patologi dan kriminologi

Upload: takuyaeek

Post on 09-Jul-2015

897 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

pertenuan II-III Mata Kuliah Sosiologi Perilaku Menyimpang

TRANSCRIPT

BAB II SOSIOLOGI PERILAKU MENYIMPANG

OLEH : SURYA PRAHARA, S.H Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi

Pemahaman Patologi SosialPada abad pertengahan orang mendefinisikan sebagai pola perilaku dengan konteks penyakit sosial murni, antara lain kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian dan hal hal yang berkaitan dengan hal tersebut harus di berantas. Definisi : Patologi sosial adalah Semua tingkah laku yang bertentangan

dengan norma, kebaikan stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas, kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.

Masalah sosial : Adalahsemua bentuk tingkah laku yang melanggar atau

memperkosa adat istiadat masyarakat (adat istiadat ini diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama) Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan mungkin merugikan orang lain

Jelaslah adat istiadat tersebut mempunyai nilai pengontrol dan sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakat.

Lanjutan...

Orang yang berkompeten dalam meentukan sebua perilaku tersebut dikategtikan gejala patologis adalah pejabat, politisi, hakim, pengacara, polisi, dokter, rohaniawan, dan kaum ilmuan sosial.

Masalah sosial dan disorganisasi sosialMasalah sosial pada hakikatnya meruakan fungsi-fungsi struktural dari totalitas sistem sosial, yaitu berupa produk atau konsekuensi yang tidak diharapkan dari satu sistem sosiokultural. Disorganisasi sosial juga disebut sebagai disintegrasi sosial. Didalam disintegrasi sosial terdapat teori cutural lag..

Teori cutural lag (kelambanan budaya)Apabila bermacam bagian dari kebudayaan berkembang secara tidak seimbang, tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan pengetuhuan, maka kebudayaan tadi akan mengalami proses kelambanan kultural. Sedangkan masyarakat yang terorganisasi dengan baik dicirikan dengan adanya stabilitas, interkasi personal yang intim, relasi sosial yang berkesinambugan, dan konsensus bertaraf tinggi diantara anggota masyarakat Masyarakat yang mengalami disorganisasi dapat dilihat melalui ciri-ciri sebagai berikut: perubahan-perubahan yang serba cepat, tidak stabil, tidak ada kesinambungan pengalaman dari suatu kelompok dan konsensus bertaraf tinggi diantara anggota masyarakat Terjadinya disorganisasi dan disintegrasi sosial dapat dilihat melalui lenyapnya intimidasi organik yang digantikan dengan pola individualitas ekstreme dan nafsu pementingan diri sendiri

Pendekatan prilaku sosiopatik

Bentuk-bentuk tingkah laku yang menyimpang secara sosial dan sangat ditolak oleh umum adalah homo seks, alkoholisme kronis dan gangguan mental tertentu. Berdasarkan teori biologis hal tersebut disebabkan oleh:Melalui genetika atau plasma pembawa sifat pada keturunan, atau tidak adanya gen-gen tertentu yang menyebabkan timbulnya penyimpangan perilaku 2. Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa/abnormal, sehingga memprodusir tingkah laku patologis 3. Melalui pewaris kelemahan konstitusional tertentu yang mengakibatkan tingkah laku sosiopatik. Contoh pada pengidap penyakit kronis yang meneyebabkan terganggunya kondisi mental dan psikologis manusia,1.

Lanjutan

Pandangan psikologis dan psikiatris Menekankan tingkahlaku patologis menekankan

sebab tingkah laku dari aspek sosiopsikologisnya, sehingga orang melakukan pelanggaran terhadap norma sosial yang ada.

Faktor faktornya adalah: Intlejensi, ciri-ciri kepribadian, motivasi-motivasi,

sikap hidup yang keliru dan internalisasi diri yang salah, serta konflik-konflik emosional dan kecenderungan psikopatologis yang ada di balik tingkah laku menyimpang secara sosial.

Lanjutan

Pendpat sosiolog pada teori sosiologis Tingakah laku sosiopatis meruoakan murni sosiologis atau

sosio-psikologis. Tingkah laku sosiopatis ditampilkan dalambentuk penyimpangan tingkah laku, struktur-struktur sosial yang menyimpang, kelompok-kelompok deviasi, peranan-peranan sosial, status dan interaksi simbolis yang keliru. Sosiopatis menekankan pada faktor-faktor kultural dan sosial yang mempengaruhi organisasi sosial, peranan, status individu, partisipasi sosial dan pendefinisian diri sendiri.

Definisi sosiopatis Tingkah laku yang berbeda dan menyimpang dari kebiasaan

serta norma umum, yang pada satu tempat dan waktu tertentu sangat ditolak, sekalipun tingkah lau tersebut berada di lain waktu dan tempat yang bisa diterima oleh masyarakat lainnya. Pada umumnya tingkahlaku sosiopatis mendpatkan reaksi dari masyarakat berupa hukuman, penolakan, segregasi (pengucilan).

Kriminologi

Kriminalitas atau kejahatan bukanlah peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan) dan bukan merupakan sebuah warisan biologis. Bisa dilakukan secara sadar dengan cara direncanakan, dipikirkan, dan diarahkan Bisa dilakukan secara setengah sadar seperti didorong oleh implus-implus yang hebat, dan paksaan yang sangat kuat dan obsesi-obsesi. Bisa dilakukan secara tidak sadar, contoh keterpaksaan untuk mempertahankan hidup.

Definisi..

Crime (kejahatan) Adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan

norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya

Kriminologi Ilmu pengetahuan tentang kejahatan.

Mr. Paul Moedigdo Moeliono Adalah ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh pelbagai

ilmu, yang membahas kejahatan sebagai masalah manusia

J. constant Adalah pengetahuan empiris (berdasarkan

pengalaman), bertujuan menentukan faktor penyebab terjadinya kejahatan untuk penjahat dengan memperhatikan faktor-faktor sosiologis, ekonomi, dan individual

Lanjutan

W.A Bonger (1970) memberikan batasan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya (Bonger, 1970:21). Bonger, dalam meberikan batasan kriminologi, membagi kriminologi ke dalam dua aspek: kriminologi praktis, yaitu kriminologi yang berdasarkan

hasil penelitiannya disimpulkan manfaat praktisnya. kriminologi teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengelamannya seperti ilmu pengetahuan lainnya yang sejenis, memeprhatikan gejala-gejala kejahatan dan mencoba menyelidiki sebab dari gejala tersebut (etiologi) dengan metode yang berlaku pada kriminologi.

Lanjutan

Dalam kriminologi teoritis, Bonger memperluas pengertian dengan mengatakan baahwa kriminologi merupakan kumpulan dari banyak ilmu pengetahuan (Bonger, 1970:27). Antropologi kriminologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia yang

jahat dilihat dari segi biologisnya yang merupakan bagian dari ilmu alam. Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala sosial. Pokok perhatiannya adalah seberapa jauh pengaruh sosial bagi timbulnya kejahatan (etiologi sosial) Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatn dipandang dari aspek psikologis. Penelitian tentang aspek kejiwaan dari pelaku kejahatan antara lain ditujukan pada aspek kepribadiannya. Psi-patologi-kriminal dan neuro-patologi-kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang sakit jiwa atau sakit sarafnya, atau lebih dikenal dengan istilah psikiatri. Penologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tumbuh berkembangnya penghukuman, arti penghukuman, dan manfaat penghukuman. Kriminologi praktis, yaitu berbagai kebijakan yang dilaksanakan oleh birokrasi dalam menanggulangi kejahatan. Kriminalistik, yaitu ilmu pengetahuan yang dipergunakan untuk menyelidiki terjadinya suatu peristiwa kejahatan

Definisi kejahatanKejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan demikian maka si pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian tersebut bersumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu. Jadi apa yang disebut kejahatan oleh seseorang belum tentu diakui oleh pihak lain sebagai suatu kejahatan pula. Kalaupun misalnya semua golongan dapat menerima sesuatu itu merupakan kejahatan tapi berat ringannya perbuatan itu masih menimbulkan perbedaan pendapat. R. Soesilo membedakan pengertian kejahatan secara juridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, pengertian kejahatan adalah suatu

perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban.

Lanjutan..

J.M. Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat. M.A. Elliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya. W.A. Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan. Menurut Paul Moedikdo Moeliono kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (negara bertindak). J.E. Sahetapy dan B. Marjono Reksodiputro dalam bukunya Paradoks Dalam Kriminologi menyatakan bahwa, kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relatif, mengandung variabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku (baik aktif maupun pasif), yang dinilai oleh sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat sebagai suatu perbuatan anti sosial, suatu perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.

Unsur-unsur KejahatanEdwin: H. Sutherland dalam bukunya Principles of Criminology menyebutkan tujuh unsur kejahatan yang saling bergantungan dan saling mempengaruhi. Suatu perbuatan tidak akan disebut kejahatan kecuali apabila memuat semua tujuh unsur tersebut. Unsur-unsur tersebut adalah : Harus terdaat akibat-akibat tertentu yang nyata atau kerugian. Kerugian tersebut harus dilarang oleh undang-undang, harus dikemukakan dengan jelas dalam hukum pidana Harus ada perbuatan atau sikap membiarkan sesuatu perbuatan yang disengaja atau sembrono yang menimbulkan akibat-akibat yang merugikan Harus ada maksud jahat (mens rea) Harus ada hubungan kesatuan atau kesesuaian persamaan suatu hubungan kejadian diantara maksud jahat dengan perbuatan Harus ada hubungan sebab akibat diantara kerugian yang dilarang undang-undang dengan perbuatan yang disengaja atas keinginan sendiri Harus ada hukuman yang ditetapkan oleh undang-undang.

Latar Belakang dan Tipologi KejahatanEmpat pendekatan yang pada dewasa ini masih ditempuh dalam menjelaskan latar belakang terjadinya kejahatan, adalah : Pendekatan biogenik, yaitu suatu pendekatan yang mencoba menjelaskan sebab atau sumber kejahatan berdasarkan faktor-faktor dan proses biologis, Pendekatan psikogenik, yang menekankan bahwa para pelanggar hukum memberi respons terhadap berbagai macam tekanan psikologis serta masalah-masalah kepribadian yang mendorong mereka untuk melakukan kejahatan. Pendekatan sosiogenik, yang menjelaskan kejahatan dalam hubungannya dengan poses-proses dan struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakat atau yang secara khusus dikaitkan dengan unsur-unsur didalam sistem budaya, Pendekatan tipologis, yang didasarkan pada penyusunan tipologi penjahat dalam hubungannya dengan peranan sosial pelanggar hukum, tingkat identifikasi dengan kejahatan, konsepsi diri, pola persekutuan dengan orang lain yang penjahat atau yang bukan penjahat, kesinambungan dan peningkatan kualitas kejahatan, cara melakukan dan hubungan prilaku dengan unsur-unsur kepribadian serta sejauh mana kejahatan merupakan bagian dari kehidupan seseorang.

Tipologi kejahatan yang mereka susun adalah sebagai berikut :

Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk perbuatan kriminil seperti pembunuhan dan perkosaan, Pelaku tidak menganggap dirinya sebagai penjahat dan seringkali belum pemah melakukan kejahatan tersebut sebelumnya, melainkan karena keadankeadaan tertentu yang memaksa mereka melakukannya. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu, termasuk kedalamnya antara lain pencurian kendaraan bermotor. Pelaku tidak selalu memandang dirinya sebagai penjahat dan mampu memberikan pembenaran atas perbuatannya. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu yang pada umumnya dilakukan oleh orang yang berkedudukan tinggi. Pelaku tidak memandang dirinya sebagai penjahat dan memberikan pembenaran bahwa kelakuannya merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari. Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan spionase, sabotase, dan sebagainya. Pelaku melakukannya apabila mereka merasa perbuatan ilegai itu- sangat penting dalam mencapai perubahan-perubahan yang diinginkan dalam masyarakat. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar hukum memandang dirinya sebagai penjahat apabila mereka terus menerus ditetapkan oleh orang lain sebagai penjahat, misalnya pelacuran. Reaksi sosial terhadap pelanggaran hukum ini bersifat informal dan terbatas.

Lanjutan

Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain perampokan dan bentukbentuk pencurian terutama dengan kekerasan dan pemberatan. Pelaku menggunakannya sebagai part time- Carreer dan seringkali untuk menambah penghasilan dari kejahatan. Perbuatan ini berkaitan dengan tujuan-tujuan sukses ekonomi, akan tetapi dalam hal ini terdapat reaksi dari masyarakat karena nilai pemilikan pribadi telah dilanggar. Kejahatan terorganisasi yang dapat meliputi antara lain pemerasan, pelacuran, perjudian terorganisasi serta pengedaran narkotika dan sebaigainya. Pelaku yang berasal dari eselon bawah memandang dirinya sebagai penjahat dan terutama mempunyai hubungan dengan kelompokkelompok penjahat, juga terasing dari masyarakat luas, sedangkan para eselon atasnya tidak berbeda dengan warga masyarakat lain dan bahkan seringkali bertempat tinggal dilingkungan-lingkungan pemukiman yang baik. Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang. Mereka memandang diri sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan penjahat-penjahat lain serta mempunyai status tinggi dalam dunia kejahatan. Mereka sering juga cenderung terasing dari masyarakat luas serta menempuh suatu karir penjahat. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan ini tidak selalu keras.

Teori-Teori Kejahatan Dari PerspektifBiologis Dan Psikologis

Penjelasan Biologis Atas Kejahatan

Cesare LombrosoLombrosso menggabungkan positivisme Comte , evolusi dari Darwin, serta banyak lagi pioneer dalam studi tentang hubungan kejahatan dan tubuh manusia Lombroso menggeser konsep free will dengan determinisme Ajaran inti Lambroso adalah penjahat mewakili suatu tipe keanehan / keganjilan fisik yang berbeda dengan non-kriminal. Teori Lombroso adalah born criminal ,insane criminals dan criminoloids.

BODY TYPES THEORIES (TEORI-TEORI TIPE FISIK)

ERNST KRETSCHMER (1888-1964)Mengidentifikasi empat tipe fisik: Asthenic: kurus, bertubuh ramping, berbahu kecil Athletic: menengah tinggi, kuat, berotot, bertulang kasar Pyknic: tinggi sedang, figure yang tegap, leher besar, wajah luas Beberapa tipe campuran, tidak terklasifikasi

BODY TYPES THEORIES (TEORI-TEORI TIPE FISIK)DISFUNGSI OTAK DAN LEARNING DISABILITIES Ada bukti yang semakin berkembang bahwa fungsi otak dan cacat neurologis secara umum ditemukan pada mereka yang menggunakan kekerasan secar berlebihan dibanding orang pada umumnya. Banyak pelaku kejahatan kekerasan kelihatannya memiliki cacat didalam otaknya yang berhubungan dengan terganggunya self-control

Twin StudiesKarl Cristiansen dan Sarnoff A Mednick melakukan suatu studi terhadap 3.586 pasangan kembar disatu kawasa. Denmark antara tahun 1881 dan 1910 dikaitkan dengan kejahatan serius. Mereka menemukan bahwa pada identical twins jika pasangannya melakukan kejahatan maka 50% pasangannya juga melakukan. Sedangkan pada fraternal twins angka tersebut hanya 20%. Temuan ini mendukung hipotesa bahwa beberapa pengaruh genetika meningkatkan resiko kriminalitas.

Dari anak-anak yang orang tua angkat dan orang tua aslinya tidak tersangkut kejahatan, 13,5% terbuktu melakukan kejahatan Dari anak-anak yang memiliki orang tua angkat kriminal tapi orang tua aslinya tidak, 14,7% terbukti melakukan kejahatan. Dari anak-anak yang orang tua anaknya tidak kriminal tapi memiliki orang tua asli kriminal, 20% terbukti melakuakn kejahatan Dari anak-anak yang orang tua angkat dan orang tua aslinya kriminal, 24,5% terbukti melakukan kejahatan.

Temuan diatas mendukung klaim bahwa kriminalitas dari orang tua asli (orang tua biologis) memiliki pengaruh lebih besar terhadap anak dibanding kriminalitas dari orang tua angkat.

The XXY Syndrome

Kromosom merupakan struktur dasar yang mengandung gen-kita (suatu materi biologis yang membuat masing-masingkita berbeda). kesalahan dalam memproduksi sperma atau sel telur menghasilkan abnormalitas genetika. Satu tipe abnormalitas tersebut adalah the XYY chromosome male atau laki-laki dengan XYY kromosom. Orang tersebut menerima dua Y kromosom (dan bukan satu) dari ayahnya. Kurang lebih satu dari tiap 1000 kelahiran laki-laki dari keseluruhan populasi memiliki komposisi genetika semacam ini. mereka yang memiliki kromosom XYY cenderung bertubuh tinggi, secara fisik agresif, sering melakukan kekerasan.

PENJELASAN PSIKOLOGIS ATAS KEJAHATAN

Personality Characteristics (Sifat-Sifat Kepribadian) Samuel Yochelson dan Stanton Samenow Mental Disorder Teori Psikoanalisa, SIGMUND FREUD (18561939) Personality Traits / Inherited criminality (DUGDALE dan GODDARD) Moral Development Theory Social Learning Theory

1. Personality Characteristics (Sifat-Sifat Kepribadian)Empat alur penelitian psikologis yang berbeda telah menguji hubungan antara kepribadian dengan kejahatan. Pertama, melihat pada perbedaan-prbedaan antara struktur kepribadian dari penjahat dan bukan penjahat ; kedua, memprediksi tingkah laku ; ketiga, menguji tingkatan dimana dinamika-dinamika kepribadian normal beroperasi dalam diri penjahat ; dan keempat, mencoba menghitung perbedaanperbedaan individual antar tipe-tipe dan kelompokkelompok pelaku kejahatan.Psikologi kejahatan

2. Samuel Yochelson dan Stanton SamenowDalam bukunya The Criminal Personality (kepribadian criminal), Yochelson (seorang psikister) dan Samenow (seorang Psikologis) menolak klaim para psikologis bahwa kejahatan disebabkan oleh konflik internal. Tetapi yang sebenarnya para penjahat itu samasama memiliki pola pikir yang abnormal yang membawa mereka memutuskan untuk melakukan kejahatan.Psikologi kejahatan

3. Mental Disorder (Kekacauan mental)Psikiater Hervey Cleckey memandang psychopathy sebagai suatu penyakit serius meski sipenderita tidak kelihatan sakit. Menurutnya para psychopath terlihat mempunyai kesehatan mental yang sangat bagus. Tetapi apa yang kita saksikan itu sebenarnya hanyalah suatu mask of sanity atau topeng kewarasan. Para psychopath tidak menghargai kebenaran, tidak tulus, tidak merasa malu, bersalah atau terhina. Mereka berbohong dan melakukan kecurangan tanpa ada keraguan dan melakukan pelanggaran verbal maupun fisik tanpa perencanaan. Psikologikejahatan

4. Teori Psikoanalisa, SIGMUND FREUD (1856-1939)Sigmund Freud, penemu dari psychoanalysis berpendapat bahwa kriminalitas mungkin hasil dari an overactive conscience yang menghasilkan perasaan bersalah yang berlebih. Freud menyebut bahwa mereka mengalami perasaan bersalah yang tak tertahankan akan melakukan kejahatan dengan tujuan agar mereka ditangkap dan dihukum. Begitu mereka dihukum maka perasaan bersalah mereka akan mereda.Psikologi kejahatan

5. Personality Traits / Inherited criminality (DUGDALE dan GODDARD)

Menurut Dugdale, kriminalitas merupakan sifat bawaan yang diwariskan melaui gengen. Kesimpulan yang serupa diperoleh Hendry Goddard (1866-1957). Dalam studinya tentang keluarga besar Martin Kallikak, Goddard menemukan lebih banyak penjahat diantara keturunan dari anak tak sah Kallikak dibandinkan keturunan dari anaknya yang lain hasil perkawinan barunya dengn seorang perempuan yang berkualitas sama dengannya.Psikologi kejahatan

6. Moral Development TheoryPsikolog Lawrence Kohlberg, pioneer dari teori perkembangan moral, menemukan bahwa moral tumbuh dalam tiga tahap, yaitu : preconventional stage atau tahap pra konvensional. conventional level (tingkatan konvensional). postconventional level (tingkatan postkonvensional) individuPsikologi kejahatan

7. Social Learning TheoryTeori pembelajaran social ini berpendirian bahwa perilaku delinquent dipelajari melalui proses psikologis yang sama sebagaimana semua perlaku nondelinquent. Ada beberapa jalan kita mempelajari tingkah laku : melalui observasi (observation), pengalaman langsung (direct exposure), dan Penguatan yang berbeda (differential reinforcement).

a. Albert Bandura (Observational Learning)

Tokoh utama social learning theory ini berpendapat bahwa individu-individu mempelajari kekerasan dan agresi melalui behavioral modeling : anak belajar bagaimana bertingkah laku melalui peniruan tingkah laku orang lain. Jadi tingkah laku secara social ditransmisikan melalui contoh-contoh yang terutama datang dari keluarga, sub-budaya, dan media massa. Sosiallearning

b. Gerard Patterson (Direct Experience) Patterson

dan kawan-kawan menguji bagaimana agresi dipelajari melalui pengalaman langsung (direct experience).

Sosial learning

c. Ernest Burgess dan Ronald Akers

Burgess dan Akers menggabungkan learning theory dari Bandura yang berdasarkan psikologi dengan teori differential association dari Edwin Sutherland yang berdasarkan sosiologi dan kemudian menghasilkan teori Differential Assosiation-reinforcement. Menurut teori ini berlangsung terusnya tingkah laku criminal tergantung pada apakah ia diberi penghargaan atau diberi hukuman.Sosial learning

TERIMAKASIH