bab ii landasan teori 2.1 motivasi belajar 2.1.1...

32
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi, maka banyak ahli yang mendefinisikan apa arti dari motivasi, bagaimana mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang dicapai anak, dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga meningkatkan motivasi tersebut Kata Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Ide tentang pergerakan ini tercermin dalam ide-ide (common sense) mengenai motivasi, seperti sebagai sesuatu yang membuat kita memulai pengerjaan tugas, menjaga diri kita tetap mengerjakannya dan membantu diri kita menyelesaikannya (Schunk, 2012) .Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelas keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, dalam Schunk 2012). Motivasi adalah proses memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Motivasi dapat

Upload: phungnga

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan

anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi, maka banyak ahli yang

mendefinisikan apa arti dari motivasi, bagaimana mengembangkan motivasi,

apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang dicapai anak,

dan bagaimana pendidik dalam memberikan penghargaan hingga meningkatkan

motivasi tersebut

Kata Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

bergerak (move). Ide tentang pergerakan ini tercermin dalam ide-ide (common

sense) mengenai motivasi, seperti sebagai sesuatu yang membuat kita memulai

pengerjaan tugas, menjaga diri kita tetap mengerjakannya dan membantu diri kita

menyelesaikannya (Schunk, 2012) .Motivasi menjelaskan apa yang membuat

orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu

mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi

digunakan untuk menjelas keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan),

intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan dan penyelesaian atau prestasi yang

sesungguhnya (Pintrich, dalam Schunk 2012). Motivasi adalah proses

memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Motivasi dapat

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

9

9memengaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita belajar, dan bagaimana cara kita

belajar (Schunk, 1995). Anak yang termotivasi memelajari suatu topik cenderung

melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang diyakininya akan membantu dirinya

belajar belajar, seperti memperhatikan pelajaran secara seksama, secara mental

mengorganisasikan dan menghafal materi yang harus dipelajari, mencatat untuk

memfasilitasi aktivitas belajar berikutnya, memeriksa level pemahamannya dan

meminta bantuan ketika dirinya tidak memahami materi tersebut. Selain itu, anak

juga memiliki keterlibatan yang lebih banyak dalam aktivitas belajarnya, rasa

ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan materi,

mau berusaha ekstra untuk menyelesaikan tugas-tugas, dan ada rasa senang ketika

mau belajar. Motivasi belajar adalah suatu hubungan resiprokal dengan

pemelajaran dan kinerja: yakni, motivasi memengaruhi pemelajaran dan kinerja,

dan hal-hal yang dilakukan dan dipelajari oleh murid memengaruhi motivasinya

(Pintrich, 2003; Schunk 1995)

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah

aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.

Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategis yang

berkaitan dalam mencapai ntujuan belajar tersebut (Pintrich, dalam Schunk 2012 :

142)

2.1.2 Macam-macam Motivasi

Dilihal dari sumbernya Meece (dalam Schunk, 2012) mengemukakan

terdapat 2 jenis motivasi yaitu :

a) Motivasi Intrinsik

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

10

Motivasi intrinsik mengacu pada motivasi melibatkan diri dalam

sebuah aktivitas karena adanya dorongan dalam dirinya untuk melakukan

tanpa diminta oleh orang lain. Individu-individu yang termotivasi secara

intrinsik mengerjakan tugas-tugas karena mereka mendapati bahwa tugas

tersebut bukanlah sebuah beban akan tetapi merupakan sebuah hal yang

menyenangkan. Terdapat dua motivasi intrinsik yaitu :

1. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal

Pengalaman yang optimal kebanyakan terjadi ketika orang

merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu

aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap

tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

2. Motivasi Intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal

Murid ingin percaya bahwa mereka melalukan sesuatu

karena kemauannya sendiri, bukan karena kesuksesan atau

imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika

mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil

tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.

b) Motivasi Ekstrinsik,

Motivasi Ektrinsik adalah motivasi melibatkan diri dalam sebuah

aktivitas sebagai suatu cara mencapai sebuah tujuan. Rangsangan dari luar

itu berupa reward atau punishmen. Misalnya seseorang belajar karena akan

ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga dipuji

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

11

oleh guru dan temannya atau mendapatkan reward yang dijanjikan oleh

orang tuanya apabila ujiannya mendapatkan nilai yang baik.

2.1.3 Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat beberapa aspek dalam motivasi, menurut Schunk (1995:65).

antara lain yaitu :

a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

Minat adalah sebuah keinginan, kehendak dan kesukaan yang

dilakukan memang karena dari dalam diri benar-benar suatu hal yang

menyenangkan. Kegiatan yang diminati seseorang terus diperhatikan

dengan rasa senang. Minat dibentuk melalui perhatian dan belajar. Apabila

seseorang memperhatikan sesuatu hal secara sukarela dan cenderung untuk

mengingatnya, maka apa yang diingatnya tersebut merupakan petunjuk

munculnya minat. Maka dari itu minat adalah gejala kejiwaan subjek

terhadap suatu objek yang menunjukan kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan melihat objek tersebut.

b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar

Siswa memiliki semangat, kemauan untuk mengerjakan tugas

dengan maksimal, dan apabila mendapati kesulitan siswa tidak mudah

putus asa ataupun merasa tidak mampu. Akan ada usaha yang akan

dilakukan ketika menghadapi hambatan, seperti halnya bertanya kepada

teman, mencari dari sumber-sumber lain seperti halnya internet, buku

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

12

pedoman lain, ataupun bertanya kepada lingkungan sekitar yang dirasa

mampu untuk memberikan pengajaran.

c. Tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas belajar

Ketika mendapatkan tugas anak lebih memprioritaskan untuk

menyelesaikan tugas-tugasnya terlebih dahulu dibandingkan untuk

kegiatan lainnya karena tanpa ada rasa tanggung jawab anak juga tidak

akan mendapatkan hasil yang maksimal pula. Anak akan tidak akan

mengutamakan tugasnya, lebih bahayanya anak akan merasa biasa apabila

anak belum mengerjakan tugas yang seharusnya mereka selesaikan.

d. Rasa senang dalam mengerjakan tugas dari guru

Bagi siswa tugas dari guru kadang tidak menyenangkan. Hal tersebut

dikarenakan anak merasa bahwa keadaan fisik capek, merasa bahwa

seharusnya waktunya bermain bukan malah mengerjakan tugas. Padahal

dengan adanya tugas yang diberikan, anak diberikan pelajaran untuk

meningkatkan motivasi belajarnya ketika di luar sekolah akan tetapi

banyak yang merasa bahwa ini satu hal yang mengakibatkan anak merasa

tambah beban ketika di luar sekolah.

e. Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru

Proses interaksi antara guru dengan siswa dapat terjadi karena guru

memberikan stimulus dan siswa bereaksi terhadap stimulus yang diberikan

oleh guru. Interaksi aktif antara guru dengan siswa di kelas dapat dilihat

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

13

ketika guru sedang mengajar di kelas, siswa bertanya dan guru menjawab.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi di dalam kelas

dapat dilihat pada saat sesi tanya jawab antara guru dan siswa ketika

terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa untuk membahas materi

pelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek motivasi

belajar adalah tanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas belajar,

semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajar, minat dan

perhatian siswa terhadap mata pelajaran, rasa senang dalam mengerjakan

tugas dari guru, serta reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang

diberikan guru.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut

Zimmerman (dalam Schunk 2012: 158) ada enam faktor yaitu: 1) sikap, 2)

kebutuhan, 3) rangsangan, 4) afeksi, 5) kompetensi, 6) penguatan. Berikut

adalah penjelasan dari masing-masing faktor yaitu:

a. Sikap

Sikap mempengaruhi motivasi karena respon yang dihasilkan oleh

sikap akan memberi pengaruh terhadap tujuan perilaku. Respon yang

ditimbulkan sikap, baik menyenangkan ataupun tidak menyenangkan

terhadap suatu objek akan mempengaruhi arah motivasi terhadap objek

tersebut. Salah satu contoh kasusnya adalah apabila seorang siswa

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

14

memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran matematika, sebagai

hasil dari sikap tersebut siswa memiliki respon menyenangkan terhadap

mata pelajaran tersebut sehingga ia memiliki tujuan untuk menguasai

mata pelajaran tersebut. Sebagai hasilnya akhirnya siswa memiliki

motivasi untuk mempelajari matematika. Akan tetapi apabila

sebaliknya siswa tetap tidak akan memiliki sikap positif terhadap mata

pelajaran matematika karena siswa tersebut tidak memiliki sikap yang

positif sehingga tidak aka nada niatan untuk berusaha belajar mata

pelajaran matematika.

b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai

kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.

Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar

peluangnya untuk mengatasi perasaan yang menekan di dalam

memenuhi kebutuhannya. Tekanan ini dapat diterjemahkan ke dalam

suatu keinginan ketika individu menyadari adanya perasaan dan

berkeinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila siswa

membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka

cenderung sangat termotivasi. Apabila kebutuhan yang paling rendah

telah relatif terpenuhi setelah itu baru muncul motivasi untuk memenuhi

kebutuhan pada jenjang selanjutnya . Jadi, kebutuhan pada jenjang

terendah harus terlebih dahulu dipenuhi sebelum munculnya motivasi

untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

15

c. Rangsangan

Setiap siswa memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan

memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Apabila mereka tidak

menemukan proses pembelajaran yang merangsang maka akan

mengakibatkan siswa yang pada mulanya termotivasi untuk belajar

pada akhirnya menjadi bosan dan perhatiannya akan menurun, misalnya

apabila guru menggunakan metode belajar yang sama terus menerus

maka siswa akan merasa bosan dan menjadi tidak termotivasi.

d. Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional-

kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok

pada waktu belajar. Siswa merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi

siswa tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan, misalnya

siswa memiliki emosi yang negatif saat kegiatan belajar maka hal

tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya. Sebaliknya apabila

emosi yang muncul adalah emosi positif seperti rasa senang dan rasa

tertantang maka siswa akan termotivasi dalam kegiatan belajarnya.

Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif

pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mempu

mendorong siswa untuk belajar keras. Integritas emosi dan berpikir

siswa itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

16

terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang

efektif.

e. Kompetensi

Kompetensi merupakan merupakan karakteristik yang menonjol

bagi seseorang dan menjadi cara-cara berprilaku, berfikir, dalam segala

situasi, dan berlangsung dalam periode tertentu.

Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan

mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Dalam

situasi pembelajaran, rasa kompetensi pada diri siswa itu akan timbul

apabila menyadari bahwa pengetahuan atau kompetensi yang diperoleh

telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Perolehan kompetensi

dari belajar baru itu selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang

selanjutnya dapat menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang

lebih luas, misalnya seorang siswa yang mampu menguasai matematika

akan lebih termotivasi untuk mempelajari matematika dari pada siswa

yang tidak menguasainya.

f. Penguatan

Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau

meningkatkan kemungkinan respon. Penggunaan peristiwa penguatan

yang efektif, seperti penghargaan terhadap hasil karya siswa, pujian,

penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel penting

di dalam perancangan pembelajaran. Penguatan positif akan mendorong

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

17

perilaku siswa diulang, sedangkan penguatan negatif akan mencegah

siswa mengulang perilaku yang tidak diinginkan, misalnya dengan

memberikan siswa pujian pada saat siswa mendapat nilai yang baik dan

memberikan teguran saat siswa melanggar peraturan sekolah.

Penguatan-penguatan tersebut akan mempengaruhi kecenderungan

perilaku yang selanjutnya muncul.

Dalam kegiatan belajar faktor-faktor di atas akan mempengaruhi

motivasi belajar, sehingga berdampak pada proses belajar. Kontrol

terhadap faktor-faktor tersebut diperlukan sehingga dapat memberi

pengaruh positif terhadap motivasi belajar.

2.1.5 Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi mempengaruhi proses belajar serta hasil belajar siswa, menurut

Meece ( dalam Schunk 2012 : 160) strategi memotivasi siswa dalam belajar

adalah sebagai berikut:

a. Menghindari penekanan berlebihan pada motivasi ekstrinsik

Penekanan yang berlebihan pada motivasi ekstrinsik

mengakibatkan siswa akan menjadi tidak mandiri dalam kegiatan

belajarnya. Kaitannya dengan pengaturan diri siswa yang diajari

mengatur dirinya sendiri akan terlepas dari ketergantungan terhadap

motivasi eksternal.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

18

b. Penyandaran diri pada minat dan nilai intrinsik siswa

Teori kebutuhan dan motivasi menekankan pentingnya

penyandaran diri pada minat dan nilai intrinsik siswa. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,

contohnya dengan menggunakan nama siswa, atau menggunakan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari siswa sebagai contoh. Selain itu

siswa dibebaskan untuk mengembangkan minatnya dan nilai-nilai

intrinsiknya. Kaitannya dengan pengaturan diri, siswa yang diberi

kebebasan untuk mengatur kegiatan belajarnya sendiri maka ia akan

bebas mengembangkan minat dan nilai intrinsik dalam kegiatan

belajarnya karena kendali atas kegiatan belajar ada pada dirinya sendiri.

Dengan demikian motivasi belajar siswa dapat meningkat.

c. Meyakini kapabilitas siswa dan memusatkan perhatian pada faktor-

faktor yang dapat diubah

Ada banyak hal yang dibawa siswa ke sekolah, yang tidak dapat

banyak diubah oleh guru. Sebagai contoh guru hanya memiliki sedikit

pengaruh terhadap kepribadian siswa, kehidupan dirumahnya serta

pengalaman masa kecilnya. Sayangnya, sebagian guru hanya

memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek semacam ini, dan perhatian

semacam itu kebanyakan tidak produktif. Oleh karena itu untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa guru harus fokus pada kapabilitas

siswa dan memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang dapat diubah.

Faktor-faktor yang tidak dapat diubah dari seorang siswa contohnya

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

19

adalah kelemahan fisik siswa serta watak yang dimiliki siswa. Untuk itu

guru harus fokus pada aspek-aspek yang dapat diubah misalnya,

kedisiplinan, keteraturan, ketekunan serta kemandirian.

d. Menciptakan situasi belajar yang memiliki feeling tone positif

Untuk memotivasi siswa dalam belajar suasana pembelajaran harus

dibuat semenarik mungkin sehingga siswa memiliki perasaan yang

positif terhadap kegiatan belajar di kelas. Proses pembelajaran yang

menarik tercipta apabila siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan

belajarnya. Siswa akan tertarik terhadap kegiatan belajarnya apabila

tujuan dan strategi belajar yang digunakan sesuai dengan minat

belajarnya. Oleh karena itu salah satu cara menciptakan feeling tone

yang positif dalam kegiatan belajar adalah dengan membebaskan siswa

mengatur kegiatan belajarnya sendiri misalnya dengan pengaturan

tujuan belajar serta strategi belajar oleh dirinya sendiri. Contoh cara

untuk membangun feeling tone yang positif di dalam adalah dengan

menjalin keakraban antara guru dan murid, membangun komunikasi dua

arah di kelas serta materi pembelajaran yang dimodifikasi agar menarik

minat siswa.

Untuk meningkatkan motivasi belajar diperlukan peran guru serta

siswa itu sendiri. Oleh karena itu untuk memotivasi kegiatan belajar

siswa salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melibatkan

siswa secara aktif mengatur kegiatan belajarnya sendiri. Siswa yang

diajari mengatur kegiatan belajarnya akan meningkat motivasi

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

20

2.2 Konseling Kelompok Gestalt

2.2.1 Konseling Kelompok

Konseling kelompok dikembangkan dalam proses konseling didasarkan

atas pertimbangan bahwa pada dasarnya kelompok dapat membantu

memecahkan masalah individu atau sejumlah individu yang bermasalah.

Konseling kelompok sebagai salah satu bentuk konseling dipandang memiliki

kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan konseling individual. Kelebihan

tersebut antara lain adalah kemampuannya dalam membantu menangani suatu

permasalahan yang timbul dengan lebih efisien tanpa mengesampingkan

efektifitasnya. Sisi efisien yang dimaksud adalah kemampuan konseling

kelompok dalam menghemat waktu, biaya, dan tenaga konselor dalam

membantu dan mengatasi permasalahan-permasalahan siswa yang banyak

timbul di kehidupannya (Winkel, 2006)

Konseling kelompok menurut Corey (2012: 28) adalah “preventive as well as

remedial aims. Generally, the counseling group has specific focus which maybe

educational, career social and personal. Group works emphasizes interpersonal

comunication of counscoius thought, feelings, and behavior wihin here and now

time frame. Counseling group are often problem oriented, and the members

largely determine their content and aims.”

Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai suatu layanan yang dapat

mencegah atau memperbaiki baik pada bidang pribadi,sosial belajar ataupun karir.

Konseling kelompok menekankan pada komunikasi interpersonal yang

,melibatkan pikiran, perasaan dan perilaku dan menfokuskan paa saat ini dan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

21

sekarang. Konseling kelompok biasanya berorientasi pada masalah dan anggota

kelompok sebagaian besar dipengaruhi oleh isi dan tujuan mereka.

2.2.2 Pengertian konseling kelompok Gestalt

Kata gestalt berasal dari bahasa Jerman, yang dalam bahasa Inggris berarti

form, shape, configuration, whole; dalam bahasa Indonesia berarti “bentuk” atau

“konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas”, atau “bentuk keseluruhan”

Terapi ini diprakarsai oleh Frederick (Fritz) and Laura Perls pada tahun 1940-an.

Pendekatan ini mengajarkan konselor dan konseli metode kesadaran

fenomenologi, yaitu bagaimana memahami, merasakan, dan bertindak serta

membedakannya dengan interpretasi terhadap suatu kejadian dan pengalaman

masa lalu.

Menurut Pearls (1995) individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan.

Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu

yang sehat adalah yang seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan.

Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan

konsep dasar terapi gestalt.

Terapi gestalt menekankan pada “apa” dan “bagaimana” dari pengalaman

masa kini untuk membantu klien menerima perbedaan-perbedaan mereka. Konsep

pentingnya adalah holisme, proses pembentukan figur, kesadaran, unfinished

business dan penolakan, kontak dan energi.

Selain itu, terapi gestalt juga menekankan pada pentingnya tanggung

jawab

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

22

diri. Sebagaimana yang dikatakan oleh Eleaner O‟Leary dalam Konseling dan

Psikoterapinya Stephen Palmer bahwa:

“Bertanggung jawab pada diri sendiri adalah inti terapi gestalt. Klien

dibantu untuk berpindah dari posisi ketergantungan pada orang lain,

termasuk pada terapis, ke keadaan yang bisa mendukung diri sendiri. Klien

didorong untuk melakukan banyak hal secara mandiri. Awalnya klien

melihat perasaan, emosi, dan masalahnya sebagi sesuatu di luar dirinya;

digunakan frasa-frasa seperti “ia membuat aku merasa sangat bodoh‟.

Klien tidak bertanggung jawab atas dirinya, dan dalam pandangannya tak

ada yang bisa dilakukan terhadap situasi itu kecuali menerima begitu saja.

Klien tidak melihat dirinya telah punya masukan atau kendali atas

kehidupannya. Klien dibantu menyadari bahwa ia bertanggung jawab atas

hal yang taerjadi pada dirinya. “Dialah yang harus memutuskan apakah

harus mengubah situasi kehidupannya atau membiarkan tidak berubah.”

Jadi, terapi gestalt adalah sebuah terapi yang didasari oleh aliran

psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme, serta psikologi gestalt yang

mengutamakan pada tanggung jawab diri dan keutuhan atau totalitas organisme

seorang individu, individu bukanlah organisme yang terpotong-potong pada

bagian tertentu dalam menjalani kehidupannya.

2.2.3 Pandangan Tentang Manusia

Asumsi dasar pendekatan gestalt tentang manusia adalah bahwa individu

dapat mengatasi sendiri permasalahannya dalam hidup, terutama bila mereka

menggunakan kesadaran akan pengalaman yang sedang dialami dan dunia

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

23

sekitarnya. Gestalt berpendapat bahwa individu memiliki masalah karena

menghindari masalah. Oleh karena itu pendekatan gestalt mempersiapkan

individu dengan intervensi dan tantangan untuk membantu konseli mencapai

integrasi diri dan menjadi lebih autentik.

Area yang paling penting yang harus diperhatikan dalam konseling

menurut pendekatan ini adalah pemikiran dan perasaan yang individu alami pada

saat sekarang. Perilaku yang normal dan sehat terjadi bila individu bertindak dan

bereaksi sebagai organisme yang total, yaitu memiliki kesadaran pada pemikiran,

perasaan dan tindakan pada masa sekarang. Banyak orang yang memisahkan

kehidupannya dan berkonsentrasi serta memfokuskan perhatiannya pada poin poin

dan kejadian-kejadian tertentu dalam kehidupannya. Hal ini menyebabkan

fragmentasi dalam diri yang dapat terlihat dari gaya hidup yang tidak efektif yang

berakibat pada produktifitasyang rendah bahkan membuat masalah kehidupan

yang lebih serius. Menurut Pendekatan Gestalt, area yang paling penting yang

harus diperhatikan dalam konseling adalah pemikiran dan perasaan yang individu

alami pada saat sekarang.

Pendekatan gestalt berpendapat bahwa individu yang sehat secara mental

adalah:

a. Individu yang dapat mempertahankan kesadaran tanpa dipecah oleh

berbagai stimulasi dari lingkungan yang dapat mengganggu perhatian

individu. Orang tersebut dapat secara penuh dan jelas mengalami dan

mengenali kebutuhannya dan alternatif potensi lingkungan untuk

memenuhi kebutuhannya.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

24

b. Individu yang dapat merasakan dan berbagi konflik pribadi dan frustasi

tapi dengan kesadaran dan konsentrasi yang tinggi tanpa ada pencampuran

dengan fantasi-fantasi.

c. Individu yang dapat membedakan konflik dan masalah yang dapat

diselesaikan dan tidak dapat diselesaikan.

d. Individu yang dapat mengambil tanggung jawab atas hidupnya. Individu

yang dapat berfokus pada satu kebutuhan (the figure) pada satu waktu

sambil menghubungkannya dengan kebutuhan yang lain (the ground),

sehingga ketika kebutuhan itu terpenuhi disebut juga Gestalt yang sudah

lengkap.

Menurut Pearl (1995), individu menyebabkan dirinya terjerumus pada

masalah-masalah tambahan karena tidak mengatasi kehidupannya dengan baik

pada kategori di bawah ini:

a. Kurang kontak dengan lingkungan, yaitu individu menjadi kaku dan

memutus hubungan antara dirinya dengan orang lain dan lingkungan.

b. Confluence, yaitu individu yang terlalu banyak memasukkan nilai-nilai

lingkungan pada dirinya, sehingga mereka kehilangan pijakan dirinya dan

kemudian lingkungan yang mengontrol dirinya.

c. Unfinished business, yaitu orang yang memiliki kebutuhan yang tidak

terpenuhi, perasaan yang tidak terekspresikan dan situasi yang belum

selesai yang mengganggu perhatiannya (yang mungkin dimanifestasikan

dalam mimpi).

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

25

d. Fragmentasi, yaitu orang yang mencoba untuk menemukan atau menolak

kebutuhan, seperti kebutuhan agresi.

e. Topdog/underdog, orang yang mengalami perpecahan dalam

kepribadiannya, yaitu antara apa yang mereka pikir “harus” dilakukan

(topdog) dan apa yang meeka “inginkan” (underdog).

f. Polaritas/dikotomi, yaitu orang yang cenderung untuk “bingung dan tidak

dapat berkata-kata (speecheless)” pada saat terjadi dikotomi pada dirinya

seperti antara tubuh dan pikiran (body and mind), antara diri dan

lingkungan (self-external world), antara emosi dan kenyataan

(emotionreality) dan sebagainya.

Terdapat lima tipe polaritas, yaitu sebagai berikut:

a) Polaritas fisik, yaitu polaritas maskulin dan feminin.

b) Polaritas emosi, yaitu polaritas antara kesenangan dan kesakitan,

antara kesenangan (excitement) dan depresi, serta antara cinta dan

benci.

c) Polaritas mental, yaitu polaritas antar ego orang tua dan ego anak,

antara eros (perasaan) dan logos (akal sehat), serta antara yang

harus dilakukan (topdog) dan yang diinginkan (underdog).

d) Polaritas spiritual, yaitu polaritas antara keraguan intelektual dan

dogma agama.

e) Polaritas interindividual, yaitu polaritas antara laki-laki dan

perempuan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

26

Menurut Pearl (1995), area yang paling penting yang harus

diperhatikan dalam konseling adalaha pemikiran dan perasaan yang individu

alami pada saat sekarang.

Menurut Perls, manusia yang sehat adalah mereka yang dapat bertindak

secara produktif dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan pemeliharaan,

dan secara intuitif bergerak menuju pertumbuhan dan pemeliharaan diri (self-

preservation). Setiap manusia dapat menangani dengan berhasil masalah dalam

hidupnya jika mereka tahu siapa dirinya dan dapat mengorganisasikan

(mengintegrasikan) semua kemampuannya ke dalam suatu rajutan tindakan-

tindakan yang efektif. Oleh karena itu, dalam konseling, konselor perlu perlu

mengarahkan konseli untuk mengembangkan kesadaran (awareness), menemukan

dukungan dari dalam dirinya sendiri (inner support), dan mengembangkan

perasaan mampu (self-sufficiency) sehingga mereka dapat mengakui bahwa

kemampuan yang mereka butuhkan untuk membantu dirinya pada dasarnya

berada di dalam diri mereka sendiri dan bukan di dalam diri orang lain (konselor)

Manusia dapat melakukan banyak cara untuk mencapai kesadaran, salah satunya

adalah dengan melakukan kontak dengan lingkungan. Kontak ini dilakukan

melalui tujuh fungsi indera, yaitu melihat, mendengar, menyentuh, berbicara,

bergerak, tersenyum, dan merasakan. Melalui kontak dengan lingkungan

seseorang dapat belajar tentang diri dan lingkungan, dan itu akan membantunya

untuk merasa menjadi bagian dari lingkungan, di samping memperoleh batasan

yang lebih jelas tentang siapa dirinya. Orang yang menghindari kontak dengan

lingkungan mungkin merasa bahwa mereka melindungi dirinya, tetapi sebenarnya

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

27

mereka sedang membentuk hambatan pertumbuhan dan aktualisasi diri. Konseling

gestalt juga menekankan pada pentingnya manusia untuk mengambil tanggung

jawab pribadi bagi kehidupannya sendiri, tidak menyerahkan nasibnya pada orang

lain atau lingkungan, dan tidak menyalahkan orang lain bagi kekecewaan atau

kegagalannya.

2.2.4 Tujuan Konseling Gestalt

Tujuan konseling gestalt adalah menciptakan eksperimen dengan konseli

untuk membantu konseli dalam:

a. Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka

melakukannya. Kesadaran itu termasuk di dalamnya, insight, penerimaan

diri, pengetahuan tentang lingkungan, tanggung jawab terhadap

pilihannya.

b. Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain.

c. Memiliki kemampuan mengenali, menerima mengekspresikan perasaan,

pikiran dan keyakinan dirinya.

Terapi gestalt ini juga bertujuan mendampingi klien dalam mencapai

kesadaran dari pengalaman momen ke momen dan memperluas kapasitas dalam

memilih. Yang mana tujuan terapi bukanlah analisis melainkan integrasi.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

28

2.2.5 Peran dan Fungsi Konselor Pada Konseling Gestalt

Dalam proses konseling gestalt, konselor memiliki peran dan fungsi

yang unik, yaitu:

a. Konselor memfokuskan pada perasaan, kesadaran, bahasa tubuh,

hambatan energi, dan hambatan untuk mencapai keasadaran yang ada pada

konseli.

b. Konselor adalah “artistic partisipant” yang memiliki peranan dalam

menciptakan hidup baru konseli.

c. Konselor berperan sebagai projection screen.

d. Konselor harus dapat membaca dan menginterpretasi bentuk-bentuk

bahasa yang dilontarkan konseli.

2.2.6 Tahap-Tahap Konseling Gestalt

Proses konseling gestalt terjadi dalam tahapan tertentu yang fleksibel.

Tiap-tiap tahap memiliki prioritas dan tujuan tertentu yang membantu konselor

dalam mengorganisasikan proses konseling. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

a. Tahap pertama (the beginning phase)

Pada tahap ini konselor menggunakan metode fenomenologi untuk

meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dialogis,

mendorong keberfungsian konseli secara sehat dan menstimulasi konseli

untuk mengembangkan dukungan pribadi (personal support) dan

lingkungannya (Joyce & Sill 2011 dalam Safari 2005, p. 84-85)

Secara garis besar, proses yang dilalui dalam konseling pada tahap

pertama adalah:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

29

a) Menciptakan tempat yang aman dan nyaman (safe container) untuk

proses konseling.

b) Mengembangkan hubungan kolaboratif (working alliance).

c) Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan gambaran

kepribadiannya dengan pendekatan fenomenologis.

d) Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi konseli.

e) Membangun sebuah hubungan yang dialogis.

f) Meningkatkan self-support, khususnya dengan konseli yang memiliki

proses diri yang rentan.

g) Mengidentifiksi dan mengklarifikasikan kebutuhan-kebutuhan konseli

dan tema-tema masalah yang muncul.

h) Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap konseli.

i) Mempertimbangkan isu-isu budaya dan isu-isu lainnya yang memiliki

perbedaan potensial antara konselor dan konseli serta mempengaruhi

proses konseling.

j) Konselor mempersiapkan rencana untuk menghadapi kondisi-kondisi

dari konseli, seperti menyakiti diri sendiri, kemarahan yang berlebihan,

dan sebagainya.

k) Bekerjasama dengan konseli untuk membuat rencana konseling.

b. Tahap kedua (clearing the ground)

Pada tahap ini konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih

spesifik. Konseli mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

30

kontak yang dilakukan dan unfinished business. Peran konselor adalah

secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli

mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka

katarsis dan menawarkan konseli untuk melakukan berbagai

eksperimentasi untuk meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab

pribadi dan memahami unfinished business. Adapun proses tahap ini

meliputi:

a) Mengeksplorasi introyeksi-introyeksi dan modifikasi kontak.

b) Mengatasi urusan yang tidak selesai (unfinished business).

c) Mendukung ekspresi-ekspresi konseli atau proses katarsis.

d) Melakukan eksperimentasi perilaku baru dan memperluas pilihan-

pilihan bagi konseli.

e) Terlibat secara terus menerus dalam hubungan yang dialogis.

c. Tahap ketiga (the existentian encounter)

Pada tahap ini ditandai dengan aktifitas yang dilakukan konseli

dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat

perubahan-perubahan yang cukup signifikan. Tahap ini merupakan fase

tersulit karena pada tahap ini konseli menghadapi kecemasan

kecemasannya sendiri, ketidak pastian dan ketakutan-ketakutan yang

selama ini terpendam dalam diri. Selain itu konseli menghadapi perasaan

terancam yang kuat disertai dengan perasaan kehilangan harapan untuk

hidup yang lebih mapan. Pada fase ini konselor memberikan dukungan

dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

31

ragu-ragu menghadapi masalahnya. Pada tahap ini terdapat beberapa

langkah yaitu:

a) Menghadapi hal-hal yang tidak diketahui dan mempercayai regulasi

diri organismik klien untuk berkembang.

b) Memiliki kembali bagian dari diri konseli yang tadinya hilang atau

tidak diakui.

c) Memuat suatu keputusan eksistensial untuk hidup dan terus berjalan.

d) Bekerja secara sistematis dan teru-menerus dalam mengatasi

keyakinan konseli yang destruktif, tema-tema kehidupan klien yang

negatif.

e) Memilih hidup dengan keberanian menghadapi ketidakpastian.

f) Berhubungan dengan makna-makna spiritual.

g) Mengalami sebuah hubungan perbaikan yang terus menerus

berkembang (Joyce & sill 2001 dalam safari 2005, p. 87)

d. Tahap keempat (integration)

Pada tahap ini konseli sudah mulai mengatasi krisis-krisis yang

dialami sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self),

pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli

telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya, serta

menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Tahap ini terdiri dari

beberapa langkah di antaranya yaitu:

a) Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman

baru dan insight baru.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

32

b) Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.

c) Berhubungan dengan masyarakat dan komunitas secara luas.

d) Menerima ketidakpastian dan kecemasan yang dapat menghasilkan

makna-makna baru.

e) Menerima tanggung jawab untuk hidup ( Joyce dan Sill 2001 dalam

Safaria 2005, p. 88).

e. Tahap kelima (ending)

Pada tahap ini konseli siap untuk memulai kehidupan secara

mandiri tanpa supervisi konselor. Tahap pengakhiran ditandai dengan

proses sebagai berikut:

a) Berusaha untuk melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan

konseling yang telah usai.

b) Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada.

c) Merayakan apa yang telah dicapai.

d) Menerima apa yang belum tercapai.

e) Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisis di masa depan.

f) Membiarkan pergi dan terus melanjutkan kehidupan ( Joyce dan Sill

2001 dalam Safaria 2005, p. 88).

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

33

2.2.7 Teknik dan Ketrampilan Konseling Gestalt

Terdapat beberapa teknik bahasa, permainan, dan fantasi yang dapat

digunakan dalam konseling gestalt, antara lain:

a. Kursi Kosong

Teknik kursi kosong bertujuan untuk membantu mengatasi konflik

interpersonal dan intrapersonal (Thompson, et.sl., 2004, p. 191). Pada

teknik ini konselor menggunakan dua kursi. Konselor meminta konseli

untuk duduk di satu kursi dan berperan sebagai topdog. Kemudian

berpindah ke kursi lainnya dan menjadi underdog. Dialog dilakukan secara

berkesinambungan pada dua peran tersebut. Dengan teknik ini, introyeksi

akan terlihat dan konseli dapat merasakan konflik yang ia rasakan secara

lebih real. Teknik ini membantu konseli untuk merasakan perasaannya

tentang konflik perasaan dengan mengalami secara penuh (Corey, 1986, p.

136). Teknik kursi kosong merupakan intervensi yang kuat, yang dapat

digunakan untuk membantu konseli segala umur yang memiliki konflik

dengan orang ketiga yang tidak hadir dalam proses konseling. Teknik ini

biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti : introyeksi diri orang tua

versus diri anak, bagian diri yang bertanggung jawab versus bagian diri

yang implusif, orang yang puritan versus orang yang ekspresif, orang yang

agresif versus orang yang pasif, diri yang otonom versus diri yang

tergantung, anak baik versus anak nakal, orang yang bekerja keras versus

orang yang menghindari pekerjaan (Corey, 1986, p. 136)

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

34

Greenberg dan Malcolm (2002) menjelaskan empat langkah

dalam menggunakan teknik kursi kosong, yaitu :

a) Konseli mengidentifikasi orang yang menjadi sumber

unfinished business.

b) Konseli merespon seperti yang ia yakini orang tersebut akan

merespon.

c) Konseli melakukan dialog sampai pada poin tercapainya

resolusi untuk menyelesaikan unfinished business.

d) Konseli memahami unfinished business dari figure to ground

dalam kesadaran konseli ( Thompson, et. al,. 2004, p. 192)

b. Topdog versus Underdog

Topdog adalah perasaan marah bila sesuatu tidak sesuai dengan

nilai dan norma moral (righteous), authoritarian, dan mengetahui yang

terbaik. Topdog adalah orang yang menggunakan kekuatannya untuk

menekan dan menakuti orang lain dan bekerja dengan kata “kamu harus”

dan “kamu tidak boleh”. Sementara itu, underdog manipulative dengan

menjadi defensif, merengek dan menangis seperti bayi. Underdog bekerja

dengan kata “ saya mau” dan mencari alasan seperti “ saya sudah berusaha

keras” (Thompson, et. al., 2004, p. 190).

Teknik ini menggunakan dua kursi untuk membantu mengatasi

konflik antara “yang saya inginkan” dan “yang seharusnya”. Satu kursi

menjadi topdog (yang seharusnya) dan kursi yang lain menjadi underdog

(yang saya inginkan). Konseli diminta untuk mengatakan argumen yang

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

35

terbaik dengan posisi topdog (yang seharusnya) dan pindah ke kursi

underdog (yang saya inginkan). Kemudian konseli diminta untuk

berargumen sampai mencapai poin dimana konseli mencapai integrasi dari

apa yang seharusnya (topdog) dan apa yang diingkan (underdog)

(Thompson, el.al., 2004, p.190).

c. Membuat Serial

Membuat serial adalah latihan gestalt yang melibatkan individu

untuk berbicara atau melakukan sesuatu kepada orang lain dalam

kelompok. Tujuan teknik ini adalah untuk melakukan konfrontasi,

mengambil resiki, untuk membuka diri, melatih tingkah laku baru untuk

melakukan perubahan (Corey, 1986, p. 137)

d. Saya bertanggung jawab atas … “

Teknik ini bertujuan membantu konseli untuk menyadari dan

mempersonalisasi perasaan dan tingkah laku serta mengambil tanggung

jawab atas perasaan dan tingkah lakunya. Konseli diminta untuk mengisi

bagian kosong seperti cara mengevaluasi tanggung jawab personal dan

bagaimana konseli mengatur hidupnya.

e. Bermain Proyeksi (Playing Projection)

Dinamika proyeksi adalah individu yang melihat secara jelas pada orang

lain apa yang tidak ingin dilihat dan menerima dalam dirinya. Individu

tersebut bekerja keras untuk menolak perasaannya dan menyalahkan orang

lain atas kejadian yang terjadi pada dirinya. Teknik ini biasanya dilakukan

dalam seting kelompok, namun bisa juga diberikan pada seting individual

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

36

(Corey, 1986, p. 138). Pada konseling ini konselor meminta konseli yang

sering berkata bahwa ia tidak dapat mempercayai orang lain untuk

bermain peran sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Dengan bermain

peran, konseli diharapkan dapat menemukan tingkat ketidakpercayaannya

pada orang lain. Dengan kata lain konselor meminta konseli untuk

berusaha mengukur berdasarkan kalimat yang ia lontarkan tentang

seberapa besar dan berat tingkat ketidakpercayaannya kepada orang lain

(Corey, 1986, p. 138).

f. Pembalikan

Asumsi teknik ini adalah bahwa gejala dan tingkah laku tertentu

sering kali merepresentasikan impuls-impuls yang ditekan dan late nada

dalam diri individu. Teknik ini bertujuan untuk mengajak konseli

mengambil resiko terhadap ketakutan, kecemasan, dan melakukan kontak

dengan bagian dirinya yang selama ini ditolak dan ditekan. Untuk itu

konselor meminta konseli untuk melakukan tingkah laku yang kebalikan

dari apa yang dikatakan.

g. Latihan Gladiresik

Menurut Perls, pikiran individu banyak diulang-ulang. Individu

cenderung mengulang fantasi-fantasi yang individu rasa bahwa itu adalan

harapan-harapan dari lingkungannya. Sehingga ketika individu berada

dalam lingkungan tersebut, ia menjadi ketakutan, cemas karena ia tidak

akan dapat menampilkan apa yang diharapkan oleh lingkungannya. Teknik

ini dapat diterapkan melalui permainan sharing. Individu diminta untuk

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

37

mengatakan pada orang lain tentang fantasi-fantasi yang sering ia katakana

dan ulang-ulang secara internal dalam dirinya. Dengan mengatakan secara

verbal kepada orang lain, konseli dapat membedakan fantasi dan

kenyataan serta dapat menguji coba tingkat ekspetasi orang lain. Hal ini

membuat konseli dapat mengukur seberapa besar ia ingin diterima dan

disukai orang lain, serta seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk

mencapainya (Corey, 1986, p. 138)

h. Latihan melebih-lebihkan

Teknik ini membantu konseli untuk menjadi lebih sadar pada

tanda-tanda bahasa tubuh. Gerakan, postur tubuh, ekspresi wajah, dan

gerakan tubuh menjadi sarana komunikasi yang memiliki makna yang

signifikan. Pada teknik ini, konseli diminta untuk mengulang kembali

secara berlebihan gerakan dan bahasa tubuh yang biasa dilakukan seiring

dengan tingkah laku tertentu.

i. Tetap pada perasaan

Sebagian besar konseli cenderung melarikan diri dari perasaan

yang tidak menyenangkan dan menghindari situasi yang mengarahkan

pada perasaan yang tidak menyenangkan. Pada teknik ini konselor

meminta konseli untuk tetap pada perasaan ketakutan dan kesakitan dan

merasakannya pada proses konseling.. Konselor mendorong konseli untuk

merasakan dan melakukan kegiatan yang cenderung dihindarinya. Dengan

menghadapi, mengkonfrontasi dan mengalami perasaan tidak saja dapat

membuat konseli menjadi lebih berani, tetapi juga membangkitkan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

38

keinginan untuk menguasai kesakitan. Hal ini dimungkinkan karena konseli

membuka diri untuk mengalami kesakitan dan membuka jalan untuk

melangkah ke arah yang lebih positif (Corey, 1986, p. 139)

j. Bahasa “Saya”

Konselor mendorong konseli untuk menggunakan kata “saya”

ketika konseli mengeneralisasikan kata “kamu” dalam berbicara. Contohnya

ketika konseli berkata “kamu tau bahwa kamu tidak mengerti matematika”.

Konseli diminta untuk mengganti kata kamu dengan saya, “saya tau bahwa

saya tidak mengerti matematika”. Ketika konseli berusaha mengganti dengan

kata “saya” diumpamakan seperti melihat sepasang sepatu dan bagaiman

pasangan itu menjadi serasi. Teknik ini bertujuan membantu konseli

bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tingkah lakunya (Thompson,

et.al., 2004, p.188).

2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut mengenai penelitian terdahulu yang menjadi landasan bagi

penelitian ini :

Setiawan (2007) melakukan penelitian terhadap anak yang mempunyai

motivasi belajar yang rendah dengan judul “Meningkatkan motivasi belajar

anak dengan menggunakan layanan konseling kelompok gestalt pada anak kelas

VII SMP Negeri 2 Semarang” Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi

belajar anak sebelum memperoleh layanan berupa konseling kelompok, sebesar

35,6% kategori rendah. Setelah diberi layanan konseling kelompok gestalt,

motivasi belajar anak meningkat menjadi kategori sedang sebesar 61,4%. Hal

ini menunjukkan layanan konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14316/2/T1_132012032_BAB II... · anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi,

39

belajar pada anak kelas VII di SMP 2 Negeri Semarang. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan

layanan konseling kelompok gestalt motivasi belajar anak sebesar 35,6 %

kategori rendah. Setelah diberikan layanan konseling kelompok Gestalt

motivasi belajar anak sebesar 61,4%. Sehingga terjadi peningkatan motivasi

belajar setelah diadakan layanan konseling kelompok Gestalt.

2.4 Kerangkan Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sebelum melakukan sebuah penelitian, dilakukan pre test terlebih dahulu

untuk mengetahui motivasi belajar anak PPA Immanuel kelompok usia 12-19 tahun.

Setelah mengetahui hasil pretes didapatkan sebagian besar pada kategori lemah dan

agak lemah, kemudian dilanjutkan untuk membagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dilanjutkan dengan memberikan

treatment konseling kelompok gestalt kepada kelompok eksperimen. Setelah semua

treatment selesai diberikan, dilakukan post test untuk mengetahui perbedaan hasil

dari kelompok eksperimen yang diberikan treatment dengan kelompok kontrol yang

tidak diberikan treatment.

Post-Test

Hasil

Tanpa

Treatment

Kelompok

Kontrol

Treatment Konseling

Kelompok

Gestalt

Kelompok

Eksperimen

Hasil

Dibandingkan

Meningkatkan/

Tidak

Motiva

si

belajar

lemah

dan

agak

lemah