bab ii landasan teori ii.1. sistem informasi …thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2009-2-00522-ak bab...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Sistem Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
perusahaan. Informasi ini bermanfaat bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan. Pihak internal perusahaan yaitu manajemen perusahaan yang
menggunakan informasi tersebut untuk mendukung proses pengambilan
keputusan, mendukung kelancaran kerja internal perusahaan, dan lain – lain.
Pihak eksternal perusahaan yang terdiri dari stakeholders ( pihak-pihak di
luar atau di dalam organisasi yang memiliki kepentingan langsung maupun
tidak langsung atas organisasi seperti pemegang saham, pemerintah,
masyarakat, internal auditor, dan lain- lain ), pemasok, dan konsumen.
Informasi akuntansi ini dapat dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi.
Pemahaman atas sistem informasi akuntansi diawali dengan mengetahui
pengertian dari sistem, informasi, sistem informasi akuntansi, tujuan sistem
informasi akuntansi, dan komponen – komponen sistem informasi akuntansi.
II.1.1. Pengertian Sistem
Menurut James A. Hall (2006), pengertian sistem adalah “sekelompok
dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau
subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”
(h.5).
8
Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A dan Tambunan,
R.M. (2004) mendefinisikan, “sistem adalah kumpulan sumber daya yang
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu” (h.1).
Romney dan Steinbart (2006) mendefinisikan, “Sistem adalah rangkaian
dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan” (h.2).
Berdasarkan definisi – definisi tersebut maka dapat dirinci mengenai
unsur – unsur yang terdapat dalam sebuah sistem yaitu sebagai berikut: (1)
Setiap sistem terdiri dari unsur–unsur; (2) Unsur-unsur tersebut merupakan
bagian terpadu sistem yang bersangkutan; (3) Unsur – unsur sistem tersebut
bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem; (4) Suatu sistem merupakan
bagian dari sistem lain yang lebih besar.
II.1.2. Pengertian Informasi
Pengertian informasi menurut Gordon B. Pavis, sebagaimana telah
dikutip oleh Jogiyanto (2000) adalah :
“Hasil dari pengolahan data yang diorganisasikan dan berguna
kepada orang yang menerimanya. Informasi adalah data yang telah
diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang
dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan.”
9
Sedangkan menurut Turban (2003), pengertian informasi adalah
“Information is a collection of facts (data) organized in some manner so
that they are meaningful to a recipient” (h.15).
Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. dan Tambunan,
R.M. (2004) mendefinisikan, “informasi adalah data yang digunakan dan
diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat”
(h.1)
Informasi yang digunakan adalah informasi yang berkualitas. Menurut
Jogiyanto (2000), “Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal,
yaitu informasi harus akurat, tepat waktu, dan relevan” (h.30).
Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan yang material,
tidak bias atau menyesatkan. Kesalahan yang material terjadi ketika
jumlah ketidakakuratan informasi menyebabkan keputusan yang kurang
tepat, atau bahkan tidak dapat mengambil sebuah keputusan.
Tepat waktu ( timeliness ) berarti informasi yang datang pada
penerima tidak boleh terlambat atau dengan kata lain informasi tersebut
harus ada saat dibutuhkan untuk dapat menyokong pengambilan
keputusan yang tepat. informasi yang terlambat dapat menyebabkan
kerugian yang fatal bagi perusahaan karena berhubungan langsung dengan
pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, dewasa ini banyak perusahaan
mulai menggunakan teknologi yang mempercepat pengiriman, pengelolaan,
maupun pendapatan informasi.
10
Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
pemakainya. Ini akan sangat mendukung baik keputusan manajeman
maupun tugas karyawan. Ketidakrelevanan informasi dalam suatu laporan
akan menyebabkan gangguan terhadap maksud sebenarnya dari laporan
tersebut dan akhirnya dapat menyebabkan pengambilan keputusan dan
tindakan yang salah atau kurang tepat.
II.1.3. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai sistem informasi
akuntansi, maka perlu diketahui beberapa definisinya.
Menurut Horngren, Harison, Robinson dan Secokusomo (2007)
mendefinisikan, “sistem informasi akuntansi merupakan suatu kombinasi dari
orang, catatan-catatan, dan prosedur yang dipergunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan data keuangan mereka” (h.293).
Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. dan
Tambunan, R.M. (2004) mendefinisikan, “sistem informasi akuntansi adalah
sistem yang berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi
menjadi informasi” (h.6).
Sistem informasi akuntansi didefinisikan oleh Krismiaji (2002) sebagai
“sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan
informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan
mengoperasikan bisnis” (h.4).
11
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
akuntansi adalah sebuah sistem yang didesain untuk merubah atau
mengelola data keuangan menjadi informasi keuangan yang dapat
berguna bagi pembuat keputusan dalam suatu entitas atau perusahaan,
dan kemudian menjaga informasi keuangan tersebut, baik menggunakan
sistem manual maupun yang sudah terkomputerisasi.
II.1.4. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jogiyanto (2000:7) tujuan dari sistem informasi akuntansi
adalah untuk menyediakan informasi keuangan dan informasi yang
didapatkan dari transaksi data untuk tujuan pelaporan internal yaitu untuk
menjaga kekayaan ( persediaan ) dan kewajiban perusahaan ( utang dagang
atau bukti kas keluar yang akan dibayar ), menjamin ketelitian dan
keandalan data akuntansi ( utang dan persediaan ) kepada manajer untuk
digunakan dalam pengendalian dan perencanaan sekarang dan operasi masa
depan serta pelaporan eksternal kepada pemegang saham, pemerintah, dan
pihak – pihak luar lainnya.
II.1.5. Komponen – Komponen Sistem Informasi akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006) sistem informasi akuntansi terdiri
dari empat komponen:
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan
berbagai fungsi.
12
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang
dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang
aktivitas-aktivitas organisasi.
3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.
4. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung
(peripheral device), dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Keempat komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu
sistem informasi akuntansi memenuhi tiga fungsi penting dalam organisasi,
yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh
aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai
aktivitas tersebut agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak
luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal yang telah terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen
untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga asset-aset
organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat
dibutuhkan, akurat, dan andal (h.3).
13
a. Pihak Pemakai Sistem Informasi Akuntansi
Menurut James Hall (2006) pemakai sistem informasi akuntansi dapat
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Pihak Ekstern
Pihak pemakai ekstern mencakup pemegang saham, investor, kreditor,
pemerintah, pelanggan dan pemasok, pesaing, dan masyarakat secara
keseluruhan. Pemakai ekstern menerima dan tergantung pada beragam
keluaran sistem informasi akuntansi suatu organisasi.
2. Pihak Intern
Pihak pemakai intern terutama pada manager dan karyawan, kebutuhan
bervariasi tergantung pada tingkatannya dalam organisasi atau terhadap
fungsi yang mereka jalankan.
II.2. Sistem Pengendalian Internal
II.2.1. Pengertian Pengendalian Internal
Definisi pengendalian intern menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang
termuat dalam Standar Profesional Akuntan Publik yaitu:
“Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh suatu
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas, yang didesain
untuk memberikan suatu keyakinan tentang pencapaian tiga golongan yaitu
(a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi, dan
(c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” ( IAI, SPAP,
2001:319)
14
Menurut Hall (2001), “pengendalian internal merangkum pada
kebijakan, praktek, prosedur yang digunakan untuk mencapai 4 tujuan
utama, yaitu:
1. Untuk menjaga aktiva perusahaan.
2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan
informasi akuntansi.
3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.
4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh manajemen” (p.150).
Menurut Agoes S dalam bukunya yang berjudul Auditing (1999)
mengungkapkan bahwa:
“Sistem Pengendalian Internal adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
untuk memperolah keyakinan yang memadai bahwa satuan usaha yang spesifik
dapat dicapai.” (h.57)
Berdasarkan beberapa pengertian yang tercantum di atas, dapat dibuat
kesimpulan yaitu:
a. Pengendalian intern terdiri dari sekumpulan proses, prosedur, kebijakan,
dan metode yang dipakai untuk mencapai tujuan.
b. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia dan dijalankan oleh
manajemen.
c. Pengendalian intern hanya dapat memberikan tingkat keyakinan memadai
tetapi tidak memberikan keyakinan absolut.
15
d. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan,
yaitu pelaporan, keuangan, kepatuhan, dan operasi.
II.2.2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Pengendalian intern memiliki beberapa tujuan, Mulyadi (2001:163)
menjabarkannya sebagai berikut: (1) Menjaga kekayaan organisasi; (2)
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) Mendorong efisiensi,
dan (4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Keempat tujuan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menjaga catatan dan kekayaan organisasi
Kekayaan fisik suatu perusahaan dapat dicuri, disalahkan atau hancur
karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut dilindungi dengan
pengendalian yang memadai.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
Manajemen memerlukan informasi keuangan yang teliti dan andal untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Banyak informasi yang digunakan oleh
manajemen untuk dasar pengambilan keputusan penting. Pengendalian
intern dirancang untuk memberikan jaminan proses pengolahan data
akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal.
3. Mendorong efisiensi.
Pengendalian intern ditujukan untuk mencegah duplikasi usaha yang tidak
perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis perusahaan dan untuk
mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien.
16
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan
prosedur. Struktur pengendalian intern ditujukan untuk memberikan
jaminan yang memadai agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan
perusahaan.
II.2.3. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Menurut John dan Rama (2006), komponen-komponen yang berhubungan
dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu:
1. Control environment
Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk
mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut berhubungan
dengan integritas, nilai etika, filosofi manajemen, dan operating style. Hal
ini juga termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung
jawab, mengatur, dan mengembangkan sumber daya manusia serta
perhatian dan petunjuk dari board of directors.
2. Risk Assessment
Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.
3. Control activities
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi
untuk menangani resiko-resiko yang mungkin dan telah ada. Control
activities mencakup:
17
a. Performance reviews, kegiatan yang berhubungan dengan analisis
terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat
dengan anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode
sebelumnya.
b. Segregation duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk
mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan
menjaga asset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.
c. Application control, berhubungan dengan aplikasi SIA.
d. General control, berhubungan dengan pengawasan yang lebih luas
yang berhubungan dengan berbagai aplikasi.
4. Information and Communication
Sistem informasi akuntansi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur
(baik otomatis maupun manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat,
memproses, dan melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam
organisasi. Dan komunikasi berhubungan dengan menyediakan
pemahaman atas peraturan dan tanggung jawab individu.
5. Monitoring
Menajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan
bahwa pengendalian internal organisasi berjalan sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
Menurut Wilkinso (2000, p269-289), aktivitas pengendalian internal
meliputi :
18
1. General Control
• Organizational Controls
Harus dilakukan pemisahan fungsi antara yang melakukan operasional
dengan bagian yang melakukan pencatatan.
• Documentational Controls
Dokumentasi yang ada harus lengkap dan up-to-date
• Asset Accountability Controls
Buku besar pembantu harus diperiksa dan direkonsiliasi secara berkala
dengan rekening kontrol yang ada di buku besar. Demikian halnya
dengan pencatatan persediaan.
• Management practices controls
Adanya pelatihan terhadap kebijakan yang berjalan di dalam
perusahaan. Manager harus melakukan review terhadap analisis
periodik dan laporan-laporan dan transaksi yang disahkan melalui
computer.
• Data center Operation Controls
Staf IT dan akuntansi harus diawasi, dan kinerja mereka direview
dengan bantuan laporan control proses computer dan pencatatan
akses.
• Authorization Controls
Setiap transaksi harus diotorisasi oleh pihak yang berwenang atau
bersangkutan.
19
• Access Controls
Menggunakan password, gudang dan kas yang terlindungi secara fisik,
melakukan back-up, terhadap file transaksi dan persediaan ke dalam
media penyimpanan lain.
2. Applications Controls, menurut Jogiyanto (2000) adalah:
• Input Controls
o Mengecek kebenaran data, baik yang dilakukan secara manual
maupun yang dilakukan oleh program computer melalui echo check
(membandingkan dengan data aslinya)
o Mengecek hubungan antara item-item data input yang dimasukkan
ke computer melalui logical check.
o Memeriksa urutan dari record-record data yang dimasukkan ke
computer dengan menggunakan sequence check (memeriksa urutan
data yang direcord)
• Processing Controls
o Penggunaan control total check untuk mendeteksi apakah semua
data yang diolah telah lengkap dan benar.
o Matching check sebagai alat control kesalahan pemasukkan data,
yang akan menghasilkan laporan penyimpangan apabila data
masukkan tidak sesuai program yang dijalankan oleh computer.
o Limit and reasonable check untuk mendeteksi nilai kewajaran dari
hasil pengolahan.
20
• Output Controls
o Laporan harus tepat waktu, dimana laporan diberi tanggal kapan
dibuat, sehingga distribusi laporan yang terlambat dapat diketahui
oleh pemakainya.
o Sebelum laporan dicetak dan diserahkan kepada pihak yang
berkepentingan, maka laporan harus diperiksa kembali.
o Laporan yang dihasilkan perlu diawasi distribusinya agar yang
menerima laporan hanya pihak yang berhak saja.
II.3. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
II.3.1. Aktivitas Bisnis dan Prosedur-prosedur
Menurut Hall (2001, p240), prosedur dalam sistem pemrosesan pembelian
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi pembelian dimulai dengan timbulnya kebutuhan untuk menambah
kembali persediaan melalui observasi dari catatan persediaan. Tingkat
persediaan menurun baik melalui penjualan langsung ke pelanggan
(aktivitas siklus pendapatan), maupun transfer ke dalam proses manufaktur
(aktivitas siklus konversi). Informasi kebutuhan persediaan dikirimkan
pada proses pembelian dan account payable.
2. Proses pembelian menentukan jumlah untuk dipesan, memilih pemasok,
dan mempersiapkan purchase order. Informasi dikirimkan pada supplier
dan proses PO.
21
3. Setelah beberapa waktu, perusahaan menerima item persediaan pemasok.
Barang yang diterima diperiksa kualitas dan kuantitasnya dan dikirimkan
ke tempat penyimpanan gudang.
4. Informasi mengenai persediaan yang diterima digunakan untuk
mengupdate catatan persediaan.
5. Proses AP menerima faktur dari pemasok. AP merekonsialisasinya dengan
informasi lain yang telah dikumpulkannya atau transaksi dan mencatat
kewajiban untuk membayar di masa yang akan datang, tergantung syarat
perdagangan dengan pemasok. Biasanya, pembayaran akan dilakukan pada
hari terakhir yang mungkin mengambil keuntungan penuh dari bunga dan
diskon yang ditawarkan.
6. General Ledger menerima informasi yang telah dirangkum dari account
payable (jumlah peningkatan dalam kewajiban) dan inventory control
(Jumlah peningkatan dalam persediaan). Informasi ini akan direkonsiliasi
untuk keakuratannya dan diposting ke akun utang dan persediaan.
II.3.2. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
Ada beberapa fungsi yang terkait dengan sistem akuntansi pembelian ini
yaitu sebagai berikut:
• Fungsi gudang
Fungsi Gudang bertanggung jawab untuk mengajukan permintaan
pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk
menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan.
22
• Fungsi Pembelian
Fungsi Pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi
mengenai harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam
pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok
yang dipilih.
• Fungsi Penerimaan
Fungsi Penerimaan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok
guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh
perusahaan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang
dari pembeli yang berasal dari transaksi retur penjualan.
• Fungsi Akuntansi.
Fungsi Akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi
pencatatan utang dan fungsi pencatatan persediaan. Fungsi pencatatan
utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian ke dalam
register buku kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen
sumber (bukti kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang atau
menyelenggarakan kartu utang sebagai buku pembantu utang. Fungsi
pencatatan persediaan bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok
persediaan barang yang dibeli ke dalam kartu persediaan.
23
II.3.3. Jaringan Prosedur dalam Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
Secara garis besar suatu sistem informasi akuntansi pembelian terdiri dari
beberapa jaringan prosedur, seperti yang disajikan dalam Gambar 2 Menurut
Mulyadi (2001:301) jaringan prosedur yang membentuk sistem informasi
akuntansi pembelian adalah sebagai berikut:
1. Prosedur Permintaan barang
Dalam prosedur permintaan barang, fungsi gudang mengajukan permintaan
pembelian dalam formulir surat permintaan pembelian kepada fungsi
pembelian.
2. Prosedur Permintaan Penawaran harga dan pemilihan pemasok
Dalam prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok,
fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada
para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan
berbagai syarat pembelian yang lain, untuk memungkinkan pemilihan
pemasok yang akan ditunjuk sebagai pemasok barang yang diperlukan oleh
perusahaan. Untuk dapat membuat proses pembelian menjadi lebih efisien,
perlu dibuat file pemasok yang valid. Informasi ini berisi nama dan alamat
pemasok utama, Economic Order Quantity dari barang, dan standar atau
perkiraan harga perolehan barang.
3. Prosedur order pembelian
Dalam prosedur order pembelian, fungsi pembelian mengirim surat order
pembelian kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-
24
unit organisasi lain dalam perusahaan mengenai order pembelian yang
sudah dikeluarkan.
4. Prosedur Penerimaan Barang
Dalam prosedur penerimaan barang, fungsi penerimaan melakukan
pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu barang yang diterima dari
pemasok, dan kemudian membuat laporan penerimaan barang untuk
menyatakan penerimaan barang dari pemasok tersebut.
5. Prosedur Pencatatan utang
Dalam prosedur pencatatan utang, fungsi akuntansi memeriksa dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan pembelian (surat order pembelian,
laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) dan
menyelenggarakan pencatatan utang atau mengarsip dokumen sumber
sebagai catatan utang
6. Prosedur distribusi pembelian.
Prosedur distribusi pembelian ini meliputi distribusi rekening yang didebit
dari transaksi pembelian untuk kepentingan pembuatan laporan
manajemen.
25
Fungsi Pembelian
Pemasok
Permintaan pembelian Permintaan Penawaran Harga
Penawaran Harga
Penyimpanan Barang Order Pembelian
Penerimaan Barang dari pemasok
Penerimaan Laporan faktur dari pemasok
penerimaan barang
(Sumber: Mulyadi, 2001:301) Gambar 1 Jaringan Prosedur dalam Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
II.3.4. Pengendalian dalam Sistem Informasi Akuntansi Pembelian
Pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem informasi akuntansi
pembelian dirancang untuk mencapai tujuan pokok pengendalian intern
akuntansi yaitu menjaga kekayaan dan kewajiban perusahaan, menjamin
ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian ini dilakukan dengan
melakukan kontrol terhadap:
• Otorisasi transaksi
Otorisasi transaksi terjadi dengan pembubuhan tandatangan oleh manajer
yang memiliki wewenang untuk itu pada dokumen sumber atau dokumen
pendukung. Otorisasi transaksi ini juga berkaitan dengan pengawasan
terhadap tingkat ketersediaan barang. Order atas pembelian persediaan baru
Fungsi Gudang
Fungsi Penerimaan
Fungsi Akuntansi
26
dapat dilakukan ketika barang telah mencapai titik re-order point, hal ini
akan mencegah pembelian yang tidak tepat waktu maupun jumlah.
• Pemisahan fungsi dan wewenang
Pemisahan fungsi dan wewenang dapat dilaksanakan dengan cara fungsi
pembelian harus terpisah dari fungsi penerimaan sehingga dapat dilakukan
pengecekan intern dalam pelaksanaan transaksi pembelian. Fungsi
pembelian juga harus terpisah dari fungsi akuntansi karena dalam
pengendalian intern yang baik fungsi pencatatan (fungsi akuntansi) harus
dipisahkan dari fungsi operasi dan penyimpanan (fungsi pembelian). Fungsi
penerimaan juga harus dipisahkan dari fungsi penyimpanan barang karena
akan mengakibatkan penyerahan masing-masing kegiatan ke tangan fungsi
yang ahli dalam bidangnya, sehingga informasi penerimaan barang dan
persediaan barang yang disimpan di gudang dijamin ketelitian dan
keandalannya. Dan juga perlu adanya pemisahan antaran fungsi akuntansi
buku besar pembantu utang dengan fungsi akuntansi buku besar umum
• Pengawasan atau supervisi
Pengawasan atau Supervisi Pengawasan terhadap barang yang diterima dan
dikirim ke gudang akan membantu mengurangi kegagalan dalam
mengawasi aset dan pencurian aset
• Kontrol pencatatan akuntansi
Kontrol pencatatan akuntansi dilakukan dengan cara dalam memasukkan
catatan akuntansi harus didasarkan atas dokumen sumber yang dilampiri
27
dengan dokumen pendukung yang lengkap, pencatatan ke dalam catatan
akuntansi harus dilakukan oleh orang yang berwenang
• Kontrol akses
Kontrol akses dapat dibagi menjadi dua yaitu kontrol akses langsung dan
kontrol akses tidak langsung. Kontrol akses langsung dapat dilakukan
dengan memasang kunci, alaram, dan area yang terlarang untuk diakses.
Kontrol tidak langsung dapat dilakukan dengan membatasi akses terhadap
dokumen yang megontrol persediaan
• Independent verification.
Independent verification bisa dilakukan dengan cara meng- crosscek
kebenaran besarnya utang dengan dokumen-dokumen sumbernya sebelum
itu dicatat. Selain itu, buku besar juga membantu dalam verifikasi terhadap
kebenaran saldo dalam pencatatan.
Sistem informasi akuntansi pembelian bisa menggunakan sistem yang manual
maupun sistem yang sudah terkomputerisasi. Prosedur-prosedur sistem informasi
akuntansi pembelian antara keduanya tidaklah jauh berbeda.
II.4. Sistem Pelaporan
Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. dan
Tambunan, R.M. (2004) menguraikan tentang sistem pelaporan yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
“Laporan merupakan sarana interaksi yang paling penting antara suatu sistem
informasi dengan pemakai dari informasi tersebut.”
28
Pelaporan merupakan distribusi formal dari informasi ke berbagai pemakai
dalam suatu organisasi.
1. Laporan Pengendalian
Laporan ini membantu manager meyakinkan dirinya bahwa operasi berjalan
sesuai dengan rencana. Seluruh laporan pengendalian memiliki elemen
tertentu yang umum, standar dan hasil pelaksanaan sesugguhnya.
2. Laporan Operasional
Laporan ini berfokus kepada keadaan operasi sekarang dalam perusahaan.
Tujuannya adalah membantu individu dalam melakukan aktivitas operasional
sehari-hari.
II.5. Titik Pemesanan Kembali (Re-Order Point)
Menurut McLeod (2001, p475) Re-Order Point adalah sebuah pendekatan
reaktif yang menunggu hingga saldo suatu jenis barang mencapai tingkat tertentu
dan kemudian memicu pesanan pembelian atau atas suatu proses produksi.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengertian Re-Order Point di atas adalah
pemesanan kembali barang bila saldo barang sudah mencapai tingkat tertentu.
Apabila jangka waktu antara pemesanan barang dengan datangnya barang
tersebut ke gudang berubah-ubah (tenggang waktunya tidak pasti) maka perlu
ditentukan waktu pesanan sampai barang tiba (lead time) yang paling optimal
dipergunakan untuk menentukan titik pemesanan kembali. Karena jika ada
kesalahan dalam melakukan pemesanan barang maka akan menimbulkan akibat
sebagai berikut :
29
a. Jika barang tersebut sampai lebih cepat dari yang diperkirakan maka akan
mengakibatkan penimbunan persediaan.
b. Jika barang tersebut sampai lebih lambat dari yang diperkirakan maka akan
mengakibatkan habisnya persediaan.
II.6. Jumlah Pembelian Ekonomis (Economic Order Quantity – EOQ)
Economic Order Quantity merupakan sebuah pendekatan yang berfungsi
untuk meminimalis biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan variabel.
EOQ merupakan model persediaan yang akan membantu perusahaan agar
investasi yang ditanamkan dalam persediaan tidak berlebihan tetapi perusahaan
juga tidak mengalami kekurangan persediaan. Yang dimaksud dengan EOQ
adalah jumlah kuantitas barang yang diperoleh dengan biaya minimal atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.
II.7. Flowchart
Flowchart dipergunakan untuk menggambarkan proses kegiatan dalam suatu
organisasi. Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan-
kegiatan manual dan aliran atau arus dokumen yang dipergunakan dalam sistem.
Penggambaran flowchart harus menggunakan cara-cara dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara lazim dalam sistem informasi akuntansi,
sehingga tidak menimbulkan kebebasan yang tidak mempunyai standar dalam
menggambarkan sistem. Untuk menggambarkan aliran dokumen dalam sistem
tersebut, arus dokumen digambarkan berjalan dari kiri ke kanan dan dari atas ke
30
bawah. Dalam sistem informasi akuntansi diperoleh kesepakatan dari pihak-
pihak yang berkompeten untuk digunakannya standar simbol yang dipakai
untuk menggambarkan bagan atau flowchart.
Berikut ini akan disajikan simbol standar yang digunakan oleh analis sistem
untuk membuat bagan alir dokumen yang menggambarkan sistem tertentu.
Simbol Bagan Alir Dokumen
Simbol Nama Keterangan
Dokumen Digunakan untuk semua jenis dokumen. yang merupakan formulir untuk merekam transaksi
Dokumen rangkap Menggambarkan dokumen asli dan tembusannya
Berbagai dokumen Menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bcrsama dalam satu paket
Catatan Menggambarkan caiatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data vang direkam sebelumnya di dalam dokumen
Penghubung pada halaman yang sama
Menggambarkan alir dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri kekanan. Simbol penghubung yang memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi pada halaman tertentu dan kembali berjalan pada halaman yang sama.
Penghubung pada halaman yang berbeda
Untuk menggambarkan bagan alir dokumen suatu sistem diperlukan lebih dari satu halaman.
Kegiatan manual Untuk menggambarkan kegiatan manual seperti : menerima order, mengisi formulir,membandingkan dll
Keterangan/komentar Untuk menambahkan komentar agar pesan yang disampaikan lebih jelas
Arsip sementara Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen yang dokumennya akan diambil kembali dari arsip tersebut.
13 A
31
Arsip permanen Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen secara permanen yang tidak akan diproses lagi
On-line computer process
Menggambarkan pengolahan komputer secara on-line
Keying, Typing Menggambarkan pemasukan data ke dalam komputer melalui on-line terminal
Pita magnetik Menggambarkan arsip komputer yang berbentuk pita magnetik
On-line storage Menggambarkan arsip komputer yang berbentuk on-line (di dalam memori komputer)
Keputusan Menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data. Keputusan yang dibuat ditulis dalam simbol |
Garis alir Menggambarkan arah proses pengolahan data
Persimpangan garis alir
Jika dua garis alir bersimpangan, untuk menunjukkan arah masing-masing garis, salah satu garis dibuat melengkung
Pertemuan garis alir Digunakan jika dua garis alir bertemu dan salah satu garis mengikuti garis lainnya
Mulai/berakhir Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi
Masuk ke sistem Menggambarkan kegiatan diluar sistem masuk ke dalam alir sistem
Keluar ke sistem lain Menggambarkan kegiatan (di luar sistem) keluar dari sistem
Sumber : Mulyadi. 2001 Sistem Akuntansi. Edisi 3. h. 60-63
Ya
Dari pemasok
Ke sistem
penjualan