bab ii landasan teori - repository.bsi.ac.id · mempunyai pengaruh atas pertumbuhan dan...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Disiplin Kerja
2.1.1 Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat diperlukan dalam perusahaan untuk melakukan
pekerjaannya supaya berjalan dengan baik, disiplin kerja berperan penting bagi
perusahaan untuk melatih karyawan dalam mentaati peraturan perusahaan agar
tujuan perusahaan berjalan dengan baik. Menurut Sedarmayanti (2008: 381)
mengemukakan bahwa “Disiplin merupakan bentuk pengendalian agar
pelaksanaan pekerjaan pegawai selalu berada dalam koridor peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
Menurut Latainer dalam Sutrisno (2011: 87) mengemukakan bahwa
“Disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang didalam tubuh karyawan dan
menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada
keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku”.
Menurut Sinambela (2012: 239) mengemukakan bahwa “Disiplin kerja
merupakan kemampuan kerja seseorang untuk secara teratur, tekun terus menerus
dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar
aturan-aturan yang sudah ditetapkan”.
Menurut Hasibuan (2013:193) mengemukakan bahwa “Kedisiplinan
merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik
7
mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan
terwujudnya tujan organisasi”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, disimpulkan bahwa pengertian
disiplin kerja adalah kondisi untuk melakukan koreksi menghukum pegawai agar
pelaksanaan pekerjaan pegawai selalu berada dalam koridor pekerjaan yang sesuai
dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang
sudah ditetapkan.
2.1.2 Macam-macam Disiplin Kerja
Macam-macam disiplin kerja merupakan faktor yang berperan penting
bagi suatu perusahaan untuk membuat suatu peraturan disiplin kerja agar
pekerjaan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan suatu organisasi.
Menurut Mangkunegara (2009:129-130) terdapat dua macam disiplin kerja
yaitu:
1. Disiplin Preventif
Disiplin Preventif adalah suatu upaya untk menggerakan pegawai mengikuti
atau mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan perusahaan.
Tujuan dasarnya untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara
preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif merupakan suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan
8
sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif
pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja
Dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki peraturan yang harus
dilaksanakan oleh karyawan salah satunya kedisiplinan karyawan dalam mentaati
peraturan perusahaan agar tugas pekerjan berjalan dengan baik, adapun faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja, menurut Singodimedjo dalam Sutrisno,
(2014:89) ada beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai yaitu:
1. Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang
dianut.Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-
nilai yang menjungjung disiplin yang ditanamkan diri sendiri untuk membentuk
kepribadian yang memiliki rasa tanggung jawab atas pekerjaan.
Disiplin kerja merupakan salah satu kerangka acuan bagi penerapan disiplin
di tempat kerja. Sistem ini akan terlihat dari sikap seseorang, sikap yang
diharapkan akan tercermin dalam perilaku.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi disiplin kerja.
Karena lingkungan merupakan faktor utama antar karyawan beradaptasi dan bisa
bekerja sama dalam melakukan tugas pekerjaan yang diutuskan kepadanya.
Dimana lingkungan kerja yang nyaman dapat menghasilkan kinerja karyawan
yang memuaskan dan membantu mengembangkan perusahaan yang bagus.
9
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan, tetapi
mempunyai pengaruh atas pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.Pada
umumnya lingkungan tidak dapat dikuasai oleh perusahaan sehingga perusahaan
harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan kerja yang baik akan mempengaruhi tingkat produktivitas
karyawan hal ini dapat dilihat dari peningkatan teknologi dan cara produksi,
sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan
kerja serta suasana lingkungan kerja itu sendiri..
2.1.4 Indikator-Indikator Disiplin Kerja
Dalam mencapai tujuan suatu perusahaan ada beberapa tahap yang harus
dilaksanakan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan, adapun menurut Hasibuan
(2013:194), menyatakan bahwa pada dasarrnya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya
adalah:
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan Kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan)
yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan,
agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan Pemimpin
Teladan Pemimpin sangat berperan penting dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pemimpin dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
10
Pemimpin harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pemimpin kurang baik (kurang
berdisiplin), para bawahanpun akan kurang disiplin.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap
pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya.
5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja
agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaanya.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner
karyawan akan berkurang.
11
7. Ketegasan.
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak
untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui
kepimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat
memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan Kemanusiaan.
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan
baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single
relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya
harmonis.
2.1.5 Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin kerja merupakan faktor yang
terpenting bagi perusahaan agar karyawan mentaati peraturan perusahaan dan
melakukan pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Adapun menurut
Mangkunegara (2011:131-132) ada empat pelaksanaan sanksi terhadap
pelanggaran disiplin, yaitu:
1. Pemberian Peringatan.
Karyawan yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar karyawan
12
yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah dilakukannya. Surat
peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
penilaian konditer karyawan.
2. Pemberian Sanksi Harus Segera
Karyawan yang melanggar disiplin harus segera diberikan sanksi yang sesuai
dengan peraturan organisasi yang berlaku. Tujuannya, agar karyawan yang
bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku diperusahaan.
3. Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini
bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku
pada perusahaan. Ketidak konsistenan pemberian sanksi dapat mengakibatkan
pegawai merasakan adanya diskriminasi pegawai, ringannya sanksi, dan
pengabaian disiplin.
2.2. Kinerja
2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hal yang terpenting bagi perusahaan, kinerja
menunjukan hasil kerja karyawan untuk memajukan perusahaan dan mencapai
suatu tujuan perusahaan, adapun menurut Simamora (2015: 339) mengemukakan
“Kinerja mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah
pekerjaan karyawan”
Sedangkan menurut Mangkunegara (2013: 67) mendefinisikan bahwa
istilah Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya) yang dicapai seseorang). Kinerja merupakan
13
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang berikan
kepadanya.
Menurut Bangun (2012:230), mengemukakan bahwa peningkatan kinerja
merupakan hal yang diinginkan baik dari pihak pemberi kerja maupun para
pekerja. Pemberi kerja menginginkan kinerja karyawan baik untuk kepentingan
peningkatan hasil kerja dan keuntungan perusahaan. Di sisi lain, para pekerja
berkepentingan untuk pengembangan diri dan promosi pekerjaan. Secara umum,
dapat dikatakan bahwa kinerja karyawan yang baik bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas. Oleh karena itu, perbaikan sistem kerja dilakukan oleh setiap
komponen yang ada dalam perusahaan. Untuk tujuan tersebut akan dibutuhkan
system manajemen kinerja yang baik.
Bangun (2012:231), mendefinisikan:
“Kinerja (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang
berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement). Suatu
pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dpat dilakukan dalam
mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standar pekerjaan (job
standard).”
Dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja, atau
hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang berikan kepadanya.
Kinerja merupakan variabel tidak bebas (dependent variabel) yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang mempunyai arti dalam penyampain tujuan
organisasi. Artinya, kesalahan dalam pengelolaan pada variabel bebas
(independent variable) akan berakibat pada kinerja, baik secara negatif maupun
positif.
14
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi Kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja menurut Mangkunegara
(2013:67) adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang merumuskan bahwa:
a. Human Peformance = Ability + Motivation
b. Motivation = Attitude + Situation
c. Ability = Knowledge + Skill
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (Knowladge=still). Artinya, karyawan yang memiliki
kemampuan IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk
jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan
lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu
ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan
untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang
karyawan harus sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental,
fisik, tujuan dan situasi). Artinya, seorang karyawan harus siap mental, mampu
secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.
15
2.3. Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1 Kisi- Kisi Operasional Variabel
Operasional Variabel merupakan memacahkan variabel-variabel yang
terkandung dalam masalah tersebut yang menjadi bagian-bagian yang terkecil
sehingga dapat diketahui klasifikasi ukurannya, hal ini dapat dilakukan untuk
mempermudah mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua
jenis variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel terikat (dependent variable), yaitu suatu variabel yang memiliki
ketegantungan antara varibel yang satu dengan yang lain. Sedangkan dalam
penelitian ini varibel terikat kinerja karyawan (Y).
2. Variabel bebas (Independent variable), yaitu variabel yang tidak mempunyai
ketergantungan. Dalam penelitian ini yang termasuk kedalam variabel bebas
adalah pengaruh disiplin kerja (X).
Unsur disiplin kerja dan kinerja karyawan yang akan dinilai dalam setiap
perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai dapat
mencakup seperti hal berikut:
Tabel II.1
Kisi-kisi Operasional Variabel X dan Y
Variabel Penelitian Indikator Item
Disiplin Kerja (X) 1.Tujuan dan Kemampuan.
2.Teladan Pemimpin
3.Balas Jasa
4. Keadilan
5.Waskat
1, 4, 7,
2, 8
14
9, 11
3, 5
16
6.Sanksi Hukuman
7.Ketegasan.
8.Hubungan Kemanusiaan.
6, 10,
12, 13,
15
Kinerja Karyawan (Y) 1.Faktor Pribadi
2.Faktor Motivasi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15 Sumber: Sugiyono, 2012
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Variabel yang
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dengan manggunakan skala likert.
Skala likert menurut Sugiyono (2012 :107) digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomenal sosial. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa penyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative yang dapat berupa
kata-kata sebagai berikut:
Tabel II.2
Instrumen Penilaian Skala Likert
Indikator Skor Penilaian
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-Ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sugiyono, 2012
Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.
17
2.3.2 Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Definisi uji validitas yang dikemukakan oleh Sevilla dalam Umar
(2007:58), validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai ukuran derajat ketepatan
alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang
dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrument pengukuran
adalah menghasilkan derajat yang paling tinggi dari kedekatan data yang
diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Sevilla dalam Umar (2007:57) merupakan derajat
ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrument
pengukuran. Pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu penguji dalam
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada.
2.3.2 Konsep Dasar Perhitungan
1. Populasi
Menurut Sugiono (2012:90) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh populasi untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
2. Sampel
Menurut Sugiono (2012:91)”Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
18
3. Uji Koefisien Korelasi
Menurut Sugiyono (2014:251) “koefisien regresi adalah bilangan yang
menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih atau juga dapat
menentukan arah dari dua variabel”. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien
korelasi berada di antara -1 dan 1, sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk
positif (+) dan negatif (-). Simbol dari Korelasi adalah (r) yang disebut “koefisien
korelasi.”
Rumus: r = n∑XY - ∑X ∑Y
√ (n∑x2- (∑x)2(n∑Y2
-(∑Y)2)
Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = banyaknya sampel
X= Variabel bebas (independent)
Y= Variabel terikat (dependent)
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat nerpedoman pada ketentuan yang
tertera pada tabel II.3 sebagai berikut :
Tabel II.3
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber:Sugiyono (2012)
19
4. Koefisien Determinasi
Menurut Siregar (2014:252) koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel bebas
(X) terhadap variabel terikat (Y) .
Rumusnya adalah:
5. Persamaan Regresi Sederhana
Menurut Siregar (2014:284) Model regresi sederhana digunakan hanya
untuk satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tidak bebas
(dependent)..
Rumus :
Kd = r2 x 100%
Y = a + bX