bab ii kajian teori a. deskripsi konseptual 1. perilaku ...repository.ump.ac.id/1360/3/fauziah aulia...

17
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Perilaku Menyontek Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan mudah ditemukan yaitu perilaku menyontek. Perilaku menyontek terjadi pada semua tingkatan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sebagian besar siswa sudah sangat mengenal istilah menyontek, hal ini dikarenakan ada yang melakukan tindakan menyontek atau hanya sebatas mengetahui perilaku tersebut dari teman-teman, maka dari itu, di bawah ini akan dijelaskan tentang definisi, indikator, bentuk-bentuk dan penyebab menyontek. a. Definisi Menyontek Abdullah Alhadza dalam Admin mengutip pendapat dari Bower, 1964 (Sujinalarifin, 2009) yang mendefinisikan “cheathing is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),” yang berarti menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan sah atau terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis, sedangkan menurut Donald D. Carpenter (Hartanto, 2012:10) menjelaskan bahwa menyontek dapat dimaknai sebagai perilaku ketidakjujuran akademik. DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

Upload: ngodat

Post on 27-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual

1. Perilaku Menyontek

Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan

mudah ditemukan yaitu perilaku menyontek. Perilaku menyontek terjadi

pada semua tingkatan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Sebagian besar siswa sudah sangat mengenal istilah menyontek, hal ini

dikarenakan ada yang melakukan tindakan menyontek atau hanya sebatas

mengetahui perilaku tersebut dari teman-teman, maka dari itu, di bawah ini

akan dijelaskan tentang definisi, indikator, bentuk-bentuk dan penyebab

menyontek.

a. Definisi Menyontek

Abdullah Alhadza dalam Admin mengutip pendapat dari Bower,

1964 (Sujinalarifin, 2009) yang mendefinisikan “cheathing is

manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end

(achieve academic success or avoid academic failure),” yang berarti

menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak

sah untuk tujuan sah atau terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan

akademis atau menghindari kegagalan akademis, sedangkan menurut

Donald D. Carpenter (Hartanto, 2012:10) menjelaskan bahwa

menyontek dapat dimaknai sebagai perilaku ketidakjujuran akademik.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

7

Sejalan dengan pernyataan Carpenter, Wilkinson (Barzegar dan

Khezin, 2011) menyatakan bahwa menyontek adalah menyalin dari

siswa lain selama ujian, salah satu dari perbuatan yang tidak baik yang

menjadi salah satu dari masalah yang serius dalam institusi

pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, menyontek

adalah perbuatan tidak jujur yang dilakukan dengan cara menjiplak,

mengutip tulisan sebagaimana aslinya dengan tujuan mendapatkan

keberhasilan akademik.

b. Indikator Menyontek

Menyontek sebagai perilaku ketidak jujuran akademis memiliki

indikator. Hartanto (2012: 23-29) menjelaskan terdapat delapan

indikator menyontek, yaitu sebagai berikut :

1. Prokraktinasi dan Self-efficacy

Gejala yang paling sering ditemui pada siswa yang menyontek

adalah prokraktinasi dan rendahnya self-efficacy. Prokraktinasi

(kebiasaan menunda-nunda tugas penting) menjadi gejala yang

sering ditemui pada siswa yang menyontek karena siswa yang

diketahui menunda-nunda pekerjaan memiliki kesiapan yang

rendah dalam menghadapi ujian atau tes. Pernyatan tersebut

diperkuat oleh studi yang dilakukan oleh Ferrari & Beck (1998;

Miguel Roig & Marissa Caso: 2005) yang menjelaskan bahwa

prokraktinasi menjadi indikasi bagi perilaku menyontek.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

8

Rendahnya self-efficacy (kepercayaan akan kemampuan diri

untuk bertindak) merupakan indikasi lain dari perilaku menyontek.

Siswa dengan tingkat keyakinan diri yang tinggi cenderung lebih

percaya diri dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi

dengan lebih baik dan cenderung menolak melakukan tindakan

menyontek.

2. Kecemasan yang berlebihan

Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan gejala

lain dari siswa yang menyontek. Kecemasan yang berlebihan pada

siswa memberikan stimulus pada otak untuk tidak dapat bekerja

sesuai dengan kemampuannya. Keadaan tersebut membuat siswa

terdorong melakukan perilaku menyontek untuk menciptakan

ketenangan pada dirinya.

3. Motivasi belajar dan berprestasi

Pintrich (Hartanto, 2012:25) menyatakan bahwa siswa yang

memiliki motivasi berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas

atau pekerjaan yang diberikan kepadanya melalui usahanya sendiri

dengan sebaik-baiknya. Pernyataan tersebut dapat berarti siswa

yang memiliki motivasi berprestasi akan menyelesaikan tugasnya

sendiri tanpa menyontek.

Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan

menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan apa adanya dan lebih

memilih untuk meminta bantuan kepada orang laian. Hal tersebut

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

9

dikarenakan siswa ingin berprestasi baik akan tetapi motivasi

belajarnya rendah sehingga untuk mendapatkan prestasi yang baik

maka siswa tersebut menggunakan jalan pintas yaitu dengan cara

menyontek.

4. Keterikatan pada kelompok

Siswa yang memiliki keterikatan pada kelompok cenderung

akan melakukan kegiatan menyontek. Hal tersebut terjadi karena

siswa merasa memiliki ikatan yang kuat diantara mereka, sehingga

mendorong untuk saling menolong dan berbagi, termasuk dalam

menyelesaikan tugas atau tes dan ujian yang sedang dilakukan.

5. Keinginan mendapatkan nilai tinggi

Keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi juga menjadi gejala

lain bagi perilaku menyontek. Siswa yang berpikir bahwa nilai

adalah segalanya dan akan berusaha mendapatkan nilai yang baik

dengan berbagai macam cara termasuk menyontek.

6. Pikiran negatif

Pikiran negatif yang dimiliki siswa adalah ketakutan dikatakan

bodoh dan dijauhi oleh teman-temannya, ketakutan dimarahi oleh

orang tua dan guru karena mendapatkan nilai yang jelek.

7. Harga diri dan kendali diri

Seorang siswa yang memiliki harga diri yang tinggi atau

berlebih akan cenderung melakukan perbuatan menyontek.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

10

8. Perilaku impulsive dan cari perhatian

Siswa yang menyontek menunjukkan indikasi impulsive

(terlalu menuruti kata hati) dan terlalu mencari perhatian . Individu

atau siswa dikatakan impulsive jika keputusan yang ia buat lebih

banyak didasarkan pada dorongan untuk mendapatkan keuntungan

pribadi dibandingkan memikirkan alasan. Individu atau siswa lain

memiliki kebutuhan akan sensasi (perhatian) yang berlebihan

adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang tersebut

melakukan perbuatan menyontek yang dianggap bersifat alami

sehingga harus terus diikuti untuk terus bertahan hidup.

Berdasarkan indikator perilaku menyontek yang telah dijelaskan di

atas dapat disimpulkan bahwa ada delapan indikator menyontek, yaitu

(1) menunda-nunda tugas dan kepercayaan diri, (2) kecemasan yang

berlebihan, (3) motivasi belajar dan berprestasi, (4) keterikatan pada

kelompok, (5) keinginan mendapatkan nilai tinggi, (6) pikiran negatif,

(7) harga diri, dan (8) mencari perhatian.

c. Bentuk-Bentuk Menyontek

Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Klausmeier (1985, h.

388), menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai

berikut:

a. Menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian/tes.

b. Mencontoh jawaban siswa lain.

c. Memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

11

d. Mengelak dari peraturan-peraturan ujian, baik yang tertulis dalam

peraturan ujian maupun yang ditetapkan oleh guru.

Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Hertherington and

Feldman (Hartanto, 2012:17) menyebutkan empat perilaku

menyontek, yaitu:

1. Individualistic-Opportunistic

a. Menggunakan HP atau alat ektronik lain yang dilarang ketika

ujian berlangsung.

b. Mempersiapkan catatan untuk digunakan sebagai saat ujian akan

berlangsung.

c. Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman

yang lain pada saat tes.

2. Individual-Planned

a. Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas.

b. Membuka buku teks ketika ujian berlangsung.

c. Memanfaatkan kelengahan/kelemahan guru.

3. Social Active

a. Melihat jawaban teman yang lain ketika ujian berlangsung.

b. Meminta jawaban kepada teman lain ketika ujian sedang

berlangsung.

4. Social-Passive

a. Mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian.

b. Membiarkan orang lain menyalin pekerjaannya.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

12

c. Memberikan jawaban tes pada teman pada saat tes berlangsung.

Berdasarkan uraian mengenai bentuk-bentuk perilaku menyontek,

dapat disimpulkan bentuk-bentuk perilaku menyontek adalah

menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian/tes, mencontoh jawaban

siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman, dan

mengelak dari aturan-aturan.

d. Penyebab Menyontek

Hartanto (2012, 37-38) dalam bukunya merangkum dari berbagai

sumber penyebab individu melakukan perilaku menyontek adalah

sebagai berikut.

1. Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi

Keinginan siswa pada dasarnya adalah sama, yaitu

mendapatkan nilai yang baik (tinggi). Keinginana tersebut yang

tekadang membuat siswa melakukan berbagai macam cara

termasuk menyontek.

2. Keinginan untuk menghindari kegagalan

Hal yang paling sering dialami oleh siswa adalah ketakutan

mendaptakan kegagalan. Bentuk dari kegagalan adalah takut tidak

naik kelas dan mengikuti ulangan susulan. Hal tersebut yang

memicu terjadinya perilaku menyontek.

3. Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil

Sekolah dianggap hanya memberikan perhatian ke siswa-siswi

yang cerdas dan berprestasi sehingga siswa-siswi yang memiliki

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

13

kemampuan menengah merasa tidak diperhatikan dan dilayani

dengan baik.

4. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah

Banyaknya tugas yang diberikan kepada siswa dan waktu

penyerahan tugas yang secara bersamaan membuat siswa kesulitan

dalam membagi waktu mengerjakan tugas-tugas tersebut.

5. Tidak adanya sikap yang menentang perilaku menyontek di sekolah

Perilaku menyontek kadang-kadang dianggap baik oleh siswa

sebagai pelaku maupun oleh guru. Oleh sebab itu, banyak siswa

yang membiarkan perilaku menyontek atau kadang justru

membantu terjadinya perilaku tersebut.

2. Kemampuan Penalaran Matematis

a. Definisi Kemampuan Penalaran Matematis

Menurut Suriasumantri (1999:42), penalaran adalah suatu proses

berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Shadiq (2009), penalaran adalah

suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan

atau suatu proses berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru

yang benar berdasar pada beberapa kenyataan yang kebenarannya telah

dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.

Dalam NCTM (2000) penalaran merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dalam melakukan pembelajaran matematika. Hal tersebut

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

14

sejalan dengan Shadiq (2009), bahwa materi matematika dipahami

melalui penalaran, dan penalaran dipahami melalui belajar matematika.

Oleh karena itu, kemampuan penalaran harus dimiliki oleh siswa dalam

menyelesaiakan persoalan matematika.

Berdasarkan uraian di atas, dapat didefinisikan bahwa kemampuan

penalaran matematis merupakan kesanggupan untuk melakukan sesuatu

atau suatu proses berpikir yang bersifat sistematis untuk menarik suatu

kesimpulan atau membuat suatu pernyataan yang kebenarannya telah

dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.

b. Indikator Kemampuan Penalaran Matematis

Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam SI dan SKL

matematika SMP menurut Wardhani (2008:8) menyebutkan bahwa

siswa harus memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

geneneralisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dari

pernyataan matematika. Sedangkan dalam Permendikbud Nomor 58

Tahun 2014 menyebutkan aktifitas yang dinilai dalam penalaran

matematis siswa, yaitu: (a) mengidentifikasi contoh dan bukan contoh;

(b) menduga dan memerikasa kebenaran suatu pernyataan; (c)

mendapatkan atau memeriksa kebenaran dengan penalaran induksi; (d)

menyusun algoritma proses pengerjaan/pemecahan masalah

matematika; (e) membuktikan rumus dengan penalaran induksi.

Penalaran dibagi menjadi dua macam yaitu penalaran induktif dan

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

15

penalaran deduktif, yang dinyatakan dalam Depdiknas (Shadiq, 2009 )

sebagai berikut:

“Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu

kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai

akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antara

konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Namun demikian, dalam pembelajaran, pemahaman konsep

sering diawali secara induktif mellaui pengalaman peristiwa

nyata atau intuisi”.

Terkait uraian di atas, diketahui bahwa penarikan kesimpulan

dalam matematika dibagi menjadi dua, yaitu secara induktif dan

deduktif.

1) Penalaran Induktif

Penalaran induktif merupakan suatu proses berpikir dalam

menarik kesimpulan yang bersifat khusus menuju kesimpulan yang

bersifat umum (Wardhani, 2008:12). Sedangkan menurut Ihsan

(2010), penalaran induktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan

pada satu proses berpikir dengan menyimpulkan sesuatu yang

bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Shadiq (2009), menyatakan

bahwa penalaran induktif terjadi ketika proses berpikir yang

berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta khusus yang sudah

diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

16

Dapat disimpulkan bahwa penalaran induktif merupakan suatu

proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan dari pernyataan

khusus menjadi menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

2) Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif adalah suatu proses berpikir dalam menarik

kesimpulan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang

bersifat khusus (Wardhani, 2008:12). Pernyataan tersebut diperkuat

oleh Shadiq (2009) bahwa penalaran deduktif merupakan proses

berpikir dari bentuk umum ke bentuk khusus.

Menurut Sumarmo dan Hendriana (2014: 38), kegiatan yang

tergolong penalaran deduktif, yaitu: (a) melaksanakan perhitungan

bedasarkan aturan atau rumus tertentu; (b) menarik kesimpulan logis

(penalaran logis); (c) menyusun pembuktian langsung, pembuktian

tak langsung dan pembuktian dengan induksi matematika; (d)

menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus.

Dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif merupakan proses

berpikir untuk menarik suatu kesimpulan dari pernyataan umum

menuju pernyataan khusus.

Berdasarkan kedua uraian kemampuan penalaran matematis di atas,

maka pada penelitian ini indikator yang akan diukur oleh peneliti yaitu:

a. Mampu mengajukan dugaan

Adalah kemampuan siswa dalam merumuskan/menemukan berbagai

kemungkinan alternatif penyelesaian persoalan atau permasalahan

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

17

dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Kriteria pada

soal yaitu apabila siswa dapat menduga, menyebutkan, dan

memberikan alasan dari jawabannya.

b. Mampu melakukan manipulasi matematika

Adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan/mengerjakan suatu

permasalahan dengan menggunakan cara sehingga mempermudah

perhitungan dalam menyelesaikan suatu masalah matematika.

Kriteria pada soal yaitu apabila siswa dapat menyelesaikan

/menentukan suatu nilai dengan cara dari yang ditanyakan pada soal.

c. Mampu memerikasa kesahihan suatu argumen

Adalah kemampuan yang menghendaki siswa agar mampu

menyelelidiki tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada.

Kriteri pada soal yaitu siswa dapat membuktikan kebenaran dari

suatu pernyataan yang ada pada soal.

d. Mampu menarik kesimpulan dari pernyataan

Adalah kemampuan dalam menekankan pada kejelian siswa dalam

melakukan kebenaran dari suatu pernyataan. Kriteria pada soal yaitu

apabila siswa dapat menyimpulkan inti pernyataan pada soal dan

dapat menyelsaikannya.

3. Pokok Bahasan

Dalam penelitian ini kemampuan penalaran matematis siswa yang

akan diukur adalah pada pokok bahasan relasi dan fungsi, yaitu lebih

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

18

spesifiknya memahami relasi fungsi dan menentukan nilai fungsi, sesuai

dengan silabus mata pelajaran matematika sekolah menengah

pertama/madrasah tsanawiyah kelas VIII, pokok bahasan relasi dan fungsi

meliputi:

Standar Kompetensi :

1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

Kompetensi dasar :

1.3 Memahami relasi dan fungsi

1.4 Menentukan nilai fungsi

Indikator :

1.3.1 Menentukan fungsi yang dapat terbentuk dan menyatakannya dalam

diagram panah berdasarkan pada gambar.

1.3.2 Menentukan range dari suatu pernyataan dalam kehidupan sehari-

hari.

1.4.1 Menyatakan suatu fungsi dengan notasi

1.4.2 Menentukan bentuk fungsi jika nilai dan data fungsi diketahui.

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini relevan dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2014), menyimpulkan bahwa di SMP

Muhammadiyah 5 Purbalingga memiliki perilaku menyontek dengan

frekuensi 36 siswa dengan presentase 41,86% kelompok sedang, 3 siswa

dengan presentase 3,49% kelompok sangat tinggi, 23 siswa dengan presentase

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

19

26,74% kelompok tinggi, 22 siswa dengan presentase 25,58% kelompok

rendah, dan 2 siswa dengan presentase 2,33% dalam kelompok sangat rendah.

Kemudian mengenai perilaku menyontek dalam jurnal ilmiah oleh

Kushartanti (2009), menyimpulkan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri

maka semakin rendah perilaku menyontek, dan semakin rendah kepercayaan

diri maka semakin tinggi perilaku menyontek.

Berkenaan dengan kemampuan penalaran matematis dalam penelitiannya

Tarigan (2012), menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah bagi

siswa dengan kemampuan penalaran tinggi: (1) dapat menentukan syarat

cukup dan syarat perlu dalam memahami masalah; (2) dapat menentukan

keterkaitan syarat cukup dan syarat perlu dalam tahap perencanaan masalah;

(3) dapat menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang benar dan

tepat; (4) dapat menggunakan informasi yang sudah ada untuk memeriksa

kembali jawaban yang diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah bagi

siswa dengan penalaran sedang: (1) dapat menentukan syarat cukup dan

syarat perlu dalam memahami masalah; (2) dapat menentukan keterkaitan

syarat cukup dan syarat perlu dalam tahap perencanaan masalah; (3) dapat

menyelesaikan masalah dengan langkah yang benar dan tepat; (4) dapat

menggunakan informasi yang sudah ada untuk memeriksa kembali jawaban

yang diperoleh. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa

penalaran rendah: (1) tidak dapat menentukan syarat cukup dan syarat perlu

dalam memahami masalah; (2) tidak dapat menentukan keterkaitan syarat

cukup dan syarat perlu dalam tahap perencanaan masalah; (3) tidak dapat

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

20

menyelesaikan masalah dengan langkah yang benar dan tepat; (4) tidak dapat

menggunakan informasi yang sudah ada untuk emmeriksa kembali jawaban

yang diperoleh.

Selain itu terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Razak dkk (2016),

menyimpulkan bahwa pada model pembelajaran GI dengan saintifik, siswa

yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi memiliki hasil belajar yang

smaa baiknya dengan kemampuan penalaran sedang, siswa yang mempunyai

kemampuan penalaran sedang memiliki hasil belajar sama baiknya dengan

siswa yang mempunyai kemampuan penalaran rendah. namun, siswa yang

mempunyai kemampuan penalaran tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan penalaran

rendah. Sedangkan pada model pembelajara TPS dan pembelajaran klasikal

dengan saintifik, siswa dengan semua tingkat kemampuan penalaran

mempunyai hasil belajar yang sama.

Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian relevan yang ada,

yaitu tentang deskripsi perilaku menyontek siswa ditinjau dari kemampuan

penalaran matematis. Penelitian ini hanya sebatas untuk mendapatkan

gambaran perilaku menyontek siswa ditinjau dari kemampuan penalaran

matematis pada siswa kelas VIII SMP Ma’arif NU 2 Majenang.

C. Kerangka Pikir

Menyontek menurut Donald D. Carpenter (Hartanto, 2012:10) adalah

perilaku ketidak jujuran akademik. Menurut Hertherington and Feldman

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

21

(Hartanto: 2012) terdapat empat macam bentuk menyontek, yaitu

individualistic-opportunistic, individual-planned, social-active, dan social-

passive. Sedangkan penyebab menyontek, yaitu (1) adanya tekanan untuk

mendapatkan nilai tinggi; (2) keinginan untuk menghindari kegagalan;

(3) adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil;

(4) kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah; dan (5) tidak

adanya sikap yang menentang perilaku menyontek di sekolah. Untuk

menentukan perbuatan menyontek diperlukan suatu indikator, terdapat

delapan indikator seperti yang disebutkan oleh Hartanto (2012:23-29), yaitu

(1) menunda-nunda pekerjaan dan kepercayaan diri; (2) kecemasan yang

berlebihan; (3) motivasi belajar dan berprestasi; (4) keterikatan pada

kelompok; (5) keinginan mendapatkan nilai tinggi; (6) pikiran negatif;

(7) harga diri; dan (8) mencari perhatian.

Selanjutnya, perilaku menyontek siswa tersebut ditinjau dari kemampuan

penalaran matematisnya. Kemampuan penalaran matematis merupakan

kesanggupan untuk melakukan sesuatu atau suatu proses berpikir yang

bersifat sistematis untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu

pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan

sebelumnya. Untuk menentukan soal kemampuan penalaran matematis

diperlukan suatu indikator, dalam kajian ini terdapat empat indikator yaitu

mampu mengajukan dugaan, mampu memanipulasi matematika, mampu

memeriksa kesahihansuatu argumen, dan mampu menarik kesimpulan dari

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.

22

suatu pernyataan. Pada kajian teori ditunjukkan bahwa kemampuan penalaran

dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kategori penalaran tinggi,

sedang, dan rendah. Berdasarkan teori tersebut diduga ada perilaku

menyontek pada masing-masing kelompok penalaran.

DESKRIPSI PERILAKU MENYONTEK ...,FAUZIAH AULIA, PEND. MATEMATIKA , UMP 2017.