bab ii kajian teoritis 2.1. minat anak melanjutkan studi

20
13 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 2.1.1. Pengertian Minat Dalam proses pendidikan di perguruan tinggi kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa hasil tidaknya mencapai tujuan pendidikan bergantung pada kegiatan perkuliahan yang terjadi dan minat siswa didalam belajar. Minat merupakan suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendukung keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keadaan didalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan- kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”. 1 Seseorang yang mempunyai minat pada suatu obyek, dia akan tertarik dengan obyek tersebut. Biasanya orang tersebut akan selalu mengikuti perkembangan informasi tentang obyek tersebut. Minat pada suatu obyek akan mendorong seseorang untuk mencari tahu dan mempelajari obyek tersebut dan dia akan mengikuti aktivitas yeng berhubungan dengan obyek tersebut. 1 Slameto, 2003, Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, hal. 180. .

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

13

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

2.1.1. Pengertian Minat

Dalam proses pendidikan di perguruan tinggi kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa hasil tidaknya mencapai tujuan

pendidikan bergantung pada kegiatan perkuliahan yang terjadi dan minat siswa

didalam belajar. Minat merupakan suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang

mendukung keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu untuk

mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keadaan didalam diri pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan

“Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara

diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minat”. 1

Seseorang yang mempunyai minat pada suatu obyek, dia akan tertarik

dengan obyek tersebut. Biasanya orang tersebut akan selalu mengikuti

perkembangan informasi tentang obyek tersebut. Minat pada suatu obyek akan

mendorong seseorang untuk mencari tahu dan mempelajari obyek tersebut dan dia

akan mengikuti aktivitas yeng berhubungan dengan obyek tersebut.

1 Slameto, 2003, Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka

Cipta, hal. 180.

.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

14

“Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang

untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas

memilih”.2

“Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap,

untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan

tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu”.3

“Minat adalah seseorang yang minat terhadap suatu objek yang

timbul dari dirinya sendiri. Minat bisa dinyatakan karena

menyukai suatu hal dalam bentuk aktivitas yang diminatinya.

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang besar

terhadap sesuatu”.4

Berdasakan pendapat yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan

bahwa minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik pada

sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek, semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Minat biasanya ditunjukkan

melalui pernyataan yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat

dinyatakan juga dalam bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Jadi,

dapat dikatakan bahwa indikator dari minat antara lain adanya perasaan senang,

adanya keinginan, adanya perhatian, adanya ketertarikan, adanya kebutuhan,

adanya harapan, adanya dorongan dan kemauan.

2.1.2. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Minat Melanjutkan Studi ke

Perguruan Tinggi

Melanjutkan studi ke perguruan tinggi merupakan melanjutkan studi dari

pendidikan menengah ke pendidikan tinggi. aktivitas yang dilakukan di perguruan

tinggi adalah belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html, Diakses 23 Maret

2013, pukul 10.00. 3 W. S, Winkel, 2004, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta, Media Abadi, hal, 197.

4 Baharudin, 2007, Loc.Cit, hal.24.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

15

Dalam hal ini aktivitasnya adalah belajar maka faktor-faktor yang mempengaruhi

minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi dalam penelitian ini disamakan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Slameto faktor yang

dapat mempengaruhi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor

ekstern.

1. “Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu :

a. Faktor jasmaniah, seperti : faktor kesehatan,cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, seperti : intelegensi, perhatian, minat, bakat motif,

kematangan kesiapan.

c. Faktor kelelahan.

2. Faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ini

meliputi tiga aspek, yaitu :

a. Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, relasai siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan

gedung, metode belajar,tugas rumah.

c. Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass

media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat”.5

Syaiful Bahri mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai

berikut :

1. “Faktor Intern (faktor dari dalam siswa), meliputi :

a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti : rendanya kapasitas

intelektual/intelegensi anak didik.

b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti : labilnya emosi dan sikap.

c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti: terganggunya alat-

alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

2. Faktor Ekstern (faktor dari luar siswa), meliputi :

a. Lingkungan keluarga, seperti : ketidakharmonisan hubungan antara

ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, seperti : wilayah

perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

5 Slameto, 2003, Op. cit, hal. 54-71.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

16

c. Lingkungan sekolah, meliputi : kondisi dan letak gedung sekolah yang

buruk seperti : dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang

berkualitas rendah”.6

Menurut Oemar Hamalik, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai

berikut:

1. “Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan siswa yang belajar

melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat,

mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya

maupun kegiatan-kegiatan lainya yang diperlukan untuk memperoleh

pengetahuan,, sikap, kebiasaan, dan minat.

2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan

reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan

pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

3. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa

berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan

dalam suasana yang menyenangkan.

4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam

belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong

belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.

5. Faktor assosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua

pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara

berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian yang telah

dimiliki oleh siswa, besar peranan dalam proses belajar. Pengalaman dan

pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman

baru dan pengertian-pengertian baru.

7. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat

melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor

kesiapan ini erat berhubungan dengan masalah kematangan, minat,

kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.

8. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan niat akan mendorong siswa

belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila

murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhanya atau

merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi

dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka

belajar juga sulit untuk berhasil.

9. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh

dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan

perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna.

Karena faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid

yang belajar.

10. Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan

belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan

6 Syaiful Bahri, 2011, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 235-236.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

17

lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah

berpikir kreatif”.7

2.1.3. Minat Anak Melanjutksn Studi ke Perguruan Tinggi

Minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik paada

sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut maka semakin besar minatnya. Minat ditunjukkan melalui pernyataan

yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat dinyatakan juga dalam

bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Pendidikan tinggi adalah

jenjang pendidikan formal setelah pendidikan menengah dan merupakan jenjang

pendidikan tertinggi di Indonesia.8

Perguruan tinggi adalah satuan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, satuan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi

dan dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik dan akademi.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Minat Siswa Melanjutkan

Studi ke Perguruan Tinggi adalah kecenderungan yang mengandung unsur

perasaan senang, keinginan, perhatian, ketertarikan, kebutuhan, harapan, dorongan

dan kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah

lulus sekolah menengah yaitu Perguruan Tinggi.

7 Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, hal.32.

8Arif Rohman, 2011, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Aswaja Pressindo,

Yogyakarta, hal. 224.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

18

2.2. Konsep Pendidikan

2.2.1. Pengetian Pendidikan

Secara etimologis atau kebahasaan, kata ‘pendidikan’ beasal dari kata dasar

„didik‟ yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran pe-an. Berubah menjadi kata

kerja „mendidik‟ yang berarti membantu anak untuk menguasai aneka

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan

masyarakatnya. Istilah ini pertama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu

„paedagogiek‟ yang berarti ilmu menuntun anak, dan „paedagogia‟ adalah

pergaulan dengan anak-anak, sedangkan orangnya yang menuntun/mendidik anak

adalah ‘paedagog’. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu

mengeluarkan dan ,menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa

waktu dilahirkan di dunia. Dalam bahasa Inggris dikenal education (kata benda)

dan educate (kata kerja yang berarti mendidik).

“Dalam terminologi Jawa dikenal dengan istilah

„panggulawentah‟ yang berarti pengolahan, penjagaan, dan

pengasuhan baik fisik dan maupun kejiwaan anak. Dalam

kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai

proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses

pengajaran dan pelatihan. Kata mendidik dan pendidikan

adalah dua hal yang saling berhubungan yaitu kegiatan

mendidik dan peserta didik”.9

Semua orang pasti mengenal pendidikan dan melaksanakan pendidikan.

Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak

menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah

dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di

9 Arif, Rohman, 2011, Ibid, hal. 6.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

19

sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan

dosen.

Pendidikan merupakan kegiatan menusia memperoleh pengetahuan dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dalam keadaan sadar.

Pengertian pendidikan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.10

2.2.2. Tujuan Pendidikan

“Tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran ke mana

pendidikan itu diarahkan. Sasaran yang ingin dicapai melalui

pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi

pendidikan”. 11

Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai,

dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan bisa dimaknakan sebagai suatu sistem nilai

yang disepakati kebenaran dan kepentinganya yang ingin dicapai melalui

berbagai kegiatan, baik di jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Tujuan

pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

10

Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, pasal3.

11

Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal, 101.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

20

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”. 12

2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Di Sekolah

W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran mengatakan bahwa ada

lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor yang ikut

berperan terhadap proses belajar-mengajar didalam kelas yaitu:

a. “Pribadi siswa, yang mencakup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya

kreativitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar motivasi

belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan

dalam belajar, kondisi mental dan fisik.

b. Pribadi guru, yang mencakup hal-hak seperti aneka sifat kepribadian,

penghayatan nilai-nilaikehidupan, daya kreativitas, motivasi kerja,

keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan berbagai prosedur

didaktis, gaya memimpin, kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga

kependidikan yang lain.

c. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, yang mencakup hal-hal

seperti disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan kelas, pembagian

tugas di antara para guru. Penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan

kurikulum pengajaran dan pengawasan terhadap pelaksanaannya,

hubungan dengan orangtua.

d. Faktor-faktor situasional, yang mencakup hal-hal seperti keadaan sosial

ekonomis, keadaan sosio-politik, keadaan musim dan iklim, ketentuan-

ketentuan dari beberapa instansu negara yang berwenang terhadap

pengeloalaan pendidikan sekolah”.13

Bahwa ada lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor

keadaan awal di pihak siswa yang ikut berperan suatu kondisi dalam diri siswa

dalam belajar yaitu:14

1. Karakter-Hasrat-Berkehendak

Semua ini berkaitan dengan arah dan tujuan dari belajar. Karakter atau

watak menunjuk pada suatu aspek dalam kepribadian.

12

Undang-undang No. 2003 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naisonal, BAB II

pasal 3. 13

W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 151-152. 14

W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 167-217.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

21

2. Motivasi Belajar

Keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar belajar, dan

memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

3. Perasaan, Sikap, Dan Minat

Aktivitas psikis kecenderungan subyek menerima atau menolak untuk

merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung

dalam bidang itu.

4. Lingkungan Hidup

Keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa dengan kehadirannya

memberikan pengaruh pada perkembangan siswa. Lingkungan hidup di

sini dibatasi pada lingkungan hidup keluarga siswa, ditinjau dari keadaan

sosio-ekonomis dan sosio-kultural. Keadaan sosio ekonomis menunjuk

pada kemampuan finansial siswa dan perlengkapan material yang dimiliki

siswa keadaan ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang. Keadaan sosio kultur

menunjuk pada lingkungan budaya yang di dalamnya siswa bergerak

setiap hari.

5. Perkembangan Kepribadian

Keadaan fisik menunjuk pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani,

keadaan alat-alat indera. Keadaan psikis menunjuk pada

staabilitas/labilitas mental.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

22

2.3. Pendidikan Orang Tua

2.3.1. Pengertian Pendidikan

Menurut Arif Rohman, pendidikan dapat diartikan sebagai berikut :

1. “Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar dan terencana.

2. Dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan sebagai

fasilitator dan dinamisator sedang pihak lainya sebagai subyek yang

berupaya mengembangkan diri.

3. Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses

pembelajaran.

4. Terdapat nilai yang diyakini kebenaranya sebagai dasar aktivitas.

5. Memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi

internal individu anak.

6. Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik secara fisik,

psikologik, sosial, emosional, ekonomi, moral dan spiritual pada

peserta didik”. 15

Menurut Undnag-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud pendidikan adalah :

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.16

2.3.2. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua menyangkut pendidikan bapak dan ibu. Kedua orang

tua sama-sama berperan dalam mendorong kelanjutan studi anak-anaknya, karena

mereka yang terdidik tau apa manfaat pendidikan. Kenyataanya tidak semua orang

tua (bapak dan ibu) mempunyai tingkat pendidikan sama dan oleh karena itu

pengaruhnya terhadap kelanjutan studi anak akan berbeda pula.

15

Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal. 10. 16

Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 pasal 1.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

23

“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,

tujuan pendidikan yang akan dicapai, dan kemampuan peserta

didk yang akan dikembangkan”.17

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan

pendidikan nonformal dan informal tidak mengenal jenjang. Jenjang pendidikan

sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang paling dasar

yang mendasari jenjang pendidikan berikutnya. Menurut Undang-Undang No. 20

tahun 2003 pasal 17 ayat (1) dan (2) bahwa :

“(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah.

(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan

madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta

sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sederajat “.18

“Pendidikan menengah adalah merupakan kelanjutan dari

pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan dasar. Pendidikan

menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah

(MA) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan

menengah kejuruan berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain

yang sederajat. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan

17

Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal. 223. 18

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 17 ayat 1

dan ayat 2.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

24

formal setelah pendidikan menengah dan merupakan jenjang

pendidikan tertinggi di Indonesia. Pendidikan tinggi mencakup

program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan

tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi.

institut, atau universitas”. 19

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendidikan orang tua adalah

tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui

pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai

tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.

2.4. Pendapatan Orang Tua

2.4.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan orang tua mempunyai peran penting dalam pembiayan anak

melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari tahun ke tahun biaya melanjutkan ke

perguruan tinggi semakin mahal. Dengan pendapatan orang tua yang tinggi anak

pasti dapat merasakan melanjutkan ke perguruan tinggi, apabila pendapatan orang

tua rendah pasti anak tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.“Pendapatan

adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,

kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan”.20

“pendapatan (revenue) diartikan sebagai aliran masuk kas atau setara

kasnya yang terjadi akibat adanya penjualan barang atau penyerahan

jasa yang dihasilkan”.21

19

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 18 dan

19.

20 http://rezadaniss.blogspot.com/2012/05/pendapatan.html, Diakses 7 Maret 2014, pukul

11.09. 21

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2062044-defenisi-pendapatan-

menurut-para-ahli/, Diakses 7 Maret 2014, pukul 10.05.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

25

“pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan

yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga,

dividen,royalti dan sewa”.22

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah uang

yang diterima yang timbul akibat adanya penjualan atau penyerahan jasa yang

dihasilkan.

2.4.2. Pendapatan Orang Tua

Yang dimaksud pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah

sejumlah uang atau imbalan ditentukan dalam rupiah yang diterima selama orang

tua bekerja selama satu bulan. Jika kita memperhatikan lingkungan disekitar kita,

maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja. Setiap pagi para petani

pergi ke sawah untuk mengerjakan saawahnya, para pegawai pergi kekantor untuk

mengerjakan pekerjaan rutinnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh imbalan.

Penuhi kelangsungan hidup suatu rumah tangga, maka keluarga tersebut harus

berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi

kebutuhanya. Kebutuhan semakin meningkat seiring kemajuan zaman. Untuk itu

setiap orang akan bekerja keras untuk memperoleh pendapatan guna mencukupi

maacam-macam kebutuhan rumah tangga. Sebagian dari pendapatan keluarga atau

uang masuk dibelanjakan guna membeli segala hal yang diperlukan untuk hidup

(bisa disebut konsumsi). Konsumsi disini bukan hanya persoalan makan saja akan

tetapi mencakup seluruh pemahaman barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

22

http://koeeko.wordpress.com/2012/03/27/pendapatan/, Diakses 7 Maret 2014, pukul

11.00.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

26

hidup. Sedangkan kebutuhan hidup bukan menyangkut barang-barang materi saja.

Contohnya pengeluaran untuk biaya pendidikan putra putrinya.

“keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajarselain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,

misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga

membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,

penerangan, alat tulis-menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar

itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika

anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain

anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder

dengan temannya, hal ini pasti akan menganggu belajar anak”.23

Ada keluarga yang miskin, adapula yang kaya. Ada keluarga yang selalu

diliputi oleh suasana tentram dan damai tetapi adapula yang sebaliknya, ada

keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang terpelajar dan ada pula yang kurang

pengetahuannya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-

anaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang

bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai

dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Anak-anak dari lapisan bawah

banyak yang terpaksa putus sekolah dan kemudian bekerja karena orang tua

mereka tidak mampu lagi menyekolahkan mereka dan sewaktu masih dapat

bersekolah pun anak-anak tersebut banyak yang harus mencari uang untuk

membantu ekonomi orang tua.

“Taraf kemampuan ekonomi keluarga yang tinggi akan

menguntungkan bagi belajar anak, karena kebutuhan anak dalam

23

Slameto, 2003, Op.cit. hal. 63.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

27

menjaga kesehatan jasmani dan perlengkapan alat-alat belajar

dapat terpenuhi”.24

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua

adalah mencakup rata-rata pendapatan ayah dan ibu berupa uang setiap bulan pada

satu atau lebih sektor mata pencaharian. Pendapatan dapat diukur berdasarkan

kepunyaan dan ketidakpunyaan serta kekayaan atau aset yang dimilikinya.

Semakin banyak kekayaan atau aset yang memiliki pendapatan yang tinggi dan

semakin sedikit kekayaan yang dimiliki berarti pendapatanya semakin rendah.

Tinggi rendahnya pendapatan orang tua akan mempengaruhi dalam kelanjutan

studi anaknya.

2.5. Persepsi Anak Terhadap Kegunaan Melanjutkan Studi Ke Perguruan

Tinggi

2.5.1. Pengertian Persepsi

Menurut Slameto, persepsi dapat diartikan sebagai berikut :“Proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui

persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkunganya”.25

Menurut Leavit, persepsi adalah “Perception dalam pengertian sempit

adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan

dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang

memandang atau mengartikan sesuatu”26

Menurut Bimo Walgito, persepsi adalah

24

W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 216. 25

Slameto, 2003, Op.cit, hal. 102. 26

Leavitt, http://adityaromantika.blogspot.com/2010/12/persepsi.html, Diakses 21 Maret

2014, pukul 06.15.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

28

“stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan,

kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan

mengerti tentang apa yang diindera yang iterpretasikan dengan

pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu”27

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa persepsi adalah

proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu yang iterpretasikan

dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu.

2.5.2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Guna memahami persepsi lebih dalam, perlu diketahui faktor-faktor yang

berperan dalam persepsi. Bimo Walgito, menyatakan, Beberapa faktor yang

berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) Objek atau

stimulus yang dipersepsi; (2) Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan

syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) Perhatian yang merupakan

syarat psikologis. Berikut adalah penjelasannya:

1. “Objek atau stimulus yang dipersepsi.

Obyek dari luar diri seseorang baik berupa benda, kejadian, atau pun sikap dari

orang lain biasanya merupakan sumber stimulus bagi seseorang.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf.

Melalui alat indera yang dimiliki seseorang, stimuli yang ada diterima oleh

seseorang. Dengan syaraf sebagai pusat kesadaran, seseorang akan

menginterpretasikan stimuli yang diterima.

27

Walgito, Bimo, 2003, Pengatar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, hal. 88.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

29

3. Perhatian.

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu

yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek”.28

2.5.3. Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja,

tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu

sebagai hasil aksi dan reaksi. Menurut Bimo Walgito, terjadinya persepsi melalui

suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. “Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus

tersebut ditangkap oleh alat endera. Proses ini berlangsung secara alami

dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses

kealaman.

2. Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan

ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak

disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal

3. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek

yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini disebut proses psikologi.

Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses

dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan

stimulus yang mengenai alat inderanya”.29

2.5.4. Persepsi Anak Terhadap Kegunaan Melanjutkan Studi Ke Perguruan

Tinggi

Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi ke dalam otak manusia bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan kegunaan melanjutkan studi ke perguruan tingg yang iterpretasikan

dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu.

28

Walgito, Bimo, 2003, Ibid, hal. 89. 29

Walgito, Bimo, Op.cit, hal. 90.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

30

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan

menggunakan panca indera.kesan yang diterima individu sangat tergantung pada

seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta

dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi siswa terhadap

kegunaan melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi

adalah yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu dan

proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi tentang pengetahuan dan

manfaat lulusan dari perguruan tinggi.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

31

2.8. Kerangka Berfikir Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian “Faktor Penyebab Ketidaklanjutan Studi

Ke Perguruan Tinggi Dikalangan Anak Lulusan SMA Di Desa

Lanjan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Lulusan SMA yang dimaksud adalah anak lulusan dari Sekolah Menengah

Atas (SMA). Lulusan SMA terdiri dari anak yang melanjutkan dan tidak

melanjutkan ke perguruan tinggi. Melanjutkan ke perguruan tinggi bertujuan

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ketidaklanjutan melanjutkan

ke perguruan tinggi adalah ketidaklanjutan anak dalam melanjutkan pendidikanya

Lulusan SMA

Tidak Lanjut Lanjut

Identifikasi Faktor

Penyebab

Melanjutakan Ke

Perguruan Tinggi

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi

32

ke perguruan tinggi. Ketidaklanjutan ini terjadi karena ada berbagai faktor yang

menjadi penyebab tidak melajutkan ke perguruan tinggi. Sehingga banyak anak

lulusan SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi ada beberapa yang

melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam penelitian ini penulis akan mencari

faktor apa yang menjadi penyebab anak lulusan SMA tidak melanjutkan ke

perguruan tinggi.