bab ii landasan teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/t2... ·...

35
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pendidikan Pengelolaan atau manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha mema- hami mengapa dan bagaimana orang bekerja. Dikata- kan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menja- lankankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). Prinsip dasar manajemen adalah menjalankan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan kepu- tusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Dalam hal ini menyangkut proses pendayagunaan segala sumber daya secara efisien disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Sagala (2006:18) mendefinisikan pengelolaan sebagai proses untuk merencanakan dan memperta- hankan lingkungan tempat individu dapat bekerja- sama dalam kelompok secara efisien dalam rangka

Upload: hoangdung

Post on 21-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Pendidikan

Pengelolaan atau manajemen sering diartikan

sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu

karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang

pengetahuan yang secara sistematik berusaha mema-

hami mengapa dan bagaimana orang bekerja. Dikata-

kan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran

melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menja-

lankankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena

manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk

mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional

dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1).

Prinsip dasar manajemen adalah menjalankan

fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan kepu-

tusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Dalam

hal ini menyangkut proses pendayagunaan segala

sumber daya secara efisien disertai penetapan cara

pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Sagala (2006:18) mendefinisikan pengelolaan

sebagai proses untuk merencanakan dan memperta-

hankan lingkungan tempat individu dapat bekerja-

sama dalam kelompok secara efisien dalam rangka

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

12

mencapai tujuan. Dalam pendidikan, pengelolaan itu

dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-

sumber pendidikan agar terpusat pada usaha menca-

pai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelum-

nya. Pengelolaan pendidikan juga dapat diartikan

sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan penge-

lolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, mene-

ngah, maupun tujuan jangka panjang.

Purwanto (2006: 8) menyatakan bahwa manaje-

men pendidikan adalah suatu proses keseluruhan,

kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, dan pem-

biayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan

fasilitas yang tersedia, baik persoalan material, mau-

pun spiritual, untuk mencapai tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien.

Proses-proses manajemen pada dasarnya adalah

perencanaan segala sesuatu secara mantap untuk

melahirkan keyakinan sehingga dapat melakukan

sesuatu sesuai dengan aturan dan memiliki manfaat.

Dalam dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki

kemampuan dalam merencanakan pengajaran, karena

pada dasarnya suatu kegiatan yang direncanakan

terlebih dahulu maka tujuannya akan lebih berhasil

(Mulyono, 2008: 20).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

13

2.2 Perencanaan

Perencanaan adalah proses kegiatan rasional

dan sistemik dalam menetapkan keputusan, kegiatan

atau langkah-langkah yang akan dilaksanakan di

kemudian hari dalam rangka usaha mencapai tujuan

secara efektif dan efisien (Mulyono, 2008: 25). Uno

(2008: 2) mengatakan perencanaan merupakan suatu

cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat

berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai

langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjang-

an yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Sa’ud dan Makmun (2007: 3) mengatakan peren-

canaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan me-

nyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan

terjadi (peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya)

dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensi,

revisi, renovasi, substitusi, kreasi, dan sebagainya).

Mulyono (2008: 26-27) menyatakan dalam kegi-

atan perencanaan, mengacu pada hal-hal berikut ini:

1. Langkah-langkah perencanaan: (a) Memilih sa-

saran (tujuan) organisasi; (b) Sasaran (tujuan)

ditetapkan untuk setiap sub unit organisasi

divisi, departemen dan sebagainya; (c) Program

ditentukan untuk mencapai tujuan dengan cara yang sistematik (tentunya dengan mem-

pertimbangkan kelayakan program tersebut);

2. ProsesPerencanaan: (a) Merumuskan tujuan

yang jelas/operasional; (b) Mengidentifikasi

dan menganalisis data terkait dengan masalah;

(c) Mengomparasikan alternatif yang ditemu-kan, antara alternatif yang tepat guna, berhasil

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

14

guna dan praktis; (d) Mengambil keputusan;

(e) Menyusun rencana kegiatan;

3. Aspek perencanaan: (a) Sentiasa future oriented; (b) Disajikan untuk mencapai tujuan;

(c) Sebagai usaha menjabarkan kegiatan-ke-

giatan yang akan dilaksanakan pada masa

yang akan datang; (c) Kegiatan yang mengi-

dentifikasi sumber-sumber yang dapat menun-

jang pelaksanaan kegiatan; (d) Merupakan

kegiatan mempersiapkan sejumlah alternative;

4. Prinsip-prinsip perencanaan: (a) Mengacu pada

tujuan yang ingin dicapai; (b) Mempertimbang-

kan efisiensi: (a) Praktis dapat dilaksanakan;

(b) Mempertimbangkan potensi sumber daya

yang ada; (c) Komprehensif: berwawasan luas; (d) Integreted: terpadu dengan semua kompo-

nen terkait; (e) Berorientasi ke masa depan;

(f) Fleksibel: mudah disesuaikan dengan peru-

bahan; (g) Mengikutsertakan komponen-kom-

ponen terkait; (h) Jelas: tidak menimbulkan

interpretasi ganda.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka

peneliti menyimpulkan bahwa perencanaan merupa-

kan kegiatan yang dijadikan pedoman kemana tujuan

organisasi dan bagaimana cara pencapaian organisasi

tersebut. Proses ini memerlukan pemikiran tentang

apa yang akan dikerjakan, mengapa, bagaimana, dan

di mana suatu kegiatan dilakukan serta siapa yang

akan melakukannya, sehingga diperlukan adanya

peranserta dari semua anggota organisasi untuk

menghasilkan perencanaan yang partisipatif. Karena

perencanaan ini dilaksanakaan di sekolah tentunya

melibatkan semua unsur yang ada di sekolah seperti

siswa, guru, orang tua dan komite.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

15

2.3 Sekolah Ramah Anak

2.3.1 Pengertian Sekolah

Menurut Gorton (Sagala, 2006: 53), sekolah

adalah suatu sistem organisasi yang di dalamnya

terdapat sejumlah orang yang bekerja sama dalam

rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai

tujuan instruksional. Komariah dan Triatna (2006: 2)

mendefinisikan sekolah merupakan suatu sistem yang

kompleks karena selain terdiri atas input-prosees-

output juga memiliki akuntabilitas terhadap konteks

pendidikan dan outcome. Dengan demikian, pendekat-

an contex-input-process-product-outcome (CIPP and out-

come) menjadi pendekatan sistem sekolah. Namun

demikian, dalam konsepnya kita dapat memasukkan

contex menjadi bagian dari input dan outcome dari

product Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan

pendidikan umum pada jenjang Pendidikan Dasar

(Anonim, 2008: 5).

Sekolah Dasar dimana penelitian ini dilakukan

adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menye-

lenggarakan program enam tahun. Sekolah Dasar

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendi-

dikan dasar 9 tahun yang diselenggarakan di SD 6

tahun dan SLTP 3 tahun. Pendidikan dasar yang di-

selenggarakan di SD bertujuan memberikan bekal

kemampuan “Baca Tulis Hitung“, pengetahuan dan

keterampilan dasar bermanfaat bagi siswa sesuai

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

16

dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan

untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Sedang pendi-

dikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan

dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan

kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga

negara dan anggota umat manusia serta mempersiap-

kan peserta didik untuk mengikuti pendidikan mene-

ngah (Anonim, 2006: 9).

2.3.2 Pengertian Sekolah Ramah Anak

Sekolah Ramah Anak adalah sekolah/madrasah

yang aman, bersih, sehat, rindang, inklusif dan

nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psiko-

sosial anak perempuan dan anak laki-laki termasuk

anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau

pendidikan layanan khusus (Supiandi, dkk. 2012: 9).

Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang

secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-

hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara teren-

cana dan bertanggung jawab (Risnawati, 2013: 1).

Prinsip utama adalah non diskriminasi kepentingan,

hak hidup serta penghargaan terhadap anak. Sebagai-

mana dalam bunyi pasal 4 UU No.23/2002 tentang

perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mem-

punyai hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlin-

dungan dari kekerasan dan diskriminasi. Disebutkan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

17

di atas salah satunya adalah berpartisipasi yang dija-

barkan sebagai hak untuk berpendapat dan didengar-

kan suaranya. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah

yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi

dalam segala kegiatan, kehidupan sosial, serta mendo-

rong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.

Menurut Fataha (2011: 1-2) menyatakan bahwa

Sekolah ramah anak dapat dimaknai sebagai suatu

sekolah yang dapat memfasilitasi dan memberdayakan

potensi anak.Untuk memberdayakan potensi anak

sekolah tentunya harus memprogramkan sesuatunya

yang menyebabkan potensi anak tumbuh dan ber-

kembang. Konsekuensi menciptakan sekolah ramah

anak tidaklah mudah karena sekolah di samping

harus menciptakan program sekolah yang memadai,

sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang

edukatif.

Sekolah Ramah Anak bertujuan untuk memba-

ngun lingkungan belajar dimana anak termotivasi dan

mampu untuk belajar. Komunitas sekolah ramah dan

terbuka terhadap kebutuhan kesehatan dan keaman-

an siswa (UNICEF, 2010: 2). Agus Hartono dan Alam

Pamungkas (2010: 4) menyatakan bahwa sekolah

ramah anak bertujuan untuk mewujudkan lingkungan

belajar yang mendorong anak untuk tumbuh kembang

dengan aman, layak, dan menyenangkan untuk

mendapatkan hak atas pendidikan dan lingkungan

yang baik.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

18

Oluremi (2012) dalam penelitiannya yang berju-

dul ”Creating a Friendly School Learning Environment

For Nigerian Children” menyatakan bahwa terdapat

beberapa sebab sekolah dikatakan tidak ramah anak

yaitu:

a. Kurangnya ruang kelas, peralatan dan bahan

dalam pembelajaran seperti meja dan kursi.

b. Kurangnya motivasi guru dalam pembelajaran;

c. Penggunaan metode pengajaran yang kurang baik;

d. Kekuranganair bersihdan fasilitas sanitasi

yang ada di sekolah;

e. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pen-

didikan

Berdasarkan beberapa pengertian di atas pene-

liti menyimpulkan bahwa sekolah ramah anak adalah

sekolah dimana siswa merasa aman dan nyaman

berada didalamnya sehingga siswa dapat mengem-

bangkan potensinya dengan baik.

2.3.3 Ciri-Ciri Sekolah Ramah Anak

Ada beberapa ciri-ciri Sekolah Ramah Anak yang

ditinjau dari beberapa aspek (Umy, 2010: 7-8):

a. Sikap terhadap murid: (1) Perlakuan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas-lemah,

kaya-miskin, normal-cacat, anak pejabat-anak

buruh; (2) Penerapan norma agama, sosial dan

budaya setempat; (3) Kasih sayang kepada

murid, memberikan perhatian bagi mereka yang lemah dalam proses belajar karena mem-

berikan hukuman fisik maupun nonfisik bisa

menjadikan anak trauma; (4) Saling menghor-

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

19

mati hak-hak anak, baik antar murid dengan

pendidik, pendidik dengan tenaga kependidik-

an maupun antara tenaga kependidikan dengan murid;

b. Metode Pembelajaran: (1) Terjadi proses belajar

sedemikian rupa sehingga siswa merasakan

senang mengikuti pelajaran, tidak ada rasa

takut, cemas dan was-was, siswa menjadi lebih

aktif dan kreatif serta tidak merasa rendah diri karena bersaing dengan teman siswa lain;

(2) Terjadi proses belajar yang efektif yang di-

hasilkan oleh penerapan metode pembelajaran

yang variatif dan inovatif. Misalnya: belajar

tidak harus di dalam kelas, guru sebagai fasi-litator proses belajar menggunakan alat bantu

untuk meningkatkan ketertarikan dan kese-

nangan dalam pengembangan kompetensi,

termasuk lingkungan sekolah sebagai sumber

belajar (pasar, kebun, sawah, sungai, laut, dll);

(3) Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar seperti buku pelajaran dan alat

bantu ajar/peraga sehingga membantu daya

serap murid. Guru sebagai fasilitator menerap-

kan proses belajar mengajar yang kooperatif,

interaktif, baik belajar secara individu maupun kelompok; (4) Terjadi proses belajar yang parti-

sipatif. Murid lebih aktif dalam proses belajar.

Guru sebagai fasilitator proses belajar mendo-

rong dan memfasilitasi murid dalam menemu-

kan cara/jawaban sendiri dalam menghadapi

suatu persoalan; (5) Murid dilibatkan dalam berbagai aktifitas yang mengembangkan kom-

petensi dengan menekankan proses belajar melalui berbuat sesuatu (learning by doing,

demonstrasi, praktek langsung, dll);

c. Penataan Kelas: (1) Murid dilibatkan dalam

penataan bangku, dekorasi dan ilustrasi yang menggambarkan ilmu pengetahuan, dll. Pena-

taan bangku secara klasikal (berbaris ke

belakang) mungkin akan membatasi kreatifitas

murid dalam interaksi sosial dan diskusi

kelompok; (2) Murid dilibatkan dalam menen-tukan warna dinding atau dekorasi dinding

kelas sehingga murid menjadi betah di dalam

kelas; (3) Murid dilibatkan dalam memajang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

20

hasil karya murid, hasil ulangan/test, bahan

ajar dan buku sehingga artistik dan menarik

serta menyediakan space untuk baca (pojok baca); (4) Bangku dan kursi sebaiknya ukuran-

nya disesuaikan dengan ukuran postur anak

Indonesia serta mudah untuk digeser guna

menciptakan kelas yang dinamis; (5) Dengan

keterlibatan langsung, siswa diharapkan mera-

sa bertanggungjawab terhadap perawatan, ke-bersihan, dan ketertiban penataan kelasnya;

d. Lingkungan Kelas: (1) Murid dilibatkan dalam

mengungkapkan gagasannya dalam mencipta-

kan lingkungan sekolah (penentuan warna

dinding kelas, hiasan, kotak saran, majalah dinding, taman kebun sekolah, dll); (2) Terse-

dia fasilitas air bersih, higienis dan sanitasi,

fasilitas kebersihan dan fasilitas kesehatan;

(3) Fasilitas sanitasi seperti toilet, tempat cuci

tangan, disesuaikan dengan postur dan usia

anak; (4) Di sekolah diterapkan kebijakan/ peraturan yang mendukung kebersihan dan

kesehatan. Kebijakan/peraturan ini disepakati,

dikontrol dan dilaksanakan oleh semua murid

(dari-oleh-dan untuk murid).

Dalam penelitian ini, sekolah berusaha untuk

menciptakan sekolah ramah anak sehingga pihak

sekolah dan guru terus berusaha untuk menciptakan

lingkungan sekolah yang aman dan nyaman serta

melakukan pembelajaran yang menyenangkan bagi

siswa melalui penataan ruang kelas bersama siswa

sesuai dengan kondisi siswa.

2.3.4 Aspek Pengembangan Sekolah Ramah Anak

Sekolah harus menciptakan suasan kondusif

agar anak merasa nyaman dan dapat bebas bereks-

presi sesuai potensinya. Agar suasana kondusif

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

21

tersebut tercipta, maka ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan sesuai dengan panduan dari Dinas Pen-

didikan Jawa Tengah (2013: 11-12) sebagai berikut:

a. Program Sekolah yang Sesuai

Program sekolah seharusnya disesuaikan

dengan dunia anak, artinya program disesuaikan

dengan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan

anak. Anak tidak harus dipaksakan melakukan sesu-

atu tetapi dengan program tersebut anak secara

otomatis terdorong untuk mengekplorasi dirinya.

Faktor penting yang perlu diperhatikan sekolah adalah

partisipasi aktif anak terhadap kegiatan yang dipro-

gramkan. Partisipasi yang tumbuh karena sesuai

dengan kebutuhan anak.

Pada anak SD ke bawah, program sekolah lebih

menekankan pada fungsi dan sedikit proses, bukan

menekankan produk atau hasil. Produk hanya meru-

pakan konsekuensi dari fungsi. Kekuatan sekolah ter-

utama kualitas guru, tanpa mengabaikan faktor lain.

Guru memiliki peran penting dalam menyelenggarakan

pembelajaran yang bermutu. Untuk SD dan TK, guru

harus memiliki minimal tiga potensi, yaitu: (1) rasa

kecintaan kepada anak (having sense of love the

children), (2) memahami dunia anak (having sense of

love to the children), (3) mampu mendekati anak

dengan tepat (baca: metode) (having appropriate

approach).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

22

b. Lingkungan Sekolah yang Mendukung

Suasana lingkungan sekolah seharusnya menja-

di tempat aman bagi anak untuk belajar tentang

kehidupan, apalagi sekolah yang memprogramkan

kegiatan belajar mengajarnya sampai sore. Suasana

aktivitas anak yang ada di masyarakat juga depro-

gramkan di sekolah sehingga anak tetap mendapatkan

pengalaman-pengalaman yang seharusnya ia dapatkan

di masyarakat. Bagi anak lingkungan dan suasana

yang memungkinkan untuk bermain sangatlah

penting karena bermain bagi anak merupakan bagian

dari hidupnya. Bahkan UNESCO menyatakan “Right to

play” (hak bermain). Disamping itu, penciptaan ling-

kungan yang bersih, akses air minum yang sehat,

bebas dari sarang kuman, dan gizi yang memadai

merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

c. Aspek Sarana Prasarana yang Memadai

Sarana dan prasarana utama yang dibutuhkan

adalah berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran

anak. Sarana prasarana tidak harus mahal tetapi

sesuai dengan kebutuhan anak.

Adanya zona aman selamat ke sekolah, adanya

kawasan bebas reklame rokok, pendidikan inklusif

juga merupakan faktor yang diperhatikan sekolah.

Sekolah juga perlu melakukan penataan lingkungan

sekolah dan kelas yang menarik, memikat, mengesan-

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

23

kan, dan pola pengasuhan dan pendekatan individual

sehingga sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman

dan menyenangkan.

Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan

bahwa untuk menjadi sekolah ramah anak, harus

memperhatikan beberapa aspek pengembangan seko-

lah yaitu sekolah harus mampu membuat program

yang sesuai dengan kebutuhan anak dan benar-benar

berpusat pada kepentingan anak, sekolah harus

mampu menciptakan lingkungan yang mendukung

tumbuh kembang anak seperti lingkungan yang

bersih, hijau dan sehat, akses air minum yang cukup,

sehat dan sanitasi air dan masih banyak lagi. Sekolah

juga harus memfasilitasi penyediaan sarana dan

prasarana yang memadai yang sesuai dengan minat

dan bakat siswa pada proses pembelajarannya.

2.3.5 Ruang Lingkup Sekolah Ramah Anak

Kewajiban negara untuk menghormati, melin-

dungi dan memenuhi Hak Pendidikan Anak juga

diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005

tentang Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya. Dalam hal ini, penerapan SRA memastikan

para pemangku kepentingan menghormati ketersedia-

an pendidikan dengan tetap menghormati partisipasi

masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan.

Negara harus melindungi aksesibilitas anak perem-

puan dan anak laki-laki termasuk anak berkebutuhan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

24

khusus; menerapkan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) yang memastikan pendidikan diselenggarakan

relevan secara budaya termasuk bagi kelompok

minoritas dan penduduk asli. Di samping itu harus

memenuhi ketersediaan pendidikan dengan aktif me-

ngembangkan sekolah/madrasah yang aman, bersih,

sehat, rindang, inklusif dan nyaman bagi perkem-

bangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan

dan anak laki-laki termasuk ABK, juga memenuhi

ketersediaan pendidikan melalui pengembangan

kurikulum yang mencerminkan kebutuhan semua

anak untuk tumbuh kembang di dunia yang selalu

berubah.

PHPA melalui Penerapan SRA harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, pe-

ningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manaje-

men pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasio-

nal, dan global sehingga perlu dilakukan pembaha-

ruan pendidikan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan. Sehubungan dengan hal tersebut,

ruang lingkup Petunjuk Teknis Penerapan SRA

disusun sebagai berikut (Supiandi, 2012: 20-24):

a. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum yang relevan secara

budaya, sosial dan bahasa sangat diperlukan dalam

pengembangan karakter bangsa sejak usia dini di

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

25

sekolah/madrasah. Melalui petunjuk teknis tentang

pengembangan kurikulum ini diharapkan para penye-

lenggara sekolah/ madrasah senantiasa mempertim-

bangkan eksplorasi, kekhususan, ragam media dan

bahan ajar yang mendorong anak perempuan dan

anak laki-laki termasuk ABK dapat mengembangkan

diri secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan se-

cara inspiratif menyenangkan, interaktif, menantang,

memotivasi dan memberi ruang bagi prakarsa kreati-

vitas dan kemandirian anak sesuai minat, bakat dan

kebutuhannya untuk tumbuh kembang. Dukungan

orangtua dalam menciptakan lingkungan inklusif dan

ramah bagi pembelajaran anak di rumah sangat

penting dalam pengembangan kurikulum SRA. Media

massa dan lingkungan sekitar pun diharapkan secara

proaktif mendukung tersedianya sumber belajar yang

ramah anak.

b. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4

Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sekolah/

Madrasah Aman dari Bencana yang disusun oleh

BNPB bersama K/L/D/I melengkapi Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007

tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI,

SMP/ MTs, SMA/ MA dan lampirannya yang mengatur

lebih rinci mengenai persyaratan kesehatan, kesela-

matan, kemudahan termasuk kelayakan bagi penyan-

dang cacat, kenyamanan dan keamanan. Hal ini

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

26

sejalan dengan ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003Pasal 45 Ayat 1 yang menya-

takan:

“Setiap satuan pendidikan formal dan non-formal

menyediakan sarana dan prasarana yang meme-nuhi keperluan pendidikan sesuai dengan partum-

buhan dan perkembangan potensi fisik, kecer-

dasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan

peserta didik”.

c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Ketersediaan guru dan tenaga kependidikan di

sekolah/madrasah dalam jumlah yang cukup dan

tepat dengan kondisi kerja dan kompensasi yang layak

sangat diperlukan dalam upaya membangun gerakan

aman, sehat, hijau, inklusi dan ramah anak dengan

dukungan keluarga di sekolah/madrasah. Mekanisme

dukungan dan pengawasan bagi pendidik dan tenaga

kependidikan senantiasa mempertimbangkan prinsip

kepentingan terbaik anak. Pemerintah dan pemerintah

daerah perlu mendorong lembaga pendidik dan tenaga

kependidikan serta Serikat Pekerja Profesi Guru

(SPPG) agar berpartisipasi aktif dalam memastikan

ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang

memiliki kemampuan untuk menerapkan SRA.

Pendidik selain diperankan oleh guru, juga

diperankan oleh orangtua di dalam rumah tangga dan

masyarakat. Orangtua merupakan pendidik pertama

dan utama bagi anak sebagaimana dinyatakan dalam

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

27

Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen-

didikan Nasional yang berbunyi: (1) Orangtua berhak

berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan

memperoleh informasi tentang perkembangan pendi-

dikan anaknya; (2) Orangtua dari anak usia wajib

belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar

kepada anaknya.

d. Pengelolaan

Pengelolaan sumber daya pendidikan mulai dari

kebijakan dan anggaran yang diatur oleh pemerintah

dan pemerintah daerah teridentifikasi dengan jelas dan

dapat digunakan untuk menerapkan kesempatan bela-

jar yang sesuai dengan tumbuh kembang dan perlin-

dungan anak dalam semua tahap pelaksanaannya.

MBS yang peduli anak perlu dikembangkan ber-

dasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai SRA. Mulai

dari ketersediaan data di sekolah/madrasah berupa

penerimaan peserta didik baru atau pindahan, seyo-

gyanya ditindaklanjuti oleh guru dan guru bimbingan

konseling (BK) untuk melakukan pemetaan profil

tumbuh kembang peserta didik dan kemudian data

tersebut dipertimbangkan untuk menjadi salah satu

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di dalam pembela-

jaran oleh masing-masing guru.

Laporan perkembangan peserta didik merupa-

kan salah satu bentuk tanggung jawab pihak sekolah

kepada orangtua peserta didik. Format laporan per-

kembangan peserta didik disusun oleh guru dan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

28

tenaga kependidikan lainnya serta mudah dibaca oleh

orang tua peserta didik. Hal ini penting dilakukan

guna mendorong adanya sinergi dalam penerapan SRA

di sekolah/madrasah dan di rumah.

Hubungan antara kepala sekolah/madrasah

dengan guru, kepala sekolah/madrasah dengan peser-

ta didik serta guru dengan peserta didik selama berada

di sekolah/madrasah hendaknya menjadi tonggak pe-

nanaman pendidikan karakter anak. Kepala sekolah/

madrasah berkewajiban untuk memiliki jam tatap

muka dengan peserta didik di dalam pembelajaran

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala seko-

lah/madrasah berwenang untuk memberikan arahan

dan supervisi kepada para guru di dalam perencana-

an, proses dan evaluasi pendidikan, sehingga ada

hubungan yang berkelanjutan antara kepala sekolah/

madrasah dengan para guru di dalam mengimplemen-

tasikan rencana program sekolah/madrasah.

Komite sekolah/madrasah merupakan badan

independen di sekolah/madrasah memegang peranan

penting dalam manajemen berbasis sekolah/madra-

sah. Orangtua/wali, keluarga, masyarakat, media

cetak, media elektronik, dan dunia usaha seyogyanya

bekerjasama mendorong partisipasi anak dalam peren-

canaan, desain, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi SRA dalam koordinasi antara komite dengan

sekolah/madrasah. Pengkajian kebutuhan PHPA ter-

masuk dalam situasi darurat dilaksanakan secara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

29

transparan, partisipatif dan holistik melibatkan multi

pihak. Diperlukan strategi pemenuhan pendidikan

inklusi yang mencakup gambaran yang jelas tentang

konteks, hambatan terhadap PHPA dan strategi untuk

mengatasi hambatan PHPA dalam setiap ruang ling-

kupnya.

Pemantauan dilaksanakan secara berkala terha-

dap kegiatan pendidikan dan kebutuhan belajar pada

usia anak termasuk dalam situasi darurat melalui

Evaluasi Diri Sekolah/Madrasah (EDS/M) yang sudah

diatur dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

oleh Tim Pengembang Sekolah/Madrasah. Hal ini

dilaksanakan dengan senantiasa mempertimbangkan

kepentingan terbaik anak. Evaluasi pendidikan dilak-

sanakan secara sistematis dan tidak memihak dalam

upaya memperbaiki kualitas layanan pemenuhan hak

pendidikan anak dan meningkatkan akuntabilitas

pendidikan.

e. Pembiayaan

Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD

Negara Republik Indonesia 1945 dan Amandemen IV

yang menyatakan bahwa:

“Setiap warga negara berhak mendapat pendidik-

an; setiap warga negara wajib mengikuti pendi-

dikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;

pemerintah dan pemerintah daerah memprioritas-kan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya

dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pen-

dapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk me-

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

30

menuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan

nasional”.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan fungsi

pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal

apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti

dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang

cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada

Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan

dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah

dan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat

pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan

kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah.

Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber

keuangan yang antara lain berupa kepastian tersedia-

nya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan urusan

pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut

dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan

hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-

sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana

perimbangan lainnya, hak untuk mengelola kekayaan

daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan

yang sah serta sumber-sumber pembiayaan lainnya.

Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada

dasarnya Pemerintah menerapkan prinsip “uang

mengikuti fungsi”.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

31

Penentuan komponen pembiayaan dan sumber

pendanaan pendidikan melibatkan secara aktif para

pemangku kepentingan pendidikan termasuk anak.

Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota memberikan kepastian hukum bagi

pihak-pihak yang masih melakukan berbagai pungut-

an yang menjadi hambatan program penuntasan wajib

belajar pendidikan dasar.

Peranserta masyarakat seperti yang diatur

dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 8 menyatakan:

“Masyarakat berhak berperan serta dalam peren-

canaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

program pendidikan”, dan Pasal 9 menyatakan: “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan

sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”.

Peningkatan efektivitas peranserta masyarakat

terutama dunia usaha seyogyanya diatur oleh

pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota guna

mendukung penerapan SRA.

2.3.6 Pengembangan Sekolah

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengeta-

huan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan

kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti

kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,

dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

telah ada, atau menghasilkan teknologi baru (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002).

Kajian tentang pengembangan sekolah diawali

dari teori-teori yang identik dan relevan dengan pendi-

dikan yaitu Inovasi Pendidikan. Di dalam Kamus Besar

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

32

Bahasa indonesia, Inovasi adalah pemasukan atau

pengenalan hal-hal baru, penemuan baru yang berbe-

da dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal

sebelumnya (gagasan, metode atau alat) (Anonim,

2012: 1). Maksud pengertian inovasi pendidikan di sini

adalah suatu peradaban yang baru dan bersifat

kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta

sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan

dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam

pendidikan.

Tujuan utama dari inovasi yaitu berusaha

meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari

sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana,

termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi,

keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua

tujuan yang direncanakan dapat tercapai dengan

sebaik-baiknya. Tujuan yang direncanakan mengha-

ruskan adanya perincian yang jelas tentang sasaran

dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat

mungkin bisa diukur untuk mengetahui perbedaan

antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi

(Hasbullah, 2010: 191).

Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan

manusia merupakan faktor dominan terhadap kemam-

puannya untuk menanggapi masalah kehidupannya

sehari-hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga

dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya.

Semakin baik tingkat pendidikan masyarakat, semakin

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

33

maju pula bangsanya. Sebaliknya, semakin terpuruk

dan rendah pendidikan rakyat, jangan harap bangsa-

nya akan maju.

Sekolah sebagai institusi pengelola pelayanan

pendidikan diharapkan dapat memfungsikan seluruh

sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dalam

pencapaian tujuan dan efisiensi dalam penggunaan

sumber daya tersebut. Fungsi dan tugas utama

sekolah adalah meneruskan, mempertahankan, dan

mengembangkan kebudayaan masyarakat melalui

pembentukan kepribadian anak-anak agar menjadi

manusia dewasa dari sudut usia maupun intelektual-

nya, serta terampil dan bertanggungjawab sebagai

upaya mempersiapkan generasi pengganti yang

mampu mempertahankan eksistensi kelompok atau

masyarakat bangsanya dengan budaya yang mendu-

kungnya (Sagala, 2008: 58).

Berpedoman pada pendapat Hasbullah (2010:

191) tentang tujuan inovasi yaitu berusaha mening-

katkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-

sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, terma-

suk struktur dan prosedur organisasi, maka peneliti

ingin melakukan penelitian tentang sekolah ramah

anak. Kepala Sekolah bekerjasama dengan guru, orang

tua, komite sekolah dan masyarakat serta dinas

pendidikan untuk meningkatkan semua sumber daya

yang ada di sekolah.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

34

2.4 Komponen yang Dipersiapkan dalam

Perencanaan

2.4.1 Evaluasi Diri Sekolah

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses

evaluasi yang bersifat internal dengan melibatkan

pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah

berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang

digunakan sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS

dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai

masukan bagi perencanaan investasi pendidikan

tingkat kab/kota (Sudrajat, 2012:1).

Tujuan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah:

(a) Menilai kinerja sekolah berdasarkan Standar

Nasional Pendidikan (SNP); (b) Mengetahui tahapan

pengembangan dalam pencapaian Standar Nasional

Pendidikan (SNP) sebagai dasar peningkatan mutu

pendidikan; dan (c) Menyusun RKS/RKAS sesuai

kebutuhan nyata dalam rangka pemenuhan Standar

Nasional Pendidikan (SNP).

Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk

tingkat sekolah, antara lain:

a. sekolah dapat mengidentifikasikan kelebihan

dan kekurangannya sendiri dan merencana-

kan pengembangan dan peningkatan ke depan.

b. sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat

sebagai dasar untuk pengembangan dan

peningkatan di masa mendatang.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

35

c. Sekolah dapat mengidentifikasi peluang

untuk meningkatkan mutu pendidikan, meng-

kaji peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan menyesuaikan program sesuai dengan

hasilnya;

d. Sekolah dapat memberikan laporan formal ke-

pada pemangku kepentingan demi meningkat-

kan akuntabilitas sekolah.

Lingkup Evaluasi Diri Sekolah (EDS) menjawab

tiga pertanyaan utama: (1) Seberapa baik kualitas

kinerja sekolah kita?; (2) Bagaimana kita mengiden-

tifikasi dan mengetahuinya?; dan (3) Bagaimana kita

berupaya memperbaikinya? Evaluasi Diri Sekolah

(EDS) dilaksanakan oleh Tim Pengembang Sekolah

(TPS) yang secara langsung terlibat penuh dengan

kondisi dan laju sekolah terdiri atas: (1) Kepala

Sekolah; (2) Wakil unsur guru; (3) Wakil Komite

Sekolah; (4) wakil siswa dan Pengawas sebagai fasili-

tator/pembimbing/verifikator.

Instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) terdiri

dari delapan standar sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikan (SNP). Setiap Standar terdiri atas beberapa

komponen. Setiap komponen terdiri dari beberapa sub

komponen. Setiap sub komponen terdiri dari beberapa

indikator. Setiap Indikator memberikan gambaran

lebih rinci dari informasi-informasi yang berkaitan

dengan kinerja sekolah.

2.4.2 Visi Misi Sekolah

Visi merupakan gambaran tentang masa depan

(future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

36

kurun waktu tertentu. Visi adalah pernyataan yang

diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan

proses manajemen saat ini yang menjangkau masa

yang akan datang (Akdon, 2006: 94).

Hax dan Majluf dalam Akdon (2006:95) menya-

takan bahwa visi adalah pernyataan yang merupakan

sarana untuk:

a. mengkomunikasikan alasan keberadaan orga-

nisasi dalam arti tujuan dan tugas pokok;

b. memperlihatkan framework hubungan antara

organisasi dengan stakeholders (sumber daya manusia organisasi, konsumen/citizen, pihak

lain yang terkait);

c. menyatakan sasaran utama kinerja organisasi

dalam arti pertumbuhan dan perkembangan.

Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang

harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berke-

pentingan di masa datang (Akdon, 2006: 97). Pernya-

taan misi mencerminkan tentang penjelasan produk

atau pelayanan yang ditawarkan. Pernyataan misi

harus:

a. Menunjukkan secara jelas mengenai apa yang

hendak dicapai oleh organisasi dan bidang

kegiatan utama dari organisasi yang bersang-

kutan;

b. Secara eksplisit mengandung apa yang harus

dilakukan untuk mencapainya;

c. Mengundang partisipasi masyarakat luas terha-

dap perkembangan bidang itama yang digeluti

organisasi (Akdon, 2006:98).

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

37

2.4.3 SWOT

SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuat-

an), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang),

Threats (tantangan). Analisis SWOT adalah alat yang

digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu internal dan

eksternal yang mempengaruhi kemampuan kita dalam

memasarkan even kita. Analisis SWOT adalah sebuah

bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat

deskriptif (memberi gambaran).

Dalam dunia pendidikan analisis ini digunakan

untuk mengevaluasi fungsi pengembangan kurikulum,

fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan,

fungsi keuangan, fungsi proses belajar mengajar,

fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan

iklim akademik, fungsi hubungan sekolah dengan

masyarakat dan sebagainya. Maka untuk mencapai

tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya

dilakukanlah analisis SWOT (Depdiknas, 2002).

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk

mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keselu-

ruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai

sasaran yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat

kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan

masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi,

maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan

faktor dalam setiap fungsi, baik faktor internal mau-

pun eksternal (Depdiknas, 2002).

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

38

2.4.4 Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis adalah proses yang dila-

kukan suatu organisasi untuk menentukan strategi

atau arahan, serta mengambil keputusan untuk

mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal

dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi

ini. Berbagai teknik analisis bisnis dapat digunakan

dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political,

Economic, Social, Technological), atau STEER (Socio-

cultural, Technological, Economic, Ecological,

Regulatory).

Perencanaan Strategis (Strategic Planning) ada-

lah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk

mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi

kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis

adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organi-

sasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja

menuju 5 sampai 10 tahun ke depan (Kerzner, 2001:3)

Untuk mencapai sebuah strategi yang telah

ditetapkan oleh organisasi dalam rangka mempunyai

keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusa-

haan, manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebu-

ah sistem yang ada pada proses perencanaan strate-

gis/strategic planning (Brown, 2005: 2). Kemampuan

manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehing-

ga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam

sebuah perencanaan stategi (Skinner, 1969). Untuk

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

39

mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh

organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan

kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer

operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang

ada pada proses perencanaan strategis (Brown, 2005:

3). Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan

secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata

yang unggul dalam sebuah perencanaan stategis

(Skinner, 1969).

Perencanaan strategis secara eksplisit berhu-

bungan dengan manajemen perubahan, hal ini telah

menjadi hasil penelitian beberapa ahli (e.g., Ansoff,

1965; Anthony, 1965; Lorange, 1980; Steiner, 1979).

Lorange (1980), menuliskan, bahwa strategic planning

adalah kegiatan yang mencakup serangkaian proses

dari inovasi dan merubah perusahaan, sehingga

apabila strategik planning tidak mendukung inovasi

dan perubahan, maka itu adalah kegagalan.

Dapat penulis simpulkan bahwa perencanaan

strategis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh sebuah organisasi untuk meningkatkan kondisi-

nya di masa yang akan datang yang mencakup serang-

kaian proses yng memndukung inovasi dan perubah-

an.

2.4.5 Perencanaan Partisipatif

Perencanaan pasrtisipatif digunakan salah satu-

nya untuk mengantisipasi terjadinya perpecahan dan

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

40

membentuk rasa tanggung jawab untuk mencapai

tujuan bersama, mengingat bentuk geografis Indonesia

yang terdiri dari berbagai pulau, suku, dan bahasa.

Perencanaan merupakan sebuah istilah yang sangat

umum di dunia pemerintahan khususnya bidang

pendidikan. Perencanaan terbagi atas dua jenis yakni

perencaan dari atas (top down) dan perencanaan dari

bawah (bottom up). Negara mana pun di dunia selalu

berupaya memajukan negaranya dan selalu mengon-

trol perkembangan negaranya. Kontrol tersebut dapat

dilakukan melalui prisip manajemen umum yang

disebut dengan POAC (planning, organizing actuating,

controlling) (Nuswantorotejo, 2013: 1).

Perencanaan partisipatif merupakan perencana-

an yang melibatkan semua (rakyat) dalam rangka

memecahkan masalah yang dihadapi yang bertujuan

untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Hal ini

seperti yang dikemukakan oleh Abe (2002:81) sebagai

berikut: Perencanaan partisipatif adalah perencanaan

yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat,

dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara

langsung maupun tidak langsung. Tujuan dan cara

harus dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan

untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa

melibatkan masyarakat, maka akan sulit dipastikan

bahwa rumusan akan berpihak pada rakyat.

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:9-

10) adalah proses perencanaan yang diwujudkan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

41

dalam musyawarah ini, dimana sebuah rancangan

dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku

pembangunan (stakeholders). Pelaku pembangunan

berasal dari semua aparat penyelenggara negara

(eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, roha-

niwan, dunia usaha, kelompok profesional, organisasi-

organisasi non-pemerintah.

Menurut Sumarsono (2010), perencanaan parti-

sipatif adalah metode perencanaan pembangunan

dengan cara melibatkan warga masyarakat yang dipo-

sisikan sebagai subjek pembangunan. Menurut penje-

lasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional: “perencanaan partisipatif

dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang

berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan

mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan

menciptakan rasa memiliki”. Dalam UU No. 25 Tahun

2004, dijelaskan pula “partisipasi masyarakat” adalah

keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan

mereka dalam proses penyusunan rencana pemba-

ngunan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat

peneliti simpulkan bahwa perencanaan partisipatif me-

rupakan perencanaan yang dilakukan secara bersama-

sama oleh semua anggota organisasi dengan tujuan

agar semua anggota organisasi tersebut dapat terlibat

secara langsung dan ikut bertanggung jawab dalam

kegiatan yang akan direncanakan tersebut, keterlibat-

an masyarakat dan semua unsur untuk memastikan

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

42

bahwa pelaksanaan perencanaan benar-benar ada

keberpihakaan kepada mereka dimana warga merasa

ikut memiliki dan bertanggung jawab atas keberhasil-

annya. Sehingga diperoleh sebuah perencanaan yang

tersusun dengan baik.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan hasil

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Rubaniyatur Rohmah (2012) yang berjudul: Sekolah

Ramah Anak (SRA) sebagai Upaya untuk Mewujudkan

Kota Layak Anak (KLA) Dalam Bidang Pendidikan di

Surakarta (Studi Kasus di Taman Pendidikan Prase-

kolah Al Firdaus Surakarta)”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa:

(1) Strategi yang dilakukan pemerintah untuk

mengembangkan Sekolah Ramah Anak (SRA) ada-

lah dengan membuat peraturan daerah, melegal-

kan Sekolah Ramah Anak dengan surat keputusan

dari Sekertaris Daerah dan membuat Zona Sela-

mat Sekolah (ZoSS); (2) Mulai dikenalnya Kota Layak Anak di kalangan masyarakat menjadi

peluang pengembangan Sekolah Ramah Anak di

Surakarta; (3) Kurangnya sosialisasi kepada ma-

syarakat menjadi penghambat pengembangan Se-

kolah Ramah Anak (SRA) di Surakarta; (4) Bentuk-bentuk kekerasan yang sering terjadi adalah

kekerasan fisik, kekerasan verbal dan kekerasan

psikologis; (5) Sekolah Ramah Anak diwujudkan

dengan penyediaan fasilitas yang dapat mewadahi

bakat dan potensi anak dan menerima Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK).

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

43

Penelitian yang dilakukan Nur Fadhilah (2012)

tentang “Analisis Proses Pembelajaran Matematika

Dalam Perspektif Sekolah Ramah Anak Di MTs NU

Sidoarjo”. Dari hasil pengamatan dan penelitian dapat

ditunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika

di kelas VIII sudah berlangsung dengan baik. Sesuai

dengan aspek-aspek yang ada pada sekolah ramah

anak yakni perencanaan, pengelolaan kelas, metode

pembelajaran, media pembelajaran, sikap positif guru

pada siswa pada saat proses pembelajaran, dan respon

positif siswa terhadap proses pembelajaran. Proses

pembelajaran matematika di kelas IX sudah berlang-

sung dengan baik. Sesuai dengan aspek-aspek yang

ada pada sekolah ramah anak yakni perencanaan,

pengelolaan kelas, metode pembelajaran, media pem-

belajaran, sikap positif guru pada siswa pada saat

proses pembelajaran, dan respon positif siswa terha-

dap proses pembelajaran.

Beberapa penelitian di atas menjadi pelengkap

yang mendukung penelitian ini tentang perencanaan

Sekolah Ramah Anak (SRA). Keberadaan Sekolah

Ramah Anak (SRA) dapat menjadikan para peserta

didik lebih aman, nyaman, dan gembira ketika berada

di sekolah sehingga siswa mampu berekspresi, ber-

kreasi dan berinovasi sesuai minat dan bakatnya

tanpa adanya diskriminasi dan kekerasan. Dengan

demikian akan terjadi peningkatan yang optimal pada

prestasi yang diperoleh peserta didik baik prestasi

akademik maupun non akademik meliputi bidang

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

44

seni, olah raga, kepramukaan, keterampilan dan

kewirausahaan.

2.6 Kerangka Pikir

Kekerasan yang dialami oleh anak dapat terjadi

dimana saja dan kapan saja. Kekerasan terhadap anak

adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, psiko-

logis, verbal, dan atau pengabaian/penelantaran ter-

hadap anak. Selain kekerasan yang dialami oleh anak,

pelaksanaan pembelajaran yang membosankan dan

monoton juga menjadi salah satu alasan lahirnya

sekolah ramah anak.

Sekolah ramah anak memastikan setiap anak

secara inklusif berada dalam lingkungan yang aman

secara fisik, melindungi secara emosional, dan men-

dukung secara psikologis. Kemampuan sekolah untuk

menjadi ramah anak sangat terhubung dengan tingkat

dukungan, partisipasi, dan kerjasama yang diperoleh

dari orang tua, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Sekolah Ramah Anak bertujuan untuk membangun

lingkungan belajar dimana anak termotivasi dan

mampu untuk belajar. Oleh karena itu, bagi sebuah

sekolah yang ingin menjadi sekolah yang ramah anak

diperlukan adanya perencanaan yang matang agar

tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6024/2/T2... · dituntut oleh suatu kode etik (Fattah, 2008: 1). ... sekolah dan guru terus berusaha

45

Kerangka pikir digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kekerasan

Terhadap Anak

Pembelajaran yang

membosankan dan

monoton

Peranserta

semua anggota sekolah

Menghasil-

kan

perencanaan

partisipatif

Pembatasan hak

anak untuk bermain

1. Melakukan EDS

2. Menyusun visi dan misi

3. Melakukan analisis SWOT

4. Membuat perencana-an strategis

5. strategi