (tingkat provinsi, dan Mahkamah Agung (tingkat nasional).

Civil law juga biasanya diselesaikan di Pengadilan Negeri, tetapi khusus umat

Islam biasanya dipegang oleh Pengadilan Agama.

Constitution Law, kini penyelesaiannya ditempati oleh Mahkamah

Konstitusi. Jika individu, kelompok, lembaga-lembaga negara mempersoalkan

suatu undang-undang atau keputusan, upaya penyelesaian sengketanya dilakukan

di Mahkamah Konstitusi.

Administrative Law, penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha

Negara, biasanya kasus-kasus sengketa tanah, sertifikasi, dan sejenisnya.

International Law, tidak diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah

kendali suatu negara melainkan atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Page 31: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

C Pembagian Kekuasaan Menurut UUD Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Dasar 1945 menganut asas demokrasi. Bagi mereka yang

memandang Negara dari sudut kekuasaan dan menganggap Negara sebagai

organisasi kekuasaan maka Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai

lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi

kepada beberapa lembaga kenegaraan,misalnya pembagian kekuasaan kepada

lembaga Negara bidang legislative,lembaga bidang eksekutif dan lembaga bidang

yudikatif.Undang-Undang Dasar (UUD) menentukan cara-cara bagaimana pusat

kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain.Undang-Undang

Dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam satu Negara 57

Seperti diketahui bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengeksplisitkan

adanya berbagai lembaga Negara sebagai pemegang kekuasaan yang masing-

.

Dalam hubungannya dengan pembagian kekuasaan ke dalam berbagai

lembaga,maka dapatlah dikatakan bahwa adanya kekuasaan yang dibagi-bagikan

menurut fungsi,wewenang dan kedudukan di dalam suatu Negara menunjukkan

bahwa Negara tersebut menganut paham demokrasi,bukan Negara monarki atau

pemerintahan dictator.pembagian kekuasaan yang demikian haruslah dicantumkan

dengan tegas di dalam Undang-Undang Dasar Negara tersebut.

Negara Republik Indonesia dengan demikian tak dapat disangkal

menganut asas demokrasi, karena persyaratan-persyaratan untuk Negara

demokrasi telah dipenuhi dan dinyatakan dengan tegas di dalam Undang-Undang

Republik Indonesia yakni Undang-Undang Dasar 1945.

57 Miriam Budiarjo,hal 96

Page 32: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

masing mempunyai fungsi,wewenang dan kedudukan yang berbeda.Adanya

pembagian itu sebenarnya merupakan delegasi kekuasaan daripada rakyat sebagai

pemegang kedaulatan.Bahwa di Indonesia yang memegang kedaulatan adalah

rakyat yang berarti bahwa Indonesia adalah Negara dwmokrasi jelas-jelas disebut

dalam Undang-Undang Dasar 1945,yakni di dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi

: ‘Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat’. Jadi pada dasarnya secara formal ,MPR dalah

merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia ,anggota-anggotanya

merupakan wakil langsung dari rakyat.Majelis Permusyawaratan Rakyat di

Indonesia merupakan lembaga Tertinggi Negara atau aparatur demokrasi yang

tertinggi di Indonesia.Tapi lembaga ini bukanlah merupakan badan perwakilan

rakyat sebab sebagai lembaga yang berfungsi sebagai lembaga lembaga

perwakilan rakyat masih ada lagi satu lembaga Tinggi Negara yang disebut

Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 19,20,21 dan 22 Undang-

Undang Dasar 1945). Berhubungan dengan itu perlu diuraikan pula bahwa

demokrasi di Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri,artinya demokrasi di

Negara kita mempunyai corak khusus bila dibandingkan dengan Negara-negara

lainnya yang menganut asas demokrasi.

Jika dihubungkan dengan teori tentang tipe-tipe demokrasi modern maka

di Indonesia pada dasarnya menggunakan demokrasai Pancasila dengan

Presidensil,yakni demokrasi dengan pemerintahan perwakilan yang

representative.Disini Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen

(DPR).Tapi salah satu kelainannya dengan sistem Presidensil pada umumnya

Page 33: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

ialah bahwa antara lembaga-lembaga legislative,eksekutif dan yudikatif di

Indonesia tidaklah mempunyai kekuasaan terpisah secara tegas,melainkan

mempunyai hubungan saling mempengaruhi satu sama lain.Kekuasaan-kekuasaan

yang dipegang lembaga-lembaga Negara adalah kekuasaan rakyat sebagai

pemegang kedaulatan yang dibagi-bagikan atau didelegasikan .Pendelegasian itu

ada yang secara permanen ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar dan ada pula

yang diber oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dan ada pula yang diberi oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat setiap lima tahun sekali,sebagai misal

kekuasaan pemerintah Negara dipegang oleh Presiden adalah merupakan

kekuasaan yang permanen yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar

1945,sedangkan materi-materi Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai

arah atau haluan Negara diserahkan secara formal oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat tiap lima tahun sekali.

Sudah jelas bahwa berdasarkan sila keempat dari dasar Negara Indonesia,

Pancasila serta Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 negara Indonesia

memakai asas demokrasi atau kedaulatan rakyat.Demokrasi yang dianut adalah

demokrasi perwakilan dengan sistem presidensiil.Kehidupan bangsa Indonesia

sejak berabad-abad tak dapat dihindarkan telah mempengaruhi asas demokrasi

yang dianut Undang-Undang Dasar 1945 sehingga demokrasi yang harus

dipraktekkan di Indonesia mempunyai corak hidup di Negara-negara

lain.Kekhasan demokrasi di Indonesia bisa dilihat pada beberapa hal yang sifatnya

cukup mendasar,yakni :

Page 34: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Pertama,aparatur demokrasi yang tertinggi di Indonesia adalah Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) .MPR yang selanjutnya disebut Majelis

merupakan penjelemaan dari seluruh rakyat Indonesia dan memegang kedaulatan

atas nama rakyat Indonesia.Anggota-anggotanya terdiri dari anggota-anggota

DPR,utusan-utusan daerah dan golongan yang dapat representative sebagai

penjelmaan seluruh rakyat.Sekalipun pada dasarnya seluruh anggota Majelis ini

merupakan wakil rakyat tapi sebenarnya lembaga ini bukanlah merupakan

parlemen,parlemen sendiri yang lebih dikenal dengan DPR hanyalah sebagian dari

keseluruhan anggota Majelis.Presiden sebagai Kepala Eksekutif merupakan

mandataris dari Majelis dan bertanggung jawab kepadaMajelis.Kalau pada

demokrasi yang sistem pemerintahannya menganut presidensiil pada umumnya

Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen tapi langsung kepada rakyat

,maka menurut struktur demokrasi di Indonesia Presiden harus bertanggung jawab

kepada Majelis ,sedangkan DPR adalah bagian terbesar dari Majelis.Itulah

kekhasan demokrasi Indonesia yang paling utama yakni hubungan MPR,DPR,dan

Presiden dalam fungsi dan kedudukan masing-masing serta hubungan dalam

bidang perundang-undangan atau legislasi.

Kedua, aparatur demokrasi di tingkat pusat yang menjadi poros-poros

kekuasaan tidak hanya terdiri dari tiga macam lembaga Negara,tapi terdiri dari

enam di mana yang satu (Majelis) merupakan lembaga tertinggi sedangkan yang

lainnya merupakan lembaga tinggi.Kelima lembaga tinggi Negara di bawah

Majelis itu adalah DPR,Presiden,BPK,DPA,dan MA.Masing-masing lembaga

tinggi tersebut memegang kekuasaan sendiri-sendiri sehingga poros-poros

Page 35: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

kekuasaan tidak hanya terdiri dari tiga macam yaitu legislative,eksekutif dan

yudikatif melainkan masih ada lagi kekuasaan menasehati Presiden dan member

pertimbangan /usul serta kekuasaan mengawasi keuangan Negara.Semua

kekuasaan itu dipegang oleh Presiden,kekuasaan menasehati dan memberikan

pertimbangan kepada Presiden dipegang oleh DPA,sedangkan kekuasaan untuk

mengawasi penyelenggaraan keuangan Negara dilakukan oleh BPK.Jadi kalau

Negara demokrasi pada umumnya hanya meletakkan tiga poros kekuasaan di

tingkat pusat maka di Indonesia ada lima poros yang dibawahi oleh satu aparatur

tertinggi sebagai penjelmaan rakyat yaitu Majelis.di Indonesia ada lembaga

penasehat Eksekutif tapi berkedudukan sama dengan Lembaga Eksekutif yaitu

DPA. Begitu juga Indonesia mengenal satu lembaga yang disebut Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mempunyai kekuasaan mengawasi penggunaan

keuangan Negara, badan mana juga berstatus otonom sebagai lembaga tinggi

Negara .Karena fungsinya yang bersifat mengawasi maka di Negara-negara lain

fungsi BPK ini mungkin dilakukan oleh parlemen atau oleh Mahkamah Agung.

Jadi jelaslah kekhasan demokrasi Indonesia,tidak menganut asas Trias

Politika dalam menciptakan poros-poros kekuasaannya,tapi pada dasarnya dalam

sistem hubungan antara tiga poros kekuasaan (legislative,eksekutif dan yudikatif)

yang lebih condong menganut teori penafsiran seperti Amerika Serikat yaitu

sistem Presidensiil.Dalam sistem ini pun tidak sama dalam praktiknya dengan

Amerika Serikat,sebab antara tiga poros kekuasaan itu di Indonesia masih terbuka

kemungkinan saling berhubungan,hal ini berhubung Indonesia tidak menganut

model ‘pemisahan kekuasaan’.Sehingga kekhasan lain dari demokrasi di

Page 36: BAB II PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA A.Teori …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37783/4/Chapter II.pdf · Adanya Undang-undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan

Indonesia bisa ditemui lagi yaitu bentuk hubungan antara tiga poros kekuasaan

itu.

Ketiga,sekalipun di dalam sistem pemerintahannya demokrasi di Indonesia

menganut sistem Presidensiil ,tapi hubungan antara tiga poros kekuasaan seperti

disebutkan di atas tidaklah memakai model pemisahan tapi memakai model

‘pembagian’ yang membuka kemungkinan saling mempengaruhi.Antara Presiden

dan DPR misalnya kekuasaannya tidak terpisah malainkan dalam bidang

legislative adalah bersama-sama dalam bidang yudikatif yang pada dasarnya

kekuasaan dipegang MA,Presiden dalam hal-hal tertentu juga menguasai yakni

adanya wewenang untuk memberikan grasi,amnesty,abolisi dan

rehabilitasi.Begitu juga hubungan antara MA dengan DPR masih terlihat tidak

terpisah sebab pengambilan sumpah anggota-anggota DPR dilakukan oleh

Mahkamah Agung. Adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatar tiga

poros pokok ini adalah ‘sah’ menurut Undang-Undang Dasar sendiri mengatur hal

seperti itu,dan hal tersebut merupakan kekhasan wujud demokrasi modern

Indonesia58

.

58 Mahfud MD, dasar dan struktur ketatanegaraan Indonesia ,1993