bab ii kerangka teori a. tinjauan tentang kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/bab ii.pdf · 2020....

13
15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian Kriminologi Kriminologi sebagai bidang penyelidikan bermula di Eropa pada akhir 1700-an dalam tulisan-tulisan para filsuf, dokter, ilmuwan fisik, sosiolog, dan ilmuwan sosial. Sebagian besar teori awalnya berakar kuat dalam kerangka biologis yang pada umumnya sudah ditinggalkan oleh kriminologi Amerika modern (Gibbons, 1982). Kriminologi muncul bersama hukum pidana abad ke delapan belas. Walaupun punya akar Eropa, sebagian besar perkembangan utama dalam kriminologi modern terjadi di Amerika Serikat. Kriminologi terkait erat dengan perkembangan sosiologi, memperoleh pijakan di dunia akademis Amerika Serikat antara 1920 dan 1940. Kriminologi umumnya menjadi subdisiplin sosiologi walaupun fokus kriminologi interdisipliner, para sosiolog mencurahkan sebagian besar perhatian pada isu-isu kriminalitas. Sejak 1960-an kriminologi muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri. 6 Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Nama kriminologi di temukan oleh P. TOPinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Prancis, secara harfiah berasal dari kata (crime) yang berarti kejahatan atau penjahat dan (logos) yang berarti ilmu pengetahuan. Maka ilmu kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu yang 6 Frank E. Hagan, Edisi Ketujuh Pengantar Kriminologi Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2013, hl. 5-6

Upload: others

Post on 16-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

15

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tinjauan tentang Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Kriminologi sebagai bidang penyelidikan bermula di Eropa pada akhir

1700-an dalam tulisan-tulisan para filsuf, dokter, ilmuwan fisik, sosiolog,

dan ilmuwan sosial. Sebagian besar teori awalnya berakar kuat dalam

kerangka biologis yang pada umumnya sudah ditinggalkan oleh

kriminologi Amerika modern (Gibbons, 1982). Kriminologi muncul

bersama hukum pidana abad ke delapan belas. Walaupun punya akar

Eropa, sebagian besar perkembangan utama dalam kriminologi modern

terjadi di Amerika Serikat. Kriminologi terkait erat dengan perkembangan

sosiologi, memperoleh pijakan di dunia akademis Amerika Serikat antara

1920 dan 1940. Kriminologi umumnya menjadi subdisiplin sosiologi

walaupun fokus kriminologi interdisipliner, para sosiolog mencurahkan

sebagian besar perhatian pada isu-isu kriminalitas. Sejak 1960-an

kriminologi muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri.6

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan. Nama kriminologi di temukan oleh P. TOPinard (1830-1911)

seorang ahli antropologi Prancis, secara harfiah berasal dari kata (crime)

yang berarti kejahatan atau penjahat dan (logos) yang berarti ilmu

pengetahuan. Maka ilmu kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu yang

6 Frank E. Hagan, Edisi Ketujuh Pengantar Kriminologi Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal,

Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2013, hl. 5-6

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

16

mempelajari tentang kejahatan atau penjahat. Banyak sekali tokoh-tokoh

yang memberikan definisi tentang kriminologi, antara lain sebagai berikut:

a. WME. Noach mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu pengetahuan

yang menyelidiki gejala-gejala kejahatan dan tingkah laku yang tidak

senonoh, sebab-musabab serta akibat-akibatnya.

b. J. Constat, Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan

untuk menemukan faktor-faktor yang menjadi sebab musahabab

terjadinya kejahatan dan penjahat.

c. Edwin H. Sutherland mengartikan kriminologi sebagai kumpulan

pengetahuan yang membahas kenakalan remaja dan kejahatan sebagai

gejalah sosial.

d. W.A. Bonger yang mengemukakan bahwa kriminologi adalah ilmu

pengetahuan yang bertujuan untuk menyelidiki gejala kejahatan

seluas-luasnya.

2. Landasan Lahirnya Teori-Teori Kriminologi

a. Spiritualisme

Spiritualisme memiliki perbedaan mendasar dengan metode

penjelasan kriminologi yang ada saat ini. Penjelasan spiritualisme

memfokuskan perhatiannya pada perbedaan antara kebaikan yang

datang dari Tuhan atau dewa dan keburukan yang datang dari setan.

Seseorang yang telah melakukan suatu kejahatan dipandang sebagai

orang yang telah terkena bujukan setan (evil/demon). Dalam

perkembangan selanjutnya aliran spiritualisme ini masuk dalam

lingkup pergaulan politik dan sosial kaum feodal. Landasan pemikiran

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

17

yang paling rasional dari perkembangan ini adalah bahwa pada

periode sebelumnya kejahatan dianggap sebagai permasalahan antara

korban dan keluarga korban dengan pelaku dan keluarganya.

Akibatnya adalah konflik berkepanjangan antarkeluarga yang dapat

mengakibatkan musnahnya keluarga tersebut, konsep Carok (Madura)

misalnya. Dalam hal ini ada suatu kepercayaan dari masyarakat bahwa

kebenaran akan selalu menang dan kejahatan pasti akan mengalami

kebinasaan.

Metode untuk membuktikan kesalahan seseorang dalam

masyarakat primitif memiliki banyak model. Diyakini bahwa jika

orang itu tidak bersalah, maka Tuhan akan menolongnya dari rasa

sakit atau bahkan kematian. Namun jika orang tersebut bersalah, maka

Tuhan akan memberikan kepadanya rasa sakit dan kematian yang

amat menyiksa. Namun aliran ini memiliki kelemahan, bahwa

penjelasan ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.

b. Naturalisme

Naturalisme merupakan model pendekatan lain yang sudah ada

sejak berabad-abad yang lalu, adalah “Hippocrates” (460 S.M) yang

menyatakan bahwa “the brain ia organ of the mind”. Perkembangan

paham rasionalisme yang muncul menyebabkan manusia mencari

model penjelasan lain yang lebih rasional dan mampu dibuktikan

secara ilmiah. Dalam perkembangan lahirnya teori-teori tentang

kejahatan, maka dapat dibagi dalam tiga mazhab atau aliran yaitu :

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

18

1) Aliran Klasik

Dasar pemikiran dari ajaran klasik ini adalah adanya

pemikiran bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang

memiliki kehendak bebas (Free Will). Dimana dalam bertingkah

laku, ia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan segala

tindakan berdasarkan keinginannya (hedonisme). Dengan kata

lain manusia dalam berperilaku dipandu oleh dua hal yaitu

penderitaan dan kesenangan yang menjadi resiko dari tindakan

yang dilakukannya, bukan kesalahannya.

2) Aliran Neo Klasik

Aliran ini pada dasarnya bertolak pada pemikiran mazhab

klasik. Namun demikian para sarjana mazhab ini justru

menginginkan pembaharuan pemikiran dari mazhab klasik justru

menimbulkan ketidakadilan. Meski mazhab neo klasik tidak

dilandaskan pada pemikiran ilmiah, namun aspek-aspek kondisi

pelaku dan lingkungannya mulai diperhatikan. Hal tersebut yang

membuatnya berbeda dengan mazhab klasik.

3) Aliran Positivis

Secara garis besar aliran aliran positivis membagi dirinya

menjadi dua pandangan yaitu :

a) Determinisme Biologis

Teori-teori yang masuk dalam aliran ini mendasari pemikiran

bahwa perilaku manusia sepenuhnya tergantung pada

pengaruh biologis yang ada dalam dirinya.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

19

b) Determinisme Cultural

Teori-teori yang masuk dalam aliran ini mendasari pemikiran

mereka pada pengaruh sosial, budaya dari lingkungan

dimana seseorang itu hidup.7

3. Ruang Lingkup Kriminologi

Menurut Sutherland, Kriminologi terdiri dari tiga bagian utama,

diantaranya yaitu :

a. Penologi, yaitu pengetahuan yang mempelajari tentang sejarah

lahirnya hukuman, perkembangannya serta arti dan faedahnya

b. Sosiologi Hukum (Pidana), yaitu analisis ilmiah terhadap

kondisi-kondisi yang mempengaruhi perkembangan hukum

pidana.

Sedangkan menurut A.S Alam, ruang lingkup pembahasan

kriminologi mencakup tiga hal pokok, yakni :

a) Proses pembuatan hukum pidana dan hukum acara pidana

(making laws). Dalam proses pembuatan hukum pidana (procces

of making laws) meliputi :

1) Definisi kejahatan

2) Unsur-unsur kejahatan

3) Relativitas pengertian kejahatan

4) Penggolongan kejahatan

5) Statistic kejahatan

7 Topo Santoso, S.H., M.H dan Eva Achjani Zulfa, S.H, Kriminologi, Rajawali Pers, Depok, 2019,

hlm. 19-23

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

20

c. Etiologi Kriminal, yang membahas teori-teori yang menyebabkan

terjadinya kejahatan (breaking of laws). Sedangkan yang dibahas

dalam etiologi kriminal (breaking of laws) meliputi :

a) Aliran-aliran (mahzhab-mahzhab) kriminologi

b) Teori-teori kriminologi

c) Berbagai persfektif kriminologi

d) Reaksi terhadap pelanggaran hukum (reacting toward the

breaking of laws). Reaksi dalam hal ini bukan hanya diajukan

kepada pelanggar hukum berupa tindakan represif tetapi juga

reaksi terhadap pelanggar hukum berupa upaya-upaya

pencegahan kejahatan (criminal prevention). Selanjutnya

yang dalam bagian ketiga adalah perlakuan terhadap

pelanggar-pelanggar hukum (reacting toward the breaking of

laws) meliputi :

1) Teori-teori penghukuman

2) Upaya-upaya penanggulangan/pencegahan kejahatan

baik berupa tindakan pre-emtif, preventif, represif, dan

rehabilitatif.

B. Tinjauan Umum Terkait Tindakan Main Hakim Sendiri

Penggunaan istilah pengadilan jalanan sangat identik dengan istilah

tindakan main hakim sendiri, yang artinya tindakan menghakimi sendiri,

melaksanakan hak menurut kehendak sendiri yang bersifat sewenang-

sewenang, tanpa persetujuan dari pihak lain yang berkepentingan sehingga

akan menimbulkan kerugian atau berbuat sewenang-sewenang terhadap orang

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

21

yang dianggap bersalah. Tindakan main hakim sendiri bisa dilakukan oleh

orang perorangan atau oleh beberapa orang atau sekelompok orang (massa),

jadi yang dimaksuddengan pengadilan jalanan adalah tindakan main hakim

sendiri, yaitu tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh beberapa orang

atau sekelompok orang (massa) terhadap orang yang diduga sebagai pelaku

tindak pidana. Tindakan main hakim sendiri, pada dasarnya merupakan

pembalasan yang berawal dari konsep peradilan personal yang memandang

kejahatan sebagai persoalan pribadi atau keluarga tanpa ada campur tangan

penguasa. Individu yang merasa dirinya menjadi korban perbuatan orng lain,

akan mencari balas terhadap pelaku tindak pidana atau keluarga pelaku tindak

pidana.8

Ditinjau dari sudut sosiologis dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Aspek positif ialah jika memenuhi syarat

sebagai berikut :

a. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan melalui pendekatan

kemasyarakatan sesuai dengan latar belakang terjadinya suatu tindakan

kejahatan.

b. Reaksi masyarakat di dasarkan atas kerja sama dengan aparat keamanan

atau penegak hukum secara resmi.

c. Tinjauan penghukuman adalah pembinaan dan penyadaran atas pelaku

kejahatan.

d. Mempertimbangkan atau memperhitungkan sebab-sebab dilakukannya

suatu tindakan kejahatan.

8 Fathul Achmadi Abby, Pengadilan Jalanan Dalam Dimensi Kebijakan Kriminal, Jala Permata

Aksara, Jakarta, 2016, hlm. 19

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

22

Sedangkan aspek negatif jika :

a. Reaksi masyarakat adalah serta merta, yaitu dilakukan dengan dasar

luapan emosional.

b. Reaksi masyarakat didasarkan atas ketentuan lokal yang berlaku di dalam

masyarakat yang bersangkutan atau dengan kata lain tidak resmi.

c. Tujuan penghukuman cenderung lebih bersifat pembalasan, penderaan,

paksaan, dan pelampiasan dendam.

d. Relatif lebih sedikit mempertimbangkan dang memperhitungkan latar

belakang mengapa dilakukan suatu tindakan kejahatan. Usaha seseorang

untuk melakukan tindakan main hakim sendiri tidak dilarang selama dalam

usahanya itu tidak melakukan perbuatan yang masuk perumusan tindak

pidana lain. Misalnya, seseorang yang mencuri dengan kekerasan terhadap

korbannya, dan seseorang dengan keberaniannya memukul pelaku dan

mengamankan korban dari tindak kejahatan pencurian tersebut. Maka

perbuatan “menghakimi sendiri” ini tidak dilarang malainkan malah

dianjurkan apabila tidak menimbulkan dampak yang lebih beasr.

Sedangkan tindakan main hakim sendiri yang dimaksud disini adalah

tindakan main hakim sendri yang melanggar hukum, contohnya adalah

mengarak pelaku hubungan seksual di luar nikah di muka umum dengan

diiringi perbuatan yang melanggar hukum lainnya seperti menelanjangi,

menganiaya, dan melecehkan si pelaku perbuatan pelanggaran yang mana

perbuatan yang dilakukan oleh pelaku main hakim sendiri merupakan

suatu perbuatan tindak pidana.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

23

C. Tinjauan Umum Tentang Massa

Kata massa dalam khasanah keilmuan hukum pidana tidak dikenal dan

hanya merupakan bahasa yang timbul dan hidup di masyarakat sebagai realitas

sosial. Kata massa menurut kamus ilmiah popular adalah dengan cara

melibatkan banyak orang,bersama-sama/besar-besaran (orang banyak). Biasa

tindakan massa tersebut disertai/ditandai dengan ciri-ciri yaitu :

a. Anonimitas adalah memindah identitas dan tanggung jawab individual ke

dalam identitas dan tanggung jawab individual ke dalam identitas dan

tanggung jawab kelompok.

b. Impersonalitas adalah hubungan antara individu di luar massa maupun di

dalam massa menjadi sangat emosional.

c. Sugestibilitas adalah sifat sugestif dan menularnya.

Dengan mendasarkan ciri-ciri kerumunan massa di atas kemudian

dikomparasikan dengan realitas yang ada tidak semua ciri-ciri tersebut mutlak

terdapat pada semua gerakan/kerumunan massa lebih dari satu orang dan ciri-

ciri tersebut bersifat kumulatif, artinya ciri anonimitas dan sugetibilitas bisa

jadi terdapat pada sebuah kelompok massa, tapi tidak untuk impersonalitas atau

sebaliknya. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh massa tidak ada perbendaan

yang signifikan dengan perbuatan pidana yang biasa kita kenal (dilakukan)

orang seorang, hanya saja yang membedakan adalah subyek dari perbuatan

tersebut yang jumlahnya lebih banyak/lebih dari satu orang.9

9 M. Jevi, Skripsi, Penegakan Hukum Terhadap Perilaku Main Hakim Sendiri yang Dilakukan oleh

Masyarakat terhadap Pelaku Hubungan Badan di Luar Nikah Dikaitkan dengan Asas Ketertiban

Umum, Universitas Pasundan, 2018

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

24

D. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pencurian

1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Kejahatan pencurian adalah salah satu kejahatan terhadap kepentingan

individu yang merupakan kejahatan terhadap benda/kekayaan. Hal ini

termuat dalam Bab XXII Pasal 362-367 KUH Pidana. Kata pencurian

dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar “curi” yang memperoleh

imbuhan “pe” diberi akhiran “an” sehingga membentuk kata “pencurian”.

Kata pencurian tersebut memiliki arti proses, perbuatan cara mencuri

dilaksanakan.10 Pencurian adalah suatu perbuatan yang sangat merugikan

orang lain dan juga orang banyak, terutama masyarakat sekitar kita. Maka

dari itu kita harus mencegah terjadinya pencurian yang sering terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, karena terkadang pencurian terjadi karena

banyak kesempatan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa mencuri adalah

suatu perbuatan yang mengambil barang milik orang lain dengan jalan

yang tidak sah. Untuk mendapat batasan yang jelas tentang

pencurian,maka dapat dilihat dari Pasal 362 KUH Pidana yang berbunyi

sebagai berikut :

“Barang siapa mengambil sesuatu barang yang mana sekali atau

sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki

barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan

hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-

banyaknya Rp.900,-“.

10 Ridwan Hasibuan, Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-Ilmu Forensik, USU Press, Medan,

199, Hal.8

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

25

Berdasarkan pasal di atas, maka dapat diketahui bahwa delik

pencurian adalah salah satu jenis kejahatan terhadap kepentingan individu

yang merupakan kejahatan terhadap harta benda atau kekayaan. Pengertian

pencuri perlu kita bagi menjadi dua golongan, yaitu pencurian pencurian

secara aktif dan pencurian secara pasif :

a. Pencurian secara aktif

Pencurian secara aktif adalah tindakan mengambil hak milik

orang lain tanpa sepengetahuan pemilik.

b. Pencurian secara pasif

Pencurian secara pasif adalah tindakan menahan apa yang

seharusnya menjadi milik orang lain. Seseorang yang melakukan

tindakan atau berkarir dalam pencurian disebut pencuri dan

tindakanya disebut mencuri. Dalam Kamus Hukum Sudarsono

pencurian dikatakan proses, perbuatan atau cara mencuri.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencurian

Berdasarkan bunyi Pasal 362 KUH Pidana tersebut dapat kita lihat

unsur-unsurnya sebagai berikut :

a. Mengambil barang

b. Yang diambil harus sesuatu barang

c. Barang itu harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain

d. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki

barang itu dengan melawan hukum (melawan hak).

Ad. 1. Perbuatan mengambil Unsur dari tindak pidana pencurian ialah

perbuatan mengambil barang. Kata mengambil dalam arti sempit terbatas

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

26

pada menggerakkan tangan dan jari-jari memegang barangnya dan

mengalihkannya ketempat lain. Sudah lazim masuk istilah pencurian

apabila orang mencuri barang cair seperti misalnya bir dengan membuka

suatu kran untuk mengalirkannya ke dalam botol yang ditempatkan

dibawah kran itu, bahkan tenaga listrik sekarang dianggap dapat dicuri

dengan sepotong kawat.

Ad.2. Yang diambil harus sesuatu barang. Kita ketahui bersama bahwa

sifat tindak pidana pencurian ialah merugikan kekayaan si korban maka

barang yang diambil haruslah berharga. Harga ini tidak selalu bersifat

ekonomis. Yang dimaksudkan berupa barang ini tentu saja barang yang

dapat dinikmati oleh yang membutuhkanya.

Ad.3. Barang yang diambil harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan

orang lain. Yang dimaksudkan kepunyaan orang lain dalam hal ini

dimaksudkan bahwa barang yang diambil itu haruslah kepunyaan orang

lain atau selain kepunyaan orang yang mengambil tersebut.

Ad.4. Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud untuk memiliki

barang itu dengan melawan hukum. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa

timbulnya perbuatan itu haruslah berdasarkan adanya keinginan dari si

pelaku untuk memiliki barang tersebut dengan cara melawan hukum,

dimana letak perbuatan melawan hukum dalam hal ini adalah memiliki

barang orang dengan cara mencuri atau mengambil barang orang lain tanpa

sepengetahuan pemiliknya. Jadi dengan demikian kita telah sama-sama

mengetahui bagaimana ilmu hukum pidana mengatur tentang pencurian

ini, akan tetapi secara nyata berdasarkan penjelasan tersebut pengertian

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologieprints.umm.ac.id/66711/3/BAB II.pdf · 2020. 9. 21. · 15 BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan tentang Kriminologi 1. Pengertian

27

pencurian dalam hal ini belum dapat kita lihat secara teliti dan jelas. Dan

tidak ada menentukan bagaimana yang dikatakan pencurian itu akan tetapi

itu diidentikkan dengan perbuatan mengambil jadi dengan demikian

pencurian itu dapat kita artikan ialah perbuatan mengambil suatu benda

atau barang kepunyaan orang lain dengan cara melawan hukum yang dapat

merugikan orang yang memiliki barang atau benda tersebut.11

11 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 39