bab ii landasan teori dan pengembangan hipotesis …thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2011-2-00041-ak bab...

21
9 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1.1. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju. Legitimasi merupakan keadaan psikologi keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Dowling dan Pfeffer (1975) menyatakan bahwa aktivitas organisasi perusahaan hendaknya sesuai dengan nilai sosial lingkungannya. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa terdapat dua dimensi agar perusahaan memperoleh dukungan legitimasi, yaitu: (1) aktivitas organisasi perusahaan harus sesuai (congruence) dengan sistem nilai di masyarakat; (2) pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai sosial. Hasil Survei “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan

Upload: vankien

Post on 30-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

9

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II.1. Landasan Teori

II.1.1.1. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka

mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk

mengonstruksi strategi perusahaan terutama terkait dengan upaya memposisikan diri di

tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju.

Legitimasi merupakan keadaan psikologi keberpihakan orang dan kelompok

orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun

nonfisik. O’Donovan (2002) berpendapat legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai

sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian,

legitimasi merupakan manfaat atau sumberdaya potensial bagi perusahaan untuk

bertahan hidup (going concern).

Dowling dan Pfeffer (1975) menyatakan bahwa aktivitas organisasi perusahaan

hendaknya sesuai dengan nilai sosial lingkungannya. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa

terdapat dua dimensi agar perusahaan memperoleh dukungan legitimasi, yaitu: (1)

aktivitas organisasi perusahaan harus sesuai (congruence) dengan sistem nilai di

masyarakat; (2) pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai

sosial.

Hasil Survei “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh

Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales

Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

10

bahwa dalam membentuk opini dan legitimasi perusahaan; 60% mengatakan bahwa

etika bisnis, praktik sehat karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR) paling berperan dalam meningkatkan legitimasi, 40%

responden menyatakan citra perusahaan & brand image mempengaruhi kesan mereka.

Hanya 1/3 yang mendasari opini bahwa faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor

finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen mendasari legitimasi

stakeholder.

Barkemeyer (2007) mengungkapkan bahwa penjelasan tentang kekuatan teori

legitimasi organisasi dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan di negara

berkembang terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk menempatkan motif

maksimalisasi keuntungan membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi perusahaan

memperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

memasukkan faktor budaya yang membentuk tekanan institusi yang berbeda dalam

konteks yang berbeda.

Uraian di atas menjelaskan bahwa teori legitimasi merupakan salah satu teori

yang mendasari pengungkapan CSR. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. Teori

legitimasi juga dapat digunakan untuk menjelaskan keterkaitan mekanisme corporate

governance dan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Mekanisme corporate governance dan profitabilitas memberikan keyakinan perusahaan

untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya, dengan

mekanisme corporate governance dan profitabilitas yang mencukupi, perusahaan tetap

akan mendapatkan keuntungan positif, yaitu mendapatkan legitimasi dari masyarakat

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

11

yang pada akhirnya akan berdampak meningkatnya keuntungan perusahaan di masa

yang akan datang.

II.1.1.2. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik

(shareholder) sebagaimana terjadi selama ini. Tanggung jawab perusahaan yang semula

hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) dalam laporan

keuangan, kini harus bergeser dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social

dimentions) terhadap stakeholder, baik internal maupun eksternal.

Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki

hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun

tidak langsung oleh perusahaan. Stakeholder is a group or an individual who can affect,

or be affected by, the success or failure of an organization (Luk et. al. 2005). Dengan

demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti: pemerintah,

perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, para pekerja perusahaan, dan lain sebagainya

yang keberadaanya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.

Sementara itu, Hummels (1998) memberi definisi sebagai berikut:

“......(stakeholder are) individuals and groups who have legitimate claim on the

organization to participate in the decision making process simply because they are

affected by the organization’s practices, policies and actions.”

Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa perusahaan

hendaknya memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang

mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas

aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

12

memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat

mengeliminasi legitimasi stakeholder.

Berdasar pada asumsi dasar stakeholder theory tersebut, perusahaan tidak dapat

melepaskan diri dengan lingkungan sosial (social setting) sekitarnya. Perusahaan perlu

menjaga legitimasi stakeholder serta mendukungnya dalam kerangka kebijakan dan

pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan

perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern.

Esensi teori stakeholder tersebut di atas jika ditarik interkoneksi dengan teori

legitimasi yang mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya mengurangi expectation

gap dengan masyarakat sekitar guna meningkatkan legitimasi (pengakuan) masyarakat,

ternyata terdapat benang merah. Untuk itu, perusahaan hendaknya menjaga reputasinya

yaitu dengan menggeser pola orientasi (tujuan) yang semula semata-mata diukur dengan

economic measurement yang cenderung shareholder orientation, ke arah

memperhitungkan faktor sosial sebagai wujud kepedulian dan berpihak terhadap

masalah sosial kemasyarakatan (stakeholder orientation).

II.1.1.3. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam

perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal (pemegang

saham) merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas

nama prinsipal, sedangkan agen (manajemen) merupakan pihak yang diberi amanat oleh

prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk

mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya

.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

13

Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur

proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan

kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang

mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun

risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal

bila kontrak dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen

yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen

dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.

Teori agensi menjelaskan hubungan antara principal dengan agen. Praktik CSR

dan pengungkapannya juga dikaitkan dengan agency theory (Cowen dkk, 1987; Adams,

2002; dan Campbell, 2000 dalam Farook dan Lanis, 2005). Pengungkapan tanggung

jawab sosial merupakan salah satu komitmen manajemen untuk meningkatkan

kinerjanya terutama dalam kinerja sosial. Dengan demikian, manajemen akan

mendapatkan penilaian positif dari pemilik modal. Gray et. al. (1987) menyatakan

bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan perluasan tanggung jawab

organisasi di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada

pemilik modal, khususnya shareholders.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

14

II.1.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)

II.1.2.1. Konsep dan Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

CSR merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada

para pemegang kepentingan (stakeholder). Yang dimaksud dengan pemangku

kepentingan dalam hal ini adalah orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan (Post et al.,

2002: 8).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan

antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Menurut ACCA (dalam

Anggraini, 2006), pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan

yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi

dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan

pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Sustainability report harus menjadi

dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang

Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor

industrinya.

Johnson and Johnson (2006) mendefinisikan sebagai berikut: “Corporate Social

Responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce

an overall positive impact on society”.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

15

Definisi tersebut pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola

perusahaan baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi

dirinya dan lingkungan. Untuk itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis

operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap

masyarakat dan lingkungan.

Ghana (2006) mendefinisikan sebagai berikut: “CSR is about capacity building

for sustainable likelihoods. It respects cultural differences and finds the business

opportunities in building the skills of employees, the community and the

government,......Corporate Social Responsibility (CSR) is about business giving back to

society”.

Batasan yang diberikan Ghana tersebut memberikan penjelasan secara lebih

dalam, bahwa sesungguhnya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility) memberikan kapasitas dalam membangun corporate building menuju

terjaminnya going concern perusahaan. Di dalamnya, termasuk upaya peka (respect)

terhadap adopsi sistemik berbagai budaya (kearifan lokal) ke dalam strategi bisnis

perusahaan, termasuk keterampilan karyawan, masyarakat, dan pemerintah.

Post (2002) menyatakan bahwa ragam tanggung jawab perusahaan terdiri dari

tiga dimensi, yaitu: (1) economic responsibility; (2) legal responsibility; dan (3) social

responsibility.

Economic responsibility, keberadaan perusahaan ditujukan untuk meningkatkan

nilai bagi shareholder, seperti: meningkatkan keuntungan (laba), harga saham,

pembayaran dividen, dan jenis lainnya. Di samping itu, perusahaan juga perlu

meningkatkan nilai bagi para kreditur, yaitu kepastian perusahaan dapat mengembalikan

pinjaman berikut interest yang dikenakan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

16

Legal responsibility, sebagai bagian anggota masyarakat, perusahaan memiliki

tanggung jawab mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Termasuk, ketika

perusahaan sedang menjalankan aktivitas operasi, maka harus dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum dan perundangan.

Social responsibility, merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap

lingkungan dan para pemangku kepentingan. Social responsibility menjadi satu tuntutan

ketika operasional perusahaan mempengaruhi pihak eksternal, terutama ketika terjadi

externalities dis-economic. Hal itu, memunculkan resistensi sosial dan dapat

memunculkan konflik sosial.

Kotler dan Lee (2005) memberikan definisi CSR sebagai berikut: “Corporate

social responsibility is a commitment to improve community well-being through

discretionary business practice and contributions of corporate resources”.

Dalam definisi tersebut, Kotler dan Lee memberikan penekanan pada kata

discretionary yang berarti kegiatan CSR semata-mata merupakan komitmen perusahaan

secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan bukan

merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-undangan

seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap undang-

undang ketenagakerjaan. Dengan demikian, social responsibility lebih ditekankan pada

motive approach bukan system approach. Social responsibility lebih dipicu oleh cara

pandang, hasil kreasi dan iktikad baik manajer perusahaan.

Terdapat tiga perspektif tanggung jawab perusahaan, yaitu: sosial, ekonomi, dan

legal. Pencapaian ketiga nilai perusahaan tersebut harus simultan dan

berkesinambungan. Pencapaian ekonomi tidak boleh melanggar aspek peraturan dan

perundangan serta ekonomi. Begitu juga pencapaian nilai sosial perusahaan juga tidak

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

17

boleh meniadakan orientasi ekonomi dan sosial. Hal yang sama juga diperhatikan,

bahwa pencapaian nilai lingkungan perusahaan juga tidak boleh mengorbankan

kepentingan pencapaian nilai sosial dan melanggar peraturan perundangan yang berlaku.

II.1.2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk

memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola

perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa

perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat

membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan

aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram,

kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi. Oleh

karena itu, dalam perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional telah banyak

dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga

kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility

Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Faktor yang

mempengaruhi implementasi dan pengungkapan CSR adalah diantaranya political

economy theory, legitimacy theory, dan stakeholder theory (Deegan 2002; Campbell,

Craven and Shrives 2002).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

18

II.1.3. Corporate Governance

Corporate governance adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan. Mendefinisikan tanggung jawab dan hak peserta perusahaan

kunci, prosedur pengambilan keputusan, dan cara dimana perusahaan akan menetapkan,

mencapai, dan memantau tujuannya.

Definisi corporate governance yang dikemukakan oleh OECD (Organization for

Economic Cooperation and Development) sebagai berikut: “Corporate governance is

the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate

governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among

different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders and

other stakeholders”.

Pelaksanaan dan pengendalian perusahaan akan melibatkan organ-organ di

dalam perusahaan yang akan berperan sebagai pelaksana dan pengawas. Menurut

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006, direksi sebagai

organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan. Fungsi

pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama, yaitu sebagai berikut:

1. Kepengurusan, mencakup tugas penyusunan visi dan misi perusahaan; serta

penyusunan program jangka pendek dan jangka panjang.

2. Manajemen risiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem

manajemen risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan

perusahaan.

3. Pengendalian internal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan sistem

pengendalian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan

kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

19

4. Komunikasi, mencakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi

antara perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan

fungsi sekretaris perusahaan.

5. Tanggung jawab sosial, mencakup perencanaan tertulis yang jelas dan

terfokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Selain itu, pengelolaan perusahaan tersebut harus diawasi untuk menjamin

terjadinya optimalisasi nilai perusahaan bagi para pemegang saham dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. Dewan komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa

perusahaan melaksanakan corporate governance yang baik. Namun, dewan komisaris

tidak boleh turut serta dalam pengambilan keputusan operasional. Fungsi pengawasan

dan pemberian nasihat oleh dewan komisaris mencakup tindakan pencegahan,

perbaikan, sampai dengan pemberhentian direksi secara sementara (KCKG, 2006). Jika

terjadi pemberian sanksi pemberhentian direksi secara sementara, maka tindakan

tersebut harus segera diikuti dengan penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, dewan

komisaris beserta perangkatnya berkewajiban untuk mengawasi penerapan corporate

governance yang baik, termasuk di dalamnya masalah implementasi tanggung jawab

sosial perusahaan kepada berbagai pemangku kepentingan.

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

merupakan alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas publik.

Corporate governance adalah suatu istilah relatif baru yang digunakan untuk suatu

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

20

konsep lama yakni kewajiban industri dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk

bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham

minoritas, dimana diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan

investor.

Prinsip dasar corporate governance meliputi lima aspek, yaitu:

1. Transparency (transparansi) yaitu pengungkapan yang dilakukan tepat pada

waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja

perusahaan, kepemilikan, serta stakeholders. Prinsip ini dapat diwujudkan

antara lain dengan mengembangkan accounting system, information

technology, dan management information system.

2. Accountability (akuntabilitas) yaitu kejelasan fungsi dan

pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang

saham. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan

Keuangan pada waktu dan cara yang tepat, mengembangkan Komite Audit,

mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi internal audit.

3. Responsibility (responsibilitas) yaitu tanggung jawab korporasi sebagai

anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan

memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya.

4. Independency (independensi) yaitu untuk melancarkan pelaksanaan GCG,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

lain.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

21

5. Fairness (kewajaran) yaitu perlakuan yang sama terhadap pemegang saham,

terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing.

Prinsip ini diwujudkan dengan corporate conduct (pedoman perilaku

perusahaan), kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk

orang dalam, self dealing, dan konflik kepentingan.

II.1.4. Profitabilitas

Brigham dan Houston (2001, p.197) menyatakan bahwa profitabilitas adalah

hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sartono (2001, p.119)

berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan

demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa

profitabilitas ini.

Elkington dalam Wibisono (2007) menyatakan bahwa profit, merupakan satu

bentuk tanggung jawab yang harus dicapai perusahaan, bahkan mainstream ekonomi

yang dijadikan pijakan filosofi operasional perusahaan, profit merupakan orientasi

utama perusahaan. Meskipun, dengan berjalannya waktu menuai protes banyak

kalangan, yang tidak relevan menjadi dasar strategi operasional perusahaan. Mana

mungkin perusahaan tanpa didukung oleh kemampuan mencetak keuntungan yang

memadai mampu menjamin dan mempertahankan going concern”. Peningkatan

kesejahteraan personil dalam perusahaan, meningkatkan tingkat kesejahteraan pemilik

(shareholder), yang hal itu bisa dilakukan manakala didukung kemampuan menciptakan

keuntungan (profit) perusahaan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

22

II.2. Pengembangan Hipotesis

II.2.1. Corporate Governance dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Implementasi program CSR oleh perusahaan pada hakikatnya bersifat orientasi

dari dalam ke luar. Hal tersebut berarti sebelum melaksanakan aktivitas CSR yang

bersifat discretionary/voluntary, perusahaan terlebih dahulu harus membenahi

kepatuhan perusahaan terhadap hukum. Perusahaan pun harus menjalankan bisnisnya

dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya maksimalisasi laba (economic

responsibilities). Selain itu, sebagaimana telah dijelaskan pada saat membahas corporate

social performance, perusahaan perlu mengembangkan sejumlah kebijakan untuk

menuntun pelaksanaan CSR. Semua hal tersebut tidak akan terlaksana dengan baik bila

perusahaan tidak menerapkan corporate governance yang baik (GCG).

Implementasi CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG, sehingga

perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melakukan pelaksanaan CSR.

Sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia

khususnya prinsip responsibilitas, dimana dalam pedoman tersebut dinyatakan,

“Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang.

Faktor-faktor mekanisme corporate governance juga dikorelasikan dengan

tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan

komisaris, komisaris independen, dan ukuran komite audit berkorelasi positif dengan

pengungkapan CSR (Yuniasih dan Wirakusuma, 2007) menghubungkan kepemilikan

manajerial terhadap pengungkapan CSR. Hasilnya menunjukkan adanya korelasi positif.

Penelitian ini akan menggunakan kepemilikan manajerial dan komposisi dewan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

23

komisaris independen sebagai proksi mekanisme corporate governance. Hal ini untuk

menguji kembali hasil penelitian sebelumnya.

Terdapat penelitian terdahulu oleh Novita dan Djakman (2008), Yuniasih dan

Wirakusuma (2007) dan Rustiarini (2006). Novita dan Djakman (2008) melakukan

penelitian mengenai struktur kepemilikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab

(CSR Disclosure) pada laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini menemukan hasil

bahwa struktur kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2006. Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan

institusional tidak mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

daam laporan tahunan. Yuniasih dan Wirakusuma (2007) melakukan penelitian

mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan

corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel

pemoderasi. Penelitian ini hanya menggunakan 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta tahun 2005-2006 sehingga tidak dapat digeneralisasi dan belum

dapat merepresentasikan semua perusahaan yang ada. Penelitian ini juga hanya

menggunakan ROA sebagai proksi kinerja keuangan dan kepemilikan manajerial,

ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit sebagai proksi GCG. Hasil

penelitian menunjukkan ROA terbukti berpengaruh positif secara statistik pada nilai

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2005-2006. Pengungkapan

CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada

hubungan ROA dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial sebagai variabel

pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan ROA dan nilai perusahaan.

Sedangkan Rustiarini (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

24

kepemilikan saham pada pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian ini

menguji kembali pengaruh kepemilikan manajerial, institusional, dan asing terhadap

pengungkapan CSR. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh pada pengungkapan CSR. Pengujian hipotesis kedua

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada pengungkapan

CSR. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kepemilikan asing

berpengaruh pada pengungkapan CSR.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dikaitkan dengan

corporate governance. Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap

perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel

serta tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) memaksa

perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Mekanisme

corporate governance seperti struktur kepemilikan dan komposisi dewan komisaris

independen adalah mekanisme yang dapat memberikan arahan dan kontrol terhadap

perusahaan dalam pelaksanaan dan pengungkapan CSR.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi

keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management (Koh,

2003; Veronica dan Bachtiar, 2005). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan

menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional

sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Perusahaan dengan

kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya

untuk memonitor manajemen (Arif, 2006). Hal senada juga dikemukakan oleh Shleifer

and Vishny (1986) dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institutional shareholders,

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

25

dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan

keputusan perusahaan (Novita dan Djakman, 2008).

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi

serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan corporate governance yang baik.

Namun, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam pengambilan keputusan

operasional. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat oleh dewan komisaris mencakup

tindakan pencegahan, perbaikan, sampai dengan pemberhentian direksi secara sementara

(KCKG, 2006). Jika terjadi pemberian sanksi pemberhentian direksi secara sementara,

maka tindakan tersebut harus segera diikuti dengan penyelenggaraan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan

internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Komposisi dewan

komisaris akan menentukan kebijakan perusahaan termasuk praktek dan pengungkapan

CSR. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk

mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Keberadaan

dewan komisaris independent (outside member board) akan semakin menambah

efektifitas pengawasan. Komposisi dewan komisaris independen juga dianggap sebagai

solusi untuk mengatasi masalah keagenan.

Penjelasan di atas, memberikan pemahaman bahwa dengan tingkat kepemilikan

institusional yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat pengawasan terhadap

manajemen. Pengungkapan CSR adalah salah satu aktivitas perusahaan yang dimonitor

oleh pemilik saham institusi. Sehingga hipotesis penelitian yang dikemukakan adalah

sebagai berikut;

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

26

H1a-0 : Kepemilikan institusional perusahaan berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab perusahaan.

H1a-1 : Kepemilikan institusional perusahaan tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab perusahaan.

H1b-0 : Komposisi dewan komisaris perusahaan berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

H1b-1 : Komposisi dewan komisaris perusahaan tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

II.2.2. Profitabilitas dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan

fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham,

hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial

adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan

(manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu

informasi tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas

rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja

perusahaan.

Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan

tanggung jawab sosial paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan

sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk

membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Bowman & Haire (1976) dan Preston

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

27

(1978) dalam Hackston & Milne (1996) menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas

perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006).

Penelitian terdahulu oleh Mulyadi dan Anwar (2011) melakukan penelitian

mengenai investor’s perception on corporate responsibility of Indonesian listed

companies. Hasil menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap dampak stock’s return. Sehingga tidak mendukung hubungan

profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Anwar, Haerani,

Pagalung (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan corporate

social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham. Hasil

penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pengungkapan corporate social

responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, dan EVA) dan harga

saham pada perusahaan manufaktur, komunikasi dan bank yang terdaftar di BEI. Kinerja

keuangan perusahaan yang diukur dengan ROA, ROE, dan EVA berpengaruh positif

pada pengungkapan CSR pada laporan keuangan perusahaan. Untari (2010) melakukan

penelitian mengenai effect on company characteristics corporate social responsibility

disclosures in corporate annual report of consumption listed in Indonesian Stock

Exchange. Dimana penelitian ini hanya menggunakan 18 perusahaan barang konsumsi

yang terdaftar di BEI pada tahun 2006-2008 yang mengungkapkan CSR di dalam

laporan tahunan. Penelitian ini menguji karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan size perusahaan,

profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan. Sedangkan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang dilakukan Pian KS

(2010) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan dan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

28

regulasi pemerintah terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR) pada

laporan tahunan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan saham

pemerintah, regulasi pemerintah, tipe industri, dan ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan

kepemilikan saham asing dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang dilakukan (Rosmasita,

2007) juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan profitabilitas dengan

pengungkapan tanggung jawab sosial. Begitu juga dengan hasil penelitian yang

dilakukan Anggraini (2006) tidak berhasil membuktikan profitabilitas terhadap

pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan.

Lang dan Landholm (1993) menyatakan bahwa hubungan profitabilitas dan

pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan isu kontroversial untuk dipecahkan.

Argumentasinya adalah bahwa akan terdapat biaya tambahan dalam rangka

pengungkapan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, profitabilitas akan menjadi

turun.

Sehingga hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :

H2-0 : Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan.

H2-1 : Tingkat profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2011-2-00041-AK bab 2.pdfmemperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk

29

II.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Profitabilitas ( ROE )

Corporate Governance : - Kepemilikan Institusional

- Komposisi Dewan Komisaris

Independen

Pengungkapan Tanggung

jawab Sosial Perusahaan

Penelitian Terdahulu

Hipotesis Penelitian

Profitabilitas dan Pengungkapan

Tanggung jawab Sosial

Corporate Governance dan

Pengungkapan Tanggung jawab Sosial

Analisis Data

Analisis Deskriptif Analisis Statistik

Hasil Penelitian

Hasil pengujian

Profitabilitas terhadap

Pengungkapan Tanggung jawab

Sosial

Corporate Governance

terhadap Pengungkapan

Tanggung jawab Sosial

Simpulan dan Saran