bab ii tinjauan pustaka 2.1. tinjauan umum tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/bab ii.pdf ·...

38
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang kriminologi 2.1.1. Pengertian kriminologi Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam hukum pidana yang memberikan pemahaman yang mendalam tentang fenomena kejahatan, sebab dilakukannya kejahatan dan upaya yang dapat menanggulangi kejahatan, yang bertujuan untuk menekan laju perkembangan kejahatan. Seorang antropolog yang berasal dari Prancis, bernama Paul Topinard mengemukakan bahwa, Kriminologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari soal-soal kejahatan. Kata kriminologi itu sendiri berdasar etimologinya berasal dari dua kata, crimen yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, sehingga secara sederhana kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan. 1 Kriminologi menurut Soedjono Dirdjosisworo adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab, akibat, perbaikan dan pencegahan kejahatan sebagai gejala manusia dengan menghimpun sumbangan-sumbangan berbagai ilmu pengetahuan. Tegasnya, kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab kejahatan dan akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan. 2 Berdasarkan isi kutipan menurut Soedjono Dirdjosisworo dan Paul Topinard di atas, penulis berpendapat bahwa Kriminologi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari kejahatan, Pada dasarnya sangat tergantung pada disiplin ilmu-ilmu lainnya yang mempelajari kejahatan, bahkan dapat 1 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi. Jakarta. PT Rajawali press. 2011 hlm. 9 2 Indah Sri Utari.Aliran dan Teori Dalam Kriminologi. Yogyakarta. Thafa Media. 2012. hlm. 20.

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang kriminologi

2.1.1. Pengertian kriminologi

Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam hukum pidana yang

memberikan pemahaman yang mendalam tentang fenomena kejahatan,

sebab dilakukannya kejahatan dan upaya yang dapat menanggulangi

kejahatan, yang bertujuan untuk menekan laju perkembangan kejahatan.

Seorang antropolog yang berasal dari Prancis, bernama Paul Topinard

mengemukakan bahwa,

Kriminologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari soal-soal

kejahatan. Kata kriminologi itu sendiri berdasar etimologinya berasal

dari dua kata, crimen yang berarti kejahatan dan logos yang berarti

ilmu pengetahuan, sehingga secara sederhana kriminologi dapat

diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan.1

Kriminologi menurut Soedjono Dirdjosisworo adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari sebab, akibat, perbaikan dan

pencegahan kejahatan sebagai gejala manusia dengan menghimpun

sumbangan-sumbangan berbagai ilmu pengetahuan. Tegasnya,

kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab

kejahatan dan akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah

kemungkinan timbulnya kejahatan.2

Berdasarkan isi kutipan menurut Soedjono Dirdjosisworo dan Paul

Topinard di atas, penulis berpendapat bahwa Kriminologi sebagai disiplin

ilmu yang mempelajari kejahatan, Pada dasarnya sangat tergantung pada

disiplin ilmu-ilmu lainnya yang mempelajari kejahatan, bahkan dapat

1Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi. Jakarta. PT Rajawali press. 2011

hlm. 9

2Indah Sri Utari.Aliran dan Teori Dalam Kriminologi. Yogyakarta. Thafa Media.

2012. hlm. 20.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

18

dikatakan bahwa keberadaan kriminologi itu merupakan hasil dari berbagai

disiplin ilmu yang mempelajari kejahatan tersebut. Dengan demikian,

kriminologi itu bersifat “interdisipliner”, artinya suatu disiplin ilmu yang

tidak berdiri sendiri, melainkan hasil kajian dari ilmu lainnya terhadap

kejahatan. Jadi, Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan dari

berbagai disiplin ilmu terhadap suatu objek yang sama, yakni kejahatan.

Kriminologi merupakan sarana ilmiah bagi studi kejahatan dan

penjahat (crime and criminal). Dalam wujud ilmu pengetahuan,

kriminologi merupakan “the body of knowledge” yang ditunjang oleh ilmu

pengetahuan dan hasil penelitian dari berbagai disiplin, sehingga aspek

pendekatan terhadap obyek studinya luas sekali, dan secara inter-disipliner

dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta dalam pengertian yang luas

mencakup pula kontribusi dari ilmu eksakta. Kriminologi dengan cakupan

kajiannya; a. orang yang melakukan kejahatan b. penyebab melakukan

kejahatan c. mencegah tindak kejahatan d. cara-cara menyembuhkan orang

yang telah melakukan kejahatan.3

Pengertian kriminologi yaitu mengandung pengertian yang sangat

luas, dikatakan demikian, karena dalam mempelajari kejahatan tidak dapat

lepas dari pengaruh dan sudut pandang. Ada yang memandang kriminologi

dari sudut perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku

dalam masyarakat.4

3Abintoro Prakoso. Kriminologi dan Hukum Pidana. Yogyakarta. Laksbang Grafika.

2013.hlm. 14.

4Hari Saherodji. Pokok-Pokok Kriminologi. Jakarta. Aksara Baru. 1980. hlm. 9

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

19

W.A. Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu

pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-

luasnya.5

Melalui definisi ini, Bonger membagi kriminologi ini menjadi

kriminologi murni yang mencakup:

a. Antropologi kriminil

b. Sosiologi kriminil

c. Psychologi kriminil

d. Penologi

e. Kriminalistik

Moeljatno, mengemukakan bahwa kriminologi adalah “sebagai suatu

istilah global atau umum untuk suatu lapangan ilmu pengetahuan

yang sedemikian rupa dan beraneka ragam, sehingga tidak mungkin

dikuasai oleh seorang ahli saja”.6

Berdasarkan isi kutipan definisi Kriminologi menurut W.A. di atas,

penulis berusaha menganalisa maksud dari masing-masing definisi

Kriminologi yang disebut di atas sebagai berikut :

1. Antropologi kriminil

Penulis mencoba mengartikan definisi Antropologi kriminil yaitu

ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia yang jahat

dimana kejahatan di liat dari aspek sejarah atau dengan kata lain

kejahatan adalah suatu bagian dari ilmu alam.

2. Sosiologi kriminil

Penulis mencoba mengartikan definisi dari Sosiologi kriminil yaitu

ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala

masyarakat, jadi pada intinya ilmu yang mempelajari tentang

sampai di mana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat

5Ibid. Hari Saherodji hlm. 9

6Moeljatno. Kriminologi. Jakarta. PT Bina aksara. 1986. hlm. 3

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

20

dalam arti luas Sosiologi kriminil ini juga termasuk penyelidikan

mengenai keadaan Psychology.

3. Psychologi kriminil

Penulis mencoba mengartikan definisi Psychlogi Kriminil yaitu

ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan yang

dipandang dari sudut pandang ilmu jiwa, (Umpamanya, bila

dibutuhkan untuk memberi keterangan pada hakim) jadi, Psychlogi

Kriminil dengan kata lain adalah pengetahuan ilmu jiwa dari orang-

orang lain di pengadilan sebagai saksi, pembela dan lain-lain serta

tentang pengakuan seseorang.

4. Penologi

Penulis mencoba mengartikan definisi Penologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang masalah penghukuman/pemidanaan serta

system atau cara bagaimana memperlakukan orang-orang yang

sedang dalam mengetahuikonsep-konsep dasar system/cara

memperlakukan narapidana di penjara menjalani hukuman

(narapidana).

5. Kriminalistik

Penulis mencoba mengartikan definisi Kriminalistik adalah ilmu

pengetahuan untuk dilaksanakannya teknik menyelidik kejahatan

yang pengusutan kejahatan yang merupakan gabungan ilmu jiwa

tentang kejahatan, dan penjahat dan lain-lain.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

21

Sutherland berpendapat bahwa:

Kriminologi sebagai keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat

(sosial). Ilmu meliputi:

1. Cara proses membuat undang-undang,

2. Pelanggaran terhadap undang-undang, dan

3. Reaksi terhadap pelanggaran–pelanggaran ini, hal-hal mana

merupakan 3 segi pandangan (aspek) dari suatu rangkaian

hubungan timbal ballik yang sedikit banyak merupakan suatu

kesatuan.7

Berdasarkan pendapat dari Sutherland di atas, penulis berpendapat

bahwa proses pembuatan Undang-undang seharusnya melihat dari gejala

tingkah laku masyarakat dan reaksi dari masyarakat karna dalam pasal 303

KUHP belum lah efektif karna perilaku kejahatan perjudian bukanya

berkurang namun makin menjamur di kalangan anak yang masi di bawah

umur. jadi, menurut penulis pemerintah seharusnya lebih tegas membuat

dalam pembuatan Undang-Undang tentang perjudian yang lebih membuat

efek jerah terhadap masyarakat.

Menurut Moeljatno, “Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan

tentang kejahatan dan kelakuan jelek dan tentang orangnya yang

tersangkut pada kejahatan dan kelakuan jelek itu.”8

Kriminologi adalah salah satu cabang ilmu yang diajarkan dalam

bidang ilmu hukum. Jika diklasifikasikan, kriminologi merupakan bagian

dari ilmu sosial, akan tetapi kriminologi tidak bisa dipisahkan dengan

bidang ilmu hukum, khususnya hukum pidana. Kriminologi merupakan

7Ibid. Moeljatno hlm. 4.

8Ibid. Moeljatno hlm. 6.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

22

bagian darikurikulum program studi ilmu hukum yang perlu diajarkan bagi

sekolah tinggi hukum atau bagi aparat penegak hukum.

Kriminologi secara spesifik mempelajari kejahatan dari segala sudut

pandang, namun lebih khusus kejahatan yang diatur dalam undang-

undang(selanjutnya disebut UU).Pelaku kejahatan dibahas dari segi

peenyebab seseorang melakukan kejahatan (motif) dan kategori pelaku

kejahatan (tipe-tipe penjahat).Kemudian kriminologi juga mempelajari

reaksi masyarakat terhadap kejahatan sebagai salah satu upaya kebijakan

pencegahan dan pemberantasan kejahatan.

Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang objek kajiannya adalah

kejahatan, dimana kejahatan ini adalah suatu gejala sosial, maka

kriminologi pada dasarnya adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat faktual.

Jadi, Berdasarkan uraian singkat di atas, penulis menyimpulkan

bahwa ilmu kriminologi merupakan bidang ilmu yang cukup penting

dipelajari, karena dengan adanya kriminologi, dapat dipergunakan sebagai

kontrol sosial terhadap kebijakan dan dalam pelaksanaan hukum pidana.

2.1.2 Pegertian Kejahatan

Kejahatan selalu merupakan permasalahan yang sangat menarik

berbagai teori yang menyangkut sebab kejahatan telah diajukan oleh para

ahli dari berbagai disiplin dan bidang ilmu pengetahuan. Namun, sampai

dewasa ini masih belum juga ada satu jawaban penyelesaian yang

memuaskan Meneliti suatu kejahatan harus memahami tingkah laku

manusia baik dengan pendekatan deskriptif maupun dengan pendekatan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

23

kausal, sebenarnya dewasa ini tidak lagi dilakukan penyelidikan sebab

musabab kejahatan, karena sampai saat ini belum dapat ditentukan faktor

penyebab pembawa risiko yang lebih besar atau lebih kecil dalam

menyebabkan orang tertentu melakukan kejahatan, dengan melihat betapa

kompleksnya perilaku manusia baik individu maupun secara berkelompok.

Definisi kejahatan menurut R.Soesilo membedakan pengertian

kejahatan menjadi dua sudut pandang yakni:

sudut pandang secara yuridis dan sudut pandang sosiologis. Dilihat

dari sudut pandang yuridis, menurut R.Soesilo,pengertian kejahatan

adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan

undang-undang. Dilihat dari sudut pandang sosiologis, pengertian

kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si

penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya

keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.9

Berdasarkan isi kutipan definisi R.Soesilo di atas, penulis

berpendapat bahwa kejahatan dari sudut pandang yuridis adalah suatu

perilaku masyarakat yang bertentagan dengan hokum positif di Indonesia

sedangkan dari sudut pandang sosiologis kejahatan tersebut dapat

membuat kerugian untuk si pelaku dan juga masyarakat karna hilangnya

keseimbangan, ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat yang mana

perbuatan kejahatan tersebut bertentangan dengan konsitusi.

Pendapat beberapa ahli tentang pengertian kejahatan :

1. Menurut Soesilo ada dua pengertian kejahatan, yaitu pengertian

kejahatan secara yuridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis.

Ditinjau dari segi yuridis, kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah

laku yang bertentangan dengan undang-undang. Ditinjau dari segi

sosiologis, kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang

selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat

9 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta

KomentarKomentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Politeia Bogor, 1991. hlm.3.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

24

yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan

ketertiban.10

2. Menurut Bemmelem kejahatan merupakan suatu tindakan anti

sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam

masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan

untuk menentramkan masyarakat, Negara harus menjatuhkan

hukuman kepada penjahat.11

3. Menurut Elliot kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat

modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat

dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan

seterusnya.12

4. Menurut Bonger kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial

yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa

pemberian penderitaan.13

5. Menurut Moeliono kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma

hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai

perbuatan yang merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh

dibiarkan (negara bertindak).14

Berdasarkan, pendapat ahli tentang pengertian kejahatan menurut

Soesilo, Bemmelem, Elliot, Bonger dan Moeliono di atas, penulis

berupaya menyimpulkan bahwa Kejahatan adalah suatu perbuatan yang

melanggar dan bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah dan

hokum positif indonesia dan lebih tegasnya, kejahatan adalah perbuatan

yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum dan tidak

memenuhi atau melawan perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah

hukum yang berlaku dalam masyarakat.

10 Husein, Syahruddin. Kejahatan dalam Masyarakat dan Upaya

Penanggulangannya, 2003. hlm.22.

11 Husein, Syahrudin. Ibid,

12 Husein, Syahrudin. Ibid,

13 Husein, Syahrudin. lbid,

14 Husein, Syahrudin. Ibid,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

25

2.1.3 Teori Penyebab Kejahatan

Dalam perkembangannya kriminologi telah menghasilkan banyak

teori yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini disebabkan karena

disamping sudut pandang yang berbeda dalam mengakaji kejahatan, juga

dikarenakan metode ataupun kondisi dimana teori itu muncul yang

berbeda. Perbedaan teori ini terus akan berkembang paralel dengan tingkat

dinamika perkembangan maysarakat. Berikut ini akan dijelaskan secara

singkat beberapa teori kriminologi tentang penyebab kejahatan yakni:15

1) Teori Kontrol Sosial Dan Contaiment

Pengertian teori kontrol atau chontrol theory merujuk kepada setiap

perspektif yang membahas ikhwal perkembangan tingkah laku

manusia. Sementara itu, pengertian teory kontrol sosial atau control

theory merujuk kepada permasalahan kejahatan dan kenakalan yang

dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis, antara

lain struktur keluarga, pendidikan dan “peergroups”.16

Berdasarkan, pengertian teori control di atas, penulis berpendapat

bahwa teori control sosial ini mengkaji pertanyaan mengapa sebagian

orang taat pada norma. Maka para penganut teori ini beranggapan bahwa

pencurian bisa dilakukan oleh siapa saja, bahwa kenakalan bisa dilakukan

siapa saja, bahwa penyalahgunaan obat-obatan bisa dilakukan siapa saja.

Pertanyaannya justru mengapa orang mentaati norma di tengah

banyak cobaan, bujukan dan tekanan pelanggaran norma. Jawabannya

adalah bahwa anak-anak muda dan orang dewasa mengikuti hukum

sebagai respon untuk mengikuti kekuatan-kekuatan pengontrol tertentu

15 Romli Atmasasmita, Definisi kriminologis, Tarsito, Bandung, 2005, hal. 43

16 Ibid., hal. 47.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

26

dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi kriminal ketika kekuatan-

kekuatan yang mengontrol tersebut lemah dan hilang.

Berkaitan dengan teori ini Reis Ramli Atmasasmita, membedakan

dua macam control:17

1) Personal control adalah kemampuan seseorang untuk tidak

mencapai kebutuhannya dengan cara tidak melanggar norma-

norma yang berlaku dimasyarakat.

2) Sosial Control adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-

lembaga masyarakat untuk melaksanakan norma-norma atau

peraturan menjadi efektif.

Berdasarkan Teori dari Reis Ramli Atmasasmita di atas, penulis

berpendapat bahwa, pangkal dari teori ini adalah suatu kemampuan

seseorang yang melakukan sesuatu untuk mencapai keinginannya dengan

tidak melanggar kaidah dan norma-norma yang berlaku di masyarakat

dengan kata lain bahwa masyarakat mengtahui akan sebab akibat yang

akan terjadi ketika mereka melakukanya.

2) Teori Differential Association

Differential association (asosiasi yang berbeda) yang berusaha

menjawab mengapa terdapat individu yang menyetujui perbuatan yang

melanggar hukum dalam masyarakat. Tingkah laku kriminal adalah

tingkah laku yang dipelajari (learning process)18. “Menurut teori ini bahwa

tingkah laku kriminal adalah sama dengan tingka laku non-kriminal yang

di peroleh melalui proses belajar.”

Pada perkembangannya teori ini terdapat dua versi yaitu yang

dikemukakan pada tahun 1939 dan pada tahun 1947. Versi kedua yang

17 Atmasasmita, Romli, Bunga Rampai Kriminologi, Rajawali, Jakarta, 1983.

18 Kartini Kartono, Patologi Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 13.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

27

dikemukakan pada tahun 1947 telah mengetengahkan sembilan pernyataan

sebagai berikut:

a) Tingkah laku kriminal dipelajari.

b) Tingkah laku kriminal dipelajari dalam hubungan interaksi dengan

orang lain melalui suatu proses komunikasi.

c) Bagian penting dari mempelajari dalam hubungan interaksi dengan

orang lain melalui proses komunikasi.

d) Bagian penting dari mempelajari tingkah laku kriminal terjadi

dalam kelompok lain.

e) Mempelajari tingkah laku kriminal, termaksud didalamnya teknik

melakukan kejahatan dan motivasi.dorongan atau alasan pembenar.

f) Dorongan tertentu ini dipelajari melalui pengahayatan atas

peraturan perundang-undangan dan menyukai atau tidak menyukai.

g) Seorang menjadi ‘delinquet” karena pengahayatan terhadap

peraturan perundang-undangan; lebih suka melanggar dari pada

mentaatinya.

h) Asosiasi diferensial ini berfariasi bergantung dari frekuency,

duration, priority, dan insensity.

i) Proses mempelajari tingkah laku kriminal melalui pergaulan

dengan pola kriminal dan anti kriminal melibatkan semua mekanisme

yang berlaku dalam setiap proses belajar.19

Berdasarkan, dari uraian teori Differential Association di atas,

penulis berpendapat atau dapat dipahami atau di ambil kesimpulan bahwa,

Sekalipun tingkah laku criminal itu merupakan pencerminan dari

kebutuhan umum dan nilai-nilai namun akan tetapi tingkah laku kriminal

tersebut tidak dapat dijelaskan melalui kebutuhan umum dan nilai-nilai.

oleh karena itu maka tingkah laku non kriminal pun merupakan

percerminan dari kebutuhan umum dan dari nilai-nilai yang sama.

3) Teori Konflik

Untuk memahami pendekatan teori komflik ini, kita perlu secara

singkat melihat tradisional model yang memandang kejahatn dan peradilan

19 Ibid., hal. 15.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

28

pidana sebagai lahir dari konsesus masyarakat (communal consensus).

Konsensus model anggota-anggota pada umumnya sepakat tentang apa

yang benar atau apa yang salah bahwa intisari hukum merupakan

mekanisme untuk menyelesaikan perselisihan yang muncul, jika individu

terlalu jauh dari tingkah laku yang diperbolehkan atau diterima

masyarakat.

Interaksi antara berbagai kelompok dalam masyarakat

menunjukan konflik adalah normal suatu proses sosial kelompok-

kelompok dikarenkan adanya kepentingan atau pertarungan kepentingan

antara kelompok yang berbeda, kelompom tadi berusaha membela dan

memperjuangkan antara anggota-anggotanya sedangkan konflik model

mempertanyakan tidak hanya proses dimana orang menjadi kriminal tetapi

juga tentang kelas dimana masyarakat memiliki kekuatan untuk membuat

hukum.20

Individu-individu yang terikat bersama dalam kelompok karena

sosial animal dengan kebutuhan yang sebaiknya dipenuhi mereka melalui

tindakan kolektif, ”jika kelompok itu melayani anggotanya ia akan

berusaha terus hidup tetapi jika tidak maka kelompok lain akan mengambil

alih”

Berdasarkan teori ini penulis berpendapat bahwa, kejahatan dapat

dilihat sebagai orientasi kepada kanyataan kelas-kelas sosial (stratifikasi

dalam masyarakat). Kelompok-kelompok yang lebih mempunyai

20 Simandjuntak B, Pengantar kriminologi dan Patologi sosial, Tarsito, Bandung,

1977, Hal. 31.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

29

stratifikasi atas akan bertarung dengan stratifikasi bawah dalam

melindungi kepentingannya.

4) Teori Bio-Sosiologis

Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori-teori biologinya

Lamroso. Teori ini disempurnakan oleh Enrico Ferry dengan menekankan

bahwa kejahatan karena adanya hubungan yang erat antara faktor fisik,

antropologis dan social21:

Faktor-faktor fisik : suku bangsa, iklim, letak geografis,

penagruh musim, temperatur dan sebagainya.

Faktor-faktor antropologis : umur, jenis kelamin, kondisi-

kondisi organis, kondisi-kondisi psikologis dan sebagainya.

Faktor-faktor sosial : rapatnya penduduk, kebiasaan susunan

masyarakat, kondisi-kondisi ekonomi, kondisi industri dan

sebaginya.

Berdasarkan, dari Teori Bio-Sosiologis yang di sempurnakan oleh

Enrico Ferry ini penulis berpendapat atau penulis dapat meyimpulan

bahwa, Teori ini memandang bahwa kejahatan bukan hanya disebabkan

karena individu yang terlahir sebagai penjahat, Namun akan tetapi juga

karena faktor-faktor lain yang ada disekitar orang-orang tersebut seperti

factor-faktor dari lingkungan individu tersebut hidup.

5) Teori Labeling

Teori ini memandang para criminal bukan sebagai orang yang bersifat

jahat yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan yang bersifat salah tetapi

mereka adalah individu-individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat

sebagai pemberian system peradilan pidana maupun masyarakat luas.

21 Mahadar, Viktiminisasi Kejahatan Terhadap Pertanahan, Laksbang Bessindo,

Jakarta , 2005, hal. 51.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

30

Dipandang dari perspektif ini, perbuatan criminal tidak sendirinya

signitifikan. Jadi penyimpangan dan kontrol atasnya terlibat dalam suatu

proses dimana tanggapan terhadap orang lain dari tingkah laku seorang

individu merupakan pengaruh kunci terhadap tingkah laku berikutnya dan

juga pada pendangan individu pada diri mereka snediri.22

Kejahatan tidaklah sepenuhnya merupakan hasil konflik antara

kelompok dan masyarakat yang luas, dimana terdapat dua devisi yang

bertentangan tentang tingkah laku yang layak. Coley Tomas dan Mead

mereka berpendapat bahwa:23

Berdasarkan uraian Teori Labeing diatas dapat di pahami bahwa,

Pribadi manusia terbentuk melalui proses interaksi social dengan

memisahkan yang baik dari yang buruk yang berlaku bisa dan yang

menyimpang perhatiannya bukan pada akibat tetapi pada interaksi social

dengan seseorang dan Tingkah laku manusia terbangun dari satu proses

yang berlanjut dari aksi dan reaksi.

2.1.4 Upaya enanggulangan Kejahatan

Penaggulangan yaitu segala daya upaya yang dilakukan oleh setiap

orang maupun lembaga pemerintahan ataupun swasta yang bertujuan

mengusahakan pengamanan, penguasaan dan kesejahteraan hidup sesuai

dengan hak-hak asasi manusia yang ada.24

22 Abdul Wahid, Kriminologi dan Kejahatan Kontemporer, Lembaga Penerbit

Fakultas Hukum Unismus, Malang, 2002, hal. 12.

23 Ibid., hal. 14

24 Barda Arief, Nawawi, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hal.

49.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

31

Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh

setiap masyarakat di dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan

sangat meresahkan, disamping itu juga mengganggu ketertiban dan

ketentraman dalam masyarakat berupaya semaksimal mungkin untuk

menanggulangi kejahatan tersebut. Upaya penanggulangan kejahatan telah

dan terus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai

program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus mecari cara

paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

“Menurut Barda Nawawi Arief upaya atau kebijakan untuk

melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang

kebijakan kriminal.” Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari

kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial yang terdiri dari

kebijakan/upaya- upaya untuk kesejahteraan sosial dan kebijakan atau

upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat. Kebijakan penanggulangan

kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana ”penal” (hukum pidana),

maka kebijakan hukum pidana khususnya pada tahap kebijakan yudikatif

harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari

kebijakan sosial itu berupa ”social welfare” dan “social defence”.25

Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garis

besar dapat dibagi dua yaitu, jalur ”penal” (hukum pidana) dan jalur “non

penal” (diluar hukum pidana).

25 Ibid. hlm. 77

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

32

a. Upaya Non Penal (preventif)

Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk

mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali.

Mencegah kejahatan lebih baik dari pada mencoba untuk

mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana

semboyan dalam kriminologi yaitu usaha- usaha memperbaiki

penjahat perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi

kejahatan ulangan. Sangat beralasan bila upaya preventif

diutamakan karena upaya preventif dapat dilakukan oleh siapa

saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomis.

Berdasarkan, Penanggulangan kejahatan secara preventif diatas,

penulis berpendapat bahwa, upaya preventif ini adalah langkah pertama

dalam mencegah terjadinya kejahatan karna upaya preventif ini tidak

hanya untuk pihak yang berwenang saja namun dapat dilakukan oleh siapa

saja tanpa keahlian khusus individu tersebut.

Barnest dan Teeters menunjukkan beberapa cara untuk

menanggulangi kejahatan yaitu:

1) Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan-kebutuhan untuk

mengembangkan dorongan- dorongan sosial atau tekanan-tekanan

sosial dan tekanan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkah

laku seseorang ke arah perbuatan jahat.

2) Memusatkan perhatian kepada individu-individu yang

menunjukkan potensialitas kriminal atau sosial, sekalipun

potensialitas tersebut disebabkan gangguan-gangguan biologis

dan psikologis atau kurang mendapat kesempatan sosial ekonomis

yang cukup baik sehingga dapat merupakan suatu kesatuan yang

harmonis .

Berdasarkan, cara menanggulangi kejahatan menurut pendapat

Barnest dan Teeters di atas, penulis berpendapat bahwa, kejahatan dapat

kita tanggulangi apabila keadaan ekonomi atau keadaan lingkungan sosial

yang mempengaruhi seseorang ke arah tingkah laku kriminal dapat

dikembalikan pada keadaan baik atau Dengan kata lain perbaikan keadaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

33

ekonomi yang mutlak dilakukan. Sedangkan faktor-faktor biologis,

psikologis, merupakan faktor yang sekunder saja.

Jadi, dalam upaya preventif itu adalah bagaimana kita melakukan

suatu usaha yang positif, serta bagaimana kita menciptakan suatu kondisi

seperti keadaan ekonomi, lingkungan, juga kultur masyarakat yang

menjadi suatu daya dinamika dalam pembangunan dan bukan sebaliknya

seperti menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang mendorong

timbulnya perbuatan menyimpang juga disamping itu bagaimana

meningkatkan kesadaran dan patisipasi masyarakat bahwa keamanan dan

ketertiban merupakan tanggung jawab bersama.

Dilihat dari pengertian tindak pidana yang melanggar peraturan-

peraturan pidana, diancam dengan hukuman oleh undang-undang dan

dilaksanakan oleh seseorang dengan bersalah, orang mana harus dapat

dipertanggungjawabkan, dan hendaknya pihak kepolisian juga mampu

mempertahankan dan melaksanakan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan, apabila kita mengkaji nya lebih jauh dari pada pengertian ini

maka didalamnya terdapat beberapa unsur delik yakni:26

a. Adanya unsur perbuatan;

b. Adanya unsur pelanggaran peraturan pidana;

c. Adanya unsur diancam dengan ancaman hukuman;

d. Dilakukan dengan kesalahan;

Unsur delik yang merupakan unsur dari pada sifat melawan hukum

adalah perbuatan, karena hanya perbuatan itulah yang hanya diikuti oleh

26 Ramli Atmasasmita, Kapita Selekta Kriminologi, Armico, Bandung, 1993. hlm. 79

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

34

unsur-unsur obyeknya, yang dapat dibagi kedalam beberapa bagian antara

lain meliputi :

a. Perbuatan tersebut telah dirumuskan oleh undang-undang;

b. Perbuatan tersebut bersifat melawan hukum;

c. Dilakukan dengan kesalahan;

d. Perbuatan tersebut diancam pidana.27

Berdasarkn, uraian diatas, Maka penulis dapat di simpulkan bahwa,

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hokum dan

larangan tersebut disertai juga dengan ancaman, atau sanksi yang berupa

hukuman pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut.

Menentukan kapan dan dalam hal apa mereka yang telah melanggar

larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang

diancamkan. Menentukan dengan cara bagai mana pengenaan pidana itu

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan

tersebut.

seseorang dikatakan telah melakukan tindak pidana apabila

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :28

Perbuatan pidana dalam arti yang luas dari manusia (aktif dan

membiarkan).

Sifat melawan hukum (baik yang bersifat subyektif maupun yang

bersifat obyektif).

Dapat dipertanggung jawabkan kepada seseorang.

Diancam dengan pidana.

Berdasarkan beerapa unsure di atas penulis berpendapat bahwa,

menurut hukum positif yang diancam pidana dengan ketentuan undang-

27 Moelyatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Bintang

Indonesia, Bandung. 1998. hlm. 37-78

28 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT. Alumni, Bandung. 2006. hlm. 33

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

35

undang adalah perbuatan yang telah memenuhi empat unsure diatas dan

perbuatan yang bersifat melawan hukum dilakukan dengan cara

kesalahan dan ancaman pidana yang ada dalam hukum positif.

b. Upaya Penyelesaian Secara Kekeluargaan

Apabila pada lembaga pembiayaan konsumen telah terjadi

penggelapan dalam jabatan maka perusahaan pembiayaan tersebut

dapat pula melakukan upaya musyawarah/damai kepada pelaku

penggelapan yang mempunyai itikad baik sebelum pihak lembaga

pembiayaan konsumen tersebut mengajukan perkara kepada pihak

yang berwajib.

Upaya penanggulangan secara kekeluargaan ini bersifat

mencegah yang diharapkan dapat menciptakan adanya suatu

hubungan kemitraan dengan semua pihak tidak hanya konsumen

tetapi juga jika ada oknum dari karyawan itu sendiri yang berbuat

melanggar ketentuan hukum yang berlaku dan hal ini penting guna

menghindari tindak pidana penggelapan yang dapat menimbulkan

bagi salah satu pihak.

Kebijakan awal dan mendasar untuk penanggulangan tindak

pidana penggelapan dalam jabatan dibidang lembaga pembiayaan

konsumen adalah tanpa menggunakan sarana penal. Kebijakan ini

pada dasaranya bermula dari ajaran hukum fungsional, ajaran hukum

sosiologis, dan teori tujuan pemidanaan integratif.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

36

c. Upaya Penal (represif)

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan

secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.

Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk

menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta

memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang

dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan

merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan

orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang

akan ditanggungnya sangat berat.

Dalam membahas sistem represif, tentunya tidak terlepas dari

sistem peradilan pidana kita, dimana dalam sistem peradilan pidana

paling sedikit terdapat 5 (lima) sub-sistem yaitu sub- sistem

kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pemasyarakatan, dan

kepengacaraan, yang merupakan suatu keseluruhan yang terangkai

dan berhubungan secara fungsional. Upaya represif dalam

pelaksanaannya dilakukan pula dengan metode perlakuan

(treatment) dan penghukuman (punishment). Lebih jelasnya

uraiannya sebagai berikut ini :

1) Perlakuan ( treatment )

Perlakuan berdasarkan penerapan hukum, menurut Abdul

Syani yang membedakan dari segi jenjang berat dan ringannya

suatu perlakuan, yaitu :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

37

a. Perlakuan yang tidak menerapkan sanksi-sanksi pidana,

artinya perlakuan yang paling ringan diberikan kepada orang

yang belum telanjur melakukan kejahatan. Dalam perlakuan

ini, suatu penyimpangan dianggap belum begitu berbahaya

sebagai usaha pencegahan.

b. Perlakuan dengan sanksi-sanksi pidana secara tidak

langsung, artinya tidak berdasarkan putusan yang

menyatakan suatu hukum terhadap si pelaku kejahatan.29

Berdasarkan metode treatment diatas, penulis berpendapat

bahwa perlakuan ini mengandung dua tujuan pokok, yaitu sebagai

upaya pencegahan dan penyadaran terhadap pelaku kejahatan agar

tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi dimaksudkan agar si

pelaku kejahatan ini di kemudian hari tidak lagi melakukan

pelanggaran hukum, baik dari pelanggaran- pelanggaran yang

mungkin lebih besar.

Adapun, yang diharapkan dari penerapan perlakuan-

perlakuan ini ialah tanggapan baik dari pelanggar hukum terhadap

perlakuan yang diterimanya. Perlakuan ini dititik beratkan pada

usaha pelaku kejahatan agar dapat kembali sadar akan

kekeliruannya dan kesalahannya, dan dapat kembali bergaul di

dalam masyarakat seperti sediakala.

29 Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, Remadja Karya, Bandung. 1989. hlm. 139

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

38

2) Penghukuman (punishment)

Jika ada pelanggar hukum yang tidak memungkinkan untuk

diberikan perlakuan (treatment), mungkin karena kronisnya atau

terlalu beratnya kesalahan yang telah dilakukan, maka perlu

diberikan penghukuman yang sesuai dengan perundang-undangan

dalam hukum pidana. Oleh karena Indonesia sudah menganut

sistem pemasyarakatan, bukan lagi sistem kepenjaraan yang penuh

dengan penderitaan, Maka dengan sistem pemasyarakatan

hukuman dijatuhkan kepada pelanggar hukum adalah hukuman

yang semaksimal mungkin (bukan pembalasan) dengan berorientasi

pada pembinaan dan perbaikan pelaku kejahatan.

2.2. Tinjauan Umum tentang Perjudian

2.2.1 Pengertian Perjudian

Dalam Pasal 303 ayat (3) KUHP mengartikan judi sebagai:

Tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat

menang pada umumnya bergantung kepada keuntungan-

keuntungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi

bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan permainan.

Termasuk juga permainan judi adalah pertaruhan tentang

keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak

diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu,

demikian juga segala permainan lain-lainnya.30

Sesuai kutipan diatas, penulis berpendapat bahwa permainan judi

adalah suatu permainan yang bersifat untung-untungan saja, karena suatu

taruhan hanya berdasarkan pada keyakinan para pemain. Sehingga tidak

ada kepastian apakah taruhan yang dikeluarkan oleh pemain judi tersebut

30Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pasal 303.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

39

akan berlipat ganda ataukah sebaliknya. Dalam hal ini pasti ada pihak yang

menang dan ada pihak yang kalah, ada pihak yang diuntungkan dan ada

pula pihak yang dirugikan termasuk juga Bandar judi disini yang memiliki

andil besar di meja judi untuk mengendalikan permainan dan memainkan

perannya.

Sementara itu Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang

penertiban perjudian dalam pasal satu yang berbunyi31 “menyatakan semua

tindak pidana perjudian sebagai kejahatan” Menurut penulis UU ini

melarang adanya praktek perjudian dalam bentuk apapun, perbuatan judi

ini merupakan sebuah permasalahan social dikarenakan dampak yang di

timbulkan amat negative bagi kepentingan nasional terutama bagi generasi

mudah karena menyebabkan para pemuda cenderung malas dalam bekerja

dan dana yang mengalir dalam permainan ini cukup besar sehingga dana

yang semula dapat digunakan untuk pembangunan malah mengalir untuk

permainan judi. Walaupun perbuatan judi itu sangat nyata dilarang dalam

UU bagaimanapun bentuknya, namun oleh beberapa orang perbuatan

tersebut tetap dilakukan dengan berbagai alasan masing-masing, dan

terkadang di anggap hanya sebagai permainan penghibur hati semata tanpa

menyadari bahwa hal yang dilakukan tersebut telah melanggar ketentuan

dan aturan-aturan yang berlaku. Sehingga dalam hal ini harus dapat

diketahui apa saja bentuk-bentuk perjudian, agar dapat diketahui manakah

perbuatan yang termasuk judi dan mana yang bukan termasuk judi.

31 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

40

Pengertian lain mengenai permainan judi yakni dalam bukunya

Kartini Kartono “Pathology Sosial” yang memberikan pengertian

perjudian ialah ;

Pengertian perjudian diartikan sebagai pertaruhan dengan sengaja,

yaitu mempertaruhkan suatu nilai atau sesuatu yang di anggap

bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan

tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan,

perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak belum pasti

hasilnya.32

Dari pengertian tersebut, penulis berpendapat bahwa permainan yang

dikategorikan sebagai perjudian yang melanggar aturan dalam KUHP yaitu

suatu permainan yang memenuhi salah satu unsure perjudian yaitu adanya

suatu barang atau benda yang bernilai yang digunakan sebagai barang

taruhan. Dengan barang taruhan yang bernilai tersebut para pemain judi

menggunakannya untuk bermain judi dan mereka menyadari betul adanya

resiko menang atau kala, untung maupun rugi karena tidak tahu kepastian.

Apabila mereka beruntung maka taruhan yang mereka keluarkan akan

menjadi berlipat ganda. Namun apabila tidak beruntung atau rugi maka

mereka akan kehilangan suatu yang mereka pertaruhkan.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa, suatu permainan bisa dikatakan

sebagai perjudian apabila ada niat dari pihak-pihak penjudi baik para

pemain maupun Bandar, adanya suatu barang yang bernilai guna sebagai

barang taruhan, serta adanya kesepakatan dari semua pihak baik Bandar

maupun para pemain bahwa permainan tersebut memiliki resiko antara

32 Kartini, Kartono. Patologi Sosial. Jilid I. Jakarta. PT. Grafindo Persada. 2005. hlm. 56

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

41

kalah maupun menang, untung maupun rugi karna sifatnya untung-

untungan saja.

2.2.2 Unsur-unsur tindak pidana perjudian

Sesuai pengertiannya diatas, dalam kitab Undang-undang hokum

pidana pasal 303 ayat (3) yang berbunyi :

‘’judi adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan

buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan

saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena

kepintaran dan kebiasaan para pemain’’

Dalam pasal 303 KUHP tersebut terdapat unsure-unsur sebagai berikut :33

1. Unsure barang siapa.

2. Unsure tanpa hak.

3. Unsure dengan sengaja .

4. Unsure member atau menawarkan kesempatan untuk

melakukan permainan judi sebagai mata pencaharian.

5. Unsure turut serta dalam suatu perusahaan untuk melakukan

permainan judi.

Dari pengertian dan unsure-unsur diatas, maka ada 3 unsur agar

suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai judi , yaitu adanya unsure :

1. Permainan atau perlombaan meruapakan Perbuatan yang

dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi

dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang atau kesibukan

untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi pada

dasarnya bersifat rekreatif, namun disini para pelaku tidak harus

terlibat dalan permainan, karena boleh jadi mereka adalah

33 R.Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-

komentarnya lengkap pasal demi pasal. Suka bumi. 1988. Hal. 225.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

42

penonton atau orang yang ikut bertaruh terhadap jalannya

sebuah permainan atau perlombaan.

2. Untung-untungan artinya untuk memenangkan perlombaan

atau permainan, lebih banyak digantungkan pada unsur

spekulatif/ kebetulan atau untung-untungan, atau faktor

kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau

kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih.

3. Ada taruhan artinya dalam permainan atau perlombaan ini ada

taruhan yang dipasang oleh para pihak pemain atau bandar.

Baik dalam bentuk uang ataupun harta benda lainnya, bahkan

kadang istripun bisa dijadikan taruhan. Akibat adanya taruhan

tersebut, maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada

pihak yang dirugikan. Unsur ini merupakan unsur yang paling

utama untuk menentukan apakah sebuah perbuatan dapat

disebut sebagai judi atau bukan.

Sementara itu dalam KUHP pasal 303 bis ayat (1) yang berbunyi :

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau

pidana denda paling banyak 10 juta rupiah :

1. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi yang

diadakan dengan melanggar ketentuan pasal 303.

2. Barang siapa ikut serta main judi dijalan umum atau

dipinggir jalan umum atau ditempat yang dikunjungi

umum, kecuali kalau ada ijin dari penguasa yang

berwenang yang telah memberi ijin untuk mengadakan

perjudian itu.

Berdasarkan isi KUHP pasal 303 bis ayat (1) poin ke-2 tersebut

diatas, penulis berpendapat bahwa unsure-unsur dalam pasal tersebut lebih

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

43

menekankan kepada orang yang mengambil kesempatan untuk turut

bermain judi. Unsure-unsur tersebut yakni:34

a. Unsure barang siapa,

b. Unsure melakukan perbuatan menggunakan kesempatan

bermain judi.

Dari unsur tersebut, penulis pada dasarnya memang permainan Bola

Guling termasuk permainan judi jika melihat pada ketentuan undang-

undang dan jika permainan tersebut dilakukan untuk mencari keuntungan

dengan jalan menggunakan barang yang memiliki nilai guna baik uang

maupun benda berharga lainnya sebagai barang taruhan. Namun kegiatan

tersebut tidaklah menjadi perjudian apabila tujuannya hanya sebagai

permainan hiburan (misalnya, seperti yang ada ditempat-tempat rekreasi

atau tempat permainan anak) dan bukan untuk mencari keuntungan dengan

melibatkan adanya pertaruhan. Disisi lain permainan ketangkasan yang

biasa dilakukan ditempat rekreasi itu telah terlebih dahulu mengajukan ijin

untuk melakukan acara-acara tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan

KUHP pasal 303 bis ayat (1) poin ke-2 yang menjelaskan bahwa apabila

ada ijin dari penguasa yang berwenang diwilayah tersebut. Dari ketentuan

KUHP pasal 303 dapat dilihat bahwa dalam permainan judi terdapat

unsure untuk mencari keuntungan (untung) yang bergantung pada

peruntungan atau nasib untung atau kemahiran dan kepintaran dalam

34 Ibid. Hal.227.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

44

bermain, adanya barang taruhan berupa uang atau benda berharga lainnya

serta permainan ini dilakukan bukan untuk hiburan semata.

2.2.3 Macam-macam permainan judi

Dalam penjelasan atas peraturan pemerintah republic Indonesia

No. 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan undang-undang No. 7 tahun 1974

tentang penertiban perjudian, pasal 1 ayat (1) disebutkan ada beberapa

macam perjudian yaitu:35

1. Perjudian di Kasino terdiri dari :

a. Roulette

b. Black jake

c. Baccarat

d. Creps, Keno

e. Tombola

f. Super Ping-pong

g. Lotto Fair

h. Satan

i. Paykyu

j. Slot Machine

k. Ji Si Kie

l. Big Six Wheel

m. Chuc a Luck

n. Lempar paser/bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar

35 peraturan pemerintah republic Indonesia No. 9 tahun 1981 tentang pelaksanaan

undang-undang No. 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian, pasal 1 ayat (1)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

45

o. Pachinko

p. Poker

q. Twenty One

r. Hwa Hwe

s. Kiu-kiu.

2. Perjudian di tempat-tempat keramaian antara lain :

a. Lempar Gelang

b. lempar uang

c. kim

d. pancingan,

e. menembak sasaran yang tidak berputar

f. lempar bola

g. adu ayam

h. adu sapi

i. adu kerbau

j. adu kambing

k. pacuan kuda

l. pacuan anjing

m. mayong dan erek-erek

n. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

46

3. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan

Perjudian dalam bentuk ketiga ini termasuk ke dalam perjudian di

tempat keramaian, yang membuatnya berbeda adalah untuk yang ketiga ini

didasari oleh faktor kebiasaan.

Berdasarkan penjelasan diatas, pada poin ke-3 dikaatakan bahwa

bentuk perjudian seperti adu ayam, karapan sapi dan sebagainya itu tidak

termasuk perjudian apabila kebiasaan-kebiasaan yang bersangkutan

berkaitan dengan upacara keagamaan dan dilakukan sepanjang kebiasaan

itu tidak merupakan perjudian. Seperti kebiasaan yang terdapat pada

masyarakat Indonesia seperi bali dan Madura yang memakai adu ayam dan

karapan sapi sebagai adat kebiasaan yang biasa mereka lakukan di waktu

dan bulan tertentu sebagai upacara adat dan persembahan sesuai dengan

kepercayaan yang mereka yakini. Sepanjang permainan tersebut tidak

menggunakan suatu pertaruhan, maka perbuatan tersebut tidak tergolong

suatu perjudia karena, dilakukan hanya sebagai adat kebiasaan, bukan

mencari suatu keuntungan dari kegiatan tersebut

2.2.4 Dampak perjudian

Perjudian mempunyai dampak yang luar biasa terhadap kondisi

pelaku, baik itu rumah tangga maupun masyarakat. Dampak yang sering

muncul dengan adanya perjudian antara lain :

a. Ketertiban dan keamanan terganggu

b. Rusaknya ekonomi rumah tangga

c. Dapat meningkatkan tindakan criminal

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

47

d. Dampak psikologi bagi pelaku serta keluarga

Selain itu kebiasaan berjudi mengkoordinir mental individu

menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi, dan cepat mengambil resiko

tanpa pertimbangan.

Ekses perjudian lebih lanjut antar lain :36

Mendorong orang untuk melakukan penggelapan uang kantor dinas

dan melakukan tindak pidana korupsi.

Energi dan pikiran menjadi berkurang, karena sehari-harinnya

didera oleh nafsu judi dan kerakusan ingin menang dalam waktu

pendek.

Badan menjadi lesu dan sakit-sakitan, karena kurang tidur, serta

selalu dalam keadaan tegang, tidak imbang.

Pikiran menjadi kacau, sebab selalu di goda oleh harapan-harapan

menentu.

Pekerjaan jadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah pada

keasyikan berjudi.

Anak, istri dan rumah tangga tidak lagi di perhatikan.

Hatinya jadi sangat rapuh dan mudah tersinggung dan cepat

marah, bahkah sering eksplosif meledak-meledak secara membabi

buta.

Mentalnya terganggu dan menjadi sakit sedangkan kepribadiannya

menjadi sangat labil.

Seorang akan terdorong melakukan perbuatan kriminalguna untuk

mencari modal untuk pemuas nafsu judinya yangtidak

terkendalikan.

Ekonomi rakyat mengalami kegoncangan-kegoncangan, karena

orang berspekulatif dan untung-untungan, serta kurang serius

dalam usaha kerjanya.

Diseret oleh nafsu judi yang berlarut, kuranglah iman kepada

Tuhan, sihingga mudah tergoda tindak asusila.

Berdasarkan kutipan diatas mengenai dampak buruk yang

ditimbulkan akibat permainan berjudi penulis berpendapat bahwa

berdasarkan hal tersebut, dampak judi sudah sangat jelas merugikan

banyak pihak. Oleh sebab itulah harus segera dilakukan upaya untuk

36 Kartini Kartono, 1981. Phatology social, Rajawali, Jakarta. Hal. 74.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

48

menimalisir perbuatan judi khususnya di wilayah-wilayah yang disinyalir

dilakukannya tempat bermain judi, disini peran dari pihak kepolisian lah

yang harus sigap dan tegas dalam melakukan patrol guna mengamankan

para penjudi berserta bandarnya.

Untuk membrantas untuk keseluruhan memang banyak kendala

maupun factor-faktor penghambat lainnya. Namun setidaknya ada suatu

tindakan dan cara memimalisir praktek perjudian tersebut. Sehingga tidak

kian merebak yang kemudian menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan

masyarakat, karena peraturan sudah jelas ada dan ada sanksi yang

mengancam namun apabila masih tidak sesuai dengan aturan yang ada,

maka penegak hokum yang harus melakukan tindakan dan pada intinnya

adalah individu dalam seorang penjudilah yang perlu diatasi agar tidak

menjadi penjudi kompulsif sehingga masyarakat akan menggap bahwa

berjudi hanyalah untuk kesenangan atau hiburan semata-mata saja.

2.3 Tinjauan Umum Tentang Judi Bola Guling

2.3.1 Definisi Perjudian Bola Guling

Salah satu bentuk perjudian yang sejak dulu hingga sekarang ini

masih marak ditengah-tengah masyarakat adalah Perjudian Bola guling.

Seperti nama yang digunakan, permainan judi Bola Guling adalah salah

satu variasi permainan judi yang menggunakan media bola sebagai

penentu kemenangan. Bola yang digunakan memiliki warna hitam.

Nantinya, bola hitam tersebut akan digelindingkan atau digulirkan di atas

bidang datar. Bidang datar tersebut telah bertuliskan nomor-nomor yang

mewakili nilainya masing-masing. “Jumlah angka yang tertera dalam

bidang datar tersebut berjumlah 12 angka, yang dimulai dari angka 1

(terkecil) sampai dengan 12 (terbesar).” Masing-masing angka mewakili

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

49

warna yang berbeda. angka 1-3 berada bidang berwarna merah , angka 4-6

berada di bidang berwarna hijau, angka 7-9 berada di bidang berwarna

kuning dan 10-12 berada di bidang berwarna hitam. Membaca gambaran

tersebut mungkin Anda sudah mulai menebak bagaimana sistem cara

bermain permainan judi Bola Gelinding.

Secara garis besar, permainan judi bola gelinding mengharuskan

peserta untuk mampu menebak dengan tepat di angka mana bola akan

berhenti bergulir. Benar adanya jika permainan judi Bola Guling

merupakan salah satu permainan yang mudah untuk dijalankan. Tidak

hanya mudah, permainan judi Bola Guling ini terbilang murah dan

hemat.37

Berdasarkan kutipan diatas penulis berpendapat bahwa, permainan

Bola Guling ini sangatlah mudah di mainkan oleh masyarakat menengah

bawah hingga masyarakat menengah atas, dikarenakan mudah dan

murahnya permainan Judi Bola Guling ini dan mempunyai kelipatan yang

besarlah yang membuat permainan judi Bala Guling ini diminati oleh

banyak masyarakat khususnya masyarakat di Kota Kupang.

Bandar judi Bola Guling menyediakan berbagai macam jumlah

taruhan yang dimulai dari nominal seribu (Rp 1.000,-) sampai dengan

ratusan ribu bahkan jutaan rupiah dan kelipatan yang di dapatkan sangat

besar yang membuat judi ini sangat di minati di berbagai kalangan yang

mana kelipatannya mencapai kelipatan 11 (sebelas).38

Perjudian Bola Guling yang terjadi di Kota Kupang ini sangatlah

langkah, karena perjudian bola guling ini terjadi ketika ada warga yang

37 Dimas Setia “Ditya, Cara Pasang Bola Gelinding Biar Menang” di akases dalam.

http://www.pasangbola.org/tag/cara-pasang-bola-guling/. Jum,at 1 November 2017.

38 Trator Trick, Loc Cit. Hal.5

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

50

meninggal dan perjudian ini di jadikan moment bagi warga agar dapat

bermain judi dengan leluasa/bebas dengan kata lain warga mengetahui

perjudian tersebut legal ketika di mainkan pada saat ada warga yang

meninggal apalagi permainan tersebut di beking atau di jaga oleh aparat

penegak hokum, bahkan ada aparat penegak hokum juga ikut bermain

dalam perjudian tersebut

Saat ini banyak untuk menemukan permainan Bola Guling di

Indonesia sangatlah sulit, karena memang aktifitas taruhan judi di

Indonesia sangat dilarang keras. Namun masih ada sebagian orang yang

masih suka bermain Bola Guling di Kalangan. Berikut

adalah istilah yang umum dipakai di kalangan Perjudian Bola Guling:39

a) Borok warna merah: warna yang mereka unggulkan yaitu

merah maka mereka akan menaruh di warna tersebut.

b) Borok warna hijau: warna yang mereka unggulkan yaitu hijau

maka mereka akan menaruh di warna tersebut.

c) Borok warna kuning: warna yang mereka unggulkan yaitu

kuning maka mereka akan menaruh di warna tersebut.

d) Borok warna hitam: warna yang mereka unggulkan yaitu hitam

maka mereka akan menaruh di warna tersebut.

e) Ujung-ujung : angka yang berada paling pojok meja antara 1

dengan 10 atau 3 dengan 12 dll.

f) Tutup lubang : angka yang dibatasi taruhan nya tidak boleh

melebihi dari batas taruhan tersebut.

g) Berat : jumlah uang yang di pertaruhkan lebih banyak

ketimbang jumlah di angka lain.

h) Halek : permainan akan di berentikan dalam beberapa kali

putaran lagi

Dari istilah – istilah diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa,

dapat di ketahui perjudian Bola Guling tersebut suda menjadi istilah wajib

39 Ibid.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

51

bagi para pemain dengan istilah-istiah di atas juga mmpunyai tujuan yaitu

agar untuk mengelabuhi oknum-oknum aparat penegak hukum.

2.4. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian

2.4.1 Pengertian Tentang Kepolisian

Menurut Satjipto Raharjo “polisi merupakan alat negara yang

bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan

pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada masyarakat.”40

Selanjunya Satjipto Raharjo yang mengutip pendapat Bitner menyebutkan

bahwa “apabila hukum bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam

masyarakat, diantaranya melawan kejahatan. Akhirnya polisi yang akan

menentukan secara konkrit apa yang disebut sebagai penegakan

ketertiban.”41 Sedangkan menurut Sadjiono lembaga kepolisian adalah

“organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan

kewenangan menjalankan 17 fungsinya berdasarkan peraturan perundang-

undangan.”42

Selanjutnya Pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa:43

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman,

dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya

keamanan dalam negeri.

40 Satjipto Raharjo, 2009.” Penegakan Hukum suatu tinjauan sosiologis”, Genta

Publishing, Yogyakarta, hal. 111

41 Ibid. hal. 117

42 Sadjijono, 2008, “Etika Profesi Hukum: Suatu Telah Filosofis terhadap Konsep

dan Implementasi Kode Etik Profesi POLRI”, Yogyakarta : Laksbang Mediatama. Hal.

52-53

43 Pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

52

2. Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional

yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Berdasarkan kutipan pasal diatas penulis berpendapat bahwa, sudah

sangat jelas tugas dari kepolisian tersebut, yang mana memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Yang

artinya kepolisian disinilah yang mempunyai hak tertinggi dalam

memberantas kejahatan yang dapat menggangu ketertiban dan keamanan

seperti kejahatan perjudian yang sudah sangat jelas-jelas mengganggu

ketertiban dan keamanan dalam bermasyarakat yang baik.

2.4.2 Tugas Polisi

Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah :44

Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Menegakkan hukum.

Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat ( Pasal 13 Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia ).

Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga

memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat

44 Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

53

(1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah sebagai berikut :45

Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.

Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.

Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat

terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum : melakukan

koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian

khusus, penyidik pegawai negeri sipildan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa.

Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa.

Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan

hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan

tugas kepolisian.

Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia.

Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi/ atau pihak berwenang.

Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan

dalam lingkup tugas kepolisian.

Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan

perundangundangan.

Berdasarkan pengertian mengenai tugas-tugas polisi diatas tersebut,

penulis dapat menyimpulkan bahwa, pada dasarnya tugas polisi ada dua

yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan

memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat serta

45 Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang ...eprints.umm.ac.id/39324/3/BAB II.pdf · kriminologi. 2.1.1. Pengertian. kriminologi. Kriminologi sebagai ilmu pembantu dalam

54

mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan

negara. Tugas yang pertama ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan

tugas yang kedua adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindak segala

hal yang dapat mengacaukan keamanan masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penanggulangan kasus tindak

pidana judi Bola Guling polisi dapat melakukan tindakan preventif dan

represif.