bab ii landasan teori ii.1 audit ii.1.1 pengertian auditthesis.binus.ac.id/asli/bab2/2009-2-00486-ak...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Audit
Secara garis besar Auditing dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang
membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya
audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan yang
digariskan atau belum.
II.1.1 Pengertian Audit
Terdapat pengertian dari beberapa ahli tentang pengertian pemeriksaan akuntansi ( Audit
) antara lain:
Menurut Arens dan Loebbecke (2003), definisi auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a component, independent person“ (p.9).
Menurut Soekrisno Agoes (2004) adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” (h.3).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan akuntansi
adalah suatu proses pengumpulan dan penilaian bahan bukti (evidence) tentang informasi
yang dapat diukur dari suatu kesatuan ekonomi untuk menentukan kesesuaian informasi
dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.
II.1.2 Unsur-unsur Audit
Definisi pemeriksaan akuntansi (Audit) secara umum menurut Mulyadi
(2002) memiliki unsur-unsur penting yang diuraikan berikut ini:
1. Suatu proses sistematik.
Pemeriksaan akuntan merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu
rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka, dan terorganisasi.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif.
Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari
pernyataan yang dibuat oleh individu atas badan usaha serta untuk
mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kebijakan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
di sini adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses
pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang
dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu
pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan yang umumnya terdiri dari
empat laporan keuangan pokok; neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas,
laporan perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan dapat pula berupa
laporan biaya pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan.
4. Menetapkan tingkat kesesuaian.
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil
pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan dekat tidaknya
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang ditetapkan
Patokan atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai kesesuaian
informasi yang dapat berupa peraturan yang ditetapkan oleh manajemen dan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
6. Penyampaian hasil pemeriksaan.
Penyampaian hasil pemeriksaan akuntan (auditing) sering disebut dengan
pengesahan (attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis
dalam bentuk laporan akuntan (audit report). Pengesahan dalam bentuk
laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat keuangan atas laporan keuangan yang dibuat oleh suatu
perusahaan. Misalnya jika akuntan menyatakan bahwa laporan keuangan yang
diperiksanya adalah wajar, maka pemakai laporan keuangan akan
mempercayai informasi yang tercantum dalam laporan tersebut. Sebaliknya
jika akuntan publik menyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya
tidak wajar maka kepercayaan pemakai laporan keuangan terhadap laporan
tersebut akan berkurang atau hilang.
7. Pemakai yang berkepentingan
Dalam dunia usaha pemakai yang berkepentingan terhadap laporan akuntansi
adalah pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi
buruh, dan inspeksi pajak. Pada dasarnya auditing bersifat menentukan apakah
informasi-informasi yang tercatat telah mencerminkan dengan benar kejadian-
kejadian ekonomi yang muncul selama periode akuntansi.(h.9)
II.1.3 Jenis – jenis Audit
Jenis Audit menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf,
A.A. (2001) mengelompokkan audit menjadi 3 jenis yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan merupakan audit atau pemeriksaan yang dilakukan
oleh auditor independen terhadap laporan keuangan suatu entitas, yang
bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan
telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya kriteria itu
adalah prinsip akuntasi yang berlaku umum
2. Audit Operasional
Audit Operasional merupakan penelaahan atas bagian dari prosedur dan
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitas
kegiatan organisasi tersebut. Pada akhir audit operasional juga akan diajukan
saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalanya proses operasional
dalam organisasi.
3. Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan bertujuan menentukan apakah klien telah mengikuti
peraturan atau aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki
otoritas lebih tinggi, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan seperti
manajemen dan dewan komisaris, maupun pihak ekstern misalnya pemerintah.
Hasil pemeriksaan ketaatan pada umumnya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.” (h. 4-
6).
II.2. Audit Operasional
Dengan berkembangnya suatu perusahaan diikuti dengan kompleksnya aktivitas
yang dijalankan, hal ini menuntut pelaksanaan aktivitas yang efisien dan efektif untuk
mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengetahui
perbandingan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai
dibandingkan dengan kondisi yang ada diperlukan audit. Audit yang dilakukan tidak
cukup hanya audit keuangan saja yang penekanannya pada penilaian yang sistematis dan
obyektif serta berorientasi historis dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang
ketelitian dan keandalan data keuangan serta pengamanan harta atas kewajaran laporan
keuangan yang telah diperiksa.
Disamping itu pimpinan perusahaan juga memerlukan informasi yang terkait
dengan aktivitas operasional perusahaan , audit ini merupakan perluasan dari audit
keuangan disebut dengan Audit Operasional.
II.2.1. Pengertian Audit Operasional
Menurut Arens dan Loebbecke (2003) mengemukakan definisi audit
operasional sebagai berikut:
“ An operational audit is a review of any part of an organization’s operating
procedures and method for the purpose of evaluating efficiency and
effectiveness’” (p.12).
Melihat dari definisi diatas beberapa hal yang merupakan inti dari pengertian
audit operasional, yaitu sebagai berikut:
1. Audit operasional merupakan penelaahan yang sistematis atas kegiatan atau
keadaan pada suatu organisasi dengan tujuan untuk memeriksa efisiensi dan
efektivitas suatu kegiatan.
2. Audit operasional bertujuan menilai cara – cara pengelolaan yang diterapkan
dalam objek audit operasional berupa kegiatan, program , unit atau fungsi
yang menjadi bagian dari suatu organisasi sudah berjalan dengan baik.
3. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah untuk :
a.) menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan.
b.) mengidentifikasi kemungkinan perbaikan.
II.2.2. Tujuan Audit Operasional
Audit operasional bertujuan untuk menghasilkan perbaikan dalam pengelolaan
operasi/aktivitas objek yang diaudit, dengan memberikan saran – saran perbaikan prestasi
kerja sehingga menjadi lebih baik.
Menurut Agoes.S (2004),Tujuan umum dari audit operasional antara lain:
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi yang ada
dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya)
yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah
ditetapkan oleh top management.
4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem
pengendalian manajemen dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka
meningkatkan efisiensi,efektifitas dan ekonomis dari kegiatan operasional
perusahaan.
Tujuan utama dalam audit operasional adalah untuk membantu pihak manajemen
dalam menemukan dan memecahkan beragam masalah dengan cara
merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan. (h.175)
II.2.3. Jenis – jenis Audit Operasional
Menurut Tunggal .A.W (2000) ada tiga kategori audit operasional, yaitu:
1. Audit Fungsional (functional audit)
Audit Fungsi adalah suatu alat untuk mengkategorikan aktivitas usaha, seperti fungsi
penagihan atau fungsi produksi. Suatu audit fungsional berhubungan dengan satu
atau banyak fungsi yang lebih banyak dalam suatu organisasi.
2. Audit organisasi (organizational audit)
Audit organisasional berhubungan dengan setiap unit organisasi secara keseluruhan,
seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Tekanan dalam suatu audit
organisasi adalah seberapa efisien dan efektifnya fungsi-fungsi tersebut saling
berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkordinasikan
aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini.
3. Penugasan khusus (special assignment)
Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen. Audit ini dapat terjadi
sewaktu-waktu, dapat pula dalam suatu pelaksanaan audit operasional secara
fungsional maupun organisasional,terdapat variasi yang luas untuk audit demikian
(h.35&36).
II.2.4. Temuan Audit Operasional
Tunggal, A.W. (2008) menyatakan, “ Suatu yang penting dalam audit adalah
pengembangan temuan –temuan untuk dikomunikasikan kepada pihak-pihak lain. Kata
temuan atau findings diartikan sebagai himpunan informasi-informasi mengenai kegiatan,
organisasi, kondisi atau hal-hal yang lain yang telah dianalisa atau dinilai serta
diperkirakan akan menarik atau berguna untuk pejabat yang berwenang. Penyusunan
temuan yang baik harus mencakup :
1. Kondisi (condition)
Adalah keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Audit
operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap pekerjaan lapangan (field
work). Ketika temuan fakta digunakan untuk menyatakan suatu kondisi, auditor perlu
memeriksa dan menguji operasi dan data terkait untuk membuat fakta lebih jelas.
Pernyataan kondisi ini memberikan titik referensi kepada temuan yang berkaitan
dengan kriteria yang ada.
2. Kriteria (criteria)
Adalah ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada dan
merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian dalam perusahaan, yang
bisa berupa kebijakan yang telah ditetapkan manajemen, kebijakan perusahaan sejenis
atau kebijakan industri, dan peraturan pemerintah. Didalam menganalisis kondisi saat
ini, auditor harus memperhatikan kondisi apa yang diharapkan untuk dapat mencapai
sasaran tujuan organisasi. Dalam menentukan kriteria yang tepat untuk suatu kondisi
yang spesifik, auditor memandang dari segi hukum dan perundang-undangan yang
relevan, kontrak yang ada, kebijakan, sistem dan prosedur, peraturan internal dan
eksternal, tanggung jawab dan wewenang, standar, jadwal, rencana, serta dasar-dasar
manajemen yang baik.
3. Sebab (cause)
Adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku dan apa
penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan serta bagaimana terjadinya.
Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secara penuh mengidentifikasi
penyebab atau alasan terjadinya penyimpangan dari kriteria. Faktor paling utama dari
temuan audit yaitu menentukan penyebab kelemahan. Penyebab ini adalah alasan
kenapa kegiatan operasional menjadi tidak efisien, efektif dan ekonomis.
4. Akibat (effect)
Adalah dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku.
Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit operasional adalah mendorong
manajemen operasional melakukan tindakan positif untuk mengoreksi temuan atas
kekurangan operasional yang diidentifikasi oleh tim audit. Dalam membantu
manajemen menetukan seberapa serius kondisi tersebut mempengaruhi operasinya.
5. Rekomendasi (recommendation)
Menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan masalah yang
dikemukan dalam temuan. Keberhasilan penyempurnaan suatu temuan audit adalah
pengembangan rekomendasi sebagai suatu tindakan yang harus diambil untuk
mengoreksi kondisi yang tidak diinginkan saat ini. Rekomendasi haruslah masuk akal
untuk diikuti dengan sebuah penjelasan mengapa kondisi ini terjadi, penyebabnya,
dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berulangnya hal tersebut.” (h.186)
II.2.5 Tahap-tahap dalam Audit Operasional
Tahap –tahap dalam audit operasional menurut Agoes.S (2004) adalah sebagai
berikut :
1. Survey Pendahuluan ( Preliminary Survey)
Tujuan dari preliminary survey adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar
belakang, dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi,
kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar dapat
diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan.
Informasi umum dan latar belakang yang diperlukan ,misalnya :
Untuk Organisasi :
• Lokasi
• Manajemen
• Sejarahnya
• Jumlah Pegawai
• Kebijakan Manajemen
• Kewajiban / aspek hukum
• Akte pendirian dan perubahan serta pengesahan
• Kewajiban – kewajibannnya
Untuk suatu aktivitas :
• Jenis Aktivitas
• Lokasi
• Orang yang bertanggung jawab atas aktivitas tersebut
• Kebijakan yang menyangkut aktivitas
• Prosedur khusus untuk penyelesaian aktivitas
Untuk suatu program :
• Tujuan program
• Hubungan antar organisasi/unit yang dibentuk atau digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut
• Kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan program tersebut
• Peraturan-peraturan administratif yang berkaitan dengan program tersebut.
2. Penelahaan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian Intern (Review and Testing of
Management Control System)
Tujuan dari penelahaan dan pengujian atas sistem pengendalian intern ialah :
• Untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai ketiga elemen dari tentative
audit objective dengan melakukan pengetesan terhadap transaksi –
transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian
manajemen.
• Untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari perusahaan
adalah kompeten jika audit diperluas kedalam detail examination
(pemeriksaan secara rinci). Istilah manajemen yang digunakan mencakup
keseluruhan sistem dari organisasi, termasuk perencanaan, kebijakan dan
prosedur-prosedur yang ditetapkan dan praktik-praktik yang dijalankan
dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan perusahaan.
Sistem pengendalian manajemen mencakup seluruh kegiatan-kegiatan
manajemen, baik yang menyangkut akuntansi maupun tidak, baik kegiatan
manajemen didalam maupun di luar manajemen.
Dengan mendapatkan bukti-bukti dari masing-masing elemen dari
tentative audit objective, auditor dapat menentukan apakah tentative audit
objective tersebut dapat dijadikan firm audit objective sebagai dasar untuk
melakukan tahap berikutnya (detailed examination). Jika auditor dapat
memperoleh bukti-bukti yang kompeten dalam melaksanakan penelahaan
dan pengujian atas Sistem Pengendalian Intern, berarti auditor dapat
meyakinkan dirinya mengenai keandalan informasi yang diperoleh dari
sistem pengendalian manajemen.
3. Pengujian Terinci (detailed examination).
Dalam tahapan ini auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup,
kompeten, material dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-tindakan apa saja
yang dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan yang merupakan penyimpangan-
penyimpangan terhadap criteria dalam firm audit objective dan bagaimana effects dari
penyimpangan-penyimpangan tersebut, dan besar kecilnya effect tersebut yang
menimbulkan kerugian perusahaan.
Bukti – bukti yang dikumpulkan harus diikhitisarkan, masing-masing yang
berkaitan dengan kriteria,sebab dan akibat dalam firm audit objective.
Dari ikhtisar tersebut harus bisa ditentukan temuan audit yang mengakibatkan
terjadinya ketidakefisienan dan pemborosan (ketidakhematan), yang diperlukan untuk
penyusunan Laporan Audit Manajemen.
4 Pengembangan Laporan ( report development )
Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran dan harus diperiksa
kembali oleh manager audit sebelum didiskusikan dengan auditee.
Komentar dari auditee mengenai apa yang disajikan dalam konsep laporan harus
diperoleh (sebaiknya secara tertulis).
Auditee bisa saja berbeda pendapat mengenai temuan dan perbedaan pendapat tersebut
harus dicantumkan dalam laporan audit. (h.178)
II.3 Penjualan
II.3.1. Pengertian Penjualan
Pengertian penjualan menurut Mulyadi (2001) Kegiatan penjualan terdiri dari
transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara kredit maupun tunai. Dalam transaksi
penjualan kredit jika order dari pelanggan telah terpenuhi dengan pengiriman barang atau
penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang dari
pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit ditangani oleh perusahaan melalui sistem
penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa diserahkan oleh
perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli. Kegiatan
Penjualan secara tunai ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan tunai. (h.202)
Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan yang telah
diterapkan perusahaan,aktivitas penjualan perlu direncanakan dengan baik terlebih
dahulu.
Secara umum penjualan dapat dibagi menjadi :
1. Penjualan Tunai
Penjualan tunai terjadi apabila penyerahan barang atau jasa segera diikuti dengan
pembayaran dari pembelian.
2. Penjualan Kredit
Dalam penjualan secara kredit, pada saat penyerahan barang atau jasa, penjual menerima
tanda bukti penerimaan barang dari pembeli sekaligus merupakan pernyataan untuk
melakukan penagihan dikemudian hari. Inilah bukti yang menimbulkan adanya piutang
dari pihak penjual.
II.3.2. Fungsi –fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dengan penjualan tunai menurut Mulyadi (2001) ialah
:
• Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi
faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut
kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.
• Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh
pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.
• Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan
barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli
• Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan
penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan. (h.462)
Fungsi yang terkait dengan penjualan kredit menurut Mulyadi (2001) ialah
:
• Fungsi Kredit
Fungsi ini bertanggung jawab atas pemberian kartu kredit kepada
pelanggan terpilih, juga melakukan pengumpulan informasi tentang
kemampuan keuangan calon anggota dengan meminta fotocopy rekening
bank, keterangan gaji atau data dari sumber-sumber lain.
• Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawabmelayani kebutuhan barang pelanggan, mengisi
faktur penjualan kredit untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi
pengiriman melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab menyediakan barang yang diperlukan pelanggan
sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang
diterima dari fungsi penjualan.
• Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab menyerahkan barang yang kuantitas, mutu dan
spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan
kredit yang diterima dari fungsi penjualan.
• Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab mencatat transaksi bertambahnya piutang kepada
pelanggan ke dalam kartu piutang berdasarkan faktur penjualan kartu kredit yang
diterima dari fungsi pengiriman.
• Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat surat tagihan secara periodik
kepada pemegang kartu kredit. (h.204-205)
II.3.3. Informasi yang diperlukan Manajemen
Informasi yang diperlukan oleh manajemen terkait dengan penjualan tunai
ialah :
• Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau
kelompok produk selama jangka waktu tertentu
• Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai
• Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu
tertentu.
• Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam
penjualan produk tertentu, namun pada umumnya informasi
nama dan alamat pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen
dari kegiatan penjualan tunai.
• Kuantitas produk yang dijual
• Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
• Otorisasi pejabat yang berwenang. (h.463)
Informasi yang diperlukan oleh manajemen terkait dengan penjualan
kredit ialah :
• Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau
kelompok produk selama jangka waktu tertentu
• Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan
kredit.
• Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu
tertentu.
• Nama dan alamat pembeli.
• Kuantitas produk yang dijual
• Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
• Otorisasi pejabat yang berwenang.(h.205)
II.3.4. Dokumen yang digunakan
Dokumen – dokumen yang digunakan dalam penjualan tunai antara lain :
a. Faktur penjualan tunai
b. Pita register kas (cash register tape )
c. Creedit card sales slip
d. Bill of lading
e. Faktur penjualan COD ( cash on delivery sales )
f. Bukti setor bank
g. Rekapitulasi harga pokok penjualan (h.463)
Dokumen – dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit antara lain :
1. Faktur Penjualan Kartu Kredit
2. Surat Tagihan (h.205)
II.3.5.Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan Akuntansi yang digunakan dalam Penjualan tunai antara lain :
• Jurnal penjualan
• Jurnal penerimaan kas
• Jurnal umum
• Kartu persediaan
• Kartu gudang (h.468)
Catatan Akuntansi yang digunakan dalam Penjualan Kredit antara lain :
• Jurnal penjualan
• Kartu Piutang
• Kartu Gudang (h.207)
II.3.6. Prosedur Penjualan
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai :
• Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan
membuat faktur penjualan untuk memungkinkan pembeli melakukan
pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi
gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan
kepada pembeli.
• Prosedur penerimaan kas
Dalam prosedur ini, fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari
pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan
cap ”lunas” pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk
memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang
dibelinya dari fungsi pengiriman.
• Prosedur penyerahan barang
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada
pembeli.
• Prosedur pencatatan penjualan tunai
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi
penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas.
Disamping itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan
barang yang dijual dalam kartu persediaan.
• Prosedur penyetoran Kas ke bank
Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran
dengan segera ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam
prosedur ini, fungsi kas menyetorkan kas yang diterima penjualan tunai ke
bank dalam jumlah penuh.
• Prosedur pencatatan penerimaan kas
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam
jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari
bank melalui fungsi kas.
• Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok
penjualan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan.
Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi
membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan
harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum. (h.467-470)
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit :
• Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan
menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi
penjualan membuat faktur penjualan kartu kredit dan mengirimkannya
kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan fungsi tersebut
memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli.
• Prosedur Pengiriman barang.
Dalam Prosedur ini fungsi gudang menyiapkan barang yang diperlukan
oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada
pembelisesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur penjualan
kartu kredit yang diterima dari fungsi gudang. Pada saat penyerahan
barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan penerimaan barang dari
pemegang kartu kredit diatas faktur penjualan.
• Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan
kartu kredit ke dalam kartu piutang.
• Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan kartu
kredit dan mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodik fungsi
penagihan membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pemegang
kartu kredit perusahaan, dilampiri dengan faktur penjualan kredit.
• Prosedur Pencatatan Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat transaksi penjualan kartu
kredit ke dalam jurnal penjualan. (h.209-210)
II.4 Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Mukhtar A.M. (2002) pengendalian internal adalah proses
pemberian pengaruh terhadap suatu aktivitas suatu objek, makhluk hidup atau sistem.
Pengendalian dapat membantu perusahaan dalam mengontrol kegiatan perusahaan dan
merupakan suatu tujuan dari sistem akuntansi. Akuntansi membantu mencapai tujuan dengan
mendesain sistem pengawasan yang efektif dan mengaudit sistem tersebut untuk meyakinkan
tercapainya tujuan dengan efektif.
II.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang
dikutip oleh Mukhtar A.M. (2002) definisi dari pengendalian internal adalah sebagai
berikut:
“Merupakan perencanaan organisasi guna mengkoordinasikan metode atau cara
pengawasan dalam suatu perusahaan untuk menjaga asset perusahaan guna meningkatkan
tingkat kepercayaan dan akurasi data akuntansi serta menjalankan operasional perusahaan
secara efisien” (h.41).
Sedangkan menurut IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) (2001) menyatakan,
”Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel entitas lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan
yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan
pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap
peraturan dan hukum yang berlaku.” (h.319.2).
II.4.2 Tujuan Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Mukhtar A.M. (2002) tujuan dari pengendalian adalah
untuk mengurangi/memperkecil kerugian perusahaan yang timbul dari beberapa
kemungkinan kerusakan, misalnya:
1. Pemakaian sumber-sumber produksi atau dana yang tidak efisien.
2. Keputusan manajemen yang salah.
3. Kesalahan yang tidak terdeteksi dalam proses data.
4. Kecelakaan dalam proses produksi.
5. Kehilangan aset oleh kecerobohan pegawai dan pencurian.
6. Akibat yang timbul karena kurangnya pengertian dari pegawai terhadap
kebijaksanaan perusahaan.
II.4.3 Unsur-unsur Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Arens & Loebbecke (alih bahasa Amir Abadi Jusuf)
(2003) struktur pengendalian intern mencakup lima kategori dasar kebijakan dan
prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Kelima kategori ini disebut sebagai
komponen struktur pengendalian intern yang terdiri dari (1) lingkungan pengendalian, (2)
penetapan risiko manajemen, (3) sistem informasi dan komunikasi, (4) aktivitas
pengendalian, dan (5) pemantauan.
Deskripsi dari komponen-komponen diatas adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
Tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak
harmonis, dan pemilik satu entitas mengenai pengendalian dan arti pentingnya.
2. Penetapan risiko oleh manajemen
Identifikasi dan analisis oleh manajemen atas risiko yang relevan terhadap penyiapan
laporan keuangan agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Sistem komunikasi dan informasi akuntansi
Metode yang dipakai mengidetifikasi, menggabungkan, mengklasifikasikan,
mencatat, dan melaporkan transaksi satu entitas untuk menjamin akuntabilitas untuk
aktiva yang terkait.
4. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen untuk memenuhi tujuannya
untuk pelaporan keuangan.
5. Pemantauan
Penilaian efektivitas rancangan operasi struktur pengendalian intern secara periodik
dan terus menerus oleh manajemen untuk melihat apakah manajemen telah
dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan.