bab ii kajian teori a. kematangan sosial anak usia dini 1 ...repository.ump.ac.id/8098/3/rizki...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kematangan Sosial Anak Usia Dini
1. Pengertian Kematangan Sosial
Ada berbagai istilah tentang kematangan sosial yang sering sekali orang
menyebut dengan istilah kematangan atau kedewasaan sosial. Berbagai
pendapat dan definisi menjelaskan tentang kematangan sosial.
Menurut Singgih (2013) definisi operasional dari kematangan sosial adalah
kemampuan individu untuk melakukan kegiatan yang mengarah pada
kemandirian dan muncul berdasarkan tingkat perkembangan yang dimiliki oleh
individu saat itu.
Menurut Soetjiningsih (1995) kematangan sosial merupakan suatu evolusi
perkembangan perilaku, yang nantinya seseorang dapat mengekspresikan
pengalamanya secara bertahap untuk meningkatkan kemampuannya untuk
mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap
kelompoknya.
Chaplin (2004:433) mendefinisikan kematangan sosial merupakan suatu
perkembangan keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan inidividu yang menjadi
ciri khas kelompoknya, dengan demikian ciri-ciri kematangan sosial itu
ditentukan oleh kelompok sosial di lingkungan tersebut.
Lebih lanjut, Doll (dalam Afifah dan Dwisusari 2016), mengungkapkan
bahwa kematangan sosial seseorang tampak dalam perilakunya. Perilaku
7
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
8
tersebut menunjukkan kemampuan individu dalam mengurus dirinya sendiri
dan partisipasinya dalam aktivitas-aktivitas yang mengarah pada kemandirian
sebagaimana layaknya orang dewasa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan sosial
adalah perkembangan perilaku dan kebiasaan individu dalam mengurus dirinya
sendiri dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kemandirian, yang
nantinya membuat individu tersebut lebih meningkatkan kemampuannya
untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan bertanggung jawab
terhadap kelompoknya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Sosial Anak
Lathifa dalam Khoirun (2012:15) kematangan sosial anak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain :
a. Faktor Internal (nature). Merupakan faktor bawaan yang mencakup semua
hal yang diperoleh sejak lahir misalnya bentuk fisik, bakat, intelegensi,
kepribadian. Dengan intelegensinya, orang menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Fungsi intelegensi adalah untuk memberi kemampuan untuk
mengajakkan penyesuaian dengan maksud tujuan, semakin tinggi taraf
intelegensi seseorang, maka ia semakin dapat menyesuaikan cara-caranya
untuk mencapai tujuanya. Karena orang yang memiliki intelegensi yang
tinggi akan cenderung mempunyai penyesuaian atau kematangan sosial
baik.
b. Faktor ekstrenal (nurture). Merupakan faktor yang berasal dari dalam dan
di luar lingkungan rumah, yang keduanya saling mempengaruhi. Misalnya,
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
9
pengaruh keluarga yang merupakan faktor sosial yang pertama dalam
kehidupan individu anak untuk menyatakan diri sebagai manusia sosial
yang melakukan interaksi dengan keluarga. Pengalaman dalam
berinteraksi dengan keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah
lakunya terhadap orang lain.
Menurut Hurlock (1998:28) pada kematangan umumnya perkembangan
merupakan hasil proses atau kedewasaan. Demikian pula, kematangan sosial
sebagai hasil proses Belajar anak yang diperolehnya melalui sosialisasi.
Sosialisasi merupakan proses dari penyerapan sikapsikap, nilai-nilai, terampil
dalam kebiasaan-kebiasaan menguasai masyarakat sehingga kebiasaan-
kebiasaan individu kelompoknya dan berperilaku sesuai dengan tuntutan
sosialnya dan dengan demikian individu akan menjadi orang yang mampu
bermasyarakat dan diterima di lingkungan sosialnya, sebagai cermin adanya
kematangan sosial sesorang anak maka haruslah melalui tahapan sosialisasi.
Proses sosialisasi meliputi beberapa proses yaitu:
a. Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial
b. Memainkan peran sosial yang diterima oleh lingkungannya
c. Terjadinya perkembangan sikap sosial akibat adanya proses sosialisasi
d. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat ikut ambil bagian dalam
aktifitas kelomponya atau dalam hubungannya dengan teman atau orang
dewasa yang lain.
Menurut Hurlock ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan
sosial, antara lain :
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
10
1. Usia kronologis dan usia mental.
Dikatakan oleh Meddinus dan Johnson (dalam Hurlock, 1998:101) bahwa
setiap usia tertentu mempunyai taraf perkembangan tertentu. Seiring
dengan bertambahnya usia, makin meningkat pula kemampuan anak
hingga akhirnya anak mampu menolong dirinya sendiri. Kemandirian ini
menunjukkan sudah adanya kematangan sosial pada diri anak.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan
kematangan sosial anak. Dikatakan oleh Hurlock (1989:137) bahwa
perkembangan anak sulung lebih diuntungkan daripada anak berikutnya
karena adanya dorongan dan rangsangan yang lebih banyak dari orang tua
dan lingkungannya. Adanya dorongan dan rangsangan ini dapat
meningkatkan pencapaian kematangan sosial.
3. Jenis kelamin
Anak perempuan memiliki minat sosial dan orientasi sosial yang lebih
baik daripada anak laki-laki (Anastasi, 1963). Kelebihan ini membuat anak
perempuan dapat berkomunikasi secara baik dengan teman sebaya maupun
orang dewasa sehingga anak dapat dengan mudah untuk terlibat dalam
aktivitas sosial
4. Keadaan keluarga
Seorang anak yang berasal dari keluarga yang keadaan sosial ekonominya
rendah akan lebih cepat memiliki kematangan sosial daripada anak yang
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
11
berasal dari keluarga yang sosial ekonominya lebih tinggi (Hurlock,
1981:78).
5. Besarnya jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang lebih banyak memungkinkan anak untuk
mempelajari ketrampilan sosial lebih awal (Hurlock,1981:78).
6. Keadaan diri anak
Seorang anak yang memiliki tubuh ideal akan lebih mudah mempelajari
ketrampilan sosial daripada anak yang memiliki tubuh kurus dan gemuk
(Hurlock, 1981:79).
3. Ciri-ciri Kematangan Sosial
Menurut Kartono (1990:17), kematangan sosial ditandai oleh kematangan-
kematangan potensi dari organism, baik fisik maupun psikis untuk terus mju
menuju pemekaran atau perkembangan secara maksimal. Oleh karena itu
prestasi dari penggunaan dan pengendalian ketrampilan atau fungsi tergantung
pada derajat kematangan, sebab kematangan ini mempengaruhi kualitas hasil
belajar. Kematangan sosial akan menimbulkan kesiapan pada diri untuk
mengembangkan tingkah laku sosialnya untuk dapat benar bersosialisasi
dengan baik.
Menurut Harlock (1990:120), adapun ciri-ciri tertentu yang menandai
adanya kematangan sosial yaitu :
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
12
a. Kemandirian
Menurut Harlock, pada umumnya seseorang ingin mandiri setelah
perkembangan mereka memungkinkan untuk belajar mandiri. Pada
kematangan sosialnya, seseorang akan melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang lain, terutama dari orang tuanya. Kemandirian
pada anak dapat dilihat dari berkurangnya keinginan mendapatkan bantuan
dan perlindungan.
b. Partisipasi Sosial
Adanya partisipasi sosial dapat dilihat dengan adanya tingkah laku
penyesuaian anak terhadap situasi baru dan tidak canggung dengan
kehadiran orang lain. Semakin baik partisipasi sosial yang ditunjukkan
maka akan semakin mempermudah anak diterima dalam suatu kelompok
sosial.
c. Pengontrol Emosi
Pengendalian diri ditandai dengan kemampuan anak untuk mengendalikan
perasaanya, disamping itu anak mulai dapat menilai dirinya berdasarkan
pandangan orang lain dan dapat mengerti perasaan orang lain.
d. Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk
menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompoknya pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan dengan
baik mempelajari berbagai keterampilan sosial, seperti kemampuan untuk
menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, baik teman
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
13
maupun orang yang belum dikenal sehingga sikap orang lain terhadap
mereka menyenangkan.
Sedangkan menurut Anderson (dalam Mappiare 1983:17) ciri-ciri
kematangan sosial adalah :
a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego semata
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien
c. Memiliki keobjektifan
d. Mampu mengendalikan perasaan pribadi
e. Memiliki tanggung jawab terhadap usaha-usaha pribadi
f. Menyesuaikan yang realistis terhadap situasi-situasi baru.
B. Full Day School di Taman Kanak-kanak
1. Konsep Sekolah Model Full Day School
Menurut Khusnaya (2016) secara harfiah full day school dapat diartikan
sebagai sekolah sehari penuh. Full day school berlangsung hampir sehari
penuh lamanya, yakni sekitar pukul tujuh pagi hingga pukul tiga sore.
Pengaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman materi merupakan hal yang
diutamakan dalam full day school.
Menurut Baharrudin (2014:221) menyatakan bahwa proses Belajar
mengajar full day school dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 WIB dengan
durasi istirahat setiap dua jam sekali. Sekolah full day dapat mengatur jadwal
pelajaran dengan leluasa dan disesuaikan dengan bobot mata pelajaran yang
ditambah dengan pendalaman materi keagamaan.
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
14
Menurut Sismanto (2007:5) full day school merupakan sekolah umum
yang memadukan sistem pengajaran islam secara intensif dengan menambahi
waktu khusus untuk pendalaman agama. Kebanyakan full day school sangat
konsen terhadap keseimbangan antara kecerdasan intelektualitas dan
spiritualitas peserta didiknya.
Menurut Schudin (2005) Full Day School merupakan suatu sistem
pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, dimana aktifitas anak banyak
dilakukan di sekolah daripada di rumah. Konsep dasar dari Full Day School
adalah intergrated curriculum dan intergreted activity yang merupakan bentuk
pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) yang
berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan
pengetahuan dengan sikap yang baik.
Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa full day school adalah
sekolah yang proses pembelajarannya dilakukan selama hampir satu hari penuh
dan proses pembelajarannya memadukan sistem pembelajaran islam secara
intensif sehingga akan menghasilkan anak (siswa) yang memiliki
keseimbangan kecerdasan intelektualitas dan spiritualitas.
Menurut Alaidroes format full day school meliputi beberapa aspek yaitu:
a. Kurikulum
Yaitu mengintegrasikan atau pemanduan program pendidikan umum dan
agama. Dengan memadukan kurikulum umum dan agama dalam suatu jalinan
kegiatan kegiatan belajar mengajar diharapkan peserta didik dapat memahami
esensi ilmu dalam perspektif yang utuh. Seperti yang sudah disinggung diatas,
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
15
dalam model full day school ini menggunakan intergreted curiculum dan
melalui pendekatan intregated activity. Sedangkan pengembangan full day
school diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak.
Pengembangan program ini dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum
dan pengelola KBM oleh guru dan pengelola yayasan/lembaga yang
bersangkutan. Pengembangan kurikulum harus dilaksanakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dari pengembangan
kurikulum ini diharapkan adanya perbaikan pengelola proses KBM yang akan
menunjang efektifitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan anak akan membantu anak mengoptimalkan
bakat, minat, dan potensi positifnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan intergreted curiculum adalah
perorganisasian kurikulum yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang
studi harus disajikan di depan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh
tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta
mengevaluasinya. Dalam integrated curriculum, suatu topik atau permasalahan
dibahas dengan berbagai pokok bahasan baik dari bidang studi yang sejenis
maupun dari bidang studi lain yang relevan.
Aktivitas siswa siswi di sekolah yang menggunakan full day school tidak
terbatas hanya di kelas seperti belajar. Sedangkan aktivitas yang ditawarkan
dalam program full day school yaitu berupa integreted activity. Dengan
pendekatan ini maka seluruh program dan aktivitas anak di sekolah mulai dari
belajar, bermain, makan, dan ibadah di kemas dalam suatu system pendidikan.
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
16
Dengan sistem ini pula diharapkan mampu memberikan nilai-nilai kehidupan
yang islam pada anak didik secara utuh dan terintregasi dalam tujuan
pendidikan.
Konsep pendidikan yang dijalankan sebenarnya adalah konsep effective
school yaitu bagaimana menciptakan lingkungan yang efektif bagi anak didik
sebagai konsekuensinya, anak-anak didik diberi waktu lebih banyak di sekolah.
b. Kegiatan belajar mengajar
Yaitu dengan mengoptimalisasikan pendekatan berbasis active
learning, siswa mesti dirangsang untuk aktif terlibat dalam setiap
aktivitas.
c. Iklim sekolah
Yaitu lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku dan segenap
peraturan yang diwujudkan dalam kerangka nilai-nilai Islam yang syar’i
melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan
ahlakul karimah.
Sekolah dapat dikatakan sebagai sekolah yang berbasis full day school
apabila sekolah tersebut memulai jam pembelajaran pukul 07.30-15.30 (sekitar
8 jam), sekolah tersebut memadukan sistem pengajaran islam secara intensif
dengan menambahi waktu khusus untuk pendalaman agama, konsen terhadap
keseimbangan antara kecerdasan intelektualitas dan spiritualitas peserta
didiknya, sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, dimana
aktifitas anak banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah, dan sekolah
tersebut menerapkan konsep pendidikan effective learning, intergrated
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
17
curriculum dan intergreted activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang
diharapkan dapat membentuk seorang anak (siswa) yang berintelektual tinggi
yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan dengan sikap
yang baik.
Tentunya, full day school yang diterapkan di Taman Kanak-kanak (TK)
tentu berbeda dengan full day school yang diterapkan di Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Akhir (SMA).
Pendidikan di jenjang Taman Kanak-kanak (TK) anak lebih banyak bermain,
karena pada usia itu merupakan fitroh anak untuk bermain. Sehingga
pembelajaran di TK ialah bermain seraya Belajar. Dan lebih ditekankan pada
sosialisasi sehingga anak dapat bersosialisasi, baik dengan teman sebaya
maupun orang dewasa. Di Taman Kanak-kanak (TK) anak akan memdapat
banyak pengalaman yang akan membantu anak dalam menyesuaikan diri pada
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Misalnya: mengenal adanya otorita
lain selain otorita orang tua, Belajar disiplin, Belajar mandiri, dan sebagainya.
Pengalaman ini akan memudahkan anak menyesuaikan diri nantinya di
Sekolah Dasar. Full day school yang diterapkan di TK tidak jauh berbeda
dengan full day school pada pendidikan jenjang tinggi lainnya. Hanya saja
kegiatan belajar mengajar di TK tidak dipadatkan selama satu hari penuh. Jika
kegiatan belajar dimulai pukul 07.30-12.30, maka sisa waktunya dari pukul
12.30-14.30 anak diberi waktu untuk istirahat tidur siang. Setelah itu
dilanjutkan pukul 14.30.15.30 dengan kegiatan mandi, kegiatan mengaji, snack
time dan berkemas-kemas untuk pulang.
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
18
2. Kelebihan dan Kelemahan Full Day School
Menurut Hasan (2006) Full Day School memiliki beberapa keunggulan
dan kelemahan antara lain :
a. Sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya pendidikan secara
utuh. Benyamin S Bloom menyatakan bahwa sasaran obyektifitas
pendidikan meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Karena melalui full day school tendensi ke arah penguatan pada sisi kognitif
saja dapat lebih dihindarkan, dalam arti aspek afektif siswa dapat lebih
diarahkan demikian juga dengan aspek psikomotorik.
b. Sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan
efektivitas proses edukasi. Full day school dengan menggunakan waktu
lebih panjang sangat memungkinkan bagi terwujudnya intensifikasi proses
pendidikan dalam arti siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai
dengan misi dan orientasi pendidikan, sebab aktivitas siswa lebih mudah
terpantau.
c. Sistem full day school merupakan sistem pendidikan yang terbukti efektif
dalam mengaplikasikan kemampuan siswa dalam segala hal, seperti aplikasi
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mencakup semua aspek baik itu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Namun demikian sistem pembelajaran model full day school tidak terlepas
dari kelemahan dan kekurangan, antara lain :
a. Sistem Full Day School acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa.
Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
19
baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan yang
padat dalam batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh.
b. Sistem full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan management
bagi pengelola. Agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang
berpola full day school berlangsung optimal, sangat dibutuhkan perhatian
dan curahan pemikiran terlebih dari pengelolanya, bahkan pengorbanan baik
fisik, psikologis, material, dan lainnya.
Selain penjelasan di atas, kekurangan full day school juga sebagai berikut:
a) Anak akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah
b) Mengurangi bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
c) Kurangnya waktu bermain
d) Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang
hidup bersama keluarganya.
3. Tujuan Full Day School
Pelaksanaan full day school merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi berbagai masalah pendidikan, baik dalam prestasi maupun dalam hal
moral ataupun akhlak. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat
mencegah dan menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang
menjerumus pada kegiatan yang negatif. Salah satu para orang tua memilih dan
memasukkan anaknya ke full day school adalah dari segi edukasi siswa
(Baharrudin 2010:230). Banyak alasan mengapa full day school menjadi
pilihan diantaranya :
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
20
a. Meningkatnya jumlah orang tua bekerja (parent-career) yang kurang
memberikan perhatian kepada anaknya, terutama hubungan dengan aktivitas
anak setelah pulang dari sekolah.
b. Perubahan sosial budaya mempengaruhi pola pikir dan cara pandang
masyarakat. Salah satu ciri masyarakat industri adalah mengukur
keberhasilan dengan materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola
kehidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada perubahan peran.
Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga, dengan tigas
utamanya mendidik anak, mulai bergeser. Peran ibu di zaman sekarang
tidak hanya sebatas ibu rumah tangga, namun seorang ibu juga dituntut
untuk dapat berkarier di luar rumah.
c. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak
dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi
komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia
komunikasi, dunia seolah-olah suah tanpa batas (bordeless world), dengan
banyaknya program televisi serta menjamurnya stasiun televisi membuat
anak-anak lebih enjoy untuk duduk di depan televisi dan bermain play
station (PS). Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan
berpikir keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia
pendidikan, yaitu sekolah berbasis full day school.
Menurut Siregar (2017), full day school mempunyai tujuan utama yaitu
membentuk kualitas akhlak siswa. Dan agar tercapai dilakukan bimbingan
khusus keagamaan yaitu antara lain dengan bimbingan shalat di sekolah.
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
21
Menurut Schudin (dalam Saputro 2017:14), ada beberapa garis-garis
program full day school yaitu:
1. Membentuk sikap yang islami
a. Pembentukan sikap yang islami
(1)Pengetahuan dasar tentng iman, islam, dan ikhsan
(2)Pengetahuan dasar tentang akhlak terpuji dan tercela
(3)Kecintaan kepada Allah dan Rosulnya
(4)Kebanggaan kepada Islam dan semangat memperjuangkanya
b. Pembiasaan berbudaya Islam
(1)Gemar beribadah
(2)Gemar Belajar
(3)Disiplin
(4)Kreatif
(5)Mandiri
(6)Hidup bersih dan sehat
(7)Adab-adab islam
2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan
a. Pengetahuan materi-materi pokok program pendidikan
b. Mengetahui dan terampil dalam beribadah sehari-hari
c. Memahami secara sederhana isi kandungan amaliyah sehari-hari
Dalam rangka memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna,
maka diterapkanlah sistem full day school dengan tujuan pembentukan akhlak
dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai yang positif, serta memberikan dasar
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
22
yang kuat dalam belajar di segala aspek. Full day school juga memberikan
dasar yang kuat dalam belajar pada segala aspek yaitu perkembangan
intelektual, fisik, sosial dan emosional. Karena dalam sistem full day school,
sekolah memiliki waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan sekolah
dasar konvensional pada umumnya.
Agar semua dapat terakomodir, kurikulum dalam sistem pembelajaran full
day school didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari
perkembangan siswa.
C. Indikator Kematangan Sosial Anak Usia Dini
Dalam rangka meneliti kematangan sosial anak usia dini, peneliti
membutuhkan indikator-indikator kematangan sosial anak yang selanjutnya
akan dikembangkan menjadi instrumen penelitian. Menurut Doll (dalam
Wulandari 2017:15), indikator kematangan sosial anak usia dini yaitu :
1. Menolong diri sendiri (self-help). Terdiri dari :
a. Anak mencuci muka sendiri
b. Anak mencuci tangan tanpa bantuan
c. Anak pergi tidur sendiri
d. Anak mengambil makanan sendiri
e. Anak mengembalikan piring dan sendok ke dapur setelah makan
f. Anak menggunakan sendok sendiri
g. Anak memotong makanannya sendiri
h. Anak makan sendiri tanpa disuapi
i. Anak menutup kancing baju sendiri
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
23
j. Anak memakai baju sendiri tanpa dibantu
k. Anak memakai kaos kaki sendiri tanpa bantuan
l. Anak memakai sepatu sendiri tanpa bantuan
2. Mengarahkan pada diri sendiri (self-direction), seperti :
a. Anak dapat mengatur waktu saat bermain.
b. Anak membereskan mainannya setelah bermain.
3. Gerak (locomotion), anak pergi ke sekolah dengan diantar hanya sampai
gerbang sekolah.
4. Pekerjaan (occupation), seperti :
a. Anak mampu menggunakan pensil.
b. Anak mampu melaksanakan perintah sederhana.
5. Sosialisasi (sosialization), seperti anak mampu mengikuti suatu permainan
bersama.
6. Komunikasi (communication), seperti :
a. Anak mampu menulis kata sederhana.
b. Anak mampu berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya.
Adapun indikator kematangan sosial menurut dinas pendidikan provinsi
jawa tengah dalam pedoman pengembangan kurikulum dan pembelajaran TK
holistik dan intregatif (2012:50) adalah sebagai berikut :
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
24
Tabel 2.1 indikator kematangan sosial anak usia dini
Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
1. Bersikap kooperatif dengan
teman • Dapat melaksanakan tugas
kelompok
• Dapat bekerjasama dengan
teman
• Mau bermain dengan teman
2. Menunjukkan sikap toleran • Mau meminjamkan miliknya
• Mau berbagi dengan teman
• Saling membantu sesama
teman
3. Mengenal tata krama dan
sopan santun sesuai dengan
nilai sosial budaya
• Memberi dan membalas salam
• Berbicara dengan tidak
berteriak
4. Memahami peraturan • Datang ke sekolah tepat waktu
• Mentaati tata krama sekolah
• Mentaati aturan/tata tertib di
kelas
• Mentaati aturan permainan
5. Memahami rasa empati • Menghibur teman yang sedih
• Mendoakan teman yang sakit
• Suka menolong
• Mau memberi dan menerima
maaf
6. Memiliki sikap gigih • Melaksanakan tugas sendiri
sampai selasai
• Dapat menerima kritik
• Berani bertanya dan menjaab
pertanyaan
• Bertanggung jawab atas
tugasnya
7. Menghargai keunggulan orang
lain • Dapat memuji teman/orang
lain
• Menghargai hasil karya
teman/orang lain
• Menghargai keunggulan
teman/orang lain
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
25
Sementara itu, Petersen dan Wittmer (2015: 155) menjelaskan indikator
kematangan sosial anak meliputi :
1. Perilaku dan kemampuan sosial.
a. Kemampuan dan keinginan untuk menghibur, membantu, membela dan
berteman dengan sebaya.
b. Kemampuan memikirkan perasaan dan perspektif orang lain.
2. Kemampuan bermain.
a. Kemampuan bermain merujuk pada kemampuan terlibat dalam kegiatan
dengan sebaya dengan menggunakan mainan, peralatan dan material.
b. Kemampuan bermain dan permainan interaktif dan ritual.
3. Negoisasi dan pengelolaan konflik atas perasaan agresif
a. Kemampuan terlibat dalam ketidaksetujuan yang sehat dan menggunakan
perundingan dan strategi menyelesaikan masalah sebagai respons
terhadap ketidaksetujuan.
b. Kemampuan mempelajari strategi untuk mengelola perasaan agresif dan
marah.
Dari berbagai pendapat diatas, peneliti mengadopsi sepuluh indikator
yang akan dikembangkan sebagai instrumen penelitian, yaitu :
1. Anak memiliki keterampilan saat makan
2. Anak memiliki keterampilan berpakaian
3. Dapat bekerjasama dengan teman
4. Mau bermain dengan teman
5. Mau berbagi dengan teman
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
26
6. Mentaati peraturan permainan
7. Menghibur teman yang sedih
8. Berani bertanya dan menjawab pertanyaan
9. Bertanggung jawab atas tugasnya
10. Menghargai hasil karya teman/orang lain
7. Pedoman Penilaian Kematangan Sosial Anak Usia Dini
Menurut Sugiyono (2014:141) penyusunan instrumen dengan rating scale
harus mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada
setiap item instrumen. Penjabaran arti tersebut dalam penelitian ini dituangkan
pada interval jawaban dan pedoman penelitian. Menurut Wild dan Mazis (1978)
dalam Friedman (1999:117) berikut ini adalah rating scale atau skala penilaian
interval jawaban yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu :
1 = Poor
2 = Avarage
3 = Good
4 = Very Good
5 = Excellent
Adapun arti dalam penelitian ini adalah :
1 = Poor (Lemah)
2 = Avarage (Sedang)
3 = Good (Baik)
4 = Very Good (Sangat Baik)
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
27
5 = Excellent (Luar biasa)
Berdasarkan proses bimbingan, maka peneliti mengadopsi dan
mengembangkan skala penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini
dengan beberapa pertimbangan.
1. Bila kematangan sosial anak belum berkembang
2. Bila kematangan sosial anak perlu dimotivasi
3. Bila kematangan sosial anak mulai muncul dengan terbatas
4. Bila kematangan sosial anak berkembang sesuai harapan
5. Bila kematangan sosial berkembang secara optimal
Sedangkan pedoman penilaian kematangan sosial anak yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Item skala pengukuran : anak memiliki ketrampilan makan (makan
dengan menggunakan alat makan sendiri)
1 : Bila anak belum bisa sama sekali makan dengan menggunakan
alat makan sendiri
2 : Bila anak mulai mau makan dengan menggunakan alat makan
sendiri jika dimotivasi
3 : Bila anak mau makan dengan menggunakan alat makan sendiri
dan intensitas masih terbatas (kadang-kadang)
4 : bila anak sudah mampu makan dengan menggunakan alat makan
sendiri secara terus menerus
5 : bila anak sudah mampu makan dengan menggunakan alat makan
sendiri secara optimal
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
28
2) Item skala pengukuran : Anak memiliki keterampilan berpakaian
(menggunakan pakaian)
1 : Bila anak belum mampu menggunakan pakaianya sendiri
2 : Bila anak mulai mampu menggunakan pakaianya sendiri jika
dimotivasi
3 : Bila anak mampu menggunakan pakaianya sendiri tetapi masih
sedikit dibantu
4 : Bila anak sudah mampu menggunakan pakaianya sendiri setiap
harinya
5 : Bila anak sudah mampu menggunakan pakaianya sendiri secara
optimal
3) Item skala pengukuran : Anak dapat bekerjasama dengan teman
1 : Bila anak belum mampu bekerjasama dengan temannya
2 : Bila anak mulai mampu bekerjasama dengan temannya jika
dimotivasi
3 : Bila anak mampu bekerjasama dengan temannya dengan intensitas
waktu terbatas
4 : Bila anak sudah mampu bekerjasama dengan temannya secara terus
menerus
5 : Bila anak sudah mampu bekerjasama dengan temannya secara
optimal
4) Item skala pengukuran : Anak mau bermain dengan teman
1 : Bila anak belum mampu bermain dengan temannya
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
29
2 : Bila anak mulai mau bermain dengan temannya jika dimotivasi
3 : Bila anak mau bermain dengan temannya dengan intensitas waktu
terbatas
4 : Bila anak sudah mampu bermain dengan temannya secara terus
menerus
5 : Bila anak sudah mampu bermain dengan temannya secara optimal
5) Item skala pengukuran : Mau berbagi dengan teman
1 : Bila anak belum mampu berbagi dengan temannya
2 : Bila anak mulai mau berbagi dengan temannya jika dimotivasi
3 : Bila anak mau berbagi dengan temannya dengan intensitas waktu
terbatas
4 : Bila anak sudah mampu berbagi dengan temannya secara terus
menerus
5 : Bila anak sudah mampu berbagi dengan temannya secara optimal
6) Item skala pengukuran : Mentaati peraturan permainan
1 : Bila anak belum mampu mentaati peraturan permainan
2 : Bila anak mulai mampu mentaati peraturan permainan jika
dimotivasi
3 : Bila anak mampu mentaati peraturan permainan dengan intensitas
waktu terbatas
4 : Bila anak sudah mampu mentaati peraturan permainan secara terus
menerus
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
30
5 : Bila anak sudah mampu mentaati peraturan permainan secara
optimal
7) Item skala pengukuran : Menghibur teman yang sedih
1 : Bila anak belum mampu menghibur teman yang sedih
2 : Bila anak mulai mampu menghibur teman yang sedih jika
dimotivasi
3 : Bila anak mampu menghibur teman yang sedih dengan intensitas
waktu yang terbatas
4 : Bila anak sudah mampu menghibur teman yang sedih secara terus
menerus
5 : Bila anak sudah mampu menghibur teman yang sedih secara
optimal
8) Item skala pengukuran : Berani bertanya dan menjawab pertanyaan
1 : Bila anak belum berani bertanya dan menjawab pertanyaan
2 : Bila anak mulai mampu bertanya/menjawab pertanyaan
3 : Bila anak mampu bertanya dan menjawab pertanyaan
4 : Bila anak sudah mampu bertanya dan menjawab pertanyaan secara
terus menerus
5 : Bila anak sudah mampu bertanya dan menjawab pertanyaan secara
optimal
9) Item skala pengukuran : Bertanggung jawab atas tugasnya
1 : Bila anak belum mampu bertanggung jawab atas tugasnya
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
31
2 : Bila anak mulai mampu bertanggung jawab atas tugasnya jika
dimotivasi
3 : Bila anak mampu bertanggung jawab atas tugasnya dengan
intensitas waktu yang terbatas
4 : Bila anak sudah mampu bertanggung jawab atas tugasnya secara
terus menerus
5 : Bila anak sudah mampu bertanggung jawab atas tugasnya secara
optimal
10) Item skala pengukuran : Menghargai hasil karya teman/orang lain
1 : Bila anak belum mampu menghargai hasil karya teman/orang lain
2 : Bila anak mulai mampu menghargai hasil karya teman/orang lain
jika dimotivasi
3 : Bila anak mampu menghargai hasil karya teman/orang lain dengan
intensitas waktu yang terbatas
4 : Bila anak sudah mampu menghargai hasil karya teman/orang lain
secara terus menerus
5 : Bila anak sudah mampu menghargai hasil karya teman/orang lain
secara optimal
Menurut Supangat, (2008:21-22) berikut beberapa cara untuk mencari
distribusi frekuensi :
R = Nilai𝑚𝑎𝑥 − Nilai𝑚𝑖𝑛
P = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑏 =
𝑅
𝑏
Keterangan : R = Rentau
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018
32
b = Banyak Kelas
diketahui :
Nilai minimal : 10
Nilai maksimal : 50
R = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑚𝑎𝑥 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
= 50-10 = 40
P = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑏 =
𝑅
𝑏
= 40
5= 8
Dari perhitungan diatas, dapat dibuat kriteria dan kelas interval sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Penilaian Kematangan Sosial Anak Usia Dini
No Kriteria Kelas Interval
1. Kematangan sosial anak belum
berkembang/belum mencapai
kematangan sosial
10-18
2. Kematangan sosial anak mulai
berkembang jika dimotivasi
19-26
3. Kematangan sosial anak
berkembang dengan intensitas
waktu yang terbatas
27-34
4. Kematangan sosial anak sudah
berkembang/sudah mencapai
kematangan sosial
35-42
5. Kematangan sosial anak sangat
baik dan berjalan secara
optimal/sudah mencapai
kematangan sosial anak usia dini
43-50
Implikasi Full Day..., Rizki Agustina, FKIP UMP, 2018