bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka 1. permainan ... · d) pukulan drop (dropshot) pukulan...

43
9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Bulutangkis a. Karakteristik Permainan Bulutangkis Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton. Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu net, raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan resmi harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttelcock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 14) bahwa, ”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.

Upload: others

Post on 28-Oct-2019

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Bulutangkis

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam

kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton.

Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu

net, raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan

resmi harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan

permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan

antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan

permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di

daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul

shuttelcock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri.

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual

yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua

orang melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis

dibutuhkan keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan

dengan gerakan memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah,

berlari, gerakan menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai

arah dari posisi diam dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai

dalam satu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain

bulutangkis untuk menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah

(1999/2000: 14) bahwa, ”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan

bulutangkis seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga

keterampilan dasar yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.

10

Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan

anggota badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari

satu bidang tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor dalam

permainan bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau

penempatan posisi bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi.

Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan

hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini

berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki

dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun

pada saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu

pada bidang tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan

akurasi yang didukung oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya

dengan posisi permukaan raket yang diupayakan segera menyambut

shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.

Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang pemain

mampu menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik.

Gerakan manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket

merupakan keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis.

Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat

penting dalam permainan bulutangkis.

Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami

dan dimengerti oleh pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina

atau pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan

memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas

gerak perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability)

seseorang, maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak

dalam suatu cabang olahraga termasuk permainan bulutangkis.

11

b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Menurut Sudjarwo (1995: 40) ”teknik merupakan rangkuman metode

yang dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga”.

Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek

dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu

cabang olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis

merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya

suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik,

taktik dan mental.

Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu

guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu

ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang

beregu, maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar

kawan serta saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu.

Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim

harus menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang

diterapkan oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah satu teknik

yang harus dikuasai adalah teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis yang

harus dikuasai oleh para pemain antara lain :

1) Teknik Memegang Raket

Di dalam permainan bulutangkis ada beberapa macam cara

memegang raket, ialah :

a) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.

Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar,

kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara

ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang

lebar (Tohar, 1992: 34).

12

Gambar 1 : Pegangan Geblok Kasur (Tohar, 1992: 34)

b) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.

Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan

diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan

jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket

yang kecil atau sempit (Tohar, 1992:35).

Gambar 2 : Pegangan Inggris atau Kampak (Tohar, 1992: 36)

c) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan.

Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan

berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang

berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris,

tetapi setelah raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu

jari melekat pada bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain

melekat pada bagian dalam yang lebar (Tohar, 1992: 36).

13

Gambar 3 : Pegangan Jabat Tangan ( Tohar, 1992: 37 )

d) Pegangan Backhand.

Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian

ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel

pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya

berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket

diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket bagian belakang

menghadap ke depan (Tohar, 1992: 37).

Gambar 4 : Pegangan Backhand (Tohar, 1992: 38)

2) Kerja Kaki (Footwork)

Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan

bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”tujuan dari footwork

yang baik adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke

segala bagian dari lapangan”. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 27)

“footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan

untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan

dalam melakukan gerakan memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya”.

14

Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus

diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto (1992: 26) menyatakan bahwa hal-

hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork) dalam

permainan bulutangkis yaitu “(1) Menentukan saat yang tepat untuk

bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus

berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki

keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan.

Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan

kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau

setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai

contoh, jika hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian

depan atau samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian

pula jika hendak memukul shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan

berada di belakang.

3) Teknik Memukul Bola

Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan

bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis

adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar

(1992: 67) menyatakan, ”teknik pukulan adalah cara-cara melakukan

pukulan pada permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan

shuttlecock ke bidang lapangan lawan”.

Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila

memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar

dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan

bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung

kemampuan kondisi fisik yang baik.

Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai

oleh pemain bulutangkis antara lain “(1) Pukulan service, (2) Pukulan lob,

(3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive, (6)

Pengembalian servis”. Pendapat lain dikemukakan Icuk Sugiarto (1993:

15

39) bahwa, ”macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis

terutama adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan netting”.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik

pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi

service, lob, drive, dropshot, smash, netting dan pengembalian servis.

Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand,

kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan

backhand.

a) Pukulan Servis

Pukulan servis adalah “Pukulan dengan raket yang

menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara diagonal

dan bertujuan sebagai pembuka permainan yang merupakan salah satu

pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis” (Tohar, 1992:

40). Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal

perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang

dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi

awal serangan. Icuk Sugiarto (2002: 31) menyatakan aturan-aturan

yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah:

1) Bola maksimum berada sebatas pinggang.

2) Mulai dari pergelangan, kepala raket harus condong ke bawah.

3) Kaki tidak menyentuh garis.

4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai.

5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat

diperlambat atau dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan

tanpa adanya istirahat.

Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain

bulutangkis ialah servis panjang, servis pendek, servis tanggung.

Servis panjang adalah servis yang mengarahkan bola tinggi dan jauh.

“bola diusahakan jatuh sedekat mungkin dengan garis belakang,

dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul,

16

sehingga semua pengambilan lawan kurang efektif” (Tony

Grice, 2002: 25).

Servis pendek adalah servis yang dilakukan rendah paling sering

digunakan dalam partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih

pendek, tetapi lebih lebar dari pada partai tunggal. “servis ini dapat

dilakukan dengan baik dengan forehand atau pun dengan backhand”

(Tony Grice 2002: 25).

Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis

pendek. Dilakukan dengan drive dan flick. “servis ini merupakan

alternative yang baik dan membuat lawan hanya memiliki sedikit

waktu untuk bertindak” (Tony Grice, 2002: 25).

b) Pukulan Lob (Clear)

Pukuan clear biasanya dilakukan dengan tinggi dan panjang.

Gunanya untuk mendapatkan waktu untuk kembali ke posisi bagian

tengah lapangan. Pukulan ini merupakan strategi yang digunakan

khususnya untuk pemain tunggal. Pukulan clear yang bersifat bertahan

merupakan pengembalian yang tinggi yang hampir sama dengan

pukulan lob dalam tenis. Clear dapat dilakukan dengan pukulan

overhand atau underhand, baik dari sisi forehand ataupu backhand

untuk memaksa lawan bergerak mundur ke arah sisi belakang

lapangannya.

Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola

menjauh dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan

mengarahkan bola ke belakang lawan atau dengan membuat dia

bergerak lebih cepat dari yang dia inginkan, akan membuat dia

kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika melakukan clear

dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan balasan

dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat menyerang

merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna untuk

menempatkan bola ke belakang lawan dan menyebabkan lawan

17

melakukan pengembalian yang lemah. “Pukulan clear yang bersifat

bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang” (Tony Grice,

2002: 41)

c) Pukulan Drive

Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan

lintasan horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun

backhand mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk

melakukan clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit

menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan gerakan

memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping

lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih footwork

karena pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu

dan lutut ke arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian “pukulan

ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret atau

menggelincirkan kaki pada posisi memukul” (Tony Grice, 2002: 97).

Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa

lawan mengembalikan bola tinggi. “Jika pukulan kurang keras,

pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push (mendorong bola)

atau drive dari bagian tengah lapangan” (Tony Grice, 2002: 97).

Sasaran utama drive adalah untuk mengarahkan bola melintasi net

dengan cepat. “Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan

terpaksa bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu

dan pengembalian kearah atas”. (Tony Grice, 2002: 97)

d) Pukulan Drop (Dropshot)

Pukulan drop shot adalah pukulan rendah dan pelan, tepat di atas

net sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan

tubuh dengan jarak lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan

permukaan raket dimiringkan untuk mengarahkan lebih ke bawah.

Larinya bola lebih seperti diblok atau ditahan dari pada dipukul. Ciri

18

yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik adalah

gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin

tidak dikembalikan sama sekali. Ciri yang paling merugikan dari

“pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga memberikan banyak

waktu pada lawan.” (Tony Grice, 2002: 74). Nilai dari pukulan drop

adalah terletak pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk

membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk mempertahankan

seluruh lapangan. Untuk menjadikan pukulan ini efektif “pukulan drop

haruslah akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya

seluas mungkin” (Tony Grice, 2002: 71).

e) Pukulan Smash

Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah

dengan kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang

dipukul ke atas. Pukulan smash hanya dapat dilakukan dari posisi

overhead. Bola dipukul dengan kuat tetapi harus diatur tempo dan

keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat kecepatan smash.

Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang baik selain

kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul

di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan

raket diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. “Jika smash

dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin tidak dapat

dikembalikan” (Tony Grice, 2002: 85). Arti penting dari pukulan

smash adalah pukulan ini hanya memberikan sedikit waktu pada lawan

untuk bersiap-siap atau mengembalikan setiap bola pendek yang telah

mereka pukul ke atas. Pukulan smash digunakan secara ekstensif

dalam partai ganda. “Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit

waktu yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat

pukulan smash, semakin luas lapangan yang harus ditutupi lawan”

(Tony Grice, 2002: 85).

19

f) Netting

Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang

cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini

banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling.

Faktor tenaga dalam permainan nettting hampir tidak diperlukan sama

sekali. Pukulan dilakukan dengan tenang dan pasti. Dalam permainan

net, bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola

diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi

lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju.

Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini

mempertinggi target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama

untuk menerobosnya. Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan

penempatan bola yang jatuh dekat net adalah agar lawan kesulitan

untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola dekat dengan net,

maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.

4) Pola – Pola Pukulan

Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan

permainan dan memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis.

Pemain perlu mendapat pola latihan teknik pukulan secara sistematis,

berulang-ulang dan teratur. Icuk Sugiarto (2002: 39) mengemukakan,

“Pola latihan teknik pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara

berurutan dan berkesinambungan yang dilakukan dengan cara berulang-

ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik pukulan yang dapat dimainkan

secara harmonis dan terpadu”.

Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa

pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat

mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan

memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola

pukulan yang baik pula.

20

Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit

diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola dengan

baik, tanpa disertai dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik.

Menurut Saiful Aristanto (1992: 30) pola pukulan yang dapat

dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu,

1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus)

2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot)

3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash)

4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net)

5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net)

6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net)

7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)

Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak

sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain

dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan

yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas

gerakan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan

bulutangkis merupakan faktor yang mendasar yang harus dipahami dan

dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik

dan terampil.

2. Pukulan Smash Bulutangkis

a. Pengertian Pukulan Smash

Smash yaitu pukulan atas (overhead) yang diarahkan ke bawah dan

dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan smash identik sebagai pukulan

menyerang. Pukulan smash adalah bentuk pukulan keras yang sering

digunakan dalam permainan bulutangkis. Smash merupakan gerakan dasar

yang harus dikuasai oleh pemain cabang olahraga yang menggunakan raket

21

termasuk bulutangkis. Karakteristik pukulan smash adalah keras, laju

jalannya kok cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini

membutuhkan aspek power lengan, kecepatan otot tungkai, bahu, lengan, dan

fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.

Dalam praktek permainan, pukulan smash dapat dilakukan dalam sikap diam,

berdiri atau sambil loncat. Teknik pukulan smash tersebut harus diberikan

secara bertahap, karena setiap pemain harus menguasainya dengan sempurna

agar memiliki senjata dalam mematikan lawan untuk mendapatkan nilai.

Menurut M. Furqon (2002: 48) ada berbagai jenis pukulan smash

diantaranya: smash penuh dilakukan dengan seluruh daun raket dan

menggunakan power lengan yang penuh, smash potong adalah smash yang

kurang keras dibandingkan dengan smash penuh tetapi bola menjadi lebih

tajam dan lebih terarah, smash seputar kepala (around the head smash) yaitu

smash yang dilakukan dengan memutar lengan diatas kepala, smash backhand

yaitu smash yang dilakukan dari sisi sebelah kiri, setengah smash yaitu sama

dengan smash penuh tetapi saat bola akan menyentuh daun raket bola sedikit

dipotong, smash loncat (jumping smash) yaitu smash yang dilakukan dengan

meloncat, smash ini membutuhkan koordinasi gerak dan power yang tinggi.

b. Jenis-Jenis Pukulan Smash Bulutangkis

Dalam permainan bulutangkis kecakapan seseorang turut

mempengaruhi pola permainan, perubahan gerakan yang secepat mungkin

dapat berguna untuk mengecoh prediksi lawan sehingga tidak dapat

mengantisipasi pengembalian shuttlecock. pukulan smash dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut.

1. Pukulan Smash Penuh

Pukulan smash penuh adalah melakukan pukulan smash dengan

mengayunkan pukulan-pukulan raket yang perkenaannya tegak

lurus antara daun raket dengan datangnya shutlecock sehingga

pukulan itu dilakukan dengan tenaga penuh (Tohar, 1992: 60).

Ketepatan sasaran dalam pukulan ini harus diperhitungkan dengan

22

sebagaimana mungkin agar menyulitkan gerakan pengembalian

smash. Penempatan shuttlecock yang jauh dari posisi lawan

memang merupakan titik sasaran yang tepat, tapi itu bukan

merupakan satu-satunya cara yang digunakan, kesulitan mekanika

gerak lawan yang lebih condong untuk mematikan pemainan.

2. Pukulan Smash Dipotong (Iris)

Pukulan smash dipotong adalah melakukan pukulan smash pada

saat impact atau perkenaannya antara ayunan raket dan penerbangan

shuttlecock dilakukan dengan cara dipotong atau diiris dengan

kecepatan jalannya shuttle cock agak kurang cepat tetapi daya

luncur shuttlecock tajam (Tohar, 1992: 60). Pendapat lain

menyatakan, pukulan smash potong dilakukan dengan cara

memotong (slice) terhadap shuttlecock menurut sudut miring pada

permukaan raket. Semakin kecil permukaan raket yang dibentur

shuttlecock semakin berkurang kecepatan shuttlecock itu. Oleh

sebab itu, menggunakan sepenuhnya ayunan yang sangat cepat

menurut pola pukulan smash yang biasa akan menghasilkan

pukulan yang lebih lambat dari yang biasa (M.L.Johnson, 1990:

134)

3. Pukulan Smash Melingkar

Pukulan smash melingkar adalah melakukan gerakan dengan

mengayunkan tangan yang memegang raket kemudian dilingkarkan

melewati atas kepala dilanjutkan dengan mengarahkan pergelangan

tangan dengan cara mencambukkan raket sehingga melentingkan

shuttlecock mengarah ke seberang lapangan lawan (Tohar, 1992:

63). Perlu diingat bahwa dalam pukulan smash melingkar ini

dibutuhkan kelentukan dan koordinasi gerak badan serta sangat

membutuhkan keterampilan gerakan pergelangan tangan untuk

mengantisipasi ketepatan pukulan, menjaga keseimbangan badan

23

dalam meraih pengambilan shuttlecock, dan gerakan lanjutan untuk

menjaga agar tetap berdiri tegak serta tidak goyah untuk menerima

pengembalian shuttlecock dari lawan.

4. Smash Cambukan (Flicsk Smash)

Cara melakukan pukulan ini adalah dengan mengaktifkan

pergelangan tangan untuk melakukan cambukan dengan cara

ditekan ke bawah. Kelajuan penerbangan shuttlecock dari hasil

pukulan ini tidak cepat tetapi kecuraman penerbangan shuttlecock

inilah yang diharapkan (Tohar, 1992: 63). Pada jenis pukulan smash

ini paling sedikit mengeluarkan tenaga dibandingkan jenis pukulan

smash yang lain. Gerakan pukulan ini tepat sekali untuk gerakan

menipu lawan, dengan koordinasi yang tepat apalagi bila ditambah

dengan gerakan jumping, maka hasil pukulan akan lebih curam dan

lebih mudah untuk penempatan shuttlecock.

5. Pukulan Backhand Smash

Pukulan backhand smash adalah melakukan pukulan smash dengan

menggunakkan daun raket bagian belakang sebagai alat pemukul.

Sedang biasanya yang digunakan untuk memukul adalah daun raket

bagian depan yang disebut dengan pukulan forehand. Pada saat

memukul smash dengan cara backhand ini posisi badan

membelakangi net. Pukulan smash yang dilakukan terutama

mengutamakan gerakan cambukan pergelangan tangan yang

diarahkan atau digerakkan menukik ke belakang (Tohar, 1992: 64).

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Pukulan Smash

Pukulan smash pada dasarnya memukul shuttlecock yang diarahkan

tajam, curam kebawah, dengan kecepatan yang tinggi karena menggunakan

tenaga yang sepenuhnya dan cambukan pergelangan tangan yang kuat. Untuk

membuat pukulan smash yang baik dan benar perlu memperhatikan teknik

24

memukul yang benar, jangan sekali-kali melakukan pukulan smash dengan

lengan membengkok karena menurut hukum mekanik panjang lengan perlu

mendapatkan perhatian. Jadi lengan yang lurus dengan beban yang panjang

yang digunakan sepenuhnya akan menimbulkan pukulan yang keras.

Menurut Tohar (1992: 58), “Tenaga yang dihasilkan dari rangkaian

kekuatan otot kaki dengan menggerakkan kaki, kemudian lutut, diteruskan

memusatkan pada badan, pundak atau bahu, lengan tangan dan terakhir

pergelangan tangan”.

Gerakan ini dilakukan secara beruntun dan berkesinambungan serta

merupakan suatu rangkaian gerakan yang teratur, apabila gerakan itu

dilakukan terus-menerus dan dapat terkuasai dengan baik, maka gerakan yang

beruntun itu hanya merupakan satu gerakan saja karena sudah gerakan yang

otomatis.

3. Konsep Latihan

Setiap atlet pada cabang olahraga apapun tidak akan berprestasi secara

baik apabila hanya mengandalkan bakat atau kemampuan yang dibawanya sejak

lahir. Seorang atlet cenderung akan mencapai prestasi yang tinggi apabila

diberikan latihan yang komprehensif, kontinyu, sistematis, dan progresif.

Sebagaimana dikemukakan Harsono (2001 : 13) sebagai berikut : “Latihan adalah

suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara -

ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.

Dengan melihat karakteristik latihan tersebut, lebih lanjut Harsono (2001: 13)

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut

jadwal, menurut pola, dan sistem tertentu, metodis, dari yang mudah ke yang

sukar, latihan yang teratur dari yang sederhana ke yang lebih komplek,

maksudnya ialah agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin

mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat

energi. Kian hari maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba

saatnya untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.

25

Berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan

(repetitions) yang konstan maka organisme-organisme mekanis neurophysiologis

kita akan menjadi bertambah baik. Gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan

lama kelamaan akan merupakan gerakan-gerakan yang otomatis dan reflektif yang

semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum

melakukan latihan. Demikian pula dalam melakukan latihan pass atas

menggunakan sasaran ban sepeda, menuntut para pemain untuk dapat melakukan

kemampuan mengkoordinasikan gerakan badan secara ekonomis, cermat, dan

tepat sehingga menghasilkan gerakan penguasaan bola dengan koordinasi gerak

secara otomatis dan reflektif.

Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh para pemain yang telah

memiliki refleks bersyarat, yaitu melalui latihan yang sistematis dan progresif.

Seperti yang dijelaskan Badriah (2002: 47) sebagai berikut : “Refleks bersyarat

ialah gerakan refleks dan terjadilah gerakan demikian ialah oleh karena telah

dipenuhinya syarat tertentu, yaitu latihan”. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga latihan

memegang peranan yang sangat penting disamping aspek yang lainnya. Seseorang

yang berbakat sekalipun tanpa adanya latihan yang teratur dan terarah, prestasi

optimal yang diharapkan akan sulit diraih. Sebaliknya, seseorang yang kurang

berbakat dalam cabang olahraga tertentu dengan melakukan latihan yang teratur

dan terarah tidak mustahil akan meraih prestasi yang optimal.

a. Kebutuhan Fisik Dalam Olahraga Bulutangkis

Sukarman (1987) yang dikutip oleh Icuk, Furqon, Kunta mengemukakan

bahwa syarat fisik untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik adalah:

1) Ia harus dapat berlari atau melenting dengan cepat kesana kemari.

2) Ia harus dapat mempertahankan irama lari cepat atau melenting selama

pertandingan.

3) Ia harus lincah

4) Tangannya harus kuat untuk melakukan Smash

26

5) Ia harus dapat melakukan Smash berkali-kali dengan kekuatan

maksimum tanpa kelelahan

6) Kalau perlu dengan meloncat

7) Seluruh otot tubuh harus terutama otot kaki

Furqon, Icuk, Kunta (2002) mengemukakan bahwa kualitas fisik pemain

bulutangkis harus memiliki:

1) Power dan kapasitas anaerobic (terutama kecepatan dan kekuatan) yang

baik agar mampu melompat, melenting dengan cepat ke segala arah,

melakukan pukulan Smash, lob, drive secara -ulang.

2) Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiospiratori (kapasitas

aerobic) yang baik, untuk mempertahankan irama gerak tersebut.

3) Kelincahan dan kecepatan

4) Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respon kepada

pukulan lawan (stimulus).

5) Kelenturan dan kecepatan terutama tampak dalam gerakan menekuk dan

meliuk tubuh, kaki, dan lengan saat memukul dan mengembalikan bola

dari lawan.

6) Koordinasi secara serempak.

7) Kualitas otot yang baik terutama otot, pergelangan tangan, lengan

bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, paha, punggung bagian

bawah

27

b. Prinsip-prinsip Latihan

Latihan yang diberikan kepada setiap atlet harus mengacu pada prinsip -

prinsip latihan. Seperti dikemukakan Harsono (2001: 16) sebagai berikut :

“prinsip beban lebih, perkembangan multilateral/menyeluruh, reversibility,

spesifik, densitas latihan, volume latihan, super kompensasi, intensitas latihan,

kualitas latihan” Sedangkan Badriah (2002: 2) menjelaskan bahwa, “Prinsip yang

menjadi dasar pengembangan kondisi fisik atlet adalah prinsip latihan beban

bertambah, menghindari dosis berlebih, individual, pulih asal, spesifik, dan

mempertahankan dosis latihan”. Berbagai macam prinsip latihan tersebut

seyogianya memang dapat dipenuhi dalam setiap latihan cabang olahraga. Adapun

prinsip latihan yang diterapkan penulis dalam melaksanakan program latihan

Smash menggunakan modifikasi net yang direndahkan adalah prinsip beban lebih

(overload), prinsip individual, dan prinsip intensitas latihan.

1) Prinsip Beban Lebih (Overload)

a) Prinsip overload dalam pelatihan olahraga sangatlah penting untuk

diterapkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

otot atau organ tubuh lainnya terhadap stress atau tekanan yang

diberikn dalam Prinsip latihan atau pertandingan. Prinsip overload

diterapkan untuk semua latihan, tak terkecuali latihan fisik, latihan

teknik, latihan taktik, serta latihan mental.

b) overload dalam pelatihan dimaksudkan untuk memberikan

peningkatan batas ambang rangsang bagi organ tubuh manusia

terhadap beban latihan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (2001: 4) sebagai berikut. “Agar

prestasi dapat meningkat, atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban

kerja yang lebih berat yang mampu dilakukan saat itu (yang berada di atas

ambang rangsangnya). Kalau beban latihan terlalu ringan, maka berapa lama pun

28

dia berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia

mengulang-ulang latihan itu, peningkatan prestasi tidak akan mungkin dicapai”.

Dengan demikian, prinsip overload diberikan dalam upaya

meningkatkan ambang rangsang tubuh seseorang terhadap beban kerja yang

diberikan dalam latihan. Namun demikian, perlu diketahui dan dilaksanakan

pembebanan latihan yang diberikan pada pelatih suatu cabang olahraga jangan

dilakukan secara terus menerus, karena akan memberikan dampak penurunan

prestasi dan kelelahan yang diakibatkan dari over training. Adapun penerapan

prinsip overload dalam penelitian ini, penulis memperhatikan pendapat

Soekartono (2001: 6) bahwa, “Agar efektif hasilnya, latihan overload sebaiknya

menganut sistem tangga (step–type approach).” Seperti terlihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 5. Prinsip Latihan

Keterangan gambar :

a) Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan) beban

latihan dan garis horizontal adalah tahap adaptasi (penyesuaian)

terhadap beban yang baru.

b) Pada tahap 4, 8, dan 12 beban diturunkan, maksudnya untuk

memberikan kesempatan kepada organisme tubuh melakukan

regenerasi (agar atlet dapat mengumpulkan tenaga untuk persiapan

beban latihan yang lebih berat di tahap-tahap berikutnya).

29

2) Prinsip Individual

Badriah (2002: 4) mengemukakan bahwa, “Setiap orang memiliki

kemampuan dan karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara

psikis dan sangat dipengaruhi oleh aspek genetik”. Dengan demikian, pada

prinsipnya beban latihan bagi tiap individu harus dibedakan sehingga

memungkinkan terjadinya peningkatan bagi kualitas fisiologis dan psikologisnya.

Beban latihan yang tidak memperhatikan kemampuan setiap atlet akan berakibat

fatal, diantaranya akan menyebabkan cedera dan prestasi tinggi yang diharapkan

tidak akan kunjung datang. Mungkin pula ada atlet yang meningkat pesat

prestasinya karena program yang diberikan tersebut cocok dan sesuai dengan

kemampuan dan karakteristik atlet yang bersangkutan. Mengingat hal tersebut,

maka dalam pemberian program latihan harus dibedakan antara atlet yang satu

dengan atlet yang lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

prestasi atlet sesuai dengan keadaan kondisi fisik dan kemampuan masing-masing.

3) Prinsip Intensitas Latihan

Harsono (2001: 112) menjelaskan bahwa, “Perubahan-perubahan

fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet berlatih

melalui suatu program latihan yang intensif, yaitu latihan yang secara progresif

menambah program kerja, jumlah ulangan gerakan (repetisi), serta kadar

intensitas dari repetisi tersebut”. Intensitas latihan mengacu pada jumlah kerja

yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Makin banyak kerja yang

dilakukan dalam suatu unit tertentu, makin tinggi intensitas kerjanya. Intensitas

latihan yang diberikan biasa digambarkan dengan berbagai macam bentuk latihan

yang diberikan. Intensitas latihan yang diberikan terhadap atlet harus sesuai

dengan musim-musim latihan, sehingga penerapan intensitas latihan terhadap atlet

akan benar-benar cocok dan pada saat pertandingan utama atlet benar-benar

berada dalam kondisi puncak.

30

c. Analisa Pukulan Bulutangkis

Tahapan dalam gerak memukul shuttlecock, yaitu tahap persiapan dan

tahap pelaksanaan diikuti gerakan lanjutan. Gerakannya adalah putaran pada aksis

transversal dan longitudinal, serta ketiga persendian yang terkait yaitu

pergelangan tangan, siku dan bahu. Siku adalah suatu sambungan engsel yang

dibentuk oleh tulang lengan terdiri dari humerus dan ulna. Bahu adalah persendian

yang terbentuk dari humerus dan scapula. Pergelangan tangan membentuk suatu

condyloid yang menghubungkan antara tulang hasta (ulna) dan tulang

pergelangan tangan. Berikut ditampilkan tabel persendian, tulang, gerakan dan

otot penggerak pada saat tahap persiapan, tahap pelaksanaan smash dan follow

throgh.

Gambar 6. Analisis Pukulan Olahraga Bulutangkis

(http://www.brianmac.co.uk/moveanal.htm)

31

Dari analisis pukulan olahraga bulutangkis di atas dapat dilihat penjelasan dalam

tabel berikut :

Tabel 1. Otot Yang Terlibat Pada Tahap Pelaksanaan Smash dan Follow Trough

Joints

Involved

Articulating

Bones

Action Agonist Muscle

Wrist Ulna and carpal

Radius and ulna

Pronation Pronator teres

Elbow Humerus and

Ulna

Flexion Biceps brachii

Shoulder Humerus and

Scapula

Horizontal flexion Pectoralis major and

Anterior deltoid

Trunk Rotation External obliques

Sumber : (http://www.brianmac.co.uk/moveanal.htm)

Joints involved Articulating bones Action Agonist Muscle

Wrist Ulna and carpal

Radius and ulna Supination

Supinator

Elbow Humerus and

Ulna Extension Triceps brachii

Shoulder Humerus and

Scapula

Horizontal

Hyperextension

Posterior deltoid and

latissimus dorsi

32

d. Tahapan Gerakan Smash

Dengan penguasaan teknik smash yang baik, seorang atlet akan memiliki

modal sangat besar untuk meningkatkan kualitas permainan. Karena smash tujuan

utamanya mematikan lawan untuk menghasilkan nilai. Karakteristik pukulan ini

adalah; keras, laju jalannya shuttlecock cepat menuju lantai lapangan, sehingga

pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan

fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.

Dalam latihan pukulan smash ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1)

Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang tepat, 2) Perhatikan

pegangan raket. 3) Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan dan

tetap berkonsentrasi pada kok. 4) Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan

cara meluruskan lengan untuk menjangkau kok itu setinggi mungkin dan

pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul kok. 5) Akhiri

rangkaian gerakan pukulan dengan gerak lanjutan ayunan raket yang sempurna ke

depan badan.

a) Fase Persiapan

1. Gunakan Grip handshake

2. Kembali keposisi menunggu atau menerima

3. Putar bahu dengan telapak kaki yang diangkat di bagian belakang

4. Gerakkan tangan yang memegang raket keatas dengan kepala raket

mengarah ke atas

5. Bagikan berat badan seimbang pada bagian depan telapak kaki

b) Fase Pelaksanaan

1. Letakkan berat badan pada kaki yang berada di belakang

2. Gerakkan tangan tidak dominan ke atas untuk menjaga

keseimbangan

3. Gerakkan backswing menempatkan pergelangan tangan pada

keadaan tertekuk

4. Lakukan forward swing ke atas untuk memukul bola pada posisi

bola setinggi mungkin

33

5. Ayunkan raket keatas dan dengan permukaan raket mengarah

kebawah

6. Tangan kiri/yang tidak dominant menambah kecepatan rotasi bagian

atas tubuh

7. Kepala raket mengikuti arah bola

c) Fase Follow-Through

1. Tangan mengayun kedepan melintasi tubuh

2. Gunakan gerakkan menggunting dan dorong tubuh dengan kedua

kaki

3. Gunakan momentum gerakan mengayun untuk kembali ke bagian

tengah lapangan

4. Sistem Energi

Apapun olahraga yang dimainkan, tubuh kita memerlukan energy untuk

prestasi puncak. Energi disediakan kedalam otot dari makanan yang dimakan.

Tubuh memecah makanan ke dalam blok energi yang dapat dipakai disebut

Adenosine Triphosphate (ATP). ATP menjadi sumber energi yang segera untuk

kontraksi otot. Tubuh membuat ATP yang tersedia untuk kontraksi otot melalui

tiga sistem energi utama yang terletak di dalam serabut otot. Sistem energi yang

digunakan tergantung pada jangka waktu dan intensitas dari aktivitas. ATP-PC,

atau Creatine Fosfat Sistem, tidak memerlukan oksigen untuk menghasilkan

energi. Anaerobic Glycolysis menggunakan glycogen untuk menyimpan didalam

otot guna menghasilkan energi tanpa oksigen. Aerobic Glycolysis menggunakan

glycogen otot untuk menghasilkan energi dan terjadi menggunakan oksigen.

Oxidative Phosphorylation menggunakan simpanan lemak didalam badan untuk

menghasilkan energi dan juga memerlukan oksigen. Menurut Furqon, Kunta, Icuk

(2002: 101) sistem energi bulutangkis bila memperhatikan kondisi permainan,

frekuensi pukulan, sekurang-kurangnya sama dengan bentuk permainan tenis dan

bulutangkis, yaitu (1) ATP-PC = 70%, (2)LA-O2 = 20%, dan (3) O2 = 10%.

34

Tabel 2. Sistem Energi Utama Berdasarkan Penampilan

Bidang Waktu Penampilan Sistem Energi

Utama

Contoh Jenis Aktivitas

1 Kurang dari 30 detik ATP-PC Lari 100m

Tolak Peluru

Pukulan dalam tennis,

bulutangkis, Golf

2 30 detik s/d 90 detik ATP-PC dan

Lactid Acid

Lari cepat 200 s/d 400 m

Renang 100m

3 90 detik s/d 3 menit Lactid Acid dan

Oksigen

Lari 800m

Nomor-nomor dalam

senam, Tinju (1 ronde 3

menit), Gulat (periode 2

menit)

4 > 3 menit Oksigen Sepakbola

Joging

Lari Maraton

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan

terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan

aktivitas yang bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan

seperti jogging, marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan

jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan sedangkan

kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti

35

angkat berat, push-up, sprint atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga

dengan komponen komponen aktivitas anaerobik yang dominan. Namun dalam

beragamnya berbagai cabang olahraga akan terdapat jenis olahraga atau juga

aktivitas latihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan atau juga

akan terdapat cabang olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas yang

bersifat aerobik dan anaerobik.

Gambar 7. Persentase Kebutuhan Sistem Energi Bulutangkis

Gambar di atas bahwa itu mendekati beberapa persen dari sumber energi

anaerobic dan aerobic untuk aktip memberi waktu pada usaha yang maksimum.

Dari informasi yang tersedia pada bulutangkis dapat disimpulkan bahwa sistem

energi yang diperlukan dalam permainan itu. Hal ini telah ditunjukkan bahwa

permainan ini melibatkan suatu kegiatan / aktivitas yang intensif / sering. Hal ini

sebagian besar akan melibatkan sistem ATP-PC. Sedangkan yang lain bersatu

bertahan sepanjang 20 detik, jika bermain dengan intensitas maksimum, maka

sekitar 90 persen dari sistem anaerobic yang terdiri dari ATP-PC dan sistem asam

laktat. Suatu permainan boleh bertahan / berlangsung hanya 8 menit dan akan

36

menggunakan semua tiga sistem, sedangkan suatu pertandingan bisa bertahan

berlangsung di atas beberapa jam dan oleh karena itu memerlukan suatu sistem

oksigen yang dibangun dengan baik.

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap

ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga

juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti

jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen

agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas

ini biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah - sedang yang

dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki,

bersepeda atau juga jogging.

Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang

membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat

dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya

juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga

kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang

memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body

building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis olahraga beregu

atau juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan / aktivitas seperti

meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola atau juga

mengejar bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu maka

beberapa cabang olahraga seperti sepakbola, bola basket, bulutangkis atau juga

tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan olahraga dengan kombinasi antara

aktivitas aerobik dan anaerobik.

37

a. Sistem ATP-PC

ATP-PC (Adenosine Triphosphate Phospho-Creatine) sistem adalah

utama pada aktivitas maksimal atau sub-maximal sampai dengan 20 detik. Ketika

jangka waktu aktivitas meningkat ATP-PC sistem menyediakan suatu porsi yang

lebih kecil dari total energi. ATP-PC sistem digunakan sepanjang transisi dari

istirahat untuk berlatih, dan juga sepanjang transisi dari seseorang berlatih dengan

intensitas yang lebih tinggi. Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang

tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine

yang sudah terfosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan

penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk

menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine

(PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat)

dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar

43 kJ (10.3kkal ) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan

melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat

kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali

membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). Melalui proses hidrolisis PCr,

energi dalam jumlah besar (2,3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat

dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga

dengan intensitas tinggi yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr

yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg

berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat

bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik. Karena

fungsinya sebagai salah satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik,

supplementasi creatine mulai menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah

berakhirnya Olimpiade Barcelona. Creatine dalam bentuk creatinemonohydrate

telah menjadi suplemen nutrisi yang banyak digunakan untuk meningkatkan

kapasitas aktivitas anaerobik. Namun secara alami, creatine iniakan banyak

terkandung di dalam bahan makanan protein hewani seperti daging dan ikan. Data

dari hasil-hasil penelitian dalam bidang olahraga yang telah dilakukan

menunjukan bahwa konsumsi creatine sebanyak 5-20 gr per harinya secara rutin

38

selama 20 hari sebelum musim kompetisi berlangsung dan menguranginya

menjadi 5 gr/hari saat memulai kompetisi dapat memberikan peningkatan

terhadap jumlah creatine dan phosphocretine di dalam otot dimana

peningkatannya ini juga akan disertai dengan peningkatan dalam performa latihan

anaerobik. Data juga membuktikan bahwa cara terbaik untuk mengisi creatine di

dalam otot pada saat menjalani rutinitas latihan adalah mengimbanginya dengan

mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar dan mengkonsumsi lemak dalam

jumlah yang kecil.

b. Anaerobic Glycolysis

Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat

berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini

mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen

otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk

menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel

ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini

juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat dihasilkan

oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung berdasarkan asalmolekul

glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan

dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak

3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Apabila cadangan PC yang digunakan untuk

resintesis ATP berkurang, maka dilakukan pemecahan cadangan glikogen tanpa

menggunakan oksigen (anaerobglicolysis). Dalam proses ini diperlukan reaksi

yang lebih panjang daripada sistem phosphogen, karena glikolisis ini

menghasilkan asam laktat, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan

lebih lambat. Aktivitas yang dilakukan secara maksimal dalam waktu 45 – 60

detik menimbulkan akumulasi asam laktat. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas

di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti

saat melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam

laktat.

39

c. Sistem Oksigen (Aerobic)

Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti

lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling) atau juga lari 10 km, produksi

energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap sistem metabolisme energi secara

aerobik melalui pembakaran karbohidrat, lemak dan juga sedikit dari pemecahan

protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang-ajang

yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai kemampuan yang baik dalam

memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses metabolisme energi secara aerobik

dapat berjalan dengan sempurna. Proses metabolisme energi secara aerobik

merupakan proses metabolisme yang membutuhkan kehadiran oksigen (O2) agar

prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP. Pada saat

berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa

darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida

akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi secara aerobik di

dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga yang dilakukan,

kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi yang berbeda.

Secara singkat proses metabolisme energi secara aerobik seperti yang ditunjukan

pada gambar dibawah ini

40

Gambar 8. Diagram Proses Metabolisme Energi Secara Aerobik

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk meregenerasi ATP, 3

simpanan energi akan digunakan oleh tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,

glikogen), lemak dan juga protein. Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan

lemak merupakan sumber energi utama saat berolahraga dan oleh karenanya maka

pembahasan metabolisme energi secara aerobik pada tulisan ini akan difokuskan

kepada metabolisme simpanan karbohidrat dan simpanan lemak.

Sistem ini, penting bagi permainan bulutangkis, berdasar pada

pengangkutan persediaan oksigen yang cukup dari atmospir terhadap bekerjanya

otot. Oksigen diperlukan untuk bekerjanya otot sebagai bagian dari reaksi untuk

menyediakan energi. Paru-Paru, aliran darah dan hati / jantung adalah semua yang

dilibatkan dalam perpindahan ini dan harus sangat efisien untuk memastikan

bahwa oksigen menjangkau otot itu dengan penundaan yang minimum. Ketika

41

intensitas latihan sedemikian hingga persediaan oksigen dari atmospir adalah

cukup untuk permintaan bekerjanya otot, maka sistem oksigen digunakan. Banyak

aktivitas alami jangka panjang (aktivitas daya tahan) yang beroperasi lebih banyak

dengan sistem oksigen.

5. Metode

a. Pengertian Metode

Kata metode berasal dari bahasa “Greeka” yang terdiri atas “metha”

yang artinya melalui atau melewati, dan “hodos” yang artinya jalan atau cara.

Menurut Sunardi (2002: 366),

“metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai suatu maksud. Merupakan cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, atau

cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai suatu tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:

740)”.

Jadi metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai

tujuan. Hal ini berlaku bagi pelatih (metode mengajar), maupun bagi atlet (metode

belajar), makin banyak metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian

tujuan.

b. Metode Melatih Bulutangkis

Tujuan utama olahraga prestasi adalah meningkatkan keterampilan atau

prestasi se maksimal mungkin. Untuk mencapai prestasi tersebut banyak faktor

yang mempengaruhinya. Kondisi fisik, teknik, taktik, dan psikis yang terdiri dari

mental dan kematangan juara. Keempat faktor tersebut saling berkaitan satu sama

lain, semua faktor tersebut menjadi tugas pelatih untuk membina dan

meningkatkan kualitasnya. Suharno HP (1993: 26) menyatakan bahwa, metode

umum melatih keterampilan olahraga secara metodis dapat diurutkan sebagai

berikut:

42

1. Memberi gambaran pengertian yang benar melalui lisan.

2. Memberi contoh atau demonstrasi yang benar antara lain dengan :

a) Contoh langsung dari pelatih.

b) Contoh langsung dari atlet yang dianggap baik.

c) Contoh dengan gambar seri/foto.

d) Contoh dengan film/video.

3. Atlet disuruh melaksanakan gerak dengan formasi-formasi yang

ditentukan oleh pelatih.

4. Pelatih mengkoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang

bersifat perorangan maupun kelompok.

5. Atlet/pemain disuruh mengulangi kembali gerakan sebanyak mungkin

untuk mencapai gerakan otomatis yang benar.

6. Pelatih mengevaluasi terhadap hasil yang sudah dicapai pada saat itu.

6. Metode Konvensional Untuk Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain

Bulutangkis

a. Pengertian Metode Konvensional

Metode konvensional merupakan metode pembelajaran yang berpusat

pada pelatih dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh

pelatih, jadi pelatih memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses

belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa (Oemar Hamalik, 1990).

Sedangkan menurut Roestiyah N.K. (1998), “Pembelajaran konvensional adalah

cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam latihan

pada umumnya ialah cara mengajar dengan ceramah”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, metode konvensional

merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada pelatih dimana hamper

seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh pelatih dan telah lama

dijalankan dalam latihan ialah cara mengajar dengan ceramah.

43

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah

metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Karena menggunakan metode

tersebut maka siswa kurang terlihat aktif dalam proses belajar. Pembelajaran

konvensional sudah lama digunakan oleh generasi sebelumnya sehingga sering

disebut dengan pembelajaran yang tradisional. Adapun pembelajaran

konvensional memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. pembelajaran berpusat pada pelatih

2. terjadi passive learning

3. interaksi di antara siswa kurang

4. tidak ada kelompok-kelompok kooperatif

5. penilaian bersifat sporadis

6. lebih mengutamakan hafalan

7. sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku

8. mengutamakan hasil dari pada proses.

b. Pelaksanaan Metode Konvensional untuk Meningkatkan

Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis

Pelaksanaan metode konvensional pada prinsipnya sama dengan metode

audio visual. Letak perbedaannya pada alat atau strategi yang digunakan yaitu

dengan metode konvensional. Menurut Fasaebila.blogspot.com, pelaksanaan

pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa

penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan

siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Fasaebila.blogspot.com juga

menjelaskan bahwa, “kelas dengan pembelajaran secara biasa mempunyai ciri-ciri

sebagai pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan

mereka belajar pada hari itu”.

Berdasarkan hal tersebut, metode konvensional merupakan pembelajaran

klasikal, para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu

sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat

44

mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes

terstandar.

Penyampaian materi latihan, pelatih lebih menggunakan modus telling

(pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan

doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk

kerja secara langsung). Materi disampaikan secara lisan atau ceramah.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Konvensional untuk

Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis

Ditinjau pelaksanaan metode konvensional untuk meningkatkan

kemampuan smash pemain bulutangkis dapat di identifikasi kelebihan dan

kelemahannya. Kelebihan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan

smash pemain bulutangkis antara lain:

1. Pelaksanaannya tidak membutuhkan biaya yang besar dan

penyampaian informasi cepat.

2. Membangkitkan minat akan informasi dan Mengajari pemain yang

cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

3. Pelatih dapat menguasai situasi / keadaan saat latihan agar tetap

kondusif.

4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya materi dengan baik.

5. Memberi kesempatan pada pelatih untuk menggunakan

pengalaman, pengetahuan, dan kearifan.

Kelemahan metode konvensional untuk meningkatkan kemampuan

smash pemain bulutangkis antara lain:

1. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar pemain tetap tertarik

dengan apa yang dipelajari sehingga keaktifan pemain rendah.

2. Interaksi antara pelatih dan pemain tidak optimal.

3. Atlet yang bertipe visual menjadi rugi, dan hanya atlet yang bertipe

mendengarkan yang benar – benar menerimanya.

4. Mudah membuat situsai menjadi jenuh

5. Metode ini berhasil bergantung pada siapa yang menerapkanya.

45

7. Metode Audio Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Smash Pemain

Bulutangkis

a. Pengertian Metode Audio Visual

Menurut Azhar Arsyad (2011: 30-31) menyatakan bahwa teknologi

audio visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan

menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-

pesan audio dan visual. Arief S Sadiman (2002: 49) menjelaskan bahwa media

audio visual merupakan media pembelajaran yang disajikan melalui unsur-unsur

lambang auditif (suara) dan lambang-lambang visual (gambar) serta gerak.

Azhar Arsyad (2011: 30) juga berpendapat bahwa, pengajaran melalui

audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar,

seperti mesin proyektor film dan video. Jadi pengajaran melalui audio visual

adalah penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan

pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau

simbol-simbol yang serupa.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, metode audio

visual adalah suatu pendekatan latihan yang dapat membantu pemain

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan

selangkah demi selangkah dengan alat bantu mesin-mesin mekanis dan

elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual yang memperlihatkan

gambar bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi

atau pesan.

46

b. Pelaksanaan Metode Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan

Smash Pemain Bulutangkis

Pukulan smash merupakan salah satu faktor penting dalam permainan

bulutangkis. Metode audio visual pada dasarnya merupakan suatu strategi latihan

teknik dasar yang bertujuan agar pemain dapat menampilkan gerakan servis

panjang dengan teknik yang benar, sehingga pukulannya menjadi lebih baik.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diterapkan strategi latihan yang baik

dan efektif untuk mengembangkan penguasaan teknik smash yang lebih baik.

Azhar Arsyad (2011: 31) menyatakan ;

Ciri-ciri utama metode audio visual adalah sebagai berikut:

1. Mereka bersifat linear

2. Mereka menyajikan visual yang dinamis.

3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang/pembuatnya.

4. Mereka merupakan gagasan real, atau gagasan abstrak.

5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan

kognitif.

6. Umumnya mereka berorientasi pada pelatih dengan tingkat pelibatan

interaksi murid yang rendah.

Pelaksanaan metode audio visual untuk meningkatkan kemampuan

smash pemain bulutangkis yaitu, pelatih memberikan latihan dimana

penyampaian materi dengan menggunakan alat bantu media audio visual berupa

video yang di dalamnya terdapat informasi berupa gambar bergerak dengan

suara.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Audio Visual untuk Meningkatkan

Kemampuan Smash Pemain Bulutangkis

Ditinjau pelaksanaan metode audio visual untuk mengetahui

kemampuan smash pemain bulutangkis dapat di identifikasi kelebihan dan

47

kelemahannya. Kelebihan metode audio visual untuk mengetahui kemampuan

smash pemain bulutangkis antara lain:

1. Materi yang disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik

pukulan smash secara berkesinambungan, menggambarkan suatu proses

secara tepat yang dapat di saksikan berulang-ulang.

2. Para pemain mampu melihat serta mengkoreksi teknik gerakan smash

dengan benar.

3. Dapat diputar dan dipelajari berulang – ulang.

4. Keras lemahnya suara dapat di atur dan disesuaikan bila akan disisipi

komentaryang akan di dengar.

5. Pelatih dapat dengan mudah mengatur dimana dia akan menghentikan

gerakan gambar jika diperlukan.

6. Mengatasi pembatasan ruang, waktu, dan daya indera.

Kelemahan metode audio visual untuk mengetahui kemampuan smash

pemain bulutangkis antara lain:

1. Memerlukan biaya yang mahal.

2. Pada saat penyampaian materi, gambar-gambar bergerak terus sehingga

tidak semua pemain mampu mengikuti informasi yang ingin

disampaikan melalui tayangan tersebut.

3. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain.

4. Atlet tidak akan mengikuti dengan benar kalau pengamatannya lambat

atau memahami materi yang ditampilkan terlalu lama.

5. Dapat memungkinkan terjadi gangguan yang tidak di inginkan.

6. Tidak dapat digunakana dimana saja dan kapan saja, karna media ini

cenderung tetap ditempat.

48

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan

di atas dapat di gambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Berdasarkan konseptual kerangka berpikir tersebut menggambarkan

bahwa, keterampilan pukulan bulutangkis dapat ditingkatkan dengan latihan

kecepatan dan latihan ketepatan. Pendekatan kecepatan dan ketepatan dapat

mempengaruhi terhadap keterampilan pukulan dalam permainan bulutangkis.

Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga akan

menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan keterampilan

pukulan dalam permainan bulutangkis.

Bulutangkis

Kemampuan

Smash

Metode

Audio Visual Konvensional

Hasil Metode

Audio Visual

Hasil Metode

Konvensional

Dibandingkan

Kesimpulan

49

1. Perbedaan Pengaruh Metode Konvensional dan Audio Visual terhadap

Peningkatan Kemampuan Smash Bulutangkis

Pelaksanaan Metode Konvensional dan Audio Visual untuk mengetahui

kemampuan smash merupakan bentuk metode yang mengarah pada

pengembangan teknik smash. Dari kedua metode yang digunakan bertujuan

untuk merangsang atlet agar teknik pukulan smash menjadi lebih baik. Perbedaan

penggunaan media dan cara pelaksanaan dari kedua metode tersebut tentu akan

menimbulkan respon yang berbeda. Ditinjau dari media yang digunakan,

pelaksanaan latihan menggunakan metode audio visual memiliki kecenderungan

pengembangan unsur teknik untuk melakukan smash lebih baik. Hal ini karena,

pemanfaatan media terjadi secara optimal, dan terjadi interaksi antara pelatih dan

pemain sehingga pemain tidak pasif selama proses latihan. Materi yang

disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik pukulan smash secara

berkesinambungan, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

disaksikan berulang-ulang sehingga pemain mampu melihat serta mengkoreksi

teknik gerakan smash dengan benar serta usia atlet yang masih muda

mempengaruhi untuk mereka dapat secara langsung antusias terhadap metode

latihan ini.

Namun sebaliknya, pada pelaksanaan metode konvensional ada

kecenderungan pengembangan unsur teknik untuk melakukan smash lebih baik,

namun proses di dalam latihan sedikit terabaikan. Perbedaan karakteristik dari

kedua metode tersebut tentu akan memberi dampak yang berbeda terhadap

peningkatan kemampuan smash bulutangkis. Dengan demikian diduga,

pelaksanaan metode audio visual dan konvensional di duga memiliki perbedaan

pengaruh terhadap peningkatan kemampuan smash bulutangkis.

50

2. Metode audio visual lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan

kemampuan Smash bulutangkis

Berdasarkan karakteristik dari metode Konvensional dan Audio Visual

menunjukkan bahwa, metode audio visual memilliki pengaruh yang lebih baik

terhadap kemampuan smash bulutangkis. Hal ini karena, metode audio visual

dilakukan dengan pemanfaatan media terjadi secara optimal, dan terjadi interaksi

antara pelatih dan pemain sehingga pemain tidak pasif selama proses latihan.

Ciri-ciri metode audio visual ini sangat dibutuhkan untuk kemampuan

smash. Metode yang diberikan secara sistematis dan kontinyu serta berpedoman

pada cara-cara melatih pukulan smash dengan benar, maka kemampuan smash

akan meningkat secara optimal. Selain itu metode ini juga mengoptimalkan

pemanfaatan media audio visual,dimana alat yang digunakan adalah video.

Materi yang disampaikan memperlihatkan suatu peristiwa teknik pukulan smash

secara berkesinambungan, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

di saksikan berulang-ulang sehingga pemain mampu melihat serta mengkoreksi

teknik gerakan smash dengan benar.

Metode konvensional hanya menyajikan materi secara lisan atau

ceramah, proses latihan berpusat pada pelatih sedang pemain hanya pasif

sehingga interaksi antara pelatih dengan pemain tidak optimal.

51

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh metode konvensional dan audio visual

terhadap kemampuan smash bulutangkis pada atlet putra usia 10 – 13

tahun Persatuan Bulutangkis Sari Bumi Solo Tahun 2014 / 2015.

2. Metode audio visual lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan

smash bulutangkis pada atlet putra usia 10 – 13 tahun Persatuan

Bulutangkis Sari Bumi Solo Tahun 2014 / 2015.