bab ii kajiapn pustaka 2.1 peran 2.1.1 definisi...

33
13 BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa ada cara-cara yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan bagaimana masyarakat diperintah dan bagaimana perintah-perintah ini mempengaruhi perilaku individu dalam masyarakat. Karena teori peran menggap bahwa struktur sosial menghambat anggota masyarakat, yang memberinya hak dan kewajiban. Maka ini akan mendukung secara langsung terhadap bentuk interaksi dan sifat komunikasi mereka. 11 Arti penting sosiologi dari peran ialah bahwa peran memaparkan apa yang diharapkan dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat menjalankan peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk membentuk sesuatu yang dinamakan masyarakat. Sebagaimana telah dikemukan oleh Shakespear, peran orang menyediakan mereka “jalan masuk” dan “jalan keluar” dipentas kehidupan. Singkatnya, peran sangat efektif untuk mengekang orang mengatakan kepada mereka kapan mereka harus “masuk” dan kapan mereka harus “keluar”, maupun apa yang harus dilakukan di antaranya. 12 11 Nina W. Syam. Sosiologi Komunikasi, (Bandung : 2009), hal. 135. 12 M. James Henslin. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: 2007), hal. 95.

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

13

BAB II

KAJIAPN PUSTAKA

2.1 Peran

2.1.1 Definisi Peran

Teori peran klasik mengatakan bahwa ada cara-cara yang dapat

dilakukan yang dapat dilakukan bagaimana masyarakat diperintah dan

bagaimana perintah-perintah ini mempengaruhi perilaku individu dalam

masyarakat. Karena teori peran menggap bahwa struktur sosial

menghambat anggota masyarakat, yang memberinya hak dan

kewajiban. Maka ini akan mendukung secara langsung terhadap bentuk

interaksi dan sifat komunikasi mereka.11

Arti penting sosiologi dari peran ialah bahwa peran memaparkan

apa yang diharapkan dari orang. Ketika individu di seluruh masyarakat

menjalankan peran mereka, peran tersebut saling bertaut untuk

membentuk sesuatu yang dinamakan masyarakat. Sebagaimana telah

dikemukan oleh Shakespear, peran orang menyediakan mereka “jalan

masuk” dan “jalan keluar” dipentas kehidupan. Singkatnya, peran

sangat efektif untuk mengekang orang mengatakan kepada mereka

kapan mereka harus “masuk” dan kapan mereka harus “keluar”,

maupun apa yang harus dilakukan di antaranya.12

11 Nina W. Syam. Sosiologi Komunikasi, (Bandung : 2009), hal. 135.

12 M. James Henslin. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: 2007), hal. 95.

Page 2: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah

seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat13

Pengertian lain peran menurut Soeryono Soenkanto, peran dapat

dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.14

Dalam teorinya Biddle dan Thomas di kutip dari buku Sarlito

Wirawan Sarwono, membagi peristilahan dalam teori peran empat

golongan, yaitu istilah-istilah yang menyangkut:15

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.

d. Kaitan antara orang dan perilaku.

2.1.2 Macam-macam peran

a. Macam-macam peran (atas dasar pelaksanaannya):

1) Peran yang diharapkan

Contoh : hakim, diplomatik, protokoler, dan lain-lain.

2) Peran yang disesuaikan

Peran yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi

setempat. Peran ini sifatnya lebih luwes.

13

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hal. 667. 14

Suryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: 1988), hal. 667. 15

Sarlito Wirawan Sarwono. Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: 1984), hal. 234.

Page 3: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

15

b. Macam-macam peran (atas dasar cara memperolehnya):

1) Peran bawaan (ascribed roles)

Peran yang diperoleh secara otomatis tanpa melalui usaha.

Contoh : peran ayah, peran ibu.

2) Peran pilihan (achieved roles)

Peran yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri.

Contoh : seseorang yang memutuskan untuk kuliah.

3) Penyebab terjadinya Stratifikasi Sosial.

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada

individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai

berikut:

a) Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

b) Peranan tersebut seyogyanya diletakan pada individu-individu

yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya.

Mereka harus terlebih dahulu berlatih dan mempunyai hasrat

untuk melaksanakannya.

c) Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu

yang tidak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana

diharapkan oleh masyarakat karena mungkin pelaksanaannya

memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingsn pribadi

yang terlalu banyak.

Page 4: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

16

d) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan

peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan

peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat

betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang

tersebut.16

2.2 Sekilas Tentang Aisyiyah

Berdirinya Aisyiyah tidak lepas dari peran Siti Walidah. Beliau telah

merintis sejak masa gadis dengan mengadakan kegiatan pengajian yang

diawali dari ayah beliau, K.H. Muhammad Fadhil. Sejak kecil ia melihat

ayahnya sangat memperhatikan anaknya meskipun perempuan, sehingga

tertanam dalam dirinya ajaran Islam yang diamalkan orang tuanya.

Setelah beliau menikah dengan Darwis (nama kecil Ahmad Dahlan),

pandangannya ternyata sejalan dengan suaminya. Diadakanlah upaya

mendidik laki-laki dan perempuan kemudian mendirikan sekolah-sekolah

yang terus berkembang. Hingga saat ini jumlah sekolah yang khusus

dikelola Aisyiyah mencapai 2500 lebih dari seluruh Indonesia. Sekalipun

sekolah yang dikelolah Aisyiyah lebih kepada perpanjangan tugas dan peran

domestic seorang perempuan.

Oraganisasi yang didirikan semula bernama Sopo Tresno, kemudian

diganti dengan nama Aisyiyah. Aisyiyah semula merupakan bagian dari

Muhammadiyah dengan pengurus yang dipilih oleh beberapa tokoh

16

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : 2012), hal. 216.

Page 5: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

17

Muhammadiyah di samping Nyi Ahmad Dahlan sendiri. Aisyiyah

diresmikan menjadi sebuah organisasi tahun 1917 dan Siti Walidah tidak

menjadi pengurus namun menjadi penasehat dan guru bagi anggota-

anggotanya.

Pemahaman Siti Walidah tentang ajaran Islam yang meletakkan

posisi istri sebagai manusia yang dinilai Allah swt. Sama dengan laki-laki,

menimbulkan ketidak-sepakatan terhadap ungkapan yang menyatakan

bahwa perempuan dipandang sebagai “konco wingking” atau teman di

belakang, karena itu dia tetap berkeyakinan bahwa perempuan perlu

ditingkatkan ilmu pengetahuannya dan perlu dibekali keterampilan berperan

sebagai ibu, sebagai istri dan sebagai warga negara dengan cara mendorong

para perempuan untuk terus maju dan menyadari akan hak-hak mereka

sebagai manusia, baik sebagai perempuan, istri dan sebagai warga negara.

Menurut Siti Walidah, masyarakat Indonesia pada saat itu, termasuk

musliam, berada dalam kondisi hidup yang sangat menyedihkan, seperti

terbelakang dalam ilmu pengetahuan, serta terbelenggu kemiskinan dan

kebodohan sebagai akibat penjajahan Belanda. Upaya yang telah dirintis

sejak masa gadisnya yaitu mendidik teman-teman sebaya dan tetangga

mendapat dukungan suaminya, K.H. Ahmad Dahlan.

Nama Aisyiyah dipandang lebih tepat bagi gerakan wanita ini karena

didasari pertimbangan bahawa perjuangan wanita yang akan digulirkan ini

diharapkan dapat meniru perjuangan Aisyiyah, isteri Nabi Muhammad,

yang selalu membantu Rusulullah dalam berdakwah. Peresmian Aisyiyah

Page 6: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

18

dilaksanakan bersamaan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad pada

tanggal 27 rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M. Peringatan Isra’ Mi’raj

tersebut merupakan peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk

pertama kalinya. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi bimbingan

administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya

dibimbing langsung oleh KHA. Dahlan.

Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar

perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta

huruf pertama kali, baik buta huruf arab maupun latin pada tahun 1923.

Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu-ibu

rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan

dan peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik.

Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk

organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi

wanita pada tahun 1928. Dalam hal ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi

wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari

belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama

Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres

Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan

bangsa dapat dilakukan secara terpadu.

Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya

sebagai organisasi wanita modern. Aisyiyah mengembangkan berbagai

program untuk pembinaan dan pendidikan wanita. Diantara aktivitas

Page 7: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

19

Aisyiyah ialah Siswa Praja Wanita bertugas membina dan mengembangkan

puteri-puteri di luar sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres

Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi

Nasyi’atul Aisyiyah (NA). Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan

Urusan Madrasah bertugas mengurusi sekolah/ madrasah khusus puteri,

Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, khusus

dan asrama, serta Urusan Wal’asri yang mengusahakan beasiswa untuk

siswa yang kurang mampu. Selain itu, Aisyiyah pada tahun 1935 juga

mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk

membangun gedung Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi.

Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami

titik kemajuan yang sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan

(PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-

sekolah puteri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan

Pengajaran pun didikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga

mendirikan Biro Konsultasi Keluarga dan advokasi.

Aisyiyah, organisasi prempuan persyarikatan Muhammadiyah,

merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang

berazaskan Islam serta bersumber pada Al-Quran dan Assunnah.17

17 Mu’adalah, “Studi Gender dan Anak,” Jurnal, Volume 1 No. 2, (Juli-Desember 2013). hal. 109.

Page 8: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

20

2.3 Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “Keluarga”

adalah : ibu bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang

sangat mendasar di masyarakat.18 Keluarga adalah satauan terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ada tiga

bentuk keluarga yaitu: Nuclear Family (terdiri dari ayah, ibu, dan

anak), Extended Family (terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek, kakek,

paman, atau bibi), dan Blended Family (keluarga inti ditambah dengan

anak dari pernikahan suami/istri sebelumnya).19 Keluarga pada

hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem

sosial yang ada dalam masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga

merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia.

Suasana yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang

baik karena didalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar

berbagai dasar kehidupan bermasyarakat.20

2.3.2 Fungsi-fungsi Keluarga

Berdasarkan pendekatan budaya-budaya fungsi keluarga dapat

diklasifikasi sebagai berikaut:21

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hal. 25. 19

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: 2011), hal. 220. 20

Novi Hendri, Psikologi dan Konseling Keluarga, (Medan: 2012), hal. 11. 21

A Subino Hadisubroto, MA, dkk, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern, (Bandung :1994), hal. 21.

Page 9: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

21

a. Fungsi biologis

Bagi pasangan suami-istri ini untuk memenuhi kebutuhan

seksual dan mendapatkan keturunan.

b. Fungsi edukatif

Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orangtua

menkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan,

sehingga terdapat proses saling belajar diantara anggota

keluarga, dalam situasi ini orangtua menjadi pemegang peran

utama dalam proses pembelajaran anak-anaknya, terutama

dikala mereka belum dewasa kegiatannya bisa melalui asuhan

bimbingan, teladan tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu

perkembangan kepribadian anak yang mencakup ranah, kognisi

dan psikomotorik dan skill.

c. Fungsi Religius

Fungsi religius berkaitan dengan kewajiban orang tua

untuk mengenalkan, membimbing, memberi; teladan melibatkan

anak serta anggota keluarga lainnya mengenahi kaidah-kaidah

agama dan perilaku keagamaan, fungsi ini mengharuskan

orangtua sebagai seorang tokoh inti dan panutan dalam keluarga

untuk menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan

keluarganya.

Page 10: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

22

d. Fungsi protektif

Fungsi protektif (perlindungan) dalam keluarga ialah

untuk menjaga dan memelihara anak serta anggota keluarga

lainnya dari tindakan negatif yang bisa timbul baik dari dalam

maupun dari luar kehidupan keluarga fungsi inipun adalah untuk

menangkal pengaruh kehidupan yang sesat pada saat sekarang

dan masa yang akan datang.

e. Fungsi sosialisasi anak

Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan

anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, dalam

melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung

antara kehidupan anak dengan kehidupan sosial.

Sehingga kehidupan disekitarnya dapat dimengerti dan

pada gilirannya anak dapat berpikir dan berbuat positif terhadap

lingkungannya, lingkungan yang mendukung sosialisasi anak

antara lain tersedianya lembaga-lembaga dan sarana pendidikan

serta keagamaan.

f. Fungsi rekreatif

Fungsi ini tidak harus berbentuk kemewahan, serba

ada, pesta pora, melainkan melalui penciptaaan suasana

kehidupan yang tenang dan harmonis didalam keluarga, suasana

rekratif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya

apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai.

Page 11: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

23

Jauh dari ketegangan batin, pada saat-saat tertentu memberikan

perasaan bebas dari kesibukan sehari-hari, disamping itu, fungsi

rekeatif dapat diciptakan pula didalam rumah tangga, seperti

mengadakan kunjungan sewaktu-waktu ke tempat yang

bermakna bagi keluarga.

g. Fungsi ekonomis

Fungsi ekonomis ini menunjukkan bahwa keluarga

merupakan kesatuan ekonomis, aktivitas dalam fungsi ekonomis

berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinan usaha dan

perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun

pengeluaran biaya keluarga, pelaksanaan fungsi ini dapat

meningkatkan anggota keluarga bersama para anggota keluarga

dalam kegiatan ekonomi, dan gilirannya akan memenuhi

harapan orang tua dan harapan anak.

2.3.3 Hak dan Kewajiban Suami Istri

Islam menjadikan hubungan suami-istri sebagai suatu jalan

yang paling suci dan mulia diantara dua insan, oleh karena itu Islam

banyak sekali memberikan pengarahan dengan menyatakan hak dan

kewajiban masing-masing yang didalamnya diharapkan ialah patuh

suami dan istri maka akan tercapai suatu kehidupan yang harmonis,

tenang rukun dan abadi.

Page 12: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

24

Kewajiban dalam suatu rumah tangga meliputi tiap-tiap

anggota keluarga serta mempunyai kewajiban sendiri-sendiri, namun

hal ini yang menjadi penanggung jawab adalah suami istri, mereka

lebih mempunyai tanggungan yang benar daripada keluarga yang lain.

Hak istri antra lain, keseimbangan didalam hak-hak dan kewajiban-

kewajiban, hak untuk mendapatkan perlakuan yang patut meskipun

suami dalam keadaan tidak senang, berhiasnya suami demi istrinya

dan berbuat baik terhadapnya, hak untuk mendapatkannya bantuan

dalam perkerjaan sehari-hari, hak untuk diperhatikan kritiknya dengan

lapang dada, memejamkan mata atas sebagaian kekurangan istri.22

Seorang istri harus bisa menjaga kehormatan perkawinannya.

Ia harus bisa menjaga suaminya dari hal-hal yang menyebabkan

perasaannya terusik dari wanita lain. Selain itu keduanya juga harus

bisa menjaga kehormatannya dengan orang lain. Dan tidak akan

menceritakan hubungan yang mereka lakukan di kamar tidur baik dari

istri maupun suami. Rasulullah sangat melarang dan membenci keras,

jika ada suami atau istri menceritakan hubungan seks yang mereka

lakukan kepada orang lain, karena itu masalah pribadi dan perbuatan

yang dilakukan oleh suami atau istri tersebut merupakan perbuatan

syetan yang terkutuk yang tidak pantas untuk diperbincangkan dengan

orang lain.23

22

Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung :1994), hal. 128. 23

Fauzi Adhim, Mohammad. Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta: 2000), hal. 324-326.

Page 13: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

25

Kewajiban seorang suami adalah mencari nafkah dan istri

dapat menerimanya atas pemberian nafkah dari suaminya. Merasa

puas pemberian dari Allah merupakan sifat yang mulia yang menjiwai

setiap insan yang sholeh-sholehah. Suami melakukan tugasnya

mencari nafkah untuk anak dan istrinya karena istri yang penurut dan

periwayat Allah itu adalah ibadah, istri berusaha secara keras

mengatur rumah tangganya dengan sempurna. Maka istri itu telah

melakukan ibadah di situlah titik kebahagiaan rumah tangga, yang

masing-masing mempunyai tugas dan kewajiban sendiri bukan secara

paksa.24

Kewajiban suami antara lain, menggauli istri dengan baik,

menjaga, membina dan mengusahakan bertambahnya iman istri,

berlaku adil terhadap istri-istrinya jika istri lebih dari seorang.

Kewajiban istri antara lain, wajib dan taat kepada suami, memelihara

diri, terutama jika suami tidak ada, memimpin rumah tangga.

Kewajiban suami:

a) Memberi nafkah kepada istri, anak dan keluarga yang lainya

b) Mengurus istri dengan baik

c) Menjadi pemimpin keluarga dengan baik

d) Membina dan mendidik istri dan anggota yang lainnya

e) Menyediakan tempat tinggal untuk istrinya

f) Memberi nafkah batin dan menjaga rahasia istri

24

Hadiyah Salim, H.Rumahku Nerakaku, (Bandung : 1993), hal. 71-72.

Page 14: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

26

Kewajiban istri:

a) Membelajakan harta suaminya dengan baik

b) Mengatur rumah tangga dengan baik

c) Mentaati perintah suami

d) Mendidikan dan mengarjari anak-anak dengan baik

e) Bersedia tinggal di tempat yang disiapakan oleh suami

f) Melayani suami dengan baik serta menjaga rahasia suami

Hak dan kewajiban suami istri ibarat sebuah mata rantai yang

tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, saling

keterkaitan, dan saling mempengaruhi, sehingga disinilah dibutuhkan

ketulusannya, keikhlasan, pengertian dan kesabaran dalam

menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing.

2.4 Perceraian

2.4.1 Pengertian Perceraian

Perceraian berasal dari kata dasar cerai, yang berarti putus

hubungan sebagai suami dan istri. Menurut bahasa perceraian adalah

perpisahan antara suami dan istrinya. Perceraian menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia berasal dari kata cerai, yang berarti pisah, putus

hubungan sebagai suami istri.25 Menurut pokok-pokok hukum perdata

bahwa perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan

25

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hal. 164.

Page 15: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

27

Hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan.26 Menurut

Ensiklopedi Islam Indonesia talak diartikan sebagai pemutusan ikatan

perkawinan yang dilakukan oleh suami terhadap istri secara sepihak

dengan menggunakan lafal talak atau seumpamanya.27

Perceraian merupakan bagian dari perkawinan. Oleh karena itu

perceraian diartikan, berakhirnya ikatan atau status sebagai suami istri

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah melakukan

ijab kabul (perkawinan) berdasarkan putusan pengadilan.28

Dalam hukum Belanda, perceraian dikenal sebagai salah satu

penyebab bubarnya perkawinan. Hal ini sebagaimana tercancum dalam

pasal 199 BW (Burgerlijk Wetbook) Dalam pasal 199 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetbook) disebutkan perkawinan

dapat bubar karena:

a. Kematian salah satu pihak,

b. Keadaan tidak hadirnya suami atau istri selama 10 tahun diikuti

perkawinan baru si istri atau suami setelah mendapat izin dari

Hakim,

c. Karena Putusan Hakim setelah adanya perpisahan meja dan

ranjang, serta pembuktian bubarnya perkawinan dalam register

catatan sipil,

26

Subekti, pokok-pokok Hukum Perdata,( Jakarta: 1987), hal. 42. 27

Dapartemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: 1987), hal. 940. 28 Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: 2003), hal. 149.

Page 16: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

28

d. Perceraian.29

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Kompilasi Hukum

Islam Indonesia sebagai bentuk mempositifkan Hukum Islam

mengklasifikasi penyebab terjadinya perceraian:

a. Kematian salah satu pihak,

b. Perceraian karena talak dan perceraian karena gugat,

c. Keputusan Pengadilan.30

Agama Islam adalah agama yang sangat toleran dalam

menentukan suatu permasalahan yaitu berupa permasalahan dalam

perkawinan. Setiap pasangan memilki hak yang sama dalam

menentukan keharmonisan rumah tangganya. Apabila terjadi

perselisihan terus menerus dan tidak ada kecocokan lagi dalam

mengarungibahtera rumah tangga baik yang dirasakan oleh suami atau

istri dapat mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama.

Kata perceraian adalah terjemah dari bahasa arab “Thalaqa-

Yathlaqu-Thalaaqan” yang yang artinya lepas dari ikatan, berpisah,

menceraikan, pembebasan.31Secara garis besar, talak adalah suatu

perbuatan yang dilakukan oleh suami untuk memutuskan atau

menghentikan berlangsungnya suatu perkawinan. Talak merupakan

29Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetbook), pasal 199. 30

Kompilasi Hukum Islam. 31

Ahmad Warsono Munawir, Almunawir Kamus Besar Indonesia, (Surabaya: 1997), hal. 681.

Page 17: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

29

hak cerai suami terhadap istrinya, talak dapat dilakukan apabila suami

maupun istri merasa sudah tidak dapat lagi mempertahankan

perkawinannya tersebut. Sebaliknya, gugatan cearai dapat pula

diajukan oleh istri kepada suaminya dengan alasan-alasan yang telah

diatur dalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam.32

Pada masa silam, memang talak merupakan hak preogatif

(hak luar biasa tentang hukum) bagi suami. Namun, kini istri juga

mempunyai hak yang serupa dengan suami. Dalam hal ini, bukan

hanya suami yang mempunyai hak untuk memutuskan tali perkawinan.

Namun islam juga memberikan hak kepada istri untuk memutus tali

perkawinan dengan mengajukan gugatan cerai kepada suami dan istri

memberikan semacam ganti rugi untuk menebus dirinya agar suami

bersedia menjatuhkan talak kepadanya. Dalam Islam, perceraian

semacam ini disebut dengan khulu‟.

Perceraian dalam Islam adalah sesuatu perbuatan halal yang

mempunyai prinsip dilarang oleh Allah SWT. Berdasarkan hadist Nabi

Muhammad SAW, sebagai berikut:

32

Kompilasi Hukum Islam, Pasal 116.

Page 18: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

30

‍عمر‍.‍٨٩٠١ ‍ابن ‍م‍ه‍ن‍ع‍‍الل‍‍ي‍رض‍‍عن ‍‍قال‍‍:‍قال‍ا صلى���

‍وسل�م‍ ‍‍عليو ‍ابىداود ‍)رواه ‍ال�ط�ق ‍إلى�� ‍ل ‍الح� :أبغض

‍و‍ ماجو ‍ ‍ص‍وابن 33(و‍ال‍س‍ر‍ا‍‍م ‍ات‍ح‍ى‍ب‍ا‍‍ح‍ج�‍ر‍و‍،‍الحاكم‍‍و‍ح‍ح

Artinya: 1098. Dari Ibnu Umar Radhiyallahu „anhu dia berkata:

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam Bersabda: “Perkara

halal yang dibenci oleh Allah ialah cerai”. (Riwayat Abu

Dawud, dan Ibn Majah, Hadis sahih menurut Hakim. Hadis

mursal menurut tarjih Abu Hatim)

Berdasarkan hadist tersebut, bisa diketahui bahwa perceraian

merupakan alternatif terakhir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh

suami istri bila ikatan perkawinan tidak dapat dipertahankan ke utuhan

dan kelanjutannya. Sifat alternatif tersebut dimaksud, berarti sudah

ditempuh berbagai cara dan teknik untuk mencapai kedamaian di

antara kedua belah pihak, baik melalui hakam (arbitrator) dari kedua

belah pihak maupun langkah-langkah dan teknik yang diajarkan oleh

al-Quran dan al-Hadist.34

2.4.2 Alasan Perceraian

Setiap perceraian yang terjadi tentu didasari atau

dilatarbelakangi dengan berbagai permasalahan yang terjadi dalam 33Al Hafid Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, Terj. M. Ali (Surabaya : 2012), hal.490. 34

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: 2006), hal.73.

Page 19: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

31

perkawinan. Perceraian yang tanpa alasan adalah perceraian yang

hukumnya haram. Dalam fikih tidak disebutkan terperinci tentang

alasan-alasan yang menyebabkan perceraian, akan tetapi dijelaskan

tentang beberapa tindakan yang bisa menyebabkan perceraian seperti

syiqaq, nusyuz, zhihar, li‟an, dan ila‟. Pengajuan gugatan perceraian

kepengadilan harus disertai dengan alasan-alasan yang cukup sesuai

dengan alasan-alasan yang telah ditentukan dalam Undang-undang

Perkawinan.35 Alasan perceraian menurut Hukum Perdata, hanya

dapat terjadi berdasarkan alasan-alasan yang ditentukan Undang-

undang dan harus dilakukan di depan sidang pengadilan.36 Alasan

terjadinya perceraian berdasarkan pasal 19 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 adalah:37

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,

pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar

disembuhkan.

b. Salah satu pihak (suami istri) menggalkan pihak lain selama 2

(dua) tahun yang sah terkait dengan kewajiban memberikan

nafkah lahir dan batin.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman selama 5 (lima) tahun

atau yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

35

Kompilasi Hukum Islam, hal. 15. 36

Yahya harahap, Beberapa permasalahan Hukum Acara pada Peradilan Agama, (Jakarta: 1975), hal.133. 37

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 , Pasal 19, hal.40.

Page 20: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

32

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

berat yang dapat membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami istri.

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran, serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga.

Dalam Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan disebut, bahwa putusnya perkawinan dapat terjadi

karena salah satu pihak meninggal dunia, karena perceraian dan

karena adanya putusan pengadilan. Kemudian dalam Pasal 39 ayat (2)

ditentukan bahwa untuk melaksanakan perceraian harus cukup alasan

yaitu antara suami istri tidak akan hidup sebagai suami istri.38

Berdasarkan apa yang telah ditentukan dalam Pasal 19 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Maka dapat disimpulkan bahwa

perceraian tidak dapat dilakukan dengan sesuka hati.

Dengan demekian perceraian hanya dapat dilakukan apabila

telah memenuhi rumusan yang ditentukan dalam Pasal 19 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Dengan kata lain Pengaturan

tersebut sesuai dengan asas dasar perkawinan yang mempersulit

adanya perceraian.

38

Undang-undang, No1, Tahun 1974, tentang Perkawinan, pasal 38, hal. 15.

Page 21: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

33

Dengan melihat ketentuan mengenai alasan-alasan perceraian

seperti tersebut di atas, di samping itu adanya kententuan bahwa

perceraian itu harus dilakukan di depan sidang Pengadilan, maka

dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya pada asasnya walaupun

perceraian dalam perkawinan itu tidak dilarang. Namun seseorang

tidak boleh begitu saja memutuskan hubungan perkawinan tanpa

alasan yang kuat. Jadi pada dasarnya, Undang-Undang Perkawinan

mempersulit terjadinya perceraian. Hal ini sesuai dengan tujuan

perkawinan yang menentukan bahwa perkawinan itu pada dasarnya

adalah untuk selama-lamanya.39

2.4.3 Akibat Perceraian

Apabila hubungan perkawinan putus antara suami dan istri

dalam segala bentuk, maka akibat hukum yang berlaku sesudahnya

adalah:40

a) Hubungan antara keduanya harus berpisah dan tidak boleh

bergaul sebagai suami istri sebagaimana yang berlaku selama

menjadi pasangan suami istri. Putusnya perkawinan diantara

keduanya mengambalikan status halal menjadi haram

berhubungan suami istri.

b) Keharusan memberi mut‟ah, yaitu pemberian suami kepada

istri yang diceraikannya sebagai suatu kompensasi. Hal ini

39

Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975, pasal 19, hal.40. 40

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: 2009), hal.301.

Page 22: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

34

berbeda dengan mut‟ah sebagai pengganti mahar bila istri

dicerai sebelum digauli dan sebelumnya jumlah mahar tidak

ditentukan. Dalam hal ini suami tidak wajib memberi mahar,

namun diimbangi dengan suatu pemberian yang bernama

Pmut‟ah.

c) Bagi istri yang putus hubungan perkawinan dengan suami baik

karena ditalak atau karena ditinggal mati oleh suaminya,

mempunyai akibat hukum yaitu masalah iddah. Kewajiban ber-

iddah merupakan perintah Allah yang dibebankan kepada

bekas istri yang telah dicerai baik dia (istri) orang yang

merdeka maupun hamba sahaya untuk melaksanakannya

sebagai manifestasi ketaatan kepada-Nya. Sehingga dapat

dipahami bahwa iddah merupakan kewajiban seorang istri

setelah ditalak oleh suaminya.

d) Pemeliharaan terhadap anak atau hadanah. Keharusan untuk

memelihara anak ini berlaku meskipun suami istri sudah putus

hubungan perkawinnya. Adapun pemeliharan anak erat

kaitannya dengan pemberian nafkah anak. Dalam sebuah

keluarga yang berkewajiban memberi nafkah adalah seorang

suami. Pemberian nafkah dari seorang suami tak hanya

sewaktu dia menjadi istri sahnya dan terhadap anak-anak dari

istri itu, suami wajib menafkahinya bahkan setelah perceraian.

Bahkan dalam hukum positif yang berlaku di indonesia telah

Page 23: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

35

dimuat pula Undang-Undang yang menjelaskan tentang

diharuskannya suami menanggung nafkah dan biaya hidup istri

dan anak-anaknya pasca perceraian. Ketentuan tersebut

termuat dalam pasal 41 UU No.1 Tahun 1974, yaitu:

a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memmelihra

dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan

kepentingan anak; bilamana ada perselihan mengenai

penguasaan anak pengadilan memberi keputusannya.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya

pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu;

bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat

memberi kewajiban tersebut pengadilan dapat

menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami

untuk memberi biaya penghidupan dan/atau

menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri.41

2.5 Mediasi

2.5.1 Pengertian Mediasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediasi diartikan

sebagai proses pengikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu

41

Undang-undang, No1, Tahun 1974, tentang Perkawinan, pasal 41, hal. 15

Page 24: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

36

perselisihan sebagai penasehat.42 Secara etimologi istilah mediasi

berasal dari bahasa latin mediare yang berarti berada di tengah. Makna

ini menujukan pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai

mediator dalam menjalankan tugasnya mencegahi dan menyelesaikan

sengketa antara pihak. Berada di tengah juga bermakna mediator harus

berada pada posisi netral dan tidak meminak dalam menyelasikan

sengketa. Ia harus mampu mengaja kepentingan para pihak yang

bersengketa secara adil dan sama, sehingga menimbulkan kepercayaan

(trust) dari para pihak yang bersengketa.43

2.5.2 Pengertian Mediator

Mediator adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian

sengketa para pihak, yang mana ia tidak melakukan intervensi

terhadap pengambilan keputusan. Mediator menjembatani pertemuan

para pihak, melakukan negoisasi, mengaja dan mengontrol proses

negoisasi, menawarkan alternatif solusi dan secara bersama-sama para

pihak merumuskan kesepakatan penyelesaian sengketa.44

Pengertian mediator, disebutkan dalam pasal 1 butir 5,

yaitu:”mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak,

42

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1996), hal. 174. 43

Syahrizal Abbas, Mediasi: Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional, (Jakarta:2009), hal .8. 44

Ibid, hal. 59.

Page 25: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

37

yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa”.45

fungsi-fungsi mediator dalam sebuah proses perundingan

sebagai berikut:46

1. Memperbaiki komunikasi di antara pihak.

2. Memperbaiki sikap para pihak atau kuasa hukumnya tentang

proses perundingan.

3. Menanamkan sikap realistis kepada pihak yang merasa situasi

atau kedudukannya tidak menguntungkan.

4. Mengajukan usulan-usulan yang belum diidentifikasi oleh para

pihak.

2.5.3 Jenis-jenis Mediasi

Terdapat dua jenis mediasi, yaitu mediasi yang dilakukan di

luar pengadilan (non litigasi) dan mediasi yang dilakukan didalam

pengadilan (litigasi) atau yang dikenal dengan court connected

mediation.47

1) Mediasi di luar Pengadilan

Mediasi di luar pengadilan Masyarkat Indonesia

sebenarnya telah mempraktikkan penyelesaian sengketa melalui

45

Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: 2006), hal. 120. 46

Nurmaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, (Jakarta: 2011), hal. 65. 47

Dwi Rezki Sri Astarini, Mediasi Pengadilan, (Bandung : 2013), hal.119.

Page 26: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

38

mediasi. Mediatornya adalah para tokoh adat, ulama, dan tokoh

masyarkat yang berwibawa dan dipercaya.

2) Mediasi yang dilakukan didalam Pengadilan

Mediasi pengadilan di banyak negara merupakan

bagian dari proses litigasi. Hakim meminta para pihak untuk

mengusahakan penyelesaian sengketa mereka dengan

menggunakan proses mediasi sebelum proses pengadilan

berlanjut. Inilah yang disebut dengan mediasi di pengadilan.

Dalam mediasi ini, seorang hakim atau seorang ahli yang

ditunjuk oleh para pihak untuk bertindak sebagai mediator.

Dari segi kekuatan hukumnya, mediasi di pengadilan

dan diluar pengadilan berbeda. Pada mediasi pengadilan, jika

para pihak telah terjadi kesepakatan perdamaian maka para

pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara

tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditanda tangani oleh para

pihak dan mediator. Kesepakatan tersebut kemudian dapat

dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian. Akta perdamaian

yang telah disepakati oleh para pihak dalam mediasi pengadilan,

disamakan kedudukannya dengan putusan Hakim yang telah

berkekuatan hukum tetap (inkract van gewijsde) dan juga tidak

diizinkan para pihak menggunakan upaya hukum. Sebaliknya

pada mediasi di luar pengadilan, jika para pihak telah terjadi

kesepakatan, maka hasilnya hanya berupa kontrak (perjanjian)

Page 27: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

39

namun belum berkekuatan hukum tetap. Apabila salah satu

pihak tersebut melanggar maka pihak lain harus melakukan

gugatan hukum untuk pelaksanaan kontrak tersebut sehingga

pihak yang dirugikan boleh mengajukan gugatan di pengadilan

terkait pelanggaran kontrak yang telah disetujui.

Adapun hasil kesepakatan yang dilakukan diluar

pengadilan belum berkekuatan hukum tetap, maka para pihak

boleh mengajukan ke pengadilan agar mengeuatkan kesepakatan

tersebut dalam bentuk akta perdamaian. Namun perlu dicatat

bahwa perkara yang boleh diajukan adalah perkara yang belum

diajukan gugatan ke pengadilan namun telah berhasil

menyelesaikan masalah melalui mediator diluar pengadilan.

Berikut adalah caranya yakni salah satu pihak diantara mereka

terlebih dahulu mengajukan gugatan terhadap pihak lainnya.

Dan dalam berkas gugatan tersebut disertakan pula kesepakatan

perdamaian, disamping dilampiri dokumen-dokumen yang

membuktikan adanya hubungan hukum para pihak dengan

obyek sengketa. Selanjutnya hakim memeriksa perkara

dihadapan para pihak akan menguatakan kesepakatan

perdamaian dalam bentuk akta perdamaian, apabila kesepakatan

tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sesuai kehendak para pihak

b. Tidak bertentangan dengan hukum

Page 28: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

40

c. Tidak merugikan pihak ketiga

d. Dapat dieksekusi

e. Dengan iktikad baik

Apabila syarat-syarat diatas dipenuhi maka akta

perdamaian tersebut telah berkekuatan hukum tetap dan

memiliki kekuatan eksekutorial.48

2.5.4 Manfaat Mediasi

Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi sangat dirasakan

manfaatnya, karena pihak telah mencapai kesepakatan yang

mengakhiri persengketaan mereka secara adil dan saling

menguntungkan. Mediasi dapat memberikan sejumalah keuntungan

antara lain:

a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat

relatif murah di bandingkan dengan membawa perselisihan

tersebut ke pengadilan atau ke lembaga arbitrase.

b. Mediasi akan memfokuskan perhatikan para pihak pada

kepentingan mereka secara nyata dan pada kebutuhan emosi

atau psikologi mereka, sehingga mediasi bukan hanya bertuju

pada ahak-hak hukumnya.

48

Henny Mono, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Mediasi, (Malang : 2014), hal. 98.

Page 29: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

41

c. Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk

berpartisipasi secara langsung dan secara informal dalam

menyelesaikan perselisihan mereka.

d. Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan

kontrol terhadap proses dan hasilnya.

e. Mediasi dapat mengubah hasil yang dalam litigasi dan

arbitrase sulit diprediksi, dengan suatu kepastian melalui suatu

konsensus.

f. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu

menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara pihak

yang bersengketa karena karena mereka sendiri yang

memutuskan.

g. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang

hampir selalu mengiringi setaiap putusan yang bersifat

memaksa yang dijatuhkan oleh hakim di pengadilan atau

arbiter pada lembaga arbitrase.49

2.5.5 Tahapan Mediasi

Ada beberapa tahapan mediasi secara umum, yaitu:

a. Tahap pendahuluan (preliminary)

49

Ibid, hal. 25.

Page 30: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

42

1) Di butuhkan satu proses “pemahaman” yang cukup sebelum

suatu proses mediasi dimulai, misalnya: apa yang menjadi

sengketa?

2) Konsultasi dengan para pihak tentang tempat dan waktu

mediasi identik pihak yanghadir, aturan tempat duduk, dan

sebagainya.

b. Sambutan Mediator

1) Menerangkan urutan kejadian.

2) Menyakinkan para pihak yang masih ragu.

3) Menerangkan peran mediator dan para pihak.

4) Menegaskan bahwa para pihak yang bersengketalah yang

“berwenang” untuk mengambil keputusan.

5) Menyusun aturan dasar dalam menjalankan tahapan.

6) Memberi kesempatan mediator untuk membangun

kepercayaan dan menunjukkan kendali atas proses.

7) Mengonfirmasi komitmen para pihak terhadap proses.

c. Presentasi para pihak

1) Setiap pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan

permasalahannya kepada mediator secara bergantian.

2) Tujuan dari persentasi ini adalah untuk memberikan

kesempatan kepada para pihak untuk mendengar sejak dini,

dan juga memberi kesempatan setiap pihak mendengarkan

permasalahan dari pihak lainnya secara langsung.

Page 31: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

43

3) Who first? Who decides?

d. Identifikasi Hal-Hal yang Sudah Disepakati

Salah satu peran yang penting bagi mediator adalah

mengidentifikasi maslah yang telah disepakati anatara para pihak

sebagai landasan untuk melanjutkan proses negoisasi.

e. Mengidentifikasi dan Mengurutkan Permasalahan

Mediator perlu membuat suatu “stuktur” dalam pertemuan

mediasi yang meliputi masalah-masalah yang sedang

diperselisihkan dan sedang berkembang. Dikonsultasikan dengan

para pihak, sehingga tersusun “daftar permasalahan” menjadi

suatu agenda.

f. Negosiasi dan Pembuatan keputusan

1) Tahap negoisasi yang biasanya merupakan waktu alokasi

terbesar.

2) Dalam model klasik (Directing the traffic), mediator berperan

untuk menjaga urutan, struktur, mencatat kesepahaman,

reframe dan meringkas, dan sekali-kali mengintervensikan

membantu proses komunikasi.

3) Pada model yang lain (Driving the bus), mediator mengatur

arah pembicaraan, terlibat dengan mengajukan pertanyaan

kepada para pihak dan wakilnya.

g. Pertemuan Terpisah

Page 32: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

44

1) Untuk menggali permasalahan yang belum terungkap dan

dianggap penting guna tercapainya kesepakatan.

2) Untuk memberikan suasana dinamis pada proses negoisasi

bilamana ditemui jalan buntu.

3) Menjalankan tes realitas terhadap para pihak.

4) Untuk menghindarkan kecenderungan mempertahankan

pendapat para pihak pada join sessions.

5) Untuk mengingkan kembali atas hal-hal yang telah dicapai

dalam proses ini dan mempertimbangkan akibat bila tidak

tercapai kesepakatan.

h. Pembuatan Keputusan Akhir

1) Para pihak dikumpulkan kembali guna mengadakan negoisasi

akhir, dan menyelesaikan beberapa hal dengan lebih rinci.

2) Mediator berparan untuk memastikan bahwa seluruh

permasalahan telah dibahas, di mana para pihak merasa puas

dengan hasil akhir.

i. Mencatat Keputusan

1) Pada kebanyakan mediasi, perjanjian akan dituangkan ke

dalam tulisan, dan ini bahkan menjadi suatu persyaratan

dalam kontrak mediasi.

2) Pada kebanyakan kasus, cukup pokok-pokok kesepakatan

yang ditulis dan ditandatangani, untuk kemudian

Page 33: BAB II KAJIAPN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Definisi Peraneprints.umm.ac.id/44432/3/jiptummpp-gdl-hairulumam-51915-3-babii.… · 2.1.1 Definisi Peran Teori peran klasik mengatakan bahwa

45

disempurnakan oleh pihak pengacara hingga menjadi suatu

kesepakatan akhir.

3) Pada kasus lainnya yang tidak terlalu kompleks, perjanjian

final dapat langsung.

j. Kata Penutup

1) Mediator biasanya memberikan ucapan penutup sebelum

mengakhiri mediasi.

2) Ini dilakukan untuk memberikan penjelasan kepada para

pihak atas apa yang telah mereka capai, menyakinkan mereka

bahwa hasil tersebut merupakan keputusan mereka sendiri,

serta mengingatkan tentang hal apa yang perlu dilakukan di

masa mendatanng.

3) Mengakhiri mediasi secara “formal”.50

50

Ibid, hal. 69.