bab ii landasan teori - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/bab ii.pdf · landasan...

55
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang pengertian pendidikan karakter, terlebih dahulu penulis kemukakan pengertian pendidikan dan pengertian karakter. Pendidikan sangat penting karena maju tidaknya suatu negara tergantung maju tidaknya proses pendidikan di negara tersebut. 1 Pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. 2 Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut yang paling populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah al- tarbiyah, sedangkan al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali. 3 1 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 117 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.1. 3 Tentang perbedaan tiga istilah dengan pengertian yang sama tersebut. Hasan Langgulung, mengutip pendapatnya Syed Naquib Al-Attas, bahwa kata ta’lim hanya berarti pengajaran, sedangkan kata tarbiyah kaitannya lebih luas, sebab itu berlaku bagi seluruh makhluk dengan pengertian memelihara atau membela dan lain-lain lagi. Padahal kata pendidikan yang diambil dari education itu hanya untuk manusia saja, sedangkan kata ta’dib lebih tepat sebab tidak terlalu sempit (tidak sekedar mengajar) dan tidak meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jadi, kata ta’dib sudah meliputi kata ta’lim dan tarbiyah. Selain ta’dib lebih erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan. Baca lebih lengkap Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992), Cet. 2, hlm. 5.

Upload: others

Post on 03-Aug-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum mengkaji tentang pengertian pendidikan karakter, terlebih

dahulu penulis kemukakan pengertian pendidikan dan pengertian karakter.

Pendidikan sangat penting karena maju tidaknya suatu negara tergantung

maju tidaknya proses pendidikan di negara tersebut.1 Pengertian

pendidikan yang diberikan oleh ahli John Dewey, seperti yang dikutip oleh

M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses

pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut

daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah

tabiat manusia dan manusia biasa.2

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

pada term al-tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut

yang paling populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah al-

tarbiyah, sedangkan al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali.3

1 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung:Alfabeta, 2013), hlm. 117

2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.1.3 Tentang perbedaan tiga istilah dengan pengertian yang sama tersebut. Hasan Langgulung,

mengutip pendapatnya Syed Naquib Al-Attas, bahwa kata ta’lim hanya berarti pengajaran,sedangkan kata tarbiyah kaitannya lebih luas, sebab itu berlaku bagi seluruh makhluk denganpengertian memelihara atau membela dan lain-lain lagi. Padahal kata pendidikan yang diambil darieducation itu hanya untuk manusia saja, sedangkan kata ta’dib lebih tepat sebab tidak terlalusempit (tidak sekedar mengajar) dan tidak meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jadi,kata ta’dib sudah meliputi kata ta’lim dan tarbiyah. Selain ta’dib lebih erat hubungannya dengankondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan. Baca lebih lengkap HasanLanggulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992), Cet. 2, hlm. 5.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

15

Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses di mana

semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang

dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan

yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun

untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang

ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik.4

Dari pengertian pendidikan yang telah diuraikan, maka dapat

dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan

penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan

pembinaan dan pembimbingan pada peserta didik (anak-anak). Yang mana

bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada daya

pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional yang dengan

pembinaan dan bimbingan akan dapat membawa perubahan pada arah

yang lebih positif.

Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing,

mengarahkan potensi manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar

dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan (positif) di dalam

kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam

hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut

senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan akhlaq al-karimah

atau menanamkannya, sehingga dengan pendidikan dapat terbentuk

manusia yang berbudi pekerti dan berpribadi luhur.

Karakter dalam kamus pendidikan berarti watak, sifat-sifat

kejiwaan. Dan ilmu yang mempelajari tentang watak seseorang seseorang

4 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. I, hlm.35.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

16

berdasarkan tingkah laku disebut dengan karakterologi.5 Karakter atau

watak dapat dikembangkan oleh faktor-faktor pembawaan dan faktor-

faktor eksogen seperti alam sekitar, pendidikan dan pengaruh dari luar

pada umumnya.6 Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes),

perilaku (behaviours), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). 7

Netty Haratati mendefinisikan karakter (character) adalah watak,

perangai, sifat dasar yang khas, satu sifat atau kualitas yang tetap terus

menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi

seorang pribadi. Ia disebabkan oleh bakat pembawaan dan sifat-sifat

hereditas sejaklahir dan sebagian disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Ia

berkemungkinan untuk dapat dididik. Elemen karakter terdiri atas

dorongan-dorongan, insting,8 refleksi-refleksi, kebiasaan-kebiasaan,

kecenderungan-kecenderungan, organ perasaan, sentimen, minat,

kebajikan dan dosa, serta kemauan.9 Karakter menurut Damayanti adalah

cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk

hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat dan

bangsa. 10

5 Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Jakarta: RinekaCipta, Cet. I, 1994), hlm. 116.

6 Soegarda Poerbakawatja dan Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung,Cet. III. Edisi II, 1976), hlm. 161.

7 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam LembagaPendidikan, (Jakarta: Kencana, Cet. III, 2013), hlm. 10.

8 Insting adalah suatu kemampuan berbuat dan bertingkah laku dengan tanpa melalui prosesbelajar. Kemampuan insting ini pun merupakan pembawaan sejak lahir. Dalam dunia psikologipendidikan, kemampuan ini disebut dengan “kapabilitas”. Baca M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm. 101.

9 Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.137-138.

10 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:Araska, 2014), hlm. 11.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

17

Karakter menurut Suyadi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

charassein, yang artinya adalah mengukir, melukis, memahat, atau

menggoreskan. 11 Jadi, untuk mendidik anak agar memiliki karakter

diperlukan proses “mengukir”, yakni pengasuhan dan pendidikan yang

tepat. Karakter adalah sikap yang dapat dilihat atau ditandai dari perilaku,

tutur kata, dan tindakan lainnya. Dalam padanannya dengan istilah bahasa

Arab, karakter mirip artinya dengan akhlak mulia yaitu tabiat atau

kebiasaan melakukan hal-hal yang baik.12

Karakter merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini

menyebabkan jiwa bertindak tanpa pikir atau dipertimbangkan secara

mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Pertama, alamiah dan bertolak dari

watak. Misalnya pada orang yang gampang sekali marah karena hal-hal

yang paling kecil. Kedua, tercipta melalui kebiasaan dan latihan. Pada

mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan difikirkan.

Namun, kemudian melalui pratek terus menerus menjadi karakter.13

Pengertian ini sama dengan beberapa pengertian akhlak dalam beberapa

literatur, ini karena dari beberapa versi hampir sama dinyatakan bahwa

akhlak dan karakter adalah sama-sama yang melekat dalam jiwa dan

dilakukan tanpa pertimbangan.

Pendidikan karakter ini sebagaimana dicontohkan dalam al-Qur’an

sebagai berikut:

11 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2013), hlm. 5.

12 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa,(Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004), hlm. 25

13 Abu Ali Akhmad Al-Miskawaih, Tahdhib Al-Akhlak, Trj. Helmi Hidayat, MenujuKesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1994), hlm.56

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

18

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu janganmenyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik padaibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjutdalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamumengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlahkamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada merekaperkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadapmereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimanamereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.(Surat al-Isra’23-24) 14

Sementara itu, istilah karakter berbeda dengan akhlak. Ada dua

pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu

pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan terminologik

(peristilahan).15 Secara etimologis, akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk

jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan

kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq

14 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit J-Art.,2004), hlm. 669.

15Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 1

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

19

(penciptaan).16 Kesamaan akar kata tersebut mengisyaratkan bahwa dalam

akhlaq tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak

Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (manusia) atau dengan kata lain,

tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru

mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau perilaku

tersebut didasarkan kepada kehendak Khaliq (Tuhan).

Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja

merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar

sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara

manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun.17

Dari beberapa pengertian karakter di atas ada dua versi yang agak

berbeda. Satu pandangan menyatakan bahwa karakter adalah watak atau

perangai (sifat), dan yang lain mengungkapkan bahwa karakter adalah

sama dengan akhlak, yaitu sesuatu yang melekat pada jiwa yang

diwujudkan dengan perilaku yang dilakukan tanpa pertimbangan. Tapi

sebenarnya bila dikerucutkan dari kedua pendapat tersebut adalah

bermakna pada sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat menjadikan

ciri kekhasan pada diri seseorang.

Karakter sama dengan kepribadian18, tetapi dipandang dari sudut

yang berlainan. Istilah karakter dipandang dari sudut ”penilaian”, baik-

buruk, senang-benci, menerima-menolak, suatu tingkah laku berdasarkan

16Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2004), hlm. 1.17Ibid., hlm. 1.

18 Menurut Erich Fromm, yang dikutip oleh Hanna Djumhana Bastaman, bahwa:personality is the totality of inherited and acquired psychic qualitries which are characteristic ofone individual and which make the individual unique. (Kepribadian adalah keseluruhan yangdiwarisi dan diperoleh dari kualitas kejiwaan yang mana adalah karakter dari satu individu danyang membuat ke khassan individu. Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi DenganIslam; Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil, 2001), Cet. III, hlm. 103.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

20

norma-norma yang dianut. Sedangkan istilah kepriabadian dipandang dari

sudut ”penggambaran”, manusia apa adanya tanpa disertai penilaian.19

Nana Syaodih Sukmadinata menyatakan, kepribadian dalam bahasa

Inggris disebut personality, yang berasal dar bahasa Yunani per dan

sonare yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata personae yang

berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut.

Kepribadian diartikan dalam dua macam. Pertama, sebagai topeng (mask

personalty), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang

semua mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadan sejati (real personalty)

yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.20

Seperti dalam bukunya Elzabeth B. Hurlock Child Development,

menyebutkan bahwa:

The term "personality" comes from the Latin word "persona".Personality is the dinamis organization within the individual ofthose psychophysical system that determine the individual's uniqueadjusments to the enviroment.21 (Istilah personality berasal darikata Latin persona yang berarti topeng. Kepribadian adalahsusunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri suatuindividu yang unik terhadap lingkungan).

Dari konotasi kata persona diartikan bagaimana seseorang tampak

pada orang lain dan bukan pribadi yang sesungguhnya. Apa yang dipikir,

dirasakan, dan siapa dia sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan “make

up” (polesan luar) psikologis seseorang dan sebagian besar terungkap

melalui perilaku. Oleh karena itu, kepribadian bukanlah suatu atribut yang

pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku total seseorang.

19 Netty Hartati, dkk., Op. Cit., hlm. 11920 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003), hlm. 13621 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (Japan: Mc Graw-Hill, 1978), hlm. 524

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

21

Dari pengertian pendidikan dan pengertian karakter di atas, maka

pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau

karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan

mengakar pada jiwa anak.

Pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses

knowing the good, loving the good and acting the good yaitu proses

pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga

akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart and hands.

Maksudnya adalah pertama, anak mengerti baik-buruk, mengerti tindakan

apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik.

Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan

buruk kecintaan ini merupakan semangat untuk berbuat kebajikan. Ketiga,

anak mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya.22

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya

berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada

proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan

melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai

karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter bahwa setiap individu

dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga

karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan

sehingga akan terbentuk akhlaqul karimah.

Pendidikan karakter adalah berbeda secara konsep dan metodologi

dengan pendidikan moral, seperti kewarganegaraan, budi pekerti atau

bahkan pendidikan agama di Indonesia. Pendidikan moral misalnya

22 Stefan Sikone, ”Pembentukan Karakter Dalam Sekolah”,http:www.//mirifica.net/wmview.php? 15:04, 12 Desember 2012.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

22

kewarganegaraan dan pelajaran agama hanya melibatkan aspek kognitif

(hafalan) tanpa ada apresiasi (emosi) dan praktik. Sehingga banyak yang

hafal isi Pancasila atau ayat-ayat suci, tetapi tidak tahu bagaimana berlaku

benar (seperti membuang sampah pada tempatnya), berlaku jujur, beretos

kerja tinggi dan menjalin hubungan harmonis dengan sesama.23

Pendidikan karakter di sini yang dimaksud adalah pendidikan

dengan proses membiasakan anak melatih sifat-sifat baik yang ada dalam

dirinya sehingga proses tersebut dapat menjadi kebiasaan dalam diri anak.

Dalam pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan

anak dalam aspek kognitif saja, akan tetapi juga melibatkan emosi dan

spiritual, tidak sekedar memenuhi otak anak dengan ilmu pengetahuan,

tetapi juga dengan mendidik akhlak anak Anak dipersiapkan untuk

menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan respek terhadap

lingkungan sekitarnya.

2. Landasan Dasar Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang

berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan

dasar dari pada pendidikan karakter adalah sesuai dengan UU

SISIDIKNAS No. 20 Tahun 2003, yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembalajaran agar peserta didik secaraaktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.24

23 Ibid.24 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:

Citra Utama, 2003), hlm. 3.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

23

Pendidikan karakter didasarkan pada UU SISIDIKNAS karena

dalam uraian undang-undang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan

adalah dapat mengembangkan potensi manusia. Yang mana arah dari

pengembangan potensi tersebut adalah terwujudmnya akhlak mulia. Hal

ini sesuai dengan maksud dan tujuan daripada pendidikan karakter.

Selain itu, pendidikan karakter juga sesuai dengan Al-Qur’an :

واهللا اخرجكم من بطون امهتكم ال تـعلمون شيئاوجعل لكم السمع واالبصار )۷۸: النحل . (واالفئدة لعلكم تشكرون

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaantidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamupendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. (Q.S.An-Nahl: 78)25

Menurut Muhammad Fadhil al-Djamaly yang dikutip oleh M.

Arifin, bahwa dalam ayat tersebut memberikan sebuah petunjuk bahwa

manusia harus melakukan usaha pendidikan aspek eksternal

(mempengaruhi dari luar diri anak didik). Dengan kemampuan yang ada

dalam diri anak didik terhadap pengaruh eksternal yang bersumber dari

fitrah itulah, maka pendidikan secara operasional bersifat hidayah

(petunjuk).26 Kaitannya dengan pendidikan karakter adalah bahwa

pendidikan karakter adalah sebuah usaha pendidikan dalam proses

pengembangan potensi (fitrah) manusia dari sisi eksternal yang berupa

pengaruh lingkungan.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

25 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit J-Art.,2004), hlm. 269.

26 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., hlm. 44.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

24

Tujuan pendidikan karakter selaras dengan tujuan pendidikan

nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian

yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia

secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik,

emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal.

Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar

sejati).27 Tujuan pendidikan karakter tersebut juga selaras dengan tujuan

Lembaga Pendidikan Ma’arif NU yakni mengembangkan potensi manusia

agar menguasai dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi

berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta

berakhlakul karimah dalam bingkai Ahlussunnah wal jamaah.28

“Character education, aimed at the inculcation of specific virtues,

depends heavly on the indentification and description of exemplars”.29

Pendidikan karakter ditujukan pada penanaman nilai kebajikan,

membangun kepercayaan pada pengenalan dan penggambaran dari contoh-

contoh yang patut ditiru.

Dwi Hastuti Martianto dalam makalahnya mengungkapkan bahwa

tujuan pendidikan karakter adalah:

27 Ratna Megawangi, “Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik BerbasisKarakter”, http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasi ratnamegawangi.pdf. Desember2012.

28 www.lpmaarifnupasuruan.com, dikutip 10 Mei 2015.29 Nel Noddings, Philosophy of Education, (United State of America: Westview Press,

1998), hlm. 150

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

25

Character education have major role to develop individualman into a man that knowing the good, feeling the good, lovingthe good, desiring the good,and acting the good. Thereforefamiliy and school should give hand in hand through practiceand habituation instead of memorization to build humancapacity building.30

Pendidikan karakter memiliki peran utama untukmengembangkan manusia secara individual menjadi seorangmanusia yang berpengetahuan baik, berperasaan baik (empati),bernafsu baik, dan berperilaku (melakukan) baik. Kemudiankeluarga dan sekolah harus bekerjasama memberikan contohyang diteruskan dengan praktek dan pembiasaan sebagaipengganti dari hafalan untuk membangun manusia yangberkapasitas pembangun.

Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam

mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan

sekolah harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan

pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran

secara material di sekolah.

Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting

dan dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan

masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surat An-

nahl ayat 90 sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuatkebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarangdari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia

30 Ibid.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

26

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambilpelajaran”. 31

Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk

menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara

keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang tidak

hanya memiliki kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap

lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat

berkembang ke arah yang positif.

Pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran

diri. Yang mana kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan

diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat

dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan.

4. Prinsip Pendidikan Karakter

Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus mengacu

pada prinsip-prinsip yang mampu menjadikan penyelenggaraan

pendidikan karakter mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh semua pihak

yang berkecimpung dalam penyelenggaraannya. Adapun prinsip-prinsip

yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter tersebut

adalah:

a. Berkelanjutan, penanaman karakter bukan seperti halnya membalik

telapak tangan, akan tetapi untuk membentuk kerakter anak diperlukan

waktu yang panjang dan harus diselenggarakan secara berkelanjutan

dalam tiap jenjang pendidikan. Sejak dini anak harus ditanamkan

karakter-karakter yang baik dan dikembangkan sampai terinternalisasi

31 Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Penerbit J-Art.,2004), hlm. 321.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

27

dalam dirinya dan mampu mengaplikasikannnya dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh sebab itu, pendidikan karakter harus diselenggarakan

sejak pendidikan dasar dan tidak hanya diselenggarakan di sekolah,

akan tetapi juga berkelanjutan di rumah.

b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan karakter bukan kewajiban salah satu mata

pelajaran, akan tetapi semua mata pelajaran dan kegiatan kuriluker dan

ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik harus memiliki ruh

penanaman karakter dan kewajiban semua guru mata. Selain itu,

pendidikan karakter bukan hanya sebuah teori dalam kelas. Akan tetapi

sebuah pembiasaan melalui budaya- budaya yang harus dikembangkan

disetiap lingkungan.

c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;mengandung makna bahwa

materi nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu

tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika

mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam

mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika,

pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan.

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai

karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru

menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang

ditunjukkan pesertadidik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses

pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

28

senang dan tidak indoktrinatif.32 Prinsip ini sesuai dengan firman Allah

Ta'ala dalam surat Al-Ahzab ayat 70-71 berikut:

يا أيـها الذين آمنوا اتـقوا الله وقولوا قـوال سديدا يصلح لكم أعمالكم ويـغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فـقد فاز فـوزا عظيما

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepadaAllah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allahmemperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampunibagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah danRasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab: 70-71)

5. Tahapan-tahapan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

tahapan adab, tahapan tanggung jawab, tahapan caring, tahapan

kemandirian, dan tahapan bermasyarakat.33

a. Tahapan Adab (Usia 5- 6 tahun)

Pada usia 5- 6 tahun, anak dididik untuk mengenal nilai-nilai benar

dan salah, atau karakter baik dan buruk. Anak diajarkan untuk mulai

mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang harus

ditinggalkan. Anak dikenalkan dengan Tuhannya melalui agama yang

dianut, diajak menirukan gerakan ibadah, dan mambiasakan berperilaku

sopan.34 Pada usian ini, anak telah memasuki pendidikan formal pada

jenjang pendidikan pra sekolah atau Taman Kanak- Kanak.

32 Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan PusatKurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya, (Jakarta: Diknas, 2010), hlm. 11-14

33 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa(Surakarta: Yuma Pressindo, t.th.), hlm. 32

34 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 TentangStandar Pendidikan Anak Usia Dini, Op. Cit., hlm. 8.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

29

b. Tahapan tanggung jawab (Usia 7- 8 tahun)

Dalam sebuah hadits yang dijelaskan bahwa, anak pada usia 7

tahun untuk dianjurkan mulai melaksanakan ibadah yang diperintahkan.

Hal ini menandakan bahwa pada usia 7 tahun, anak harus dibiasakan

mulai memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya,

memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti mandi, makan, berpakaian

dilakukan dengan sendirinya. Usia 7 tahun, anak telah memasuki

jenjang pendidikan dasar.

c. Tahapan Caring peduli (9-10 tahun)

Jika pada usia 7 tahun anak sudah mengenal tanggung jawab dan

kepeduliannya terhadap dirinya sendiri, maka pada usia 9-10 tahun,

anak harus mulai diajarkan untuk memiliki kepedulian terhadap orang

lain yang ada di sekitarnya. Menghormati hak-hak dan kewajiban orang

lain, dan tolong-menolong sesama. Adanya rasa kepedulian terhadap

orang lain, akan menumbuhkan jiwa-jiwa kepemimpinan pada anak.

d. Tahapan kemandirian (Usia 11-12 tahun)

Pendidikan karakter yang telah didapat anak pada usia sebelumnya

akan menjadikan anak lebih dewasa, mematangkan karakter anak

sehingga menimbulkan sikap kemandirian pada anak. Kemandirian ini

akan ditandai adanya sikap mau menerima segala resiko dari perbuatan

yang dilakukan, mulai mampu membedakan mana yang baik dan yang

benar. Kemandirian ini juga akan memunculkan sikap percaya pada

kemampuan diri sendiri.

e. Tahapan bermasyarakat (Usia 13 tahun ke atas)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

30

Pada tahapan ini, anak dipandang telah mampu hidup bergaul

dalam masyarakat luas. Anak mulai diajarkan untuk memiliki sikap

integritas dan kemampuan beradabtasi dengan berbagai jenis lapisan

masyarakat. Pengalaman-pengalaman yang didapatkan dalam tahapan

sebelumnya diharapkan mampu mewarnai kehidupan

bermasyarakatnya, dan karakter-karakter yang telah ditanamkan pada

tahapan sebelumnya juga diharapkan mampu diimplementasikan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan karakter yang diperoleh peserta didik pada tiap-tiap

tahapan sangat mempengaruhi keberhasilan masa depan anak dikemudian

hari. Oleh sebab itu, betapa pentingnya pendidikan karakter untuk

diterapkan sejak dini dan pendidikan karakter harus diselenggarakan

mencakup tiga aspek yaitu selain penalaran kognitif, perasaan moral, dan

tindakan moral. Karena jika pendidikan karakter tidak diselenggarakan

meliputi tiga aspek teresebut, maka tidak akan ada hasil dan praktek

pendidikan karakter tersebut tidak jauh beda dengan penyelenggaraan

pendidikan budi pekerti, moral dan akhalak yang sebagaimana sebelumnya

hanya diselenggarakan pada tataran kognitif saja.

Ajaran Islam serta pendidikan karakter mulia yang harus diteladani

agar manusia yang hidup sesuai denga tuntunan syari’at, yang bertujuan

untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. sesungguhnya

Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang

mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada

umatnya. Sebaik-baik manusia adalah yang baik karakter atau akhlaknya

dan manusia yang sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karimah,

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

31

karena ia merupakan cerminan iman yang sempurna. Dalam sebuah hadits

dinyatakan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

ها وهم أبـناء عشر و مروا أوالدكم بالصالة وهم أبـناء سبع سنني اضربوهم عليـنـهم يف المضاجع وفـرقوا بـيـ

Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalatapabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabilasudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah merekaapabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah merekadalam tempat tidurnya.”(HR. Abu Daud) 35

Dari hadits di atas, dapat di pahami bahwa, Memerintahkan anak

lelaki dan wanita untuk mengerjakan shalat, yang mana perintah ini

dimulai dari mereka berusia 7 tahun. Jika mereka tidak menaatinya maka

Islam belum mengizinkan untuk memukul mereka, akan tetapi cukup

dengan teguran yang bersifat menekan tapi bukan ancaman.

6. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-

anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi positif kepada lingkungan di mana ia tinggal.

Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-

nilai universal (nilai agama, nilai moral, nilai kewarganergaraan, nilai adat

istiadat, nilai budaya, nilai hukum dan lain-lain, yang mana nilai-nilai

tersebut dapat diterima oleh semua golongan sehingga mampu dijadikan

35 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Sahih Bukhari, (Kairo: Darul Kutub: tt.), hadis No.495.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

32

pemersatu bagi seluruh masyarakat yang terdiri dari beraneka ragam

budaya, agama, ras, adat istiadat, suku, dan latarbelakang.36

Berkaitan dengan nilai-nilai dalam pendidikan karakter, Indonesia

Heritage Fondation menyusun sembilan pilar karakter. Kesembilan pilar

tersebut merupakan nilai-nilai universal yang di antaranya:

a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanya, sebagaimana firman Allah:

قل إن كنتم حتبون الله فاتبعوين حيببكم الله ويـغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم

Artinya: "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampunidosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang."(QS. Ali Imran: 31)

Nilai kecintaan terhadap Tuhan merupakan nilai yang akan

menjiwai nilai-nilai yang lainnya dan nilai-nilai lainnya harus

bersumber pada pilar yang pertama ini. Pilar pertama ini juga searah

dengan nilai yang dikembangkan pada dasar idiologi bangsa, yaitu

pancasila.37

b. Kemandirian dan tanggung jawab

Kemandirian dan tanggung jawab akan melatih anak untuk

menjadi pribadi yang terbaik. Anak akan terbiasa tidak menyalahkan

keadaan atau orang lain, menerima segala akibat dari perbuatan yang

dilakukan. Anak tidak menggantungkan dirinya terhadap orang lain, ia

36 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, Op. Cit., hlm. 9337 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Mizan, 2009), hlm. 342.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

33

akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk mendapatkan yang

terbaik di dalam hidupnya.

c. Kejujuran/ amanah

Mengajarkan nilai kejujuran bukanlah suatu hal yang mudah,

dikarenakan dalam fonomena kehidupan banyak sekali nilai

ketidakjujuran dipraktekkan di segala bidang kehidupan dan hal

tersebut dijadikan teladan bagi anak, sehingga menyebabkan nilai

kejujuran tidak dikenal. Dari sini, maka nilai kejujuran harus

dikembangkan dalam pendidikan karakter yang meliputi: kejujuran

terhadap diri sendiri, orang lain, terhadap lembaga, dan terhadap

masyarakat.38

Dasar hadist tentang perilaku jujur adalah sebagai berikut:

يـق رض علـيكم بـالصدق، فانــه : قال رسول اهللا ص: قال عن ابــى بكر الصد. و ايـاكم و الكذب، فانــه مع الفجور و مها ىف النـار . مع الرب و مها ىف اجلنة ابن حبان ىف صحيحه

Artinya : “Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, “RasulullahSAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujuritu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Danjauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersamakedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban]39

d. Hormat dan santun

Hormat tidak akan diberikan kecuali bila itu juga diterima.

Sebagai orang tua harus menghormati anak-anak dahulu (dari

berbicara dan memperlakukannya) sebelum menuntut mereka

38 Linda dan Richard Eyre, Mengajarkan Nilai- Nilai Kepada Anak, terj. Alex TriKantitjono Widodo, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1995), hlm. 3.

39 Ibid., hlm. 24

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

34

menghormati kita. Hormat yang anak terima di rumah akan menjadi

dasar untuk hormat kepada diri sendiri, dan santun kepada orang lain.40

Hal tersebut sesuai dengan hadist berikut:

أخبـرنا أبو حممد عبد الله بن يوسف األصبـهاين ، نا أبو سعيد ابن األعرايب ، بن حممد ، نا مطر األعنق ، عن ثابت ، عن نا حممد بن إمساعيل ، نا يونس

وقر ”يا أنس ، : قال رسول الله ، صلى الله عليه وسلم :أنس ، قال “الكبري وارحم الصغري تـرافقين يف اجلنة

Artinya: “Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Muhammad‘Abdullaah bin Yuusuf Al-Ashbahaaniy, telahmengkhabarkan kepada kami Abu Sa’iid Ibnul A’raabiy,telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad binIsmaa’iil, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus binMuhammad, telah mengkhabarkan kepada kami Mathar Al-A’naq, dari Tsaabit, dari Anas, ia berkata, RasulullahShallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Anas,hormati yang lebih tua dan sayangi yang lebih muda, makakau akan menemaniku di surga.” [HR. Ibnu Hibban] 41

e. Dermawan, suka menolong dan gotong-royong

Dermawan, suka menolong dan gotong royong merupakan

nilai-nilai yang tercermin dalam salah satu dasar negara kita. Nilai-

nilai tersebut mendorong anak untuk memiliki sikap kepekaan.

Dasar hadist tentang dermawan dan suka menolong adalah

sebagai berikut:

ــن مســعود رض قــال عــت النــيب ص يـقــول : عــن اب ــني ىف اال ال حســد : مس . اثـنتـو رجل آتـاه اهللا حكمـة فـهـو . احلق ىف هلكته رجل آتاه اهللا ماال فسلطه على

البخارى.

40 Ibid., hlm. 112-11341 Imam Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Azdi as-Sijistani, hadis No. 1640 dalam CD

program Mausu'ah Hadis al-Syarif, 1991-1997, VCR II, Global Islamic Software Company).

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

35

Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Nabi SAW pernahbersabda, “Seseorang tidak boleh iri (menginginkan),kecuali dua macam (yaitu) seseorang yang diberi kekayaan(harta) oleh Allah, lalu dipergunakan-nya semata-matadalam perjuangan, dan seseorang yang diberi ilmu olehAllah lalu digunakannya dan diajarkannya pada oranglain”. [HR. Bukhari] 42

f. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras

Percaya diri, kreatif dan pekerja keras merupakan sikap yang

mampu mendorong anak untuk memiliki semangat untuk mencapai

masa depan yang lebih bagus. Anak yang memiliki sikap percaya diri

akan mudah untuk mengembangkan bakatnya. Apalagi jika sikap

tersebut dibarengi dengan kerja keras dan kreatif maka anak kelak

akan mampu menemukan hal-hal yang baru dalam kehidupannya.

ـــد ـــن الولي ـــد، عـــن خالـــد بـــن معـــدان، ع ـــور بـــن يزي ـــن ثـ ـــد المـــوقري، ع بـــن حممعــت رســول اللــه صــلى اللــه عليــه وســـلم، : المقــدام بــن معــدي كــرب، قــال مس

ــر لــه مــ:يـقــول ن أن يأكــل مــن عمــل مــا أكــل أحــد مــن بــين آدم طعامــا هــو خيـوكان داود عليه السالم يأكل من عمل يديه :يديه، قال نيب الله

Artinya: “Tiada seorang pun yang makan makanan yang lebih baikdari pada makan yang diperoleh dari hasil darikeringatnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud AS itupun makan dari hasil karyanya sendiri” (HR. Bukhari) 43

g. Kepemimpinan dan keadilan

Menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan keadilan harus dilatih

dan dibiasakan sejak dini. Nilai kepemimpinan dan keadilan yang

42 Imam Bukhari, Sahih Bukhari, (Cairo: Darul Qutb, tt.) Juz 2, hlm. 11243 Ibid., hlm. 112

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

36

dikembangkan dalam pendidikan karakter bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian peserta didik yang siap menjadi khalifah

di muka bumi. Mampu menghapus ketidakjujuran dan mau membela

yang benar.

h. Baik dan rendah hati

Baik hati dan rendah diri adalah nilai manusiawi yang penting

dimiliki oleh anak-anak. Sikap ini melibatkan komponen-komponen

seperti empati, ramah, keberanian dan lain-lain. Anak yang didik

dengan sikap baik hati dan rendah diri, ia akan terhindar dari sikap

sombong. Masa depannya diwarnai dengan sikap emapti dan peduli

terhadap sesama dan enggan untuk berprilaku yang merugikan orang

lain.

i. Toleransi, kedamaian dan kesatuan

Nilai toleransi, kedamaian dan kesatuan perlu ditanamkan sejak

dini pada jiwa anak-anak. Karena, bangsa ini terdiri dari beraneka

ragam suku, agama, budaya, adat istiadat dan latarbelakang. Dengan

nilai ini, anak diajarkan untuk menghargai keberagaman tersebut, anak

diajarkan untuk bisa hidup dalam keberagaman dan mampu menjalin

persatuan dan kesatuan.44

Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan

dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas nomor 23 tahun 2006) dan

SK/KD (Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar 20

nilai utama yang dimaksud:

1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius).

44 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, Op. Cit., hlm. 100

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

37

2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

a) Jujur

b) Bertanggungjawab

c) Bergaya hidup sehat

d) Disiplin

e) Kerja keras

f) Percaya Diri

g) Berjiwa Wirausaha, yaitu terbentuknya karakter wirausaha dan

pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku

peserta didik sehari-hari.

h) Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif.

i) Mandiri.

j) Rasa ingin tahu.

k) Cinta Ilmu.

3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

a) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

b) Patuh pada aturan-aturan sosial.

c) Menghargai karya dan prestasi orang lain.

d) Santun.

e) Demokratis.

4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan. Sikap dan

tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan

alam di sekitarnya

5) Nilai Kebangsaan.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

38

a) Nasionalis, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

diri dan kelompoknya.

b) Menghargai keberagaman, yaitu sikap dan perilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran

terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. 45

Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, delapan butir dipilih

sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan karakter,

yaitu: 1) kereligiusan, 2) kejujuran, 3) kecerdasan, 4) tanggung jawab, 5)

kebersihan dan kesehatan, 6) kedisiplinan, 7) tolong-menolong, 8) berpikir

logis, kritis, kreatif, dan inovatif 46

7. Urgensi Pendidikan Karakter Bagi Siswa

Ellen G White dalam Sarumpaet seperti dikutip oleh Furqon

Hidayatullah mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha

paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan

karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar.47

Proses pembelajaran yang lebih berorientasi pada capaian ranah

kognisi dan menekankan aspek intelektualitas selama ini ternyata telah

‘gagal’ membentuk manusia yang utuh, dengan munculnya berbagai

kejahatan yang dilakukan oleh kalangan terpelajar. Kecerdasan intelektual

yang tidak dimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual

45 Permen Diknas nomor 23 tahun 2006.46 Permen Diknas nomor 23 tahun 2006.47 Furqon Hidayatullah, Op. Cit., hlm. 18.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

39

menyebabkan seseorang terjadi ‘split personality’ dalam dirinya, sehingga

terjadi ketidakseimbangan diri.

Dalam mengantisipasi berbagai tantangan modernitas dan

mengatasi berbagai persoalan di atas, pembelajaran pendidikan agama

Islam tidak mungkin dapat dengan baik sesuai dengan misi dan tujuannya

bilamana hanya berkutat pada transfer ilmu atau pemberian ilmu

pengetahuan agama sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, atau lebih

menekankan aspek kognitif. Pembelajara agama justru harus

dikembangkan ke arah proses internalisasi nilai (afektif) yang tentu

diimbangi dengan aspek kognitif, sehingga timbul dorongan yang kuat

untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai agama yang telah

terinternalisasikan dalam peserta didik (psikomotorik).48

Mengapa pendidikan karakter itu penting dan mendesak bagi

bangsa, antara lain disebabkan karena bangsa ini telah lama memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang kurang kondusif untuk membangun bangsa

yang unggul. Walaupun diyakini bahwa banyak di antara warga yang

memiliki kebiasaan positif atau memiliki karakter baik.49

Keluaran institusi pendidikan seharusnya dapat menghasilkan

orang “pandai” tetapi juga orang “baik” dalam arti luas. Pendidikan tidak

hanya menghsilkan otang “pandai” tetapi “tidak baik”, sebaliknya juga

pendidikan tidak hanya menghasilkan orang “baik” tetapi “tidak pandai”.

Pendidikan tak cukup hanya untuk membuat anak pandai, tetapi juga harus

menciptakan nilai-nilai luhur atau karakter. Oleh karena itu penanaman

48 Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam; Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi PendidikanIslam di Tengah Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 149-150.

49 Furqon Hidayatullah, Op. Cit., hlm.15

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

40

nilai luhur harus dilakukan sejak dini. Orang yang “pandai” saja tetapi

“tidak baik” akan menghasilkan orang yang “berbahaya”, karena dengan

kepandaiannya ia bisa menjadikan sesuatu menyebabkan kerusakan dan

kehancuran. Setidak-tidaknya pendidikan masih lebih bagus menghasilkan

orang “baik” walaupun kurang “pandai”. Tipe ini paling tidak akan

memberikan suasana kondusif karena ia memiliki akhlak yang baik.50

Pendidikan karakter menjadi semakin mendesak untuk diterapkan

dalam lembaga pendidikan mengingat berbagai macam perilaku yang non

edukatif kini telah merambah dalam lembaga pendidikan, seperti

fenomena kekerasan, pelecehan seksual, bisnis mania lewat sekolah,

korupsi dan kesewenang-wenangan yang terjadi di kalangan sekolah.

Tanpa pendidikan karakter, akan membiarkan campur aduknya kejernihan

pemahaman akan nilai-nilai moral dan sifat ambigu yang menyertainya,

yang pada gilirannya menghambat para siswa untuk dapat mengambil

keputusan yang memiliki landasar moral yang kuat. Pendidikan karakter

akan memperluas wawasan para pelajar tentang nilai-nilai moral dan etis

yang membuat mereka semakin mampu menentukan keputusan yang

secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks ini,

pendidikan karakter yang diterapkan di lembaga pendidikan bisa menjadi

salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan.51

Menurut Brooks and Goble sebagaimana dikutip oleh Ahmad

Choiron, menyatakan bahwa :

”Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalampendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah daya tawar

50 Ibid, hlm. 18-1951Ahmad Choiron, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Psikologi Islami, Idea Press,

Yogyakarta, 2010, hlm. 16-17

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

41

berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkankeuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positifyang mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka,membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif ”.52

Memasuki abad ke-21 banyak pendidik ingin menekankan kembali

hadirnya pendidikan budi pekerti, untuk mempromosikan nilai-nilai positif

bagi anak-anak muda dalam kaitannya dengan merebaknya kekerasan

dalam masyarakat. Brooks dan Goble mengindikasikan bahwa

“…Kejahatan dan bentuk-bentuk lain perilaku tidak bertanggungjawab telah meningkat dengan kecepatan yang sangatmengkhawatirkan dan telah menembus berbagai aspek kehidupansehari-hari bahkan telah menjadi proses reproduksi sosial.Masyarakat sedang berada dalam ancaman tindak kekerasan,vendalisme, kejahatan di jalan, adanya geng-geng jalanan, anak-anak yang kabur dari sekolah/bolos (truancy), kehamilan dikalngan anak-anak muda, bisnis hitam (bussines fraud), korupsipara politisi, hilangnya rasa hormat pada orang lain danmemupusnya etika profesi.”53

Situasi-situasi seperti ini perlu dipertimbangkan bahwa pendidikan

karakter yang menumbuhkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai kebersamaan

sebagai satu anggota komunitas manusia perlu diajarkan di kalangan

generasi mudanya. Untuk memberikan prioritas atas pendidikan karakter

sebagai tantangan utama bagi proyek dan program pendidikan di dalam

lembaga pendidikan.

B. Konsep Sekolah Berbasis Karakter

1. Sekolah Berbasis Karakter

Najib Sulhan menyatakan bahwa dalam mengembangkan sekolah

berbasis karakter ada tiga pilar yang perlu dijadikan pijakan, yaitu:

52 Ibid, hlm. 1753 Ibid, hlm. 18

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

42

pertama, membangun watak, kepribadian, moral. Kedua, mengembangkan

kecerdasan majemuk, dan ketiga adalah kebermaknaan pembelajaran.

Membangun watak, kepribadian, dan moral bukanlah hal mudah, tidak

sekedar membalik telapak tangan. Akan tetapi, diperlukan kerja keras dan

bimbingan yang berkelanjutan sehingga dapat terwujud watak, kepribadian

dan moral yang baik. Adapun langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah

dalam rangka membentuk watak, kepribadian dan moral peserta didik

diantaranya adalah:

Pertama, memasukkan konsep karakter pada setiap kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan cara, yaitu: menanamkan nilai

kebaikan kepada anak, menggunakan cara yang membuat anak memiliki

alasan atau keinginan untuk berbuat baik, mengembangkan sikap

mencintai perbuatan baik, melaksanakan perbuatan baik. Kedua, membuat

slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah

laku masyarakat sekolah. Seperti, memasangkan kalimat-kalimat positif di

dinding-dinding sekolah. Karena, kalimat positif yang tergantung itu akan

menjadi pengingat abadi. Ketiga, pemantauan secara kontinyu melalui

pendampingan guru. Pemantauan ini dilakukan dalam beberapa hal seperti:

kedisiplinan masuk sekolah, kebiasaan makan di kantin, kebiasaan di

kelas, kebiasaan berbicara, kebiasaan ketika di masjid, dan kebiasaan-

kebiasaan lainnya. Keempat, penilaian orang tua. Penilaian orang tua

terhadap perkembangan moral anak sangat membantu guru dalam

menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah. Peran orang tua lebih

banyak dalam membentuk karakter anak, karena waktu anak lebih banyak

bersama orang tua dibandingkan guru, dan lingkungan keluarga adalah

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

43

tempat pertama kali anak belajar tentang karakter.54 Berkaitan dengan

penilaian orang tua tersebut, maka coparenting perlu diterapkan dalam

penerapan pendidikan karakter. Coparenting dilakukan dengan

mengirimkan pemberitahuan kepada orang tua tentang awal penanaman

pilar karakter di sekolah. Pemberitahuan tersebut disertai dengan

himbauan kepada orang tua untuk menerapkan serangkaian aktifitas rumah

dan diwajibkan mengisi kuesioner pada akhir pilar karakter tentang

pengalaman dan apa yang dirasakan orang tua ketika mengajarkan pilar di

rumah.55

Pilar kedua yaitu mengembangkan kecerdasan majmuk. Howard

Gardner dengan konsepnya multiple intelligences beranggapan bahwa

tujuh kecerdasan (kecerdasan linguistik, matematika, spasial, kinestetik,

musik, antarpribadi, dan interpribadi) yang digagasnya belum cukup. Oleh

sebab itu dalam bukunya yang berjudul Intelligence Reframed, ia

menambahkan tiga kecerdasan lagi (kecerdasan naturalis, kecerdasan

eksistensia, dan kecerdasan spiritual).56

Berkaitan dengan kesepuluh kecerdasan tersebut, sekolah berbasis

karakter berusaha mengembangkan kesepuluh kecerdasan tersebut dengan

beberapa kegiatan yang mendukung, baik melalui pembelajaran di kelas

maupun kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lanjutan di lingkungan

keluarga dan masyarakat. Selain itu, menurut Ary Ginanjar bahwa untuk

54 M. Furqon Hidayatullah, Op. Cit., hlm. 15-2155 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, Op. Cit., hlm. 103.56 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan al-Qur’an, (Bandung: Mizan

Pustaka, 2003), hlm. 26- 27.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

44

membangun kecerdasan emosional dan spiritual dapat berpedoman pada

konsep 6 rukun iman dan 5 rukun Islam.57

Ketiga, kebermaknaan pembelajaran, hal ini dapat terwujud jika

proses pembelajaran diselenggarakan dengan mempertimbangkan keadaan

peserta didik, pembelajaran dilakukan dengan menerapkan pendekatan

contextual teaching and learning, yaitu pendekatan yang menerapkan

pembelajaran berbasis problem, menggunakan konteks yang beragam,

mempertimbangkan kebhinekaan siswa, memberdayakan siswa untuk

belajar sendiri, belajar melalui kolaborasi, menggunakan penilaian autentik

dan mengejar standar tinggi.58 Selain itu menggunakan sistem

pembelajaran terpadu berbasis karakter, yaitu sistem pembelajaran yang

mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam semua mata pelajaran.59

2. Kurikulum Sekolah Berbasis Karakter

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Kurikulum yang dikembangkan di sekolah berbasis

karakter harus disusun dengan memperhatikan beberapa pertimbangan,

yaitu: pertama, kurikulum harus digambarkan sebagai kesadaran kolektif

demi pembelaan dan peningkatan martabat manusia dan penghargaan

individu sebagai pribadi. Kedua, kurikulum harus menggambarkan sebuah

proses bagi pembentukan kesadaran individu sebagai makhluk sosial yang

57 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual(ESQ), (Jakarta: Penerbit Arga, 2001), hlm. xxi.58 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Terj. Ibnu Setiawan, (Bandung: Mizan Media Utama,2002), hlm. 21-22.

59 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, Op. Cit., hlm. 103.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

45

dipahami sebagai pengembangan kesadaran akan hak-hak dan

kewajibannya sebagai anggota dari masyarakat. Ketiga, kurikulum

semestinya menggambarkan sebuah proses yang membantu peserta didik

untuk semakin dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.60

Kurikulum pendidikan karakter dikembangkan berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

kalender pendidikan, dan silabus. KTSP dikembangkan berdasarkan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan

berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk

mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian

tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan

dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti

kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

b. Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan

memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

60 Doni Koesoema, Op. Cit., hlm. 267

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

46

jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif

terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial

ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan

wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu,

serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna

dan tepat antar substansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.

Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman

belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum

dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders)

untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,

termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan

dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,

keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan

vokasional.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup

keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata

pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan

antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses

pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

47

berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan

antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan

memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan

nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus

saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan Bhineka Tunggal

Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).61

3. Model Pendekatan Pendidikan Karakter

Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-

nilai kehidupan melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh

cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut

Suparno, dkk., ada empat model pendekatan pendidikan karakter, yaitu:

a. Model Pendidikan Karakter Sebagai Mata Pelajaran Tersendiri

Model ini mendesain pendidikan karakter sebagai mata

pelajaran tersendiri. Pendidikan karakter sejajar dengan mata pelajaran

yang lainnya, terjadwal layaknya mata pelajaran yang lainnya dan

memerlukan jam tersendiri dalam mengajarkannya. Maka, dalam hal

ini guru sebelum melangsungkan pembelajaran karakter, harus

menyiapkan silabus, Rencana Proses Pembelajaran, metode dan

evaluasi pendidikan karakter. Kelebihan dari model ini adalah materi

yang disampaikan menjadi lebih terencana, lebih fokus dan materi

61 Badan Standar Pendidikan Nasioanal, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang PendidikanDasar dan Menengah, (Jakarta: BNSP, 2006), hlm. 6-7.

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

48

yang disampaikan lebih terukur. Adapun kelemahannya adalah bahwa

seolah-olah tanggung jawab penanaman karakter peserta didik

hanyalah tanggung jawab guru pengampu mata pelajaran pendidikan

karakter, guru yang lainnya tidak ikut memikirkan keberhasilan

pendidikan karakter. Selain itu, aspek yang disentuhnya hanya lebih

mengedepankan aspek kognitif.

b. Model Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Semua Bidang Studi

Model yang kedua ini mendesain pendidikan karakter secara

terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran harus

memuat nilai- nilai karakter. Dari sini maka pendidikan karakter tidak

hanya tanggung jawab satu guru, akan tetapi tanggung jawab semua

guru. Keunggulan model terintegrasi pada setiap bidang studi antara

lain: setiap guru ikut bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai

hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman nilai- nilai

pendidikan cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan

bersifat aplikatif sesuai dengan konteks pada setiap bidang studi.

Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan nilai-nilai yang sudah

diterapkan.

Dalam berbagai setting. Kelemahannya adalah pemahaman dan

persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi

semua guru. Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal

yang tidak mudah, hal ini mengingat latarbelakang guru yang berbeda-

beda. Di samping itu, jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di

antara guru sendiri akan menjadikan siswa bingung.

c. Model Pendidikan Karakter di Luar Pembelajaran

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

49

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat juga

ditanamkan di luar kegiatan pembelajaran formal. Seperti halnya,

dalam lingkungan rumah atau masyarakat. Dalam hal ini, kegiatan

termasuk menindaklanjuti dari kegiatan penanaman karakter di

sekolah. Oleh sebab itu, guru tidak hanya membuat budaya di sekolah

akan tetapi juga merumuskan budaya di luar sekolah. Kelebihan

pendekatan ini adalah siswa akan mendapatkan pengalaman secara

langsung dan konkrit. Kelemahannya adalah tidak ada dalam struktur

yang tetap dalam kerangka pendidikan dan pengajaran di sekolah,

sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang

lebih banyak.

d. Model Pendidikan Karakter Gabungan

Model gabungan adalah menghubungkan antara model

integrasi dan model di luar pelajaran menjadi satu kesatuan. Model ini

dapat dilaksanakan dalam kerja sama tim, baik oleh guru maupun

dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Kelebihan model ini

adalah semua guru terlibat, di samping itu guru dapat belajar dari pihak

luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa menerima informasi

tentang nilai-nilai sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman melalui

kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik. Mengingat pendidikan

karakter merupakan salah satu fungsi dari pendidikan nasional, maka

sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi pelajaran. Oleh

karena itu, pendekatan secara terintegrasi merupakan pendekatan

minimal yang harus dilaksanakan semua tenaga pendidik sesuai

dengan konteks tugas masing-masing di sekolah, termasuk dalam hal

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

50

ini adalah konselor sekolah. Namun, bukan berati bahwa pendekatan

yang paling sesuai adalah dengan model integratif. Pendekatan

gabungan tentu akan lebih baik lagi karena siswa bukan hanya

mendapatkan informasi semata melainkan juga siswa menggali nilai-

nilai pendidikan karakter melalui kegiatan secara kontekstual, sehingga

penghayatan siswa lebih mendalam dan tentu saja lebih

menggembirakan siswa.62

4. Pendidik dalam Sekolah Berbasis karakter

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada

jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan

anak usia dini.63 Ia merupakan komponen yang paling menentukan dalam

sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian

sentral, utama dan pertama. Figur yang satu ini senantiasa menjadi sorotan

ketika membahas masalah pendidikan, karena pendidik selalu terkait

dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Pendidiklah yang

memegang peran utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pendidik

juga sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan,

terutama keberhasilan peserta didik. Oleh sebab itu, upaya perbaikan

kualitas guru harus dalam rangka meningkatkan profesionalitas harus terus

dilakukan. Maka, dalam hal ini pemerintah melakukan berbagai upaya

untuk mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi guru, yang

62 Paul Suparno Moerti Yoedho K, dkk., Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah, (Yogyakarta:Kanisius, 2002), hlm. 42-44.

63 Undang- Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal1 Ketentuan Umum.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

51

antara lain dengan disahkannya undang-undang guru dan dosen dan

ditindaklanjuti dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah

tentang guru dan dosen.

Selain itu, dalam kerangka ini pula, pemerintah mengembangkan

berbagai strategi, yaitu: penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan

kualitas akademik, kompetensi dan pendidikan profesi untuk memperoleh

sertifikat pendidik. Pemenuhan hak dan kewajiban guru sebagai tenaga

profesional sesuai dengan prinsip profesionalitas. Penyelenggaraan

kebijakan strategis dalam pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan

pemberentihan guru sesuai dengan kebutuhan, baik jumlah, kualifikasi

akademik, kompetensi maupun sertifikasi yang dilakukan secra merata,

objektif, transparan dan akuntabel untuk menjamin keberlangsungan

pendidikan. Penyelenggaraan kebijakan strategis dalam pembinaan dan

pengembangan profesionalitas dan pengabdian profesional. Peningkatan

pemberian penghargaan dan jaminan perlindungan terhadap guru dalam

melaksanakan tugas profesional. Pengakuan yang sama antara guru yang

bertugas pada satuan pendidikan yang bertugas pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan masyarakat dengan guru pemerintah. Penguatan

tanggung jawab dan kewajiban pemerintah dalam merealisasikan

pencapaian anggaran pendidikan untuk memenuhi hak dan kewajibatman

guru sebagai pendidik profesional dan peningkatan peran serta masyarakat

dalam memenuhi hak dan kewajiban guru.64 Adapun cerminan guru yang

berada dalam sekolah berbasis karakter harus memiliki empat kompetensi

yang sebagaimana diwajibkan dalam Undang-undang guru dan dosen,

64 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), hlm. 6- 7

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

52

yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial

dan kompetensi professional.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya

meliputi: pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman

terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan

teknologi pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.65

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

didik dan berakhlak mulia. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,

sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Menampilkan diri sebagai

pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan

masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab

yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung

tinggi kode etik profesi guru.66

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

oleh Standar Nasional Pendidikan.67 Kemampuan tersebut meliputi:

menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

65 Ibid., hlm. 7566 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 Tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Op. Cit., hlm. 13- 14.67 E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 135

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

53

mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi

dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.68

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, oarang tua/ wali peserta

didik dan masyarakat sekitar. Indikator kemampuan sosial tersebut adalah:

bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

tua, dan masyarakat. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah

Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.69

5. Pembelajaran Berbasis Karakter

a. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Berbasis Karakter

Perencanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala

sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama

sebagai suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum

68 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 TentangStandar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Op. Cit., hlm. 14.

69 Ibid., hlm. 15

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

54

melalui beberapa program yaitu pengembangan diri, pengintegrasian

dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah.70

1) Program Pengembangan Diri

Dalam program pengembangan diri, perencanaan pendidikan

karakter dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan

sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal sebagai berikut:

a) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan

peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.

Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan,

pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan

lainlain) pada hari- hari tertentu, beribadah bersama atau shalat

bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdo’a

waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila

bertemu guru, tenaga kependidikan, atau teman.

b) Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara

spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya

pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui

adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang

harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui

adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu

juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak

akan melakukan tindakan yang tidak baik itu. Contoh kegiatan

70 Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum,Op. Cit., hlm. 15-20.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

55

itu: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak

sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, berlaku tidak

sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh. Kegiatan spontan

berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik

dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh

nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam

olah raga atau kesenian, berani menentang atau mengkoreksi

perilaku teman yang tidak terpuji.

c) Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga

kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap

tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi

panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan

tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik

berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter,

maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang

yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan

bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian

rapi, dating tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata

sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur,

menjaga kebersihan.

d) Pengkondisian

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter

maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan

itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai karakter

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

56

yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak

sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah

terlihat rapi dan alat belajar di tempatkan teratur.

2) Pengintegrasian dalam mata pelajaran

Sebagaimana dalam Permendiknas No.41 Tahun 2007

tentang standar proses dijelaskan bahwa dalam perencanaan proses

pembelajaran hal-hal yang perlu disusun meliputi silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas

mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),

indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,

alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Maka dalam

pengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap pokok bahasan

dari setiap mata pelajaran harus dicantumkan dalam silabus dan

RPP.

Adapun langkah-langkah peigintegrasian pendidikan

karakter ke dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui langkah-

langkah: mendiskripsikan kompetensi dasar tiap mata pelajaran,

mengidentifikasi aspek-aspek atau materi pendidikan karakter yang

akan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, mengintegrasikan

butir-butir pendidikan karakter ke dalam kompetensi dasar yang

dipandang relevan, menentukan metode, melaksanakan

pembelajaran, menentukan media dan sumber belajar dan

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

57

menentukan evaluasi pembelajaran.71 Adapun pengembangan nilai-

nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:

a) Mengkaji Standar Komptensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai

karakter yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya.

b) Menentukan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan

indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.

c) Mencantumkankan nilai-nilai karakter ke dalam silabus.

d) Mencantumkan nilai-nilai karakter yang sudah tertera dalam

silabus ke dalam RPP.

e) Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara

aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan

melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam

perilaku yang sesuai.

f) Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang

mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun

untuk menunjukkannya dalam perilaku.

3) Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat

peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru,

konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan

sesamanya, dan antara anggota 20 kelompok masyarakat sekolah.

Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup

ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan

71 M. Furqon Hidayatullah, Op. Cit., hlm. 56

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

58

ekstrakurikuler, proses mengambil keputusan, kebijakan maupun

interaksi sosial antar komponen di sekolah. Interaksi internal

kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma,

moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah.

Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras,

disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa

kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang

dikembangkan dalam budaya sekolah. Pengembangan nilai-nilai

dalam pendidikan akhlak dalam budaya sekolah mencakup

kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor,

tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan

menggunakan fasilitas sekolah.

b. Pengembangan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Berbasis Karakter

Pembelajaran berbasis karakter diselenggarakan secara aktif,

menyenangkan, kreatif, aktif dan berpusat pada anak, dengan

menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, yaitu: pendekatan

kolaborasi, rolling class atau moving class, ramah guru dan ramah

anak,literasi, quantum, tematik, kontekstual, dan kontruktivis.

Sedangkan metode yang digunakan diataranya: keteladanan,

penanaman kedisiplinan, pembiasaan, integrasi dan internalisasi. Kelas

adalah sebagai tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek yang tidak

memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat khusus yang

mudah dihadirkan. Pembelajaran karakter yang diselenggarakan di

kelas, maka kelas didesain dengan memperhatikan kondisi siswa.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

59

Sebagaimana dalam Peraturan. Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan

Prasarana dijelaskan bahwa ruang kelas hendaknya; banyak minimum

ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar, kapasitas

maksimum ruang kelas 28 peserta didik, rasio minimum luas ruang

kelas 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta

didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas 30 m2. Lebar

minimum ruang kelas 5 m. Ruang kelas memiliki fasilitas yang

memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan

untuk memberikan pandangan ke luar ruangan. Ruang kelas memiliki

pintu yang memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar

ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak

digunakan. Ruang kelas dilengkapi sarana, seperti; meja, kursi, alat

peraga, hasil karya peserta didik, dan peralatan-peralatan lainnya.72

Selain sedemikian rupa kondisi fisik kelas didesain, kegiatan

belajar di kelas bertujuan mengembangkan kemampuan ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor.73 Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan

kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai karakter.

Meskipun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti

72 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nrepublik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentangStandar Sarana dan Prasarana, hlm. 4-5.

73 Ranah Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Dalam ranah kognitifterdapat enam jenjang prose berpikir, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ranah ini terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi daninternalisasi. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan ataukemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman tertentu. Ranah ini terdiri darienam aspek, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif daninterpretatif. Lihat. Junaidi, M Baihaqi, Evaluasai Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah, (Surabaya:Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2009), hlm. 131- 132.

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

60

kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, dan gemar membaca dapat melalui kegiatan belajar

yang biasa dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain

seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif

memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki

kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-

nilai itu.

c. Pengembangan Penilaian Pendidikan Berbasis Karakter

Penilaian pendidikan karakter pada hakikatnya adalah evaluasi

atas proses pembelajaran secara terus menerus dari individu untuk

menghayati peran dan kebebasannya bersama dengan orang lain dalam

sebuah lingkungan sekolah demi pertumbuhan integritas moralnya

sebagai manusia. Aspek yang dinilai adalah perilaku atau tindakan,

bukan pengertian, pengetahuan, atau kata-kata yang diucapkan.

Penilaian pendidikan karakter yang diselenggarakan di sekolah

bukanlah satu-satunya faktor untuk menentukan kelulusan siswa.

Namun, lebih utama lagi untuk menentukan apakah sebagai individu

yang hidup dalam lembaga pendidikan mau mengembangkan daya-

daya reflektif yang ada dalam diri kita sehingga hidup dalam

kebersamaan dengan orang lain menjadi semakin baik. Selain itu untuk

menilai dan menelaah berbagai macam corak relasional antara individu

di dalam lembaga pendidikan, hubungan antara siswa dengan siswa,

hubungan guru dengan siswa, hubungan orang tua dengan sekolah,

sekolah dengan masyarakat. Penilaian pendidikan karakter yang

diselenggarakan di sekolah dilakukan oleh beberapa pihak. Pertama

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

61

adalah individu atau diri sendiri dan kedua adalah komunitas sebagai

sebuah lembaga (sekolah) atau orang lain, dan dalam proses

pembelajaran maka penilaian dilakukan oleh guru secara terusmenerus

dan berkesinambungan.74

Individu atau diri sendiri menilai karakter dengan mengevaluasi

atau merefleksi apakah perilaku dan tindakannya sesuai dengan nilai-

nilai moral yang dikembangkan dan yang diyakini. Sedangkan,

seorang guru melakukan penilaian pendidikan karakter dengan

menggunakan jenis penilaian non tes, bentuk penilaiannya dapat

berupa portofolio assessment, performance assessment dengan

menggunakan beberapa instrumen penilaian seperti: interview form,

observation form, angket atau kuesioner, check list, dan catatan

anekdot.

Interview form, observation form, angket atau kuesioner, check

list, dan catatan anekdot dibuat guru ketika untuk melihat adanya

perilaku peserta didik yang berkenaan dengan nilai yang

dikembangkan. Selain jenis penilaian non tes, guru dapat pula

memberikan tes berupa tugas yang berisikan suatu persoalan atau

kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik

dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas,

memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang

bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat

mengundang konflik pada dirinya. Dari hasil pengamatan yang tertulis

74 Doni Koesoema, Op. Cit., hlm. 281-282

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

62

dalam Interview form, observation form, angket atau kuesioner, check

list, dan catatan anekdot dan sebagainya, guru dapat memberikan

kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau

bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat

dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut:

1) BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan

tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).

2) MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai

memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan

dalam indikator tetapi belum konsisten).

3) MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah

memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam

indikator dan mulai konsisten).

4) MK: Membudaya (apabila peserta didik terus menerus

memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara

konsisten).

d. Indikator Keberhasilan Sekolah Dalam Penerapan Pendidikan Karakter

Untuk menentukan sejauh mana keberhasilan sekolah dalam

menerapkan pendidikan karakter, maka harus dibuktikan dengan

adanya beberapa data-data atau indikator yang menunjukkan adanya

pengembangan pendidikan karakter di lingkungan sekolah, dan data-

data tersebut harus dapat diverifikasi oleh semua pihak. Sebagaimana

menurut Doni Koesoema bahwa ada beberapa kriteria untuk menilai

keberhasilan pelaksanakan pendidikan karakter, di antaranya:

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

63

Pertama, sekolah yang telah menerapkan pendidikan karakter,

maka segenap civitas akademik yang berada di lembaga tersebut

memiliki nilai tanggung jawab, dan untuk menilai sejauhmana nilai

tanggung jawab tersebut diaplikasikan, maka dapat menelaah daftar

kehadiran segenap civitas akademik. Daftar kehadiran tersebut sangat

berharga, karena dapat dijadikan salah satu kriteria objektif untuk

menentukan apakah sekolah telah berusaha mengembangkan individu

yang berasa di lingkungan sekolah sebagai pribadi yang bertanggung

jawab terhadap dirinya sendiri, tugas-tugasnya dan terhadap orang lain.

Kedua, indikator keberhasilan penerapan pendidikan karakter

dapat dilihat dari jumlah ketepatan siswa dan guru dalam

mengumpulkan tugas-tuganya. Ketiga, ada tidaknya keterlibatan

civitas akademika dalam tindakan kekerasan, kejahatan dan narkoba.

Keempat, terciptanya suasana proses pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna. Kelima, adanya peningkatan prestasi

akademik yang diraih oleh peserta didik. Keenam, kualitas akademik

yang tidak kalah saing dengan lembaga pendidikan lain. Hal ini dapat

dilihat dengan penilaian tentang standar mutu sekolah.75

C. Kajian Hasil-hasil Penelitian Relevan

Penelitian tentang manajemen pendidikan berbasis karakter bukanlah

sebuah kajian penelitian yang baru, tetapi kajian ini merupakan sebuah

pendalaman atau kajian yang serupa dengan kajian model pendidikan akhlaq,

pendidikan moral, dan pendidikan budi perkerti. Berdasarkan hal ini, maka

75 Doni Koesoema, Op. Cit., hlm. 282- 290.

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

64

ada beberapa karya-karya dan penelitian yang memiliki tema yang sama atau

mirip dengan kajian penelitian yang akan penulis teliti, di antaranya:

1. Penelitian Fihris Sa’adah, dengan judul, “Pendidikan Karakter di

Madrasah Salafiyah, dalam Jurnal Walisongo, Volume 19, Nomor 2,

November 2011. Hasil penelitian menunjukkan perwujudan lingkungan

yang kondusif bagi perkembangan karakter di kalangan siswa Sekolah

Islam Salaf Girikusumo dilakukan dengan cara menciptakan tradisi atau

praktek pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan

peningkatan kualitas keagamaan atau kehidupan mereka. Di samping

upaya di atas, pembentukan karakter juga dilakukan dengan simultan

melalui penanaman nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut:

pertama, menerapkan pencontohan atau uswah hasanah. Kedua,

menjelaskan tentang nilai yang baik dan buruk. Ketiga,

mengimplementasikan kurikulum yang didasarkan pada pendidikan

karakter. 76

2. Penelitian Masita, dengan judul “Pendidikan Karakter Berbasis Budaya

Lokal pada Masyarakat Muslim” dalam jurnal Studi Masyarakat Islam

Volume 15 Nomor 2 Desember 2012. Pembentukan karakter merupakan

salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pendi-dikan

nasional. Pada Pasal 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa di antara tujuan

pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk

memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah undang-

undang tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan

76 Fihris Sa’adah, “Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah”, dalam Jurnal Walisongo,Volume 19, Nomor 2, November 2011.

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

65

Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter,

sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang

dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Tulisan ini ingin mengungkap pelaksanaan pendidikan karakter yang

berbasis kearifan lokal di suatu lembaga pendi-dikan Islam tingkat

menengah. 77

3. Tesis Heni Zuhriyah mahasiswi pascasarjana kosentrasi pendidikan Islam

IAIN Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “Pendidikan Karakter (Studi

Perbandingan Antara Konsep Doni Keosoema dan Ibn Miskawaih)”.

Dalam kajian penelitian ini, penulis menguraikan tentang bagaimanakah

konsep pendidikan karakter yang digagas oleh dua tokoh yaitu Doni

Koesoema dan Ibn Miskawaih, nilai-nilai dalam pendidikan karakter,

momen-momen pendidikan karakter, metode pendidikan karakter, peran

masyarakat terhadap pendidikan karakter, persamaan dan perbedaan

konsep pemikiran Doni Koesoema dan Ibn Miskawaih.78

4. Penelitian yang ditulis oleh Nur Jamal dengan judul “Strategi

Pembentukan Kepribadian Santri Di Pondok Pesantren Nazhatut Thullab

desa Prajjan Kecamatan Camplong Sampang” dengan pendekatan studi

sosiologis yaitu dengan cara mempelajari struktur sosial dan prosesproses

sosial terutama perubahan perubanhan yang ditemukan dilapangan. Dalam

penelitian tersebut diungkapkan bahwa dalam program pembentukan

kepribadian santri itu dilakukan dengan cara menyajikan materi-materi

yang berhubungan dengan kpribadian yang luhur serta memberikan

77 Masita, “Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal pada Masyarakat Muslim” dalamjurnal Studi Masyarakat Islam Pascasarjana UMM Malang, Volume 15 Nomor 2 Desember 2012.

78 Heni Zuhriyah, “Pendidikan Karakter (Studi Perbandingan Antara Konsep DoniKoesoema dan Ibn Miskawaih)”, (Tesis, Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

66

bimbingan yang mengarah pada ketakwaan ahlak dan budi pekerti yang

luhur. Apa yang ditulis peneliti dalam penelitian tersebut tidak jauh

berbeda dengan pendidikan karakter.79

Kelebihan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya

adalah bahwa selain mendeskripsikan model pendidikan karakter yang

dipraktikkan, penelitian ini memfokuskan pada tingkat keberhasilan

penerapan implementasi pendidikan berbasis karakter di SMP Al-Ma’arif

Krapyak Tahunan Jepara, serta faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman dalam implementasi pendidikan berbasis karakter di SMP Al-

Ma’arif Krapyak Tahunan Jepara.

D. Kerangka Pikir

Pendidikan menempati posisi yang penting dalam meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan harus menjadi sebuah

sarana penting untuk memperbaiki moral bangsa, khususnya Bangsa

Indonesia. Pendidikan sebagai sebuah wahana pembaharuan dalam rangka

mencetak generasi bangsa yang berkualitas.

Sudah selayaknya para praktisi pendidikan mulai mengoreksi

kembali sejauhmana keberhasilan pendidikan dalam membentuk kepribadian

dan keberadaban bangsa. Memang, tidak serta merta bahwa lembaga

pendidikan yang patut disalahkan dengan adanya demoralisasi yang ada,

namun sejak dahulu lembaga pendidikan memiliki sumbangan yang berarti

bagi proses pembudayaan masyarakat, dan sepantasnya jika lembaga

79 Nur Jamal, “Strategi Pembentukan Kepribadian Santri di Pondok Pesantren NazhatutThullab desa Prajjan Kecamatan Camplong Sampang” dalam jurnal Ulul Albab UIN Malang No.2 Volume 4 Maret 2010.

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

67

pendidikan memiliki peranan yang berarti dalam menyelesaikan persoalan

demoralisasi yang saat ini terjadi.

Berangkat dari fenomena di atas, maka akhir-akhir ini dunia

pendidikan mulai tergerak untuk mengumandangkan konsep pendidikan

karakter, yaitu pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan

dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai

universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; mengembangkan

kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,

berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan

sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Kemendiknas telah mencanangkan visi penerapan pendidikan

karakter pada tahun 2010-2014 pada semua jenjang pendidikan, dari Sekolah

Dasar sampai Perguruan Tinggi. Besar harapan masyarakat terhadap konsep

pendidikan karakter, masyarakat berharap gagasan pendidikan karakter tidak

hanya sebuah konsep las an e, akan tetapi sebuah implementatif dari

konsep tersebut yang akan mampu menjadi solusi bagi bangsa dalam

mengatasi demoralisasi di Indonesia dan sebagai upaya membangun

kepribadian dan keberadaan bangsa.

Berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter di sekolah,

maka menarik untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana implementasi

pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP Al-Ma’arif Krapyak

Tahunan Jepara sebagai subjek penelitian. Melalui pendidikan berbasis

karakter, maka diharapkan SMP Al-Ma’arif sebagai salah lembaga

pendidikan Islam swasta di Jepara dapat dijadikan tolok ukur dan kiblat

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1425/2/BAB II.pdf · LANDASAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji tentang

68

pendidikan karakter mengingat urgensi pendidikan karakter khususnya di

Kabupaten Jepara sangat dibutuhkan. Hal tersebut didasarkan pada alasan

atas rusaknya moral remaja dengan ditemukannya berbagai kasus

pelanggaran hokum yang melibatkan para remaja seperti narkoba, pergaulan

bebas, kasus pencurian dan pembegalan, ugal-ugalan dan sebagainya yang

mencerminkan kemerosotan akhlak dan kerusakan moral bangsa.

Gambar 2.2Kerangka Pikir

Fenomena rusaknyamoralitas

dan akhlak bangsa,khususnya remaja

Tawuran antarpelajar

PenggunaanNAPZA

Pergaulan bebas Perilaku

kriminalitas Putus sekolah Lunturnya budaya

sopan santun Degradasi jiwa

nasionalisme

ProsesTransformasi

denganpendidikan

berbasiskarakter

Terbentuknya siswadan warga bangsayang memiliki nilai-nilai karakter danbudaya luhur bangsa