bab ii kajian teori, kerangka berfikir dan...

36
13 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pengertian Efektifitas Kata efektifitas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “segala sesuatu yang dapat membawa hasil dan usaha yag dapat mencapai tujuan” 12 Menurut Zakiah Darajat, efektifitas yaitu “kegiatan berkenaan dengan sejumlah mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.” 13 Selain itu efektifitas juga diartikan kecepatan sasaran sesuai dengan rencana semula. Bila kita melaksanakan suatu program dengan tujuan yang jelas dan terencana, kemudian setelah dilaksanakan ternyata tujuan tersebut tercapai sesuai dengan rencana semula maka itu dikatakan efektif. Ketercapaian tujuan- tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu: a. Istimewa atau maksimal apabila seluruh (100 %) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. b. Baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76 - 99 %) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 226 13 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 40 This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Upload: trinhliem

Post on 23-May-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

13

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Efektifitas

Kata efektifitas dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan

sebagai “segala sesuatu yang dapat membawa hasil dan usaha yag dapat

mencapai tujuan”12

Menurut Zakiah Darajat, efektifitas yaitu “kegiatan berkenaan

dengan sejumlah mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat

terlaksana atau tercapai.”13

Selain itu efektifitas juga diartikan kecepatan sasaran sesuai dengan

rencana semula. Bila kita melaksanakan suatu program dengan tujuan yang

jelas dan terencana, kemudian setelah dilaksanakan ternyata tujuan

tersebut tercapai sesuai dengan rencana semula maka itu dikatakan efektif.

Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan

menjadi beberapa kategori yaitu:

a. Istimewa atau maksimal apabila seluruh (100 %) bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76-99 %) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 226 13 Sucipto dan Rafli Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 40

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

14

c. Baik atau minimal apabila hanya (60-75 %) bahan pelajara dapat

dikuasai oleh siswa.

d. Kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari (60 %) yang

dikuasai oleh siswa.14

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada

hakekatnya efektifitas adalah tercapainya tujuan suatu pembelajaran sesuai

rencana semula. Suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat

efektifitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60 % dari tujuan-tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran adalah pemerolehan pengetahuan tentang suatu hal atau

keterampilan belajar pengalaman dan pengajaran. Sedangkan pengajaran

adalah usaha menunjukan atau membantu seseorang untuk belajar dan

bagaimana melakukan sesuatu, memberi pengetahuan dan manfaat bagi

seseorang menjadi mengerti.

Dalam proses pembelajaran, unsur belajar memegang peranan penting

sedangkan mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan

masalah belajar adalah masalah aktual yang selalu dihadapi oleh setiap

manusia

Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari

pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses

pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang

sengaja diciptakan. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah

pendidikan persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses

sosialis individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,

sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.

14 Syaiul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.

121

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

15

Belajar adalah key term yang paling vital dalam setiap usaha

pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batas

dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan

berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh

dari makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan sebagai

kholifah di muka bumi.

Ada beberapa definisi belajar dari para ahli, yaitu :

a. Skinner seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya

Educational Psychology : The Teaching-Learning Proces, berpendapat

bahwa belajar suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku

yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya,

Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan

hasil yang optimal apabila diberi penguat.15

b. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology Of Learning and

Memory, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang

terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme

tersebut.16

c. Witherington dalam bukunya Educational Psychology, mengemukakan

“Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian/suatu pengertian.17

d. Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978)

mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

15

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-7, h. 90

16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan …, h. 90 17 M. Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997),

cet. Ke-2, h. 84

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

16

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari

latihan/pengalaman18.

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Ada beberapa komponen dalam pembelajaran yang satu sama lain

saling berinteraksi dan berinterelasi. Komponen-komponen tersebut adalah

Pertama tujuan, merupakan komponen yang sangat penting dalam

pembelajaran dalam kurikulum tujuan yang diharapkan dapat dicapai

adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik dalam kompetensi dasar

maupun dalam kompetensi standar kompetensi. Kedua materi pelajaran,

materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, guru perlu

menguasai secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.

Ketiga metode, keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh

komponen ini. Oleh karena itu setiap guru perlu memahami secara baik

peran dan fungsi metode dan strategi dalm pelaksanaan pembelajaran.

Keempat media atau strategi pembelajaran, dalam kemajuan teknologi

seperti sekarang ini memungkinkan siswa belajar dari mana saja dan kapan

saja dengan memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Oleh karena itu peran

guru bergeser dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai

pengelola sumber belajar diharapkan kualitas pembelajaran akan semakin

meningkat. Kelima evaluasi, evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat

keberhasilan siswa, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi

guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi

kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen

pembelajaran.19

Teori belajar Pendidikan Agama Islam tidak hanya berkenaan dengan

kecerdasan otak, tetapi juga menyangkut nilai-nilai agama yang titik

18 M.Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan ..., h. 84 19 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), cet. ke-2, h. 59

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

17

beratnya terletak kepada internalisasi nilai iman, islam, ihsan dan pribadi

manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas melalui kognitif,

psikomotorik dan afektif baik didalam maupun diluar kelas. sehingga

mereka mampu mengamalkan syariat islam secara benar

Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan

memilih, menetapkan dan mengembangkan metode dan strategi yang

optimal untuk hasil belajar yang diinginkan. Menurut sadiman bahwa

pembelajaran lebih umum dari pada pengajaran. Ia mengatakan,

pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang

kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sama-sama berada

didalam kelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Pendidikan Agama Islam adalah upaya yang dilakukan seseorang kepada

orang lain untuk perubahan yang tidak hanya berkenaan dengan

kecerdasan otak, tetapi juga menyangkut nilai-nilai agama yang titik

beratnya terletak kepada internalisasi nilai iman, islam, ihsan dan pribadi

manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas melalui kognitif,

psikomotorik dan afektif baik didalam maupun diluar kelas. sehingga

mereka mampu mengamalkan syariat islam secara benar

3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terjadi

sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat kelompok.

Pendekatan ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan paradigma baru

dalam pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar

mengajar bersumber pada teori tabula rasa John Locke. Locke mengatakan

bahwa pikiran seseorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap

menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain, otak seorang anak ibarat

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

18

botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan

kebijaksanaan sang maha guru.20

Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik tidak

bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Oleh karena itu pendidik

dituntut untuk selalu mengadakan perubahan. Pembelajaran yang bernaung

dalam teori konstruktivis adalah kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan pada faham konstruktivis, dimana dalam hal pembelajaran ini

diharapkan dapat membangun interaksi siswa dalam proses kegiatan belajar

mengajar.21Pembelajaran konstruktivis menurut Suparno adalah pengetahuan

merupakan kontruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu

sendiri, konstruktivisme menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan

atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan hanya sekedar

diterima secara pasif dari guru.22Teori ini berkembang dari kerja Piaget,

Vygotsky, teri-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang

lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).23

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran yang

sengaja diciptakan untuk mencapai pembelajaran yang maksimal di dalam

ruang kelas. Model ini diteliti sekitar pada tahun 1970-an. Pada waktu itu,

empat kelompok peneliti independen mulai mengembangkan dan meneliti

teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak

peneliti di seluruh dunia yang mempelajari aplikasi praktis dari prinsip-prinsip

cooperative learning, dan akibatnya sudah banyak pula teknik-teknik

cooperative learning baru yang ditemukan.24

20 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-

ruang Kela, …, h. 2 21 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,

2010), cet. ke-3, h. 11-12 22 Paul Suparno, Filsapat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, ( Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 1997 ), h. 5 23 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 13 24 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa

Media, 2008), cet ke-3, h. 9

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

19

Landasan teori yang melandasi dan mendukung pembelajaran kooperatif ada

dua, diantaranya yaitu:

a. Teori motivasi

Dalam pembelajaran kooperatif, ikatan kerja sama dalam suatu kelompok

mengandung daya motivasional yang kuat, masing-masing anggota

kelompok saling melibatkan diri untuk mencapai sasaran, karena mereka

yakin bahwa tujuan belajar hanya dapat dicapai berkat kerjasama. Motivasi

dibedakan atas dua bentuk. Pertama motivasi intrinsic yaitu motivasi yang

timbul dari dalam diri sendiri yang tidak perlu dirangsang dari luar. Kedua

motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karena ada perangsang dari

luar.25

b. Teori kognitif.

Teori kognitif menekankan pada efek kerja sama tersebut pada diri masing

masing siswa. Ada dua kategori utama yang merupakan bagian dari kategori

teori kognitif yaitu: Pertama teori perkembangan, Damon dan Murray

berpendapat mengenai asumsi dasar teori perkembangan yaitu bahwa

“interaksi antar siswa terhadap tugas-tugas yang tepat atau sesuai dengan

tingkat pengetahuan siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep-konsep

penting. Sedangkan Vygotsky mendefinisikan suatu teori perkembangan

yang dikenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD) memberikan

pandangan bahwa “aktivitas kolaborasi dapat meningkatkan suatu

pertumbuhan”.26 Maksudnya apabila siswa dalam tingkat usia yang sama

melakukan kolaborasi yaitu menyelesaikan permasalahan yang taraf

kesulitannya masih berada dalam ZPD mereka, hasilnya akan lebih baik dan

menguntungkan dibandingkan dengan mereka yang bekerja sendiri-sendiri.

Kedua teori elaborasi kognitif, Wittrock mengungkapkan bahwa “di dalam

psikologi kognitif telah ditemukan bahwa jika informasi yang telah

tersimpan dalam ingatan dan selanjutnya dihubungkan dengan informasi

yang baru, maka siswa harus melakukan penstrukturan kembali kognitifnya.

25 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006), h. 90 26 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 17-18

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

20

Ketika siswa melakukan kembali pengetahuannya tersebut dengan

pengetahuan yang telah ada sehingga siswa tersebut akan memperoleh

pemahaman yang lebih baik.27

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial

dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran

kooperatif.

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin adalah salah satu metode

pengajaran di mana siswa bekerja didalam kelompok-kelompok kecil sehingga

mereka saling membantu antara satu dengan lainnya dalam mempelajari satu

pokok bahasan. 28

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama lainnya. Tidak dikatakan Pembelajaran kooperatif jika para siswa

duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan

masalah sendiri-sendiri. Bukanlah Pembelajaran kooperatif jika para siswa

duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilakan salah

seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok.

Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang

berinteraksi antara sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau

membahas masalah atau tugas.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

27 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 17-18 28

Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, …, h. 7

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

21

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

belum seslesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Lungdren, 1994).

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama”.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik

lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang

sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para

anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.29

Spelialisasi tugas anggota kelompok mendukung penuh adanya akuntabilitas

individu agar setiap siswa dapat memberikan konstribusi kepada kelompok.

Dalam hal ini setiap siswa bertanggung jawab untuk suatu bagian yang terpisah

dari tugas teman-temannya didalam suatu kelompok. Tugas kelompok menjadi

benar-benar tergantung pada tugas individu.30 Selain itu dengan memberikan

tugas-tugas yang berbeda-beda dapat membantu menghindari adanya

perbandingan antara tugas individu didalam suatu kelompok.

29 http:/www.damandiri.or.id./detail.php?id=238 24090, 11:17 30 Slavin, Cooperative Learning …, h. 111

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

22

Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif ini

mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan model lainnya. Arends (1997:111)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajar.

2). Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang

dan rendah.

3). Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis, kelamin yang beragam.

4). Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.31

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih

menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Adapun karakteristik

dari pembelajaran kooperatif, antara lain:

1) Pembelajaran secara tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, harus

mampu membuat setiap siswa belajar. Seluruh anggota tim (anggota

kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk

itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim itu

sendiri.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok,

yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi

kontrol. Demikan juga pada pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang

matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan, melalui langkah- langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.

Fungsi organisasi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif adalah

31 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 47

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

23

pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur

tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria

keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses

pembelajaran kooperatif.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan

kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan

demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan

berkomunikasi dengan anggota lain.32

Ada beberapa hak yang dipenuhi dalam Pembelajaran kooperatif agar lebih

menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :

Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama

yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok

harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah

kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi

tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga, untuk

mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok

itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang

dihadapinya. Akhirnya, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok

harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung

pada keberhasilan kelompoknya. 33

Beberapa manfaat proses Pembelajaran kooperatif, menurut Anita Lie

yaitu; siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja dengan siswa

32Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 242-

244 33 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: FMIPA

UPI, 2003, h.260

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

24

lain, mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,

mengurangi kecemasan siswa, meningkatkan partisipasi dalam proses

pembelajaran, motivasi, harga diri, sikap positif, dan prestasi belajar siswa.

Walaupun pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan, akan

tetapi apabila tidak dikonstruksikan dengan baik akan menimbulkan kelemahan

yaitu efek Free rider. Efek Free rider adalah suatu kondisi dimana beberapa

anggota kelompok yang mengerjakan semua atau sebagian pekerjaan dalam

pembelajaran sedangkan yang lain tidak melakukan aktivitas.34 Dengan kata

lain, aktivitas belajar hanya dilakukan oleh sebagian anggota kelompok saja.

Pembelajaran kooperatif sangat perlu diterapkan dalam proses belajar

mengajar disekolah. Berikut ini diberikan beberapa hasil penelitian yang

menunjukan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar

yang rendah, antara lain (Linda Lundgren, 1994; Nur, dkk, 1997) seperti

berikut ini :

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

c. Memperbaiki sikap

d. Memperbaiki kehadiran

e. Angka putus sekolah menjadi lebih rendah

f. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

g. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

h. Konflik antar pribadi berkurang

i. Sikap apatis berkurang

j. Pemahaman yang lebih mendalam

k. Motivasi lebih besar

l. Hasil belajar lebih tinggi

m. Retensi lebih lama

n. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi35

34 Slavin, Cooperative Learning …, h. 19

35 Muslimin Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya, 2000, h. 18-19

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

25

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah belajar dimana siswanya saling bekerja sama satu dengan

yang lainnya dalam memahami dan mengerjakan tugas-tugas belajar.

4. Metode Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian NHT

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak model, diantaranya STAD

(Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournamen),

TAI (Teams Accelerated Intruction), TPS (Think Pair Share), NHT,

Learning Together, d a n Numbered Heads Together (NHT).36Masing-

masing metode belajar ini memiliki prosedur yang berbeda, tetapi tetap

menggunakan kelompok dalam proses pembelajaran dan bukan secara

klasikal.

Metode belajar mengajar Numbered Heads together (NHT) atau

penomoran berpikir bersama dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-

ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, metode ini

juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan usia anak didik.37

Menurut Erman Suherman metode Numbered Heads together (NHT)

adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks:

pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama

tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa mendapat

tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok

dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga

36 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h. 49 37 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-

ruang Kela, …, h. 59

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

26

terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap

siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.38

Menurut Jean, “Numbered Heads Together is a simple four-step

structure. Istmain strengths are in building mastery and in reviewing

previously learned information. Teknik kepala bernomor diartikan juga

sebagai “A team of four is established. Each member is given numbers of

1, 2, 3, 4. Questions are asked of the work. Groups work together to

answer the question so that all can verbally answer the question. Teacher

calls out of number (two) is asked to give the answer.39

Pembelajaran kooperatif metode NHT ini merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Dari berbagai metode dalam pembelajaran kooperatif, penerapan

metode NHT lebih memungkinkan bagi terwujudnya kondisi belajar yang

dinamis. Siswa dapat mengembangkan berbagai kemampuan dalam hal

bersosialisasi, belajar mandiri serta bekerja sama. NHT dalam

Pembelajaran kooperatif memiliki pemikiran dasar yakni memberi

kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mewujudkan sosialisasi

yang berkesinambungan dan yang terpenting terjadinya proses belajar

dimana siswa mengajar serta diajar oleh sesama siswa.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT

Terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam metode ini yaitu:40

Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode NHT

No Langkah-Langkah Kegiatan

1 Penomoran Guru membagi siswa menjadi beberapa

38 Erman Suherman , Srategi Pembelajaran Matematika Kontemporer , (Bandung :

FMIPA UPI, 2003) 39 Joan Garfield, Teaching Statisics; in heading the call for change, Suggestions for

Curricular Action, (Jurnal Statistics Educations; Teaching Statistics Using Small-Group Cooperative Learning, Vol.1/1993, university of Minnesota. Tersedia: http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learning.htm), (03 Februari 2010).

40 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik …, h. 63

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

27

(Numbered) kelompok atau tim yang beranggotakan

3 hingga 5 orang dan memberi mereka

nomor sehingga tiap siswa dalam

kelompok tersebut memiliki nomor.

2 Pengajuan Penyataan

(Questioning)

Guru mengajukan suatu pertanyaan

kepada para siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi, dari yang sifatya spesifik

hingga yang bersifat umum contoh

pertanyaan yang bersifat spesifik adalah

: “Sebutkan huruf-huruf yang termasuk

hukum bacaan idzhar”; sedangkan

contoh pertanyaan yang bersifat umum

adalah :”mengapa kita harus

mempelajari hukum bacaan nun mati

dan tanwin

3 Berpikir Bersama

(Headss Together)

Para siswa berpikir bersama untuk

mengembangkan dan meyakinkan

bahwa setiap siswa mengetahui jawaban

tersebut.

4 Pemberian Jawaban

(Answering)

Guru menyebut satu nomor dan para

siswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban untuk seluruh

kelas

c. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran dengan metode NHT

Kelebihan-kelebihan pembelajaran dengan metode NHT adalah:

1. Memberikan motivasi, yaitu mendorong siswa untuk beraktivitas dalam

kegiatan belajarnya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dengan

hal-hal yang baru dalam proses pembelajaran.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

28

2. Menambah rasa percaya diri, karena dalam pembelajaran NHT ada

metode pemanggilan nomor, dan siswa yang terpanggil nomornya akan

menjawab pertanyaan hasil diskusi, sehingga dalam diri siswa timbul

rasa percaya diri.

3. Siswa aktif, dengan metode NHT akan menambah keaktifan siswa

dalam belajar, karena setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberi

dan menukar pendapat.

Adapun kekurangan pembelajaran dengan metode NHT adalah :

1. Efisiensi waktu, belajar dengan menggunakan metode NHT

memerlukan waktu yang agak panjang agar siswa memahami materi

yang diajarkan.

2. Membuat panik siswa, pembelajaran dengan metode NHT tidak hanya

membuat siswa percaya diri, namun dapat membuat siswa grogi atau

panik. Hal ini terlihat ketika siswa yang terpanggil nomornya untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan.

3. Membuat repot guru, teknk NHT merupakan metode belajar diskusi

kelmpok yang menggunakan nomor, sehingga sebelum pembelajaran

dimulai guru harus menyediakan nomor.

5. Pengertian Metode Ekspositori

Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal

terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan

pelajar). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang.

Karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran,

menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang

diperlukan saja. Siswa tidak mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga

membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Pada metode

ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada metode ceramah. Siswa

mengajarkan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan

mengajarkannya barsama dengan temannya, atau disuruh membuatnya

dipapan tulis.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

29

Melihat perbedaan-perbedaan diatas, cara mengerjakannya

Pendidikan Agama Islam yang pada umumnya digunakan pada guru lebih

tepat dikatakan sebagai metode ekspositori dari pada ceramah. Mengajar

Pendidikan Agama Islam dengan metode ceramah menurut penjelasan di

atas sebenarnya adalah metode ekspositori, sebab guru juga memberikan

pula soal-soal latihan untuk diajarkan siswa di kelas.

Menurut Djmarah dan Zein, pada pengajaran ekspositori, guru

menyajikan pelajaran dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapih,

sistematis dan lengkap sehingga siswa menyimak dan mencernanya saja

secara tertib dan tertur.

Ciri umum metode ini adalah definisi dan teorema disajikan oleh

pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar dan kemudian latihan sosial.

Secara garis besar, prosedur pelaksaan metode ini adalah sebagai berikut;

preparasi, apersepsi, dan resitasi. 41 prosedur pelaksanaannya kurang

mekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental

siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa metode ekspositori

mengahasilkan belajar menghapal dan kurang efektif belajar bermakna.

Jadi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar biasa

(tradisional) sehingga dipakai pada pelajaran Pendidikan Agama Islam,

namun didalam metode ekspositori dominasi guru berkurang, guru tidak

terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang

diperlukan saja.

6. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Nana Sudjana, didefinisikan sebagai

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar.42 Pengalaman ini dapat di peroleh dari suatu kegiatan

penyampaian pengetahuan atau pengalaman yang disebut mengajar.

41 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar …, h. 23 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: P.T. Rosdakarya,

1992 ), h. 22

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

30

Jelaslah bahwa belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang saling

berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapat menentukan hasil belajar.

Pengajaran akan berhasil bila meteri pelajaran dapat diterima oleh siswa,

dan hasil belajar berkait dengan proses belajar mengajar, jika proses

belajar mengajar sudah dapat dioptimalkan sesuai dengan teorinya maka

hasil belajar diharapkan akan meningkat. Teori dan prinsip-perinsip belajar

yang disukai guru dapat membantu mereka untuk mentukan strategi dan

menciptakan kondisi yang dapat mendukung siswa untuk memperbaiki

prestasi belajarnya.

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

proses belajar itu sendiri, berupa faktor internal, misalnya kematangan atau

pertumbuhan, kemapuan belajar yang merupakan kombinasi dari

kemampuan taraf intelegensi, bakat, taraf pengetahuan awal yang dimiliki,

taraf kemampuan berbahasa, taraf organisasi kognitif dan kehendak

sedangkan faktor eksternal yang turut mempengaruhi hasil belajar antara

lain, keadaan keluarga dan lingkungan, keadaan bahan yang dipelajari dan

faktor- faktor yang berhubungan dengan cara belajar.

Setelah siswa mengikuti proses pembelajaran maka akan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan atau

pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak

dalam prestasi yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan atau

persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. 43

7. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah :"Upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia,

43 W. S. Winkel S. J. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, ( Jakarta: Gramedia,

1996 ), h. 102

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

31

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-

Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman.44"

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah

usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam

(knowing), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam (doing),

dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk

menyiapkan pesrta didik agar memahami ajaran islam serta mengamalkan

ajaran islam dengan benar sesuai dengan Al-Quran dan Hadits agar kelak

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Di dalam GBHN tujuan umum dari pendidikan agama dikatakan

bahwa “tujuan pengajaran agama yaitu membina manusia beragama

berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan

baik dan sempurna, sehingga tercermin dalam segala sikap dan tindakan

keseluruhan hidupnya dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan

di dunia dan akhirat”.

Menurut Zakiah Darajat, tujuan Pendidikan Agama Islam secara

garis besarnya adalah untuk membina murid menjadi hamba Allah yang

shaleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perkataan, perbuatan dan

perasaannya.

Dalam sistem operasional kelembagaan pendidikan, tujuan

pendidikan ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program

intruksional. Bila dilihat dari pendekatan sistem intruksional tertentu,

maka tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing dan

44 islamblogku.blogspot.com/.../pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html –,

pukul 09.45, 31 maret 2010

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

32

membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya,

taat beribadah dan berakhlak terpuji.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran

Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan

ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat

dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah

keberagamaan, yaitu menjadi seorang muslim dengan intensitas

keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang

kuat.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam sangat luas, karena ajaran

islam memuat ajaran tentang tata hidup manusia di dunia dan di akhirat

dan berisi pedoman manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini

dan untuk menyiapkan kehidupan sejahtera di akhirat nanti.

Dalam buku ilmu pendidikan islam, H.M. Arifin mengatakan bahawa

rung lingkup Pendidikan Agama Islam itu mencakup: “segala bidang

kehidupan manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya

sebagai tempat menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik

diakhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliyah islamiyah

dalam pribadi manusia baru akan tercapai dengan efektif bilaman

dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah

ilmu pengetahuan kependidikan.”45

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

diberikan di sekolah umum maupun di madrasah meliputi:

a. Keimanan

Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang

enam, yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada Rasul,

45 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 1991), h. 13

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

33

Malaikat, percaya kepada kitab-kitab suci, Hari Kiamat, percaya

kepada Qadha’ dan Qadar.46

b. Ibadah

Mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan

Allah. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam

ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan

haji. Sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan

lainnya diatur dalam muamalat secara luas.

c. Al-Quran

Isi pengajaran Al-Quran diantaranya adalah pengenalan huruf

hijaiyah, cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan

tanda berhenti dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-

Quran lebih banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak

latihan dan pembiasaan.

d. Akhlak

Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan

kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang

timbul dalam kehidupan sehari-hari

e. Sejarah (tarikh)

Ruang lingkup sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan

pertumbuhan dan perkembangan umat islam, seperti peperangan yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw melawan orang kafir,

pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat serta riwayat

hidup Nabi Muhmmad Saw.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pendahuluan dan landasan teori yang telah diuraikan

sebelumnya, bahwa efektifitas pembelajaran merupakan hal yang sangat

penting untuk mencapai sebuah tujuan belajar. Siswa belajar haruslah terlibat

46 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

34

aktif dan mengkonstruksikan ide- idenya sendiri yang selanjutnya dibimbing

atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran dilakukan dengan masalah-masalah

kontekstual terlebih dahulu atau masalah-masalah yang mereka alami dalam

kehidupan sehari-hari supaya siswa mudah memahami dan mengingat

pelajaran.

Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari pendidikan nasional,

tujuan utamanya ialah membina dan mewarnai kehidupan anak didik dengan

nilai-nilai agama dan mengajarkan ilmu agama islam, sehingga mereka

mampu mengamalkan syariat islam dengan benar.

Upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam perlu diperhatikan Sehingga proses pembelajaran

yang dilakukan harus diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat

berpikir kreatif, mengadakan analisis, membentuk sikap positif, memecahkan

masalah, merangsang dan memungkinkan bagi sis w a u n t u k

mengorganisasikan belajarnya sendiri, berfikir secara mandiri serta bekerja

secara kooperatif untuk mengembangkan kemampuan abstraksi siswa juga

kemampuannya lainnya, sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami

konsep-konsep Pendidikan Agama Islam secara benar dan utuh serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

berbagai kemampuan siswa. Hal ini dapat dibantu dengan Peer Learning

yakni proses belajar bersama dengan temannya sebaya dan guru berperan

sebagai fasilitator sekaligus moderator dan pembimbing, melalui pembelajaran

kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pikirannya tanpa dihambat, mengembangkan bersama dengan

teman-temannya dapat saling belajar berkelanjutan, saling bekerja sama dalam

proses pembelajaran.

Melalui Pembelajaran kooperatif metode NHT siswa diberi kesempatan

bukan hanya sekedar belajar tetapi saling mengajarkan satu sama lain

sehingga diharapkan siswa mampu hanya berfikir sendiri dan

mempertanggungjawabkannya, namun juga saling berbagi dalam proses

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

35

transfer pengetahuan, selanjutnya melalui proses kebersamaan tersebut akan

melatih siswa mengembangkan kepekaan sosialnya tanpa menghambat

kemajuan dirinya sendiri karena siswa mempunyai lebih banyak kesempatan

untuk menghargai perbedaan, meningkatkan partisifasi, motivasi, sikap

positif, mengurangi kecemasan sehingga pada akhirnya keefektifan proses

belajar mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan paparan di

atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif metode NHT mampu

meningkatkan efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

C. Hipotesis

Dari kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar Pendidikan

Agama Islam yang pembelajarannya digunakan pembelajaran

kooperatif dengan metode NHT lebih efektif dari pada hasil belajar

Pendidikan Agama Islam siswa yang pembelajarannya digunakan

metode ekspositori.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Islam Al-Fajar Kedaung

Pamulang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester kedua, dari

tanggal 12 April – 29 Mei 2010.

B. Populasi dan Sampel

Suharismi Arikuanto mendefinisikan populasi adalah keseluruan subjek

penelitian.47 Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP

Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang yang telah terdaftar pada tahun ajaran

2009/2010 yang berjumlah 104 siswa yang berlokasi di Jl. Aria Putra No. 102

Kedaung Pamulang.

Sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi yang mewakili secara

representatif. Jumlah sampel diambil dari populasi terjangkau dan

pengambilan sampel diambil 4 kelas yang ada. Dari empat kelas tersebut

diundi kelas yang mana yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol sehingga didapat kelas VII C dengan jumlah sebanyak 31 siswa

sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D dengan jumlah sebanyak 33 siswa

sebagai kelas kontrol.

47 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta,1997), h. 115

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

37

Tabel 1

Populasi dan Sampel

No. Kelas Jumlah Siswa Sampel

1 VII C 31 30

2 VII D 33 30

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode

Quasi Eksperimen (eksperimen semu) yang dilakukan terhadap kelompok-

kelompok yang heterogen, dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi

dua kelompok pengamatan. Kelompok pertama adalah kelompok dengan

perlakuan metode pembelajaran kooperatif metode NHT dan kelompok

kedua dengan metode ekspositori. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 4 kali

pertemuan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian sebagai berikut:

Tabel 2

Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Tes

( R ) e Xe T

( R ) k Xk T

Keterangan :

e : Kelompok eksperimen

k : Kelompok kontrol

Xe : Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen

Xk : Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol

T : Tes yang sama pada kedua kelompok

D. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut ditempuh

dengan beberapa teknik yakni berupa:

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

38

1. Angket (kuesioner)

Angket dipergunakan untuk memperoleh data secara langsung kepada

subjek penelitian, yaitu siswa-siswi SMP Islam Al-Fajar. Dalam angket ini

berisikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan efektifitas penggunaan

metode NHT dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

dilakukan oleh guru yang bersangkutan, yang diisi oleh siswa swcara

langsung.

Adapun bentuk angket ini. . Format respon yang diberikan merujuk pada

“Skala Likert Modifikasi”. Skala model ini mempunyai 4 (empat) alternatif

pilihan jawaban. Tiap-tiap item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih

dari jenis pernyataan positif dan negatif.

Dari setiap jawaban untuk pertanyaan yang jawabannya bersifat positif,

penulis berikan bobot nilai, yaitu jika jawaban pilihannya “sangat setuju”

maka diberi bobot nilai 4, jika jawaban pilihannya “setuju” maka diberi bobot

nilai 3, jika jawaban pilihannya “tidak setuju” maka diberi bobot nilai 2, jika

jawaban pilihannya “sangat tidak setuju” maka diberi bobot nilai 1. Dan

untuk jawaban dari pertanyaan yang jawabannya bersifat negatif, maka untuk

jawaban pilihan “sangat setuju” maka diberi bobot nilai 1, jika jawaban

pilihannya “setuju” maka diberi bobot nilai 2, jika jawaban pilihannya “tidak

setuju” maka diberi bobot nilai 3, jika jawaban pilihannya “sangat tidak

setuju” maka diberi bobot nilai 4.

Tabel 3

Kisi-kisi instrumen tentang efektifitas belajar

Variabel Indikator No. Item Pertanyaan

Jumlah Positif Negatif

Efektifitas

Belajar

a. Metode pembelajaran

b. Pengelolaan kelas yang

kondusif

c. Sumber belajar

d. Mempergunakan umpan

2, 15

4, 14, 26

6, 13

5, 23, 28

8

17

9, 18

19, 27

3

4

4

5

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

39

balik untuk menentukan

tindakan yang lebih efektif

e. Komunikasi dan interaksi

f. Evaluasi

g. Memiliki tanggung jawab

yang besar

h. Hasil belajar

7, 12

25

1, 16, 22

3, 11, 30

20

-

10, 29

21, 24

3

1

5

5

Jumlah 19 11 30

Sebelum skala tersebut diberikan kepada responden, dilakukan dulu uji coba

kepada siswa kelas VII. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah

instrumen-instrumen tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.

a. Pengujian Validitas

Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah uji

validitas butir. Pengukuran validitas instrumen ini dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson sebagai berikut48 :

})(}{)({

))((2222 YYNXXN

YXXYNrxy

S-SS-S

SS-S=

Keterangan :

rxy = korelasi antara variabel X dan Y

X = Jumlah skor tiap-tiap butir

Y = Jumlah skor tiap-tiap siswa

X 2 = Jumlah skor tiap-tiap butir yang dikuadratkan

X 2 = Jumlah skor tiap-tiap siswa yang dikuadratkan

N = Jumlah Siswa

b. Pengujian Reliabilitas

Setelah dilakukan standarisasi nilai instrumen kemudian dilakukan

pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha dari Cronbach49.

48 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h. 175

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

40

2

22

.1 St

SiSt

m

mr

S-

-=

Keterangan :

r = koefisien reliabilitas instrumen

m = banyak butir pernyataan instrumen yang valid

St2 = varians skor seluruh pernyataan tiap siswa

åSi2 = Jumlah varians skor seluruh tes tiap item

2. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan

pencatatan secara sistematik untuk mengumpulkan data tentang

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Observasi dilakukan dengan

mengamati pembelajaran kooperatif metode NHT selama proses

pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan yaitu uji Liliefors dengan taraf signifikan α = 0,0550.

L = maks )()( ii ZSZF -

Dimana : s

xxi

iZ

-

-= , )()( ii ZZPZF £= dan

n

i

ZS

n

ii

å== 1)(

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

49 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Remaja,

1984), h. 138 50 Sudjana , Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2002), h. 466

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

41

Kriteria pengujiannya adalah :

Terima H0 jika L0 < Ltabel

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk melihat kehomogenan populasi. Untuk uji

homogenitas dilakukan uji Fisher, yaitu51 :

2

2

2

1

S

SF = Dimana,

)1(

)( 22

2

-

-=

å ånn

xxnS ii

Keterangan :

F = Homogenitas

S12 = Varians terbesar atau data pertama

S22 = Varians terkecil atau data kedua

Adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas ini adalah :

H0 diterima jika Fh < Ft

H0 ditolak jika Fh > Ft

H0 = data yang memiliki varians homogen

2. Uji Hipotesis

KE

g

KE

hit

n

1

n

1S

XXt

+

-= dimana ,

)2nn(

S)1n(S)1n(S

KE

2

KK

2

EE

g-+

-+-=

Keterangan :

EX = rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang diajar

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif metode

NHT

KX = rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang diajar

dengan menggunakan metode ekspositori

nE = jumlah sampel pada kelompok eksperimen

nK = jumlah sampel pada kelompok kontrol

2

ES = varians kelompok eksperimen

51 Sudjana, Metoda Statistika …, h. 250

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

42

2

KS = varians kelompok kontrol52

Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan )2nn( KE -+ dengan

taraf signifikan 05,0=a sebagai berikut:

H0 diterima jika t hit < t tabel

Ha ditolak jika t hit > t tabel

F. Hipotesis Statistik

H0 : µ 1 = µ 1

H1 : µ 1 > µ 2

µ 1 : rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam yang menggunakan

pembelajaran kooperatif metode NHT

µ 2 : rata-rata hasil belajar pendidikan agama islam yang menggunakan

pembelajaran kooperatif metode ekspositori

52 Sudjana, Metoda Statistika …, h. 239

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

46

yang ada, maka guru memanggil secara acak nomor dari kelompok tersebut,

semua nomor yang dipanggil dari seluruh kelompok secara bergantian maju

untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka bersama kelompoknya. Tiap

satu kali presentasi siswa selesai terjadi tanya jawab antara siswa yang

presentasi dengan siswa-siswa yang lainnya terkait dengan permasalahan

yang timbul atas jawaban siswa yang melakukan presentasi tersebut. Begitu

pula pada soal-soal selanjutnya sampai selesai.

Masing-masing kelompok bekerja sama sehingga pada akhirnya setiap

siswa dapat menguasai pokok bahasan secara utuh untuk menyelesaikan tugas

individu ataupun kelompok yang diberikan oleh guru.

Akan tetapi pada pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dengan

model pembelajaran NHT sehingga banyak siswa yang canggung saat diskusi

berlangsung, siswa masih malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan

dari rekannya sendiri saat diskusi berlangsung, siswa masih ragu-ragu untuk

menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.

4). Memantau berlangsungnya kerja kelompok kecil

Guru memantau kerja setiap kelompok yang telah dibentuk untuk

mengetahui bahwasannya kegiatan diskusi dan tanya jawab berlangsung

dengan lancar, dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa

dengan sepuas-puasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5). Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis atau tes lisan

secara acak, penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil.

Guru memberikan soal tes yang harus diselesaikan oleh kelompok untuk

menilai proses, juga tes kepada siswa (dengan tes formatif setiap pokok

bahasan) untuk mengetahui apakah siswa telah benar-benar menguasai pokok

bahasan hukum bacaan nun mati atau tanwin dan mim mati.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup atau kegiatan akhir dari pembelajaran merupakan tindak

lanjut dari kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti, yang harus direncanakan

dan dilaksanakan secara efektif oleh seorang guru. Kegitan akhir dalam

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

47

pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup

pelajaran, akan tetapi sebagai kegiatan untuk mengevaluasi atau memberikan

penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Tujuan pembelajaran dikatakan

berhasil apabila seluruh indikator dapat tercapai, siswa dapat memahami

materi yang diajarkan. Pada kegiatan penutup terdapat langkah- langkah yang

harus dilaksanakan, diantaranya:

a. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada

hal-hal yang kurang jelas.

b. Guru-Siswa memberikan tanggapan dari kesimpulan materi yang

didiskusikan oleh siswa.

c. Guru melakukan evaluasi.

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari kembali

materi yang telah mereka diskusikan

e. Ditutup dengan hamdalah oleh guru dan siswa.

Dari seluruh kegiatan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan metode NHT, pada

penerapannya sudah berjalan dengan efektif dan berhasil, akan tetapi penulis

merasa kesulitan pada pertemuan pertama, bisa dikatakan belum berhasil, hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Guru belum mampu membimbing siswa secara merata pada saat diskusi

berlangsung sehingga terdapat kelompok yang merasa terabaikan.

2. Guru belum bisa mengatur waktu sehingga proses pembelajaran belum

efisien.

3. Siswa belum terbiasa akan metode pembelajaran NHT sehingga siswa

masih bingung dalam proses pembelajaran.

4. Siswa masih belum berani mengutarakan pendapat mereka pada saat

diskusi berlangsung

5. Siswa masih merasa malu untuk tampil presentasi di depan kelas.

6. Siswa masih belum berani bertanya, mengemukakan sanggahan terhadap

teman dalam mempresentasikan hasil diskusinya.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui uji t diperoleh

nilai x Eksperimen = 70,70 dan nilai x Kontrol = 59,80 untuk α = 0,05 yaitu bahwa

kesimpulannya hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas VII SMP

I s l am Al -Fajar Kedaung Pamulang yang proses pembelajarannya

menggunakan pendekatan kooperatif metode NHT lebih efektif dibandingkan

siswa yang proses pembelajarannya dengan menggunakan metode ekspositori.

Berdasarkan data yang telah penulis analisis diatas maka penulis menarik

kesimpulan yaitu :

1. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode ekspositori didapat rata-rata

skor hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kurang ( x ) = 59,80 dari

pada rata-rata hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang

menggunakan pembelajaran model koopreatif metode NHT.

2. Pembelajaran yang dilakukan dengan metode NHT rata-rata skor hasil

belajar Pendidikan Agama Islam siswa lebih tinggi ( x ) = 70,70 dari pada

rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode ekspositori.

3. Metode pembelajaran kooperatif dengan metode NHT lebih efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, hal ini bisa kita lihat dari rata-rata skor hasil belajar Pendidikan

Agama Islam siswa lebih tinggi yang menggunakan metode NHT

dibandingkan dengan skor rata-rata siswa yang menggunakan metode

ekspositori.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

55

4. Metode pembelajaran NHT dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

belajar, membuat siswa berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan

jawaban selain itu juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Pada saat

dilakukan pembelajaran dengan metode ekspositori, proses pembelajaran

siswa terjadi hanya satu arah, hal ini berarti siswa kurang aktif dalam

pembelajaran. Namun, setelah dilaksanakan pembelajaran dengan metode

NHT siswa menjadi lebih aktif dikarenakan adanya diskusi kelompok dan

presentasi dalam model pembelajaran tersebut.

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini dan pengalaman mengajar yang terjadi selama

proses penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Metode Numbered Heads Together (NHT) perlu dilaksanakan oleh guru

karena metode ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa,

meningkatkan kemampuan, pemahaman dalam menyelesaikan soal,

suasana pembelajaranpun menjadi lebih menyenangkan, sehingga dapat

meningkatkan efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Dengan adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini disarankan

adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model

pembelajaran kooperatif metode NHT dapat diterapkan dan memberikan

hasil yang lebih baik pada semua mata pelajaran dengan materi yang

berbeda pada setiap jenjang pendidikan.

3. Guru perlu menjelaskan skenario pembelajaran kooperatif metode NHT

sebelum pembelajaran dilaksanakan, karena pembelajaran kooperatif

metode NHT relatif baru. Guru perlu memotivasi siswa agar berani

menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok.

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,

1997

Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002

Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qura’an dan Terjemah, Semarang:

CV. Adi Grafika, 1994

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1998

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun

2003 Tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2004

Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2002

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet.

Ke-1, 2000

Ibrahim, Muslimin,dkk, Pembelajaran Kooperatif, Universitas Negeri Surabaya:

2000

Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung:

Alfabeta, 2010

Kosasih, Rafli dan Sucipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998

Lie, Anita, Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: PT. Grasindo, 2002

Majid, Abdul, dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2006

Nata, Abudin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21526...teknik-teknik cooperative learning di dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti

57

Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Jakarta:

Remaja Rosda Karya, 1984

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007

Slavina, Cooperative Learning, USA: A. Simon and Schuster Company, 1995

Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004, cet. Ke-9

Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2002

Suherman, Erman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung:

FMIPA UPI, 2003

Suparno, Paul, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 1997

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2002, cet. Ke-7

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,

Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Winkle, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia

1996

Wirawan, Sarlito, S., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996

http:/www.damandiri.or.id./detail.php?id=238 24090,

http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learning.htm)

islamblogku.blogspot.com/.../pengertian-dan-tujuan-pendidikanagama_1274.html

This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com