bab ii landasan teori dan pengembangan hipotesis …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-1-00005-ak bab...

21
11 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Auditing Auditing merupakan salah satu jenis jasa penjaminan (assurance service). Oleh karena itu, sebelum sampai pada definisi auditing maka akan disampaikan terlebih dahulu definisi dari assurance service. Definisi assurance service menurut AICPA Special Committee on Assurance Service dalam Boynton, Johnson dan kell (2002) mendefinisikan assurance service sebagai berikut, Jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan(h.19). Jasa penjaminan memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan tidak bias dengan informasi yang diperiksanya.Messier (2006) mendefinisikan: ”Assurance service are independent profesional service that improve the quality of information, or its context, for decision makers” (p.14). Kebutuhan akan penjamin bukanlah hal yang baru. Kantor – kantor akuntan publik telah puluhan tahun menyediakan barbagai macam jasa penjamin. Definisi auditing menurut American Accounting Association (AAA) dalam Messier (2006) mendefinisikan pengauditan (auditing), “a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to the interested users” (p.13).

Upload: dinhtruc

Post on 31-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II.1. Auditing

II.1.1. Pengertian Auditing

Auditing merupakan salah satu jenis jasa penjaminan (assurance service). Oleh

karena itu, sebelum sampai pada definisi auditing maka akan disampaikan terlebih

dahulu definisi dari assurance service. Definisi assurance service menurut AICPA

Special Committee on Assurance Service dalam Boynton, Johnson dan kell (2002)

mendefinisikan assurance service sebagai berikut, ”Jasa profesional independen yang

dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan” (h.19).

Jasa penjaminan memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat independen dan

tidak bias dengan informasi yang diperiksanya.Messier (2006) mendefinisikan:

”Assurance service are independent profesional service that improve the quality

of information, or its context, for decision makers” (p.14). Kebutuhan akan penjamin

bukanlah hal yang baru. Kantor – kantor akuntan publik telah puluhan tahun

menyediakan barbagai macam jasa penjamin.

Definisi auditing menurut American Accounting Association (AAA) dalam

Messier (2006) mendefinisikan pengauditan (auditing), “a systematic process of

objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic

actions and events to ascertain the degree of correspondence between those

assertions and established criteria and communicating the results to the interested

users” (p.13).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

12

Definisi di atas dapat diartikan bahwa auditing adalah suatu proses sistematik

untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang

tindakan - tindakan dan kejadian - kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan

tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan menurut Agoes (2004) definisi auditing, “Suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan - catatan pembukuan

dan bukti - bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat meberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” (h.1)

Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003) melihat audit

dari pelaksana yang digambarkan sebagai pihak yang kompeten dan independen. Mereka

mengungkapkan, “Auditing adalah proses pengumpulan data dan pengevaluasian bahan

bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang

dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan

melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria – kriteria yang ditetapkan.

Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten.” (h.1)

Dari berbagai definisi yang telah disampaikan terdapat dua hal yang mendasar

berkaitan dengan auditing, yaitu kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang

ditetapkan dan pengumpulan atau perolehan dan pengevaluasian bukti.

Untuk melaksanakan pemeriksaan (auditing), diperlukan informasi yang dapat

diverifikasi dan sejumlah kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman

pengevaluasian bukti tersebut. Proses penentuan jumlah bukti yang diperlukan dan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

13

penilaian kelayakan informasi sesuai dengan kriteria merupakan bagian penting dari

auditing.

Berdasarkan beberapa definisi auditing di atas maka dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa auditing atau pemeriksaan merupakan suatu proses yang dilakukan

secara sistematis oleh orang yang kompeten dan independen untuk meningkatkan

kualitas informasi dengan cara memperoleh dan mengevaluasi bukti - bukti sehubungan

dengan asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi suatu entitas dan membandingkan hal

atau fakta tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan.

II.1.2. Jenis-Jenis Audit

Dalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

Jenis audit ditinjau dari objek yang diaudit, dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu

audit laporan keuangan (financial statement audit), audit ketaatan (complience audit),

dan audit operasional (operational audit).

a) Audit Laporan Keuangan

Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan

keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi

telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria itu adalah

prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam pernyataan

standar akuntansi keuangan (PSAK). Pada tanggal 7 September 1994 Ikatan Akuntansi

Indonesia (IAI) telah mengesahkan berlakunya Kerangka Dasar Penyusunan dan

Pelaporan Keuangan dan PSAK no. 1 sampai dengan no. 35 yang berlaku efektif sejak 1

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

14

Januari 1995. Kerangka dasar dan PSAK-PSAK ini dikondisikan dalam buku Standar

Akuntansi Keuangan. Audit ini dilakukan oleh auditor independen.

b) Audit Operasional

Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari metode

operasi suatu organisasi untuk menilai efesiensi dan efektifitasnya. Umumnya, pada

saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada

menejemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.

c) Audit Ketaatan

Audit ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah

mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki

otoritas lebih tinggi. (h.4).

II.1.3. Standar Auditing

Berdasarkan SPAP, audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas

jika memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup mutu

professional, auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor.

Menurut Mulyadi (2001), AP merupakan salah satu profesi yang memiliki

standar sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya, sehingga tuntutan untuk

bersikap profesionalisme dalam menjalankan profesinya harus diterapkan sesuai dengan

yang tercantum dalam standard auditing yaitu:

(I) Standard umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

15

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam

sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

(II) Standard Pekerjaan Lapangan

a. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh

untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang harus dilakukan.

b. Pekerjaan harus direncanakan sebaik - baiknya dan jika digunakan assisten

harus disupervisi dengan semestinya.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

(III) Standard Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip

akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi

yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

16

tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan

maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor

dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat

petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat

tanggung jawab yang dipikulnya. (h.15)

II.1.4. Jenis-Jenis Auditor

Dalam Boynton dan Johnson (2002), secara garis besar terdapat tiga jenis

auditor, yaitu auditor pemerintah, auditor intern, dan auditor independen atau AP.

a) Auditor Independen

Auditor independent di Amerika Serikat biasanya adalah CPA yang bertindak

sebagai praktisi perorangan atau anggota KAP yang memberikan jasa auditing

professional kepada klien.

b) Auditor Internal

Auditor intern adalah pegawai dari organisasi yang diaudit. Auditor jenis ini

melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independent, yang dinamakan audit

internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi.

c) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah dipekerjakan oleh berbagai kantor pemerintah di tingkat

federal, negara bagian, dan local di AS. Pada tingkat federal, terdapat tiga kantor utama,

yaitu the General Accounting Office (GAO), Interal Revenue Service (IRS), dan

Defence Contract Audit Agency (DCAA). (h.8).

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

17

Sedangkan di Indonesia auditor pemerintah terdiri dari dua, yaitu auditor

eksternal yang ditangani oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan auditor internal

yang disebut juga dengan Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah (BPKP).

II.2. Kantor Akuntan Publik

II.2.1. Pengertian Kantor Akuntan Publik

Pemeriksaan sebagai salah satu jenis assurances service pada umumnya,

terutama pemeriksaan independen yang dilakukan oleh seorang auditor independen atau

biasa disebut dengan AP yang merupakan suatu profesi yang memang memiliki

kompetensi untuk melakukan pemeriksaan tersebut.

Mulyadi (2001) menyatakan, Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

423/KMK.06/2002 Tentang Jasa AP, Akuntan didefinisikan sebagai seseorang yang

berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Sedangkan AP adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari

Menteri untuk memberikan jasa pemeriksaan. Menurut SK. Menkeu

No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana diubah dengan SK.

Menkeu No.470/ KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999, KAP adalah lembaga yang

memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi AP dalam menjalankan

pekerjaannya. (h.25)

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa KAP merupakan tempat penyediaan

jasa oleh profesi AP bagi masyarakat. Sedangkan AP adalah akuntan yang berpraktik

dalam KAP yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam SPAP, dan auditor

independen adalah AP yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangn

historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

18

SPAP.

Dalam melakukan jasanya, AP harus berada dalam suatu badan hukum yang

biasa disebut KAP. AP dapat bertindak baik sebagai partner maupun sebagai pegawai

pemeriksa dalam KAP tersebut dan KAP dapat berbentuk KAP perseorangan, yang

terdiri dari seorang partner, maupun KAP persekutuan, yang terdiri dari beberapa

partner.

Struktur hirarki personal dalam KAP sangat beragam tergantung pada

manajemen KAP tersebut. Akan tetapi pada dasarnya setiap kantor AP mempunyai pola

dasar struktur yang sama walaupun seringkali berbeda dalam istilah yang digunakan.

Mulyadi (2001)menyatakan bahwa, pola umum dari struktur hirarki personal

dalam KAP adalah sebagai berikut:

a) Patner, menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit; bertanggung jawab

atas hubungan dengan klien; bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai

auditing. Patner menandatangani laporan audit dan management lettrt, dan

bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien.

b) Manejer, bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor

senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview kertas

kerja, laporan audit dan menegement letter. Biasanya manajer melakukan

pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior.

c) Auditor senior, bertugas untuk melaksanakan audit; bertanggung jawab untuk

mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana; bertugas

untuk mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior.

d) Auditor Junior, melaksanakan prosedur audit secara rinci; membuat kertas kerja

untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. (h.31)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

19

II.2.2. Jasa - Jasa Yang Ditawarkan Kantor Akuntan Publik

Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003), KAP

menyediakan berbagai macam jasa yang berkaitan dengan akuntansi dan pemeriksaan.

Selain jasa pemeriksaan independen terhadap laporan keuangan klien yang merupakan

jasa utama, KAP juga menyediakan jasa atestasi dan assurance. KAP secara

berkesinambungan terus mengembangkan produk - produk dan jasa - jasa baru,

termasuk pula spesialisasi dalam perencanaan keuangan dan penilaian bisnis. Berikut

Jasa-jasa yang ditawarkan oleh KAP secara umum, yaitu:

a) Jasa Akuntansi dan Pembukuan

Kebanyakan klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyerahkan

pembuatan laporan keuangannya kepada KAP. Sebagian dari klien kecil tersebut

bahkan tidak mempunyai cukup karyawan untuk mengerjakan buku besar dan ayat

jurnalnya. Selanjutnya, KAP melaksanakan serangkaian jasa akuntansi dan

pembukuan untuk memenuhi kebutuhan dari para kliennya.

b) Jasa Perpajakan

KAP menyusun surat pemberitahuan pajak (SPT) pajak penghasilan dari perusahaan

dan perseorangan, baik yang merupakan klien audit maupun bukan. Disamping itu,

KAP juga memberikan jasa yang berhubungan dengan pajak pertambahan nilai,

pajak penjualan barang mewah, perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan

lainnya. Jasa perpajakan saat ini dilaksanakan oleh hampir semua KAP, dan pada

banyak KAP kecil jasa perpajakan memegang peranan yang lebih penting daripada

jasa audit.

c) Jasa Konsultasi Manajemen

Sebagian besar Kantor Akunta Publik memberikan jasa tertentu yang membuat

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

20

kliennya dapat meningkatkan efektifitas operasinya. Jasa yang ditawarkan beragam,

mulai dari pemberian saran - saran sederhana guna meningkatkan sistem akuntasi

klien hingga saran dalam strategi pemasaran, instalasi komputer, dan konsultasi

manfaat aktuaria. (h.12)

II.3. Kualitas Audit

Christiawan (2002), kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

independensi. (h.5)

Kemudian Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk

menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas

melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. (p.462)

Widagdo (2002) dalam Christiawan, terdapat 7 kualitas audit yang berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu (1) atribut pengalaman melakukan audit, (2)

atribut memahami industri klien, (3) atribut responsif terhadap kebutuhan klien, (4)

atribut pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) atribut komitmen kuat

terhadap kualitas audit, (6) attribut keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan

dan (7) attribut melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat. (h. 13)

Dengan kata lain kualitas audit merupakan suatu rangkain hasil audit dari kinerja

auditor yang memiliki sistem pendidikan, pengalaman dan pelatihan yang memadai serta

independensi.

II.4. Pengembangan Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian.

Terdapat tiga variabel independen yang biasa disebut dengan variabel bebas yang

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

21

tercakup dalam unsur - unsur kompetensi dan satu variabel dependen atau dikenal

dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian kali ini. Variabel Independen

terdiri dari: (1) Pendidikan yang disingkat menjadi (PDK), (2) Pengalaman yang

disingkat menjadi (PGL), (3) Pelatihan yang disingkat menjadi (PLT), (4) Independensi

(IDP). Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Kualitas audit yang

disingkat menjadi (KA).

II.4.1. Unsur - unsur Kompetensi

Ruky (2003) mengutip pendapat Spencer & Spencer dari kelompok konsultan

Hay & Mac Ber bahwa kompetensi adalah “an underlying characteristic of an

individual that is casually related to criterion – referenced effective and/or superior

performance in a job or situation.” (p.104).

Sedangkan menurut Munawir (1995), “Kompetensi seorang auditor ditentukan

oleh tiga faktor sebagai berikut: Pendidikan formal tingkat universitas, pelatihan teknis

dan pengalaman dalam bidang auditing, dan pendidikan profesional yang

berkelanjutan”. (h.32)

Sementara itu, dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor

46A Tahun 2003 Tanggal 21 Nopember 2003 ditentukan bahwa kompetensi adalah

kemampuan dan karak-teristik yang dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara

professional, efektif, dan efisien.

Kompetensi dipengaruhi sifat individu yang secara erat berhubungan dengan

pencapaian efektifitas atau kinerja maksimal dalam kerja. Kompetensi dapat dilihat dari

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

22

beberapa sifat individu yang dapat diukur atau dihitung sehingga menjadi pembeda

antara kemampuan rata - rata, di bawah rata-rata, atau di atas rata - rata. Sifat individu

yang mempengaruhi kompetensi seseorang antara lain meliputi, komponen - komponen

atau karakteristik yang membentuk sebuah kompetensi menurut Spencer & Spencer

(1993) adalah:

1) Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau

dikehendaki oleh seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif

tingkah laku seperti me-ngendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih

untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.

2) Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi

atau situasi tertentu.

3) Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.

4) Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi

ini sangat kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi

kinerja karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan

sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.

5) Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas - tugas fisik atau mental

tertentu. (h.11)

Profesi auditor atau AP berhubungan erat dengan kemampuan atau kompetensi

individu yang bersangkutan untuk bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

akuntansi dan auditing. Jadi bisa disimpulkan bahwa unsur - unsur kompetensi secara

umum terdiri dari Pengetahuan, Keahlian, Pengalaman, Keterampilan, Pelatihan, dan

Pendidikan profesional yang berkelanjutan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

23

Dari berbagai sumber yang mengungkapkan komponen atau unsur - unsur dari

kompetensi, penulis merangkum dan menyederhanakan unsur - unsur kompetensi

menjadi empat unsur, yang terdiri dari:

II.4.1.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan lembaga bagi masyarakat untuk memperoleh

pengetahuan dan wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan akademik dan

menumbuhkan sikap, kepercayaan, nilai, jiwa sosial, dan keterampilan yang menunjang

dalam kehidupan bermasyarakat.

Ruslan (2007), mengatakan salah satu tujuan pendidikan di negara Amerika

Serikat adalah untuk menyeimbangkan jurang kemakmuran sehingga setiap individu

mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan kebiasaannya.

Menurut Sihombing, Umberto, Ida dan Bambang (2003), tujuan pendidikan

negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 dan untuk mewujudkan masyarakat yang

demokratis, berkeahlian, berdaya saing, memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin,

mandiri, menguasai pengetahuan dan teknologi, berahlak mulia, beriman, maju,

sejahtera, dan cinta tanah air. (h.2-3).

Tujuan pendidikan di negara Amerika Serikat lebih sederhana dibandingkan

dengan negara Indonesia, akan tetapi pendidikan di Amerika Serikat lebih maju dan

kualitas sumber daya manusianya lebih berkualitas dibandingkan dengan Indonesia. Hal

ini terjadi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah minimnya fasilitas atau

sarana dan prasarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah di negara Indonesia.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

24

Walaupun tingkat pendidikan di Indonesia belum sebaik Negara - negara maju

yang ada di dunia, tetapi dengan biaya pendidikan yang tercantum dalam RUU APBN

sebesar 20% dengan posisi di bawah sektor kesehatan dan ekonomi sudah membuktikan

bahwa pendidikan di negara Indonesia adalah hal yang sangat penting, hampir di seluruh

sektor dan bidang usaha menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama karena

umumnya pendidikan dianggap sebagai cerminan tingkat keahlian dan kualitas

seseorang.

Setiap profesi mempunyai identitas, pranata pengetahuan yang berbeda, kode

etik, dan karakteristik yang jelas. Menurut Holmes dalam Bajuri (1979) di samping

menguasai ilmu-ilmu yang disyaratkan untuk studi dengan titik berat akuntansi, seorang

AP atau auditor yang benar-benar berpendidikan harus dapat menguasai bahasa inggris,

ilmu statistik, ilmu perilaku, ilmu ekonomi, keuangan, manajemen, produksi, pemasaran,

hukum dagang, dan auditing. (h.48)

Hampir semua KAP yang besar hanya bersedia menerima sumber daya manusia

yang berpendidikan tinggi, minimal sarjana ekonomi (S1). Sehingga auditor dituntut

untuk memiliki pendidikan minimal sarjana ekonomi agar dapat diterima bergabung

baik di perusahaan maupun di KAP, bahkan banyak auditor yang memiliki tingkat

pendidikan yang lebih tinggi dari S1 guna meningkatkan kualitas dan kemampuannya

untuk mencapai karir dan kedudukan yang lebih baik.

Pengauditan memang pekerjaan profesional dan oleh karenanya pengajaran dapat

diarahkan dengan tepat agar dapat menghasilkan para auditor yang memiliki sikap

profesionalisme sehingga dapat menjalankan pekerjaan audit secara profesional dan

menghasilkan kualitas audit yang bermutu.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

25

Menurut Suwardjono (1992), Pengembangan pendidikan akademis yang dimiliki

oleh auditor sangat diperlukan, sehingga para auditor yang secara teoritis telah

mempelajari pengauditan tidak tergelincir menjadi pragmatis akan tetapi akan menjadi

lebih profesionalisme karena mendapatkan masukan yang lebih besar mengenai

profesionalisme dari pendidikan profesional yang merupakan pengembangan pendidikan

akademik. (h.167).

Dengan demikian hipotesis pertama penelitian ini adalah (dinyatakan dalam hipotesis

alternatif):

H1: Pendidikan memiliki pengaruh secara positif terhadap kualitas audit

II.4.1.2. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu hal yang telah terjadi yang dapat dijadikan

pembelajaran untuk menghadapi kejadian yang serupa dengan kejadian lalu di waktu

berikutnya. Tenaga kerja yang berpengalaman, ternyata memberikan angka kemampuan

kerja rata - rata yang lebih baik dibandingkan dengan tenaga kerja yang berpengalaman.

Pengalaman kerja yang diperoleh tidak hanya memberikan tambahan pengetahuan dan

keterampilan kerja saja, tetapi juga dapat memberikan pengalaman yang bersifat efektif

misalnya disiplin, kerja sama, tanggung jawab, dan penyesuaian terhadap kondisi

pekerjaan. Apabila pekerjaan yang pernah dilaksanakan dan yang sedang dihadapi sama,

berarti unsur - unsur pengalaman yang telah dimiliki dapat sepenuhnya digunakan untuk

melaksanakan pekerjaan barunya. Dengan demikian semakin mirip jenis pekerjaan

berarti semakin tinggi tingkat relevansinya, dan dapat mengerjakan pekerjaan tersebut

dengan baik.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

26

Kenyataan tersebut memberikan gambaran bahwa pengalaman kerja merupakan

hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam penerimaan sumber daya manusia yang

siap pakai, karena dengan pengalaman kerja diharapkan kemampuan sumber daya

manusia dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan benar, dan dengan pengalaman

kerja diharapkan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik.

Untuk jenis pekerjaan tertentu, pekerjaan yang memerlukan keterampilan,

pengalaman kerja sangat berperan, karena pengalaman yang berulang-ulang atau banyak

akan menjadikan kebiasaan dan secara otomatis dapat mengerjakan tugas yang

merupakan kewajibannya dengan baik dan benar.

Thorne dan Machry (2000) mengemukakan: “……… the more experiences you

become and the better you get to know your self, the more clearly you are able to define

where your real talent and ability lies”. (p.28).

Semakin banyak menimba pengalaman dan semakin baik mengenal diri, maka

semakin mudah mengetahui posisi yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

dimiliki. Untuk mengetahui posisi yang tepat, perlu dilakukan eksplorasi kemampuan

diri secara cermat sehingga seluruh potensi yang dimiliki dapat berguna secara optimal.

Hall (1998), mendeskripsikan pengalaman dapat memberikan landasan yang

memungkinkan membangun dan memulai menyiapkan kemampuan untuk tugas yang

akan dating. Pengalaman yang dimplementasikan secara baik dapat menghasilkan

karyawan yang unggul. Nilai dan keahlian yang diperoleh melalui pengalaman dapat

mempengaruhi pelaksanaan tugas karyawan. (h.25)

Pengalaman kerja bagi seorang auditor dapat tercermin dari prestasi atau hasil

pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik. Periode atau lamanya bekerja seorang AP

tidak menjamin kualitas atau prestasi kerja yang baik, pengalaman yang dapat dijadikan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

27

sebagai cerminan atau pedoman untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik lagi adalah

jumlah tugas yang dilaksanakan dan frekuensi pemberian jasa kepada klien oleh seorang

AP.

Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting

dalam memprediksi kinerja AP, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu

persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi AP (SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997).

Dengan demikian hipotesis kedua penelitian adalah (dinyatakan dalam hipotesis

alternatif):

H2: Pengalaman memiliki pengaruh secara positif terhadap kualitas audit

II.4.1.3. Pelatihan

Peningkatan kompetensi sangat penting bagi organisasi untuk meningkatkan

kualitas dan eksistensi. Pemanfaatan peluang atau sumber daya merupakan salah satu

penunjang siklus organisasi, oleh karena itu perlu pengelolaan sumber daya manusia

secara terpadu untuk mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan atau disyaratkan agar

keberhasilan organisasi dapat tercapai. Sebagai langkah awal adalah organisasi

mengukur kemampuan dan kelemahan anggotanya atau sumber daya manusianya untuk

kemudian merencanakan pelatihan yang sesuai agar kelemahannya dapat dikurangi

bahkan dihilangkan.

Pelatihan adalah pengetahuan atau wawasan yang diperoleh dari luar lingkungan

pendidikan akademis. Pelatihan ditujukan pada peningkatan kemampuan sehingga

pelatihan dilaksanakan dengan efektif, dan efisien untuk mencapai hasil yang

membanggakan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

28

Untuk kepentingan organisasi, pengembangan kompetensi harus menghasilkan

perbaikan kinerja sehingga meningkatkan daya saing dan efisiensi. Pengembangan

sumber daya manusia merupakan kegiatan pembelajaran teroganisir yang bertujuan

memperbaiki kinerja dan menumbuhkan kompetensi personilnya dengan tujuan

memperbaiki kinerja individu dan organisasi.

Tujuan dari pelatihan adalah untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan diri

dalam menghadapi pekerjaan. Pelatihan dapat dikatakan sebagai pengetahuan tambahan

yang menunjang dalam menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang baik. Jadi, dapat

dikatakan pelatihan merupakan suatu investasi di masa datang guna mencapai hasil yang

lebih baik.

Pelatihan di kalangan profesi AP sudah tidak asing lagi karena untuk

meningkatkan keterampilan sebagai AP, pelatihan merupakan alternatif yang banyak

dipilih dibandingkan dengan melanjutkan pendidikan akademis dengan tujuan

mengembangkan keterampilan yang sama.

Sedangkan pendidikan mempunyai arti yang lebih luas dari Pelatihan (trianing).

Pendidikan menyangkut aspek keterampilan dalam bidang pengetahuan dan

pembentukan kepribadian, pengembangan wawasan dan daya nalar, dan etika sosial.

Sedangkan pelatihan pada umumnya hanya menyangkut aspek keterampilan.

Menurut Suwardjono, (1992) mengungkapkan bahwa pendidikan yang diperoleh

auditor di bangku kuliah yang menerima teori dengan rumus if-then tidaklah cukup

untuk bekal auditor untuk mengembangkan karirnya, kerangka konseptual dan

penalarannya harus dimiliki seorang auditor agar sikap kreatif dan inovatif dapat ikut

berkembang hal ini dapat dicapai dengan melakukan praktek langsung dan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

29

mengembangkan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki auditor yang dapat

diperoleh dari pelatihan. (h.268)

Dengan demikian hipotesis ketiga penelitian adalah (dinyatakan dalam hipotesis

alternatif):

H3: Pelatihan memiliki pengaruh secara positif terhadap kualitas audit

II.4.1.4. Independensi

Mautz dan Sharaf (1993), independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B.

Wilcox adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan

independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan

oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka

opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (h.246).

Persyaratan bagi independensi auditor yang diatur dalam Sarbanes-Oxley Act

diantaranya: menghindari beberapa aktivitas yang dilarang, semua jasa audit harus telah

disetujui oleh komite audit, adanya rotasi dari partner yang melakukan audit,

menghindari konflik kepentingan, dan penelaahan oleh Comptroller General terhadap

dampak potensial dari rotasi yang telah diwajibkan.

(http://www.bpkp.go.id/unit/investigasi/sarbanes.pdf, diakses tanggal 18 november

2008)

Selain memenuhi standar auditing yang ditetapkan, auditor juga harus

melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan,

serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

30

profesionalnya seperti yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kode

etik IAI yang memuat prinsip etika profesi.

Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut (Mulyadi;

2001):

1. Pernyataan Etika Profesi No.1: Integritas, Obyektifitas dan independensi

2. Pernyataan Etika Profesi No.2: Kecakapan Profesional

3. Pernyataan Etika Profesi No.3: Pengungkapan Informasi rahasia klien

4. Pernyataan Etika Profesi No.4: Iklan bagi Kantor Akuntan Publik

5. Pernyataan Etika Profesi No.5: Komunikasi antar Akuntan Publik

6. Pernyataan Etika Profesi No.6: Perpindahan staf/patner dari satu kantor

akuntan ke kantor akuntan lain. (h.59)

Boyton (2002), independensi auditor diterangkan dalam prinsip - prinsip kode

etik AICPA yang terdiri dari tanggung jawab, kepentingan publik, integritas, objektivitas

da independensi, kecermatan atau keseksamaan, lingkup dan sifat jasa.

Objektitivitas adalah suatu sikap mental. Objektivitas berarti tidak memihak dan

tidak berat sebelah dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan. Kepatuhan pada

prinsip ini akan meningkat bila para anggota menjauhkan diri dari keadaan yang akan

menimbulkan pertentangan kepentingan, karena akan melemahkan objektivitas anggota

dalam pelaksanaan audit terhadap klien. Sedangkan independensi seorang aditor akan

menjadikan pemberian pendapat yang menjadi kurang bernilai bagi mereka yang

mengandalkan laporan audit apabila auditor tersebut mempunyai kepentingan keuangan

atau hubungan usaha dengan klien. Sehingga para anggota yang berpraktik sebagai AP,

harus senantiasa menilai hubungannya dengan klien agar tidak melemahkan

independensinya. (h.101-103).

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00005-AK Bab 2.pdfDalam buku Arens dan Loebbecke yang di terjemahkan oleh Jusuf, A.A (2003),

31

Dengan begitu kualitas audit yang dihasilkanpun bukan tidak mungkin menjadi

berpengaruh. Oleh karena itu, hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah (dinyatakan

dalam hipotesis alternatif):

H4: Independensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit