14 tingkat kematangan gonad pengamatan tingkat kematangan

15

Upload: vanlien

Post on 14-Jan-2017

287 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

14

Tingkat Kematangan Gonad

Pengamatan Tingkat

Kematangan Gonad secara morfologi

hasilnya disajikan pada Tabel 2. Secara

morfologi, pada awal penelitian (hari

ke 0) terlihat bahwa kematangan gonad

berada pada TKG I, ovarium berwarna

coklat muda dan butiran telur belum

dapat dilihat dengan mata. Setelah

diberikan perlakuan dengan pemberian

hormon OODEV, maka TKG mulai

meningkat sampai pada hari ke 28

berada pada TKG III dimana ukuran

ovarium relatif lebih besar dan mengisi

sampai sepertiga rongga perut dan

butiran telur terlihat jelas.

Tabel 2.Rerata diameter telur induk ikan

Perlakuan Rerata Diameter Telur (mm)

A 0,3±0,01087 B 0,8±0,2055 C 0,9±0,5766 D 0±0

Diameter Telur

Data rerata diameter sel telur

terlihat bahwa perlakuan C lebih besar

dibandingkan perlakuan lainnya, ini

disebabkan sel telur berkembang lebih

cepat dibanding perlakuan yang

lainnya ukuran sel telur lebih besar

dari normalnya sedangkan pada

perlakuan D (kontrol) tidak ditemukan

sel telur.

Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur

yang dihasilkan dalam satu siklus

reproduksi, fekunditas juga

menunjukan kualitas dari induk betina.

Data fekunditas dapat dilihat pada

Tabel 3. Pengamatan terhadap induk

ikan patin selama proses penelitian

dengan empat perlakuan yang

diujicobakan diperoleh data banyaknya

sel telur yang di keluarkan. Tabel 3. Rerata Fekunditas Induk masing-

masing perlakuan Perlakuan RerataFekunditas (butir)

A 1.208.510±78472,2

B 1.130.568±84082,8

C 805.697±547788,4

D 0±0

Gambar 2. Grafik fekunditas induk ikan patin dari empat perlakuan

hal. 10-16

Page 2: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

15

Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air

pada awal dan akhir penelitian

disajikan dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4. hasil analisa kualitas air No Parameter Awal

penelitian

Akhir penelitian

Pustaka

1 Suhu ( ̊C) 29,3 29,5 28-29 ̊C (Djariah, 2001).

2 pH 7,3 7,0 7,2-7,5 (Djariah, 2001).

3 DO (mg/l) 4,4 4,6 2-5 ppm (Djariah, 2001).

4 Amoniak (mg/l) 0,23 0,25 <1 ppm (Djariah, 2001).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Induksi Oodev memberikan

pengaruh terhadap proses

vitelogenesis dengan indikator

pengamatan peningkatan Growth

Rate, berat gonad, tingkat

kematangan gonad, diameter telur

dan fekunditas dari induk ikan

patin yang diteliti dimana

pemberian pakan kondisional.

2. Terjadi perkembangan reproduksi

ditandai dengan rerata berat gonad

menunjukkan lebih dari 10% (30 –

40%) dari rerata berat induk ikan

patin yang diteliti.

3. Induksi Oodev menunjukkan

bahwa semakin tinggi dosis

Oodev yang diberikan akan

memperbesar ukuran diameter

telur dan TKG dari induk ikan

patin.

Saran

1. Dapat disarankan pengunaan

dosis Oodev 0,5 ml/ kg induk

ikan patin untuk rematurasi

karena dosis ini dinilai lebih

ekonomis.

2. Untuk penelitian rematurasi

menggunakan Oodev dapat

dilakukan dengan komoditas

ikan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA Mackenzie, D., P. Thomas dan S.M. Farrar. 1989. Seasonal changes in thyroid and

reproductive steroids hormones in female channel catfish, Ictalurus punctatus in pond culture. Aquaculture.78 : 63-80.

AgusTinus : Kinerja Reproduksi Dengan Induksi OODEV.....

Page 3: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

16

Ng,TB., and D. R. Idler 1984. Yolk formation and differetiantion in teleoteifishes. In W. S. Hoar, D. J. Randall and Donaldson (Eds). FishPhysiology Vol. IX. Academic Press, New York.

Siregar, M. 1999. Stimulasi pematangan gonad bakal induk betina ikan jambal Siam

(Pangasius hypophthalmus) dengan hormoe hCG. Tesis program pascasarjana IPB. Bogor. 41 hal

Wiegand, M.D. 1984.Vitellogenesis in fishes p:233-241. In reproductive physiology

of fish edited by Richer, G.J. and H.J.Goss.Proc.Of Intern Symposium.On Reprod. Physiol. Fish Centre for Agricultural Publishing and Documentation. Weginegen.

Zairin, M. Jr. Dkk. 2004. Pengaruh Pemberian Hormon aLH-RH Melalui Emulsi

W/O/W LG (C-14) pada Perkembangan Gonad Induk Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur Indonesia 3 :15- 21.

hal. 10-16

Page 4: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

17

EFISIENSI PEMBERIAN PERUPUK TERHADAP SERAPAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET

EFFICIENCY PERUPUK AGAINST THE ABSORPTION LIQUID WASTE RUBBER INDUSTRY

1) Deddy Dharmaji

1)Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

This research was aimed to analyze the ability of perupuk (Phragmites karka Trin) in reducing the element of rubber industrial liquid waste polluters on the scale of the laboratory. The method used was the method of survey. The data from laboratory test were tabulated and analyzed descriptively and the level of efficiency was calculated. Referring to South Kalimantan Governor Regulation Number 36 in 2008, the results showed that, TSS parameters started to be effectively reduced on day 10 (T 1) with close to 84,33 mg/l (32.53%), BOD5 started to be effectively reduced on day 20 (T 2) with close to 24.00 mg/l (99,29%), and COD started to be effectively reduced on day 20 (T 2) with close to 44,65 mg/l (98,90%) due to the levels were already below the value of the Quality Standard Liquid Waste (QSLW). Generally, time retention was best accomplished on day 30 (T 3) in reducing liquid waste rubber industry. Keywords: Fitoremediasi, Rubber, Liquid Waste, Perupuk

PENDAHULUAN

Masalah utama yang dihadapi oleh

sumber daya air meliputi kuantitas air

yang sudah tidak mampu memenuhi

kebutuhan yang terus meningkat dan

kualitas air untuk keperluan domestik

yang semakin menurun. Kegiatan

industri dan kegiatan lain berdampak

negatif terhadap sumber daya air,

antara lain menurunkan kulitas air.

Kondisi ini dapat menimbulkan

gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi

makhluk hidup yang bergantung pada

sumber daya air.

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

Page 5: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

18

Menurut Sumarwoto (1989),

pencemaran Daerah Aliran Sungai

(DAS) atau perairan umum lainnya

oleh industri karena tidak mempunyai

tempat dan alat pengolah limbah

sehingga industri membuang

limbahnya ke sungai.

Karakter air limbah industri karet

dalam pengolahan karet sheet (Ribbed

Smoked Sheet / RSS) memerlukan air

yang banyak, yang berfungsi sebagai

pengencer lateks, mencuci koagulan,

merendam sheet dan mencuci bak-bak

koagulasi, mesin gilingan, lantai pabrik

dan lain sebagainya. Pada pengolahan

karet sheet juga dipergunakan bahan-

bahan kimia tertentu seperti asam

semut, sehingga kemasaman air

buangan berkisar antara 5 – 5,2

(BBKKP, 1982).

Menurut Chairuddin (1994),

limbah cair karet mengandung bahan

organik dan anorganik yang mudah

terurai serta mengandung nutrien yang

potensial. Limbah cair karet

mengandung bahan organik yang

berasal dari serum dan partikel karet

yang belum terkoagulasi. Dalam

serum terdapat protein, gula, lemak,

garam organik dan mikroorganisme.

Limbah hasil proses industri karet

memiliki polutan yaitu bahan yang

dapat menimbukan polusi

pencemaran/pengotoran yang sangat

tinggi apabila tidak dilakukan

pengelolaan yang tepat. Apabila

limbah karet ini langsung dibuang ke

perairan tanpa pengelolaan yang tepat,

akan menimbulkan dampak negatif

bagi lingkungan perairan dan

masyarakat di sekitarnya.

Menurut Muthurajah, John dan

Lee (1973) di dalam Najamuddin

(1996), limbah hasil prosessing pabrik

karet memiliki sifat bahan pencemar

yang sangat tinggi, yang kadar

pencemarnya terhadap lingkungan

perairan tergantung kepada kualitas air

tempat pembuangan suatu jenis limbah.

Pada proses pengolahan karet

remah/crumb rubber, tergolong proses

basah yang memerlukan air hampir

pada setiap proses. Apalagi jika

mengolah bahan baku dari karet rakyat,

disebabkan tingginya kadar kotoran

dalam bahan baku, pengolahan low

grade ini memerlukan air yang lebih

banyak daripada yang diperlukan untuk

pengolahan high grade. Air untuk

proses pengolahan karet remah,

sebagian besar digunakan untuk

pembersihan dan penggilingan. Untuk

hal. 17-28

Page 6: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

19

proses pengolahan karet remah

dibutuhkan air sebanyak 40 m3/ton

karet. Pada umumnya air limbah

pabrik karet remah bersifat asam

dengan pH 5.5 – 6. Hal ini disebabkan

pemakaian asam asetat atau asam

format untuk proses penggumpalan

lateks. Limbah cair hasil produksi karet

mengandung Chemical Oxygen

Demand (COD), Biological Oxygen

Demand (BOD5), dan tingkat

keasaman (pH) yang tinggi, selain

NH3-N, TSS, P-Total dan kandungan

logam Zn.

Industri karet dihadapkan pada

kendala biaya pengolahan limbah cair

yang cukup tinggi, memerlukan

perawatan peralatan yang kontinyu,

dan memerlukan tenaga ahli khusus

untuk mengoperasikan instalasi

pengolahan limbah. Oleh karena itu

diusahakan untuk mendapatkan cara

pengolahan limbah dengan biaya

murah dan perawatan yang lebih

mudah dan sederhana (Behera et al.,

1984).

Kemajuan-kemajuan yang

dicapai di bidang ilmu tumbuhan air

telah berhasil memanfaatkan beberapa

jenis tumbuhan air yang tersedia secara

melimpah untuk digunakan sebagai

diversifikasi pengolah limbah cair

berbasis fitoremediasi. Namun

kenyataannya, penggunaan tumbuhan

air harus disinergikan dengan

perbaikan lingkungan tempat

pengelolaannya. Pengembangan unit

instalasi pengolahan air limbah

berteknologi seperti sistem biofilm,

sludge dan lumpur aktif dan macam

teknologi lainnya yang saat ini telah

banyak dikembangkan namun

tergolong high cost dan biaya

maintenance yang relatif besar dengan

melibatkan tenaga ahli/operator yang

terampil untuk mengelola unit instalasi

tersebut.

Tumbuhan air sering dianggap

gulma, karena pertumbuhan yang cepat

dan doubling time (DT) pendek (Hisbi,

1992). Perupuk (Phragmites karka)

dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pengolah limbah cair, dapat

menghilangkan bau serta nyamuk

(Kurniadie, 2001). Tumbuhan purun

tikus (Eleocharis dulcis) secara

ekologis berperan sebagai tumbuhan

biofilter yang dapat menetralisir

unsur beracun dan kemasaman di

lahan sulfat masam dengan menyerap

Fe sebesar 80,0-1.559,5 ppm dan SO4

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

Page 7: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

20

sebesar 7,88-12,63 ppm (Atika, dkk.,

2009).

Pemanfaatan dan potensi

tumbuhan air sebagai fitoremediasi

dalam instalasi pengelolaan limbah cair

industri belum banyak dikembangkan

padahal jenis-jenis makrofita akuatik

ini dianggap penting karena berkaitan

dengan laju penyerapan nutrien dan

unsur-unsur pencemar tumbuhan air

tersebut. Efektivitas dan efesiensi

pengolahan limbah cair industri

terhadap laju penyerapan nutrien yang

berarti pula proses pemiskinan

kandungan parameter kimia air

berdasarkan kemampuan makrofita

akuatik dalam menyerap unsur-unsur

pencemar dan nutrien dalam instalasi

limbah. Instalasi pengolah limbah cair

menggunakan tumbuhan air

merupakan salah satu metode/sistem

pengolah air limbah yang sifatnya

ekonomis, mudah dan bersifat tepat

guna.

Potensi daya reduksi makrofita

akuatik lokal Purun Tikus (Eleocharis

dulcis), Perupuk (Phragmites karka)

dan Kiambang (Salvinia Molesta),

Eceng gondok (Eichornia crassipers),

Kangkung (Ipomea aquatica) belum

banyak diteliti dalam perbaikan

kualitas perairan instalasi limbah

industri karet, baik pengaruhnya

terhadap kondisi parameter perairan,

kandungan daya ekstraksi terbesar

tanaman air dan kemampuan media

hidup biota ikan serta kandungan

logam berat dalam jaringan ikan yang

berada di instalasi limbah.

Salah satu cara pengelolaan air

limbah karet dengan teknologi murah

dan mudah serta cocok diterapkan di

Indonesia khususnya di Kalimantan

Selatan adalah menggunakan berbagai

gulma air seperti gelagah / perupuk

(Phragmites karka Trin) (John, 1984,

di dalam Kurniadie, 2001).

Penelitian mengenai gulma

gelagah (perupuk : sebutan masyarakat

lokal di daerah Kalimantan Selatan,

telah banyak dilakukan, seperti

pembuatan Instalasi Pengolah Limbah

Biologis (IPALbio) dengan

memanfaatkan gulma gelagah

menunjukkan efisiensi-efisiensi

pembersih yang tinggi diantaranya

efisiensi pembersih BOD5 > 85%,

efisiensi pembersih COD > 81%,

efisiensi pembersih NH4-N > 90%, dan

efisiensi pembersih bakteri coli > 99%.

Hal ini menunjukkan bahwa perupuk

dapat digunakan untuk mereduksi

hal. 17-28

Page 8: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

21

limbah dari bahan organik dan

anorganik (Kurniadie, 2001).

Kegunaan penelitian ini

diharapkan diperolehnya cara

pengolahan limbah cair industri karet

secara biologis, dalam hal ini

pemberian perupuk untuk mereduksi

limbah cair industri karet yang dapat

diaplikasikan dalam skala

industri/home industri yang ada unit

pengolahan maupun yang belum ada

unit pengolahannya

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Limbah cair industri karet

diambil di PT. Perkebunan Nusantara

(PT. PN) XIII Persero, Kebun Danau

Salak Kabupaten Banjar Provinsi

Kalimantan Selatan, sedangkan sampel

perupuk diambil di daerah Martapura

Lama Kabupaten Banjar Provinsi

Kalimantan Selatan. Perupuk yang

telah diambil dari habitatnya kemudian

diaklimatisasi selama ± 1 minggu.

Setelah dilakukan aklimatisasi,

perupuk ditimbang seberat 0,5 kg

untuk selanjutnya ditanamkan ke

masing-masing wadah (baskom

plastik) sebanyak 3 buah, yang

sebelumnya telah diisi media tanam.

Kemudian baskom plastik diisi dengan

limbah karet dengan volume 10 l.

Bobot biomassa tumbuhan uji dan

volume air limbah yang diberikan pada

penelitian ini menggunakan

perbandingan 0,5 kg tumbuhan uji : 10

l air limbah.

Media tanam yang mengisi

masing-masing baskom berturut-turut

dari lapisan bawah berupa kerikil / batu

ukuran 17 – 32 mm setinggi 4 cm,

kerikil / batu ukuran 8 – 16 mm

setinggi 4 cm, pasir dan tanah setinggi

8 cm, dan pasir setinggi 4 cm.

1. Uji laboratorium untuk

menganalisa sampel limbah

cair karet diambil dengan

waktu retensi 10 hari selama ±

1 (satu) bulan, dimulai dari hari

ke-0 (T 0) yaitu pada saat

pengambilan limbah cair karet

sebelum diujikan pada masing-

masing baskom, hari ke-10 (T

1), hari ke-20 (T 2), dan hari

ke-30 (T 3). Perlakuan waktu

retensi setiap 10 hari, lebih

ditekankan pada adaptasi

perupuk pada media uji dalam

mereduksi limbah karet.

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

Page 9: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

22

Analisis Data

Parameter yang dianalisa di

laboratorium meliputi TSS, BOD5,

COD. Kadar parameter TSS, BOD5,

COD selanjutnya disebandingkan

dengan Peraturan Gubernur

Kalimantan Selatan No. 36 tahun 2008

tanggal 16 Oktober 2008 tentang Baku

Mutu Limbah Cair untuk Industri

Karet dan disebandingkan juga dengan

hasil penelitian para ahli.

Untuk melihat efisiensi

pemberian perupuk terhadap serapan

air limbah karet, dilakukan perhitungan

efisiensi serapan (Ihsan, 2003) berikut

ini :

Kontrol – Perlakuan Efisiensi =

Kontrol

X 100%

Keterangan : Kontrol = Nilai kualitas air sebelum

diberi perlakuan Perlakuan = Nilai kualitas air dengan

pemberian perupuk (Phragmites karka Trin) pada waktu retensi hari ke-0, hari ke-10, hari ke-20 dan hari ke-30

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tumbuhan perupuk dapat menurunkan

kadar TSS secara signifikan. Rataan

kadar TSS hasil pengamatan fluktuasi

TSS disajikan pada Tabel 1, Tabel 2

dan Tabel 3, serta divisualisasikan

pada Gambar 1, Gambar 2 dan

Gambar 3.

Tabel 1. Rataan kadar TSS hasil pengamatan (mg/l)

Baskom Waktu Retensi

(hari) 1 2 3

Rataan

Pergub Kal Sel No. 36 tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri

Karet

Efisiensi (%)

Hari ke-0 (T 0) = Kontrol 125 125 125 125,00 0,00

Hari ke-10 (T 1) 83 81 89 84,33 32,53

Hari ke-20 (T 2) 53 61 40 51,33 58,93

Hari ke-30 (T 3) 23 29 22 24,67

100 mg/l

80,27

Sumber : Data primer (data hasil analisa di laboratorium) yang diolah.

hal. 17-28

Page 10: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

23

Gambar 1. Grafik fluktuasi kadar TSS hasil pengamatan.

Tabel 2. Rataan kadar BOD5 hasil pengamatan (mg/l)

Baskom Waktu

Retensi (hari) 1 2 3

Rataan

Pergub Kal Sel No. 36 tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri

Karet

Efisiensi (%)

Hari ke-0 (T 0)

= Kontrol 3400,00 3400,00 3400,00 3400,00 0,00

Hari ke-10 (T 1) 166,67 300,00 300,00 255,56 92,48

Hari ke-20 (T 2) 13,33 21,33 37,33 24,00 99,29

Hari ke-30 (T 3) 11,56 12,44 22,22 15,41

60 mg/l

99,55

Sumber : Data primer (data hasil analisa di laboratorium) yang diolah.

Gambar 2. Grafik fluktuasi kadar BOD5 hasil pengamatan.

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

Page 11: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

24

Tabel 3. Rataan kadar COD hasil pengamatan (mg/l)

Baskom Waktu

Retensi (hari) 1 2 3

Rataan

Pergub Kal Sel No. 36 tahun 2008

tentang Baku Mutu Limbah Cair

untuk Industri Karet

Efisiensi (%)

Hari ke-0 (T 0)

= Kontrol 4063,76 4063,76 4063,76 4063,76 0,00

Hari ke-10 (T 1) 541,83 632,14 614,08 596,02 85,33

Hari ke-20 (T 2) 42,14 46,66 45,15 44,65 98,90

Hari ke-30 (T 3) 36,87 43,65 39,13 39,88

200 mg/l

99,02

Sumber : Data primer (data hasil analisa di laboratorium) yang diolah.

Gambar 3. Grafik fluktuasi kadar COD hasil pengamatan.

Tabel 3. Pertumbuhan cacing rambut pada berbagai perlakuan

Ulangan Perlakuan A (ekor) Perlakuan B (ekor) Perlakuan C (ekor) 1 41094 56037 67245 2. 37358 53301 70981 3. 31132 57283 74716

Rerata 36528 55207 70981

Pembahasan

Kadar TSS pada hari ke-0 (T 0)

sebesar 125 mg/l dan berangsur-angsur

turun hingga 30 hari (T 3) pada

masing-masing baskom uji. Pada hari

ke-10 (T 1) kadar TSS sebesar 84,33

mg/l, dimana kadarnya sudah di bawah

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

hal. 17-28

Page 12: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

25

baku mutu limbah cair yang

dipersyaratkan (Peraturan Gubernur

Kalimantan Selatan No. 36 tahun 2008,

yaitu sebesar 100 mg/l. Artinya

perupuk sudah efektif dalam

penyerapan TSS pada waktu retensi

hari ke-10 (T 1).

Nilai efisiensi serapan TSS yang

signifikan yaitu pada hari ke-10 (T 1)

sebesar 32,53 %, hari ke-20 (T 2)

sebesar 58,93 %, dan hari ke-30 (T 3)

sebesar 80,27 %. Hal ini

menunjukkan adanya kemampuan

perupuk yang tinggi sebagai pereduksi

TSS.

Tumbuhan perupuk dapat

menurunkan kadar BOD5 secara

signifikan. Rataan kadar BOD5 hasil

pengamatan fluktuasi BOD5 disajikan

pada Tabel 2 dan Gambar 2.

Kadar BOD5 pada hari ke-0

(T 0) sebesar 3400 mg/l dan berangsur-

angsur turun hingga hari ke-30 (T 3)

pada masing-masing baskom uji. Pada

hari ke-20 (T 2) kadar BOD5 sebesar

24,00 mg/l, dimana kadarnya sudah di

bawah baku mutu limbah cair yang

dipersyaratkan (Peraturan Gubernur

Kalimantan Selatan No. 36 tahun

2008), yaitu sebesar 60 mg/l. Artinya

perupuk sudah efektif dalam

penyerapan BOD5 pada waktu retensi

hari ke-20 (T 2). Nilai efisiensi serapan

BOD5 yang signifikan yaitu pada hari

ke-10 (T 1) sebesar 92,48 %, hari ke-

20 (T 2) sebesar 99,29 %, dan hari ke-

30 (T 3) sebesar 99,55 %. Hal ini

menunjukkan adanya kemampuan

perupuk yang tinggi sebagai pereduksi

BOD5.

Tumbuhan perupuk dapat

menurunkan kadar COD secara

signifikan. Rataan kadar COD hasil

pengamatan fluktuasi COD disajikan

pada Tabel 3 dan Gambar 3.

Kadar COD pada hari ke-0 (T 0)

sebesar 4063,76 mg/l. Nilai COD ini

masih di atas Baku Mutu menurut

Peraturan Gubernur Kalimantan

Selatan No. 36 tahun 2008, dimana

kadar maksimum COD tidak boleh

melebihi 200 mg/l. Setelah diberikan

pemberian perupuk, kadar COD ini

berangsur-angsur turun hingga hari ke-

30 (T 3) pada masing-masing baskom

uji. Pada hari ke-20 (T 2) kadar COD

sebesar 44,65 mg/l, dimana kadarnya

sudah di bawah baku mutu limbah cair

yang dipersyaratkan. Artinya perupuk

sudah efektif dalam penyerapan COD

pada waktu retensi hari ke-20 (T 2).

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

Page 13: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

26

Nilai efisiensi serapan COD yang

signifikan yaitu pada hari ke-10 (T 1)

sebesar 85,33 %, hari ke-20 (T 2)

sebesar 98,90 %, dan hari ke-30 (T 3)

sebesar 99,02 %. Hal ini

menunjukkan adanya kemampuan

perupuk yang tinggi sebagai pereduksi

kadar COD.

Mengacu pada Peraturan

Gubernur Kalimantan Selatan Nomor

36 Tahun 2008, parameter TSS mulai

efektif direduksi pada hari ke-10 (T 1)

dengan capaian 84,33 mg/l (32,53 %),

BOD5 mulai efektif direduksi pada hari

ke-20 dengan capaian 24,00 mg/l

(99,29 %), dan COD mulai efektif

direduksi pada hari ke-20 dengan

capaian 44,65 mg/l (98,90 %) karena

kadar capaiannya sudah berada di

bawah nilai BMLC yang

dipersyaratkan. Waktu retensi terbaik

pada 30 hari (T 3), dimana parameter

TSS, BOD, dan COD sudah tereduksi.

Dari penjelasan yang telah

dikemukakan, perupuk mempunyai

kemampuan yang tinggi untuk

menyerap limbah cair industri karet.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Efisiensi pemberian perupuk

terhadap limbah cair industri karet

pada parameter TSS mulai efektif

direduksi pada hari ke-10 (T 1),

BOD5 mulai efektif direduksi pada

hari ke-20 (T 2) dan COD mulai

efektif direduksi pada hari ke-20 (T

2) karena kadar capaiannya sudah

berada di bawah nilai Baku Mutu

Limbah Cair. Secara umum waktu

retensi terbaik dicapai pada hari ke-

30 (T 3) dalam mereduksi limbah

cair industri karet.

2. Besaran serapan perupuk terhadap

limbah cair industri karet pada

parameter TSS sebesar 84,33 mg/l

(32,53 %), serapan terhadap

parameter BOD5 mencapai 24,00

mg/l (99,29 %), dan serapan

terhadap parameter COD mencapai

44,65 mg/l (98,90 %) karena

kadarnya sudah berada di bawah

nilai Baku Mutu Limbah Cair.

Saran

1. Dari hasil penelitian pada

skala laboratorium, perbanding-

an antara banyaknya perupuk

hal. 17-28

Page 14: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

27

dan air limbah yang direduksi

dalam baskom adalah 0,5 kg :

10 l. Hal ini dapat

diaplikasikan ke lahan

sebenarnya dengan memperhatikan

konversi kebutuhan perupuk

berdasarkan volume buangan

limbah.

2. Dalam pengelolaan limbah karet,

disarankan untuk menanam

perupuk, karena terbukti dapat

mereduksi limbah cair industri

karet.

DAFTAR PUSTAKA

Atika Setyorini, Krisdianto dan Syaiful Asikin. 2009. Biomassa Purun Tikus (Eleocharis dulcis Trin.) Pada Tiga Titik Sampling Di Desa Puntik Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Bioscientiae Volume 6, Nomor 1, Januari 2009, Halaman 1-10

Behera, N.C., A.Y. Kulkarni, Jivendra and S.C. Jain. 1984. An economic and simple process of upgrading paper mill effluent by water hyacinth (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms). Procedings of The International Conference on Water Hyacinth, Hyderabad, India, Februari 7 – 11, 1983. United Nations Environment Programme. Nairobi. P. 713 – 732.

Balai Penelitian Barang Karet, Kulit, dan Plastik (BBKKP). 1982. Proses dan Family

Tree, Pembuatan Barang-Barang Karet Serta Kemungkinan Pencemarannya. Balai Penelitian Barang Karet, Kulit dan Plastik. Yogyakarta. 30 halaman

Chairuddin, G., 1994. Kualitas Air dan Pertumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) dalam Lagoon Limbah Karet. Institut Pertanian Bogor. Tesis (tidak dipublikasikan). 150 halaman

Hisbi, D. 1992. Kekerabatan Fenetik Gulma Air yang Mengapung Bebas Pada Permukaan Air di Kalimantan Selatan. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ihsan, M. 2003. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Islam Batik University Press. Surakarta.

Kurniadie, D. 2001. Pemanfaatan Gulma Air Phragmites karka Sebagai Alat

Pembersih Air Limbah Rumah Tangga. Prosiding Konferensi Nasional XV. Himpunan Gulam Indonesia. Surakarta.

Deddy Dharmaji : Efisiensi Pemberian Perupuk Terhadap .....

Page 15: 14 Tingkat Kematangan Gonad Pengamatan Tingkat Kematangan

Fish Scientiae, Volume 4 Edisi 5, Juni 2013

28

Najamuddin, A., 1996. Toksisitas Air Limbah Pabrik Karet PTP. XVIII (Persero)

Danau Salak terhadap Hewan Uji Daphnia pulex. Universitas Lambung Mangkurat. Skripsi (tidak dipublikasikan).

Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 36 Tahun 2008 tanggal 16 Oktober 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Karet.

Sumarwoto, O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

hal. 17-28