bab ii konsep e-commerce dalam perspektif...

21
18 BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF KUHPERDATA DAN UU ITE Di dalam bab ini, Penulis akan menguraikan tiga pokok pikiran yang berkaitan dengan E-Commerce. Pokok-pokok pikiran tersebut yakni pertama, uraian tentang E-commerce pada umumnya. Di dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai definisi dan ruang lingkup serta karakteristik dari E- Commerce dalam kaitannya dengan hukum perjanjian. Kedua, akan membahasan tentang e-commerce dalam perspektif hukum perdata Indonesia, khususnya kaidah-kaidah tentang perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Indonesia. Ketiga, akan membahasan e-commerce dalam perspektif UU ITE. A. E-Commerce Pada Umumnya 1. Definisi E-Commerce Bagi banyak kalangan e-commerce merupakan suatu terminologi baru yang belum cukup dikenal. Masih banyak yang beranggapan bahwa e- commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik. Oleh karena itu dalam bab ini penulis akan mencoba menjelaskan pengertian dari e- commerce tersebut.

Upload: lyduong

Post on 07-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

18

BAB II

KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF

KUHPERDATA DAN UU ITE

Di dalam bab ini, Penulis akan menguraikan tiga pokok pikiran yang

berkaitan dengan E-Commerce. Pokok-pokok pikiran tersebut yakni pertama,

uraian tentang E-commerce pada umumnya. Di dalam pembahasan ini akan

diuraikan mengenai definisi dan ruang lingkup serta karakteristik dari E-

Commerce dalam kaitannya dengan hukum perjanjian. Kedua, akan membahasan

tentang e-commerce dalam perspektif hukum perdata Indonesia, khususnya

kaidah-kaidah tentang perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Indonesia.

Ketiga, akan membahasan e-commerce dalam perspektif UU ITE.

A. E-Commerce Pada Umumnya

1. Definisi E-Commerce

Bagi banyak kalangan e-commerce merupakan suatu terminologi baru

yang belum cukup dikenal. Masih banyak yang beranggapan bahwa e-

commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik. Oleh karena

itu dalam bab ini penulis akan mencoba menjelaskan pengertian dari e-

commerce tersebut.

Page 2: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

19

Onno W. Purbo dan Aang Arif Wahyudi mencoba menggambarkan e-

commerce sebagai suatu cakupan yang luas mengenai teknologi, proses dan

praktik yang dapat melakukan transaksi bisnis tanpa menggunakan kertas

sebagai sarana mekanisme transaksi. Hal ini biasa dilakukan dengan berbagai

cara seperti melalui e-mail atau bisa melalui World Wide Web.25

Secara umum David Baum, yang dikutip oleh W. Purbo dan Aang Arif

Wahyudi, mendefinisikan “E-commerce is a dynamic set of technologies,

applications, and business process that link enterprises, consumer and

communities through electronic transactions and the electronic exchange of

goods, services, and information”. E-commerce merupakan satu set dinamis

teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,

konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan

perdagangan barang, jasa, dan informasi yang dilakukan secara elektronik.26

Assosiation for Electronic Commerce secara sederhana mendefinisikan

e-commerce sebagai mekanisme bisnis secara elektrinis. CommerceNet, sebuah

konsorsium industri memberikan definisi lengkap yaitu penggunaan jaringan

komputer sebagai sarana penciptaan relasi bisnis.

Selain itu CommerceNet menambahkan bahwa di dalam e-commerce

terjadi proses pembelian dan penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak

25

Abdulkadir Muhammad. “Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan”. PT Citra

Aditya Bakti. Bandung. 1992. hlm: 20. 26

Ibid, hlm: 1-2

Page 3: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

20

melalui internet atau pertukaran dan distribusi informasi antar dua pihak dalam

satu perusahaan dengan menggunakan internet.

Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa, secara mendasar

Assosiation for Electronic Commerce sudah melihat E-Commerce sebagai salah

tindakan hukum. Tindakan hukum itu yang dinyatakan dalam contoh jual beli,

namun melalui media jaringan komputer, bukan bertatap-tatapan seperti dalam

jual beli konvensional.

Sementara itu Amir Hatman dalam bukunya NetReady: Strategies For

Success In The E-Conomy secara lebih terperinci lagi mendefinisikan e-commerce

sebagai suatu mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada

transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai media

pertukaran barang atau jasa baik antara dua institusi (Business to Business)

maupun antar institusi dan konsumen langsung (Business to Consumer).27

Menurut ECEG – Australia (Electronic Commerce Expert Group) e-

commerce adalah: “Electronic Commerce is a broad concept that covers any

commercial transaction that is effected via electronic means and would include

such means as facsimile, telex, EDI, internet and the telephone”28

.

Berdasarkan pengertian dari ECEG – Australia, maka pengertian e-

commerce meliputi transaksi perdagangan melalui media elektronik. Dalam arti

27

Sebagaimana dikutip oleh Richardus Eko Indrajit. E-Commerce: “Kiat Dan Strategi Bisnis Di

Dunia Maya”. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 2001. hlm: 3 28

www.law.gov.au/aghome/advisory/eceg/single.htm

Page 4: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

21

kata tidak hanya media internet yang dimaksudkan, tetapi juga meliputi semua

transaksi perdagangan melalui media elektronik lainnya seperti facsmile, telex,

EDI dan telepon.

Oleh karena itu, Julian Ding mendefinisikan e-commerce sebagai

berikut: “Electronic Commerce or e-commerce as it is also known, is a

commercial transaction between avendor and purchaser or parties in similar

contractual relationship for the supply of goods, services or acquisition of

“rights”. This commercial transaction is executed or entered into electronic

medium (or digital medium), where the physical presence of parties is not

required, and medium exist in a public network or system as opposed to private

network (closed system). The public network system must considered on open

system (e.g the internet or world wide web). The transaction concluded regardless

of nation boundaries or local requirement”29

.

Dalam pengertian ini e-commerce merupakan suatu transaksi komersial

yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam

hubungan perjanjian yang sama untuk mengirimkan sejumlah barang, pelayanan

atau peralihan hak.

Transaksi komersial ini terdapat di dalam media elektronik (media

digital) yang secara fisik tidak memerlukan pertemuan para pihak yang

bertransaksi dan keberadaan media ini dalam public network atas sistem yang

berlawanan dengan private network (sistem tertutup).

Lain halnya dengan Kosiur yang menyatakan bahwa e-commerce bukan

hanya sebuah mekanisme penjualan barang atau jasa melalui media internet tetapi

29

Julian Ding. “E-Commerce: Law And Practice”. Sweet and Maxwell Asia. Malaysia. 1999. hlm:

25

Page 5: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

22

lebih pada transformasi bisnis yang mengubah cara-cara perusahaan dalam

melakukan aktivitas usahanya sehari-hari.30

Oleh karena itu Penulis mencoba melihat E-Commerce sebagai suatu

rangkaian atau proses yang terjadi dalam dunia Commerce (yang mana para pihak

sudah terjadi perikatan, yaitu perjanjian untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu) yang dilakukan melalui media elektronik (dunia maya), namun secara

prinsip tetap tunduk pada kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip hukum perjanjian

dalam hukum perdata.

Berkaitan dengan hal itu pula, maka dapat dilihat ruang lingkup dari E-

Commerce yang pada dasarnya merupakan aktivitas komersial yang terjadi di

dunia maya, baik itu jual beli, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian pelayanan

jasa (services) dan lain sebagainya.

Sehingga hal tersebut lah yang mengakibatkan berbagai definisi yang

diuraikan di atas tidak dapat terlepas dari unsur hukum, yaitu unsur yang

menunjukan adanya suatu perbuatan hukum yang menimbulkan hak dan

kewajiban dari para pihak.

2. Karakteristik E-Commerce

Dari berbagai definisi yang ditawarkan dan dipergunakan terdapat

kesamaan dari masing-masing definisi tersebut. Kesamaan tersebut

memperlihatkan bahwa e-commerce mempunyai karakterisik sebagai berikut:

30

David Kosiur. Understanding Electronic Commerce, Microsoft press. Washington. 1997, hlm. 24.

Page 6: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

23

1. Terjadinya transaksi (perjanjian) antar dua belah pihak

2. Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi

3. Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme

perdagangan tersebut.

Dari karakteristik tersebut terlihat jelas bahwa pada dasarnya e-

commerce merupakan dampak dari perkembangan teknologi informasi dan

telekomunikasi, dan secara signifikan mengubah cara manusia melakukan

interaksi dengan lingkungannya, yang dalam hal ini terkait dengan mekanisme

dagang. Meskipun demikian, cara tersebut tidak dapat menghilangkan ciri-ciri dari

suatu perjanjian yang sudah diatur dalam hukum perjanjian.

Karakteristik e-commerce berbeda dengan transaksi perdagangan biasa,

transaksi e-commerce memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus,

yaitu31

:

1. Transaksi tanpa batas

Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang

suatu perusahaan atau individu yang ingin go-internasional. Sehingga,

hanya perusahaan atau individu dengan modal besar yang dapat

memasarkan produknya ke luar negeri. Dewasa ini dengan internet

pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara

internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang

Page 7: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

24

iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja

dengan pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut

dan melakukan transaksi secara on line.

Selain itu, disebut transaksi tanpa batas oleh karena para pihak yang

melakukan aktivitas di dalam E-Commerce tersebut tidak terbatas pada

ruang dan waktu. Artinya, siapa saja dan dari negara mana saja orang

tersebut dapat melakukan transaksi bisnis dengan orang lain, dan

waktu untuk melakukan transaksi tersebut dapat terjadi kapan saja,

sehingga disebut transaksi tanpa batas.

2. Transaksi anonim

Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak

harus bertemu muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan

nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayaran telah diotorisasi

oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan, yang biasanya

dengan kartu kredit.

Artinya, antara para yang berjanji dalam E-Commerce cukup

memberikan kata sepakat satu sama lain, meskipun antara kedua belah

pihak tidak pernah bertemu secara langsung. Dalam hal ini

memerlukan kepercayaan antar para pihak.

3. Produk digital dan non digital

31

http://www.binushacker.net/definisi-ecommerce-e-commerce-www.kotadingin-cc-cc.html

Page 8: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

25

Produk-produk digital seperti software komputer, musik dan

produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet

dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam perkembangannya

obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang

kebutuhan hidup lainnya.

4. Produk barang tidak berwujud

Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dengan

menawarkan barang tak berwujud seperti data, software dan ide-ide

yang di jual melalui internet.

Segmentasi atau ruang lingkup e-commerce itu meliputi 3 sisi,

yakni e-commerce yang terdiri dari segmentasi bisnis ke bisnis (business

to business), bisnis ke konsumen (business to consumer) serta konsumen

ke konsumen (consumer to consumer).32

1. Bisnis ke bisnis (business to business)

Bisnis ke nisnis merupakan sistem komunikasi bisnis antar pelaku

bisnis atau dengan kata lain transaksi secara elektronik antar perusahaan

(dalam hal ini pelaku bisnis) yang dilakukan secara rutin dan dalam

kapasitas atau volume produk yang besar. Aktivitas e-commerce dalam

ruang lingkup ini ditujukan untuk menunjang kegiatan para pelaku bisnis

32

Ibid, hlm: 18-23.

Page 9: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

26

itu sendiri. Karakteristik yang umum akan segmentasi bisnis ke bisnis

adalah antara lain:

1) Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara

mereka sudah terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama.

Pertukaran informasi berlangsung di antara mereka dan karena

sudah sangat mengenal, maka pertukaran informasi dilakukan

atas dasar kebutuhan dan kepercayaan;

2) Pertukaran yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkala

format data yang telah disepakati. Jadi service yang digunakan

antara kedua sistem tersebut sama dan menggunakan standar

yang sama pula;

3) Salah satu pelaku tidak harus menunggu partners mereka

lainnya untuk mengirimkan data;

4) Model yang umum digunakan adalah peer to peer dimana

processing intelegence dapat didistribusikan di kedua pelaku

bisnis.

2. Bisnis ke konsumen (business to consumer)

Bisnis ke konsumen dalam e-commerce merupakan suatu transaksi

bisnis secara elektronik yang dilakukan pelaku usaha dan pihak konsumen

untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu.

Umumnya jenis perjanjian dalam bisnis ke konsumen merupakan

Page 10: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

27

perjanjian on-line yang telah berbentuk perjanjian dan ditawarkan kepada

pihak umum dalam bentuk take it or leave it contract. Serta ada pula

perjanjian dalam bentuk shirnkwrap contract dan click wrap contract yang

merupakan perjanjian yang menawarkan kepada konsumennya

penggunakan produk dengan syarat-syarat yang menyertai produk

tersebut, umumnya terjadi dalam perjanjian penggunaan suatu software

komputer.

Seorang pembeli seolah-olah telah telah menyetujui syarat-syarat yang

diajukan dalam tindakannya untuk menahan atau menggunakan produk

tersebut setelah diberikan kesempatan untuk membacanya atau

menolaknya. Karakteristik yang umum untuk segmentasi bisnis ke

konsumen diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara

umum pula;

2) Service yang diberikan bersifat umum sehingga mekanisme

dapat digunakan oleh banyak orang sebagai contoh karena

sistem web telah umum di kalangan masyarakat maka sistem

yang digunakan sistem web pula;

3) Service yang diberikan adalah berdasarkan permintaan.

Konsumen berinisiatif sedangkan produsen harus siap merespon

terhadap inisiatif konsumen tersebut;

Page 11: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

28

4) Sering dilakukan pendekatan client-server dimana konsumen di

pihak client menggunakan sistem yang minimal (berbasis web)

dan penyedia barang atau jasa (business procedure) berada pada

pihak server.

3. Konsumen ke konsumen (consumer to consumer)

Konsumen ke konsumen merupakan transaksi bisnis secara elektronik

yang dilakukan antarkonsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu

dan pada saat tertentu pula, segmentasi konsumen ini sifatnya lebih khusus

karena transaksi dolakukan oleh konsumen ke konsumen yang

memerlukan transaksi.

Internet telah dijadikan sebagai sarana tukar menukar informasi tentang

produk baik mengenai harga, kualitas dan pelayanannya. Selain itu antar

customer juga dapat membentuk komunitas pengguna/ penggemar produk

tersebut.

Ketidakpuasan customer dalam mengonsumsi suatu produk dapat

segera tersebar luas melalui komunitas-komunitas tersebut. Internet telah

menjadikan customer memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap

perusahaan dengan demikian menuntut pelayanan perusahaan menjadi

lebih baik.

Page 12: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

29

B. E-Commerce Dalam Perspektif Hukum Perdata Indonesia

E-commerce pada dasarnya merupakan model transaksi jual-beli

modern yang mengimplikasikan inovasi teknologi seperti internet sebagai

media transaksi. Dengan demikian selama tidak diperjanjikan lain, maka

ketentuan umum tentang perikatan dan perjanjian jual-beli yang diatur

dalam Buku III KUH Perdata berlaku sebagai dasar hukum aktivitas e-

commerce di Indonesia 33

, atau ketentuan lain tentang perikatan tergantung

pada jenis perjanjian yang diperjanjikan oleh para pihak dalam E-

Commerce.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perdagangan elektronik

atau e-commerce merupakan suatu perbuatan hokum, maka secara hukum,

e-commerce masuk ke dalam lingkup Hukum Perdata. Untuk itu Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata dapat digunakan sebagai salah satu

ketentuan hukum dalam melakukan perdagangan elektronik.

Hukum Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak yang

terkandung dalam Buku III BW. Tetapi seperti juga telah dikemukakan,

kebebasan berkontrak tersebut bukan berarti boleh membuat kontrak/

perjanjian secara bebas, melainkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu

untuk sahnya suatu kontrak/ perjanjian. Maksud kebebasan berkontrak

adalah bebas untuk menentukan atau menetapkan isi dan macamnya

33

http://emmnisa.blogspot.com/2012/06/artikel-e-commerce.html. Diakses 25 Januari 2013

Page 13: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

30

kontrak/ perjanjian, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan dan ketertiban umum (pasal 1335 dan pasal 1337 BW)34

.

Syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian disebutkan dalam pasal

1320 BW yaitu35

:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

3. Suatu hal tertentu; dan

4. Suatu sebab yang halal.

ad.1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Kata sepakat didalam perjanjian pada dasarnya adalah pertemuan atau

persesuaian kehendak antar pihak didalam perjanjian. Seseorang dikatakan

memberi persetujuannya dan kesepakatannya jika memang menghendaki

apa yang disepakati.36

Pernyataan kehendak tersebut harus merupakan pernyataan bahwa

kedua belah pihak menghendaki timbulnya hubungan hukum. Kesesuaian

kehendak antara keduanya belum dapat melahirkan perjanjian, karena

kehendak itu harus dinyatakan, harus nyata bagi yang lain. Apabila pihak

lain telah menerima atau menyetujui, maka timbul kata sepakat.

ad.2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

34

Riduan Syahrani. Seluk - Beluk Dan Asas - Asas Hukum Perdata. Alumni, Bandung. 1992.

hlm: 213 35

Ibid hlm: 214.

Page 14: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

31

Pasal 1329 KUH Perdata menyatakan bahwa setiap orang cakap untuk

membuat perjanjian, kecuali apabila menurtu undang-undanng dinyatakan

tidak cakap. Ketidak cakapan ini dijelaskan dalam Pasal 1330 KUH

Perdata yaitu orang yang belum dewasa, di bawah pengampuan, dan

perempuan. Berkaitan dengan perempuan, melalui SEMA (Surat Edaran

Mahkamah Agung) Nomor 3 Tahun 1963 menetapkan bahwa perempuan

dewasa cakap melakukan perjanjian37

. Dalam perkembangannya

Mahkamah Agung melalui putusan No. 447/SIP/1976 tanggal 13 Oktober

1976 menyatakan bahwa dengan berlakunya UU No. 1 Tahun 1974, maka

batas seseorang di bawah kekuasaan perwalian adalah 18 tahun, bukan 21

tahun.38

ad.3. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi obyek

suatu perjanjian. Menurut pasal 1333 BW barang yang menjadi obyek

suatu perjanjian ini harus tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan

jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja

kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan.39

36

J. Satrio. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian Buku I. Citra Aditya Bakti.

Bandung. 1995. hlm: 164 37

Ridwan Khairandy. hlm: 48 38

Ibid.

Page 15: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

32

ad.4. Suatu sebab yang halal

Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat atau terakhir

untuk sahnya suatu perjanjian. Mengenai syarat ini pasal 1335 BW

menyatakan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat

karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai

kekuatan.40

Perjanjian yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut tidak akan diakui

oleh hukum, walaupun diakui oleh pihak-pihak yang membuatnya. Selagi

pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian yang disepakati, walaupun

tidak mematuhi syarat-syarat, perjanjian itu berlaku antara mereka.

Apabila suatu saat ada pihak yang tidak mengakui adanya perjanjian

tersebut sehingga menimbulkan sengketa, maka hakim akan menyatakan

perjanjian itu batal. Syarat pertama dan kedua yakni kesepakatan dan

kecakapan merupakan syarat subyektif karena menyangkut subyek pelaku

sedangkan syarat kedua merupakan syarat obyektif karena menyangkut

obyek dari perjanjian.

Selain persyaratan-persyaratan tersebut, UU ITE juga menambahkan

beberapa persyaratan lain, misalnya41

:

a. Beritikad baik (Pasal 17 ayat 2 UU ITE, syarat ini juga telah ada dalam

KUHPerdata);

39

Riduan Syahrani. Op Cit. hlm: 218

Page 16: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

33

b. Ketentuan mengenai waktu pengiriman dan penerimaan Informasi

dan/atau Transaksi Elektronik (Pasal 8);

c. Menggunakan Sistem Elektronik yang andal dan aman serta

bertanggung jawab (Pasal 15).

Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Internet dan Transaksi Elektronik di atas, ada beberapa peraturan

atau perundangan yang mengikat dan dapat dijadikan sebagai payung

hukum dalam kegiatan bisnis e-commerce, diantaranya adalah42

:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukim Acara Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat

40

Ibid. Riduan Syahrani. hlm: 219 41

www.batan.go.id/sjk/uu-ite.html. Diakses 30 Januari 2013 42

airuzelsaid.wordpress.com/2010/10/25/undang-undang-internet-dan-transaksi-elektronik-uu-ite-

tentang-e-commerce/ Diakses 30 Januari 2013

Page 17: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

34

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 1998 tentang Pendirian

Perusahaan Perseroan dibidang Perbankan

Serta Undang-Undang dan Peraturan lainnya yang terkait dengan

kejahatan e-commerce.

Artinya, beberapa perundangan yang disebutkan di atas dapat

menjadi Umbrella Act bagi suatu perbuatan E-Commerce yang terjadi di

dunia maya. Hal itu juga tergantung pada jenis E-Commerce yang

dilakukan. Jika memang lebih spesifik pada suatu hal tertentu yang tidak

diatur dalam KUHPerdata dan UU ITE, maka E-Commerce tersebut dapat

merujuk kepada perundangan lain yang terdapat kaidah hukumnya.

C. E-Commerce Dalam Perspektif Undang – Undang Nomor

11 Tahun 2008

Oleh karena untuk tetap mewadahi perkembangan zaman

menyangkut cara bertransaksi dari para pihak43

, maka dibuatlah aturan

mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik yang dimuat dalam Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

43

Dalam konteks ini, Penulis ingin menyatakan bahwa, bukan berarti Hukum tertinggal oleh

perkembangan zaman sehingga baru dibentuk UU ITE. Namun, seperti yang telah diuraikan

sebelumnya bahwa E-Commerce tetap memiliki ciri dari perjanjian yang sudah diatur sebelumnya

dalam hukum perdata, sehingga secara prinsip bukan merupakan suatu hal yang baru. Namun,

mengingat cara melakukan transaksi E-Commerce bukan seperti pada transaksi konvensonal, maka

dirasakan untuk diatur dalam suatu undang-undang yang khusus untuk itu sebagai Lex Specialis

dari hukum perdata.

Page 18: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

35

Elektronik. Aturan-aturan yang berbicara tentang E Commerce adalah

sebagai berikut:

a. Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa, transaksi elektronik adalah

perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer,

jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

b. Pasal 5

1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil

cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil

cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara

yang berlaku di Indonesia.

3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah

apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan

yang diatur dalam Undang-Undang ini.

4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

untuk:

a. surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk

tertulis; dan

Page 19: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

36

b. surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus

dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat

pembuat akta.44

Hukum pembuktian pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik sendiri bersifat lex specialis, dikarenakan undang-undang

tersebut mengatur segala sesuatu yang lebih spesifik dalam hukum

pembuktian yang terdapat di dalam KUHAP. Undang-Undang Informasi

dan Transaksi Elektronik bertujuan mengatur hukum diranah internet, baik

yang berkaitan dengan aspek pidana, aspek perdata, aspek administrasi

Negara dan beberapa aspek lainnya yang berkenaan dengan perbuatan

hukum diranah cyber.

Dengan demikian Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik mengatur alat bukti baru sebagai perluasan dari alat bukti

konvensional karena undang-undang mengatur keberlakuan hukum

diranah cyberspace atau dunia maya.

Berdasarkan Pasal 5 UU Nomor 11/ 2008, bahwa informasi

elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah, meliputi informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik, dan/atau hasil cetakannya;

Ketentuan ini merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan

hukum acara yang berlaku di Indonesia (UU Nomor 8/ 1982 tentang

44

UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronika.

Page 20: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

37

KUHAP). Bagaimana dengan informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik apabila menggunakan sistem elektronik dan dianggap sah akan

diatur sesuai ketentuan dalam undang-undang ini.45

Suatu dokumen/ data/ informasi elektronik yang dihasilkan oleh

suatu sistem informasi elektronik biasanya telah dilegalisir atau dijamin

oleh para profesional yang berwenang untuk itu. Jika proses tersebut dapat

berjalan sebagaimana semestinya dan selama tidak dibuktikan lain oleh

para pihak, maka semestinya dapat diterima sebagaimana layaknya bukti

akte otentik dan bukan akta otentik.

Dengan demikian keberadaan dokumen elektronik tersebut

seharusnya tidak dapat disangkal keberadaannya (non repudiation) dan

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para pihak yang ada di

dalamnya.46

c. Pasal 18

1) Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak

Elektronik mengikat para pihak.

2) Para pihak memiliki kewenangan untuk memilih hukum yang

berlaku bagi Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya.

45

Siswanto Sunarso. “Hukum Informasi Dan Transaksi Elektronik. Studi Kasus: Prita Mulyasari”.

PT Rineka Cipta. Jakarta. 2009. hlm: 50 46

Edmon Makarim. “Kompilasi Hukum Telematika”. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.

hlm: 418

Page 21: BAB II KONSEP E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8374/3/T1_312012708_BAB II.pdf · commerce ini sama dengan aktivitas jual beli alat-alat elektronik

38

3) Jika para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam Transaksi

Elektronik internasional, hukum yang berlaku didasarkan pada asas

Hukum Perdata Internasional.

4) Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum

pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa

alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang

mungkin timbul dari Transaksi Elektronik internasional yang

dibuatnya.

5) Jika para pihak tidak melakukan pilihan forum sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), penetapan kewenangan pengadilan,

arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya

yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari

transaksi tersebut, didasarkan pada asas Hukum Perdata

Internasional.47

Keberadaan kontrak elektronik jelas merupakan perkembangan

baru dalam jenis kontrak yang modern sehingga membutuhkan pengaturan

yang tepat dan berdasar hukum jelas. Oleh karena itu, sangatlah perlu

dikaji lebih lanjut tentang keabsahan kontrak elektronik ini sebagai dasar

dari perikatan antara dua pihak yang mengadakan perikatan.48

47

UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. 48

Gagasanhukum.wordpress.com/2008/09/15/kontrak-elektronik-menurut-uu-ite-dan-bw/ Diakses

30 Januari 2013