bab ii landasan teori pendidikan nonformal adalah...

20
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah, karena pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan nonformal dilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota masyarakat. Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan. Menurut Soelaman Joesoef (1992: 54), pendidikan non formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif

Upload: phungphuc

Post on 22-Jul-2018

246 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendidikan NonformalPendidikan nonformal adalah pendidikan yang

dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi

tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang

tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah, karena

pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakkan

tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan

nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah.

Oleh karena itu pendidikan nonformal dilakukan diluar

sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota

masyarakat. Sebab itu program pendidikan nonformal

harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi

lugas, namun tetap menarik minat para konsumen

pendidikan.

Menurut Soelaman Joesoef (1992: 54), pendidikan

non formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat

komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang

memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun

bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan

hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan

baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif

10

dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan

lingkungan masyarakat dan negaranya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan

belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu

untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan,

dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi

keluarga, masyarakat, dan negara.

2.2. Pengertian HomeschoolingMenurut Saputra (2007: 11) homeschooling

diartikan sebagai sebuah proses layanan pendidikan

yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh

orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat

lain, di mana proses belajar mengajar dapat berlangsung

dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap

potensi anak yang unik dapat berkembang secara

maksimal.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Sumardiono

(2007: 23) menuturkan bahwa homeschooling merupakan

model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih

untuk bertanggung jawab sendiri secara aktif atas

pendidikan anak-anaknya dan menggunakan rumah

sebagai basis pendidikannya. Maksud dari bertanggung

jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh

orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan,

11

mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan,

nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan, kecerdasan

dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan

materi pembelajaran, hingga metode belajar serta praktik

belajar keseharian anak-anak.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

dan teknologi, program-program dalam pendidikan juga

turut mengalami perkembangan. Perkembangan dari

filsafat dan ilmu pengetahuan serta adanya usaha untuk

memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad-

abad menghasilkan perubahan pada sistem pendidikan

yang sekarang ini kita kenal sebagai sekolah. Menurut

Abdullah (2011: 18) sekolah adalah sebuah lembaga

yang dirancang untuk pengajaran peserta didik di bawah

pengawasan pendidik. Sekolah juga dijadikan sebagai

solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga dalam

mendidik anaknya secara sadar dan terencana. Di

Indonesia sendiri, pembagian pendidikan pada sekolah

disesuaikan dengan usia peserta didik, hal ini berlaku

untuk pendidikan formal dan nonformal.

Meskipun sekolah menjadi institusi pendidikan

yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan,

namun proses pencarian pendidikan yang terbaik tidak

pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus

lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang

dialami oleh masyarakat. Di Amerika Serikat, gelombang

pertama homeschooling terjadi pada era 1960-an. Pada

12

masa ini, muncul pemikiran bahwa anak-anak belajar

baik jika tanpa instruksi sebagaimana di sekolah. Selain

John Holt, inisiator lainnya pada masa itu adalah

Raymond Moore, seorang psikolog perkembangan dan

peneliti pendidikan. Pada akhir 1970-an, Holt

menerbitkan surat kabar Growing Without School yang

menjadi sistem pendukung homeschooling pada masa itu

(Saputra, 2007: 12).

Di Indonesia, belum ada penelitian yang secara

khusus meneliti tentang akar perkembangan

homeschooling. Sebagai sebuah istilah, homeschooling

atau sekolah rumah adalah istilah yang relatif baru

dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tetapi kalau

diperhatikan secara esensi dari filosofi, model dan

praktek penyelenggaraannya, homeschooling bukanlah

sebuah hal yang benar-benar baru. Apabila

memperhatikan konsep-konsep kunci homeschooling,

maka kita akan mendapatkan bentuk-bentuk praktik

homeschooling yang pernah ada di Indonesia. Salah satu

konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran

yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal.

Konsep ini membawa kita pada konsep yang lebih umum

yaitu, belajar otodidak atau belajar mandiri (Sumardiono,

2007: 24). Nadhirin (2008: 2) memaparkan bahwa

homeschooling merupakan model pendidikan alternatif

selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang

memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi

13

diri mereka masing-masing. Nadhirin (2008: 2)

memaparkan bahwa metode homeschooling terbagi

menjadi 3 jenis, yakni homeschooling tunggal,

homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas.

Berikut dijabarkan pengertian dari masing-masing jenis

homescooling.

1. Homeschooling tunggal

Homeschooling tunggal merupakan homeschooling

yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu

keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal

ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani

proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang

didatangkan secara privat hanya akan membimbing

dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran

yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari

lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan

program homeschooling.

2. Homeschooling majemuk

Homescooling majemuk merupakan homeschooling

yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga

untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok

tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.

3. Homeschooling komunitas

Homeschooling komunitas merupakan gabungan

beberapa homeschooling majemuk. Pada jenis ini ini

terdapat silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah

raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal

14

pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga

memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial

untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial

melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan

komunitas.

Dasar penyelenggaraan homeschooling di

antaranya adalah UU No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas,

terutama pasal 27 yang berbunyi: (1) Kegiatan

pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal

setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar

nasional pendidikan. Kegiatan homeschooling perlu

dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta

homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah.

Untuk ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA

Paket C. Sistem ujiannya adalah melalui ujian nasional

kesetaraan.

Nadhirin (2008: 4) menyebutkan bahwa

homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak

didik untuk belajar tanpa harus merasa tertekan dengan

beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum.

Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk

terjun langsung mempelajari materi yang disediakan.

Siswa diajak mengevaluasi secara langsung tentang

materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang

15

memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika

atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan

mereka. Beberapa keunggulan lain homeschooling

sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini

menyediakan pendidikan moral atau keagamaan,

lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik,

menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Selain

hal tersebut sistem pembelajaran pada homesechooling

juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut

pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian,

seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan

pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan

nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan

ilmu.

Namun, selain keunggulan yang ditawarkan pada

pendidikan homeschooling, terdapat juga beberapa

kekurangan diantaranya kondisi belajar di homeschooling

membuat anak kurang berinteraksi dengan teman

sebaya. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi

dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan

sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi

berbagai kesalahan atau ketidakpastian.

Kurangnya interaksi juga membuat anak didik

kehilangan kesempatan untuk bergabung dalam salah

satu tim olah raga, dan organisasi siswa pada umumnya

seperti OSIS, PMR, IRM, PASKIBRA, pramuka, tim

16

basket, tim sepak bola dan sebagainya seperti halnya

yang terdapat disekolah umum. Kekurangan lain adalah

tidak ada kompetisi atau bersaing. Sehingga ada

kemungkinan anak didik tidak bisa membandingkan

sampai di mana kemampuannya dibanding anak-anak

lain seusianya. Selain itu anak didik belum tentu merasa

cocok jika diajar oleh orang tua sendiri, apalagi jika

memang mereka tidak punya pengalaman mengajar

sebelumnya. Faktor tingginya biaya homeschooling juga

menjadi salah satu kekurangan, karena dipastikan biaya

yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan

homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti

pendidikan formal disekolah umum (Nadhirin, 2008: 4).

Saat ini, perkembangan homeschooling di

Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi

yang semakin terbuka dan membuat para orang tua

memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan

anak-anaknya. Selanjutnya Sumardiono (2007: 24) juga

menambahkan bahwa banyak keluarga Indonesia yang

belajar di luar negeri menyelenggarakan homeschooling

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya.

Selain itu, ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan

di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga-

keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan

homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan-

tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga.

17

Homeschooling adalah model pendidikan alternatif

selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh

jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada

keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa

yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah

untuk melakukannya. Tak ada sebuah definisi tunggal

mengenai homeschooling karena model pendidikan yang

dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam

dan bervariasi.

Sejauh ini kurikulum yang ada di Indonesia yaitu

kurikulum yang ditentukan oleh Diknas. Namun dalam

homeschooling tidak dipaksakan untuk mengikuti

kurikulum Diknas karena sebagian besar dari

homeschooling yang ada memilih materi dan

pengajarannya sendiri. Dengan melihat apa yang

dibutuhkan oleh anak dan keluarga. Namun pemerintah

mempunyai prasyarat dalam homeschooling. Diantaranya

menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari

penyedia kurikulum di mana 3% materi yang digunakan

berasal dari partner homeschooling yang dijalankan oleh

lembaga setempat. Bila dilihat dari Homeschooling Kak

Seto kegiatan atau biasa disebut proses pembelajaran

terbagi atas dua pembelajaran yaitu yang pertama

kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran

siswa atau kemudian biasa disebut homeschooler di

mana kegiatan tersebut membantu siswa dalam proses

belajar menjadi menyenangkan. Meliputi games, inspiring

18

story, project class, nonton bareng, outing,

ekstrakurikuler, distance learning gathering. Yang kedua

yaitu parent’s meeting dan bimbingan konseling.

Homeschooling Destiny Institute menggunakan

kurikulum ACE (Accelerated Christian Education). Filosofi

yang dibangun atas prinsip-prinsip dasar firman Allah di

mana siswa diajarkan untuk melihat kehidupan dari

sudut pandang Allah sebagai tanggung jawab untuk

pembelajaran sendiri. Program ini berdasarkan Alkitab

komprehensif yang berfungsi baik sekolah berbasis

kampus dan homeschooling. Diantaranya program

berbasis Alkitab dengan karakter Ilahi, pendekatan

individual, Self Instruction–kurikulum berbasis

penguasaan, keterlibatan orang tua, pelatihan dan

konvensi, peluang siswa untuk pengembangan karakter.

2.3. Pengertian ManajemenHasibuan (2011: 2) berpendapat bahwa

manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur

proses pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian

manjamen juga dijelaskan oleh Gordon (Bafadal,

2004: 39) yang menyebutkan bahwa manajemen

merupakan metode yang digunakan administrator

untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau

mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut

Stoner (2001: 4) manajemen adalah suatu proses

19

perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan

mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk

menggunakan semua sumber daya organisasi yang

tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang

dinyatakan dengan jelas. Lebih lanjut Griffin (2004:

8) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai

sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Selanjutnya

Terry (2000: 15) menyatakan bahwa manajemen

adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu

kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Dari

paparan pendapat ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu

proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

yang dirancang untuk mencapai tujuan. Pada

penelitian ini yang manajemen yang dimaksud adalah

manajemen program pendidikan pada homeschooling

Destiny Institute.

2.4. Analisis Manajemen Program PendidikanHomeschoolingDalam dunia pendidikan manajemen pada

program pendidikan memiliki peranan yang sangat

penting. Menurut Hasibuan (2011: 2), Manajemen adalah

ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

20

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif

dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan menurut

Prayudi (2007: 55) bahwa manajemen adalah

pengendalian dan pemanfaatan dari pada semua faktor

dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan

(planning) diperlukan untuk mencapai atau

menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu. Jadi,

manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar

suatu usaha dapat berjalan denga baik memerlukan

perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan

serta mempergunakan atau mengikutsertaan semua

potensi yang ada baik personal maupun material secara

efektif dan efesien.

Pada dasarnya manajemen program pendidikan

ialah pengaturan semua kegiatan yang terangkum dalam

pendidikan baik dalam kegiatan, proses, dan hasil yang

dirancang guna menciptakan masyarakat yang

kompetitif dalam menghadapi kemajuan jaman.

Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-

Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menjelaskan

bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta

didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif

supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan,

keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual

21

keagaman, kepribadian serta akhlak mulia. Program

pendidikan di Indonesia dirancang untuk memajukan

pendidikan di Indonesia, adapun program yang

dirancang tersebut secara garis besar dituangkan dalam

proses pembelajaran. Dalam keseluruhan proses

pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak

tergantung pada proses pembelajaran yang baik.

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan

asas pendidikan maupun teori belajar, yang merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam

pengertian demikian dapat dikatakan bahwa

pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk

belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa

mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan

efisien. Menurut Uno (2006: 56) pembelajaran (learning)

adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan

siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan

faktor lingkungan belajarnya, karakteristik siswa,

karakteristik bidang studi serta berbagai strategi

pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan maupun

pengorganisasian pembelajaran.

22

Berpijak dari pendapat para ahli di atas maka

dapat disimpulkan bahwa manajemen program

pendidikan homeschooling merupakan pengelolaan dari

kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

terhadap program pendidikan di homeschooling. Untuk

mengetahui gambaran mengenai pendidikan

homeschooling Destiny Institute, maka perlu dilakukan

analisis terhadap manajemen program pendidikan di

Destiny Institute. Adapun analisis dilakukan dengan

mengacu teknik analisis interaktif. Teknik analisis

interaktif dikembangkan oleh Miles dan Huberman.

Adapun langkah-langkah analisis dilakukan secara siklis

dan interaktif, yaitu dari pengumpulan data, penyajian

data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

2.5. Hasil Penelitian yang relevanFarah Husna (2012: 3). Melakukan penelitian

dengan judul “Pengelolaan Pembelajaran Homeschooling

Studi Situs Homeschooling Primagama Yogyakarta”.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Ingin mengetahui

karakteristik mengelola kelembagaan homeschooling di

Lembaga Homeschooling Primagama Yogyakarta (2) Ingin

mengetahui karakteristik interaksi pembelajaran

homeschooling di Lembaga Homeschooling Primagama (3)

Ingin mengetahui hubungan lembaga homeschooling

dengan orang tua siswa di Lembaga Homeschooling

Primagama. Jenis penelitian ini adalah penelitian

23

kualitatif dengan desain etnografi. Lokasi penelitian di

Homeschooling Primagama Yogyakarta. Narasumber

dalam penelitian ini adalah direktur dan guru lembaga

Homeschooling Primagama Yogyakarta. Teknik

pengumpulan data dengan pengaturan data, proses

penganalisisan, sajian data, penarikan simpulan

(verifikasi), penyusunan kesimpulan. Analisis data yang

digunakan metode analisis data di dalam situs dapat

digunakan selama atau sesudah pengumpulan data,

tetapi biasanya cenderung menjadi sangat bermanfaat

bilamana dasar datanya lengkap, serta penelitian berada

dalam tahapan analisis dan penulisan final. Model

penyajian yang khas adalah dalam bentuk teks naratif.

Keabsahan data dilakukan dengan pemakaian waktu

peneliti di lapangan diusahakan dapat berjalan secara

efektif, trianggulasi, ketergantungan, konfirmabilitas.

Hasil dari penelitian ini adalah:1) Karakteristik

pengelolaan kelembagaan homeschooling meliputi:

pendidikan kebutuhan masyarakat, sekolah alternatif,

anak berkebutuhan khusus, pengembangan sekolah

nonformal dengan kurikulum Sistem Pendidikan

Nasional, lembaga fleksibel, layanan individu siswa,

secara akademik lebih terstruktur, pengembangan

akademik dan bakat anak, pendekatan aspek psikologi

anak. 2) Interaksi pembelajaran homeschooling meliputi:

KTSP, konsep learn how to learn, guru dan jam belajar

menyesuaikan kebutuhan anak, pelaksanaan

24

pembelajaran @ 2 jam/mata pelajaran, proses belajar

mengajar tiap hari senin-sabtu mulai pukul 08.00-17.00,

pembelajaran individu atau kelompok, Ujian Nasional

dan Ujian Kesetaraan, pembelajaran komunitas satu

minggu sekali, raport bersifat kualitatif dan kuantitatif,

metode hypnotherapy, kegiatan fieldtrip dan outbond. 3)

Hubungan lembaga homeschooling dengan orang tua

siswa meliputi: pertemuan dengan orang tua (parent

meeting) dilaksanakan tiga-empat bulan sekali, kegiatan

Home Visit dua bulan sekali, dalam proses pembelajaran

orang tua, lembaga, dan anak terlibat, menyebar angket

untuk orang tua dalam rangka untuk mengetahui

perkembangan anak, keikutsertaan orangtua dalam

kegiatan anak, terdapat 16 cabang lembaga

Homeschooling Primagama di pulau Sumatra dan pulau

Jawa.

Selanjutnya, Mayasari (2015: 432) melakukan

penelitian dengan judul “Manajemen Pembelajaran

Homeschooling”. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui penyelenggaraan manajemen pembelajaran

homeschooling di Sekolah Dolan Malang, metode

penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif

dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

manajemen pembelajaran homeschooling di Sekolah

Dolan Malang, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran di

25

Sekolah Dolan yaitu kurikulum yang digunakan

mengacu pada Kemendikbud; (2) pelaksanaan

pembelajaran di Sekolah Dolan yaitu siswa di Sekolah

Dolan diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara

langsung berkaitan dengan sesuatu yang mereka

pelajari; (3) evaluasi hasil pembelajaran siswa

homeschooling di Sekolah Dolan untuk kelulusan

ditentukan dari nilai ujian kesetaraan; dan (4) hambatan

dalam pelaksanaan pembelajaran homeschooling di

Sekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak dan orang

tua dalam mengikuti program pembelajaran yang telah

disepakati.

Moh. Fauzi Ibrahim (2010: 3) melalukan penelitian

dengan judul Impelmentasi Model Homeschooling di

Komunitas Sekolah Pelangi Ciputat. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi

Ciputat telah mengimplementasi model homescool,

Montessori, model homeschool Charolate Mason, dan

jenis homeschooling Komunitas tanpa melupakan minat

dan kebutuhan anak seusianya, sehingga anakpun dapat

termotivasi belajarnya.

Himmatul Aliyah (2008: 2) telah melakukan

penelitian dengan judul Konsep Homeschooling Menurut

DR. Seto Mulyadi Dalam Perspektif Pendidikan Islam.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsep

homeschooling Dr. Seto Mulyadi terdapat keterkaitan

erat dengan konsep pendidikan Islam yaitu: (1) Konsep

26

homeschooling menurut Dr. Seto Mulyadi adalah

pembelajaran yang dilakukan di rumah dengan anak

sebagai peserta didik dan orang tua sebagai fasilitator.

Dalam praktiknya, homeschooling Kak Seto

menggunakan Kurikulum dari Depdiknas (KTSP 2006)

yang dimodifikasi dengan teori psikologi dan

perkembangan anak, teori belajar, perkembangan IPTEK

dan isu-isu lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya

masyarakat. Sedangkan metode pembelajaran yang

digunakan menganut teori Active Learning, Fun

Learning, dan Contextual Teaching Learning .(2)

Pendidikan integral bagi pendidikan anak adalah

pendidikan berdasarkan nilai-nilai Islam yang bersumber

pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai rujukan dan

pendidikan yang ditawarkan oleh Dr. Seto Mulyadi

sangat erat keterlibatannya dengan konsep Pendidikan

Islam yang telah ada. Terutama dalam hal tanggung

jawab pendidikan anak, metode dan prinsip kurikulum

yang digunakan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Destia

Dwi Anggraeni (2008: 2) dengan judul Gambaran Sikap

Orangtua Terhadap Pendidikan Homeschooling

menunjukkan bahwa sikap orangtua terhadap

pendidikan homeschooling yang termasuk ke dalam

kategori sikap positif sebesar 17 orang dengan

persentase 28,33%. Sedangkan yang termasuk ke dalam

kategori sikap negatif sebesar 22 orang dengan

27

persentase 36,67%. Berdasarkan tingkat pendidikan

sikap orangtua yang positif terhadap homeschooling

berada pada tingkat S1 dengan nilai mean170,22 dan

Berdasarkan tingkat penghasilan sikap orangtua yang

positif terhadap homeschooling berada pada tingkat Rp.

2.000.001- Rp. 2.500.000,- dengan nilai mean 168,57.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

homeschooling merupakan sebuah metode pendidikan

yang memberikan kebutuhan anak untuk

mengembangkan bakatnya di mana kondisi tersebut

tidak terpenenuhi di pendidikan formal, selain itu

menunjukkan bahwa manajemen program pendidikan

yang dimiliki homeschooling berbeda dengan pendidikan

formal. Penelitian lainnya juga menunjukkan pandangan

orangtua terhadap pendidikan di homeschooling.

Mencermati hasil-hasil penelitan yang telah dilakukan di

atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian terhadap manajemen program pendidikan

homeschooling, di mana penelitian ini nantinya akan

dapat memberikan gambaran mengenai manajemen

program pendidikan homeschooling, khususnya

homeschooling Destiny Institute.

2.6. Kerangka BerpikirHomeschooling adalah salah satu sarana untuk

menempuh ilmu pendidikan bagi mereka yang tidak

menempuh pendidikan secara reguler. Homeschooling

merupakan alternatif pendidikan non formal berupa

28

pembelajaran individu yang dapat mengembangkan

potensi anak secara optimal baik dalam pengetahuan,

sikap dan kepribadian dengan menekankan pada

penugasan pengembangan sikap mandiri. Destiny’s

Institute merupakan salah satu Homeschooling dikota

Salatiga. Homeschooling Destiny Institute merupakan

homeschooling yang menggunakan kurikulum ACE

(Accelerated Christian Education) yakni pembelajaran

yang didasari dengan filosifis kerohanian sehingga selain

anak dapat berkembang secara intelektual juga

berkembang secara kerohanian. Untuk melihat program

pendidikan homeschooling di Destiny Institute maka

dilakukan analisis terhadap manajemen program

pendidikan yang diterapkan di homeschooling di Destiny

Institute. Kegiatan analisis dimulai dari perencanaan

untuk memulai suatu penelitian, kemudian

melaksanakan apa yang sudah direncanakan sehingga

memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi,

selanjutnya menyimpulkan atau merangkum segala

kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan.