bab ii konsep dasar a....

40
7 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia dan trombositopenia. Leukimia limfois atau limfositik akut ini merupakan kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga jumlahnya menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel sehingga timbul pendarahan (Hidayat, 2006). Leukimia merupakan suatu penyakit klonal, yang berarti suatu sel kanker abnormal berproliferasi tanpa kontrol, menghasilkan sekelompok sel-sel anak yang abnormal sehingga menghambat semua sel-sel lain di sumsum tulang untuk berkembang normal (Price, 1999). Leukimia adalah proliferasi yang tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dan sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal, neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa (Mastriyani, 2007). Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001).

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit

    yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah

    berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia dan

    trombositopenia. Leukimia limfois atau limfositik akut ini merupakan

    kanker jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebihan

    sehingga jumlahnya menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang

    dan mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah

    eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel sehingga timbul

    pendarahan (Hidayat, 2006).

    Leukimia merupakan suatu penyakit klonal, yang berarti suatu sel

    kanker abnormal berproliferasi tanpa kontrol, menghasilkan sekelompok

    sel-sel anak yang abnormal sehingga menghambat semua sel-sel lain di

    sumsum tulang untuk berkembang normal (Price, 1999).

    Leukimia adalah proliferasi yang tidak teratur atau akumulasi sel

    darah putih dan sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang

    normal, neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam

    sumsum tulang dan limfa (Mastriyani, 2007).

    Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur

    dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001).

  • 8

    Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah

    putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal

    (Smeltzer, 2002).

    Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah

    berupa proliferasi patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh

    adanya kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan

    adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Arief, 2002)

    Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan : Leukimia merupakan

    penyakit akibat proliferasi sel leukosit yang imatur dan berlebihan

    sehingga dapat mengganti umur sel yang normal, menyebabkan anemia,

    trombositopenia, bahkan kematian dengan etiologi yang belum diketahui,

    diduga sebagai penyakit virus atau genetik.

    B. Klasifikasi

    Leukimia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya yaitu sebagai

    berikut:

    1. Leukimia Meilogenus Akut

    AML mengenai sel sistem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke

    semua sel mieloid, monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua

    kelompok usia dapat terkena, insidensi meningkat sesuai

    bertambahnya usia. Merupakan leukimia nonlimfositik yang paling

    sering terjadi.

  • 9

    2. Leukimia Mielogenus Kronis

    CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel mieloid. Namun

    banyak sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini

    lebih ringan. CML jarang menyerang individu dibawah 20 tahun.

    Manifestasi mirip dengan AML, tetapi tanda dan gejala lebih ringan,

    pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan

    leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

    3. Leukimia Limfositik Akut.

    ALL dianggap sebaagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi

    pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan,

    puncak insiden usia 4 tahun, setelah 15 tahun ALL jarang terjadi.

    Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan

    perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

    4. Leukimia Limfosit Kronis.

    CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70

    tahun. Manifestasi pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa

    saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain (Arief, 2002)

  • 10

    C. Anatomi dan Fisiologi

    Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi

    yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh

    jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan

    juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis

    yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato-

    yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.

    Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya

    adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.

    Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat

    sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun

    yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-

    hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

    Darah manusia bewarna merah, antara merah terang apabila kaya

    oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada

    darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory

    protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan

    tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah adalah bagian terbesar

    dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia terdiri dari darah, darah memiliki

    banyak fungsi didalam tubuh manusia, pada dasarnya bermanfaat untuk

    mengatur suhu tubuh, mengedarkan oksigen, sistem kinerja darah

    mengedarkan sari makanan dari tubuh dan mengedarkan hormon.

  • 11

    Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak

    kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah

    tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,

    pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah (Syaifuddin, 2006).

    Darah terdiri dari 4 bagian utama yaitu plasma darah, sel darah

    merah, sel darah putih dan keping darah.

    1. Plasma Darah

    Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan

    membentuk medium cairan darah disebut plasma darah. 90% bagian

    plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi

    mengangkut sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa

    pembakaran dari sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga

    bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan

    tubuh dari penyakit.

    Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat

    badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang

    membentuk sel darah merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah

    juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dari

    suatu organ atau jaringan.

    Zat-zat dalam plasma darah ada 6 macam, diantaranya yaitu

    fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah, garam-

    garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang

    berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik, protein

  • 12

    darah (albumin, globulin) yang dapat meningkatkan viskositas darah

    dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara

    keseimbangan cairan dalam tubuh, zat makanan (asam amino, glukosa,

    lemak, mineral, dan vitamin), hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan

    dari kelenjar tubuh, dan antibodi/antitoksin (Syaifuddin, 2006)

    Gambar 1.1 Plasma darah

    2. Sel Darah Merah

    Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonkaf

    tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 µm, tebal bagian tepi 2µm

    dan ketebalannya berkurang di bagian tengah menjadi hanya 1 mm

    atau kurang, karena lunak dan lentur maka selama melewati

    mikrosirkulasi sel-sel ini mengalami perubahan konfigurasi. Eritrosit

    tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap

    sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan

    mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan

    golongan darah.

  • 13

    Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang paling

    banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh

    lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Sel darah merah adalah

    salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel darah merah berbentuk

    pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak

    dapat menembus dinding kapiler darah dan berwarna kekuning-

    kuningan. Pada orang dewasa sel darah merah berjumlah sekitar 5 juta

    sel/mm³ darah pada laki-laki dan 4 juta sel/mm³ darah pada

    perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah dibentuk dalam

    sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah merah dibentuk

    dalam hati dan limfa. Setelah berumur 120 hari, sel darah merah akan

    mati dan diubah menjadi bilirubin atau zat warna empedu.

    Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah

    dihasilkan dari limpa, hati, kura dan sumsum merah pada tulang pipih,

    sel darah merah yang sudah rusak akan dibuang ke dalam hati.

    Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai

    menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk

    pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat

    dalam eritrosit berguna untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida.

    Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gr dalam 100 cc

    darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%

    (Syaifuddin, 2006).

  • 14

    Gambar 1.2 Sel Darah Merah

    3. Sel Darah Putih

    Sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk

    komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh

    melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem

    kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat

    bergerak secara amuboid (bentuk tidak tetap), dan dapat menembus

    dinding kapiler/diapedesis. Normalnya kita memiliki 4x109 hingga

    11x109 sel darah putih dalam satu liter darah manusia dewasa yang

    sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukimia,

    jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Leukosit

    bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk

    memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh

    tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak

    memiliki bentuk yang tetap.

    Fungsinya sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan

    bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem

  • 15

    retikulo endotel) tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar

    limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut/membawa zat lemak dari

    dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit

    disamping berada di pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan

    tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya

    kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan lebih

    banyak dari biasanya.

    Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam

    kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk

    mempertahankan tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah

    leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis dan

    kurang dari 6000/mm3 disebut leukopenia. (Syaifuddin, 2006)

    Gambar 1.3 Sel Darah Putih

    Gambar 1.4 Beberapa jenis sel darah putih

  • 16

    Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu: basofil, eosinofil, sel

    batang, sel segmen, limfosit, dan monosit.

    Tipe Gambar Diagram

    %

    dalam

    tubuh

    manusia

    Keterangan

    Neutrofil

    65%

    Neutrofil berhubungan dengan

    pertahanan tubuh terhadap infeksi

    bakteri serta proses peradangan

    kecil lainnya, serta biasanya juga

    yang memberikan tanggapan

    pertama terhadap infeksi bakteri;

    aktivitas dan matinya neutrofil

    dalam jumlah yang banyak

    menyebabkan adanya nanah.

    Eosinofil

    4%

    Eosinofil terutama berhubungan

    dengan infeksi parasit, dengan

    demikian meningkatnya eosinofil

    menandakan banyaknya parasit.

  • 17

    Basofil

  • 18

    'memori'.)

    2. Sel T: CD4+ (pembantu)

    Sel T mengkoordinir

    tanggapan ketahanan (yang

    bertahan dalam infeksi

    HIV) sarta penting untuk

    menahan bakteri

    intraseluler. CD8+

    (sitotoksik) dapat

    membunuh sel yang

    terinfeksi virus.

    3. Sel natural killer: Sel

    pembunuh alami (natural

    killer, NK) dapat

    membunuh sel tubuh yang

    tidak menunjukkan sinyal

    bahwa dia tidak boleh

    dibunuh karena telah

    terinfeksi virus atau telah

    menjadi kanker.

  • 19

    Monosit

    6%

    Monosit membagi fungsi

    "pembersih vakum" (fagositosis)

    dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia

    hidup dengan tugas tambahan:

    memberikan potongan patogen

    kepada sel T sehingga patogen

    tersebut dapat dihafal dan dibunuh,

    atau dapat membuat tanggapan

    antibodi untuk menjaga.

    Makrofag

    (lihat di

    atas)

    Monosit dikenal juga sebagai

    makrofag setelah dia meninggalkan

    aliran darah serta masuk ke dalam

    jaringan.

    4. Keping Darah

    Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah

    fragmen sel yang tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam

    mekanisme hemostatis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan

    darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit

    dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat

    meningkatkan risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak

    teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari

  • 20

    eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.

    Jumlah trombosit adalah 200000-300000 keping/mm³ darah.

    Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah berfungsi

    dalam pembekuan darah, jika ada orang yang terkena demam berdarah,

    maka jumlah trombosit ini akan semakin sedikit sehingga darah

    semakin mengental dan menyebabkan kematian, oleh karena itu

    penderita demam berdarah harus ditransfusi darah agar mendapat

    pasokan trombosit yang banyak (Syaifuddin, 2006).

    Gambar 1.5 Keping darah

    Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai

    alat pengangkut (pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan

    tubuh. Peredaran Oksigen pada tubuh :

    a. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah.

    b. Darah yang dipompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru

    melepaskan CO2 dan mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.

    c. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri

  • 21

    d. Dari bilik kiri O2 dibawa ke seluruh tubuh oleh sel darah merah

    untuk pembakaran (oksidasi)

    e. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari

    jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan

    kembali ke jantung membawa karbondioksida.

    f. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung

    membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan

    mengambil oksigen dibawa ke jantung.

    Jadi kesimpulannya, fungsi darah adalah mengedarkan sari

    makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah,

    mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh

    yang dilakukan oleh plasma darah, karbondioksida dikeluarkan melalui

    paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal, mengedarkan hormon yang

    dikeluarkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan oleh

    plasma darah, mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan

    oleh sel-sel darah merah, membunuh kuman yang masuk ke dalam

    tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih, menutup luka yang

    dilakukan oleh keping-keping darah, dan menjaga kestabilan suhu

    tubuh (Guyton, 1995).

    D. Etiologi dan Predisposisi

    Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor

    predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu faktor genetik :

  • 22

    virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell

    Leukemia–Lhymphoma Virus/ HLTV), radiasi, obat-obat imunosupresif,

    obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol, faktor herediter, misalnya

    pada kembar monozigot, serta kelainan kromosom, misalnya pada down

    sindrom (Suriadi, 2001).

    Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari

    sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap

    penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan

    pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.

    Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down

    dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

    Faktor yang ikut berperan yaitu : virus onkogenik yang memiliki

    struktur antigen tertentu, predisposisi genetik yang digabungkan dengan

    inisiator (mutasi) baik yang diketahui maupun tidak, abnormalitas

    kromosom dan hereditas, faktor eksogen, seperti sinar X, sinar radioaktif,

    hormon, bahan kimia dan infeksi, faktor endogen, seperti ras (orang

    Yahudi), serta riwayat penyakit yang berkaitan dengan hematopoisis

    (pembentukan sel darah), seperti penyakit Hodgkin, meiloma multiple,

    polisitemia vera, dan anemia siderobastik (Ngastiyah, 1997).

    Berdasarkan sumber lainnya, terdapat etiologi lain, yaitu : obat-

    obat imunosupresif, obat karsinogenetik dan kelainan kromosom

    (Mastriyani, 2007).

  • 23

    E. Patofisiologi

    Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoietik yang

    total dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai

    dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya.

    Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya

    (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan

    menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar

    (splenomegali, hepatomegali). Proliferasi dari satu jenis sel sering

    mengganggu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke

    pengembangan/pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias (penurunan

    jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya

    immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi.

    (Long, 1996).

    Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan

    mudah masuk ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai

    dengan struktur antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai

    maka akan ditolak oleh tubuh. Stuktur antigen manusia terbentuk oleh

    struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir

    yang terletak dipermukaan tubuh. Istilah HL–A (Human Leucocyte Lotus-

    A) antigen terhadap jaringan telah ditetapkan (WHO). Sistem HL–A

    individu ini diturunkan menurut hukum genetika, sehingga adanya peranan

    faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan

    (Ngastiyah, 1997).

  • 24

    Menurut Suriadi, 2001, prosesnya meliputi: normalnya tulang

    marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya

    proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan

    menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan

    terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan

    mudah mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran

    gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan

    pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan

    berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan

    peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada ekstra medular

    akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri

    persendian.

    Leukimia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan

    imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup ke dalam

    berbagai organ tubuh. Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum

    tulang, mengganti unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia

    dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbul

    perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Inflasi

    juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan

    sel-sel leukemik ke dalam semua organ-organ vital menimbulkan

    hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati.

  • 25

    Timbul disfungsi sumsum tulang, menyebabkan turunnya jumlah

    eritrosit, neutrofil dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi limfonodus,

    limfa, hati, tulang, dan SPP (Betz, 2002).

    Di semua tipe leukimia, sel yang beproliferasi dapat menekan

    produksi dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan

    berlomba-lomba untuk menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai

    nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari leukimia merupakan

    hasil dari infiltrasi sumsum tulang, dengan 3 manifestasi yaitu anemia dan

    penurunan RBCs, infeksi dari neutropenia, dan pendarahan karena

    produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukimia yang berangsur-

    angsur pada sumsum menimbulkan kelemahan pada tulang dan cenderung

    terjadi fraktur, sehingga menimbullkan nyeri.

    Ginjal, hati, dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan

    akhirnya fibrosis, leukimia juga berpengaruh pada SSP dimana terjadi

    peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada

    kepala, letargi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku duduk (Wong,

    2000).

    F. Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia

    adalah sebagai berikut : kepucatan akibat anemia, infeksi berulang akibat

    penurunan sel darah putih, nyeri tulang akibat penumpukan sel-sel

    sumsum tulang yang mengakibatkan peningkatan tekanan dan kematian

  • 26

    sel, limpadenopati, splenomegali,dan hepatomegali akibat infiltrasi sel

    leukemik ke organ-organ limfosit tersebut, adanya penurunan BB akibat

    berkurangnya nafsu makan dan peningkatan kalori oleh sel-sel neoplastik

    (Price, 1999).

    Tanda-tandanya meliputi : kelelahan, malaise, kelemahan otot,

    palpitasi, takikardi, diare, nyeri tekan, feses hitam, penurunan haluaran

    urin, perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, ansietas, anoreksia,

    muntah, disfagia, disorientasi, parestesia, nyeri abnormal, nafas pendek,

    gangguan penglihatan, pendarahan spontan, demam, infeksi, kemerahan,

    purpura dan pembesaran pada nodus limfe (Mastriyani, 2007).

    G. Penatalaksanaan

    1. Penatalaksanaan Keperawatan

    Dalam keperawatan penanganan yang dapat dilakukan

    meliputi: meminimalkan prosedur invasive untuk mengurangi risiko

    terjadi infeksi, menganjurkan kepada ibu untuk memberikan makanan

    yang disukai dan tidak bertentangan dengan indikasi, menjaga

    kebersihan mulut dengan menggosok gigi, menjelaskan secara singkat

    akan pentingnya nutrisi untuk membantu proses penyembuhan

    penyakit, menganjurkan pada keluarga untuk meningkatkan nutrisi

    tinggi protein dan kalori, menganjurkan keluarga untuk menyediakan

    lingkungan rumah yang baik, agar tidak terjadi cedera, menjelaskan

    pada orang tua pentingnya menjaga kesehatan anak, karena pada

  • 27

    penyakit leukimia mudah terjadi infeksi. Di samping itu penting untuk

    menjelaskan bahwa ALL merupakan penyakit kanker darah yang

    disebabkan oleh virus dan membutuhkan kemoterapi untuk menekan

    sel-sel kanker dalam tubuh, mengajarkan untuk menggunakan sikat

    gigi dengan bulu halus untuk mencegah trauma

    2. Penatalaksanaan Medis

    Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis

    obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri

    dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi

    (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens

    kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif

    diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk

    memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain.

    Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis

    untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk

    leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin

    (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam

    amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),

    merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan

    leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor

    kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama

    pengobatan leukemia akut) (Betz, 2002).

  • 28

    Pengobatan yang dilakukan antara lain :

    1. Pelaksanaan Kemoterapi, ada 3 fase yaitu :

    a. Fase Induksi

    Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini

    diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vincristin, dan L –

    asparginase, dinyatakan berhasil jika tanda – tanda penyakit

    berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan

    jumlah sel muda kurang dari 5%.

    b. Fase Profilasis SSP

    Diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocotison

    melalui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukimia ke otak,

    diberi apabila pasien mengalami gangguan SSP.

    c. Konsolidasi

    Kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan limesis

    dan mengurangi sel-sel leukimia yang beredar dalam tubuh. Jika

    terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan atau

    dosis dikurangi (Arief, 2005).

    2. Transfusi untuk mengatasi anemia

    3. Pencangkokan sumsum tulang (Price, 1999)

    4. Beberapa obatnya antara lain :

    a. Prednison :untuk efek antiflamsi

    b. Vinkristin (oncovin) :menghambat asparagin (asam amino

    untuk pertumbuhan tumor).

  • 29

    c. Metotreksat (amethopterin) :menghalangi metabolisme asam

    folat (untuk pembelahan sel)

    d. Merkaptopurin (purinetol) :menghalangi sintesis asam nukleat

    e. Sitarabin :supresan sumsum tulang, harus

    diawasi

    f. Alopurinol (zyloprim) :menghambat produksi asam yrat

    g. Siklofosfamit (cytoxan)

    h. Daunorubisin :menghambat pembelahan sel

    (Betz, 2002)

    H. Pengkajian Fokus

    1. Demografi

    a. Usia : terjadi pada anak berusia dibawah 15 tahun dengan

    insidensi tertinggi pada umur 4 tahun

    b. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan

    c. Ras : pada kasus tertentu lebih banyak pada anak kulit

    putih

    d. Lingkungan : banyak terpapar pada zat radioaktif dan bahan

    kimia

    2. Riwayat Kesehatan

    a. Riwayat Penyakit Dahulu

    - Riwayat kelainan kromosom (sindrom down)

    - Riwayat infeksi

  • 30

    b. Riwayat Penyakit Keluarga

    - Faktor ras, keluarga dan genetika

    3. Data fokus

    a. Aktivitas

    Kelelahan, malaise, kelemahan otot dan somnolen

    b. Sirkulasi

    Palpitasi, takhikardi, membran mukosa pucat

    c. Eliminasi

    Diare, nyeri tekan perianal, darah pada urin, penurunan haluan urin

    dan feses hitam

    d. Integritas Ego

    Perasaan tidak berdaya, depresi, menarik diri, ansietas dan takut

    e. Makanan / cairan

    Anoreksia, muntah, BB turun, distensi abnormal, disfagia dan

    perubahan rasa

    f. Neurosensori

    Disorientasi, pusing, parestesi dan kesemutan

    g. Nyeri

    Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri sendi dan kram otot

    h. Pernafasan

    Nafas pendek dengan kerja minimal, dypsnea, batuk, ronkhi dan

    penurunan bunyi nafas

  • 31

    i. Keamanan

    Pendarahan tak terkontrol, demam, purpura, pendarahan gusi,

    pembesaran nodus limfe, limfa atau hati

    j. Seksualitas

    Perubahan libido, aliran menstruasi

    4. Pemeriksaan fisik

    a. Palpitasi, mukosa pucat

    b. Penurunan BB

    c. Penurunan bunyi usus

    d. Splenomegali, hepatomegali

    e. Penurunan kesadaran

    f. Nyeri abdomen, nyeri sendi

    g. Pendarahan spontan

    h. Purpura, kemerahan

    5. Pemeriksaan penunjang

    a. Hitung darah lengkap

    Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan

    CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki

    prognosis paling baik, jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3

    adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.

    - Hemoglobin : kurang dari 10 gr/100ml

    - Retikulosit : jumlah biasanya rendah

    - Trombosit :

  • 32

    - SDP : >50.000/cm dengan peningkatan SDP

    immatur

    b. PTT : memanjang

    c. Asam urat serum : mungkin meningkat

    d. Copper serum : meningkat

    e. Zink serum : menurun

    (Doengoes, 1999)

    Pemeriksaan lainnya yaitu: pungsi lumbal untuk mengkaji

    keterlibatan susunan saraf pusat, foto thoraks untuk mendeteksi

    keterlibatan mediastinum, aspirasi sumsum tulang. ditemukannya

    25% sel blast memperkuat diagnosis, pemindaian tulang atau

    survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang, pemindaian

    ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik, jumlah

    trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan (Betz, 2002).

  • 33

    I. Pathways Keperawatan

    Perlawanan dari tubuh

    hipertermi

    kemoterapi

    Efek terapi

    mual

    Anoreksia, muntah

    Resiko perubahan nutrisi :

    kurang dari kebutuhan

    Keluaran yang

    berlebihan

    Resiko kekurangan

    volume

    Kompensasi tubuh

    alopesia stomatitis

    Gg citra tubuh

    Perubahan membran mukosa

    oral

    Disfungsi sumsum tulang

    Menurunkan trombosit

    Produksi platelet menurun

    trombositopenia

    Resiko terjadi pendarahan

    Menurunkan neutrofil

    neutropenia

    Menurunkan sistem

    pertahanan tubuh sekunder

    Resiko tinggi infeksi

    Menurunkan eritrosit

    eritropeni

    Hb menurun

    Suplai O2 dlm darah menurun

    anemia

    Pucat

    kelelahan

    Menumpuk di sumsum tulang

    Infiltrasi ke organ2 limfoid

    pembesaran

    Nyeri tulang

    Gangguan rasa nyaman : nyeri

    Splenomegali, hepatomegali, limfadenopati

    Sel normal kurang nutrisi

    Penurunan BB

    Peningkatan laju

    metabolik

    malaise

    Kelemahan umum

    Intoleransi aktivitas

    kelelahan

    Peningkatan konsumsi kalori

    Sel neoplastik cepat membelah

    Sel-sel leukemik Perawatan di rumah

    Kurang informasi

    Kurang pengetahuan ttg penyakit prognosis

    dan perawatan

    Faktor etiologi: virus, abnormalitas kromosom, sinar

    radioaktif & sinar-X, bahan kimia, infeksi

    Leukosit immatur yg berlebihan

    Menekan produksi elemen darah yg normal

    leukimia

  • 34

  • 35

    J. Fokus Intervensi dan Rasional

    Menurut Wong, 2000, diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :

    1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan

    tubuh

    Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

    Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan

    suhu tubuh

    Intervensi:

    a. Pantau suhu dengan teliti

    Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

    b. Tempatkan anak dalam ruangan khusus

    Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber

    infeksi

    c. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk

    menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik

    Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

    d. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur

    invasif

    Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan

    resiko infeksi

    e. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya

    infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan

    masalah gigi

  • 36

    Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

    f. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

    Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk

    pertumbuhan organisme

    g. Berikan periode istirahat tanpa gangguan

    Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi

    seluler

    h. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

    Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh

    i. Berikan antibiotik sesuai ketentuan

    Rasional : sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

    2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

    Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi aktifitas

    Kriteria Hasil : Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

    dengan bertahap

    Intervensi:

    a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk

    berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari

    Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

    b. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

    Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi

    seluler atau penyambungan jaringan

  • 37

    c. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang

    diinginkan atau dibutuhkan

    Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu

    pemilihan intervensi

    d. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

    Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan

    diri

    3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan

    penurunan jumlah trombosit

    Tujuan : Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

    Kriteria Hasil : Hb normal, tidak ada penurunan energi

    Intervensi :

    a. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya

    pada daerah ekimosis

    Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan

    adanya anemia

    b. Cegah ulserasi oral dan rektal

    Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah

    c. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

    Rasional : untuk mencegah perdarahan

    d. Gunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

    Rasional : untuk mencegah perdarahan

  • 38

    e. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun,

    denyut nadi cepat, dan pucat)

    Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi

    perdarahan

    f. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

    Rasional : aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

    g. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol

    perdarahan hidung

    Rasional : untuk mencegah perdarahan

    4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual

    dan muntah

    Tujuan :

    - Tidak terjadi kekurangan volume cairan

    - Pasien tidak mengalami mual dan muntah

    Kriteria Hasil : Muntah dapat teratasi, masukan cairan cukup

    Intervensi :

    a. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi

    Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

    b. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program

    kemoterapi

    Rasional : untuk mencegah episode berulang

    c. Kaji respon anak terhadap antiemetik

  • 39

    Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum

    berhasil

    d. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

    Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan

    muntah

    e. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

    Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

    f. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

    Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

    5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan

    dengan efek samping agen kemoterapi

    Tujuan : Pasien tidak mengalami mukositis oral

    Kriteria Hasil : Tidak ada stomatitis, membran mukosa lembab

    Intervensi :

    a. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

    Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera

    b. Hindari mengukur suhu oral

    Rasional : untuk mencegah trauma

    c. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas,

    atau jari yang dibalut kasa

    Rasional : untuk menghindari trauma

  • 40

    d. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal

    atau tanpa larutan bikarbonat

    Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan

    e. Gunakan pelembab bibir

    Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah

    pecah-pecah (fisura)

    f. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

    Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan

    refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat

    menyebabkan kejang

    g. Berikan diet cair, lembut dan lunak

    Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak

    h. Inspeksi mulut setiap hari

    Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

    i. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

    Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

    j. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu

    magnesia

    Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat

    membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan

    memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa

    k. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

    Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis

  • 41

    l. Berikan analgetik

    Rasional : untuk mengendalikan nyeri

    6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

    dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping

    kemoterapi dan atau stomatitis

    Tujuan : Pasien mendapat nutrisi yang adekuat

    Kriteria Hasil : Tidak ada penurunan BB, nafsu makan baik, tidak

    mengalami mual dan muntah

    Intervensi :

    a. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan

    Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat

    langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi

    b. Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,

    rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera

    makan anak meningkat

    Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

    c. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu

    bubuk atau suplemen yang dijual bebas

    Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

    d. Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan

    makanan

    Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan

  • 42

    e. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

    Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan

    baik

    f. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien

    Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga

    cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat

    memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan

    kalori dan protein yang adekuat

    g. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

    Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein

    kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang

    dari normal

    7. Gangguan rasa nyaman : nyeri yang berhubungan dengan efek

    fisiologis dari leukemia, penekanan pada sumsum tulang

    Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai

    tingkat yang dapat diterima anak

    Kriteria Hasil : Skala nyeri berkurang, ekspresi rileks

    Intervensi :

    a. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

    Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

    kebutuhan atau keefektifan intervensi

  • 43

    b. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan

    suhu non invasif, alat akses vena)

    Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

    c. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran

    dan sedasi

    Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu

    pemberian atau obat

    d. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

    Rasional : sebagai analgetik tambahan

    e. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

    Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

    8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan

    cepat pada penampilan.

    Tujuan : Pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

    Kriteri Hasil : Rasa percaya diri klien meningkat

    Intervensi :

    a. Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa

    gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok

    Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian

    rambut terhadap kerontokan rambut

    b. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada

    sinar matahari, angin atau dingin

  • 44

    Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

    c. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih,

    pendek dan halus

    Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

    d. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan

    dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda

    Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap

    perubahan penampilan rambut baru

    e. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis

    kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang

    menarik

    Rasional : untuk meningkatkan penampilan

    9. Hipertermi berhubungan dengan efek dari pengobatan kemoterapi.

    Tujuan : Suhu tubuh klien dapat normal

    Kriteria Hasil : Suhu tubuh normal (36-37oC), klien tidak gelisah

    Intervensi :

    a. Kaji tanda-tanda vital

    Rasional : mangobservasi kondisi klien, menentukan intervensi

    uang sesuai

    b. Beri kompres pada lipatan ketiak dan paha

  • 45

    Rasional : pada lipatan ketiak dan paha terdapat banyak

    pembuluh darah sehingga dapat dengan cepat menurunkan suhu

    tubuh

    c. Anjurkan keluarga untuk menggunakan klien pakaian yang dapat

    menyerap keringat

    Rasional : mengeluarkan panas dari dalam tubuh

    d. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

    Rasional : menurunkan suhu tubuh dengan bantuan obat

    10. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan perawatan

    berhubungan dengan kurang informasi.

    Tujuan : Keluarga dapat memahami tentang penyakit, prognosis, dan

    perawatan anak dengan leukemia

    Kriteria Hasil : Keluarga dapat menjelaskan ulang

    Intervensi :

    a. Jelaskan secara singkat akan pentingnya nutrisi untuk membantu

    proses penyembuhan penyakit

    Rasional : nutrisi yang baik dapat menjaga daya tahan tubuh

    b. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan nutrisi tinggi

    protein dan kalori

    Rasional : protein baik untuk menjaga kesehatan

    c. Anjurkan keluarga untuk menyediakan lingkungan rumah yang

    baik

  • 46

    Rasional : mengurangi risiko terjadi cedera dan trauma

    d. Jelaskan pada orang tua pentingnya menjaga kesehatan anak,

    karena pada penyakit leukimia mudah terjadi infeksi

    Rasional : anak dengan leukimia mudah terserang penyakit

    e. Jelaskan bahwa ALL merupakan penyakit kanker darah yang

    disebabkan oleh virus dan membutukkan kemoterapi

    Rasional : leukimia memelukan kemoterapi untuk menekan sel-

    sel kanker