bab ii tinjauan umum tentang kriminologi, …erepo.unud.ac.id/17183/3/1003005174-3-bab...

23
29 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KRIMINOLOGI, PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DAN BALAPAN LIAR 2.1 Kriminologi 2.1.1 Pengertian Kriminologi Istilah kriminologi umtuk pertama kali digunakan oleh seorang ahli Antropologi Perancis yang bernama P. Topinard (1830-1911). Secara umum, istilah kriminologi identik dengan perilaku yang diketagorikan sebagai suatu kejahatan. Kejahatan dimaksud disini adalah suatu tindakan yang dilakukan orang-orang dan atau instansi yang dilarang oleh suatu undang-undang. Pemahaman tersebut diatas tentunya tidak bisa disalahkan dalam memandang kriminologi yang merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari suatu kejahatan. 1 Nama kriminologi yang disampaikan oleh P. Topinard, secara harfiah berasal dari kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi kriminologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari rentang seluk beluk kejahatan. Adapun cakupan studi kriminologi, tidak hanya menyangkut peristiwa kejahatan, tapi juga meliputi bentuk, penyebab, konsekuensi dari kejahatam, serta reaksi sosial terhadapnya, termasuk reaksi lewat peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah 1 Lamber Missa, 2010, Studi Kriminologi Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga di Wilayah Kota Kupang Provivsi Nusa Tenggara Timur, (tesis), Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponogoro, Semarang, h. 48.

Upload: trandat

Post on 24-Jun-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

29

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KRIMINOLOGI, PELANGGARAN LALU

LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DAN

BALAPAN LIAR

2.1 Kriminologi

2.1.1 Pengertian Kriminologi

Istilah kriminologi umtuk pertama kali digunakan oleh seorang ahli

Antropologi Perancis yang bernama P. Topinard (1830-1911). Secara umum, istilah

kriminologi identik dengan perilaku yang diketagorikan sebagai suatu kejahatan.

Kejahatan dimaksud disini adalah suatu tindakan yang dilakukan orang-orang dan

atau instansi yang dilarang oleh suatu undang-undang. Pemahaman tersebut diatas

tentunya tidak bisa disalahkan dalam memandang kriminologi yang merupakan

bagian dari ilmu yang mempelajari suatu kejahatan.1

Nama kriminologi yang disampaikan oleh P. Topinard, secara harfiah

berasal dari kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang

berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi kriminologi berarti ilmu

pengetahuan yang mempelajari rentang seluk beluk kejahatan. Adapun cakupan

studi kriminologi, tidak hanya menyangkut peristiwa kejahatan, tapi juga meliputi

bentuk, penyebab, konsekuensi dari kejahatam, serta reaksi sosial terhadapnya,

termasuk reaksi lewat peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan pemerintah

1Lamber Missa, 2010, Studi Kriminologi Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga

di Wilayah Kota Kupang Provivsi Nusa Tenggara Timur, (tesis), Program Magister Ilmu Hukum

Universitas Diponogoro, Semarang, h. 48.

30

di berbagai bidang. 2 Oleh karena itu cakupan studinya yang begitu luas,

menyebabkan kriminologi ini menjadi sebuah kajian interdisipliner terhadap

kejahatan.

Melihat kajian kriminologi yang indisipliner, membuat para ahli hukum

memberikan definisi terhadap kriminologi dalam berbagai versi sesuai dengan

sudut pandang atau perspektif mereka masing-masing. Di bawah ini penulis

mengutip pendapat para ahli mengenai pengertian / definisi dari kriminologi.

a. W.A. Bonger

W.A. Bonger mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu yang bertujuan

menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis atau

kriminologi murni), yang seperti ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis,

memperhatikan gejala-gejala dan mencoba menyelidiki sebab-sebab dari

gejala-gejala kejahatan-kejahatan itu dinamakan etimologi. Di luar kriminologi

murni atau krimonologi teoritis tersebut, terdapat kriminologi praktis atau

terapan.3

b. W.E. Noach

W.E. Noach membagi pengertian kriminologi atat dua kategori, yakni

kriminologi dalam arti luas dan kriminologi dalam arti sempit. Kriminologi

dalam arti luas mencakup kriminologi dalam arti sempit dan kriminalistik.

Dalam arti sempit, kriminologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk-

bentuk penjelmaan, sebab-sebab dan akibat-akibat dari kriminalitas (kejahatan

2Indah Sri Utari, 2012, Aliran dan Teori dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,

h.1.

3W.A. Bonger, 1995, Pengantar Tentang Kriminologi terjemahan R.A koesnoen, Penerbit

PT. Pembangunan Jakarta, h.7.

31

dan perbuatan-perbuatan buruk). Sedangkan kriminalistik merupakan ilmu

yang mempelajari kejahatan sebagai masalah teknik, sebagai alat untuk

mengadakan pengejaran atau penyelidikan perkara kejahatan secara teknis

dengan menggunakan ilmu-ilmu alam kimia dan lain-lain seperti ilmu

kedokteran kehakiman (ilmu kedokteran / forensic), ilmu alam kehakiman

antara lain sidik jari (dektiloskopi) dan ilmu kimia kehakiman antara lain ilmu

tentang kerancuan (ilmu toksikologi). Masih menurut Noach, kriminologi

dalam arti sempit tidak mencakup kriminalistik, sehingga hanya menunjuk pada

ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk, sebab-sebab dan akibat-akibat dari

kejahatan.4

c. Wolfgang, Savitz dan Johnston (dalam The Sociology of Crime and

Delequency)

Kriminologi adalah kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang

bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala

kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-

keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal

yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat

terhadap keduanya.5

d. Edwin H. Sutherland

Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengertahuan mengenai kejahatan

sebagai gejala sosial. Jadi kalau kita perhatikan definisi tersebut diatas

4 Indah Sri Utari, op.cit., h. 2-3.

5 Topo Santoso, op.cit., h. 12.

32

meyakinkan kita bahwa kejahatan hanya terdapat dalam masyarakat. Oleh

karena itu perlu memperhatikan kondisi masyarakat bila mempelajari masalah

kejahatan. Sebab tidak pungkiri ada saling pengaruh antara individu dengan

masyarakat. Dari uraian diatas Sutherland meletakkan pendapatnya bahwa

kejahatan berakar pada organisasi masyarakat, dimana kejahatan-kejahatan

yang tinggi disebabkan kekacauan masyarakat.6

e. Soedjono Dirdjosisworo

Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab, akibat,

perbaikan dan pencegahan kejahatan sebagai gejala manusia dengan

menghimpun sumbangan-sumbangan ilmu pengetahuan. Tegasnya,

kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan dan

akibatnya, mempelajari cara mencegah timbulnya kejahatan.7

f. Michael dan Alder

Kriminologi adalah keseluruhan keterangan mengenai perbuatan dan sifat dari

para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara resmi diperlakukan

oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat dan oleh para anggota masyarakat.8

g. Stephan Hurwitz

Kriminologi dipandang sebagai istilah global atau umum untuk suatu lapanagan

ilmu pengetahuan yang sedemikian luas dan beraneka ragam, sehingga tidak

mungkin dikuasai oleh seorang ahli saja.9

6Yurizal, op.cit., h. 156-157.

7Indah Sri Utari, op.cit., h. 4.

8 Wahyu Muljono, 2012, Pengantar Teori Kriminologi, Penertib Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, h. 35.

9Yesmil Anwar dan Adang, op.cit., h. 9

33

h. A.E. Wood

Istilah Kriminologi mengikiti keseluruhan ilmu pengetahuan yang didasarkan

pada teori pengalaman yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat,

termasuk reaksi-reaksi masyarakat atas kejahatan dan penjahat.10

i. M.P. Vrij

Kriminologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejahatan, mula-mula

mempelajari kejahatan itu sendiri, kemudian sebab-sebab serta akibat dari

kejahatan tersebut.11

j. Paul Mudigno Mulyono

Kriminologi adalah imu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai

masalah manusia.12

k. J. Constant

Kriminologi sebagai suatu pengetahuan pengalaman yang bertujuan

menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan danpenjahat.

Dalam hal ini, diperhatikan banyak faktor-faktor sosiologis dan ekonomis,

maupun faktor-faktor psikologis individu.13

l. J.M. Van Bemmelen

Kriminologi merupakan tiap kelakuan yang merugikan (merusak) dan asusila

yang menimbulkan kegoncangan yang sedemikian besar dalam suatu

10Yusrizal, op.cit., h. 157.

11Indah Sri Utari, op.cit., h. 3.

12Yesmil Anwar dan Adang, op.cit., h. 7.

13A. S. Alam dan Amir Ilyas, 2010, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi, Makasar, h.

2.

34

masyarakat tertentu sehingga masyarakat tersebut berhak mencela dan

mengadakan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan

dengan sengaja suatu nestapa (penderitaan) terhadap pelaku kejahatan.14

2.1.2 Ruang Lingkup Kriminologi

Berbicara mengenai ruang lingkup kriminologi, tentunya setiap ahli hukum

mempunyai pandangan yang berbada-beda satu sama lain mengenai ruang lingkup

dari kriminologi. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai ruang lingkup

kriminologi dari beberapa ahli.

Menurut W.A. Bonger, ruang lingkup kajian kriminologi dibedakan antara

kriminologi murni dan kriminologi terapan.

a. Ruang lingkup kriminologi murni, meliputi :

1. Antropologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti penjahat dari segi

tingkah laku, karakter dan cirri tubuhnya. Bidang ini juga meneliti :

apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan? dan

seterusnya. Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat

menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku-pelaku kejahatan?

2. Sosiologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan sebagai

suatu gejala masyarakat untuk mengetahui dimana letak sebab-sebab

kejahatan dalam masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari

14 Lamber Misa, op.cit., h. 49.

35

jawabannya oleh bidang ilmu ini antara lain : apakah masyarakat

melahirkan kejahatan? termasuk kepatuhan dan ketaatan masyarakat

terhadap peraturan perundang-undangan. Apakah norma-norma

masyarakat tidak berfungsi dalam mencekah kejahatan?

3. Psikologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut

kejiwaan penjahatan. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya

di bidang ilmu ini antara lain : apakah kejiwaannya yang melahirkan

kejahatan? ataukah karena lingkungan atau sikap masyarakat yang

melahirkan kejahatan.

4. Psikopatologi dan neuropatologi kriminal

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dan

penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. Pernyataan-pernyataan yang

dicari jawabannya oleh bidang ilmu ini antara lain : apakah urat syaraf

atau sakit jiwa yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang

timbul akibat sakit jiwa atau urat syaraf tersebut?

5. Penologi

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari

penjahat-penjahat yang telah dijatuhi hukuman. Pernyataan-

pernyataan yang dicari jawabannya oleh bidang ilmu ini antara lain :

apakah penjahat yang dijatuhi hukuman tersebut akan menjadi warga

masyarakat yang baik atau masih melakukan kejahatan? Atau bahkan

mungkin akan meningkat kualitas kejahatannya? Apakah pemidanaan

36

dikaitkan dengan latar belakang dan adanya keseimbangan antara

pemidanaan dengan kejahatan yang dilakukan?15

b. Ruang lingkup kriminologi terapan meliputi :

1. Higiene kriminal

Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Misalnya

usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan

undang-undang, sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang

dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kejahatan.

2. Politik kriminal

Usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah

terjadi. Disini dilihat sebab-sebab orang melakukan kejahatan.

Apabila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan

adalah meningkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja.

Jadi tidak semata-mata dengan penjatuhan sanksi.

3. Kriminalistik

Ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan

pengusutan kejahatan.16 Dalam mengungkapkan kejahatan digunakan

scientific criminalistik antara lain yaitu identifikasi, laboratorium

kriminal, alat mengetes golongan darah (DNA), alat mengetes

kebohongan, balistik, atau penentu keracunan kedokteran kehakiman,

15Indah Sri Utari, op.,cit., h. 12-14.

16Topo Santoso, op.,cit., h. 10.

37

forencic texiology dan scientific kriminalistik lainnya sesuai dengan

perkembangan teknologi.17

Selain W.A Bonger di atas, Sutherland juga memberikan pendapatnya

mengenai ruang lingkup kriminologi. Menurut Sutherland, kriminologi meliputi :

a. Sosiologi hukum

Ilmu yang memandang kejahatan itu sebagai perbuatan yang dilarang

oleh hukum dan diancam dengan sanksi. Pada intinya yang menentukan

suatu perbuatan itu jahat atau tidak itu adalah hukum. Oleh karena di

dalam mencari sebab musabab kejahatan harus dilihat dari faktor-faktor

apa yang menyebabkan hukum dalam hal ini adalah hukum pidana;

b. Etimologi kriminal

Cabang ilmu dari kriminologi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari dan

mencari sebab-sebab kejahatan;

c. Penology

Ilmu yang mempelajari tentang hukuman. Sutherland menambahkan dan

memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian

kejahatan baik represif maupun preventif.18

Lain halnya dengan pendapat Noach mengenai kajian kriminologi. Noach

membagi kriminologi menjadi 2 (dua) pengertian yakni kriminologi dalam arti luas

dan kriminologi dalam arti sempit. Kriminologi dalam arti sempit merupakan suatu

ilmu pengetahuan tentang bentuk-bentuk perwujudan sebab-sebab dan akibat

17Indah Sri Utari, op.,cit., h. 15.

18Wahyu Muljono, op.,cit., h. 33-34.

38

kriminalitas. Jadi sesuai dengan pengertian di atas bahwa Kriminologi menurut

Noach dibadi menjadi 3 (tiga) dapat diperjelaskan dengan adanya unsur-unsur

yakni sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk gejala (fenomena), bentuk-bentuk gejala yang mudah

diketahui ialah yang berdasarkan pada norma-norma dari ilmu-ilmu

pengetahuan lainya seperti hukum pidana dam etika;

2. Sebab-sebab kriminalitas (etiologi) yang berhubungan dengan lain-lain

gejala dalam kehidupan individu, masyarakat dan alam;

3. Akibat-akibat kriminalitas sampai berapa jauh dapat dianggap masih

meliputi oleh kriminologi.

Selanjutnya Noach membagi kriminalistik menjadi: pengetahuan tentang

lacak-lacak yakni bekas tanda-tanda yang ditinggalkan penjahat, termasuk bekas

persiapan dan pelaksanaan serta perbuatan sesudahnya untuk menutupi perbuatan

sesungguhnya. Dengan demikian meliputi penyidikan tentang:

1) Identitas si penjahat (dactilosophy: pemeriksaan tulisan dan

perbandingannya, dan cirri-ciri lain);

2) Alat-alat (umpamanya senjata api)

3) Pemeriksaan tentang uang kertas / uang logam palsu, hal-hal mana yang

membutuhkan pertolongan ahli-ahli kimia.19

Sarjana lain, selain yang disebutkan di atas juga memberikan pendapatnya

mengenai ruang lingkup kriminologi, yang meliputi :

a. Etimologi kriminal atau kriminologi dalam arti sempit

19Lamber Missa, op.,cit., h. 51.

39

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti sebab musabab

timbulnya suatu kejahatan.20

b. Politik kriminal

Sudarto memberi tiga pengertian pada istilah politik kriminal, yaitu :

1. Dalam arti sempit, keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar

dan reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana;

2. Dalam arti luas, keseluruhan fungsi dalam aparatur penegak hukum,

termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi;

3. Dalam arti paling luas diambil dari pendapat Jorgen Jepsen, ialah

keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan

dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-

norma sentral masyarakat.21

Menurut Sudarto Politik kriminal ini adalah suatu usaha yang rasional dari

masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. 22 Menurut Barda Nawawi Arief,

politik kriminal pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari politik sosial

(kebijakan atau upaya untuk mencapai kejahatan sosial), dan dikatakan bahwa

upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan

dalam arti :

a. Ada keterpaduan (integralitas) antara politik kriminal dengan politik

sosial;

20Indah Sri Utari, op.,cit., h. 16.

21H.R Abdussalam, 2007, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta, h. 13.

22Ibid.

40

b. Ada keteraduan antara (integralitas) antara upaya penanggulangan

kejahatan dengan penal dan non penal.23

2.2 Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur

Masalah yang patut diperhatikan dikota besar adalah masalah lalu lintas. Hal

tersebut bisa dilihat dari angka kecelakaan lalu lintas yang terus yang terus

meningkat setiap tahunnya, perkembangan lalu lintas bisa menyebabkan pengaruh

positif maupun negatif bagi kehidupan dimasyarakat. Setiap tahunnya juga jumlah

kendaraan terus meningkat dan tidak sedikit masyarakat yang melanggar peraturan-

peraturan lalu lintas sehingga pemerintah maupun kepolisian harus semakin ketat

dan tegas untuk masalah lalu lintas, hal tersebut untuk mengurangi atau menekan

tingkat kecelakan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh banyak

hal, pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati, jalanan

yang tidak layak seperti jalan yang berlubang, kerusakan kendaraan, kendaraan

yang sudah tidak layak lagi pakai, pengendara yang tidak mematuhi rambu-rambu

lalu lintas.

1. Pengertian Lalu Lintas

Pengertian lalu lintas angkutan jalan di dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dirumuskan tentang pengertian

lalu lintas angkutan jalan secara sendiri-sendiri yakni sebagai berikut:

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

23Barda Nawawi Arief dalam Indah Sri Utari, op.,cit., h. 17.

41

“Lalu lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas

Lalu Lintas, Angkutan Jalan, jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Prasana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan, Pengemudi, Pengguna

Jalan, serta pengelolanya”.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

“Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas Jalan”.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

“Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke

tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan”.

Melihat rumusan Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa lalu lintas angkutan jalan adalah gerak pindah orang atau

barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan dan sarana

jalan yang diperuntukkan bagi umum. Kendaraan yang dimaksud adalah meliputi

baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor.

2. Pelanggaran Lalu Lintas

Di dalam pengertian umum yang diatur Pasal 1 UU No. 22 Tahun 2009 tidak

ditemukan adanya pengertian secara limitative tentang apa yang dimaksud dengan

pelanggaran lalu lintas. Menurut Awaloedin bahwa pelanggaran lalu lintas adalah

perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan lalu lintas jalan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 (1) dan (2),

42

Pasal 33 (1) huruf a dan b, Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 atau peraturan

perundang-undangan yang lainnya.24

Definisi pelanggaran lalu lintas yang dikemukakan oleh Awaloedin tersebut

di atas ternyata masih menggunakan rujukan atau dasar perundang-undangan yang

lama yakni UU No 14 Tahun 1992 yang telah diganti dengan UU No. 22 Tahun

2009, akan tetapi hal tersebut dapat dijadikan suatu masukan berharga dalam

membahas tentang pengertian pelanggaran lalu lintas.

Istilah pelanggaran dalam hukum pidana, menunjukan adanya suatu

perbuatan atau tindakan manusia yang melanggar hukum, melanggar hukum atau

Undang-Undang berarti melakukan suatu tindak pidana atau delik. Tiap delik

mengandung dua unsur : Unsur melawan hukum dan Unsur kesalahan. Bila mana

di lihat dari cara terjadinya delik itu dapat digolongkan kedalam 2 golongan, yaitu

: Delik yang dilakukan dengan sengaja (dolus), Delik yang dilakukan dengan

kealpaan (culpa).

Yang dimaksud dengan pelanggaran adalah perbuatan atau perkara

melanggar. Atau dengan kata lain pelanggaran adalah tindak pidana yang lebih

ringan daripada kejahatan, sedangkan yang dimaksud dengan melanggar adalah

melewati atau melalui dengan tidak sah, menubruk, menabrak, menyalahi,

melawan. Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi pelanggaran yaitu pelanggaran

lalu lintas adalah suatu perbuatan atau perkara melewati, melalui dengan tidak sah,

menabrak, menyalahi, melawan, yang berhubungan dengan arus bolak-balik, hilir

24 Naning Rondlon, 1983, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin

Penegak Hukum dan Lalu Lintas, Bina Ilmu, Jakarta, h. 19.

43

mudik atau perjalanan dijalan, perhubungan antara satu tempat dengan tempat yang

lain dengan menggunakan kendaraan bermotor.

3. Pengertian Anak

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masihdalam kandungan. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, anak di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu : Anak yang Berhadapan

dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi

korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

a. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah

anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18

(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

b. Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak

Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang

mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang

disebabkan oleh tindak pidana.

c. Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi

adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar,

dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.

44

Berbagai jenis kejahatan anak yang mengarah kepada pelanggaran norma-

norma sosial merupakan tindakan amoral karena dipengaruhi oleh motivasi dan

dorongan emosi, ingin dikenal atau menonjolkan diri serta pelampiasan

kekecewaan. Bahkan sesungguhnya terkucil dari lingkungan keluarga dan

masyrakat.Tindakan kejahatan dan pelanggaran diancam hukuman pidana

berdasarkan jenis kejahatan tertentu yang dilakukan anak. Tindakan pelanggaran

dan kejahatan yang dilakukan karena pengaruh sikap mental, desakan emosi atau

pengaruh lainya tanpa memikirkan resiko yang dihadapi. Lalu lintas adalah

(berjalan) bolak-balik, hilir mudik, perihal perjalanan di jalan, perhubungan antara

satu tempat ketempat yang lain. Lalu lintas dan angkutan jalan yang mempunyai

karakteristik dan keunggulan tersendiri perlu dikembangkan dan dimanfaatkan

sehingga mampu menjangkau seluruh wilayah pelosok daratan dengan mobilitas

tinggi dan mampu memadukan moda transportasi lain. Pengembangan lalu lintas

dan angkutan jalan yang ditata dalam satu kesatuan sistem, dilakukan dengan

mengintegrasikan dan mendinamisasikan unsur-unsurnya yang terdiri dari jaringan

transportasi jalan, kendaraan beserta pengemudinya, serta peraturan-peraturan,

prosedur dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang utuh,

berdaya guna dan berhasil guna.

Mengingat penting dan srategisnya peranan lalu lintas dan angkutan jalan

yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka lalu lintas dan angkutan jalan

dikuasai oleh negara yang pembinaanya dilakukan oleh pemerintah.

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang mengusai hajat hidup orang

banyak, maka lalu lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh Negara yang

45

pembinaanya dilakukan oleh pemerintah. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan

jalan, sekaligus dalam rangka mewujudkan sistem transportasi nasional yang

handal dan terpadu.

Sebagaimana diketahui bahwa masalah kenakalan anak membawa dampak

negatif terutama tindakan atau perbuatan yang menggangu ketertiban dan

keamanan khususnya dalam lalu lintas. Tindakan anak ini umumnya bertentangan

dengan norma-norma sosial serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.

Berbagai pelanggaran tersebut sewajarnya masih merupakan tantangan bagi aparat

penegak hukum dalam menangani permasalahan ini. Untuk itu perlu diambil

langkah-langkah yang tepat, cepat dan terkendali serta terkoordinasi dengan

berbagai pihak agar usaha pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak ini

dapat teratasi.

Majunya ilmu pengetahuan dibidang teknik akan menambah jumlah

kendaraan bermotor dan makin ramainya jalan oleh para pemakai jalan terutama

yang mempergunakan kendaraan bermotor menyebabkan pesatnya arus lalu lintas

di jalanan. Simpang siurnya lalu lintas di jalanan setiap hari bertambah terus

sehingga segala akibat yang ditimbulkan oleh ramainya lalu lintas itu akan

mempunyai efek juga bagi masyarakat.

Mereka pada umunya kurang menyadari akan bahaya yang mungkin timbul

atas dirinya atau diri orang lain jika mereka sudah meginjakan kakinya di jalan. Di

jalan sering terjadi peristiwa yang menimbulkan bahaya dan malapetaka yang akan

menimpa jiwa dan harta. Janganlah hendaknya beranggapan bahwa peraturan lalu

lintas hanya merupakan beban atau penghambat bagi para pemakai jalan. Pesatnya

46

perhubungan yang memakai kendaraan bermotor memerlukan banyak peraturan

yang diperlukan untuk ketertiban hubungan lalu lintas itu. Semua bentuk lalu lintas

itu mempunyai pengaturan hukum tersendiri.

Adapun pengaturan yang mengatur tentang lalu lintas ini yaitu Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

menggantikan Undang-Undang nomor 14 tahun 1992. Dikeluarkanya Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini adalah untuk ketertiban, keamanan, dan

kelancaran jalanya lalu lintas demi mewujudkan pembangunan dan integrasi

nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana

di amanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun tujuan dari berlalu lintas menurut Pasal 3 huruf (a) Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 sebagai berikut:

“Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan angkutan Jalan yang aman, selamat,

tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong

perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat

bangsa”.

Dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan ini adalah agar masyarakat dapat mengetahui dan mematuhi aturan-

aturan yang berlaku dalam undang-undang ini, mengingat begitu banyaknya revisi

peraturan dalam undang-undang yang baru ini. Semua peraturan yang di keluarkan

ini agar dapat menjaga ketertiban, keamanan, dan kelancaran jalanya lalu lintas

kendaraan bermotor di jalan raya. Maksud dikeluarkanya Undang-Undang Nomor

47

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini karena undang-undang

lalu lintas yang lama itu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman

terutama karena pesatnya perkembangan kemajuan teknik dibidang pengangkutan

di jalan raya. Setiap orang dianggap/diwajibkan mengetahui undang-undang dan

peraturan-peraturan, akan tetapi hanya sebagian kecil saja dari penduduk yang

mengerti terutama mengenai peraturan lalu lintas yaitu hanyalah pengemudi

kendaraan bermotor yang telah menempuh ujian ketika hendak mendapatkan Surat

Izin Mengemudi (SIM). Bilamana terjadi suatu pelanggaran peraturan lalu lintas,

maka terlebih dahulu haruslah diingat bahwa segala peraturan lalu lintas jalan

berisikan 2 (dua) kategori ketentuan yaitu yang merupakan perintah dan larangan.

Dalam hal pelanggaran peraturan lalu lintas tidaklah memperhatikan apakah

tindakan itu dilakukan dengan sengaja atau karena kealpaan. Karena seorang

pengemudi kendaraan bermotor yang pada waktu mengendarai kendaraanya di

jalan umum tertangkap oleh polisi karena dia tidak membawa surat izin mengemudi

(SIM) karena tertinggal di rumah, tetapi dalam hal pelanggaran lalu lintas tetap

dipersalahkan.

Masalah lupa atau ketinggalan disini adalah suatu kealpaan (culpa). Tetapi

dalam peraturan lalu lintas kealpaan ini tidak diperhatikan. Akibat dari pelanggaran

lalu lintas ini dapat merugikan harta benda, misalnya dengan rusaknya kendaraan

itu sendiri, bahkan dapat pula merenggut jiwa orang lain maupun jiwa dari pada

pengemudi itu sendiri, tetapi ada juga pelanggaran yang tidak dapat menimbulkan

kerugian apa-apa, dan jenis pelanggaran yang terakhir inilah yang paling sering

terjadi.

48

2.3 Balapan Liar

2.3.1 Pengertian Balapan liar

Kenakalan anak muda yang sedang popular di jaman sekarang ini adalah

kenakalan geng motor. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh geng motor /

komunitas motor dan sering mengganggu ketertiban umum adalah adanya aksi

balapan liar di jalan raya. Balapan liar dapat kita lihat di jalan umum, dimana

raungan suara sepeda motor berderu kecang di tengan jalan, pekikan klakson tiada

henti berbunyi diantara hilir mudik beberapa kendaraan yang lewat. Saat iring-

iringan sepada motor melewati simpang jalan, terdengar suara tepukan tangan yang

meriah dan penonton di pienggirang yang sedang asyik melihatnya saat sebuah

sepeda motor melaju kencang.25

Balapan liar terdiri dari dua kata yaitu kata “balapan” dan kata “liar”. Kata

balapan berasal dari kata “balapan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa mengandung arti (lomba) adu kecepatan, pacuan. “membalapan” artinya

berlari kencang hendak mendahului orang yang berlari di depannya, memacu lebih

cepat. “membalapankan” artinya membawa kendaraan berlari kencang.

“pembalapan” artinya orang yang turut dalam lomba adu cepat . “balapan” artinya

yang sama dengan “berbalapan” yaitu lomba adu kecepatan.

Kata yang kedua dari balapan liar adalah kata “liar” berdasarkan Kamus

Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa kata “liar” memiliki arti yang berbeda-beda

25Choirul Huda, 2012, Balapan Liar : Sensasi Mengejar Gengsi di Balik Maut, available at

http://metro.kompasiana.com/2012.02/26/balapan-liar-sensasi-mengejar-gengsi-di-balik-maut-

442468.html, accessed 6 oktober 2015

49

berdasarkan objek yang ditunjukan. Dalam kamus besar bahas Indonesia, yang

menjadi objek dari kata “liar” yaitu hewan, orang, dan peraturan atau hukum.

1. Yang menjadi objek adalah hewan, kata “liar” memiliki arti tidak ada

yang memeliara, tidak dipelihara orang, tidak (belum) jinak, tidak tenag,

buas atau gan.

2. Yang menjadi objek adalah orang, kata “liar” memiliki arti belum

beradab.

3. Yang menjadi objek adalah peraturan atau hukum, kata “liar” memiliki

arti tidak teratur, tidak menurut aturan, tidak resmi ditunjuk atau diakui

oleh yang berwenang, tanpa izin resmi dari yang berwenang, tidak

memiliki izin usaha.

Dari tiga objek diatas, yang dapat diserap adalah pengertian yang ketiga

yaitu pengertian kata “liar” memiliki arti tidak teratur, tidak menurut aturan, tidak

resmi ditunjuk atau diakui oleh yang berwenang, tanpa izin resmi dari yang

berwenang, tidak memeliki izin usaha.

Setelah mengartikan satu persatu unsur kata dari balapan liar, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa ”balapan liar” adalah lomba adu kecepatan yang

dilakukan secara tidak teratur dan tanpa izin resmi dari yang berwenang. Perbedaan

antara balapan resmi dengan balapan liar adalah :

a. Balapan resmi diketahui oleh pihak yang berwenang dan memiliki izin

pelaksanaan, sedangkan balapan liar sama seakli tidak diketahui oleh

pihak yang berwenang dan tidak memiliki izin.

50

b. Balapan resmi memilikki tempat yang jelas, tetap, dan aman, sedangkan

balapan liar tidak memiliki tempat yang jelas, tetap, dan aman. Balapan

liar selalu berpindah-pindah .

c. Balapan resmi mementingkan keselamatan dan tidak mengganggu lalu

lintas, sedangkan balapan liar tidak mementingkan keselamatan dan sagat

menggangu lalu lintas karena dilakukan pada jalanan umum.

Balapan liar tersebut tidak menggunakan sarana dan prasarana yang

semestinya seperti balapan di sirkuit, namun balapan liar ini memanfaatkan jalanan

umum. Bagi mereka, hanya dibutuhkan 4 (empat) hal untuk berlaga seperti balapan

yaitu : satu atau dua unit sepeda motor yang mesin dan knalpotnya sudah

dimodifukasi sedemikian rupa, jalan mulus yang relatif sepi dari pemakai jalan,

teman atau lawan untuk mengadu kecepatan dan terakhir adanya penonton. Dengan

empat hal di atas, maka mereka dengan sigap berlaku bagaikan seorang pembalap

yang hebat dan seakan lupa akan keadaan sekitar dan keselamatan mereka sendiri.

2.3.2 Ketentuan Pidana Balapan Liar

Kegiatan balapan liar yang marak terjadi sekarang ini, merupakan perilaku

yang menyimpang dari aturan hukum yang berlaku di masyarakat. Salah satu

aturan hukum yang dilanggar jika terjadi balapan liar adalah Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 297 jo pasal

115 huruf b. Pasal 115 huruf b Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa : “pengemudi kendaraan bermotor

di jalan dilarang balapan dengan kendaraan nermotor lain”. Sedangkan dalam Pasal

297 diatur mengenai pidananya, yaitu “setiap orang yang mengemudikan kendaraan

51

bermotor berbalapan di jalanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling

banyak Rp. 3.000.000,00 (tiga jutarupiah)”.

Adanya aturan hukum serta sanksi pidana yang berlaku mengenai

berkendara di jalan raya, tidak membuat anak yang tergolong geng motor tersebut

takut ataupun jera. Mereka tetap saja melakukan aksi balapan liar walaupun mereka

tau ada aturan hukum yang akan menjerat mereka jika mereka tertangkap tangan

melakukan balapan tersebuy. Hal inilah yang menjadi permasalahan yang utama

dan serius untuk segera dicari penyelesaiannya. Maka terlebih dahulu harus dicari

faktor penyebab terjadinya pelanggaran atau kenakalan anak tersebut sehingga

nantinya jika penyebab tersebut dapat diketahui, Kepolisian lebih mudah untuk

melakukan penanggulangan terhadap balapan liar.