bab ii kajian teori dan hipotesis 2.1 pembelajaran...

22
6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Pembelajaran Kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja (US. Departement of Education the National School-to-Work Office, Dalam Trianto,2007:101) Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Agus Suprijono,2009:79) Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat lebih konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mendoba, melakukan dan mengalami sendiri (Rusman,2013:190) Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya

Upload: trinhdang

Post on 23-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Pembelajaran Kontekstual

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang

membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja (US.

Departement of Education the National School-to-Work Office, Dalam

Trianto,2007:101)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Agus

Suprijono,2009:79)

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang

memberikan fasilitas kegiatan siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan

pengalaman belajar yang bersifat lebih konkret (terkait dengan kehidupan nyata)

melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mendoba, melakukan dan mengalami

sendiri (Rusman,2013:190)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya

7

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

(Trianto,2007:103)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai pengertian pembelajaran

kontekstual, maka dapat disimpulkan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses

pembelajaran dimana pendidik membawa peserta didiknya untuk membuat

hubungan mengenai materi pelajaran yang diajarkan dengan kondisi kehidupan

nyata siswa baik itu dari segi penerapannya dalam lingkungan sosial siswa,

lingkungan keluarga, maupun diri pribadi siswa.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru

(Rusman,2013:193-198)

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir dalam CTL, yaitu bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas. Dalam CTL strategi untuk membelajarkan siswa

menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang

diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak

pengetahuan yang harus diingat oleh siswa. Pembelajaran akan dirasakan memiliki

makna apabila secara lansung maupun tidak lansung berhubungan dengan

pengalaman sehari-hari yang dialami oleh siswa itu sendiri. Oleh karena itu setiap

guru harus memiliki bekal wawasan yang cukup luas, sehingga dengan

wawasannya itu, ia selalu dengan mudah memberikan ilustrasi, menggunakan

sumber belajar, dan media pembelajaran yang dapat meransang siswa untuk aktif

mencari dan melakukan serta menemukan sendiri kaitan antara konsep yang

dipelajari dengan pengalamannya. Dengan cara itu pengalaman belajar siswa akan

memfasilitasi kemampuan siswa untuk melakukan transformasi terhadap

pemecahan masalah lain yang memiliki sifat berkaitan, meskipun terjadi pada ruang

dan waktu yang berbeda.

2. Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan

akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta

kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

8

Dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil dari penemuan sendiri,

nilai kepuasan lebih tingi dibandingakan dengan pemberian. Beranjak dari logika

yang cukup sederhana itu tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila

dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran. Di mana hasil pembelajaran

merupakan hasil dan kreatifitas siswa sendiri, akan bersifat lebih lama diingat oleh

siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan pemberian dari guru.

Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan

pengalaman belajarnya sendiri.

3. Bertanya

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan

kebiasaan bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari bertanya.

Oleh karena itu bertanya merpakan strategi utama dari CTL. Penerapan unsur

bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya

atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong

pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Seperti pada tahapan

sebelumnya, berkembangnya kemampuan dan keinginan untuk bertanya, sangat

dipengeruhi oleh suasana pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Dalam

implimentasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan

alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada

kaitannya dengan kehidupan nyata. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan

lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan

mendalam, dan akan banyak ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak

terpikirkan oleh guru atau siswa.

4. Masyarakat belajar

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk

melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman

belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning komuniti bahwa hasil

pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai

pengalaman (sharing). Melalui sharing anak dibiasakan untuk saling memberi dan

menerima, sikap ketergantungan yang positif dalam learning komuniti

dikembangkan.

Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL

sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar

lain diluar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk

mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara

luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi

sumber manusia lain diluar kelas.

9

5. Pemodelan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan

hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka

ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan

lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, guru bukanlah satu-satunya

sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang

dimikili oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu,

tahap pembuatan model dapat diijadikan alternatif untuk mengembangkan

pembelajaran agar siswa bisa meemenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan

membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja

dipelajari. Dengan kara lain refleksi adalah berpikir kebelakang tentang apa-apa

yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru saja

dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan

atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi

kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan

melakukan diskusi dengan dirinya sendiri.

7. Penilaian sebenarnya

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah penilaian. Penilaian

sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat meenentukan

untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui

penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi

yang bisa emberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.

Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai

perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman

guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa

2.1.1 Skenario Pembelajaran Kontekstual

Dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, terlebih dahulu guru harus

merancang skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran harus di dasarkan pada

tujuh komponen utama dari CTL. Secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar

mengenai format program yang biasa di lakukan oleh guru di kelas dengan

pembelajaran kontekstual, hanya saja pembelajaran kontekstual lebih menekankan

10

pada pelaksanaan skenario pembelajarannya yaitu tahapan-tahapan tujuh

komponen utama pembelajaran kontekstual dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran. Tahapan-tahapan program pembelajaran kontekstual dapat dibagi

dalam lima poin yaitu:

1. Menyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan kegiatan

siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok dan

indikator hasil belajar.

2. Merumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajaran.

3. Menguraikan secara rinci media dan sumber belajar yang digunakan dalam

proses pembelajaran.

4. Merumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa

dalam melakukan proses pembelajaran.

5. Merumuskan dan melakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada

kemampuan sebenarnya yang dimiliki siswa pada saat pelaksanaan proses

pembelajaran, maupun diakhir proses pembelajaran.Karakteristik penilaian

autentik (Trianto,2007:115):

a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran

b. Bisa digunakan formatif maupun sumatif

c. Yang diukur keterampilan dan permormance bukan mengingat fakta

d. Berkesinambungan

e. Terintegrasi

f. Dapat digunakan sebagai feed Black

2.2 Pendekatan Pembelajaran Ilustrasi Menggunakan Media Grafis

11

Menurut Webster (dalam Effa,2011) istilah Graphic Material mempunyai

arti yang lebih luas, bukan hanya sekedar menggambarkan. Dalam bahasa yunani,

graphikos mengandung pengertian melukiskan atau menggambarkan garis- garis.

Sebagai kata sifat, graphics diartikan sebagai penjelasan yang hidup, uraian yang

kuat, atau penyajian yang efektif. Ada dua macam fungsi media grafis, salah

satunya fungsi umum yang dimana media grafis berfungsi untuk menyalurkan

pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera

penglihatan. Sedangkan secara khusus media grafis berfungsi pula untuk menarik

perhatian. Memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang

mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

2.2.1 Jenis-jenis media grafis

a. Gambar/ foto

Diantara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling

umum dipakai. Yang merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti

dan dinikmati dimana-mana. Kelebihan media gambar/foto

1. sifatnya konkrit lebih relistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan

dengan media verbal semata

2. gambar dapat mengtasi batasan ruang dan waktu

3. dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun

yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan

dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

4. dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat

usia berapa saja, sehingga dapat mencegah kesalah paham.

5. murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan

peralatan khusus.

Selain terdapat kelebihan, gambar/foto terdapat beberapa kelemahan

yaitu :

1. gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata

2. gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

3. ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

b. Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan

bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat diajar

mengambarkan. Selain dapat menarik perhatian murid, menhindari verbalisme dan

dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tidak perlu dipersoalkan

sebab media ini di buat langsung oleh guru.

c. Diagram

Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-

simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objeknya secara garis

besar, menunjukkan hubungan yang ada antara komponennya atau sifat-sifat proses

yang ada antara komponen di situ.

Diagram yang baik sebagai media pembelajaran adalah yang :

1. benar, digambar rapi, diberi titel, label dan penjelasan-penjalasan yang perlu

2. cukup besar dan ditempatkan secara strategis dan,

12

3. penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum dari kiri ke

kanan dan dari atas ke bawah.

d. Bagian / Chart

Seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau chart termasuk media

visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau lisan secara visual.

Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.

Sebagai media yang baik , bagan harusnya :

1. dapat dimengerti anak

2. sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit,

3. diganti pada waktu-waktu tertentu agar tetap termasa (up to date) juga tidak

kehilangan daya tarik

Menurut Azhar (2013:103) dalam penataan media yang berbasis visual,

harus memperhatikan prinsip-prinsip desain yaitu:

Kesederhanaan: jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa

menangkap dan memahami pesan yang di sajikan visual tersebut.

Keterpaduan: elemen-elemen yang ada di dalam visual harus saling terkait dan

menyatu di dalam keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk

yang menyeluruh yang daoat dikenal dan dapat membantu pemahaman pesan

dan informasi.

Penekanan: meskipun penyajian visual di rancang sesederhana mungkin, sering

kali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu

unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa.

Keseimbangan: bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang

penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak

seluruhnya simetri.

13

2.3 Materi prisma dan limas

2.3.1 Prisma

Berdasarkan rusuk tegaknya, prisma dibedakan menjadi dua, yaitu prisma

tegak dan prisma miring. Prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya

tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas. Prisma miring adalah prisma yang

rusuk-rusuk tegaknya tidak tegak lurus pada bidang atas dan bidang alas. Gambar

(a) dibawah adalah salah satu contoh prisma miring dan gambar (b) adalah salah

satu contoh prisma tegak.

Gambar 1. Prisma miring dan prisma tegak

Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma segitiga, prisma segi empat,

prisma segi lima, dan seterusnya. Jika alasnya berupa segi n beraturan maka disebut

prisma segi n beraturan. Gambar (b) diatas merupakan prisma tegak segi empat,

Gambar (c) diatas disebut prisma tegak segitiga, dan Gambar (a) diatas disebut

prisma miring segi empat beraturan.

Bagian-bagian prisma

1. Titik A, B, C, D, E, & F adalah titik sudut prisma.

2. ABC adalah bidang atas prisma.

3. DEF adalah bidang alas prisma.

4. Bidang ACFD, BCFE, & ABED adalah sisi tegak prisma.

5. AD , CF , dan BE adalah rusuk-rusuk tegak prisma sekaligus tinggi prisma

14

Kubus dan balok dapat dipandang sebagai prisma tegak, yaitu prisma tegak

segi empat. Setiap sisi kubus atau balok dapat dianggap sebagai bidang alas atau

bidang atas, dan rusuk yang tegak lurus terhadap bidang alas dan bidang atas

sebagai rusuk tegaknya.

2.3.2 Limas

Gambar dibawah ini adalah contoh bangun ruang limas.

Gambar 2. Limas

Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga,

segi empat, atau segi lima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang

berpotongan pada satu titik. Titik potong dari sisi-sisi tegak limas disebut titik

puncak limas. Seperti halnya prisma, pada limas juga diberi nama berdasarkan

bentuk bidang alasnya. Berdasarkan bentuk alas dan sisi-sisi tegaknya limas dapat

dibedakan menjadi limas segi n beraturan dan limas segi n sebarang. Gambar (a)

diatas merupakan limas segi tiga beraturan, gambar (b) merupakan limas segi empat

beraturan, gambar (c) merupakan limas segi lima beraturan, gambar (d) merupakan

limas segi tiga sebarang

a. Bagian-bagian limas

1. Titik A, B, C, dan D adalah titik sudut bidang alas

limas dan titik T adalah titik puncak limas.

15

2. TA , TB , TC , dan TD disebut rusuk tegak limas.

Jika limas beraturan maka TA = TB = TC = TD .

3. TAB, TBC, TCD, dan TAD adalah sisi tegak limas. Jika limas

beraturan maka masing-masing sisi tegak berbentuk segitiga sama kaki yang

sama dan sebangun.

4. AB , BC, CD, dan AD adalah rusuk bidang alas limas. (Jika limas

beraturan maka AB = BC =CD = AD ).

5. TO adalah tinggi limas.

Jika sebuah rusuk-rusuk pada alas sebuah limas diperbanyak, maka

bentuknya akan mendekati kerucut. Maka dari itu kerucut dapat dipandang sebagai

limas. Kerucut memiliki bidang alas berupa daerah lingkaran dan bidang sisi

tegaknya berupa bidang lengkung yang disebut selimut kerucut.

2.3.3 Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, Serta Bidang Diagonal Prisma Dan

Limas

Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal pada Prisma

Diagonal bidang alas prisma segi lima

ABCDE.FGHIJ, pada gambar disamping antara lain

AC , AD , dan BD. Bidang diagonalnya, antara lain

ACHF, ADIF, dan ECHJ. Ruas garis AH, AI, dan EH

adalah contoh diagonal ruang prisma tersebut.

Gambar 3. Diagonal prisma

Diagonal Bidang Alas, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal pada Limas

16

Gambar disamping menunjukkan limas T.ABCDE dengan

alas berbentuk segi lima beraturan. Diagonal bidang alasnya

adalah AC , AD , BD, BE , dan CE , sedangkan bidang

diagonalnya adalah TAC, TAD, TBD, TBE, dan TCE.

Gambar 4. Diagonal limas

Banyak Sisi, Rusuk, dan Titik Sudut Prisma Tegak dan Limas Beraturan

Prisma Tegak Beraturan

Gambar disamping menunjukkan bangun prisma tegak segi

empat PQRS.TUVW. Prisma PQRS.TUVW mempunyai

dua sisi (alas dan atas) yang sejajar dan kongruen, yaitu

PQRS dan TUVW. Selain itu, prisma PQRS.TUVW

memiliki empat sisi tegak yang kongruen, yaitu PQUT,

SRVW, QRVU, dan PSWT. Rusuk-rusuk sisi alasnya adalah

PQ , SR , PS , dan QR .

Limas Beraturan

Gambar disamping menunjukkan bangun limas segi

empat beraturan T.ABCD. Limas tersebut memiliki

empat rusuk tegak, yaitu TA , TB , TC , dan TD yang

sama panjang. Rusuk-rusuk alasnya adalah AB , BC,

CD , dan AD .

Rusuk-rusuk alas tersebut sama panjang, karena alasnya berbentuk segi empat

beraturan. Bidang ABCD adalah alas limas T.ABCD. Limas T.ABCD memiliki

empat sisi tegak yang sama dan sebangun, yaitu TAB, TBC, TAD, dan TCD.

17

2.3.3 Jaring-Jaring Prisma Dan Limas

Jaring-Jaring Prisma

Perhatikan gambar disamping, apabila prisma

tersebut dibuat pada kertas karton, maka bentuknya

akan seperti gambar dibawah ini.

Bentuk disamping disebut jaring-

jaring prisma.

Gambar 5. Jaring-jaring prisma

Jaring-Jaring Limas

Gambar 6. Jaring-jaring limas

Gambar (a) merupakan sebuah limas, apabila dibuat pada kertas karton,

maka bentuknya akan tampak seperti pada gambar (b). Gambar (b)

merupakan jarring-jaring limas.

18

2.3.4 Luas Permukaan Prisma Dan Limas

Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh

permukaan bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan

bangun ruang, perhatikan bentuk dan banyak sisi bangun ruang tersebut.

Luas Permukaan Prisma

Gambar (a) disamping menunjukkan prisma tegak

segitiga ABC.DEF, sedangkan Gambar (b)

menunjukkan jaring-jaring prisma tersebut.

berdasarkan gambar jaring-jaring prisma

disamping, dapat ditentukan Luas permukaan

prisma prisma.

Luas permukaan prisma = luas DEF + luas ABC + luas BADE + luas

ACFD + luas CBEF

= (2 x luas ABC) + (AB x BE) + (AC x AD) + (CB x CF)

= (2 x luas ABC) + [(AB + AC + CB) x AD]

= (2 x luas alas) + (keliling ABC x tinggi)

19

= (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

Dengan demikian, secara umum rumus luas permukaan prisma sebagai

berikut.

Luas permukaan prisma = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

Luas Permukaan Limas

Perhatikan Gambar (a) disamping menunjukkan

limas segi empat T.ABCD dengan alas berbentuk

persegi panjang. Adapun Gambar (b) menunjukkan

jaring-jaring limas segi empat tersebut. Seperti

menentukan luas permukaan prisma, dapat pula

ditentukan luas permukaan limas dengan mencari

luas jaring-jaring limas tersebut.

Luas permukaan limas = luas persegi ABCD + luas TAB + luas TBC

+ luas

TCD + luas TAD

= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut.

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

20

2.3.5 Volume Prisma Dan Limas

Volume Prisma

Perhatikan Gambar (a). Gambar tersebut menunjukkan sebuah balok

ABCD.EFGH. Balok merupakan salah satu contoh prisma tegak. Rumus

volume prisma dapat ditentukan dengan cara membagi balok ABCD. EFGH

tersebut menjadi dua prisma yang ukurannya sama. Jika balok

ABCD.EFGH dipotong menurut bidang BDHF maka akan diperoleh dua

prisma segitiga yang kongruen seperti Gambar (b) dan gambar (c).

Volume prisma ABD.EFH = x2

1 volume balok ABCD.EFGH

= x2

1 (AB x BC x FB)

= x2

1 luas ABCD x FB

= luas ABD x tinggi

= luas alas x tinggi

perhatikan gambar disamping. Gambar tersebut

menunjukkan prisma segi enam beraturan

ABCDEF.GHIJKL. Prisma tersebut dibagi menjadi 6

21

buah prisma yang sama dan sebangun. Perhatikan

prisma segitiga BCN.HIM. Prisma segi enam

beraturan ABCDEF.GHIJKL terdiri atas 6 buah

prisma BCN.HIM yang kongruen.

Dengan demikian volume prisma segi enam ABCDEF.GHIJKL

= 6 x volume prisma segitiga BCN.HIM

= 6 x luas BCN x CI

= 6 x luas alas x tinggi

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk setiap prisma

berlaku rumus berikut.

Volume prisma = luas alas x tinggi

Volume Limas

Untuk menemukan volume limas, perhatikan

Gambar disamping. Gambar disamping

menunjukkan kubus yang panjang rusuknya 2a.

Keempat diagonal ruangnya berpotongan di satu

titik, yaitu titik T, sehingga terbentuk enam buah

limas yang kongruen seperti Gambar (b).

Jika volume limas masing-masing adalah V maka

diperoleh hubungan berikut.

22

Volume limas = 6

1volume kubus

= 6

1axaxax 222

= axax 2)2(6

1 2

= axax 2)2(3

1= tinggixalasluasx

3

1

Jadi, dapat disimpulkan untuk setiap limas berlaku rumus berikut.

Volume limas = tinggixalasluasx3

1

2.4 Hasil Belajar Matematika

Sebelum melihat teori hasil belajar, terlebih dahulu harus di ketahui apa itu

belajar. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku setelah

mempelajari suatu objek (Hamzah B. Uno,2008:15). Belajar adalah satu proses

yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup (Azhar Arsyad,

2013:1). Adapun pendapat beberapa ahli mengenai belajar, yaitu sebagai berikut:

Belajar menurut pandangan Skiner

Skinner berpandangan belajar adalah suatu perilaku (dalam Dimyati, Mudjiono,

2009:9). Pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih baik.

Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar,

ditemukan adanya hal-hal sebagai berikut

- Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik

- Respon peserta didik

23

- Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.

Belajar menurut pandangan Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh lansung dari

proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Gagne belajar

terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal,

dan hasil belajar

Belajar menurut pandangan Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab

individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan.

Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi

dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Belajar menurut pandangan Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience (belajar

adalah perkembangan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu)

Geoch

Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan

24

Morgan

Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengetian belajar,

dapat disimpulkan belajar adalah proses perubahan tingkahlaku yang dialami oleh

setiap individu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan.

Adapun pendapat para ahli mengenai hasil belajar matematika yaitu sebagai

berikut: Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Agus Suprianto,2012:5). Merujuk

pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik

terhadap ransangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan

manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun manipulasi aturan.

2. Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasekan konsep dan

lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

25

4. Keterampilan motorik yaitu kekampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom hasil belajar mencakup tiga kawasan yaitu kognitif, afektif

dan psikomotorik (dalam Hamzah Uno,2008:35).

1. Kawasan kognitif: kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan

dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat

yang lebih tinggi yaitu evaluasi:

Tingkat pengetahuan (Knowledge): diartikan sebagai kemampuan

seseorang dalam menghafal atau mengulang kembali pengetahuan yang

pernah diterima

Tingkat pemahaman (Comprehension): diartikan sebagai kemampuan

seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau

menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang

pernah diterima.

Tingkat penerapan (Aplication): diartikan sebagai kemampuan seseorang

dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah

yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat analisis (Analysis): diartikan kemampuan seseorang dalam

menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Tingkat sintesis (Synthesis): diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang

ada sehingga terbentuk pola baru yang menyeluruh.

Tingkat evaluasi (Evaluation): diartikan sebagai kemampuan seseorang

dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria

atau pengetahuan yang dimilikinya.

2. Kawasan afektif

Kemauan menerima

Kemauan menanggapi

Berkeyakinan

Penerapan karya

Ketekunan dan ketelitian

3. Kawasan psikomotor

Persepsi

Kesiapan melakukan suatu kegiatan

Mekanisme

Respon terbimbing

Kemahiran

26

Adaptasi

Originasi

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan hasil belajar

matematika adalah perubahan yang dimiliki setiap individu dari semua aspek baik

itu dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian ini sebelumnya sebelumnya telah dilakukan oleh Nurhayati Igrisa

yang mengkaji tentang peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata

pelajaran matematika kelas VII SMP N 2 Kabila Kabupaten Bonebolango Propinsi

Gorontalo yang di terapkan pada materi persegi panjang dan persegi. Berdasarkan

hasil analisis penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran

matematika pada materi persegi panjang dan persegi dapat meningkatkan hasil

belajar pada kelas VII SMP N 2 Kabila. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat

hasil penelitian kelas eksperimen skor minimum 55 dan skor maksimum 93, dari

rentang skor minimum dan maksimum rata-rata yaitu 72,86 sedangkan untuk kelas

pembanding yang menggunakan pembelajaran konvensional diperleh skor

minimum 44 dan maksimum 83 dari rentang skor minimum dan skor maksimum

diperoleh skor rata2 61,86. Hal ini berarti hasil belajar siswa yang menggunakan

pendekatan kontekstual lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

27

2.6 Kerangka Berpikir

Secara umum pembelajaran yang terjadi di kelas khususnya dalam

pembelajaran matematika, metode yang digunakan dalam pembelajaran

matematika, hanya memungkinkan siswa tersebut untuk menghafal, baik itu

menghafal rumus ataupun simbol-simbol sehingga pembelajaran yang seperti ini

menyebabkan siswa menjadi bosan, fakum dan terbelenggunya rasa keingintahuan.

Permasalahan diatas dapat di atasi jika pembelajaran yang terjadi di kelas di kaitkan

dengan kehidupan nyata atau keseharian siswa. Sehingga siswa dapat menjadi aktif

dan memiliki rasa keterlibatan dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran

kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan

materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa dimana siswa mampu untuk

menerapkan lansung pengetahuan yang mereka dapatkan di kelas ke lingkungan

siswa itu sendiri. Dengan lansung menerapkan pengetahuan yang mereka dapatkan

di lingkungan mereka, pengetahuan ini akan lebih mengendap di benak siswa hal

ini dikarenakan siswa yang terlibat lansung dalam proses pembelajaran.

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini, adalah “Terdapat perbedaan antara hasil

belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, dengan

hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran ilustratif dengan

menggunakan media grafis”