manajemen kantin kejujuran dalam upaya …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1425/1/manajemen...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN
DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ
PADA SISWA SMA N 3 SALATIGA
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
KUMMILAILA KAMILAH
NIM: 111-12-069
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
، و إن البر ي هدي إلى الجنة، و ما ي زال دق ي هدي إلى البر دق، فإن الص الرجل عليكم بالصي قا، وإياكم والكذب، فإن الكذب ي ه دي يصدق و ي تحرى الصدق حتى يكتب عند اهلل صد
النار، وما ي زال الرجل يكذب وي تحرى الكذب حتى لى، وإن الفجور ي هدي إ إلى الفجور ابا يكتب عند اهلل كذ
“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa kepada
kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang masih saja berlaku
jujur dan mencari kejujuran sampai akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Sebaliknya, hindarilah perbuatan dusta, karena dusta itu
membawa ke neraka. Seseorang terus saja berbuat dusta dan mencari kedustaan
sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”
(HR. Muslim No.2607)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ummi Ludiyatun dan Abi Amsori yang senantiasa memberikan nasehat dan
telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini,
serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat
untuk sesama.
2. Adik-adiku tersayang Khoirunnisa, Gholib Assalam, Rizal Assalam, dan
Azzam Assalam yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi
yang tangguh.
3. Mbak Widi, Mbak Fatim, Mbak Cikom, Ika, Ayuk, Tata, Rahma, Mbak Umi,
Mbak Sita, Titir, dan seluruh sahabatku yang selalu membersamai dalam setiap
langkah.
4. Keluarga PAI B, Keluarga PPL SMK N 1 Tengaran dan Kelompok KKN
posko 37 yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “MANAJEMEN KANTIN
KEJUJURAN DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA
SISWA SMA N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
ix
4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMA N 3 Salatiga yang telah memberikan
ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 1 Juni 2016
Penulis
Kummilaila Kamilah
NIM. 111-12-069
x
ABSTRAK
Kamilah, Kummilaila. 2016. “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya
Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga Tahun
Ajaran 2015/2016” Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata kunci: Manajemen, Kantin Kejujuran, Sifat Shidiq
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen kantin
kejujuran dalam upaya penanaman sifat shidiq di SMA N 3 Salatiga. Pertanyaan
yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen kantin
kejujuran dalam upaya menanamkan sifat shidiq pada siswa SMA N 3 Salatiga. 2)
Problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran. 3) Dampak
kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan
metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Subyek penelitian adalah siswa, guru PAI, guru BP, guru PKn,
Waka Kesiswaan, dan pengelola kantin kejujuran.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen kantin kejujuran
belum sempurna dalam menjalankan pedoman pemerintah. Manajemen ini
meliputi proses pencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian.
Perencanaan terdiri dari proses penetapan tujuan, mengikuti workshop yang
diadakan oleh dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah, proses pendirian kantin,
modal awal, letak kantin, dan sistem sosialisasi. Proses pengorganisasian terdiri
dari elemen siswa dan guru. Selanjutnya, proses pelaksanaan meliputi
pembelanjaan barang, penataan, waktu operasi kantin, sistem self service, dan
peran guru PAI serta guru Kewarganegaraan. Terakhir, proses pengevaluasian
yang diadakan secara berkala yaitu evaluasi mingguan, bulanan, kuarta, dan
semester. Namun, karena kesibukan dari pengelola maka evaluasi setiap hari tidak
dapat dilaksanakan. 2) Problematika terkait kantin kejujuran terdiri dari
problematika terkait siswa yaitu masih ada beberapa siswa yang belum
menerapkan kejujuran pada saat berbelanja dan problematika terkait pengelola
yaitu waktu KBM yang padat 5 hari kerja membuat pengelola agak terhambat
mengikuti perkembangan jenis makanan terkini, sehingga kemampuan
memperbanyak variasi makanan sulit dan pengecekan per item untuk digunakan
laporan harian susah dilakukan. 3) Dampak kantin kejujuran adalah mendukung
terbentuknya sikap jujur siswa, yaitu jujur dalam berbicara, bermuamalah dan
berjanji.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7
F. Metode Penelitian .......................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 16
A. Manajemen Kantin Kejujuran ........................................................ 16
B. Sifat Shidiq ..................................................................................... 30
xii
C. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran ....................... 37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 38
A. Paparan Data SMA N 3 Salatiga ................................................... 38
B. Temuan Penelitian ......................................................................... 52
1. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ................... 52
2. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3
Salatiga .................................................................................... 65
3. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq
Siswa SMA N 3 Salatiga ......................................................... 70
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 73
A. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ......................... 73
B. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
....................................................................................................... 84
C. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa
SMA N 3 Salatiga ......................................................................... 87
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 91
A. Kesimpulan.................................................................................... 91
B. Saran .............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sarana Prasarana .............................................................................. 42
Tabel 3.2 Daftar Pendidik ................................................................................ 43
Tabel 3.3 Daftar Tenaga Kependidikan ........................................................... 47
Tabel 3.4 Daftar Siswa ..................................................................................... 48
Tabel 3.5 Jadwal Ekstrakurikuler ..................................................................... 49
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ....................................................................... 50
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ............... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Kode Penelitian
8. Hasil Wawancara
9. Dokumentasi
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan dasar bagi manusia adalah pendidikan. Pendidikan
merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien
(Azra, 1999:3). Di dalamnya terdapat proses pembentukan kesadaran dan
kepribadian peserta didik dengan cara pewarisan nilai-nilai keagamaan,
kebudayaan, pemikiran, dan keahlian. Melalui proses pendidikan diharap akan
lahir generasi-generasi berkarakter insan kamil yang bertaqwa, berilmu, dan
berakhlak mulia. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (Suwarno, 2006:31). Jadi tidak cukup hanya
berilmu saja, akan tetapi proses pendidikan juga harus mampu menanamkan
akhlak mulia kepada peserta didiknya sehingga terbentuk generasi yang
bermartabat.
Kita diajarkan untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan dalam segala hal, salah satunya dalam berakhlak. Seperti yang
tercantum pada Al Quran surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi :
16
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Departemen
Agama RI, 2005:420).
Akhlak merupakan bentuk jama‟ dari khuluq yang berarti perangai atau
tabiat. Dalam Ihya‟ Ulumudin, Ibnu Masykawih berpendapat bahwa akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa, darinya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan-pertimbangan
pikiran terlebih dahulu (Ammar, 2013:400). Sedangkan menurut Ahmad Amin
(dalam Abdud, 2000:9) akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Lebih
mendalam lagi akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk
perilaku (Darajat, 1993:58). Beberapa pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa akhlak merupakan perbuatan-perbuatan yang telah
mempribadi dan membiasakan pada diri seseorang, dilakukan secara berulang-
ulang dengan kesadaran jiwanya. Akhlak ini merupakan perbuatan yang dapat
diukur dengan ukuran baik (akhlak mahmudah) dan buruk (akhlak
mazmumah).
Akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji, semua perilaku baik dan
diridhai oleh Allah SWT (Darajat, 1993:70). Akhlak yang dalam istilah
psikologi memiliki kedekatan makna dengan sikap ini dapat dibentuk atau
ditanamkan sejak dini kepada setiap individu. Salah satu akhlak mahmudah
adalah shidiq atau yang kita kenal dengan jujur.
Semakin majunya zaman, fungsi pendidikan supaya membentuk
generasi yang sesuai akhlak Rasulullah belum juga terwujud. Lestari dan
Ngatini (2010:20) berpendapat bahwa abad 21 ditandai semakin kukuhnya
17
filsafat hidup positivisme-materialisme dan gaya hidup ekonomi-kapitalistik.
Artinya, tingkah laku manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan
material semaksimal mungkin yang ditempuh melalui jalur manapun sehingga
setiap individu menghalalkan segala cara demi mewujudkan keinginannya. Hal
ini mengakibatkan marak terjadi krisis moral dan krisis kejujuran di negeri ini.
Krisis kejujuran contohnya adalah muncul banyak saksi di pengadilan yang
berbohong serta merambah ke dunia anak sekolah yaitu kasus siswa
menyalahgunakan uang SPP.
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
Umur remaja ini berkisar antara 13-25 tahun. Jadi siswa SMA masuk kedalam
usia remaja. Menurut Jalaluddin tipe moral remaja terbagi menjadi Self
directive, Adaptive, Submissive, Unadjusted, dan Deviant (Jalaludin, 1996:74).
Salah satu point penting adalah Adaptive yaitu mengikuti situasi lingkungan
tanpa mengadakan kritik. Sehingga remaja cenderung meniru keadaan yang
ada di sekitarnya. Kita dapat mendesain sebuah lingkungan yang berdedikasi
pada kejujuran (Fahreza, 2011:133). Pendapat ini sesuai dengan pendapat para
tokoh behavioristik yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan faktor
penting dalam menentukan tingkah laku. Sehingga moral yang terbentuk pada
remaja saat ini merupakan hasil dari bentukan lingkungannya.
Menanggapi krisis moral khusunya kejujuran di lingkungan remaja,
mulai 2007 Komisi Pemberantasan Korupsi meluncurkan program kantin
kejujuran. Kantin kejujuran merupakan sebuah sistem kantin tanpa penjaga.
Setiap konsumen yang ingin membeli suatu produk, mereka bisa mengambil
18
barang yang ada secara langsung di etalase dan bisa membayar di tempat yang
telah disediakan. Apabila membutuhkan kembalian, konsumen dipersilakan
mencari sendiri di kotak uang yang ada. Transaksi yang hanya bersandar pada
rasa saling percaya ini diyakini ampuh untuk menanamkan perilaku jujur sejak
dini, karena konsumen dilatih untuk berbuat jujur. Jujur dalam menghitung
jumlah pembelanjaan mereka dan juga jujur dalam membayar serta mengambil
kembalian. Sekolah pun beramai-ramai mendirikan kantin kejujuran. Namun,
tidak seluruh kantin mampu bertahan lama. Banyak diantara mereka tumbang
karena mengalami kerugian seperti SMP N 2 Salatiga. Uniknya dari sekian
banyak yang tumbang, tetap ada kantin yang bertahan dan semakin maju, salah
satunya adalah kantin kejujuran di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Salatiga
yang selanjutnya disebut dengan SMA N 3 Salatiga.
Sekolah yang berada di Jalan Kartini nomor 34 Kota Salatiga ini sudah
memiliki kantin kejujuran sejak Oktober 2010. Awal berdirinya kantin
kejujuran belum memiliki ruangan khusus, baru berupa beberapa meja panjang
beserta rak-rak tempat jajanan di atasnya yang diletakkan di depan ruang guru.
Seiring berjalannya waktu pihak sekolah menempatkan kantin kejujuran ini di
ruangan khusus. Perjalanan kantin ini tidak sepenuhnya mulus, akan tetapi
kantin ini juga pernah mengalami kerugian dikarenakan jumlah uang yang
masuk dengan sisa barang yang ada tidak cocok. Namun sebagai pioneer
sekolah yang mengaplikasikan kantin kejujuran, kantin tersebut tetap bertahan
dan semakin berkembang.
19
Kantin kejujuran dapat merefleksikan tabiat para siswa yang ada di
sekolah itu. Jika kantin tak bertahan lama karena bangkrut, maka hampir
dipastikan para siswa di sekolah itu tak lagi berlaku jujur. Tapi sebaliknya,
kantin akan semakin maju saat semua siswa memegang tinggi asas kejujuran
dalam kesehariannya. Dengan melihat eksistensi kantin kejujuran di SMA N 3
Salatiga maka dapat diartikan bahwa program ini sukses. Suksesnya suatu
program, tentu tidak lepas dari sistem manajemen kantin yang baik sehingga
misi penanaman kejujuran pada siswanya berhasil.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti
permasalahan dengan judul “MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN
DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA SISWA SMA
N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan sifat
shidiq pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Apa problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran SMA
Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016?
3. Bagaimana dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq
siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
20
1. Untuk mengetahui manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan
sifat shidiq pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran
2015/2016.
2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin
kejujuran SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat
shidiq siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis,
antara lain:
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan
agama Islam khususnya di bidang pendidikan akhlak. Bahwa dalam
pendidikan akhlak dapat menggunakan berbagai metode pengajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik: Agar membiasakan diri dan terbentuk akhlak
mahmudah dalam diri setiap peserta didik.
b. Bagi sekolah: Penelitian ini dapat menjadi rujukan bahwasanya
pendidikan agama Islam khususnya di bidang akhlak tidak hanya
dapat diajarkan di kelas, namun dapat juga dengan metode lain
seperti yang terdapat pada kantin kejujuran ini.
21
c. Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak generasi muda yang
berakhlak mahmudah sesuai fungsi pendidikan nasional.
d. Bagi peneliti: Menambah wawasan serta sebagai bekal untuk
menjadi seorang pendidik.
E. Penegasan Istilah
1. Manajemen
Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:708).
Sedangkan menurut Jane Imperand Betsy dan Ann Toffler (2002:651)
manajemen adalah menggunakan sarana yang ada dengan bijaksana untuk
dapat mencapai suatu tujuan.
2. Kantin Kejujuran
Kantin adalah ruang tempat menjual minuman dan makanan (di
sekolah, di kantor, di asrama, dsb) (Tim penyusun kamus pusat bahasa,
2007:502)
Kantin kejujuran merupakan wahana pengembangan sikap dan
perilaku peserta didik dalam rangka memantapkan dan
menginternalisasikan nilai keterbukaan, ketaat asasan, tanggung jawab,
kemandirian, dan keadilan melalui aktivitas ekonomi yang dilakukan
secara terbuka dan mandiri dalam rangka membiasakan kehidupan yang
jujur, terbuka, dan bertanggungjawab (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, 2010:6).
22
3. Sifat Shidiq
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa
adanya) (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:479).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena
peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang
sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26).
Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMA N 3 Salatiga untuk
mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan
pengelola kantin kejujuran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai
manajemen kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, dan dampak
adanya kantin kejujuran terhadap pembentukan sifat shidiq siswa SMA N
3 Salatiga. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data
23
deskriptif di lingkungan SMA N 3 Salatiga yang dijadikan subjek
penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berlaku sebagai instrumen
utama tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain. Kehadiran peneliti
bertujuan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam guna
mendapatkan data akurat dari informan yang diperlukan peneliti untuk
melengkapi data penelitian.
3. Lokasi
Lokasi penelitian berada di SMA N 3 Salatiga Jalan Kartini nomor
34 Kota Salatiga. Khususnya di area kantin kejujuran. Adapun pemilihan
SMA N 3 Salatiga sebagai tempat penelitian karena realitas bahwa kantin
kejujuran di SMA N 3 merupakan salah satu pioneer dan masih tetap eksis
hingga sekarang.
4. Sumber Data
Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu :
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku
yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto,
2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari
24
siswa, guru PAI, guru BP, guru PKn, waka kesiswaan dan pengelola
kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan
lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang
dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun
sumber data sekunder yang digunakan adalah pedoman kantin
kejujuran dan laporan keuangan kantin kejujuran.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Asmani, 2011:23). Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang
tampak pada objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data mengenai kondisi SMA N 3 Salatiga, kondisi
kantin kejujuran, dan perilaku kejujuran siswa di kantin.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus
dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail
25
dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan
dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena
informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang
diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada
saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya
adalah siswa, guru PAI, guru PKn, guru BP, waka kesiswaan, dan
pengelola kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait manajemen
kantin kejujuran, problematika kantin kejujuran, dan dampak kantin
kejujuran terhadap sifat jujur siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian berupa foto terkait proses pembelanjaan di
kantin kejujuran, buku pedoman kantin kejujuran, visi misi SMA N
3 Salatiga, dan laporan keuangan kantin kejujuran.
6. Analisis Data
Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses
mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
26
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang
terdiri dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pekerjaan
analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan
yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat
dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi
secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian
peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,
2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:
a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil
wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil
dokumentasi antar dokumen.
27
8. Tahap-Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum
ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap
penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada
subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan peran kantin kejujuran dalam menanamkan sifat shidiq
siswa SMA N 3 Salatiga. Data ini diperoleh dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
c. Tahap Analisis Data
Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono
(2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu.
2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya secara naratif.
28
3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum
pernah ada.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-
saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang
rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada sesuai
dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen kantin
kejujuran dan sifat shidiq siswa.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi
Gambaran Umum SMA N 3 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 yang
meliputi sejarah perkembangan sekolah, identitas sekolah, visi dan misi,
prinsip filosofis, program unggulan, struktur kepengurusan, tenaga pendidik,
29
daftar siswa, jenis kegiatan di sekolah, prestasi sekolah, program kantin
kejujuran, dan temuan hasil penelitian berupa manajemen kantin kejujuran,
problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran terhadap
penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga.
BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi manajemen kantin kejujuran,
problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran terhadap
penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga.
BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.
30
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Kantin Kejujuran
1. Manajemen
a. Pengertian
Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.
Kata-kata tersebut digabung menjadi kata kerja managere yang
berarti menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda
management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan
manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman,
2010:5).
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
(Usman, 2010:5)
Menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:3)
manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning,
organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia
dan sumber daya lainnya.
31
Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses sosial, yang
direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi,
dan keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau
yang telah ditetapkan dengan efektif (Sukiswa, 1986:13)
Manajemen didefinisikan Robbins dan Coulter sebagai
proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga
pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan
dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2007:8).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien. Efisiensi mengacu pada
memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Dari sudut
pandang ini, efisien diacukan sebagai melakukan pekerjaan dengan
benar sehingga tidak memboroskan sumber daya. Sedangkan
efektivitas adalah menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga
sasaran organisasi dapat tercapai. Manajemen difokuskan tidak
hanya dengan mencapai kegiatan dan memenuhi sasaran organisasi
(efektivitas), tetapi juga melakukannya dengan seefisien mungkin.
b. Fungsi Manajemen
Peneliti mengambil pandangan dari George R. Terry (dalam
Soekarno, 1980:66) yang merumuskan fungsi-fungsi manajemen
terdiri dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
32
actuating (penggerakan/pelaksanaan), dan controlling
(pengendalian/pengawasan) yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Perencanaan menurut Soekarno adalah persiapan-
persiapan tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian
memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan
dituju. Perencanaan berisi tentang what (apa maksud tujuan
yang hendak dicapai), how (bagaimana cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut), why (mengapa seperti itu),
where (di mana tempat kegiatan usaha akan dilaksanakan),
when (kapan rencana itu dilaksanakan), dan who (siapa yang
akan melaksanakan (Soekarno, 1980:70).
Herujito berpendapat bahwa perencanaan berisi
perumusan dari tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk
mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan maksud dan
tujuan yang ditetapkan (Herujito, 2006:84). Selanjutnya,
menurut Stoner James, A.F. (dalam Herujito, 2006:89) langkah
dasar perencanaan adalah (1) menetapkan tujuan berupa apa
yang dibutuhkan atau diinginkan, (2) mendefinisikan situasi
saat ini tentang sumber daya yang dimiliki dan data keuangan,
(3) menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal organisasi,
(4) mengembangkan rencana dengan cara memilih alternatif
yang sesuai dan menguntungkan. Dalam membuat perencanaan
33
terlebih dahulu harus menganalisis mengenai apa yang harus
dikerjakan, mengapa dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan,
kapan harus dikerjakan, di mana harus dikerjakan, dan
bagaimana harus mengerjakan (Herujito, 2006:86).
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu
dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan perencanaan menurut Usman (2010:65) adalah:
a) Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan
dengan perencanaannya.
b) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu
kegiatan.
c) Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur
organisasinya), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
d) Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan
kualitas pekerjaan.
e) Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan
menghemat biaya, tenaga, dan waktu.
f) Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
kegiatan pekerjaan.
g) Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
h) Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
34
i) Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
2) Pengorganisasian
Menurut Chester I. Barnard (dalam Soekarno, 1980:75)
organisasi adalah suatu sistem mengenai usaha-usaha kerjasama
yang dilakukan 2 orang atau lebih.
Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
melingkupinya (Usman, 2010: 146).
Sedangkan Herujito berpendapat pengorganisasian adalah
proses penyesuaian struktur organisasi dengan tujuan,
sumberdaya dan lingkungannya. Struktur organisasi merinci
pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan tingkat spesialisasi
dari suatu pekerjaan. Struktur ini menunjukkan hierarki dan
struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan
pelaporannya (Herujito, 2006:110).
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan
pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi yang menempatkan seseorang sesuai dengan
keahliannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses pengorganisasian meliputi (1) merinci seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi, (2) membagi tugas sesuai dengan kualifikasi
35
(keahlian), (3) mengelompokkan aktivitas yang sama menjadi
departemen dan menyusun skema kerja sama antardepartemen,
(4) menetapkan mekanisme (aturan main) untuk
mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam
kesatuan yang harmonis, (5) membantu efektivitas organisasi
dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas dengan cara
memastikan apakah struktur organisasi masih relevan atau
konsisten dengan pelaksanaan operasi yang efektif dan efisien
untuk memenuhi kebutuhan sekarang (Herujito, 2006:126-127).
3) Penggerakan
Actuating menurut George R. Terry (dalam Herujito,
2006:179) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak.
Soekarno berpendapat actuating sebagai penggerakan
adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan
serta penggerakan orang-orang, supaya orang tersebut suka dan
mampu bekerja (Soekarno, 1980:86)
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggerakan adalah suatu upaya menggerakkan anggota suatu
organisasi supaya dapat bekerja sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
36
4) Pengawasan/ Pengendalian
Pengendalian atau pengawasan adalah tugas untuk
mencocokkan sampai di mana program atau rencana yang telah
dilaksanakan (Soekarno, 1980:104). Dengan demikian
diketahui kelemahan, kekurangan, serta dapat mencari jalan
keluar untuk mengatasinya.
Menurut Usman pengendalian adalah kegiatan memantau,
menilai, dan melaporkan kemajuan proyek disertai tindak
lanjutnya. Tujuan pengendalian adalah untuk menjamin
kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan (Usman,
2010:504).
Herujito mengemukakan bahwa pengawasan adalah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi (Herujito, 2006:242). Pelaksanaan
pengawasan bisa melalui pengawasan langsung di tempat,
laporan lisan, tulisan, dan penjagaan khusus.
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan
pengawasan/pengendalian sebagai proses mengevaluasi sejauh
mana kesesuaian kegiatan yang berlangsung dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah dasar pengendalian menurut Mochler
(dalam Herujito, 2006:248) adalah menentukan standar dan
metode yang digunakan untuk mengukur prestasi, mengukur
37
prestasi kerja, menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi
syarat, dan mengambil tindakan korektif.
2. Kantin Kejujuran
a. Pengertian
Kantin kejujuran merupakan wahana pengembangan sikap
dan perilaku peserta didik dalam rangka memantapkan dan
menginternalisasikan nilai keterbukaan, ketaatasasan, tanggung
jawab, kemandirian, dan keadilan melalui aktivitas ekonomi yang
dilakukan secara terbuka dan mandiri dalam rangka membiasakan
kehidupan yang jujur, terbuka, dan bertanggungjawab (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:6)
b. Dasar Hukum
Dasar hukum pedoman pengembangan kantin kejujuran ini
adalah sebagai berikut (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah,
2010:3)
1) Ketetapan MPR-RI Nomor IV Tahun 1973 tentang Wawasan
Nusantara dan Keamanan Nasional.
2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 27 dan pasal 30.
3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara.
4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
38
5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
6) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1982
tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda.
7) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur
Organisasi Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah.
8) Pedoman Umum Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur
Pendidikan di Jawa Tengah.
c. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan kantin kejujuran adalah untuk
mendukung kualitas sumber daya manusia melalui upaya
menanamkan, menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan
nilai-nilai keterbukaan, ketaat asas, tanggung jawab, kemandirian,
dan keadilan peserta didik melalui praktik pendidikan di lingkungan
sekolah secara mandiri dan terbuka (Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah, 2010:7)
d. Manfaat
Manfaat Kantin Kejujuran sebagaimana disampaikan oleh
Drs. H. Didik Pradigdo dalam Workshop Pembinaan Nilai-Nilai
Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah pada Rabu,11 Agustus
2010 adalah sebagai berikut:
1) Bagi Siswa: dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab
yang diberikan, serta sikap kemandirian.
39
2) Bagi Guru: sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran
yang telah diajarkan di dalam kelas.
3) Bagi Sekolah: terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur
di sekolah.
e. Prinsip Dasar Pengembangan Kantin Kejujuran
Prinsip Dasar Pengembangan Kantin Kejujuran (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2010:8)
1) Keterarahan tujuan
Penyelenggaraan kantin kejujuran ini lebih diarahkan pada
tujuan pembentukan, revitalisasi, dan pengaktualisasian nilai-
nilai kejujuran, akhlak mulia, budi pekerti, serta penanaman
jiwa kewirausahaan.
2) Keluwesan program
Fleksibilitas penyelenggaraan kantin kejujuran dapat
disesuaikan dengan budaya sekolah, kemampuan sekolah,
waktu, tempat, dan model penyelenggaraan.
3) Pengembangan kemandirian
Penyelenggaraan kantin kejujuran harus mampu menjadi
modal dalam pengembangan karakter (character building)
peserta didik dengan pembekalan nilai-nilai kejujuran dan jiwa
kewirausahaan dalam menumbuhkembangkan budaya anti
korupsi.
40
4) Daya guna dan hasil guna
Penyelenggaraan kantin kejujuran harus mampu
memberdayakan semua elemen sekolah yang dimiliki dan apa
yang dilakukan harus mampu memberikan kontribusi
penanaman nilai-nilai kejujuran sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
5) Penumbuhkembangan jiwa kewirausahaan
Penyelenggaraan kantin kejujuran bisa menjadi wahana
berlatih wirausaha peserta didik dan upaya
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneur
building) peserta didik dengan didasari nilai-nilai kejujuran.
6) Keberlanjutan program
Penyelenggaraan kantin kejujuran harus dilakukan secara
sistemik, sistematis dan terus menerus dalam upaya
pembentukan karakter peserta didik dalam menumbuhkan
budaya anti korupsi.
f. Mekanisme Penyelenggaraan Kantin Kejujuran
Mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13) adalah sebagai
berikut:
1) Kepengurusan kantin kejujuran
Kepengurusan kantin kejujuran di sekolah terdiri dari
penanggungjawab, kepala sekolah, ketua komite sekolah,
41
pembina kantin, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha,
konsultan.
2) Pengadaan barang yang disajikan
Barang yang disajikan merupakan barang konsumsi/ jajanan
peserta didik berupa makanan, minuman, alat tulis sekolah dan
perlengkapan sekolah yang mempunyai satuan ukuran yang
jelas, baik satuan barang maupun satuan harga. Barang disajikan
di atas meja atau di tempat yang mudah dijangkau peserta didik
dengan telah diberikan label harga (banderol) yang jelas. Di atas
meja disedikan kotak uang untuk tempat uang pembayaran
maupun uang pengembalian. Jumlah tiap jenis barang dihitung
secara jelas untuk mempermudah pertanggungjawaban
keuangan dan barang.
3) Tata cara pembayaran dan pengembalian
Pembayaran dan pengembalian dalam penyelenggaraan
kantin kejujuran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a) Peserta didik memilih dan mengambil barang sendiri (self
service), dan membayar sendiri sesuai dengan harga barang
yang dibeli (self payment).
b) Apabila perlu uang kembalian, peserta didik mengambil
sendiri sesuai dengan selisih jumlah uang yang dibayarkan
dengan jumlah harga barang yang diterima/diambil.
42
c) Apabila uang kembaliannya tidak diambil, maka uang
tersebut akan dimasukkan ke dalam pembukuan tambahan
modal.
d) Jika peserta didik belum membayar/ lupa, esok hari akan
diumumkan adanya selisih barang dan uang.
4) Pertanggungjawaban keuangan dan barang
Pertanggung jawaban aliran barang dan uang (cashflow)
akan dipertanggungjawabkan setiap hari setelah akhir kegiatan,
dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Pelaksana harian akan menghitung barang dan uang
kembalian ketika kantin tutup, lalu membukukannya ke
dalam Kartu Persediaan Barang.
b) Pelaksana harian melaporkannya kepada pembina kantin
setiap hari.
c) Pembina kantin melaporkannya kepada penanggungjawa
setiap hari Sabtu dalam bentuk laporan pembukuan
mingguan.
d) Bagian pembukuan membukukannya dalam bentuk laporan
rugi-laba, laporan perubahan modal, dan neraca dalam bentuk
laporan pembukuan bulanan.
e) Laporan pembukuan bulanan diumumkan sebagai bentuk
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan kantin
kejujuran.
43
g. Indikator Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan program (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, 2010:15-16)
1) Kelembagaan
a) Setiap jenjang pendidikan (dasar dan menengah) memiliki
kantin kejujuran.
b) Terbentuknya pengurus kantin kejujuran di semua jenjang
pendidikan.
2) Sarana dan prasarana
a) Tersedianya tempat untuk penyelenggaraan kantin
kejujuran yang memadai.
b) Tersedianya sarana prasarana penyelenggaraan kantin
kejujuran yang memadai dan bersih.
c) Tersedianya barang-barang komsumsi yang dibutuhkan
warga sekolah.
d) Tersedianya perlengkapan administrasi kantin kejujuran.
3) Pembinaan siswa
a) Tertanamnya sikap jujur
b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab
c) Tumbuhnya budaya taat asas
d) Terciptanya rasa keadilan
e) Tumbuhnya sikap terbuka
f) Tumbuhnya akhlak bulia
44
g) Tumbuhnya budaya anti korupsi
4) Pendidik dan tenaga kependidikan
a) Tertanamnya sikap jujur
b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab
c) Tumbuhnya budaya taat asas
d) Terciptanya rasa keadilan
e) Tumbuhnya sikap terbuka
3. Manajemen Kantin Kejujuran
Manajemen kantin kejujuran yang akan diteliti terdiri dari proses
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(penggerakan/pelaksanaan), dan controlling (pengawasan/
pengendalian). Penyelenggaraan kantin kejujuran harus
memperhatikan sosialisasi, pengelolaan, modal kantin kejujuran,
tempat penyelenggaraan, peralatan yang dibutuhkan, jenis-jenis
barang yang dijual, tata cara pembayaran, dan penyusunan laporan
keuangan (Pradigdo, 2010:16-22)
B. Sifat Shidiq
1. Pengertian
Dalam pendidikan akhlak, Rasulullah telah memberi contoh
mengenai sifat yang melekat pada dirinya yaitu shidiq, amanah,
tabligh, fatonah. Shidiq yang berarti benar, mencerminkan bahwa
Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat
benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran (Kesuma, dkk,
45
2012:11). Shidiq dalam penelitian ini selanjutnya disebut dengan jujur
merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa ini menjadi
bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam
pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan
antara realitas (kenyataan) dengan ucapan” dengan kata lain apa
adanya. Jujur merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan
dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan bahwa realitas yang
ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain
untuk keuntungan dirinya. Dalam konteks pembangunan karakter di
sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk menjadi karakter anak-
anak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung
dalam kehidupan di kelas, semisal ketika anak melaksanakan ujian
(Kesuma, dkk, 2012:16).
Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap
orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam
perilaku sehari-hari (Naim, 2012:132).
Menurut Al Ghazali jujur atau benar, ialah memberitahukan
menuturkan sesuatu dengan sebenarnya. Manusia dituntut berpegang
kepada kejujuran dengan memperhatikan prinsip kebenaran pada
setiap problem yang dihadapinya dan dilaksanakan di atas hukum
yang benar. Hal ini merupakan “tiang yang kokoh” menurut akhlaq
Islam. (Al Ghazali, 1986:74).
46
Fahreza mengemukakan bahwa jujur adalah pondasi dari
keseluruhan bangunan kehidupan (Fahreza, 2011:17).
Menurut Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (dalam
Suyadi, 2013:8) jujur adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan
kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui
yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar),
sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang
dapat dipercaya.
Sejalan dengan Kemendiknas, Tresnawati mengemukakan
bahwa jujur berarti berkata benar yang bersesuaian antara lisan dan
apa yang ada dalam hati. Secara bahasa jujur dapat berarti perkataan
yang sesuai dengan kenyataan dan hakikat sebenarnya (Tresnawati,
2012:27).
Fadlillah dan Lilif mendefinisikan jujur adalah perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Fadlillah
dan Lilif, 2014:40).
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
jujur adalah sikap seseorang yang menunjukkan kesesuaian antara
perkataan, penampilan, dan perbuatan dengan kenyataan.
47
2. Ciri Orang yang Jujur
Ciri-ciri orang jujur menurut Kesuma, dkk (2012:17) adalah sebagai
berikut:
b. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu,
tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan.
c. Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya).
d. Jika adanya kesamaan antara yang dikarakan hatinya dengan apa
yang dilakukannya.
Sedangkan menurut Efendi (2012:9) Indikator kejujuran siswa:
a. Bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan
b. Menepati janji dengan baik
c. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diperbuat
d. Tidak mengambil hak orang lain
e. Tidak melakukan perbuatan “curang” dalam hal apapun.
3. Manfaat Sifat Jujur
Manfaat sifat jujur menurut Fahreza (2011:41) adalah sebagai berikut:
a. Kelegaan hati dan ketenangan jiwa.
b. Berkah dalam usaha dan bertambahnya kebaikan.
c. Mendapatkan keberuntungan berupa kedudukan para syuhada‟.
d. Selamat dari sesuatu yang tidak disukai.
e. Mengundang kepercayaan dari orang lain
4. Bentuk-Bentuk Sifat Jujur
48
Bentuk-bentuk kejujuran menurut Al-Jazairi (2014:302) adalah
sebagai berikut:
a. Kejujuran dalam berbicara.
b. Jujur dalam bermuamalah.
c. Jujur dalam tekad (azzam).
d. Jujur dalam berjanji.
e. Jujur dalam berpenampilan.
5. Upaya Menanamkan Sifat Jujur
a. Menguatkan basis kepribadian
Dalam proses penanaman jujur, satu yang paling dominan
dalam menentukan kemampuan untuk berbuat jujur adalah
kekuatan pribadi. Ibarat sebuah pohon, sehebat dan sekencang
apapun angin yang menerjang, pohon itu tidak akan roboh karena
akarnya kuat. Maka langkah pertama untuk menanamkan
kejujuran adalah berupaya menguatkan kepribadian.
b. Mendalami aqidah Islam
Aqidah berisi keyakinan menyeluruh terhadap kehidupan
manusia, Allah SWT, dunia, akhirat, dan alam semesta (Fahreza,
2011:133). Keyakinan ini menggariskan hubungan yang positif
antara manusia sebagai hamba dengan Allah SWT sebagai Tuhan,
antara manusia dengan sesama manusia, dan antara manusia
dengan makhluk lain di sekitarnya. Keyakinan tersebut akan
membuat manusia sadar akan posisinya di alam semesta, sadar
49
akan pilihan untuk berbuat baik salah satunya dengan bersikap
jujur.
c. Menumbuhkan keikhlasan
Yaitu menunjukkan hidup untuk mengabdi kepada Allah SWT.
d. Sportif
Menempatkan orang lain pada posisi diri kita, menempatkan
perasaan orang lain sebagaimana perasaan kita.
e. Membiasakan diri
Kejujuran bukan merupakan sikap yang muncul secara
tiba-tiba, melaikan merupakan hasil dari olah pembiasaan
(Fahreza, 2011:121). Proses pembiasaan ini terdiri dari 2 proses
sebagai berikut:
1) Proses pembiasaan secara tidak sadar:
a) Memilihkan materi tontonan yang baik dan mendorong
untuk bersikap jujur.
b) Memberi contoh bersikap jujur.
c) Menceritakan kisah-kisah manusia jujur.
2) Proses pembiasaan secara sadar:
a) Menjelaskan mengapa agama Islam mengajarkan umatnya
untuk bersikap jujur.
b) Menjelaskan efek positif dari sikap jujur dan efek negatif
dari sikap dusta.
50
c) Menggambarkan dengan jelas kemungkinan yang dihadapi
apabila bersikap jujur.
f. Mendesain lingkungan kejujuran
Sebagai makhluk sosial, kondisi seseorang manusia akan
selalu dipengaruhi oleh manusia lainnya, baik dalam lingkungan
pergaulan, keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Fahreza,
2011:129). Maka di dalam proses belajar jujur, sekolah dapat
mendesain sebuah lingkungan yang akrab dengan nilai-nilai
kejujuran. Menurut para pakar motivasi, cara paling efektif untuk
mendorong seseorang untuk berubah adalah dengan memberi
reward dan punishment.
Proses pembelajaran setiap manusia dimulai ketika
seseorang mulai berniat untuk bersikap jujur. Proses pembelajaran
adalah proses merubah diri dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
baik menjadi baik, dan dari yang telah baik menjadi lebih baik
(Fahreza, 2011:104). Hal ini terjadi karena fase kehidupan dapat
berubah sewaktu-waktu dimana orang yang sekarang bersikap jujur
dapat terjatuh dalam dusta. Pun sebaliknya, orang yang masih
berdusta, kelak di kemudian hari bisa berubah menjadi manusia
jujur.
51
C. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran merupakan sebuah program yang tidak luput dari
sebuah problematika. Bagi sekolah yang memiliki manajemen baik,
permasalahan tersebut sangat mudah disikapi dengan mencari jalan keluar
bersama sehingga kantin tetap berjalan dan semakin sukses. Namun, tidak
jarang beberapa kantin kejujuran terpaksa gulung tikar karena bangkrut
(tidak adanya kesesuaian antara pemasukan dan jumlah barang). Menurut
Tresnawati salah satu problematika di kantin kejujuran adalah ketika siswa
jajan di kantin, makan kue tiga, namun dia hanya membayar satu
(Tresnawati, 2012:35). Hal tersebut tentu mengganggu sistem manajemen
kantin kejujuran khususnya saat tahapan controlling.
52
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data SMA N 3 Salatiga
1. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Salatiga
b. NIS : 301036204003
c. NPSN : 20328449
d. Terakreditasi : A (No. Ma.010201 Tgl.27/10/2011)
e. Alamat : Jalan Kartini No.34
f. No. Telpon : (0298) 323300
g. Kode Pos : 50711
h. Kelurahan : Salatiga
i. Kecamatan : Sidorejo
j. Kota : Salatiga
k. Propinsi : Jawa Tengah
l. Tahun Berdiri : 15 Juli 1991 ( Alih fungsi SPGN)
m. Kepmendikbud : 0519/O/1991 Tgl. 5 September 1991
2. Sejarah Singkat SMA N 3 Salatiga
a. Riwayat sekolah
Sejak penjajahan jepang sekolah ini digunakan untuk Sihang
Gakko. Sedangkan pada zaman penjajahan Belanda, sekolah ini
digunakan sebagai Gauverment Jongens Normal School. Tahun 1945
hingga 1947 digunakan untuk Sekolah Guru Laki-laki (SGL). Pada
53
pendudukan Belanda tahun 1948 hingga tahun 1950 digunakan oleh
tentara Belanda. Kemudian pada tahun 1950-1951 digunakan oleh
Tentara Nasional. Selanjutnya tahun 1951 digunakan lagi untuk
Sekolah Pendidikan Guru (SGB) hingga tahun 1960 dengan nama
SGB Negeri 1. Tahun 1959 sampai 1960 dipakai bersama-sama oleh
SGB Negeri 1 dan SGTK Negeri. Lalu, pada tahun 1960-1964 SGA
dan SGTK diintegrasikan menjadi SPG hingga tahun 1991 dan
akhirnya pada 15 Juli 1991 SPG Negeri Salatiga dialihfungsikan
menjadi SMA N 3 Salatiga. SMA N 3 (Eks. SPG) Salatiga menempati
seluruh Gedung serta lokasi SPG Negeri Salatiga sejak SPG Negeri
Salatiga dialih fungsikan.
b. Pimpinan Sekolah
SMA Negeri 3 Salatiga didirikan pada tanggal 15 Juli 1991 (Alih
fungsi dari SPG Negeri Salatiga). Pimpinan sekolah yang bertugas di
SMA Negeri 3 Salatiga dari tahun ke tahun adalah :
1) Drs. Gunadi 1991 – 1992
2) Wuryanto, BA 1992 – 1993
3) Sumardi Hardo, BA.Dipl Tesl 1993 – 1997
4) Drs. Murdiono 1997 – 2005
5) Drs. Sujit Mudjirno, SIP,M.Pd 2005 – 2012
6) Drs. Suyitno, M.Pd. 2012 – 2015
54
7) Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd. 2016-Sekarang
3. Visi dan Misi
a. Visi
Visi SMA N 3 Salatiga “UNGGUL PRESTASI SERASI DALAM
BUDI PEKERTI BERDAYA SAING GLOBAL”.
Dengan Indikator sebagai berikut :
1) Peningkatan perolehan Nilai Ujian Nasional
2) Peningkatan penerimaan seleksi Perguruan Tinggi melalui jalur
PMDK dan SPMB
3) Peningkatan kegiatan ekstrakurikuler
4) Peningkatan lomba kesenian, KIR, dan Olahraga
5) Peningkatan kedisiplinan siswa
6) Peningkatan pengelolaan sekolah sebagai upaya mewujudkan
wawasan wiyata mandala
7) Pemberian pembekalan kecakapan hidup bagi siswa yang tidak
bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai
dengan minat dan potensinya.
b. Misi
Misi yang diharapkan dalam mewujudkan visi SMA Negeri 3
Salatiga sebagai berikut:
1) Menyediakan pelayanan belajar yang efektif dengan sumber
belajar yang memadai
2) Melaksanakan remedial/pengayaan yang berkelanjutan
55
3) Penambahan jam pada pelajaran yang diujikan secara nasional
kepada siswa kelas X, Xi, XII
4) Melaksanakan UHT (Ulangan harian terprogram) kepada siswa
kelas X, XI, XII pada semester I dan II
5) Kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar untuk persiapan
ke SPMB
6) Melakukan perlatihan dan mendorong siswa mengenal potensi
diri untuk bersaing dalam setiap even/kegiatan
7) Menyediakan wahana pembinaan siswa bidang non akademis,
melalui kegiatan ekstrakurikuler
8) Memasukkan pelajaran bimbingan karier dan budi pekerti ke
dalam kegiatan intrakurikuler bagi siswa kelas X dan XI
9) Menkoordinasi pembinaan mental spiritual yang
berkesinambungan
10) Mengajak orang tua/wali murid memberikan bimbingan dalam
hal budi pekerti yang baik
11) Menyediakan wahana komunikasi, koordinasi antara sekolah,
orang tua, masyarakat dan instansi yang terkait untuk
menunjang terlaksanya program sekolah
12) Memberikan pelatihan ketrampilan komputer bagi siswa yang
tidak akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga
siswa mampu mengidentifikasi, menggunakan dan mereparasi
macam-macam peralatan elektronika.
56
4. Sarana Prasarana
Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal seluruhnya 53.426
m2. Luas bangunan 7.323 m
2, luas halaman 6.210 m
2, luas lapangan
olahraga 1.360 m2 dan luas kebun 38.533 m
2.
Tabel 3.1 Sarana Prasarana
No Ruang/Alat Jumlah Luas
(m2)
Kondisi
Baik Rusak
1. Teori/Kelas 30 3.788 v
2. Laboratorium
a. Fisika 1 96 v
b. Biologi 1 96 v
c. Kimia 1 96 v
d. Komputer 1 144 v
e. Bahasa 1 96 v
3. Perpustakaan 1 100 v
4. Olahraga 1 104 v
5. Bangsal
Pertemuan 1 408 v
6. PSB/Serbaguna 1 106 v
7. Masjid 1 200 v
8. OHP 3 v
57
9. Komputer /
Laptop 15 v
10. Tape Recorder 18 v
11. Sound System 3 V
12. LCD 35 V
13. System
KBK/Server 1 V
14. Komputer Siswa 84 V
15. VCD 6 V
16. Organ/Kayboard 1 V
5. Data Ketenagaan dan Siswa
a. Data pendidik dan tenaga kependidikan
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 95 orang, terdiri
atas guru 66 orang, karyawan tata usaha 10 orang, pesuruh 13 orang
dan satpam 4 orang.
1) Data Pendidik
Tabel 3.2 Daftar Pendidik
No. Nama/NIP/NUPTK Bidang Tugas
1 Dra. Yuliati Eko Atmojo,
M.Pd.
Ekonomi
58
2 Drs. Supriyanto,M.Pd Bhs. Inggris
3 Drs. Saptono Nurgahadi,
M.Pd., M. Si.
Kimia
4 Dra. Susilowati
Kimia
5 Dra. Tyas Mardhi Astutie Basasin
6 Drs. Suwarjo Sejarah
7 Drs. Yahya Fisika
8 Drs. Hadiyanto
Pend Agm
Islam
9 Dra. Sukmawati Eko./Akunt
10 Dra. Sri Mekar
Widiyastuti, M.Pd.
Eko./Akunt
11 Drs. Purwanto Fisika
12 Drs. Tri Ajar Suprapto Al,
M.Pd.
Bhs. Inggris
13 Dra. Sri Lestariningsih,
S.Pd.
Sejarah
14 Dra. Ch. Tuti Indrarini,
S.Pd.
Sosiologi
59
15 Indriyawanti, S.Pd. Matematika
16 Eny Sri Handaruningsih,
S.Pd.
Eko./Akunt
17 Dra. Anita Liswati Sri
Lestari
Matematika
18 Drs. Takarina Geografi
19 Dwi Hartati, S.Pd. Biologi
20 Sri Mulyatiningsih, S.Pd. Geografi
21 Budi Utami S.Pd Matematika
22 Dra. Siti Mualimah
Khotijah
Kimia
23 Inti Artini Palupi, S.Pd.,
M.Si.
Fisika
24 Aris Kusmanto, S.Pd. Fisika
25 Dra. Kristin Yulianti Matematika
26 Drs. Agus Supriyo Penjaskes
27 Sri Asih, S.Pd. Bhs. Inggris
60
28 Firmaya Yulias Anggraini,
S.Pd.
Biologi
29
Amelia Handayani
Widiasih, S.Pd. M.Si
BK
30 Novembri Agus Hariyanto,
S.Pd.
BK
31 Budi Susila, S.Pd. Fisika
32 Retno Gianti, S.Pd. Matematika
33 Agus Supriyadi Seni Musik
34 Agus Widiyanto, S.Pd. Basasin
Sastra Indo
35 Muhlasin, S.Pd. Basasin
36 Supriyatin Widodo, S.Pd,
M.Pd
Penjaskes
37 Hanang Tugiyanto, S.Pd. Seni Budaya
38 Syamsi Ariyah, S.Pd.,
M.Pd.
Basasin
39 Bangun Nugroho
Echnatius, S.Pd.
TI
40 M. Bashori, S.Pd. Biologi
61
41 Arief Prihastono, S.Pd. Penjaskes
42 Siti Mardiyah, S.Pd. Bahasa Inggris
43 Listyarini Nur Banun,
S.Sos
Sosiologi
44 Indriastuti Soewarto, S.Pd. Bahasa Jawa
45 Agus Nugroho, S.Pd. TI
46 Riya Suryana, S.Pd. Kewarganegarn
47 Muh Sukron, S.Pd.I
Pend. Agm.
Islam
48 Wahyu Wiyandani, S.Pd. Bhs Inggris
49 Dra. Rr. Sri Winarsih Kimia
50 R. Andi Nurcahyo
Hadisaputro, S.Pd.
Bahasa
Indonesia
51 Drs. Antonius Mukijo
Pen.Ag.Katolik
52 Ngastoroso, S.Th.
Pen.Ag.Kristen
62
53 Anik Idhayati, S.Pd. Kewarganegarn
54 Ndaru Dian Pratiwi, S.Pd. Bhs. Inggris
Conversation
55 Danis Eko Suryanto, S.
Ag.
Pend. Agama
Budha
56 Dra. Siti Nur Handayani Kewarganegarn
57
Saiful Barmawi, S.Pd. Bahasa Jepang
58 Respati endah Pertiwi, S.P Sejarah
59 Sugeng Riyanto, M.Pdi.
Pendidikan
Agama Islam
60 Suryo Handoko, S.Pd Matematika
61 Ratna Imani, S.Pd Bahasa Jawa
62 Solikhin, S.Pdi. Pendidikan
Agama Islam
63 Christiawan Widhi N, S.Pd Bahasa Inggris
convesation
64 Krisna Hartanto,S.Pd Bahasa Inggris
conversation
65 Slamet Budiyanti, S.Pd
Bahasa Inggris
conversation
63
66 Nur Choiriyah, S.Pd Bahasa inggris
2) Pegawai Tata Usaha dan Pembantu Pelaksana
Tabel 3.3 Daftar Tenaga Kependidikan
No. Nama Jabatan
1. Hendri Hernowo Koor. Tata Usaha
2. Siti Munjiah
Pengelola Perpustakaan
3. Sulistinah, A.Md. 1. Bendahara rutin
2. Bendahara BOSS
3. Kesiswaan
4. Ihya Humaida, SE. 1. Pembantu Pengurus
Barang
2. Administrasi
kepegawaian
5. Sugiyanto
Pembantu Pelaksana
6. Sutini
Pembantu Pelaksana
7. Jundi Azis Pembantu Pelaksana
8. Miftahul Huda Pembantu Pelaksana
64
9. Dulrahman Pembantu Pelaksana
10 Panut Azis Pembantu Pelaksana
11 Yulianto Pembantu Pelaksana
12 Joko Nugroho Pembantu Pelaksana
13 Ahmad Khoironi Pembantu Pelaksana
14 Ali Samani Pembantu Pelaksana
15 Mustarojab Pembantu Pelaksana
16 Ahmad Ahsoni Satpam
17 Mubasyir Satpam
18 Sri Warsini Pembantu Pelaksana
19 Endang Asih
Priyanti
Petugas Foto Copy
20 Bangun Ismayadi Petugas Perpustakaan
21 Ansuryono Satpam Siang
22 Romli
Satpam Siang
23 Rio Brian Agus
Setyawan
Petugas Foto Copy
Dari sejumlah guru, 89 % berstatus PNS dan sisanya 11 %
berstatus honorer (GTT). Untuk karyawan hanya 35 % yang
berstatus PNS dan sisanya 65 % pegawai tidak tetap (PTT).
65
b. Keadaan peserta didik
Dari jumlah peserta didik, kelas X berjumlah 329 yang terdiri dari
siswa laki-laki sejumlah 124 dan siswa perempuan sejumlah 205,
kelas XI berjumlah 330 yang terdiri terdiri dari siswa laki-laki
sejumlah 133 dan siswa perempuan sejumlah 197, kelas XII berjumlah
335 yang terdiri dari siswa laki-laki sejumlah 115 dan siswa
perempuan sejumlah 220.
Tabel 3.4 Daftar Siswa
No. Kelas
Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. X 1 12 22 34
2. X 2 12 22 34
3. X 3 7 27 34
4. X 4 14 18 32
5. X 5 15 17 32
6. X 6 15 17 32
7. X 7 11 23 34
8. X 8 9 21 30
9. X 9 14 20 34
66
10. X 10 15 18 33
11. XI IPA 1 15 29 34
12. XI IPA 2 15 20 35
13. XI IPA 3 13 24 37
14. XI IPA 4 15 21 36
15. XI IPA 5 12 22 34
16. XI IPS 1 16 18 34
17. XI IPS 2 14 18 32
18. XI IPS 3 12 21 33
19. XI IPS 4 15 19 34
20. XI IBB 6 15 21
21. XII AKSEL 1 6 7
22. XII IPA 1 12 25 37
23. XII IPA 2 13 23 36
24 XII IPA 3 33 33
25. XII IPA 4 13 23 36
67
26. XII IPA 5 10 28 38
27. XII IPS 1 14 24 38
28. XII IPS 2 16 21 37
29 XII IPS 3 17 21 38
30. XII IPS 4 14 24 38
31. XII IBB 5 8 13
6. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah
untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal
yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada, antara lain:
Tabel 3.5 Jadwal Ekstrakurikuler
No Jenis Ekstrakurikuler Hari Keterangan
1 PASKIBRA Selasa Pilihan
2 Band Kamis Pilihan
3 Bola Volly Kamis Pilihan
4 Jurnalistik Selasa Pilihan
68
5 Seni Baca Alquran Rabu Pilihan
6 English Club Selasa Pilihan
7 KIR Selasa Pilihan
8 Bola Basket Kamis Pilihan
9 Pencak Silat Rabu Pilihan
10 Rebana Kamis Pilihan
11 Karate/ Taekwondo Selasa Pilihan
12 Modern Dance Rabu Pilihan
13 Paduan Suara Kamis Pilihan
14 PMR Rabu Pilihan
15 Cinematografi Rabu Pilihan
16 Pramuka Jumat Wajib bagi
kelas X dan
pilihan bagi
kelas XI
17 Science Club Senin - Kamis Peserta
ditunjuk dari
sekolah
69
18 Karawitan Kamis Pilihan
19 Seni Tari Kamis Pilihan
7. Prestasi Siswa
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa
No. Nama Kelas Peringkat Kejuaraan
1
2
3
4
Yosua, Cs
Lufi Andriawan
Brigitta Orizya
Sativa
Destianan Azani
XII IPA 1
XII IPA 3
X.3
XI IIS 4
II
III
III
I
Padus Lagu
Nasionalisme
Tk.Kota
Lomba Lagu
Perjuangan
Tk.Kota
Lomba Lagu
Perjuangan
Tk.Kota
Jalan Cepat
5000 m Putri
Kejuaraan
Nasional Atletik
antar PPLP
Tk.Nasional
Kejuaraan
Nasional
Wadokai Karate
Do Indonesia
Junior Kumite
70
5
6
7
8
9
M Liong Gilang
M Lion Gilang
Ikhwanul Muslim
Khansa Kamila
XI IIS 3
XI IIS 3
XI MIA 4
XI IIS 3
XI MIA 4
II
II
II
II
II
55 Kg
Tk.Nasional
Kejuaraan
Nasional
Wadokai Karate
Do Indonesia
Junior Kata
Perorangan
Putra
Tk.Nasional
Lomba KTG
Tk.Kota
Lomba KTG
Tk.Kota
Lomba Cerdas
Cermat Tk.Kota
Lomba Cerdas
Cermat Tk.Kota
Lomba Cerdas
Cermat Tk.Kota
Lomba Story
Telling Tk.Kota
Lomba Story
Telling Tk.Kota
Lomba Cerita
71
10
11
12
13
14
15
16
17
Novita Indah Sari
Widya
Kartikasari
Andara Pratama
Nanda Resta F
Lu‟Lu ul M
Daviani
Widawati
Aldinsyah
Maranatha L
Kristoforus
David
Widiyanto
X MIA 1
X MIA 3
XI MIA 5
XI MIA 2
XI MIA 4
X AKS
X MIA 3
X
II
II
II
III
III
III
II
II
Jawa Tk.Kota
Lomba Debat
Bahasa Inggris
Tk.Kota
Lomba Debat
Bahasa Inggris
Tk.Kota
Lomba Debat
Bahasa Inggris
Tk.Kota
Lomba
Geguritan Putra
Tk.Kota
Lomba
Geguritan Putri
Tk.Kota
Macapat
Tk.Kota
Tenis Lapangan
Yunior Tunggal
Putra
Tk.Nasional
Tenis Lapangan
Yunior Ganda
Putra
Tk.Nasional
72
18
19
20
21
22
23
Krisna Ari Murti
Daniel
Remax
Kurniawan
Remax
Kurniawan
Mentari, Cs
XI MIA 4
XI MIA 4
X 3
Xi IIS 4
XI IPS 4
XI IPS 2
II
I
I
II
III
II
Padus Wawasan
Kebangsaan
Tk.Kota
73
B. Temuan Penelitian
1. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengevaluasian yang diselenggarakan di kantin kejujuran SMA N 3
Salatiga.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber
ditemukan beberapa pernyataan yang mendukung proses perencanaan.
1) Penentuan Tujuan
Tahun berdiri dan tujuan kantin kejujuran terlihat dari
pernyataan AK selaku Wakabid Kesiswaan:
“Kantin itu kan memang sudah lama, mulainya
2010. Maksud dan tujuannya untuk membiasakan anak-
anak untuk berlaku jujur dan bertanggung jawab.
Pengelolanya dari guru sini” (W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB).
SN berpendapat hampir sama tentang tujuan kantin
kejujuran sebagai berikut:
“Untuk tujuan ya itu tadi kantin kejujuran
memang untuk mengukur perilaku siswa. Saya juga
pernah menulis di koran dengan judul „Jangan Biarkan
74
Prinsip 3,2,1 yaitu ngambil 3, mbayar 2, ngakunya 1”
(W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB).
AI juga mengungkapkan tujuan yang sama terkait kantin
kejujuran.
“Tujuan dari kejakasaan itu untuk menjajaki
seberapa jauh kah anak itu kejujurannya seperti apa
dengan adanya kantin yang tanpa ditunggui, uang
kembalian juga ambil sendiri, dan sebagainya”
(W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB).
Tujuan yang berbeda diungkapkan NA sebagai berikut:
“Intinya tujuan awal berdirinya untuk pendidikan
anti korupsi kalau di sekolah salah satunya ya melalui
kantin kejujuran ini” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
2) Workshop, Pemberian Modal, dan Pendirian Kantin Kejujuran.
Terkait letak, penataran guru, dan modal awal kantin
kejujuran, SN menyatakan:
“Saya di kantin kejujuran ini baru kira-kira 2
tahunan karena saya di SMA N 3 ini baru 3 tahun terus
diajak mengelola ini. Jadi sejarah awalnya hanya
diceritani saja. Setahu saya launching awalnya yang
datang malah guru Bahasa Inggris dan BK, lha itu
mereka ditatar istilahnya. Awal berdiri kantin berada di
depan kantor guru, sekarang disini. Terus dapat modal
75
dari kejaksaan sebanyak Rp 10.000.000,00.”.
(W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB)
Pernyataan mengenai adanya workshop dan tahun
berdirinya kantin kejujuran juga diungkapkan NA:
“Pada awalnya kita ikut workshop ini pada hari
selasa dan rabu. Untuk launchingnya di SMA N 3
Salatiga selang 1 bulan setelahnya. Sekitar September
2010” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
Penjelasan tahun berdirinya kantin kejujuran juga
diungkapkan LK:
“Kantin kejujuran berdiri sekitar 7 tahun yang
lalu pada 2010 akhir. Idenya dari kejaksaan karena
melihat kemerosotan karakter anak penerus bangsa,
maka dibuatlah program dengan nama kantin kujujuran”
(W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB).
Terkait unsur pengelola kantin kejujuran berikut
ungkapan NA:
“Pastinya terdiri dari BK, Pkn, dan unsur
kesiswaan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
Ketika peneliti mewawancarai AK terkait modal awal
kantin, berikut ini jawabannya:
“Emm... itu dulu ada dana hibah dari pemerintah
sekitar Rp 10.000.000,00 diberikan ke sekolah dan dari
76
sekolah sendiri diusahakan berkembang dan
alhamdulillah ini terus berkembang” (W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB).
Hal yang sama juga disampaikan NA:
“Dari Kejaksaan tinggi sebesar Rp 10.000.000,00
sebagai dana hibah jadi diberi secara cuma-cuma untuk
program pemerintah dalam rangka pengembangan
karakter kejujuran di sekolah atau pada generasi muda”
(W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
3) Analisis Tantangan Eksternal dan Tahapan Sosialisasi Kantin
Ketika peneliti menggali data mengenai sistem
sosialisasi kantin kejujuran, berikut ini pendapat beberapa
narasumber:
AK menyampaikan:
“Kita beritahukan pada saat MOS, kita ada kantin
kejujuran yang letaknya di sini, membeli dan membayar
serta mengambil kembalian sendiri” (W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB).
Cara sosialisasi kantin yang berbeda diungkapkan LK:
“Pas jamane Pak Anjar kesiswaan anak itu diberi
pengarahan terus, „kowe podo-podo jajan ning kantin
umum karo ning kantin kejujuran ki bedo‟, pahalane
77
lebih besar di kajur karena niatmu jajan posisi kantin
nggak ada yang jaga” (W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB).
Selain cara di atas H menyampaikan cara lain sebagai
berikut:
“Kalau di kantin kejujuran menunya lebih sesuai
dengan menu kesehatan, maka sudah dititipkan. Jadi
yang masuk di kantin kejujuran biasanya menunya sudah
diminta dari sekolah. Tidak sembarang yang bisa dijual
di sekolah itu tidak. Jadi mereka sudah ijin dulu dari
pengelola kantin kejujuran” (W/G/H/12-04-2016/07.27
WIB).
Sebagai pengelola, SN mengungkapkan sistem
sosialisasi kantin:
“Dulu diumumkan lewat halo-halo mbak, tapi
sekarang nggak pernah. Soale nggak lengkap. Kan lucu
juga to kalau nggak lengkap kok diumumke, akhirnya
nggak pernah diumumke” (W/G/SN/11-04-2016/10.21
WIB).
b. Pengorganisasian
Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil struktur
organisasi kantin kejujuran sebagaimana dituturkan NA:
“Pastinya terdiri dari BK, PKn, dan unsur kesiswaan”
(W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
78
Ketika peneliti menanyakan struktur pengurus kantin saat ini,
AK menjelaskan:
“Ya itu yang bertanggungjawab di bidang kesiswaan,
jadi ketuanya saya sendiri, kemudian ada pengelolanya.
Pengelolanya ya dari anggota kesiswaan” (W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB).
Hal senada diungkapkan SN:
“Untuk susunan pengurus sekarang penanggung jawab
kepala sekolah, koordinator waka kesiswaan yaitu Pak Aris, dan
pengelola saya dan Bu Win” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB).
c. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan kantin kejujuran diperoleh dari beberapa
keterangan narasumber sebagai berikut.
AK menjelaskan:
“Guru sini yang membelanjakan barang-barangnya
kemudian ditaruh di kantin tanpa pengawasan guru. Anak-anak
mengambil jajanan sendiri, terserah dia, dan ada harga-
harganya. Misalkan di meja ini ada snack dengan harga sekian,
anak-anak mengambil sendiri kemudian menghitung sendiri, dan
uangnya ditaruh di tempat uang” (W/G/AK/12-04-2016/09.01
WIB).
Lebih lanjut sebagai pengelola, SN menjelaskan:
79
“Kita mbuka kantin sambil lari-lari kok, apalagi kalau
ngajar jam pertama harus nata dan sebagainya. Kalau jam
terakhir ada uang berapa aja ya langsung diraup masukin tas
besuk buat belanja lagi, jadi ora kober ngitung” (W/G/SN/11-
04-2016/10.21 WIB).
Keterangan hampir sama diutarakan pengelola SW:
“Kalau ingin tahu yang saya lakukan pagi jam 07.00 saya
mbukak kantin, kalau pas jam istirahat atau jam kosong uang
saya ambil, siangnya saya tutup. Kalau sudah ngumpul uangnya
saya belanjakan lewat sales” (W/G/SW/06-04-2016/12.30 WIB).
Sebagai siswa, WJ menggambarkan bagaimana pelaksanaan
kantin kejujuran:
“Kantin kejujuran adalah kantin dimana kita mengambil
barang dan memilih barang sendiri” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18
WIB).
TV menjelaskan kegiatan beberapa siswa yang ada di kantin
kejujuran:
“Ini USDA mbak, jadi kami membuat makanan dan
dititipkan di kajur, terus dana yang dikumpulkan untuk
membiayai acara. Pada kesempatan ini kami membuat puding
untuk kegiatan modern dance” (W/S/TV/11-04-2016/09.07
WIB).
80
Kegiatan di kantin kejujuran yang sama, namun beda
ekstrakurikuler juga dijelaskan H:
“Kantin kejujuran juga menumbuhkan jiwa wiraswasta
siswa, contohnya anak-anak SKI bikin jus, bolu lha itu nanti
dijual di kantin kejujuran” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Ketika peneliti mewawancarai beberapa narasumber tentang
peran guru di kantin kejujuran, berikut ini ungkapan H:
“Di kelas ditanamkan bentuk-bentuk akhlak yang mulia
diajarkan di kelas sebagai realisasi keimanan para siswa itu
sendiri” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Metode yang hampir sama diterapkan guru Kewarganegaraan
AI:
“Di kelas kita juga sosialisasi dengan cara „Kantin itu
ada untuk menguji kamu, sejauh mana kamu jujur, karena
meskipun kamu ndelik-ndelik Allah itu melihat kamu. Jadi
sejauh mana kamu percaya bahwa kamu itu dilihat yang Kuasa‟.
Kan gitu mbak, dan tetap saya tekankan bahwa kejujuran itu
penting dalam berbagai hal. Di kelas pun juga sangat penting.
Contek mencontek itu kan hal yang tidak jujur. Nilai itu penting
banget, tapi kejujuran itu lebih penting dan itu memang saya
tekankan. Baiklah coba kantin ini akan eksis atau tidak itu
tergantung pada kamu. Kamu akan merasa malu seandainya
kantin ini tidak berlangsung. Jadi mereka akan ada beban
81
mental, awet tidaknya kantin ini itu tergantung kalian juga. Jika
suatu ketika kantin ini sudah tutup, seperti kantin di SMP 2 kan
tutup, itu berarti kamu kena juga, meskipun kejaksaan tidak
meminta kembali uangnya, tapi kan SMA 3 dikei kantin
kejujuran ra mlaku ikg. Semuanya kena meskipun pelakunya
hanya beberapa orang” (W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB).
d. Pengendalian (Pengevaluasian)
Pada bagian ini diketahui hasil penelitian terkait sistem evaluasi
kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga sebagaimana yang disampaikan
oleh NA:
“Ya, kita evaluasi ada seminggu, sebulan, 1 kuartal, 1
semester. Evaluasinya paling tidak dari modal dan hasil. Modal
1 minggu hasil berapa, ada peningkatan tidak, kalau ada berarti
nilai kejujurannya sudah meningkat. Tapi hal ini tidak pasti.
Kadang untung, kadang rugi. Kalau untung kita infokan,
bahwasanya kejujuran anak sudah baik pada laporan minggu
pertama ini memperoleh laba sekian dan sebaliknya rugi pun
kita infokan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
SN menjelaskan keadaan kantin kejujuran:
“Dana 10 juta sudah kembali, itu artinya kejujuran anak
ada otomatis nggak bangkrut” (W/G/SN/11-04-2016/10.21
WIB).
82
Lebih lanjut SN menambahkan:
“Untuk evaluasi setiap hari itu sulit mbak, misalnya
barang yang kita keluarkan berapa, nanti jam terakhir masih
berapa haruse gitu, itu kan sulit dilakukan karena yang penting
buat guru adalah ngajar, bukan ngurusi ini tok. Kalau ngurusi ini
tok mungkin bisa mbak. Ini saja kita mbuka kantin sambil lari-
lari kok, apalagi kalau ngajar jam pertama harus nata dan
sebagainya. Kalau jam terakhir ada uang berapa aja ya langsung
diraup masukin tas besuk buat belanja lagi, jadi ora kober
ngitung. Kalau ada petugasnya mungkin bisa. Yang pasti
evaluasinya bisa kulakan lagi, modal kembali, dan sekarang
tinggal mengelola keuntungan” (W/G/SN/11-04-2016/10.21
WIB).
Kesibukan yang sama dituturkan oleh SW:
“Saya sibuk dek, jam ngajar full jadi tidak bisa kalau
suruh melaporkan nritik tiap hari dagangan habis segini uangnya
segini, itu saya kesulitan. Kemarin juga sudah saya tawarkan ke
teman-teman yang lain, kalau ada yang mau menggantikan saya,
tapi tidak ada yang mau” (W/G/SW/06-04-2016/12.30 WIB).
Penjelasan terkait evaluasi diungkapkan SN:
“Evaluasi memang sulit, karena kantin ini pure tidak
dijaga. Contoh kasusnya saya pengin jajan tapi nggak punya
uang atau uang ketinggalan. Lalu njupuk sek, bayare besuk atu
83
besuk tak duble i ah. Nah gitu kan bisa mbak. Jadi untuk ngukur
evaluasi per hari susah. Atau kasus lain ngambil susuk tapi
nggak ada, ada sewu tok. Ah besuk wae. Sistemnya memang
susah karena yang berjalan itu hati nurani” W/G/SN/11-04-
2016/10.21 WIB).
Mengenai pengelolaan keuntungan kantin, NA menerangkan:
“Keuntungan itu nanti untuk pengembangan kantin itu
sendiri” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang intensitas siswa
berbelanja di kantin kejujuran, berikut ini pernyataan beberapa
narasumber:
“Wah, sering banget mbak, ini kami semua merupakan
pelanggan setia kajur” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB).
“Sering banget mbak” (W/S/NK/11-04-2016/11.04
WIB).
“Iya mbak” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB).
“Sering banget mbak. Saya lebih seneng jajan di kajur”
(W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB).
“Sering mbak” (W/S/MA/15-04-2016/09.04 WIB).
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai alasan narasumber lebih
memilih kantin kejujuran berikut ini pendapat TV:
84
“Seneng banget mbak, tempatnya lebih bersih daripada
kantin yang lain, dan lebih nyaman tempatnya daripada kantin
sekolah” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB).
Alasan selanjutnya diungkapkan MK:
“Kalo di sini bayar sendiri jadi nggak ribet”
(W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB).
Hal yang sama diungkapkan AK:
“Anak-anak sendiri sebenarnya lebih praktis membeli
dan membayar dengan uang pas di kantin kejujuran”
(W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB).
Alasan harga diungkapkan NK:
“Lebih murah di kajur mbak. Air hangat disini Rp
1.000,00 kalau di kajur gratis mbak, udah tinggal tuang aja.
Harga pop mie juga lebih murah” (W/S/NK/11-04-2016/11.04
WIB).
Hal senada diungkapkan TW:
“Lebih murah di kajur mbak. Misal Aqua botol kalau
disini Rp 2.500,00 di kajur cuman Rp 2.000,00” (W/S/TW/11-
04-2016/11.10 WIB).
Hal yang sama diungkapkan MA:
“Lebih murah di kajur mbak dan ikut membantu program
sekolah ya mbak” (W/S/MA/15-04-2016/09.04 WIB).
Alasan lain diungkapkan RA:
85
“Ya, waktu itu deket dengan kelas, jadi nggak jauh-jauh
dari kantin” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB).
Lebih lanjut NK menambahkan:
“Kelebihannya sendiri dari segi tempat strategis banget
mbak, kalau dari kelas bisa langsung jajan. Tapi kalau yang
kelas X di ujung sana memang susah. Dari segi harga lebih
murah di kajur mbak” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB).
TW juga memberi alasan yang sama:
“Kelebihannya tempat sudah strategis tapi karena
sekolahnya yang terlalu luas jadi untuk kelas X agak kejauhan
mungkin mbak. Selain itu harga lebih murah dan tidak ada yang
jaga jadi bebas mau ambil apa aja” (W/S/TW/11-04-2016/11.10
WIB).
Hal yang sama diungkapkan WJ:
“Lebih dekat dengan kelas, jadi ketika istirahat langsung
kesini” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18 WIB).
JS juga mengungkapkan:
“Lebih dekat dengan kelas dan tidak begitu ramai”
(W/S/JS/15-04-2016/09.21 WIB).
RA memiliki alasan yang berbeda dengan yang lain:
“Kelebihannya melatih kejujuran itu sendiri”
(W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB).
Sedangkan kelebihan kantin kejujuran yang lain diungkapkan H:
86
“Anak-anak lebih senang dengan adanya kantin
kejujuran karena mereka bisa jajan sesuai menu yang sesuai
dengan selera mereka semua tersedia di kantin kejujuran.
Mereka juga bisa berganti-ganti variasi makanan. Selain itu bisa
jajan bersama teman-temannya karena didesign ada tempat
duduknya. Kalau di kantin umum kan bapak ibu guru juga ada
di sana, makannya kan juga di sana, jadi mereka pekewuh.
Makanya anak-anak lebih antusias di kantin kejujuran.
Harganya dengan kantin umum lebih murah, kalau sudah di
kantin umum kan kantin umum juga sudah ngambil keuntungan,
makanya kalau ada selisih anak-anak lebih senang di kantin
kejujuran” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Selanjutnya H menambahkan:
“Kelebihannya kantin kejujuran merupakan tempat
penanaman kejujuran, tersedia tempat duduk karena selalu saya
wanti-wanti makan harus sambil duduk meskipun hanya sebutir
permen, kondisi kantin tidak ada bapak ibu guru jadi mereka
tidak pekewuh, dan kalau bukan waktu istirahat tidak boleh ke
kantin, kan bapak ibu guru juga mengawasi dari kantor”
(W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Menurut beberapa narasumber, diungkapkan beberapa
kekurangan kantin kejujuran, sebagaimana disampaikan MK:
87
“Lebih milih disana mbak, Jajanannya lebih banyak di
sana mbak” (W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB).
Keluhan yang sama disampaikan beberapa narasumber sebagai
berikut:
“Kelemahannya jajanannya tidak sebanyak di kantin”
(W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB).
“Kekurangannya jajanannya kurang bervariasi mbak”
(W/S/MA/15-04-2016/09.04 WIB).
“Kekurangannya makanan kurang bervariasi mbak.
Cuma itu itu aja kadang bosan” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18
WIB).
“Kekurangannya makanannya kurang enak-enak, cuman
ada cemilan-cemilan” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB).
Kelemahan selanjutnya disampaikan TW:
“Kelemahannya yang njaga nggak ada, jadi terbatas
penempatannya kurang rapi” (W/S/TW/11-04-2016/11.10
WIB).
Ketika ditanya mengenai bagaimana cara menarik siswa supaya
berbelanja di kantin kejujuran, berikut ini ungkapan AI:
“Variannya seharusnya ditambah. Dulu awal-awal
variannya cuman makanan kering, terus sekarang kita menerima
nasi kucing, puding, jadi variannya yang ditambah, jadi anak
88
kalau sudah disana kan sudah tidak kepengin kemana-kemana
lagi” (W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB).
Senada dengan pernyataan di atas, SN sebagai pengelola baru
mengatakan:
“Variasi makanan itu harus macam-macam. Dulu ada
gorengan disetori. Dulu laris banget mbak, variasi makanan
banyak, pengurus juga banyak. Tapi hal tersebut kan butuh
waktu. Sebenarnya anak banyak juga yang kesini, tapi karena
variasinya kurang jadi anak bosan. Misal uang Rp 2.000,00 bisa
buat beli nasi ini itu, sedangkan di kajur cuman buat makanan
kering yang kurang mengenyangkan. Dulu juga ada soto mbak,
tapi ada asistennya Bu Anik, jadi udah diracik di mangkok
mangkok tinggal ngasih kuah. Kalau guru disuruh gitu kan repot
juga ya mbak” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB).
Keadaan kantin kejujuran disampaikan AK:
“Guru itu tugasnya banyak, jadi belum bisa berkembang.
Tapi ini sudah lumayan berkembang meskipun tidak pesat
seperti kantin-kantin umum. Tapi sudah bertahan saja, itu
merupakan prestasi yang bagus. Masalahnya banyak kantin yang
bangkrut dan kita tidak. Jadi kita bertahan, modal bisa kembali,
malah kita punya laba. Itu yang Rp 10.0000.000,00 sudah
kembali lho mbak, ini tinggal mengelola laba” (W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB).
89
Berikut ini beberapa saran dari narasumber seperti yang
diungkapkan TV:
“Makanannya seharusnya lebih enak dan diperenak lagi.
Sistem kembaliannya juga harus dipermudah” (W/S/TV/11-04-
2016/09.07 WIB).
NK juga mengemukakan:
“Makanannya lebih banyak” (W/S/NK/11-04-2016/11.04
WIB)
2. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3
Salatiga
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai problematika
terkait kantin kejujuran,berikut ini keterangan narasumber.
“Tahun kemarin itu ada 1 anak, temannya cerita ke saya,
„Bu, anak ini ngambil‟. Ya langsung saya panggil dan saya
bilang, „Uange mbok balekke, opo kowe tak laporke kepala
sekolah, kowe kudu metu seko kene‟. Awalnya nggak ngaku
mbak, „Aku nggak ngambil og bu‟. Terus tak jawab, „wis kowe
mileh endi, ngaku opo tak laporke kepala sekolah, kowe tak
laporke, kowe metu.‟ Terus akhirnya anak itu ngaku dan
uangnya dikembalikan. Ada juga anak itu ngambil malah
bangga, ketika diingetke temene, „eh kui permen 500 entuk 3
lho‟ dia malah santai dan berkata ah sante wae” (W/G/SN/11-
04-2016/10.21 WIB).
90
Kemudian SN merinci problematika terkait pengelola:
“Pertama waktu ngajar jam pertama kadang guru
gendadapan, kedua pengecekan per item susah karena sekarang
5 hari kerja pulang sudah setengah empat, dan ketiga untuk
siswa variasi jenis makanan kurang up to date. Kalau anak kan
senang yang nge trend. Lha itu guru yang kesulitan”
(W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB).
Lebih lanjut, Wakabid kesiswaan AK menambahkan:
“Iya gini mbak, guru itu kan tugasnya banyak, mengajar
ini itu, jadi harus benar-benar meluangkan waktu, yang harusnya
jam kosong istirahat harus mengelola ini. Ya kendalanya seperti
itu. Kalau kita punya niat yang baik, semua agar pendidikan
karakter bisa dilaksanakan, ya mereka ikhlas untuk
melaksanakan itu meskipun butuh tenaga ekstra. Jadi nggak
masalah” (W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB).
Menurut AK problematika terkait siswa adalah:
“Karena kantin itu yang mengelola guru, variasi
menunya masih kurang. Jadi kita susah sekali untuk
mengembangkan yang lainnya. Jadi variasinya ya tertentu saja.
Kurang variasi dan kurang lengkap” (W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB).
Menurut H, problematika terkait siswa lainnya yaitu:
91
“Ada siswa yang tidak jujur. Contoh dia hanya bayar 4
itu artinya masih hutang 1. 1 itu yang akan membawa dampak
dari 4 yang sudah dimakan” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Pendapat senada diungkapkan AI:
“Gini seorang anak itu ada kantin yang uangnya banyak
sekali dan satu dua tergiur dan itu terdeteksi juga. Tapi kita
langsung panggil dan anaknya juga langsung mau
mengembalikan” (W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB).
Lebih lanjut AI mengungkapkan:
“Pertama dari segi pengelola itu kan memang harus
khusus, kalau memang guru itu disambi memang tidak bisa.
Memang fokusnya guru Pkn dan BK, tapi menurut saya harus
ada petugas khusus yang ontime disitu, karena kita kan yang
fokus mulang, ngajar, jadi kalau untuk nyambi itung-itungan,
membelanjakan lagi, itu perlu waktu, dan kita kan nggak digaji
juga tapi itu hanya sebagai tugas tambahan. Yang kedua, anak
masih cenderung satu dua itu ada yang ngambil. Misal dia pakai
uang besar dan nggak ada kembalian, uang dibawa dulu
bayarnya besuk, dan kita kan nggak tau besuk mbayar apa tidak.
Jadi masih ada satu dua anak yang ceroboh” (W/G/AI/12-04-
2016/09.12 WIB).
92
Kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga pernah terjun bebas
sebagaimana diungkapkan LK:
“Pernah ada satu generasi jelek, mereka mempengaruhi
teman-temannya sampai kita pernah terjun bebas nggak ada
uang. Mereka pada ngutil. Lalu dari kami langsung manggil
pentolane geng, dan akhirnya dipulangin Rp 20.000,00 atau Rp
25.000,00 tapi tidak sebanyak uang yang dicuri” (W/G/LK/15-
04-2016/13.40 WIB).
Problematika lain terkait pengelola, diungkapkan NA:
“Banyak, karena jelas problem itu ada di pengelola itu
sendiri dan siswa. Dari segi pengelola adalah konsep dari
pengelola yang lain, yang tidak mengerti rohnya kantin
kejujuran mereka tetap menghendaki keuntungan. Tapi yang
mengerti, sebenarnya permasalahan utamanya bukan di
keuntungan. Sedangkan dari segi siswa yaitu untuk melatih
kejujuran itu butuh waktu, tidak bisa cepat jadi kadang kala
kantin itu dagangan atau barangnya berkurang tapi uangnya
tidak bertambah” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait pernah tidaknya
menyaksikan ketidakjujuran di kantin kejujuran, beberapa narasumber
mengungkapkan:
93
“Pernah mbak. Dulu itu pernah liat temen ngambil-
ngambil barang, sampek nggak bayar sejumlah Rp 50.000,00”
(W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB).
“Pernah mbak. Ada temen yang ngambil tapi nggak
bayar” (W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB).
“Sering banget, mungkin bukan temen tapi kakak atau
adik kelas. Pernah ada cerita ada bakwan udang, dia cuman
ngambili udangnya, bakwannya ditinggal. Hehe” (W/S/NK/11-
04-2016/11.04 WIB).
“Pernah mbak, kadang adik kelas atau kakak kelas”
(W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB).
“Dulu ada kakak kelas pernah ada kasus disidang ke BK
karena pada nggak bayar. Jadi beberapa kelas gitu mbak, seperti
gerombolan” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB).
Ketika diajukan pertanyaan terkait problematika yang siswa
rasakan, berikut ungkapan TV:
“Sistem pembayarannya, misal beli pakai uang besar itu
terkadang tidak ada kembaliannya. Ya kalau nggak ada ya
bayarnya besuk aja” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB).
Hal yang sama juga diakui H:
“Kekurangannya sistem kembalian yang kadang tidak
ada” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
94
Dalam mengatasi berbagai problematika terkait siswa, sebagai
guru PAI, H mengungkapkan:
“Itu kadang saya takut-takuti. Kan memang ada hadis
„Barangsiapa yang memakan harta riba/pencurian termasuk itu,
ibadahnya selama 40 hari tidak diterima. Mereka harus masuk
nereka‟. Maka mereka harus jujur. Maka mereka harus secara
jujur dan mengembalikan apa yang sudah pernah diambilnya,
yang seperti itu pada akhirnya tetap mengembalikan. Tapi ada
juga anak yang tidak mengembalikan. Pada suatu hari temannya
cerita kalau yang ngambil ini ini pada jam istirahat dipanggil
gerombolannya, hingga pada akhirnya bisa tertangkap”
(W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Sebagai guru BK, NA mengemukakan cara tersendiri dalam
mengatasi problem tersebut.
“Kita umumkan baik lewat pas upacara bendera atau
diumumkan pas istirahat atau pulang sekolah, diinformasikan
secara menyeluruh bahwasanya kantin hari ini dari modal yang
ada mengalami kerugian atau uang tidak kembali sekian. Itu
selalu kita informasikan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
Solusi berikutnya diungkapkan AI:
“Solusinya yang pertama kajur kan memang pure nggak
ditunggu, jadi nggak ada yang nunggu, free. Solusinya kita
sebagai guru PKn ya terus ngomong menggencarkan masalah
95
kejujuran di kelas kelas saat kita mengajar. Yang kedua, itu
ketika ada uang banyak itu kita ambil dulu, itu untuk
mengantisipasi, meskipun itu nggak bener karena harusnya ya
itu ada uang disitu yo wis ben, tapi utnuk mengantisipasi kita
masih pekewuh jika ditutup. Kemudian ada CCTV, sekarang
nggak ada karena memang nggak dibenarkan, karena
peraturannya memang tidak seperti itu” (W/G/AI/12-04-
2016/09.12 WIB).
Ketika peneliti menanyakan sanksi apa yang diberikan kepada
siswa apabila tertangkap berbuat curang saat berbelanja, berikut ini
penuturan NA:
“Sebenarnya kalau itu kita menanamkan kejujuran kan
tidak ada pengawasan, tidak ada tindakan, yang ada hanyalah
himbauan. Kecuali kalau tertangkap basah bahwa ada pelaku
yang ngambil, baru kita panggil. Tapi bukan tindakan, hanya
pembinaan. Yo paling gur tak tuturi, „Wis ojo ngono, kantin iki
nglatih kowe. Ya diusahakan yang kemarin diambil
dikembalikan, jangan diulangi‟, begitu mbak” (W/G/NA/12-04-
2016/08.30 WIB).
LK juga menerapkan hal yang hampir sama:
“Saya punya 18 surat cinta janji kepada diri sendiri
bahwasanya dia tidak akan mengulangi perbuatan tersebut lagi.
Kami menggunakan pendekatan. Tidak ada sanksi. Saya
96
memberi kepercayaan kepada anak didik saya untuk menulis
surat, dan saya beri pemahaman bahwa aku cuman manusia
biasa lho, tapi kamu nulis disaksikan Tuhan. Menurut saya yang
penting ada perubahan, dia tahu kalau mencuri itu bukan
tindakan benar. Enaknya jajan itu tidak seberapa tapi
pertanggungjawabanmu kepada Tuhanmu yang berat. Disini
yang kita titikberatkan adalah perubahan sikap, mentalitas anak
supaya dia paham bahwa oh aku nyuri ki nggak bagus”
(W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB).
Hal senada diakui RA sebagai siswa:
“Cuma dipanggil sama bayar ganti rugi” (W/S/RA/12-
04-2016/09.52 WIB).
3. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa
SMA N 3 Salatiga
Menurut hasil penelitian, terungkap dampak kehadiran kantin
kejujuran, seperti yang diungkapkan AK:
“Anak-anak dari awal sudah terbiasa untuk bertanggung
jawab dan memang karakter kejujurannya itu diawali dari yang
kecil termasuk dari kantin kejujuran ini mbak. Harapannya dari
hal yang kecil ini dapat dikembangkan menjadi hal yang lain.
Tapi selama ini anak-anak signifikan dampaknya. Misalkan ada
uang yang jatuh di jalan, meskipun hanya Rp 5.000,00 mereka
nggak mau ambil, dan diberikan kepada saya terus saya
97
umumkan. Kalau tidak ya saya kumpulkan, saya taruh di masjid
atau diberikan ke yang membutuhkan. Inilah salah satu dampak
dari penanaman kesehariannya ada dampak positifnya”
(W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB).
Dampak yang sama diungkapkan NA:
“Oh ya jelas. Salah satunya ya itu. Kantin kejujuran itu
menanamkan, karena memang jujur terhadap diri sendiri, jujur
terhadap temannya, terhadap lingkungannya, terhadap pencipta
itu harus ada pada setiap anak sehingga hal seperti itu tetap kita
pertahankan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
Sebagai guru agama, H mengungkapkan dampak kantin
kejujuran.
“Dari sinilah sebenarnya kantin kejujuran juga melatih
untuk jujur antar teman, kan antara teman satu dengan yang lain
saling mengontrol” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
Sebagai guru Kewarganegaraan, AI berpendapat mengenai
dampak kehadiran kantin kejujuran.
“Kita lihat dari uang yang masih ada itu kita bisa
memprediksi, ya masih ada kejujuran di kalangan siswa. Masih
banyak sih, bukan masih ada. Memang pengaruh kantin
kejujuran ke anak itu sangat membantu banget untuk
membentuk mental anak berbuat jujur karena dia akan merasa
malu juga ketika anak lain kan juga tahu „kowe ki nggowo duit
98
piro, tapi kok ambilnya lebih banyak dari yang dimasukkan‟
akhirnya teman-temannya kan juga pada tahu. Jadi kantin ini
sangat membantu anak-anak untuk lebih jujur” (W/G/AI/12-04-
2016/09.12 WIB).
LK menjelaskan dampak kantin kejujuran dalam penanaman
kejujuran sebagai berikut:
“Oh ya jelas ada. Jujur disini karena pengakuan itu,
bukan masalah pengembalian uangnya, wong kita disini tidak
jualan kok, tapi anak sudah ngaku itu merupakan point
tersendiri” (W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB)
Siswa SMA N 3 Salatiga juga mengungkapkan dampak kantin
kejujuran yang sama, sebagaimana diungkapkan NK:
“Kantin kejujuran itu melatih kejujuran, terus baguslah
untuk melatih murid-murid. Lebih takut untuk berbohong
soalnya ada kewajiban untuk bayar sendiri. Jadi bermanfaat
untuk kami” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB).
Hal yang sama diungkapkan beberapa narasumber:
“Melatih kejujuran sih mbak membayar sejumlah barang
sesuai yang kita ambil” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18 WIB).
“Ada, karena dengan adanya kantin kejujuran melatih
kejujuran siswa” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB)
“Ya, melatih kejujuran mbak” (W/S/TV/11-04-
2016/09.07 WIB).
99
“Iya mbak, karena di kantin ini siswa membayar sesuai
harga yang tertera tanpa dijaga” (W/S/JS/15-04-2016/09.21
WIB).
“Ya, biar melatih kejujuran mbak. Kita ngambil jajan
sendiri, mbayar sendiri” (W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB).
“Iya mbak, karena disini diajarkan membayar sendiri
sesuai barang yang diambil tanpa ada penjaga” (W/S/MA/15-04-
2016/09.04 WIB).
Sedangkan menurut TW:
“Tergantung dari orangnya mbak, kalau sadar sih iya”
(W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB).
100
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA
N 3 Salatiga menunjukkan bahwa fungsi manajemen kantin kejujuran terbagi
menjadi 4 bagian.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Stoner James, A.F. (dalam
Herujito, 2006:89) langkah dasar perencanaan adalah (1) menetapkan
tujuan berupa apa yang dibutuhkan atau diinginkan, (2) mendefinisikan
situasi saat ini tentang sumber daya yang dimiliki dan data keuangan, (3)
menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal organisasi, (4)
mengembangkan rencana dengan cara memilih alternatif yang sesuai dan
menguntungkan. Dalam membuat perencanaan terlebih dahulu harus
menganalisis mengenai apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan,
siapa yang harus mengerjakan, kapan harus dikerjakan, di mana harus
dikerjakan, dan bagaimana harus mengerjakan (Herujito, 2006:86). Setiap
program yang akan berlangsung, membutuhkan perencanaan yang matang.
Tak terkecuali kantin kejujuran.
101
Proses perencanaan Kantin Kejujuran di SMA N 3 Salatiga
dilakukan melalui 4 tahap, yaitu:
a. Penentuan Tujuan
Perencanaan paling awal dalam kantin kejujuran adalah penentuan
tujuan. Tujuan kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga menurut beberapa
narasumber adalah sebagai media pendidikan anti korupsi dan
membiasakan siswa untuk berlaku jujur serta bertanggung jawab
sehingga dapat membantu menangani berbagai kemerosotan karakter
yang ada.
Tujuan ini selaras dengan yang diprogramkan Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah bahwa tujuan penyelenggaraan kantin kejujuran
adalah untuk mendukung kualitas sumber daya manusia melalui upaya
menanamkan, menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan nilai-
nilai keterbukaan, ketaatasas, tanggung jawab, kemandirian, dan
keadilan peserta didik melalui praktik pendidikan di lingkungan sekolah
secara mandiri dan terbuka (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah,
2010:7). Kantin kejujuran diharap dapat menjadi media penanaman
akhlak siswa khususnya kejujuran.
b. Mengikuti Workshop dan pemberian modal
Selanjutnya, beberapa guru dan siswa SMA N 3 Salatiga mengikuti
pengarahan dari kejaksaan berupa workshop yang diadakan oleh dinas
pendidikan provinsi Jawa Tengah. Workshop ini berisi tentang materi
terkait kebijakan dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah, hakekat
102
kejujuran, kepemudaan, dan implementasi pendidikan anti korupsi di
sekolah.
Selain diberi bekal berupa materi-materi terkait pendirian kantin
kejujuran, pihak sekolah juga diberi modal dari kejaksaan sebesar Rp
10.000.000,00. Dana ini merupakan dana hibah, jadi tidak ada
kewajiban untuk mengembalikan dana tersebut.
c. Pendirian Kantin Kejujuran di SMA N 3 Salatiga
Selang satu bulan setelah workshop, pada September 2010
berdirilah kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga yang dikelola langsung
oleh guru BK, Kewarganegaraan, dan pihak Kesiswaan. Awalnya,
kantin berada di depan ruang guru dengan tampilan yang sangat
sederhana, hanya terdiri dari beberapa meja dan makanan kemasan
kering. Seiring berjalannya waktu, kantin ini memiliki perkembangan
yang pesat, dan pihak sekolah pun memberi ruangan khusus yaitu di
dekat kantor guru. Ruangan ini cukup luas dan terdiri dari beberapa
meja, etalase, lemari pendingin minuman, dispenser, dan beberapa
tempat duduk serta meja untuk siswa berkumpul bersama temannya.
d. Menganalisis tantangan eksternal dan tahapan sosialisasi kantin
Kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga bukan merupakan satu-
satunya kantin yang ada di SMA N 3 Salatiga. Di dekat deretan kelas X,
tepatnya di samping lapangan basket, terdapat kurang lebih 5 kantin
umum yang siap bersaing baik dari segi harga, variasi makanan, serta
fasilitas yang membuat siswa nyaman berbelanja. Pihak sekolah
103
memiliki cara tersendiri dalam mengatasi tantangan eksternal ini yaitu
memberi pengumuman kepada siswa baru saat Masa Orientasi Siswa
yang berisi penjelasan mengenai letak kantin dan sistem self service
yang praktis untuk siswa. Selain diumumkan saat MOS, kesiswaan juga
mensosialisasikan kantin kejujuran setiap saat bahwa bertransaksi di
kantin kejujuran lebih menguntungkan salah satunya mendapat pahala
dari niat awal kita. Niat ini berupa bertransaksi dengan jujur di mana
notabennya kantin ini tidak ada yang menjaga. Kemudian ditambahkan
pula bahwa menu di kantin kejujuran lebih sesuai dengan menu
kesehatan, karena makanan yang berada di kantin kejujuran sudah
diperiksa dahulu kandungan gizinya. Namun, seiring berjalannya
waktu, sistem sosialisasi lewat pengumuman speaker yang ada di kelas-
kelas mulai ditinggalkan, hal ini dikarenakan kondisi barang-barang
kantin yang tidak selengkap dahulu.
2. Pengorganisasian
Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya
yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2010:
146). Kantin kejujuran merupakan sebuah program yang tidak luput dari
struktur organisasi. Kepengurusan kantin kejujuran di sekolah terdiri dari
penanggungjawab, kepala sekolah, ketua komite sekolah, pembina kantin,
wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, konsultan (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13).
104
Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil bahwa
struktur organisasi kantin kejujuran terdiri dari guru BK,
Kewarganegaraan, dan Kesiswaan. Penanggung jawab kantin kejujuran
SMA N 3 Salatiga saat ini adalah kepala sekolah, sedangkan
koordinatornya adalah kesiswaan yang diketuai oleh AK, dan
pengelolanya SN (guru PKn) dan SW (guru kimia).
Berikut ini struktur kepengurusan kantin kejujuran di SMA N 3
Salatiga tahun 2016:
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
3. Pelaksanaan
Actuating menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:179)
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan
orang-orang lain bertindak. Pada penelitian ini dikemukakan beberapa
hasil wawancara dan observasi terkait proses pelaksanaan kantin kejujuran
di SMA N 3 Salatiga.
Penanggung Jawab
Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd.
Koordinator
Aris Kusmanto, S.Pd.
Pengelola
Dra. Siti Nur Handayani
Pengelola
Dra. Rr. Sri Winarsih
105
Menurut mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran, barang
yang disajikan merupakan barang konsumsi/ jajanan peserta didik berupa
makanan, minuman, alat tulis sekolah dan perlengkapan sekolah yang
mempunyai satuan ukuran yang jelas, baik satuan barang maupun satuan
harga. Barang disajikan di atas meja atau di tempat yang mudah dijangkau
peserta didik dengan telah diberikan label harga (banderol) yang jelas. Di
atas meja disedikan kotak uang untuk tempat uang pembayaran maupun
uang pengembalian. Jumlah tiap jenis barang dihitung secara jelas untuk
mempermudah pertanggungjawaban keuangan dan barang (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13).
Selaras dengan aturan tersebut, proses pelaksanaan kantin
kejujuran di SMA N 3 Salatiga secara umum digambarkan sebagai berikut:
a. Pembelanjaan barang
Pembelanjaan barang dilakukan oleh pengelola. Barang yang dibeli
berupa makanan, minuman, dan alat tulis sekolah seperti buku,
penggaris, pen, dan lain sebagainya.
b. Penyusunan Barang
Barang yang telah dibeli ditata di rak-rak, etalase, dan mesin
pendingin minuman. Barang disusun sesuai jenis dan diberi label
harga. Setiap paginya sebelum pukul 07.00 WIB, pengelola membuka
kantin dan hanya beroperasi pada jam istirahat saja.
c. Penyelenggaraan kantin kejujuran
106
Menurut mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran,
pembayaran dan pengembalian dalam penyelenggaraan kantin
kejujuran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
1) Peserta didik memilih dan mengambil barang sendiri (self
service), dan membayar sendiri sesuai dengan harga barang yang
dibeli (self payment).
2) Apabila perlu uang kembalian, peserta didik mengambil sendiri
sesuai dengan selisih jumlah uang yang dibayarkan dengan
jumlah harga barang yang diterima/diambil (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13).
Mekanisme yang sama diterapkan di kantin kejujuran SMA N 3
Salatiga. Siswa yang berbelanja mengambil jajanan sesuai selera
mereka kemudian menghitung, membayar, serta mengambil
kembalian pada tempat uang yang telah disediakan. Bagi sales atau
siswa yang hendak ikut menitipkan barangnya di kantin kejujuran
harus melalui proses seleksi uji kelayakan dan yang lolos bisa
menitipkan barang dengan cara menuliskan jumlah yang dititipkan
pada buku yang telah tersedia. Siang harinya ketika ada jam kosong
uang diambil oleh pengelola, dan ketika jam pelajaran sekolah usai,
kantin pun ditutup. Hasil yang telah terkumpul kemudian digunakan
pengelola untuk belanja lagi.
Salah satu prinsip dasar pengembangan kantin kejujuran adalah
penumbuhkembangan jiwa kewirausahaan yaitu penyelenggaraan kantin
107
kejujuran bisa menjadi wahana berlatih wirausaha peserta didik dan upaya
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneur building)
peserta didik dengan didasari nilai-nilai kejujuran (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2010:8). Di dalam pelaksanaannya, kantin
kejujuran SMA N 3 Salatiga selain melatih kejujuran dengan sistem self
service, kantin ini juga membuka peluang kewirausahaan bagi siswa salah
satunya dengan menjual produk buatan siswa di kantin tersebut seperti
hasil observasi pada tanggal 11 April 2016 di kantin kejujuran terlihat
kerumunan siswa sedang melabeli harga puding yang dibawa dari rumah.
Proses pelaksanaan kantin kejujuran tidak lepas dari peran guru
PAI dan Kewarganegaraan yang terus memberi pengarahan kepada siswa
saat jam pelajaran berlangsung terkait penanaman akhlak khususnya
kejujuran. Menurut H, di kelas-kelas ditanamkan bentuk-bentuk akhlak
mulia sebagai realisasi dari keimanan siswa. Metode yang sama juga
diterapkan AI , sebagai guru Kewarganegaraan, beliau menggencarkan
pendidikan kejujuran kepada siswa dengan mengajak siswa untuk turut
membeli keperluannya di kantin kejujuran. Selain itu, beliau juga
memberikan gambaran kepada siswa, apabila kantin tutup maka SMA N 3
Salatiga akan memiliki nilai minus tersendiri di mata masyarakat, karena
adanya kantin kejujuran merupakan gambaran bahwa sekolah mendidik
kejujuran dengan program yang riil.
4. Pengendalian (Pengevaluasian)
108
Pengendalian atau pengawasan adalah tugas untuk mencocokkan
sampai di mana program atau rencana yang telah dilaksanakan (Soekarno,
1980:104). Dengan demikian diketahui kelemahan, kekurangan, serta
dapat mencari jalan keluar untuk mengatasinya.
Pada bagian ini diketahui hasil penelitian dari beberapa keterangan
narasumber bahwa sistem evaluasi kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga
terdiri dari evaluasi mingguan, bulanan, kuarta, dan semester. Menurut
NA, hasil evaluasi baik keuntungan maupun kerugian kantin ini biasanya
diumumkan. Namun adanya peraturan baru 5 hari kerja membuat guru
pengelola kantin kejujuran agak terganggu dalam melaksanakan tugas
evaluasi kantin kejujuran karena disibukkan oleh padatnya Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM). Hal ini berdampak pada sistem evaluasi kantin
tidak berjalan seperti pada awal program.
Sistem evaluasi hanya dilihat dari modal kembali dan masih
berjalan. Menurut SN modal sudah kembali dan hanya mengelola
keuntungan kantin kejujuran merupakan bukti bahwa kantin tidak
mengalami kerugian. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa sekolah
berhasil menanamkan nilai-nilai kejujuran pada siswa. Selain jam
mengajar yang padat, sistem kantin yang tidak dijaga memang tidak
memungkinkan untuk membuat evaluasi setiap hari karena yang berjalan
hati nurani siswa, siswa yang hari ini tidak membayar bisa saja membayar
di kemudian hari.
109
Salah satu prinsip dasar pengembangan kantin kejujuran adalah
keluwesan program yaitu fleksibilitas penyelenggaraan kantin kejujuran
dapat disesuaikan dengan budaya sekolah, kemampuan sekolah, waktu,
tempat, dan model penyelenggaraan (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, 2010:8). Merujuk pada aturan ini, maka prinsip evaluasi yang
dilaksanakan di SMA N 3 Salatiga ini sudah sesuai dengan mengelola
kantin kejujuran sesuai dengan kemampuan sekolah. Pengelola yang
memiliki jam mengajar yang padat tentu akan kesulitan apabila dimintai
laporan mengenai kantin setiap hari. Sebagai gantinya, modal yang sudah
kembali dan sekarang tinggal menjalankan keuntungan cukup menjadi
bahan evaluasi bahwa kantin berhasil menjalankan misinya.
Kantin kejujuran merupakan kantin yang lebih diminati siswa
daripada kantin lain di lingkungan SMA N 3 Salatiga karena tempatnya
lebih strategis, lebih bersih, nyaman, sistem self service yang praktis, lebih
murah, dan melatih kejujuran. Selain alasan tersebut, ada pula siswa yang
memilih jajan di kantin kejujuran karena sadar akan tujuan berdirinya
kantin, sebagaimana diungkapkan RA.
Menurut hasil evaluasi, selain alasan-alasan yang telah
diungkapkan, kantin kejujuran lebih diminati siswa karena menyediakan
jajanan sesuai kesehatan, terdapat fasilitas di dalam ruangan seperti adanya
tempat duduk yang memungkinkan siswa menikmati makanan dan
minuman bersama teman-teman. Keberadaan Bapak Ibu guru di kantin
110
umum juga menyebabkan siswa lebih memilih jajan di kantin kejujuran
yang lebih bebas dan tidak ada rasa canggung.
Kantin kejujuran juga memiliki kelemahan atau kekurangan yang
terkadang membuat siswa lebih memilih jajan di kantin umum. Jumlah,
variasi, dan rasa makanan yang tidak sebanyak di kantin umum membuat
siswa bosan. Tidak adanya penjaga juga memunculkan kelemahan lain
berupa penempatan jajanan yang kurang rapi.
Melihat perkembangan kantin dari tahun ke tahun, sejak berdirinya
hingga sekarang, kantin kejujuran mengalami penurunan daripada saat
awal berdirinya. Dahulu, variasi makanan cukup banyak seperti ada
gorengan, nasi soto, dan berbagai makanan yang menarik. Namun akhir-
akhir ini hanya ada snack kemasan pabrik dan beberapa minuman yang
disebabkan karena pengelola disibukkan dengan jam mengajar yang padat,
hanya 5 hari kerja, dan tidak sempat berbelanja setiap hari sehignga
memilih makanan dan minuman yang lebih awet.
Proses evaluasi program memerlukan saran dari orang yang
berhubungan dengan program tersebut supaya program yang ada
kedepannya lebih baik. Berikut ini beberapa saran dari narasumber. TV
dan NK menyarankan supaya makanan lebih enak dan lebih banyak serta
sistem kembalian dipermudah dengan menyediakan stock uang dengan
nominal kecil.
111
B. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Salah satu problematika di kantin kejujuran adalah ketika siswa jajan
di kantin, makan kue tiga, namun dia hanya membayar satu (Tresnawati,
2012:35). Peristiwa ini juga terjadi di kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga.
Dari keterangan beberapa narasumber, dapat disimpulkan bahwa
problematika yang ada bersumber dari siswa dan pengelola kantin.
Terkait siswa, masih ada beberapa siswa yang belum menerapkan
kejujuran pada saat berbelanja, akibatnya kantin terjun bebas dimana
pemasukan yang ada tidak sesuai dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut penjelasan LK, pada saat itu ada satu kelompok yang memang
sengaja mengambil uang yang disediakan dalam toples uang. Namun
akhirnya pihak BK bisa memanggil ketua kelompok dan setelah diadakan
pembinaan mereka mengembalikan uang yang telah diambil.
Kasus lain menurut penjelasan SN, pada tahun 2015 salah satu siswa
melapor bahwa temannya ada yang mengambil uang, mendengar hal ini,
pengelola pun segera mengambil tindakan memanggil siswa tersebut. Melalui
proses pembinaan akhirnya siswa mengakui dan mengembalikan uang yang
diambilnya. Menanggapi problem ini, sekolah memang memerlukan waktu
untuk menanamkan kejujuran dalam diri siswa, jadi wajar apabila terkadang
tidak ada keuntungan atau bahkan mengalami kerugian.
Selain siswa yang belum jujur, problematika yang lain adalah keluhan
siswa mengenai variasi makanan yang masih kurang lengkap. Apabila
112
dibandingkan dengan variasi makanan di kantin umum yang beraneka ragam
dari makanan kering yang up to date sesuai iklan di televisi hingga makanan
berat seperti nasi soto, kantin kejujuran saat ini memang kalah bersaing.
Terkadang siswa sangat bosan hanya melihat jenis makanan yang kurang
variatif. Beberapa siswa juga mengeluh terhadap sistem pembayaran yang
terkadang tidak ada uang kembalian sehingga mereka membayar ketika sudah
punya uang. Hal ini memang agak menyimpang, karena siswa yang
seharusnya membayar sejumlah barang yang diambil, ia terpaksa tidak
membayar atau membayar di kemudian hari karena tidak ada uang kembalian.
Terkait pengelola, SN merinci waktu KBM yang padat 5 hari kerja
membuat pengelola agak terhambat mengikuti perkembangan jenis makanan
terkini, sehingga kemampuan memperbanyak variasi makanan sulit dan
pengecekan per item untuk digunakan laporan harian susah dilakukan.
Kewajiban utama seorang guru adalah mengajar. Jam kerja yang padat
terlebih SW sebagai guru kimia membuat tugas sebagai pengelola terganggu.
Menanggapi hal ini beberapa narasumber menerangkan perlunya petugas
khusus selain guru yang mengelola kantin kejujuran. Selanjutnya
permasalahan dari segi pengelola lainnya adalah adanya pengelola yang
kurang memahami inti dari program kantin kejujuran. Mereka masih
menghendaki adanya keuntungan, padahal inti dari kantin kejujuran itu
sendiri adalah pembentukan karakter siswa.
Mengatasi problematika ini, menilik manfaat Kantin Kejujuran bagi
guru sebagaimana disampaikan oleh Didik Pradigdo dalam Workshop
113
Pembinaan Nilai-Nilai Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah pada
Rabu,11 Agustus 2010 adalah sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai
kejujuran yang telah diajarkan di dalam kelas. Disinilah peran guru PAI dan
Kewarganegaraan untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran di dalam kelas
sebagai bekal untuk diaplikasikan saat berbelanja di kantin kejujuran.
Menurut penuturan H, guru PAI berperan memberi pengarahan kepada siswa
terkait hadist “Barangsiapa yang memakan harta riba/pencurian termasuk itu,
ibadahnya selama 40 hari tidak diterima dan masuk nereka”. Setelah diberi
pengarahan di kelas, banyak siswa yang mengembalikan uang yang telah
diambilnya atau membayar barang yang sudah dibeli. Metode yang sama
dilakukan AI, beliau aktif menggencarkan masalah kejujuran di kelas. Metode
ini terbukti ampuh mengatasi beberapa masalah kantin kejujuran yang terkait
siswa.
Sedangkan menurut NA mengatasi permasalahan ini dengan cara
mengumumkan kondisi kerugian kantin saat upacara bendera, istirahat,
maupun pulang sekolah. Hal ini selaras dengan mekanisme penyelenggaraan
kantin kejujuran yang menyatakan bahwa jika peserta didik belum membayar/
lupa, esok hari akan diumumkan adanya selisih barang dan uang (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13).
SMA N 3 Salatiga tidak memberikan sanksi berupa hukuman bagi
siswa yang tidak jujur dalam berbelanja, melainkan hanya diberi himbauan
dan pengarahan untuk menyadarkan siswa bahwa perbuatannya tersebut
salah. Sebagai guru BK, LK hanya memberikan arahan kepada siswa yang
114
curang untuk membuat surat yang isinya berjanji pada diri sendiri untuk tidak
mengulangi perbuatan tersebut. Tercatat ada 18 surat yang dikumpulkan LK
selama menjadi pengelola kantin kejujuran. Hal ini dipilih LK karena titik
sasarannya terletak pada mentalitas anak dimana anak tersebut mampu
mengubah perilakunya untuk tidak berbuat curang saat berbelanja.
Peristiwa ini sejalan dengan pendapat Skinner bahwa punishment
tidak efektif dalam mengarahkan pembentukan perilaku karena hukuman
mempunyai efek emosional yang tidak memberitahu perilaku mana yang
dikehendaki dan justru ia akan melakukan tindakan menyakiti orang lain
ketika ia menerima hukuman yang menyakiti si anak (Sriyanti, dkk, 2013:51).
Maka, sudah tepatlah apabila pihak SMA N 3 Salatiga melakukan pembinaan
tanpa menghukum para siswa yang curang saat berbelanja di kantin kejujuran,
karena hal ini akan membuat siswa sadar bahwa perilakunya salah dan paham
tindakan apa yang seharusnya ia lakukan.
C. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa
SMA N 3 Salatiga
Tujuan awal berdirinya kantin kejujuran adalah sebagai media
penanaman karakter siswa, salah satunya sifat jujur. Menurut tokoh
behavioristik, khususnya Skinner berpendapat bahwa lingkungan memiliki
pengaruh luar biasa pada proses belajar dan perilaku lebih daripada yang
dialami (Sriyanti,dkk, 2013:46). Dari sinilah betapa pentingnya kehadiran
lingkungan yang mendukung terbentuknya sikap jujur siswa, salah satunya
melalui hadirnya kantin kejujuran. Hal ini selaras dengan manfaat kantin
115
kejujuran yang disampaikan oleh Didik Pradigdo dalam “Workshop
Pembinaan Nilai-Nilai Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah” pada
Rabu,11 Agustus 2010. Beliau menyatakan bahwa manfaat kantin kejujuran
bagi siswa adalah dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab yang
diberikan, serta sikap kemandirian.
Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang.
Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap orang. Jujur tidak
hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari-hari
(Naim, 2012:132). Bentuk-bentuk kejujuran menurut Al-Jazairi (2014:302)
adalah kejujuran dalam berbicara, bermuamalah, tekad (azzam), berjanji, dan
berpenampilan. Fahreza mengemukakan bahwa jujur adalah pondasi dari
keseluruhan bangunan kehidupan (Fahreza, 2011:17). Jadi, apabila kejujuran
sudah dihayati siswa, maka karakter anak itu akan kokoh. Pada penelitian ini
bentuk kejujuran yang muncul dari dampak adanya kantin kejujuran adalah:
1. Jujur dalam berbicara
Salah satu prinsip dasar pengembangan kantin kejujuran adalah
keterarahan tujuan. Penyelenggaraan kantin kejujuran ini lebih diarahkan
pada tujuan pembentukan, revitalisasi, dan pengaktualisasian nilai-nilai
kejujuran, akhlak mulia, budipekerti, serta penanaman jiwa kewirausahaan
(Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:8). Penyelenggaraan
kantin kejujuran tidak dilihat dari segi untung atau ruginya, akan tetapi
nilai kejujuran siswa. Dilihat dari segi pengakuan yang ada dari para siswa
yang curang, kantin kejujuran telah melatih siswa untuk berbicara jujur
116
karena hakikat kantin kejujuran bukan persoalan uang yang diambil itu
kembali atau tidak, akan tetapi pengakuan siswa yang memiliki arti bahwa
siswa tersebut sudah jujur.
Sejak berdirinya kantin pada tahun 2010 hingga sekarang kantin ini
memberikan dampak yang signifikan terhadap siswa SMA N 3 Salatiga,
contohnya ketika menemukan uang di wilayah sekolah langsung diberikan
kepada kesiswaan, hal ini membuktikan bahwa siswa sudah berkata jujur,
karena indikator jujur menurut Efendi (2012:9) adalah bertindak sesuai
dengan apa yang dikatakan, menepati janji dengan baik, bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang diperbuat, tidak mengambil hak orang lain,
dan tidak melakukan perbuatan “curang” dalam hal apapun.
2. Jujur dalam bermuamalah
Muamalah adalah interaksi antar sesama manusia. Contohnya
adalah saat berbelanja di kantin kejujuran beberapa narasumber mengaku
tidak pernah melakukan kecurangan dalam bertransaksi. Siswa SMA N 3
Salatiga juga mengungkapkan dampak kantin kejujuran yang dapat mereka
rasakan adalah mereka menjadi terlatih untuk bertindak jujur karena ada
kewajiban untuk membayar sejumlah barang yang diambil tanpa penjaga.
Kantin kejujuran membuat siswa jujur pada diri sendiri, teman, dan
lingkungannya. Sebagai guru agama, H juga menyetujui bahwa kantin
kejujuran sangat membantu menanamkan kejujuran siswa karena antara
teman yang satu dan yang lain saling mengawasi. Sebagai guru
117
Kewarganegaraan, AI berpendapat siswa akan belajar jujur karena akan
merasa malu apabila ketahuan mencuri oleh teman yang lain.
3. Jujur dalam berjanji
Jujur dalam berjanji ini terwujud ketika siswa yang curang diberi
pembinaan untuk membuat surat yang isinya berjanji pada diri sendiri
untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Tercatat ada 18 surat yang
dikumpulkan LK selama menjadi pengelola kantin kejujuran. Para siswa
tidak mengulangi perbuatannya tersebut, bahkan sebagian dari mereka
langsung mengembalikan uang yang telah mereka ambil.
Indikator keberhasilan program menurut Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah (2010:15-16) salah satunya pembinaan siswa tertanamnya
sikap jujur, tumbuhnya rasa tanggung jawab, tumbuhnya budaya taat asas,
terciptanya rasa keadilan, tumbuhnya sikap terbuka, tumbuhnya akhlak
mulia, dan tumbuhnya budaya anti korupsi. Melihat tingkat keberadaan
kantin yang masih eksis hingga sekarang, dan uang modal sudah kembali,
serta adanya pengakuan siswa baik maka dapat dikatakan bahwa program
ini berhasil.
118
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa manajemen kantin kejujuran belum sempurna
dalam menjalankan program pemerintah. Manajemen ini meliputi proses
pencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian.
Perencanaan terdiri dari proses penetapan tujuan, mengikuti workshop
yang diadakan oleh dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah, proses pendirian
kantin, modal awal, letak kantin, dan sistem sosialisasi. Proses
pengorganisasian terdiri dari elemen siswa dan guru. Selanjutnya, proses
pelaksanaan meliputi pembelanjaan barang, penataan, waktu operasi kantin,
sistem self service, dan peran guru PAI serta guru Kewarganegaraan.
Terakhir, proses pengevaluasian yang diadakan secara berkala yaitu evaluasi
mingguan, bulanan, kuarta, dan semester. Namun adanya peraturan baru 5
hari kerja membuat sistem evaluasi kantin tidak berjalan seperti pada awal
program.
Kelebihan kantin kejujuran membuat kantin ini diminati siswa daripada
kantin lain karena tempatnya lebih strategis, lebih bersih, nyaman, sistem self
service yang praktis, lebih murah, makanan sesuai kesehatan, terdapat
fasilitas tempat duduk yang memungkinkan siswa menikmati makanan dan
119
minuman bersama teman-teman, dan tidak ada bapak ibu guru. Namun,
kantin kejujuran juga memiliki kelemahan atau kekurangan seperti jumlah,
variasi, dan rasa makanan yang tidak sebanyak di kantin umum membuat
siswa bosan dan tidak adanya penjaga juga memunculkan kelemahan lain
berupa penempatan jajanan yang kurang rapi.
Problematika terkait kantin kejujuran terdiri dari problematika terkait
siswa yaitu masih ada beberapa siswa yang belum menerapkan kejujuran
pada saat berbelanja dan problematika terkait pengelola yaitu waktu KBM
yang padat 5 hari kerja membuat pengelola agak terhambat mengikuti
perkembangan jenis makanan terkini, sehingga kemampuan memperbanyak
variasi makanan sulit dan pengecekan per item untuk digunakan laporan
harian susah dilakukan.
Dampak kantin kejujuran adalah mendukung terbentuknya sikap jujur
siswa, yaitu jujur dalam berbicara, bermuamalah dan berjanji.
B. SARAN
1. Bagi Pihak Sekolah
a. Perlu adanya petugas khusus selain guru yang mengelola kantin
kejujuran supaya administrasi dan pengelolaan kantin kejujuran lebih
baik.
b. Sistem kembalian sebaiknya disediakan uang kecil supaya siswa lebih
mudah bertransaksi.
c. Variasi makanan dan sarana prasarana lebih ditingkatkan lagi supaya
lebih menarik siswa untuk berbelanja di kantin kejujuran.
120
d. Siswa perlu diikutsertakan dalam proses pengelolaan kantin kejujuran
untuk lebih menumbuhkembangkan kepada mereka jiwa
kewirausahaan.
2. Bagi Pihak Siswa
a. Apabila melihat teman berbuat curang segera diingatkan atau
dilaporkan kepada pengelola kantin kejujuran.
b. Semua siswa diharapkan lebih menanamkan kejujuran saat berbelanja
di kantin kejujuran.
c. Kejujuran yang telah didapatkan sebaiknya diaplikasikan di seluruh
bidang kehidupan.
121
DAFTAR PUSTAKA
Abdud, Nipan. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta:
Mitra Pustaka.
Al Ghazali, Muhammad. 1986. Akhlaq Seorang Muslim. Semarang:
Wicaksono.
Al-Jazairi, Jabir. 2014. Minhajul Muslim. Sukoharjo: Pustaka Arafah.
Amar, Abu. 2013. Mizanul Muslim 1. Sukoharjo: Cordovo Mediatama.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Betsy, Jane Imperand dan Ann Toffler. 2002. Kamus Istilah Pemasaran.
Terjemahan oleh Soesanto B. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Darajat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.
Jakarta: Ruhma.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:
Syaamil Al-Qur‟an.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. 2010. Pedoman Penyelenggaraan
Kantin Kejujuran Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas
Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Efendi, Nurwachid. 2012. Hubungan Intensitas Bimbingan Anti Korupsi
dengan Kejujuran Siswa SMK N 1 Salatiga Tahun 2012. Skripsi
tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Fadlillah, Muhammad, Lilif Mualifatu Khorida. 2014. Pendidikan Karakter
Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Fahreza, Zaky Ahma. 2011. Menginstal Jujur. Klaten: Etoz Publishing.
Herujito, Yayat M. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
122
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Pustaka.
Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik
di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lestari dan Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan dan Pembentukan Karakter Bangsa.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Pradigdo, Didik. 2010. Kantin Kejujuran Bentuk Kegiatan Pendidikan
Antikorupsi. Makalah Disajikan dalam Workshop Kantin Kejujuran
di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 11 Agustus 2010.
Robbins dan Coulter. 2009. Manajemen edisi kedelapan. Terjemahan oleh
Harry Slamet. Jakarta: PT Indeks.
Soekarno. 1980. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Miswar.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, & Suwardi. 2013. Teori-Teori Belajar.
Salatiga: IAIN Salatiga.
Sukiswa, Iwa. 1986. Dasar-Dasar Umum Menejemen Pendidikan. Bandung:
Tarsito.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
123
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tresnawati, Tuti. 2012. Menjadi Pribadi yang Jujur. Bandung: CV. Amalia
Book.
Usman, Husaini. 2010. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
124
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:
1. Bagaimana manajemen kantin kejujuran (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengevaluasian) dalam upaya menanamkan sifat shidiq
pada siswa?
2. Apa problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran SMA
N 3 Salatiga?
3. Bagaimana dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq
siswa SMA N 3 Salatiga?
Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
A. Pedoman observasi
1. Gambaran umum SMA N 3 Salatiga dan kondisi khusus kantin
kejujuran.
2. Kegiatan di kantin kejujuran
3. Manajemen kantin kejujuran (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, evaluasi)
4. Kondisi akhlak khususnya sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga.
B. Pedoman wawancara
No. Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber
1 Bagaimana perencanaan kantin
kejujuran SMA N 3 Salatiga?
1. Tujuan Wakabid Kesiswaan,
guru, dan siswa
125
2. Tempat Guru
3. Kapan berdirinya
(sejarah awal)
Wakabid Kesiswaan
dan guru
4. Modal awal Wakabid Kesiswaan
dan guru
5. Analisis faktor internal
dan eksternal
Wakabid Kesiswaan
dan guru
6. Sistem sosialisasi Wakabid Kesiswaan
dan guru
2 Bagaimana pengorganisasian
kantin kejujuran SMA N 3
Salatiga?
1. Struktur pengurus
kantin kejujuran
Wakabid Kesiswaan
dan guru
3 Bagaimana pelaksanaan kantin
kejujuran SMA N 3 Salatiga?
1. Pelaksanaan kantin
kejujuran
Guru dan siswa
2. Peran PAI, BK, dan
Kewarganegaraan
Guru
4 Bagaimana pengevaluasian kantin
kejujuran SMA N 3 Salatiga?
1. Sistem evaluasi kantin
kejujuran
1. Wakabid Kesiswaan
2. Pengelola baru
3. Pengelola lama
2. Kelebihan Guru dan siswa
3. Kekurangan Guru dan siswa
126
4. Indikator keberhasilan
program
1. Wakabid Kesiswaan
2. Guru
5. Harapan/saran Guru dan siswa
6. Adakah sistem yang
memberatkan
Siswa
5 Apa problematika yang dihadapi? 1. Problematika Guru dan siswa
2. Solusi Guru dan siswa
6 Bagaimana dampak kantin
kejujuran terhadap penanaman sifat
shidiq siswa SMA N 3 Salatiga?
1. Dampak Guru dan siswa
2. Manfaat Guru dan siswa
C. Pedoman dokumentasi
Meliputi:
a. Identitas sekolah
b. sejarah singkat SMA N 3
Salatiga
c. visi dan misi
d. sarana dan prasarana
e. data ketenagaan dan
siswa
f. ekstrakurikuler
g. prestasi siswa
h. buku pedoman kantin
kejujuran
i. foto-foto kegiatan di
kantin kejujuran
127
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Trada Vernanda (TV)
Hari, Tanggal : Senin, 11 April 2016
Waktu : 09.07
Tempat Wawancara : Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XI IPS
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait
skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya
Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Seneng banget mbak, tempatnya lebih bersih
daripada kantin yang lain, dan lebih nyaman tempatnya daripada kantin
sekolah.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
128
Narasumber : Wah, sering banget mbak, ini kami semua
merupakan pelanggan setia kajur.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Pernah mbak.
Peneliti : Peristiwanya seperti apa ya dik?
Narasumber : Dulu itu pernah liat temen ngambil-ngambil
barang, sampek nggak bayar sejumlah Rp 50.000,00.
Peneliti : Apa manfaat yang anda peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Ya, melatih kejujuran mbak.
Peneliti : Adakah sistem kantin kejujuran yang
memberatkanmu?
Narasumber : Sistem pembayarannya, misal beli pakai uang
besar itu terkadang tidak ada kembaliannya.
Peneliti : Kalau seperti itu solusinya bagaimana dik?
129
Narasumber : Ya kalau nggak ada ya bayarnya besuk aja.
Peneliti : Apa harapan untuk kantin kejujuran ke depannya
dik?
Narasumber : Makanannya seharusnya lebih enak dan diperenak
lagi. Sistem kembaliannya juga harus dipermudah.
Peneliti : Oh ya, kalian sedang mengerjakan apa dik?
Narasumber : Ini USDA mbak, jadi kami membuat makanan dan
dititipkan di kajur, terus dana yang dikumpulkan untuk membiayai acara. Pada
kesempatan ini kami membuat puding untuk kegiatan modern dance.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. Tidak kok.
130
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Maura Khinsa (MK)
Hari, Tanggal : Senin, 11 April 2016
Waktu : 09.16
Tempat Wawancara : Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa X 7
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat pagi dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait
skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya
Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Ya mbak. Silakan.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Jarang pakai ikg mbak.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
Narasumber : Ya paling kalau lagi pengin aja.
131
Peneliti : Apa perbandingan kantin kejujuran dengan kantin
yang lain dik?
Narasumber : Nggak ada sih. Sama aja. Paling ya cuman beda
cara pembayarannya saja. Kalo di sini bayar sendiri jadi nggak ribet.
Peneliti : Lebih memilih jajan di kajur apa di kantin sana
dik?
Narasumber : Di sana mbak.
Peneliti : Apa alasannya?
Narasumber : Jajanannya lebih banyak di sana mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Pernah mbak.
Peneliti : Peristiwanya seperti apa ya dik?
Narasumber : Ada temen yang ngambil tapi nggak bayar.
Peneliti : Apa manfaat yang anda peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
132
Narasumber : Ya, biar melatih kejujuran mbak. Kita ngambil
jajan sendiri, mbayar sendiri.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
Narasumber : Jajanannya kurang banyak.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. gapapa kok.
133
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Dra. Siti Nur Handayani (SN)
Hari, Tanggal : Senin, 11 April 2016
Waktu : 10.21
Tempat Wawancara : Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Guru PKn, kesiswaan, dan pengelola kantin
kejujuran.
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu terkait
skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya
Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : O.. ya mbak. Silakan. Yang dibahas apa saja ya?
Peneliti : Jadi tentang manajemennya mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin
kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran
dengan penanaman sifat jujur siswa.
134
Narasumber : Ya, jadi gini mbak. Saya mengurusi ini hanya
melanjutkan program yang ada. Pakar sebenarnya 1 Februari kemarin pensiun
yaitu Ibu Lejar Kirani guru BK itu. Misal butuh informasi lebih lanjut bisa ke
rumah beliau jalan Osamaliki. Ya itu yang lebih tahu dan lebih lama disini.
Saya di kantin kejujuran ini baru kira-kira 2 tahunan karena saya di SMA N 3
ini baru 3 tahun terus diajak mengelola ini. Jadi sejarah awalnya hanya
diceritani saja. Setahu saya launching awalnya yang datang malah guru Bahasa
Inggris dan BK, lha itu mereka ditatar istilahnya. Awal berdiri kantin berada di
depan kantor guru, sekarang disini. Terus dapat modal dari kejaksaan sebanyak
Rp 10.000.000,00. Waktu itu saya tidak pegang uang sama sekali, yang
kulakan juga Bu Anik. Jadi saya cuma diajak Bu Anik. Dana 10 juta sudah
kembali, itu artinya kejujuran anak ada otomatis nggak bangkrut. Tapi tahun
kemarin memang ada anak kita yang sering ngambili karena memang pure kan
nggak bisa nunggui mbak, masalahnya kita kan ada tugas ngajar. Ya sempet
kayak gitu, tapi paringane tetep bisa berjalanlah. Cuma untuk evaluasi setiap
hari itu sulit mbak, misalnya barang yang kita keluarkan berapa, nanti jam
terakhir masih berapa haruse gitu, itu kan sulit dilakukan karena yang penting
buat guru adalah ngajar, bukan ngurusi ini tok. Kalau ngurusi ini tok mungkin
bisa mbak. Ini saja kita mbuka kantin sambil lari-lari kok, apalagi kalau ngajar
jam pertama harus nata dan sebagainya. Kalau jam terakhir ada uang berapa aja
ya langsung diraup masukin tas besuk buat belanja lagi, jadi ora kober ngitung.
Kalau ada petugasnya mungkin bisa. Yang pasti evaluasinya bisa kulakan lagi,
modal kembali, dan sekarang tinggal mengelola keuntungan. Untuk susunan
135
pengurus sekarang penanggung jawab kepala sekolah, koordinator waka
kesiswaan yaitu Pak Aris, dan pengelola saya dan Bu Win. Untuk tujuan ya itu
tadi kantin kejujuran memang untuk mengukur perilaku siswa. Saya juga
pernah menulis di koran dengan judul “Jangan Biarkan Prinsip 3,2,1” yaitu
ngambil 3, mbayar 2, ngakunya 1. Evaluasi memang sulit, karena kantin ini
pure tidak dijaga. Contoh kasusnya saya pengin jajan tapi nggak punya uang
atau uang ketinggalan. Lalu njupuk sek, bayare besuk atu besuk tak duble i ah.
Nah gitu kan bisa mbak. Jadi untuk ngukur evaluasi per hari susah. Atau kasus
lain ngambil susuk tapi nggak ada, ada sewu tok. Ah besuk wae. Sistemnya
memang susah karena yang berjalan itu hati nurani. Kalau tahun kemarin itu
ada 1 anak, temannya cerita ke saya, “Bu, anak ini ngambil”. Ya langsung saya
panggil dan saya bilang, “Uange mbok balekke, opo kowe tak laporke kepala
sekolah, kowe kudu metu seko kene”. Awalnya nggak ngaku mbak, “Aku
nggak ngambil og bu”. Terus tak jawab, “wis kowe mileh endi, ngaku opo tak
laporke kepala sekolah, kowe tak laporke, kowe metu.” Terus akhirnya anak itu
ngaku dan uangnya dikembalikan. Ada juga anak itu ngambil malah bangga,
ketika diingetke temene, “eh kui permen 500 entuk 3 lho” dia malah santai dan
berkata “ah sante wae”. Ya itu tadi mbak, evaluasinya iso mlaku plus iso
kulakan. Masalah jupuk pora ki kui pribadi intern mereka. Dimana mana kajur
ya gitu. Bahkan ada yang bangkrut. Untuk pengelola mendapat honor dari
komite. Karena awalnya akan diambil dari hasil keuntungan, tapi siapa yang
mau? Karena hasil keuntungan kajur itu tidak menentu.
136
Peneliti : Lantas, apa saja ya bu problematika terkait
pengelolaan kantin kejujuran ini?
Narasumber : Pertama waktu ngajar jam pertama kadang guru
gendadapan, kedua pengecekan per item susah karena sekarang 6 hari kerja
pulang sudah setengah empat, dan ketiga untuk siswa variasi jenis makanan
kurang up to date. Kalau anak kan senang yang nge trend. Lha itu guru yang
kesulitan.
Peneliti : Apa trik dari sekolah supaya anak lebih tertarik
memilih jajan di kajur?
Narasumber : Variasi makanan itu harus macam-macam. Dulu
ada gorengan disetori. Dulu laris banget mbak, variasi makanan banyak,
pengurus juga banyak. Tapi hal tersebut kan butuh waktu. Sebenarnya anak
banyak juga yang kesini, tapi karena variasinya kurang jadi anak bosan. Misal
uang Rp 2.000,00 bisa buat beli nasi ini itu, sedangkan di kajur cuman buat
makanan kering yang kurang mengenyangkan. Dulu juga ada soto mbak, tapi
ada asistennya Bu Anik, jadi udah diracik di mangkok mangkok tinggal ngasih
kuah. Kalau guru disuruh gitu kan repot juga ya mbak.
Peneliti : Apakah ada dampak kantin kejujuran terhadap
sifat jujur siswa SMA N 3 Salatiga?
Narasumber : Oh ya pasti ada. Kan pertama program ini memang
ide dari kejaksaan bahwa sekolah itu perlu adanya kantin kejujuran. Tapi ya
137
mungkin supaya maksimal cara pengelolaannya yang perlu diperbaiki. Bu Win
sendiri sekarang ngajar 5 hari full.
Peneliti : Bagaimana sistem publikasi kantin kejujuran
supaya siswa lebih mengenal kantin kejujuran dan lebih memilih berbelanja di
sana?
Narasumber : Dulu diumumkan lewat halo-halo mbak, tapi
sekarang nggak pernah. Soale nggak lengkap. Kan lucu juga to kalau nggak
lengkap kok diumumke, akhirnya nggak pernah diumumke.
Peneliti : Terimakasih bu atas waktunya, maaf mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. gapapa kok.
138
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Nida Karimah (NK)
Hari, Tanggal : Senin, 11 April 2016
Waktu : 11.04
Tempat Wawancara : Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XII Bahasa
2. Transkip Wawancara :
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait
skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya
Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Kantin kejujuran itu melatih kejujuran, terus
baguslah untuk melatih murid-murid. Tapi memang masih ada yang nggak
jujur. Soalnya kan memang tidak ada pengawas.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
139
Narasumber : Sering banget mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Sering banget, mungkin bukan temen tapi kakak
atau adik kelas. Pernah ada cerita ada bakwan udang, dia cuman ngambili
udangnya, bakwannya ditinggal. Hehe.
Peneliti : Apa alasan kalian lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya?
Narasumber : Lebih murah di kajur mbak. Air hangat disini Rp
1.000,00 kalau di kajur gratis mbak, udah tinggal tuang aja. Harga pop mie
juga lebih murah.
Peneliti : Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Lebih takut untuk berbohong soalnya ada
kewajiban untuk bayar sendiri. Jadi bermanfaat untuk kami.
Peneliti : Apa kelemahan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
140
Narasumber : Kelemahannya jajanannya tidak sebanyak di
kantin. Kelebihannya sendiri dari segi tempat strategis banget mbak, kalau dari
kelas bisa langsung jajan. Tapi kalau yang kelas X di ujung sana memang
susah. Dari segi harga lebih murah di kajur mbak.
Peneliti : Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
Narasumber : Tergantung mbak. Kalau anaknya sadar iya
membantu banget, terutama tanggung jawab.
Peneliti : Apa harapan untuk kantin kejujuran ke depannya
dik?
Narasumber : Makanannya lebih banyak.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. Tidak kok.
141
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Theresa Wella H. (TW)
Hari, Tanggal : Senin, 11 April 2016
Waktu : 11.10
Tempat Wawancara : Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XII Bahasa
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Perkenalkan nama saya Kummilaila Kamilah dari
IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang
berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat
Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016”
Narasumber : Ya mbak. Silakan.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Kajur Kantin kejujuran, tujuannya buat melatih
kejujuran dari siswanya sendiri
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
142
Narasumber : Sering banget mbak. Saya lebih seneng jajan di
kajur.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Pernah mbak, kadang adik kelas atau kakak kelas.
Peneliti : Apa alasan kalian lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya?
Narasumber : Lebih murah di kajur mbak. Misal Aqua botol
kalau disini Rp 2.500,00 di kajur cuman Rp 2.000,00.
Peneliti : Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Kembali pada tujuan tadi mbak.
Peneliti : Apa kelemahan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
Narasumber : Kelemahannya yang njaga nggak ada, jadi terbatas
penempatannya kurang rapi. Kelebihannya tempat sudah strategis tapi karena
sekolahnya yang terlalu luas jadi untuk kelas X agak kejauhan mungkin
143
mbak. Selain itu harga lebih murah dan tidak ada yang jaga jadi bebas mau
ambil apa aja.
Peneliti : Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
Narasumber : Tergantung dari orangnya mbak, kalau sadar sih
iya.
Peneliti : Apa harapan untuk kantin kejujuran ke depannya
dik?
Narasumber : Kajur dijaga buat nata tempat dan jajanan mbak,
aturan-aturannya juga diperjelas, pintu masuk dan keluar sendiri-sendiri biar
nggak berdesakan.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. Tidak kok.
144
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Drs. Hadiyanto (H)
Hari, Tanggal : Selasa, 12 April 2016
Waktu : 07.27
Tempat Wawancara : Ruang Guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Guru PAI
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan. Insya
Allah saya bantu.
Peneliti : Apa peran guru PAI dalam kantin kejujuran?
Narasumber : Untuk menanamkan akhlak yang mulia.
Peneliti : Sistemnya di kelas pak?
145
Narasumber : Iya, jadi di kelas ditanamkan bentuk-bentuk akhlak
yang mulia diajarkan di kelas sebagai realisasi keimanan para siswa itu
sendiri.
Peneliti : Apakah ada dampak pada siswa sebelum dan
sesudah adanya kantin kejujuran?
Narasumber : Oh ya ada. Dampak positif dari anak-anak lebih
senang dengan adanya kantin kejujuran karena mereka bisa jajan sesuai menu
yang sesuai dengan selera mereka semua tersedia di kantin kejujuran. Mereka
juga bisa berganti-ganti variasi makanan. Selain itu bisa jajan bersama teman-
temannya karena didesign ada tempat duduknya. Kalau di kantin umum kan
bapak ibu guru juga ada di sana, makannya kan juga di sana, jadi mereka
pekewuh. Makanya anak-anak lebih antusias di kantin kejujuran. Harganya
dengan kantin umum lebih murah, kalau sudah di kantin umum kan kantin
umum juga sudah ngambil keuntungan, makanya kalau ada selisih anak-anak
lebih senang di kantin kejujuran.
Peneliti : Bagaimana sistem sosialisasi kantin kejujuran
supaya siswa lebih mengenal kantin kejujuran dan lebih memilih berbelanja
di sana?
Narasumber : Kalau di kantin kejujuran menunya lebih sesuai
dengan menu kesehatan, maka sudah dititipkan. Jadi yang masuk di kantin
kejujuran biasanya menunya sudah diminta dari sekolah. Tidak sembarang
146
yang bisa dijual di sekolah itu tidak. Jadi mereka sudah ijin dulu dari
pengelola kantin kejujuran.
Peneliti : Apa problematika terkait kantin kejujuran pak?
Narasumber : Ada siswa yang tidak jujur.
Peneliti : Bagaimana contoh kasusnya?
Narasumber : Dia mengambil 5, tapi tidak membayar 5, hanya
membayar 4.
Peneliti : Bagaimana menangani problematika tersebut?
Narasumber : Guru agama hanya menanamkan keimanan.
Seperti contoh dia hanya bayar 4 itu artinya masih hutang 1. 1 itu yang akan
membawa dampak dari 4 yang sudah dimakan. Itu kadang saya takut-takuti.
Kan memang ada hadis “Barangsiapa yang memakan harta riba/pencurian
termasuk itu, ibadahnya selama 40 hari tidak diterima. Mereka harus masuk
nereka”. Maka mereka harus jujur. Maka mereka harus secara jujur dan
mengembalikan apa yang sudah pernah diambilnya, yang seperti itu pada
akhirnya tetap mengembalikan. Tapi ada juga anak yang tidak
mengembalikan. Pada suatu hari temannya cerita kalau yang ngambil ini ini
pada jam istirahat dipanggil gerombolannya, hingga pada akhirnya bisa
tertangkap. Maka dari sinilah sebenarnya kantin kejujuran juga melatih untuk
jujur antar teman, kan antara teman satu dengan yang lain saling mengontrol.
147
Peneliti : Apa kelebihan dan kekurangan dari kantin
kejujuran dibanding kantin yang lain pak?
Narasumber : Kelebihannya kantin kejujuran merupakan tempat
penanaman kejujuran, tersedia tempat duduk karena selalu saya wanti-wanti
makan harus sambil duduk meskipun hanya sebutir permen, kondisi kantin
tidak ada bapak ibu guru jadi mereka tidak pekewuh, dan kalau bukan waktu
istirahat tidak boleh ke kantin, kan bapak ibu guru juga mengawasi dari
kantor. Selain itu kantin kejujuran juga menumbuhkan jiwa wiraswasta siswa,
contohnya anak-anak SKI bikin jus, bolu lha itu nanti dijual di kantin
kejujuran. Sedangkan kekurangannya sistem kembalian yang kadang tidak
ada.
Peneliti : Oh iya pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih
atas waktunya pak, maaf jika mengganggu.
Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Kalau butuh informasi lagi
Insya Allah saya siap membantu.
148
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Novembri Agus Hariyanto, S.Pd. (NA)
Hari, Tanggal : Selasa, 12 April 2016
Waktu : 08.30
Tempat Wawancara : Ruang BK SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Guru BK
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan. Butuh
data apa ya, nanti saya bantu.
Peneliti : Bagaimana sejarah awal berdirinya kantin
kejujuran?
Narasumber : Sebentar, saya ambilkan dokumennya. Pada
awalnya kita ikut workshop ini pada hari selasa dan rabu. Untuk
launchingnya di SMA N 3 Salatiga selang 1 bulan setelahnya. Sekitar
149
september 2010. Intinya tujuan awal berdirinya untuk pendidikan antikorupsi
kalau di sekolah salah satunya ya melalui kantin kejujuran ini.
Peneliti : Bagaimana susunan organisasi kantin kejujuran?
Narasumber : Pastinya terdiri dari BK, Pkn, dan unsur
kesiswaan.
Peneliti : Bagaimana sistem permodalan kantin kejujuran
pak?
Narasumber : Dari Kejaksaan tinggi sebesar Rp 10.000.000,00
sebagai dana hibah jadi diberi secara cuma-cuma untuk program pemerintah
dalam rangka pengembangan karakter kejujuran di sekolah atau pada generasi
muda.
Peneliti : Bagaimana sistem keuntungan di kantin kejujuran?
Narasumber : Keuntungan itu nanti untuk pengembangan kantin
itu sendiri karena pada intinya tujuannya bukan pada untung ruginya, tetapi
tujuannya untuk mengukur tingkat kejujuran generasi muda terutama siswa di
sekolah menengah bagaimana tingkat kejujuran yang ada di SMA N 3
Salatiga.
Peneliti : Selama ini apakah ada problematika terkait
pelaksanaan kantin kejujuran pak?
150
Narasumber : Banyak, karena jelas problem itu ada di pengelola
itu sendiri dan siswa. Dari segi pengelola adalah konsep dari pengelola yang
lain, yang tidak mengerti rohnya kantin kejujuran mereka tetap menghendaki
keuntungan. Tapi yang mengerti, sebenarnya permasalahan utamanya bukan
di keuntungan. Sedangkan dari segi siswa yaitu untuk melatih kejujuran itu
butuh waktu, tidak bisa cepat jadi kadang kala kantin itu dagangan atau
barangnya berkurang tapi uangnya tidak bertambah.
Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika
tersebut?
Narasumber : Kita umumkan baik lewat pas upacara bendera
atau diumumkan pas istirahat atau pulang sekolah, diinformasikan secara
menyeluruh bahwasanya kantin hari ini dari modal yang ada mengalami
kerugian atau uang tidak kembali sekian. Itu selalu kita informasikan.
Peneliti : Bagaimana sistem evaluasi kantin kejujuran?
Narasumber : Ya, kita evaluasi ada seminggu, sebulan, 1 kuartal,
1 semester. Evaluasinya paling tidak dari modal dan hasil. Modal 1 minggu
hasil berapa, ada peningkatan tidak, kalau ada berarti nilai kejujurannya
sudah meningkat. Tapi hal ini tidak pasti. Kadang untung, kadang rugi. Kalau
untung kita infokan, bahwasanya kejujuran anak sudah baik pada laporan
minggu pertama ini memperoleh laba sekian dan sebaliknya rugi pun kita
infokan.
151
Peneliti : Bagaimana cara BK menangani permasalahan
yang ada terkait kantin kejujuran?
Narasumber : Sebenarnya kalau itu kita menanamkan kejujuran
kan tidak ada pengawasan, tidak ada tindakan, yang ada hanyalah himbauan.
Kecuali kalau tertangkap basah bahwa ada pelaku yang ngambil, baru kita
panggil. Tapi bukan tindakan, hanya pembinaan. Yo paling gur tak tuturi,
“Wis ojo ngono, kantin iki nglatih kowe. Ya diusahakan yang kemarin
diambil dikembalikan, jangan diulangi” begitu mbak.
Peneliti : Apakah ada dampak adanya kantin kejujuran
dengan penanaman sikap jujur siswa?
Narasumber : Oh ya jelas. Salah satunya ya itu. Kantin kejujuran
itu menanamkan, karena memang jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap
temannya, terhadap lingkungannya, terhadap pencipta itu harus ada pada
setiap anak sehingga hal seperti itu tetap kita pertahankan meski beberapa kali
kita pernah defisit.
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak kok. Ini semua data
silakan dikopi.
152
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Aris Kusmanto, S.Pd.(AK)
Hari, Tanggal : Selasa, 12 April 2016
Waktu : 09.01
Tempat Wawancara : Ruang Guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Guru Fisika dan WAKA Kesiswaan
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan. Insya
Allah saya bantu.
Peneliti : Apa pengaruh kantin kejujuran untuk siswa SMA
N 3 Salatiga?
Narasumber : Pengaruhnya banyak sekali. Kantin itu kan
memang sudah lama, mulainya 2010. Maksud dan tujuannya untuk
membiasakan anak-anak untuk berlaku jujur dan bertanggung jawab.
153
Pengelolanya dari guru-guru sini. Guru sini yang membelanjakan barang-
barangnya kemudian ditaruh di kantin tanpa pengawasan guru. Anak-anak
mengambil jajanan sendiri, terserah dia, dan ada harga-harganya. Misalkan di
meja ini ada snack dengan harga sekian, anak-anak mengambil sendiri
kemudian menghitung sendiri, dan uangnya ditaruh di tempat uang.
Peneliti : Bagaimana susunan organisasi kantin kejujuran?
Narasumber : Ya itu yang bertanggungjawab di bidang
kesiswaan, jadi ketuanya saya sendiri, kemudian ada pengelolanya.
Pengelolanya ya dari anggota kesiswaan.
Peneliti : Bagaimana sistem permodalan kantin kejujuran
pak?
Narasumber : Emm... itu dulu ada dana hibah dari pemerintah
sekitar Rp 10.000.000,00 diberikan ke sekolah dan dari sekolah sendiri
diusahakan berkembang dan alhamdulillah ini terus berkembang.
Peneliti : Selama ini apakah ada problematika terkait
pelaksanaan kantin kejujuran pak?
Narasumber : Iya gini mbak, guru itu kan tugasnya banyak,
mengajar ini itu, jadi harus benar-benar meluangkan waktu, yang harusnya
jam kosong istirahat harus mengelola ini. Ya kendalanya seperti itu. Kalau
kita punya niat yang baik, semua agar pendidikan karakter bisa dilaksanakan,
154
ya mereka ikhlas untuk melaksanakan itu meskipun butuh tenaga ekstra. Jadi
nggak masalah.
Peneliti : Bagaimana problematika terkait siswa ya pak?
Narasumber : Karena kantin itu yang mengelola guru, variasi
menunya masih kurang. Jadi kita susah sekali untuk mengembangkan yang
lainnya. Jadi variasinya ya tertentu saja. Kurang variasi dan kurang lengkap.
Tapi anak-anak sendiri sebenarnya lebih praktis membeli dan membayar
dengan uang pas di kantin kejujuran.
Peneliti : Bagaimana sistem sosialisasi kantin kejujuran
supaya siswa lebih mengenal kantin kejujuran dan lebih memilih berbelanja
di sana?
Narasumber : Kita beritahukan pada saat MOS, kita ada kantin
kejujuran yang letaknya di sini, membeli dan membayar serta mengambil
kembalian sendiri.
Peneliti : Bagaimana upaya sekolah supaya kantin kejujuran
lebih menarik daripada kantin lain?
Narasumber : Guru itu tugasnya banyak, jadi belum bisa
berkembang. Tapi ini sudah lumayan berkembang meskipun tidak pesat
seperti kantin-kantin umum. Tapi sudah bertahan saja, itu merupakan prestasi
yang bagus. Masalahnya banyak kantin yang bangkrut dan kita tidak. Jadi
155
kita bertahan, modal bisa kembali, malah kita punya laba. Itu yang Rp
10.0000.000,00 sudah kembali lho mbak, ini tinggal mengelola laba.
Peneliti : Bagaimana dampak adanya kantin kejujuran
terhadap penanaman sikap jujur siswa?
Narasumber : Anak-anak dari awal sudah terbiasa untuk
bertanggung jawab dan memang karakter kejujurannya itu diawali dari yang
kecil termasuk dari kantin kejujuran ini mbak. Harapannya dari hal yang kecil
ini dapat dikembangkan menjadi hal yang lain. Tapi selama ini anak-anak
signifikan dampaknya. Misalkan ada uang yang jatuh di jalan, meskipun
hanya Rp 5.000,00 mereka nggak mau ambil, dan diberikan kepada saya terus
saya umumkan. Kalau tidak ya saya kumpulkan, saya taruh di masjid atau
diberikan ke yang membutuhkan. Inilah salah satu dampak dari penanaman
kesehariannya ada dampak positifnya.
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu. Jika
butuh data lagi silakan datang kesini.
Peneliti : Oh iya pak. Terimakasih. Assalamu‟alaikum.
Narasumber : Wa‟alaikumsalam.
156
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Anik Idhayati, S.Pd. (AI)
Hari, Tanggal : Selasa, 12 April 2016
Waktu : 09.12
Tempat Wawancara : Ruang guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Guru PKn dan mantan pengelola kantin kejujuran.
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : O.. ya mbak. Silakan. Yang dibahas apa saja ya?
Peneliti : Jadi tentang manajemennya mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin
kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran
dengan penanaman sifat jujur siswa.
Narasumber : Tujuan dari kejakasaan itu untuk menjajaki
seberapa jauh kah anak itu kejujurannya seperti apa dengan adanya kantin
157
yang tanpa ditunggui, uang kembalian juga ambil sendiri, dan sebagainya.
Tenyata setelah ada itu mula-mulanya berkembang pesat, dagangan itu
banyak sekali. Ya itu awal-awalnya tapi terus lama kelamaan sampai
sekarang ini kayak nggak ada kemajuan. Ya itu kejaksaan kan tujuannya tidak
untuk kantin itu berkembang. Itu tidak. Tapi kantin itu masih ada itu aja
sudah alhamdulillah. Di sekolah-sekolah yang lain itu sudah habis, pada tutup
semua. Tapi di SMA 3 alhamdulillah masih eksis. Kantin seperti itu karena
memang mengembangkannya tidak ada waktu. Misalnya da waktu ya masih
bisa, karena uangnya juga masih ada. Nah, kita lihat dari uang yang masih
ada itu kita bisa memprediksi, ya masih ada kejujuran di kalangan siswa.
Masih banyak sih, bukan masih ada. Ya jadi bisa diprediksi dari segi itu,
karena gini seorang anak itu ada kantin yang uangnya banyak sekali dan satu
dua tergiur dan itu terdeteksi juga. Tapi kita langsung panggil dan anaknya
juga langsung mau mengembalikan. Memang pengaruh kantin kejujuran ke
anak itu sangat membantu banget untuk membentuk mental anak berbuat
jujur karena dia akan merasa malu juga ketika anak lain kan juga tahu “kowe
ki nggowo duit piro, tapi kok ambilnya lebih banyak dari yang dimasukkan”
akhirnya teman-temannya kan juga pada tahu. Jadi kantin ini sangat
membantu anak-anak untuk lebih jujur.
Peneliti : Apa peran dari guru PKn mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Jadi dengan adanya kantin kejujuran kita sebagai
guru PKn dan BK ya itu proyek kami. Di kelas kita juga sosialisasi dengan
158
cara “Kantin itu ada untuk menguji kamu, sejauh mana kamu jujur, karena
meskipun kamu ndelik-ndelik Allah itu melihat kamu. Jadi sejauh mana kamu
percaya bahwa kamu itu dilihat yang Kuasa”. Kan gitu mbak, dan tetap saya
tekankan bahwa kejujuran itu penting dalam berbagai hal. Di kelas pun juga
sangat penting. Contek mencontek itu kan hal yang tidak jujur. Nilai itu
penting banget, tapi kejujuran itu lebih penting dan itu memang saya
tekankan. Baiklah coba kantin ini akan eksis atau tidak itu tergantung pada
kamu. Kamu akan merasa malu seandainya kantin ini tidak berlangsung. Jadi
mereka akan ada beban mental, awet tidaknya kantin ini itu tergantung kalian
juga. Jika suatu ketika kantin ini sudah tutup, seperti kantin di SMP 2 kan
tutup, itu berarti kamu kena juga, meskipun kejaksaan tidak meminta kembali
uangnya, tapi kan SMA 3 dikei kantin kejujuran ra mlaku ikg. Semuanya
kena meskipun pelakunya hanya beberapa orang.
Peneliti : Apakah problematika yang ada terkait pengelolaan
kantin kejujuran?
Narasumber : Pertama dari segi pengelola itu kan memang harus
khusus, kalau memang guru itu disambi memang tidak bisa. Memang
fokusnya guru Pkn dan BK, tapi menurut saya harus ada petugas khusus yang
ontime disitu, karena kita kan yang fokus mulang, ngajar, jadi kalau untuk
nyambi itung-itungan, membelanjakan lagi, itu perlu waktu, dan kita kan
nggak digaji juga tapi itu hanya sebagai tugas tambahan. Yang kedua, anak
masih cenderung satu dua itu ada yang ngambil. Misal dia pakai uang besar
dan nggak ada kembalian, uang dibawa dulu bayarnya besuk, dan kita kan
159
nggak tau besuk mbayar apa tidak. Jadi masih ada satu dua anak yang
ceroboh.
Peneliti : Bagaimana solusi untuk menangani berbagai
problematika tersebut bu?
Narasumber : Solusinya yang pertama kajur kan memang pure
nggak ditunggu, jadi nggak ada yang nunggu, free. Solusinya kita sebagai
guru PKn ya terus ngomong menggencarkan masalah kejujuran di kelas kelas
saat kita mengajar. Yang kedua, itu ketika ada uang banyak itu kita ambil
dulu, itu untuk mengantisipasi, meskipun itu nggak bener karena harusnya ya
itu ada uang disitu yo wis ben, tapi utnuk mengantisipasi kita masih pekewuh
jika ditutup. Kemudian ada CCTV, sekarang nggak ada karena memang
nggak dibenarkan, karena peraturannya memang tidak seperti itu.
Peneliti : Lalu bagaimana supaya siswa lebih memilih jajan di kantin
kejujuran?
Narasumber : Variannya seharusnya ditambah. Dulu awal-awal
variannya cuman makanan kering, terus sekarang kita menerima nasi kucing,
puding, jadi variannya yang ditambah, jadi anak kalau sudah disana kan
sudah tidak kepengin kemana-kemana lagi.
Peneliti : Oh iya bu, terimakasih atas waktunya, maaf
mengganggu.
160
Narasumber : Sama-sama mbak. gapapa kok. Saya masih ngajar
jam terakhir.
161
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Rahmad Alfian (RA)
Hari, Tanggal : Selasa, 12 April 2016
Waktu : 09.52
Tempat Wawancara : Teras Masjid SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XII IPS 3
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti : Apakah kamu sering jajan di kantin kejujuran?
Narasumber : Iya mbak.
Peneliti : Apa alasanmu lebih memilih jajan di kantin
kejujuran daripada yang lain?
162
Narasumber : Ya, waktu itu deket dengan kelas, jadi nggak jauh-
jauh dari kantin.
Peneliti : Apakah perbedaan kantin kejujuran dibanding
kantin yang lain?
Narasumber : Kantin kejujuran lebih melatih kejujuran sendiri,
bayar atau tidak, dan kalau kantin yang lain itu bayarnya ribet mbak.
Peneliti : Apa kelebihan dan kekurangan kantin kejujuran?
Narasumber : Kelebihannya melatih kejujuran itu sendiri dan
kekurangannya makanannya kurang enak-enak, cuman ada cemilan-cemilan.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Belum pernah mbak, tapi dulu ada kakak kelas
pernah ada kasus disidang ke BK karena pada nggak bayar. Jadi beberapa
kelas gitu mbak, seperti gerombolan.
Peneliti : Apakah kamu tahu mereka diberi sanksi seperti
apa?
Narasumber : Cuma dipanggil sama bayar ganti rugi.
163
Peneliti : Menurut pendapatmu apakah ada dampak dengan
adanya kantin kejujuran terhadap penanaman kejujuran siswa.
Narasumber : Ada, karena dengan adanya kantin kejujuran
melatih kejujuran siswa.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. Tidak kok.
164
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Martha Andrianti (MA)
Hari, Tanggal : Jum‟at, 15 April 2016
Waktu : 09.04
Tempat Wawancara : Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XI IPA 3
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Kantin kejujuran adalah kantin yang melatih
kejujuran.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
165
Narasumber : Sering mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Belum pernah mbak.
Peneliti : Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya?
Narasumber : Lebih murah di kajur mbak dan ikut membantu
program sekolah ya mbak.
Peneliti : Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Bisa berbelanja perlengkapan sekolah seperti
pulpen, buku, tersedia disini dengan harga yang murah.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
Narasumber : Kekurangannya jajanannya kurang bervariasi
mbak. Kelebihannya ya itu tadi lebih murah mbak.
166
Peneliti : Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
Narasumber : Iya mbak, karena disini diajarkan membayar
sendiri sesuai barang yang diambil tanpa ada penjaga.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak. Tidak kok.
167
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Gideon Febby P.A. (GF)
Hari, Tanggal : Jum‟at, 15 April 2016
Waktu : 09.09
Tempat Wawancara : Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa X-5
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. Ya mbak.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Kantin kejujuran adalah kantin yang membayar
sendiri.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
168
Narasumber : Biasa sih mbak, kalau diajak temen aja.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Nggak pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Belum pernah mbak.
Peneliti : Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di kantin
kejujuran dibanding kantin yang lainnya?
Narasumber : Ya kalau diajak temen aja. Soalnya rame mbak,
males jadinya.
Peneliti : Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Bisa jajan sama temen-temen.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
Narasumber : Biasa aja sih mbak.
Peneliti : Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
169
Narasumber : Belum tahu.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Oke mbak.
170
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Wahyu Joko M. (WJ)
Hari, Tanggal : Jum‟at, 15 April 2016
Waktu : 09.18
Tempat Wawancara : Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XI IPA 5
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. Silakan mbak.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Kantin kejujuran adalah kantin dimana kita
mengambil barang dan memilih barang sendiri.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
171
Narasumber : Tidak begitu sering mbak, hanya ketika jam
pelajaran pertama saja kan waktunya singkat, jadi mending kesini.
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Belum pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Belum pernah mbak.
Peneliti : Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya?
Narasumber : Lebih dekat dengan kelas, jadi ketika istirahat
langsung kesini.
Peneliti : Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Melatih kejujuran sih mbak membayar sejumlah
barang sesuai yang kita ambil.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
Narasumber : Kekurangannya makanan kurang bervariasi mbak.
Cuma itu itu aja kadang bosan.
172
Peneliti : Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
Narasumber : Iya mbak.
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak.
173
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Jonanda Septian Prayuda (JS)
Hari, Tanggal : Jum‟at, 15 April 2016
Waktu : 09.21
Tempat Wawancara : Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Siswa XI IPA 3
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. Iya mbak.
Peneliti : Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran?
Narasumber : Kantin kejujuran adalah kantin yang melatih jujur.
Peneliti : Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
Narasumber : Kadang-kadang mbak.
174
Peneliti : Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil?
Narasumber : Belum pernah mbak.
Peneliti : Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran?
Narasumber : Belum pernah mbak.
Peneliti : Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya?
Narasumber : Lebih dekat dengan kelas dan tidak begitu ramai.
Peneliti : Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
Narasumber : Melatih kejujuran mbak.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
Narasumber : Kekurangannya makanan membosankan.
Peneliti : Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
Narasumber : Iya mbak, karena di kantin ini siswa membayar
sesuai harga yang tertera tanpa dijaga.
175
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama mbak.
176
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Dra. Lejar Kirani (LK)
Hari, Tanggal : Jum‟at, 15 April 2016
Waktu : 13.40
Tempat Wawancara : Perum Widyatama Osamaliki
Jabatan : Mantan guru BK dan penggagas serta pengelola
kantin kejujuran.
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Selamat siang bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Silakan nok, yang dibahas apa saja ya?
Peneliti : Jadi tentang manajemennya mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin
kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran
dengan penanaman sifat jujur siswa.
177
Narasumber : Jadi kantin kejujuran berdiri sekitar 7 tahun yang
lalu pada 2010 akhir. Idenya dari kejaksaan karena melihat kemerosotan
karakter anak penerus bangsa, maka dibuatlah program dengan nama kantin
kujujuran. Program ini dibawah naungan kesiswaan dan pengelolanya guru
BK dan PKn. Pada awalnya saya dan Bu Elly, program berjalan terus sampai
Bu Elly meninggal. Dana Rp 10.000.000,00 dari kejaksaan tidak berkurang,
tapi sekolah lain wis entek, karena pas jamane Pak Anjar kesiswaan anak itu
diberi pengarahan terus, “kowe podo-podo jajan ning kantin umum karo ning
kantin kejujuran ki bedo”, pahalane lebih besar di kajur karena niatmu jajan
posisi kantin nggak ada yang jaga. Tapi pernah ada satu generasi jelek,
mereka mempengaruhi teman-temannya sampai kita pernah terjun bebas
nggak ada uang. Mereka pada ngutil. Lalu dari kami langsung manggil
pentolane geng, dan akhirnya dipulangin Rp 20.000,00 atau Rp 25.000,00
tapi tidak sebanyak uang yang dicuri. Kantin terus berjalan terus. Namun
perlu diketahui yang jajan disana itu langganan biasane nok, kebanyakan anak
IPS. Saya punya 18 surat cinta janji kepada diri sendiri bahwasanya dia tidak
akan mengulangi perbuatan tersebut lagi. Hal ini berarti mereka masih cinta
pada diri sendiri.
Peneliti : Apakah ada dampak adanya kantin kejujuran
terhadap penanaman sifat jujur siswa bu?
Narasumber : Oh ya jelas ada. Jujur disini karena pengakuan itu,
bukan masalah pengembalian uangnya, wong kita disini tidak jualan kok, tapi
anak sudah ngaku itu merupakan point tersendiri.
178
Peneliti : Apakah ada sanksi yang diberikan kepada siswa
yang tidak jujur dalam berbelanja?
Narasumber : Tidak. Kami menggunakan pendekatan. Tidak ada
sanksi. Saya memberi kepercayaan kepada anak didik saya untuk menulis
surat, dan saya beri pemahaman bahwa aku cuman manusia biasa lho, tapi
kamu nulis disaksikan Tuhan. Menurut saya yang penting ada perubahan, dia
tahu kalau mencuri itu bukan tindakan benar. Enaknya jajan itu tidak
seberapa tapi pertanggungjawabanmu kepada Tuhanmu yang berat. Disini
yang kita titikberatkan adalah perubahan sikap, mentalitas anak supaya dia
paham bahwa oh aku nyuri ki nggak bagus.
Peneliti : Apa kelebihan dan kekurangan kantin kejujuran ya
bu?
Narasumber : Harga di kantin kejujuran itu jauh lebih murah,
pelayanan tidak ditunggu jadi siswa lebih santai, tempat nyaman, dan kita itu
lebih open lho daripada sekolah-sekolah yang lain yang kajurnya ditunggui,
kita tidak. Ya kekurangannya variasi makanan yang kurang, sebenarnya butuh
legowo dari pengurus bahwa kajur itu juga butuh pengorbanan waktu.
Peneliti : Oh iya bu, terimakasih atas waktunya, maaf
mengganggu.
Narasumber : Sama-sama nok. Kapan-kapan main kesini lagi ya.
179
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Dra. Rr. Sri Winarsih (SW)
Hari, Tanggal : Rabu, 6 April 2016
Waktu : 12.30
Tempat Wawancara : Ruang Guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan : Guru kimia dan pengelola kantin kejujuran.
2. Transkip Wawancara
Peneliti : Assalamu‟alaikum bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu
terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam
Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran
2015/2016”
Narasumber : Wa‟alaikumsalam. Silakan dek. Yang dibahas apa
saja ya?
Peneliti : Jadi tentang manajemennya mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin
kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran
dengan penanaman sifat jujur siswa.
180
DOKUMENTASI
Wawancara dengan SN
Wawancara dengan NA
181
Wawancara dengan AI
Wawancara dengan AK
182
Wawancara dengan LK
Wawancara dengan H
183
Siswa sedang membayar jajanan
Keadaan kantin saat istirahat
184
Siswa sedang memilih jajanan
Siswa sedang memilih minuman
185
Jenis makanan yang ada di kantin kejujuran
Perlengkapan sekolah yang ada di kantin kejujuran
186
Fasilitas dispenser dan almari pendingin di kantin kejujuran
Buku setoran barang
187
Siswa sedang membuat USDA
Kondisi kantin kejujuran
188
Kantin kejujuran tampak dari samping
Pamflet kantin kejujuran yang terpasang di dinding kantin
189
Pamflet kejujuran yang terpampang di dinding
Wawancara dengan TV
190
Wawancara dengan MK
Wawancara dengan RA
191
Wawancara dengan NK dan TW
Wawancara dengan WJ dan JS
192
Wawancara dengan GF
Wawancara dengan MA
193
Pengelola (SW) sedang menata barang dan mengambil uang
Daftar harga alat tulis yang tertempel di etalas
194
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Kummilaila Kamilah
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 1 Mei 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Dsn. Gondangsari RT 01 RW 05,
Ds Rowoboni, Kec. Banyubiru, Kab.
Semarang
5. Riwayat Pendidikan :
a.TK Tarbiyatul Banin 56 : 1998-2000
b.SD N Rowoboni 02 : 2000-2006
c.SMP N 1 Salatiga : 2006-2009
d.SMA N 3 Salatiga : 2009-2012
e.IAIN Salatiga : 2012-2016
6. Pengalaman Organisasi
a.Sekretaris Bidang kaderisasi LDK Darul Amal STAIN Salatiga 2014
b.Sekretaris Umum LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga 2015
7. Motto : MAN JADDA WAJADA
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 1 Juni 2016
Penulis
Kummilaila Kamilah
NIM. 111-12-069