bab ii kajian teori 2.1 2.1.1 2.1.1...atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (sunar,...

22
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Membaca 2.1.1.1 Pengertian Membaca Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda- beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekadar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Sunar, 2008:46). Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2. Jika berpijak pada pandangan di atas, tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penterjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan decoding berlangsung pada kelas kelas awal, yaitu SD kelas I, II dan III. Penekanan membaca pada tahap awal ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Proses memahami makna lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. Dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995) yang dikutip Farida Rahim (2005:3) membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Menurut pandangan tersebut membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sedangkan Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2005:3) mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 Tinjauan Pustaka

    2.1.1 Membaca

    2.1.1.1 Pengertian Membaca

    Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda-

    beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekadar

    menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat

    atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Sunar, 2008:46).

    Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah

    dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2. Jika berpijak pada pandangan di atas,

    tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca

    merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan

    kesulitan.

    Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari

    proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk

    pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-

    bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding

    (penyandian) merujuk pada proses penterjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-

    kata.

    Proses recording dan decoding berlangsung pada kelas kelas awal, yaitu

    SD kelas I, II dan III. Penekanan membaca pada tahap awal ialah proses

    perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi

    bahasa. Proses memahami makna lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.

    Dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995) yang dikutip Farida

    Rahim (2005:3) membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif.

    Menurut pandangan tersebut membaca sebagai proses visual merupakan proses

    menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi.

    Sedangkan Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2005:3)

    mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu

  • 6

    proses (2) membaca adalah strategis, membaca merupakan interaktif, membaca

    merupakan suatu proses informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh

    pembaca dalam membentuk makna.

    Tarigan (1987:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

    dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

    oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Klein, dkk (dalam Rahim

    (2005:3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup:

    a. Membaca merupakan suatu proses

    Merupakan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh

    pembaca mempunyai peranan utama dalam membentuk makna.

    b. Membaca adalah strategis

    Pembaca yang efektif mengunakan berbagai strategi membaca yang sesuai

    dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika

    membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan

    membaca. Anak yang berkembang dalam membaca, perbendaharaan

    katanya menjadi bertambah dan cara pemahamanya akan berlangsung

    dengan mudah dan cepat. Kalau hal ini tidak dapat terpenuhi maka hal-hal

    yang tersurat dan yang tersirat tidak dapat tertangkap atau dipahami dan

    proses membaca nya tidak terlaksana dengan baik.

    c. Membaca merupakan interaktif

    Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang

    senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan memenuhi beberapa

    tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah

    dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

    Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

    keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Membaca pada

    hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya

    sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,

    psikolingustik, dan metakognitif.

    Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Crawley dan Mountai,

    (dalam Farida rahim 2005:2) bahwa membaca sebagai proses visual merupakan

  • 7

    proses menerjemahkan simbol tertulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu

    proses berpikir membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pamahaman literal,

    interpretasi, membaca kritis dan pemahan kreatif. Pengenalan kata bisa berupa

    aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

    Hodgson (dalam Tarigan, 1987:7) mengemukakan pengertian membaca

    adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

    memperoleh pesan, yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau

    bahasa tulisan.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca

    merupakan suatu proses yang melibatkan penglihatan, ingatan, pemikiran,

    kecerdasan, dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk

    memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan melalui media kata-kata.

    1.1.1.2.Tujuan Membaca

    Tujuan membaca, secara umum, adalah mengerti dan memahami makna

    atau arti yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dengan mengerti dan

    memahami makna yang terkandung dalam bacaan tersebut, maka dapat

    menambah pengetahuan si pembaca tentang masalah yang tertuang di dalamnya.

    Membaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan

    membaca kita dapat memperoleh berbagai pengetahuan. Banyak pengetahuan

    yang ditulis atau dituangkan dalam bentuk tulisan, baik dalam buku-buku, surat

    kabar, majalah, ataupun dalam media tulis lainnya.

    Menurut Buletin Pusat Kemajuan Studi (dalam Widya Mariana, 2003)

    orang dalam melakukan aktivitas membaca pasti memiliki tujuan tertentu di

    antaranya:

    1) Mencari informasi khusus.

    Bahan bacaannya berupa ensiklopedi, kamus buku petunjuk, dan lain-lain.

    2) Memperoleh ide-ide pokok bacaan/memperoleh gambaran singkat tentang isi

    bacaan. Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dan lain-lain.

    3) Memperoleh pemahaman serta mengingat isi bacaan.

    Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dan lain-lain.

  • 8

    4) Rekreasi atau kesenangan.

    Bahan bacaannya berupa novel, komik, cerpen, roman, dan lain-lain.

    1.1.1.3. Membaca Nyaring

    Menurut Rachmad Widodo (2009) membaca nyaring sering kali disebut

    membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca

    mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu

    mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta

    isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis

    bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan

    secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru,

    dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira,

    dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-

    bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang

    bernada biasa.

    Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran

    membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud

    yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain,

    misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam

    hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di

    dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca

    melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca

    bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,

    suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi

    bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan

    pembaca.

    Menurut Tarigan (2008) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau

    kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama

    dengan orang lain atau pendengar untuk menangkapserta memahami informasi,

    pikiran, dan perasaan seorang pengarang.

  • 9

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring

    adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan

    ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap

    informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,

    sikap, ataupun pengalaman penulis

    1.1.1.4.Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring

    Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai

    kemampuan, di antaranya adalah:

    1) menggunakan ucapan yang tepat,

    2) menggunakan frasa yang tepat,

    3) menggunakan intonasi suara yang wajar,

    4) dalam posisi sikap yang baik,

    5) menguasai tanda-tanda baca,

    6) membaca dengan terang dan jelas,

    7) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,

    8) membaca dengan tidak terbata-bata,

    9) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,

    10) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,

    11) membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,

    12) membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

    Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa membaca

    nyaring menuntut berbagai keterampilan. Daftar keterampilan berikut ini sangat

    menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang

    telah ditentukan dalam membaca nyaring (Tarigan 2008).

    Menurut Tarigan (2008) Berikut ini adalah ketrampilan membaca nyaring

    untuk siswa kelas 1 SD.

    1) Mempergunakan ucapan yang tepat,

    2) Mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata),

    3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami,

  • 10

    4) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti: titik (.), koma (,), tanda

    tanya(?), dan tanda seru(!).

    2.1.2 Kalimat

    2.1.2.1.Pengertian kalimat

    Menurut Moeliono (1988:63) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau

    teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

    Dalam wujud lisan kalimat diiringi dengan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh

    intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya

    perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berbentuk latin, kalimat

    dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, dan

    tanda seru. Sementara itu, disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang

    berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepadan

    garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan

    tanda seru (!) sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca lainnya

    sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong

    setelah tanda titik, tanda tanya, tanda perintah, dan ruang kosong sebelum huruf

    kapital permulaan.

    Hal ini dapat kita simpulkan bahwa sebuah kalimat adalah sebuah bagian

    terkecil dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan diikuti intonasi

    sedangkan dalam bentuk tulisan menggunakan tanda baca.

    2.1.2.2.Pengertian Kalimat Sederhana

    Menurut Anton M. Moeliono (2008;30) kalimat sederhana merupakan

    kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa. Kalimat itu

    ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan

    posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya, kalimat sederhana

    memiliki bentuk yang utuh atau legkap. Menurut fungsinya, kalimat sederhana

    adalah kalimat berita. Ditinjau dari segi kesederhanaannya, kalimat sederhana

    memiliki unsur-unsur minimal. Berdasarkan urutan unsur-unsurnya, posisi gatra-

    gatra kalimat sederhana berurutan menurut segi ketergantungan di antara

  • 11

    sesamanya. Sifat ketergantungan ini ditentukan oleh struktur fungsionalnya SP,

    SPO, SPK, atau SPOK.

    Syarat pertama struktur kalimat sederhana adalah bentuknya yang lengkap,

    dengan kata lain kalimat sederhana termasuk kalimat lengkap. Kelengkapan

    bentuk kalimat sederhana merupakan kelengkapan minimal. Artinya, bila unsur-

    unsur kalimat itu ditiadakan, maka kalimat itu bukan lagi kalimat sederhana.

    Contoh: dia duduk, dia berlari, dia menangis, dia membaca.

    2.1.3. Media Pembelajaran

    2.1.3.1 Pengertian Media

    Menurut Daryanto (2010:5) kata media berasal dari kata latin yang

    berbentuk jamak dari medium. Batasan mengenai pengertian media sangat luas,

    namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan

    sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.

    Menurut Criticos (dalam Daryanto, 2010:4) media merupakan salah satu

    komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju

    komunikan.

    Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media adalah suatu

    alat untuk menyampaikan sebuah pesan, dalam dunia pendidikan berarti alat

    untuk menyampaikan pesan dalam pembelajaran.

    2.1.3.2 Manfaat Media Secara Umum

    Menurut Daryanto (2010:6) secara umum media mempunyai manfaat,

    antara lain:

    1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

    2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.

    3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siwa dengan

    sumber belajar.

    4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

    visual, auditori, dan kinestetiknya.

  • 12

    5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan

    menimbulkan persepsi yang sama.

    2.1.3.3.Manfaat Media Pembelajaran

    Menurut Kemp and Dayton (dalam Daryanto, 2010:6) media pembelajaran

    mempunyai beberapa manfaat yaitu:

    1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.

    2) Pembelajaran dapat lebih menarik.

    3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

    4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

    5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

    6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan di manapun.

    7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran

    dapat ditingkatkan.

    8) Peran guru mengalami perubahan ke arah yang positif.

    2.1.3.4.Fungsi Media Pembelajaran

    Daryanto (2010:8) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, media

    memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima

    (siswa).

    Menurut Gerlach & Ely (dalam Daryanto, 2010:9) ada tiga kelebihan

    media pembelajaran.

    Pertama, kemampuan siksatif, artinya dapat menangkap,

    menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.

    Dengan kemampuan ini, objek atau atau kejadian dapat digambar,

    direkam, dipotert, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan apabila

    diperlukan dapat ditunjukkan atau dinikmati kembali seperti

    kejadian aslinya. Kedua, kemempuan manipulatif, artinya media

    dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai

    macam perubahan (manipulasi)sesuai keperluan.misalnya diubah

    ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat diulang-ulang

    penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media

    mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali

    penyajian secara serempak, misalnya TV atau Radio.

  • 13

    Maka dari itu, media sangatlah berperan penting kaitannya dengan

    pembelajaran khususnya anak SD.

    2.1.3.5.Klasifikasi Media Pembelajaran

    Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan

    karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi yaitu menurut: (1)

    Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) allen, (4) Gerlach dan Ely, (5) Ibrahim (dalam

    Daryanto, 2010).

    Menurut Wilbur Schramm, media digolongkan menjadi media rumit,

    mahal, media sederhana. Wilbur Schramm juga mengelompokkan media menurut

    kemempuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak, (2) liputan terbatas

    pada ruangan, (3) media untuk belajar individual.

    Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok yaitu beda

    untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar

    bergerak, film bersuara, dan mesin belajar.

    Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media yaitu visual diam, film,

    televisi, objek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku

    teks cetak, dan sajian lisan.

    Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri

    fisiknya yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar

    diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan smimulasi.

    Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta

    kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya yaitu media tanpa proyeksi dua

    dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi;

    televisi, video, komputer.

    2.1.3.6.Karakteristik dalam Memilih Media Pembelajaran

    Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu untuk meningkatkan hasil

    belajar harus didukung ketepatan guru dalam memilih media yang akan

    dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru

    sebelum memilih media pembelajaran tertentu harus mengetahui betul materi

  • 14

    yang akan diajarkan, metode yang dipilih, kemudian menentukan media

    pembelajaran yang akan digunakan.

    Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sudjana (2012) bahwa ada

    beberapa kriteria dalam memilih media pembelajaran, yaitu:

    (1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran

    (2) Dukungannya terhadap isi bahan pelajaran

    (3) Kemudahan memperoleh media

    (4) Ketrampilan guru dalam menggunakannya

    (5) Tersedia waktu untuk menggunakannya

    (6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa

    Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pemilihan media

    harus memperhatikan beberapa pertimbangan di antaranya adalah ketepatan dalam

    tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, media

    pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan bahan atau materi pengajaran

    yang akan disampaikan.

    Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran itu sendiri

    juga menjadi bahan pertimbangan ketika akan memilih sebuah media

    pembelajaran. Apapun jenis media yang dipilih harus disesuaikan dengan

    kemampuan guru untuk menggunakan media tersebut. Selain itu, media

    pembelajaran juga harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa sehingga makna

    yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.

    Selain kriteria yang diungkapkan oleh Sudjana di atas, Arsyad (2002: 34)

    juga mengemukakan bahwa dalam memilih media pembelajaran harus

    mempertimbangkan beberapa hal yaitu: media tersebut praktis, luwes dan

    bertahan, dan memiliki mutu teknis, artinya media yang digunakan dalam proses

    belajar mengajar harus memiliki kualitas yang baik meskipun media tersebut

    merupakan hasil karya guru sendiri, nilainya tidak mahal, dan sederhana. Media

    yang dipilih bersifat fleksibel dan dapat digunakan di mana-mana dengan

    peralatan yang tersedia di sekitar kita.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun jenis

    media pembelajaran yang akan kita gunakan, harus memenuhi kriteria di atas,

  • 15

    yaitu ketepatan dengan tujuan pembelajaran, mendukung isi materi yang

    diajarkan, keterampilan guru dalam menggunakannya, dan sesuai dengan taraf

    berpikir siswa.

    2.1.3.7.Media Grafis Sebagai Media Pembelajaran

    Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan

    titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan atau simbol visual yang lain

    dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, merangkum suatu ide,

    data atau kejadian (Daryanto, 2010:19).

    Fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber

    kepenerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik pehatian,

    memperjelas ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila

    tidak digrafiskan.

    Kelebihan media grafis adalah bentuknya sederhana, ekonomis, bahan

    mudah direroleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi

    keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah

    menempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan.

    Jenis-jenis media grafis meliputi sketsa, gambar, grafik, bagan, poster,

    kartun dan karikatur, peta datar, dan transparansi OHP.

    Webster (dalam Daryanto, 2010:20) mendefinisikan grafis sebagai seni

    atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Dalam pengertian

    media visual, istilah graphics atau graphic materials mempunyai arti yang lebih

    luas, bukan sekedar menggambar. Dalam bahasa Yunani, graphikos mengandung

    pengertian melukiskan atau menggambarkan garis-garis. Sebagai kata sifat,

    graphics diartikan sebagai penjelasan yang hidup, uraian yang kuat, atau

    penyajian yang efektif. Definisi tersebut kemudian dipadukan dengan pengertian

    praktis, maka grafis sebagai media, dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan

    gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan

    kata-kata dan gambar. Pengungkapan itu bisa berbentuk diagram, sket atau grafik.

    Kata-kata dan angka-angka dipergunakan sebagai judul dan penjelasan kepada

    grafik, diagram, bagan/chart, poster, kartun, dan komik. Sedangkan sket, gambar,

  • 16

    dan lambang dipergunakan dalam media grafis untuk mengartikan fakta,

    pengertian, dan gagasan yang pada hakikatnya menjadi penyampai presentasi

    grafis. Jadi, grafis meliputi berbagai bentuk visual terutama gambar.

    Menurut teori di atas, dapat disimpulkan bahwa media grafis termasuk

    media visual. Saluran yang dipakai menyangkut penglihatan. Pesan yang akan

    disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Selain

    berfungsi secara umum sebagai penyalur pesan dari sumber kepada penerima

    pesan, media grafis secara khusus berfungsi untuk menarik perhatian,

    memperjelas sajian ide, mengilustrasikan, atau menghiasi fakta yang mungkin

    akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

    2.1.3.8. Prinsip Media Grafis

    Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Daryanto, 2010:20-25) media grafis

    mempunyai beberapa prinsip, yaitu prinsip kesederhanaan, keterpaduan,

    penekanan, dan keseimbangan.

    Prinsip kesederhanaan meliputi kesederhanaan dalam pemakaian kata-

    kata, gambar, dan warna, keterpaduan menekankan adanya hubungan tiap bagian,

    misalnya antara kata dengan gambar yang ada. Penekanan digunakan untuk

    memberikan penekanan yang dapat memperkuat titik perhatian siswa, misalnya

    penggunaan huruf huruf tebal, dan prinsip keseimbangan meliputi komposisi yang

    simetris dan asimetris. Misalnya, keseimbangan antara gambar dengan tulisan.

    Jadi, ketika kita membuat media grafis harus memperhatikan prinsip-

    prinsip tersebut sehingga media pembelajaran tersebut bermanfaat bagi peserta

    didik dalam mempelajari sebuah materi pelajaran

    2.1.3.9. Jenis-Jenis Media Grafis

    Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan

    pesan, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan lain-lain.

    Menurut Indriana (2011:62) ada tujuh macam media grafis yaitu, (1)

    grafik, (2) sketsa, (3) diagram, (4) poster, (5) bagan atau chart, (6) papan flanel,

    (7) bulletin board.

  • 17

    Pendapat di atas, senada dengan yang diungkapkan Daryanto (2010:119)

    bahwa media grafis memiliki beberapa jenis, yaitu bagan, grafik, komik, dan

    poster.

    Menurut Sudjana (dalam Daryanto, 2010:119) bagan adalah kombinasi

    antara media grafis, gambar, dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan

    secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Sedangkan grafik

    adalah media yang memvisualisasikan data-data dalam bentuk angka (Daryanto,

    2010:124).

    Komik didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter

    dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat huungannya dengan gambar,

    dan dirancang untuk memberikan hiburan pada pembaca ( Daryanto, 2010:127).

    Komik banyak digunakan dalam pembelajaran karena komik memiliki

    beberapa kelebihan. Menurut penelitian dari Thorndike, diketahui bahwa anak

    yang banyak membaca komik berdampak pada kemampuan membaca dan

    penguasaan kosa kata anak.

    Kelebihan yang lain ialah penyajian yang mengandung unsur visual dan

    cerita yang kuat membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat

    pembaca untuk terus membaca sampai selesai, yang pada akhirnya siswa mampu

    meningkatkan kemampuan membacanya dan meningkatkan hasil belajarnya.

    Menurut Sudjana (dalam Daryanto, 2010:129) poster adalah media yang

    kuat dengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang

    yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam

    ingatannya.

    Salah satu kekuatan yang tampak pada media grafis sebagai media

    penyampai pesan adalah poster. Poster mampu mempengaruhi perilaku, sikap, dan

    tata nilai masyarakat untuk berubah atau melakukan sesuatu. Hal yang membuat

    poster memiliki kekuatan yang mudah dicerna oleh orang yang melihat, hal itu

    dikarenakan poster lebih menonjolkan kekuatan pesan, visual, dan warna. Hal

    tersebut sesuai dengan pandangan Sudjana (dalam Daryanto, 2010:129) bahwa

    poster adalah media yang kuat dengan warna serta pesan dengan maksud unuk

  • 18

    menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan

    yang berarti dalam ingatannya.

    Poster yang dibuat untuk pendidikan pada prisipnya merupakan gagasan

    yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan dan

    dibuat dalam ukuran besar. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian,

    membujuk, memotivasi, atau memperingatkan pada gagasan pokok, atau fakta

    tertentu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Daryanto (2010:130) bahwa secara

    umum poster berfungsi untuk memotivasi siswa, peringatan, dan memberikan

    pengalaman kreatif.

    2.1.3.10. Kriteria Media Grafis (Poster dan Komik) dalam Pembelajaran

    Media grafis mempunyai jenis dan kriteria, yang akan dibahas dalam

    laporan penelitian ini adalah media grafis yang penulis gunakan dalam

    pembelajaran, yaitu poster dan komik.

    1) Media poster

    Poster dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting saat

    proses pembelajaran. Dalam hal ini, agar poster pembelajaran digunakan secara

    efektif maka kita perlu mengetahui kriteria poster pembelajaran tersebut. Menurut

    Joko (dalam Senny, 2011) kriteria media poster adalah sebagai berikut:

    a. Sederhana, artinya poster yang ditampilkan tidak banyak tulisan atau ringkas

    dan dibatasi hal-hal yang penting saja.

    b. Menyajikan suatu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang pokok.

    c. Barwarna, artinya warna yang digunakan harus menarik perhatian.

    d. Isinya ringkas dan jitu, artinya pemilihan kata yang digunakan harus singkat,

    padat, dan tepat sasaran.

    e. Tulisannya mudah dibaca dan komunikatif.

    f. Tepat guna, artinya tepat sasaran pada yang dituju dalam pembuatan poster

    tersebut.

    2) Media komik

    Seperti halnya poster, komik dalam dunia pendidikan juga memiliki peran

    yang sangat penting saat proses pembelajaran. Dalam hal ini, agar komik

  • 19

    pembelajaran digunakan secara efektif maka kita perlu mengetahui kriteria komik

    pembelajaran tersebut. Menurut Joko (dalam Senny, 2011) kriteria media komik

    adalah sebagai berikut:

    a. Komik yang digunakan haruslah memperhatikan konsep pembelajaran atau

    tujuan pembelajaran

    b. Sesuai situasi dan kondisi.

    c. Tepat sasaran, artinya sesuai dengan kebutuhan zaman.

    d. Menarik, variatif, dan tidak membosankan.

    2.1.3.11. Penerapan Media Grafis (Poster dan Komik) dalam Pembelajaran

    Media grafis termasuk media visual. Media grafis yang akan dibahas dalam

    laporan penelitian ini adalah media grafis yang penulis gunakan dalam

    pembelajaran, yaitu poster dan komik.

    g. Media poster

    Menurut Daryanto (2010:129) menggunakan media poster dapat

    dilakukan melalui dua cara, yaitu poster digunakan sebagai bagian dari kegiatan

    belajar mengajar dan digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk

    memotivasi siswa.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan media poster dalam kegiatan

    belajar mengajar. Tujuannya adalah agar siswa tertarik terhadap materi yang

    disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan diharapkan

    kemampuan membaca anak dapat meningkat.

    Berikut langkah-langkah penggunaan media poster dalam pembelajaran.

    Menurut Daryanto (2010:29-30) ada tiga langkah yang pokok dalam

    menggunakan media poster yaitu persiapan, pelaksanaan / penyajian, dan tindak

    lanjut.

    (1) Persiapan

    Persiapan adalah kegiatan dari seorang guru yang akan mengajar dengan

    menggunakan suatu media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bisa

    dilakukan oleh seorang guru pada langkah persiapan di antaranya: (a)

    membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana bila akan

  • 20

    mengajar, (b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah

    disediakan, (c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar

    peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.

    (2) Pelaksanaan / Penyajian

    Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan

    suatu media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) kelengkapan

    dan kesiapan peralatan yang akan digunakan, (b) menjelaskan tujuan yang

    akan dicapai, (c) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik

    selama proses pembelajaran, (d) menghindari kejadian-kejadian yang bisa

    mengganggu perhatian / konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.

    (3) Tindak lanjut

    Aktivitas ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik

    tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media tertentu.

    b. Media komik

    Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan

    visualisasi atau ilustrasi gambar. Dengan kata lain, komik adalah cerita

    bergambar, di mana gambar berfungsi untuk mendeskripsikan cerita agar si

    pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan oleh pengarang.

    Sejalan dengan pernyataan tersebut, Daryanto menjelaskan bahwa komik

    dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan

    menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan

    dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Daryanto, 2010:127).

    Menurut Daryanto (2010:128) memilih komik sebagai media

    pembelajaran harus memiliki unsur visual dan cerita yang kuat, sesuai dengan

    materi yang akan diajarkan agar siswa tertarik dan semangat.

    Senada dengan pendapat tersebut, penelitian Thorndike ( dalam Daryanto,

    2010:128), menerangkan bahwa anak yang membaca komik lebih banyak akan

    berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh

    lebih banyak daripada siswa yang tidak menyukai komik.

  • 21

    Penggunaan komik dalam pembelajaran ini dimaksudkan untuk

    membangkitkan minat, mengembangkan perbendaharaan kata, dan keterampilan

    membaca serta memperluas minat baca.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan slide show dari LCD

    proyektor untuk menampilkan komik dengan harapan supaya siswa lebih fokus

    ke materi yang diajarkan. Selain itu, penulis juga kesulitan bila harus

    menyediakan komik untuk sejumlah siswa.

    Adapun langkah-langkah penggunaan media komik secara garis besar

    sama dengan langkah-langkah media visual yang lain, yaitu meliputi tahap

    persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

    (1) Persiapan

    Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang guru yang akan mengajar

    dengan menggunakan suatu media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bisa

    dilakukan pada langkah persiapan di antaranya: (a) membuat rencana

    pelaksanaan pembelajaran sebagaimana bila akan mengajar seperti biasa, (b)

    mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, (c)

    menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar peserta didik

    dapat melihat dan mendengar dengan baik.

    (2) Pelaksanaan / Penyajian

    Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan

    media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) kelengkapan dan

    kesiapan peralatan/media yang akan digunakan, (b) menjelaskan tujuan yang

    akan dicapai, (c) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik

    selama proses pembelajaran, (d) menghindari kejadian-kejadian yang bisa

    mengganggu perhatian / konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.

    (3) Tindak lanjut

    Aktivitas ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik

    tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media.

  • 22

    2.1.3.12. Pemanfaatan Media Grafis (Poster dan Komik) Untuk

    Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring

    Pemanfaatan media dalam pembelajaran berfungsi untuk membantu

    siswa memperjelas konsep yang diterima dari gurunya. Pemanfaatan media grafis

    berupa poster dan komik juga berfungsi untuk menarik perhatian siswa dalam

    pembelajaran membaca. Lebih-lebih siswa kelas rendah pada sekolah dasar,

    pemanfaatan media sangat diperlukan karena anak-anak pada usia ini memerlukan

    simbol untuk mewakili suatu konsep.

    Pernyataan tersebut diperjelas oleh Piaget (dalam E. Fatimah,2010:25)

    bahwa ciri khas anak usia 2 sampai dengan 7 tahun adalah kemampuan

    menggunakan simbol untuk mewakili sebuah konsep. Jadi, dapat disimpulkan

    bahwa anak-anak pada usia tersebut akan lebih memahami sebuah konsep bila

    langsung berhadapan dengan bendanya.

    Perbedaan individu, baik dilihat dari perbedaan kognitif, kecakapan

    bahasa, kecakapan motorik, latar belakang, bakat maupun perbedaan dalam

    kesiapan belajar akan berpengaruh dalam cara belajarnya.

    Menurut De Porter & Hemacki (dalam E.Fatimah, 2010:37) karakteristik

    perilaku individu dilihat dari cara belajarnya salah satunya adalah karakteristik

    perilaku individu dengan cara belajar visual, yang ditandai dengan salah satu

    cirinya yaitu, anak lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang

    didengar. Poster dan komik termasuk salah satu jenis media visual yang

    menonjolkan gambar dan warna sehingga diharapkan mampu meningkatkan

    kemampuan siswa dalam memahami materi tertentu.

    Bertolak dari teori-teori di atas, penerapan media grafis poster dan komik

    diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca nyaring bagi

    siswa kelas satu atau siswa kelas rendah. Hal tersebut diasumsikan dengan adanya

    media pembelajaran yang berwarna dan bergambar dapat menumbuhkan minat

    anak dalam belajar. Selain itu, melalui komik atau poster siswa dapat belajar

    membaca, memahami cerita dengan cara visualisasi, dan mengenal warna. Bila

    anak sudah tumbuh minat dalam belajar tentunya juga akan meningkatkan

    kemampuan anak dalam menguasai materi tersebut.

  • 23

    Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi manusia dari semua

    mahluk hidup di dunia ini, karena hanya manusia yang bisa membaca. Dengan

    membaca anak memerlukan sedikit berpikir keras untuk mengingat dan

    mengucapkannya.

    Menurut Doman (dalam daryanto, 2010:35) anak antusias dalam

    melakukan pembelajaran membaca dengan media grafis berupa gambar-

    gambar yang terdapat tulisannya seperti poster, komik, dan kartu kata

    bergambar yang dibuat oleh guru sesuai tema-tema yang telah ditentukan,

    sedangkan mengajarkan secara konvensional dengan mengeja huruf diikat

    oleh kaidah aturan bahasa, aturan-aturan bahasa ini dalam

    perkembangannya memperlambat keterampilan anak dalam membaca.

    Sehubungan dengan hal itu, yang harus kita lakukan adalah tidak

    mengajari anak membaca dengan mengeja seperti cara konvensional yang banyak

    diterapkan di sekolah, seperti mengenal huruf, mengenal suku kata, mengenal

    kata, dan akhirnya mengenal kalimat tetapi dengan mengenalkan satu kata yang

    bermakna, yang sudah akrab pada pikiran anak dalam keseharian mereka.

    Kemampuan membaca pada usia dini banyak mempengaruhi tingkat

    intelegensi . Semakin dini seorang anak membaca, semakin gemar ia membaca,

    semakin baik juga ia membaca. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian para ahli.

    Salah satunya Durkin, dia telah mengadakan penelitian tentang pengaruh

    membaca dini pada anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada

    anak-anak dari membaca dini. Anak-anak yang telah diajar membaca sejak dini

    pada umumnya lebih maju di sekolah.

    Berdasarkan pada uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media

    pembelajaran poster dan komik diasumsikan dapat digunakan untuk membantu

    meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada anak usia dini atau pada siswa

    kelas-kelas rendah.

    2.2 Penelitian Yang Relevan

    Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini sebelumnya telah dilaksanakan

    oleh Suwartin dari Kecamatan Blimbing, Kabupaten Boja. Dalam penelitiannya

    yang berjudul “Peningkatan Konsep Baca Tulis Awal Bahasa Indonesia dengan

    Menggunakan Media Kotak Kartu Huruf pada Siswa kelas 1 SDN Blimbing, Kec.

  • 24

    Boja, Kab. Kendal Tahun 2006/2007”, ditemukan adanya peningkatan konsep

    baca tulis awal setelah guru menggunakan media kotak kartu huruf pada

    pembelajaran membaca dan menulis minimal sampai memenuhi tuntutan

    kurikulum.

    Dalam kurikulum 2006 (KTSP), daya serap rata-rata murid SD Negeri

    Blimbing pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 7,5. Pada penelitian ini

    peningkatan daya serap dari 6,5375 menjadi 8,475. Dari aktivitas siswa, juga

    tampak adanya perubahan-perubahan. Perubahan itu antara lain adanya motivasi

    untuk belajar mandiri. Siswa mempunyai kreativitas untuk membaca, menulis

    materi pelajaran yang penting, dan keberanian untuk bertanya, serta

    mengemukakan pendapat meskipun perubahan itu masih relatif lambat.

    Mengubah kebiasaan belajar konvensional menuju belajar aktif, kreatif,

    mandiri, dan menyenangkan relatif sulit dilakukan secara cepat. Kebiasaan belajar

    dengan mendengarkan penjelasan guru dan belajar apabila ada tugas / PR telah

    berlangsung lama.

    Bagi guru penggunaan media kotak kartu huruf dapat memberi

    pengalaman bahwa mengajar memerlukan persiapan analisis materi baca dan tulis

    kelas 1 SD, mana yang sulit dan mana yang mudah dipelajari oleh siswa secara

    runtut dan lebih rinci sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran secara

    efektif dan efisien.

    Meskipun ada hambatan, strategi penggunaan media kotak kartu huruf

    harus tetap dilaksanakan. Sesuai dengan teori Boby D bahwa, kegiatan belajar

    mengajar harus berlangsung dalam situasi dan kondisi yang menyenangkan. Siswa

    tidak merasa terbebani oleh tugas dan materi pelajaran. Salah satu langkah

    pembelajaran dengan menarik perhatian siswa melalui kotak huruf.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Cara mengajar seorang pendidik dalam menyampikan materi pelajaran

    sangat terbatas dan monoton. Hanya sebatas ceramah, Tanya jawab, diskusi, atau

    simulasi sehingga pengalaman belajar yang didapatkan siswa tidak variatif.

    Pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat akan mengurangi

    kondisi pembelajaran yang monoton seperti di atas. Salah satu media

  • 25

    pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa

    Indonesia pada siswa kelas rendah adalah media grafis.

    Media grafis diberikan pada pembalajaran bahasa Indonesia karena siswa

    kelas I SDN I Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan tahun

    2011/2012 mempunyai kemampuan membaca nyaring yang cukup rendah. Hal

    ini ditunjukkan dengan nilai pada aspek membaca nyaring di semester satu masih

    banyak nilai siswa yang belum mencapai KKM 65.

    Media grafis merupakan media yang tepat untuk meningkatkan

    kemampuan membaca anank, khususnya pada aspek membaca nyaring. Adapun

    media grafis yang dipilih guru dalam penelitian ini adalah poster dan komik.

    Alasannya, komik atau poster dapat menarik semangat siswa dalam belajar karena

    poster atau komik menonjolkan warna dan gambar yang cerah. Sementara itu,

    siswa kelas I termasuk kategori anak yang masih belajar pada tahap visual atau

    memahami materi yang ditunjang dengan ilustrasi gambar dan warna yang

    menarik.

    Kelebihan komik atau poster dapat menumbuhkan minat baca khususnya

    membaca nyaring dan belajar membaca karena materi yang disajikan dikemas

    secara menarik.

    Berikut bagan kerangka berpikir Penggunaan Media Grafis dalam Upaya

    Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring bagi Siswa Kelas 1 SDN1

    Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan Semester Genap

    Tahun Pelajaran 2011/2012:

    Gambar 1

    Kerangk Berpikir

    Kemampuan

    membaca

    nyaring siswa

    meningkat

    Kemampuan

    membaca

    nyaring siswa

    masih rendah

    Media

    grafis

    Persiapan

    Pengamatan

    Penyususnan

    Laporan

  • 26

    2.4. Hipotesis

    Berdasarakan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian

    tindakan kelas ini adalah kemampuan membaca nyaring kalimat sederhana pada

    siswa kelas 1 SDN 1 Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan

    Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 akan meningkat setelah dalam

    pembelajaran menggunakan media grafis.