“pimpin” mimpin” - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1426/3/bab ii.pdf · menyebabkan...
TRANSCRIPT
BAB II
PRINSIP-PRINSIP UMUM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Sebelum kita membahas topik masalah yakni prinsip-prisip kepemimpinan
pendidikan, alangkah lebih baiknya kita mengetahui dahulu tentang definisi
kepemimpinan pendidikan.
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang mempunyai arti
bimbing. “memimpin” berarti: 1) memegang tangan sambil berjalan; 2)
menunjukkan jalan; mengetuai, mengepalai; 3) melatih (mendidik, mengajar
dsb). “pemimpin”, mempunyai arti orang yang memimpin, (juga dalam arti
kiasan seperti penuntun, pengajar, pemuka, kepala pasukan dsb).1
“kepemimpinan” berarti perihal pemimpin, cara memimpin.2
Dalam buku “Management, A Guide to Executive Command” yang
ditulis James M. Black menyatakan: Leadership is capability of persuading
others to work together direction as a team to accomplish certain designated
objectives (kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya
bekerja sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau
melakukan sutau tujuan tertentu.3
Menurut Peter G. Northouse (2013:2) definisi kepemimpinan
mengalami evolusi (perubahan) sesuai masanya:
1 Poerwodarminto, Op. Cit., hal. 654-655.2Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, PT Gramedia, Cet. VII. Edisi IV, 2014, hal. 1075.
3 Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.BA., Ir. H. Arviyan Arifin, Islamic Leadership, Jakarta,Bumi Aksara, Cet. II, 2013, hal. 106.
19
20
1900-1929, kepemimpinan didefinisikan sebagai “kemampuan yangmenekankan hasrat pemimpin terhadap orang yang dipimpin danmendorong kepatuhan, penghargaan, loyalitas, dan kerjasama (Moore,1927, hal. 124)
1930-an, kepemimpinan didefinisikan sebagai interaksi karakterkpribadian khusus yang dimiliki seseorang dengan yang dimilikikelompok. Dicatat juga bahwa walaupun sikap dan aktivitas dari banyakorang dipengaruhi oleh satu orang, para pegikut juga memngaruhipemimpinnya.
1940-an, kepemimpinan yang didefinisikan sebagai perilaku individu saatmengarahkan aktivitas kelompok (Hemphill, 1949). Di waktu yang sama,kepemimpinan dengan persuasi dibedakan dari “sikap dan metode dalammengawasi orang” atau kepemimpinan dengan pemaksaan (Copeland,1942).
1950-an, tiga tema yang mendominasi definisi kepemimpinan selamadecade ini:- Keberlangsungan teori kelompok, yang membentuk kepemimpinan
sebagai apa yang dilakukan pemimpin dalam kelompok;- Kepemimpinan sebagai hubungan yang mengembangkan tujuan
bersama, dan mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan para pelakupemimpin; dan
- Keefektifan, di mana kepemimpinan didefinisikan oleh kemampuanuntuk memengaruhi seluruh keefektifan kelompok.
1960-an, definisi utama tentang kepemimpinan sebagai perilaku yangmemengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan bersama, telahdigarisbawahi oleh Seeman (1960) yang menggambarkan kepemimpinansebagai “tindakan oleh orang-orang yang memngaruhi orang lain dalamarah yang sama” (h.53).
1970-an, kepemimpinan dilihat sebagai “membentuk danmempertahankan kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuankelompok atau organisasional” (Rost, 1991, h.59). Tetapi definisi Burn(1978) merupakan konsep terpenting tentang kepemimpinan:“Kepemimpinan adalah proses mobilisasi timbal balik oleh orang-orangdengan motif dan nilai tertentu, beragam sumber daya ekonomi, politik,dan lainnya, dalam konteks persaingan dan konfli, untuk menyadari tujuanyang dimilki secara mandiri atau bersama oleh pemimpin atau pengikut”(h. 425).
1980-an, dekade ini kepemimpinan dibagi menjadi beberapa tema:- Lakukan seperti yang diminta pemimpin. Definisi kepemimpinan
umumnya tetap menyampaikan pesan bahwa kepemimpinan membuatpengikut melakukan apa yang diinginkan atasan.
- Pengaruh. Dalam upaya membedakan kepemimpinan dari manajemen,akademi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh yang tidakbersifat memaksa.
- Sifat. Dicetuskan oleh buku laris In Search Excellence (Peters &Waterman, 1982). Sebagai hasilnya, banyak pemahaman orang tentangkepemimpinan didasarkan pada orientasi sifat.
21
- Trasnformasi. Burn (1978) dipuji karena gerakan yang mendefinisikankepemimpinan sebagai proses transformasional.
Memasuki Abad 21Setelah ketidakcocokan selama berpuluh tahun, pakar kepemimpinansepakat tentang satu hal: Mereka tidak menghasilkan suatu definisibersama untuk kepemimpinan. Intinya, kepemimpinan adalah konsep yangkompleks sehingga suatu definisi yang pasti akan sulit didapat. (Diadaptasidari Leadership for The Twenty-First Century, by J.C. Rost, 1991, NewYork: Praeger)4
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan
tidak ada kesamaan dalam pengertian kepemimpinan. Artinya, apakah
kepemimpinan itu dipengaruhi oleh kelompok, ataukah oleh sifat-sifat
seorang pemimpin, atau kepemimpinan itu memang anugerah dari Yang
Maha Kuasa yang diberikan kepada seseorag sehingga dia mempunyai
kemampuan untuk memimpin.
Namun dapat ditarik benang merah dari berbagai definisi di atas,
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi kelompok
melakukan apa yang diinginkan pemimpin untuk mencapai tujuan bersama.
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mempunyai arti
memelihara dan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak atau
kecerdasan. “Pendidikan” berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya)
mendidik.5
4 Peter G. Northhouse, Kepemimpinan: Teori dan Praktik (Terj. Dr. Ati Cahyani), PT.Indeks, Jakarta, Edisi VI, 2013, hal. 2-4.
5 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,Cetakan Ketiga, 2006, hal. 291.
22
Menurut para ahli, pendidikan mempunyai banyak definisi yang satu
sama lain tidak jauh berbeda, antara lain:
a) John DeweyPendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapanfundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam sesamamanusia.
b) J.J. RoussseauPendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masakanak-kanak, akan tetapi kita membutuhknnya pada waktu dewasa.
c) Ki Hajar DewantaraPendidikan yaitu tuntunan di dalaam hidup tumbuhnya anak-anak,adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodratyang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggotamasyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yangsetinggi-tingginya.
d) Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melaluikegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. 6
e) Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmrngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dannegara.7
3. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan, menurut Dirawat adalah suatu
kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan
orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan
dari pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat lebih efesien dan efektif didalam pencapaian tujuan-
tujuan pendidikan dan pengajaran.8
6 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, Cetakanke-10, 2012, hal. 2-3.
7 UU Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 Ayat 1), hal. 2.8 Hefniy Rozak M.Pd., Kepemimpinan Pendidikan dalam Al-Qur'an, Tinjauan Sakralitas,
Profanitas dan Gabungan, Yogyakarta, Teras, 2014, hal. 11.
23
Kepemimpinan dalam pendidikan hakikatnya melibatkan banyak
stakeholder yang sangat berperan penting dalam kelangsungan proses
pengembangan kualitas pendidikan, diantaranya :
Kepala Sekolah : Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah
secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal
pendidikan di sekolahnya.
Guru : Guru adalah pemimpin yang menentukan kondisi kenyamanan proses
belajar mengajar di dalam kelas. Guru adalah pemimpin yag menciptakan
siswa yang berkualitas.
Orangtua/Masyarakat : Orangtua adalah motivator peserta didik untuk selalu
hadir dalam proses pembelajaran.9
Dari pemaparan di atas, maka tiap-tiap individu yang merasa terpanggil
untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut
sebagai pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah,
kepala sekolah di sekolah, kepala kantor departemen pendidikan dan kebudayaan,
maupun pengawas pendidikan di kantor departemen pendidikan dan kebudayaan
dan di daerah pelayanannya, juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan
dalam pembinaan pendidikan. Bisa dikatakan, kepemimpinan adalah suatu
kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga
tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua
sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
9 Asep Suryana, M.Pd, Kepemimpinan Dalam Pendidikan, Jakarta, PT Raja GrafindoPersada, 2010, hal. 13.
24
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.10 Jadi dari uraian diatas, penyusun dapat menyimpulkan
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan untuk mendorong
atau mempengaruhi dalam lingkup penggerakan pelaksanaan pendidikan demi
tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatannya
pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi
bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap
pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan yang jelas,
agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang
dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin kelompok
yang satu bergantung pada pemimpin dan kelompok yang lain. Seseorang tidak
dapat menjadi pemimpin jika terlepas dari kelompok. Kepemimpinan merupakan
suatu sifat dari aktivitas kelompok. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok
dapat memberikan sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya.
Di dalam suatu kelompok harus ada persatuan. Persatuan harus dibentuk
dan dibina oleh pemimpin kelompok itu. Di bawah kepemimpinannya, baik
pemimpin maupun ayng dipimpin, harus berusaha bersama untuk mencapai tujuan
kelompok itu. Persatuan harus diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika
tidak, kelompok itu hanya merupakan kumpulan dari individu-individu, yang
seorang terpisah dari yang lain.
10 Dikutip dari Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
25
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak daripada semua
sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Pendidikan sendiri
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
B. Siginifikansi Kepemimpinan dalam Pendidikan
Kepemimpinan merupakan faktor penentu bagi efektif dan efisiennya
suatu organisasi. Sehingga, kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga
atau organisasinya. Sebab, pemimpin yang sukses itu mampu mengelola
organisasi, dapat mempengaruhi secara konstruktif orang lain dan menunjukkan
jalan yang benar yang harus dikerjakan bersama.
Oeteng Sutisna mengutip pendapat Keith Davis megatakan: “Tanpakepemimpinan suatu organisasi hanyalah sejumlah orang yang kacau,kepemimpinan ialah kemampuan untuk membujuk orang lain supaya mengejartujuan yang telah ditetapkan dengan bergairah. Kepemimpinan mengubah potensimenjadi kenyataan. Ia adalah tindakan akhir yang membawa keberhasilan semuapotensi yang ada pada organisasi dan orang-orangnya”.11
Dalam berbagai bidang kehidupan tidak terlepas dari kepemimpinan.
Banyak dari pemimpin-pemimpin di masyarakat yang kurang bisa mengemban
amanah kepemimpinannya. Termasuk juga kepemimpinan dalam pendidikan yang
tidak professional akan menjadi batu sandungan dalam memajukan lembaga
pendidikannya. Hal ini bisa mengakibatkan buruknya iklim dan bdaya sekolah,
bahkan bisa menimbulkan konflik antar pribadi ataupun kelompok.
11 Oeteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,(Bandung: Angkasa, 1989), hal. 193.
26
Bahwa salah satu faktor pendorong kemajuan adalah kepemimpinan yang
kuat sekaligus melayani masyarakat. Pemimpin yang kuat sekaligus melayani
adalah pemimpin yang berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan, bahwa inti
kepemimpinan adalah memengaruhi (leadership is influence). Dalam hal ini,
memengaruhi orang-orang yang dipimpin untuk melaksanakan sesuatu demi
mencapai tujuan bersama, bukan kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan
tertentu.
Kepemimpinan dalam pendidikan sangat berkaitan dengan masalah kepala
sekolah dalam menentukan kebijakan di dalam masyarakat sekolah. Dalam hal ini
perlaku kepala sekolah harus bisa mendorong kinerja guru dan pegawai lainnnya
serta dapat mengarahkan dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja
sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.
Kepemimpinan dalam pendidikan sangat diperlukan di dalam manajemen
pendidikan karena pada dasarnya setiap instansi atau lembaga pendidikan
diperlukan sebuah figur seorang pemimpin. Ibarat kapal, pemimpin inilah yang
akan menahkodai lembaga tersebut untuk mengarungi bahtera dunia pendidikan.
Ia akan mengendalikan dan mengatur segala sesuatu yang yang dibutuhkan untuk
dibawa ke suatu tujuan tertentu.
Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa manusia itu mahluk sosial. Untukitu, ia tidak dapat hidup sendirian. Lebih jauh ia melihat ada dua faktor yangmenyebabkan kenapa manusia itu menjadi makhluk sosial; pertama, kebutuhanakan keturunan demi keberlangsungan hidup umat manusia. Dan hal ini bisa dilakukan melalui pergaulan antara laki-laki dan perempuan dan keluarga. Kedua,saling membantu dalam menyediakan makanan, pakaian dan pendidikan anak(diperlukan kerja sama dan saling membantu antar manusia).12
12 J. Abdul Rojak. Politik Kenegaraan: Pemikiran Politik Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah.Surabaya, Bina Ilmu, 1999, hal. 95.
27
Ini berarti kerjasama dan saling membantu antarmanusia menjadi suatu
keharusan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut
pendapat Al-Ghazali di atas, untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan manusia,
diperlukan pembagian tugas antara para anggota masyarakat dan penguasa yaitu
hubungan antar pemuka, baik agama dan pemerintah dengan dasar saling
menolong.
Kepemimpinan dibidang apapun berhubungan dengan ketaatan atau
loyalitas. Dalam kepemimpinan rumah tangga, misalnya, loyalitas pertama adalah
kepada Allah dalam menjalankan hukum keluarga. Pria sebagai suami adalah
pemimpin yang harus ditaati oleh istri dan anak-anaknya sebagai anggota
keluarga. Ketaatan kepada suami dan ayah dalam batas-batas yang telah
ditetapkan hukum Allah, sebagai kepala rumah tangga merupakan suatu
keharusan. Rumah tangga adalah unit terkecil masyarakat.
Dalam menjalankan amanah kepemimpinan, seorang pemimpin
membutuhkan prinsip-prinsip yang dijadikan pijakan dalam menentukan
kebijakan. Prinsip-prinsip ini harus didasarkan pada patokan yang baku yaitu Al-
Qur’ān.
Secara umum, peranan pemimpin dalam organisasi sangat mempengaruhi
keberlangsungan organisasi tersebut. Peranan pemimpin inilah yang akan
menggerakkan organisasi, antara lain:
1. Membantu menciptakan iklim sosial yang baik.
2. Membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri.
3. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja.
28
4. Mengambil tanggungjawab untuk menetapkan keputusan bersama dengan
kelompok.
5. Memberi kesempatan pada kelompok untuk belajar dari pengalaman.13
Dalam organisasi pendidikan antara lain adalah sekolah, secara formal
Kepala sekolah adalah pemimpin secara keseluruhan, Sehingga Kepala sekolah
harus memahami fungsi kedudukan, diantaranya:
1. Membawa perubahan yang signifikan.
2. Menciptakan visi dan menuangkan misi dalam kenyataan.
3. Menetapkan kebijakan dan tujuan yang hendak dicapai
4. Mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun dan menggerakkan seluruh
anggota (sumber daya) untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan. Pemimpin
dalam mengelola sekolah adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi
secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah
mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan, mengawasi, dan
mengevaluasi, seluruh kegiatan pendidikan di sekolah. Berikut peranan Kepala
Sekolah dalam tugas dan tanggungjawabnya :
Mengatur proses belajar mengajar.
Memperkirakan dan mengalokasikan sumber daya.
Mengatur administrasi sekolah.
Mengatur pembinaan kemuridan/kesiswaan.
Mengatur hubungan dengan masyarakat.14
13 Asep Suryana, Op.Cit., hal. 13.14 Ibid. hal. 23.
29
Dalam desentralisasi pendidikan yang menekankan pada manajemen
berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki otonomi yang tinggi dalam memajukan
dan mengembangkan sekolahnya. Dalam konteks pemerintah daerah dan
desentrilasasi pendidikan, para pejabat pemerintah harus paham tentang
pentingnya kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan tingkat
sekolah yang mempunyai peran penting dalam mewujudkan sekolah efektif, dan
pembelajaran yang berkualitas.15
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dianalisis berdasarkankriteria sebagai berikut:
1. Mampu memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan serta seluruhwarga sekolah untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas,lancer dan produktif.
2. Dapat menyelesiakan tugas dan pekerjaan secara tepat waktu dan tepat sasaran.3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan visi danmisi sekolah serta tujuan pendidikan.
4. Mempu menerapkan prinsip kepemimpinan sesuai dengan tingkatkedewasaan pendidik dan tenaga kependidikan lain di sekolah.
5. Dapat bekerja secara kolaboratif dengan tim manajemen sekolah.6. Dapat mewujudkan tujuan sekolah secera efektif, efesien, produktif, dan
akuntabel sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.16
C. Prinsip-Prinsip Umum Kepemimpinan Pendidikan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, prinsip adalah asas
(kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya).17
Sedang menurut Wikipedia, Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/kelompok
sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.18
15 Prof. Dr. H.E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,Jakarta, PT Bumi Aksara, Cet. II, 2012, hal. 18.
16 Ibid. hal. 18-19.17 W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, PN Bakti Pustaka, Jakarta, 2009, hal. 768.18 https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip (dikutip tanggal 23 Januari 2016).
30
Menurut istilah, prinsip (al-aṣl) dalam Bahasa Arab bermakna sesuatu
yang dijadikan dasar dari bangunan, atau dasar yang di atasnya ditegakkan sesuatu
baik yang bersifat materiil maupun immateriil.19
Dari definisi prinsip di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prinsip
adalah sesuatu yang sudah menjadi dasar pedoman yang dianggap benar untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
Arti kata umum menurut bahasa adalah mengenai seluruh atau sekaliannya
(tidak khas, tidak khusus)20, atau mengenai seluruhnya atau semuanya; secara
menyeluruh, tidak menyangkut yang khusus (tertentu) saja, untuk orang banyak;
(untuk orang) siapa saja.21
Yang dimaksud ‘umum’ di sini adalah yang masih luas ruang lingkupnya. Sedang
yang dimaksud prinsip umum adalah dasar pedoman yang menjadi landasan
menentukan kebijaka yang masih luas ruang lingkupnya.
Dalam mengemban amanah dalam pendidikan perlu dipahami dan
dilaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan secara umum yang berlaku, yaitu:22
1. Kapasitas Integratif
Prinsip kapasitas integratif adalah prinsip yang sangat penting bagi seorang
pemimpin, karena hanya dengan kapasitas yang demikianlah administrasi dan
organisasi dapat digerakkan sebagai suatu total sistem ke arah pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
19 Ridwan HR. SH., M.Hum., Fiqih Politik: Gagasan, Harapan, dan Kenyataan, FH UIIPress, Yogyakarta, Cet. Pertama, 2007, hal. 14-15.
20 Poerwodarminto, Op.Cit., hal. 1337.21 http://kbbi.web.id/umum22 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hal. 54.
31
Integritas merupakan tindakan yang konsisten, baik di dalam maupun di luar
nilai-nilai batin. Pemimpin dengan integritas tinggi adalah sama di dalam dan
di luar batinnya, dalam makna apa yang ada di dalam diri maupun
penampakan di permukaan.23 Dengan begitu seorang pemimpin harus
memiliki kepercayaan dari pengkutnya oleh karenanya harus menampilkan
integritas. Jujur transaksi, diprediksi reaksi, emosi terkontrol dengan baik,
tidak mudah marah. Selain itu pemimpin dengan integritas tinggi akan lebih
mudh didekati oleh pengikutnya.
Dengan prinsip ini seorang pemimpin pendidikan harus bisa menyatukan visi,
misi, dan tujuan yang hendak dicapai kepada seluruh civitas pendidikan agar
dalam menjalankan fungsi masing-masing berjalan sesuai dengan gerak dan
langkah program-program yang dicanangkan.
2. Kooperatif
Yaitu dalam proses kepemimpinannya kepala sekolah hendaknya
mementingkan kerjasama dengan orang-orang yang dipimpinnya, karena
dalam prinsip kooperatif ini partisipasi harus ditingkatkan menjadi kerjasama
yang dinamis. Dimana setiap anggota disamping bertanggungjawab terhadap
tugasnya masing-masing, juga harus merasa berkepentingan pada masalah
yang menyangkut sukesnya pekerjaan anggota-anggota yang lain. Dengan
adanya perasaan dan kesadaran semacam itu, mungkin mereka akan saling
bantu-membantu serta bekerja sama dalam setiap usaha serta dalam
memecahkan masalah- masalah yang timbul dalam lembaga kerjanya, yang
23 Sudarwan, Op.Cit., hal. 35.
32
mungkin bisa menghambat keberhasilan dalam mencapai tujuan dari lembaga
kerja tersebut.
Dalam kepemimpinan kooperatif memungkinkan pekerjaan merupakan
tanggungjawab bersama dan adanya kerjasama yang baik antara subsistem
yang ada di dalam organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Namun kepemimpinan kooperatif harus menyadari tidak semua pegawai
mampu menjalin kerjasama, baik dengan sesama rekan kerja maupun dengan
atasannya. Dalam kaitannya dengan ini terkadang terjadi kesenjangan antara
bawahan dengan sesama bawahan maupun antara bawahan dengan atasan.
Untuk itu dibutuhkan prinsip-prinsip yang lain untuk mengatasi hal tersebut.
Setiap permasalahan yang timbul akan dapat diselesaikan dengan duduk
bersama untuk dibicarakan jalan keluar yang terbaik untk semua. Semua
mempunyai hak suara untuk mngemukakan pendapat dalam menentukan
kebijakan. Seorang pemimpin harus bisa mengokomodasi pendapat-pendapat
tersebut dan merangkumnya dengan kebijakan yang dapat diterima seluruh
anggota.
Sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah harus berusaha membangkitkan
dan memupuk kesadaran pada setiap anggotanya agar mereka ikut
bertanggung jawab, dan selanjutnya ikut aktif dalam memikirkan serta
memecahkan masalah-masalah yang menyangkut perencanaan, program
pendidikan dan pembelajaran. Karena keberhasilan dalam memperoleh
keputusan yang tepat maupun pemecahan masalah di suatu lembaga
pendidikan secara memuaskan hanya dapat dicapai melalui usaha pemimpin
dengan mengikut sertakan anggota-anggotanya.
33
3. Rasionalitas dan Obyektivitas
Yaitu sebagai pemimpin tidak akan berhasil apabila menggerakkan
organisasinya dengan cara emosional. Artinya jika emosi merajai cara
berpikir seorang pemimpin, maka rasionalitas dan obyektivitas akan
berkurang dan yang pada gilirannya keputusan yang dibuat tidak akan tepat.
Kepemimpinan rasional ini ditandai dengan penampilan seorang tokoh yang
didasarkan pada kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya, semakin tinggi
kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya
untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan
terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam
hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar
organisasi tersebut.
Dalam memandang atau memutuskan suatu masalah seorang pemimpin harus
terbuka, artinya memandang dari segala sisi dan kronologinya. Keterbukaan
berarti mampu mendengarkan ide-ide baru, bahkan mungkin tidak sesuai
dengan cara berpikir biasa. Keterbukaan dalam kepemimpinan akan
membangun saling menghormati antara pemimpin dan pengikut serta membuat
tim secara baik dengan gagasan-gagasan baru untuk mewujudkan visinya.
Artinya seorang pemimpin harus mengedepankan keadilan dalam
memandang permasalahan secara utuh, tidak berat sebelah. Dengan demikian
orang-orang yang dipimpin akan merasa terayomi dengan kejelasan status
mereka, karena yang bersalah akan mendapat hukuman dan yang berprestasi
akan mendapat penghargaan.
34
4. Adaptabilitas dan Fleksibilitas
Yaitu jika ada pendapat yang mengatakan bahwa satu-satunya hal yang
konstan di dunia ini adalah perubahan, maka sikap kaku dan apriori akan
merugikan seseorang dalam menjalankan peranannya selaku pemimpin. Maka
dari kefleksibelan suatu organisasi akan menjamin hubungan kerja dan tata
kerja yang sesuai denagn kenyataan dan masalah baru yang muncul dan
selalu berubah. Perubahan tersebut tidak bisa terlepas dari berbagai hubungan
kemanusiaan diantara anggota staf. Dengan demikian prinsip fleksibilitas
merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi.
Adaptif berarti cerdas menyesuaikan diri dengan perubahan. Kepemimpinan
adaptif berarti kepemimpinan yang mudah menyesuaikan dirinya dengan
perubahan dan keadaan baru. Perubahan selalu membentuk pandangan baru,
dan pandangan baru akan mempengaruhi berbagai peristiwa yang sedang
berjalan. Bila pemimpin tidak menyiapkan kepribadiannya untuk menjawab
pandangan baru tersebut, maka dia akan menghadapi kesulitan untuk mejalani
perubahan itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat secara
fleksibel menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan perkembangan dan
kondisi staf.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, fleksibel mempunyai arti 1 lentur;
mudah dibengkokkan; luwes.24
24 Poerwodarminto, Op. Cit., hal. 331.
35
Menurut definisi tersebut bukan berarti pemimpin seperti bunglon, ikut sana
ikut sini, tapi pemimpin akan mengambil sikap dalam menentukan kebijakan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dapat menguntungkan organisasi.
Dalam bekerja, pemimpin tidak sendirian. Ia membutuhkan staf atau pengikut
yang membantu dalam menyelesaikan pekerjaan kepemimpinannya. Karena
itu ia harus bisa menyesuaikan kondisi dan tempat kerja serta tahu kondisi
orang-orang yang bekerja bersamanya. Adaptasi dibutuhkan supaya
pemimpin tidak canggung dalam bekerja baik dalam bentuk perintah kepada
stafnya ataupun dalam pekerjaan yang harus diselesaikan bersama-sama.
Juga tak kalah pentingnya adalah kelenturan dalam memimpin. Apabila
seorang pemimpin kaku dalam kepemimpinannya, orang yang di sekitarnya
akan enggan mendekat bahkan tak peduli dengan apa yang menjadi tanggung
jawabanya karena pemimpinnya bertindak semaunya.
Dalam pelaksanaannya prinsip ini akan mendorong pemimpin untuk
mengembangkan semua potensi kemampuan sumber daya, khususnya sumber
daya manusia menjadi lebih dinamis, kreatif, dan inovatif dalam menjawab
semua tantangan yang muncul. Seorang pemimpin yang muncul untuk
mengelola semua kekuatan dan menghilangkan semua kelemahan dalam
sebuah proses kerja yang selalu lebih peduli kepada kesatuan dan keutuhan
sumber daya manusianya dalam sebuah hubungan kerja yang harmonis dan
Kesuksesan kolaborasi kerja antara pemimpin dengan semua kekuatan
sumber dayanya, sebagai pemimpin ia harus menunjukkan kekuatan dirinya
untuk bekerja melewati semua batasan dan mampu membangun hubungan
kerja yang harmonis antara unit kerja dalam sebuah rangkaian gerbong
36
organisasi yang utuh dan penuh. Sinergi tidak pernah mengajarkan untuk
terpisah-pisah, sinergi selalu berprinsip menjadikan semua kekuatan
organisasi dalam bentuk unit kerja-unit kerja menjadi satu kesatuan utuh dan
penuh dalam bentuk organisasi besar.
5. Delegasi
Yaitu sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah harus menyadari bahwa
kemampuannya sebagai manusia adalah terbatas, sehingga perlu
mendelegasikan kekuasan, wewenang dan tanggung jawabnya kepada
anggoga stafnya menurut kemampuan masing-masing, supaya proses kerja
tersebut secara keseluruhan dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.
Pembinaan kepemimpinan melalui latihan dalam bentuk pendelegasian
merupakan salah satu cara yang cukup praktis bagi kepentingan peningkatan
mutu pendidikan di masa yang akan datang. Ini berarti bahwa sebernanya
keberhasilan dalam memimpin itu tergantung pada kemampuan dalam
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada bawahan secara efektif.
Seorang pemimpin harus bisa memilah-milah tugas pokok organisasinya dan
mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang
dipercayainya. Pemimpin harus bersedia dan mempercayai orang-orang lain
sesuai posisi/jabatannya. Sedang penerima delegasi harus mampu memlihara
kepercayaan itu, dengan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.
Pendelegasian ini harus diwujudkan karena karena kemajuan kelompok/
organisasinya yang tidak mungkin diwujudkan sendiri. Sehubungan dengan
37
itu musyawarah dan konsultasi ikut berperan, terutama bagi penerima
delegasi, agar selalu berorientasi pada kebijaksanaan umum dari pimpinan.25
Partisipasi dalam kepemimpinan hanya mungkin terwujud jika pemimpin
mengembangkan komunikasi yang memumngkinkan terjadinya pertukaran
pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah,
yang bagi pemimpin akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-
keputusan.26
Seorang pemimpin harus bisa memberikan kepercayaan kepada koleganya
dalam menjalankan tugas yang diembannya untuk melakukan aktivitas
seluas-luasnya. Namun semua dalam pelaksanaannya harus terukur dan harus
bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan konstitusional.
6. Pragmatisme
Yaitu pemimpin pendidikan harus dapat membuat keputusan yang akurat
sesuai dengan kemampuan dan sumber-sumber yang tersedia. Ini merupakan
salah satu ciri pemimpin yang baik.
Kepemimpinan pragmatis adalah konsep kepemimpinan yang dibutuhkan
untuk membuat keputusan yang tepat waktu, cepat, efektif, tapi tidak
melanggar prinsip. Pragmatisme berarti konsentrasi pada fakta bukan emosi
atau cita-cita. Hal ini berarti, pemimpin harus bersikap realistis dengan
rencana, dan mau bertindak langkah demi langkah, untuk melakukan tindakan
produktif dari situasi yang nyata.
25 Ibid. hal. 78.26 Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Dra. H.M. martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, Cet. V, 2006, hal. 75.
38
Pemimpin pragmatis selalu berperilaku sangat praktis untuk mendapatkan
sebuah tujuan. Dia akan mengesampingkan semua hierarki, diagnosis, analisa,
metode, sistem, dan keyakinan; demi mendapatkan cara yang paling gampang
dalam menyelesaikan tugas atau tujuan. Pemimpin pragmatis bertindak dengan
melihat gambaran total dari sebuah realitas, dan memahami risiko yang ada
dalam realitas tersebut, lalu dengan pengalaman kepemimpinannya, dia akan
mengambil sikap melalui cara berpikir yang praktis, untuk mengatasi risiko dan
mengambil keuntungan dari realitas yang ada.
Permasalahan yang dihadapi seorang pemimpin memang sangat kompleks
yang mebutuhkan penyelesaian atau jalan keluar yang baik. Untuk itu dalam
memutuskan sesuatu harus melewati berbagai pertimbangan-pertimbangan
yang matang dengan melibatkan staf atau orang-orang yang bisa dianggap
bisa member masukan agar dalam keputusan final nantinya tidak
menyebabkan efek buruk ke depannya.
Seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu juga harus bisa mewujudkan
dan menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah
tidak ada artinya bila tidak dilaksanakan. Dalam melaksanakan perintah,
pemimpin harus bisa mengarahkan tujuan kepada orang-orang yang
dipimpinnya meuju apa yang akan yang akan dicapai. Intinya, kepemimpinan
adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan
tugas yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
39
7. Keteladanan27
Yaitu dalam memimpin lembaga pendidikan, permimpin pendidikan harus
dapat menjadi contoh yang baik. Pemimpin tidak hanya bisa memerintah dan
menilai kinerja bawahannya tetapi harus memberi contoh bekerja yang baik.
Seorang pemimpin dalam menghabiskan waktu atau energi apa saja yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Pemimpin hatus mengilhami dedikasi dengan memberi contoh, melakukan
apapun untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya menuju visi.
Dengan memberi contoh yang baik, seorang pemimpin dapat menginspirasi
pengikutnya bahwa tidak ada yang disambilkan dalam pekerjaan yang harus
diselesaikan.
Dari sisi lain fungsi keteladanan berarti juga kesediaan pemimpin untuk tidak
berpangku tangan pada saat-saat orang yang dipimpin melaksanakan
keputusannya. Pemimpin tidak boleh hanya bisa membuat keputusan dan
memerintahkan pelaksanaanya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya.
Pemimpin harus menjadi pribadi sebagai teladan yang baik bagi karyawan.
Mereka tidak harus mendengar apa yang diharapkan untuk dilakukan, tetapi
juga juga melihat pimpinannya sebgai contoh. “Kita harus menjadi sumber
perubahan seperti ingin kita lihat”, demikian ucapan Mahatma Gandhi.28
Dalam menjalankan prinsip-prinsip kepemimpinan pendidikan di atas,
peran pemimpin pendidikan sangat penting dalam menggerakkan pelaksanaan
pendidikan, sehingga visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
27 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Rosdakarya, Bandung : 1996, hal. 10228 Prof. Dr. Sudarwan Danim, Op. Cit, hal. 33.
40
Yang disebut pemimpin pendidikan adalah orang yang memiliki kelebihan
untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan
mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu
pendidikan.29
Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan adalah sebagian dari
tugas utama yang harus dilaksanakan. Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang
dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangakan
fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa
setiap pemimpin berada didalam dan bukan diluar situasi itu.
Dalam Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah yang menyebutkan tentang kualifikasi seseorang menjadi
kepala sekolah/madrasah baik secara umum maupun khusus. Disebutkan juga
bahwa kepala sekolah/madrasah harus mempunyai kompetensi yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Kepribadian, yaitu: berakhlak mulia, memiliki integritas, bersikap terbuka,
memiliki bakat dan minat sebagai pemimpin.
2. Manajerial, yaitu: menyusun perencanaan, mengembangkan dan memimpin
sekolah/madrasah, mengelola keuangan, unit layanan, memanfaatkan
kemajuan teknologi, dan melakukan monitoring.
3. Kewirausahaan, yaitu; menciptakan inovasi bagi pengembangan
sekolah/madrasah, bekerja keras, pantang menyerah, memililki naluri
kewirausahaan.
29 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. ManajemenPendidikan, Bandung, Alfabeta, 2009, hal. 56.
41
4. Supervisi, yaitu: merencanakan program dan melaksanakan supervise serta
menindaklanjuti supervise pendidikan.
5. Sosial, yaitu: bekerja sama dengan pihak lain, berpartisipasi kegiatan sosial,
dan memiliki kepekaan terhadap orang lain.30
Seorang pemimpim pasti menginginkan agar program yang telah
direncanakan agar berhasil dengan baik sesuai apa yang dikehendaki. Menurut Dr.
WA. Gerungan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial, menyebutkan ada
tiga syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berhasil, yaitu:
1. Ketajaman penglihatan sosial
Ketajaman penglihatan sosial disini adalah suatu kemampuan untuk melihat
dan mengerti gejala-gejala yang dimbul dalam masyarakat atau kehidupan
sehari-hari, khususnya mengenai perasaan, tingkah laku, keinginan, dan
kebutuhan-kebutuhan para anggota sesama organisasi. Kebutuhan-kebutuhan
itu dapat berupa kebutuhan pokok atau kebutuhan pelengkap.
2. Kemampuan berfikir abstrak
Kemampuan berfikir abstrak adalah pemimpin yang mempunyai otak yang
amat cerdas, karena mimiliki abstrak itu dibutuhkan oleh seorang pemimpin
untuk melihat, menafsirkan, dan menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh anggota organisasi.
3. Keseimbangan Emosional
Seseorang yang emosinya tidak stabil, jangankan akan menjadi pemimpin
untuk orang lain, menenangkan diri sendiri saja tidak mampu. Seseorang
pemimpin harus dapat menciptakan rasa tenang dan aman kepada mereka
30 Dikutip dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 13 tahun 2007 tentangStandar Kepala Sekolah/Madrasah, 17 April 2007.
42
yang dipimpinnya. Hal ini hanya mungkin dilakukan apabila dia sendiri
bersikap tenang dan aman, karena memiliki keseimbangan emosional.31
31 Dr. Gerungan, Dipl.Psych., Psikologi Sosial, Bandung, Refika Aditama, 2009, hal. 72.
43