bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 model...

22
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Cooperative Script Menurut Schank dan Abelson, (2007) pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Berbeda dengan penjelasan sebelumnya yang menekankan pada interaksi, Hamdani mengemukakan (2011:83), Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pemeblajaran cooperative. Pembelajaran model cooperative script adalah metode belajar yang mengarahkan siswa untuk bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari Pendapat yang serupa juga dijelaskan oleh Suyatno (2009), Cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang di pelajari Jadi model pembelajaran cooperative script adalah suatu pola belajar kelompok yang dilakukan oleh sepasang siswa dimana mereka meringkas materi untuk didiskusikan kemudian menentukan peran sebagai pembicara dan pendengar setelah itu, saling berganti peran sebagai seorang pembicara dan pendengar yang melibatkan siswa secara aktif dan dominan dalam proses pembelajaran agar tercipta keefektifan dalam proses belajar mengajar di kelas. Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari model pembelajaran cooperative script adalah: (1) melatih pendengaran, ketelitian atau kecermatan, (2) setiap siswa mendapat peran, (3) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah: (1) hanya digunakan

Upload: vomien

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Cooperative Script

Menurut Schank dan Abelson, (2007) pembelajaran cooperative

script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi

kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam

keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.

Berbeda dengan penjelasan sebelumnya yang menekankan pada

interaksi, Hamdani mengemukakan (2011:83), Pembelajaran cooperative

script merupakan salah satu bentuk atau model pemeblajaran cooperative.

Pembelajaran model cooperative script adalah metode belajar yang

mengarahkan siswa untuk bekerja berpasangan dan secara lisan

mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Pendapat yang serupa juga dijelaskan oleh Suyatno (2009),

Cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja

berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian

dari materi yang di pelajari

Jadi model pembelajaran cooperative script adalah suatu pola

belajar kelompok yang dilakukan oleh sepasang siswa dimana mereka

meringkas materi untuk didiskusikan kemudian menentukan peran sebagai

pembicara dan pendengar setelah itu, saling berganti peran sebagai

seorang pembicara dan pendengar yang melibatkan siswa secara aktif dan

dominan dalam proses pembelajaran agar tercipta keefektifan dalam

proses belajar mengajar di kelas.

Setiap model pembelajaran mempunyai berbagai kelebihan dan

kekurangan, kelebihan dari model pembelajaran cooperative script adalah:

(1) melatih pendengaran, ketelitian atau kecermatan, (2) setiap siswa

mendapat peran, (3) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan

lisan. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah: (1) hanya digunakan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

11

untuk mata pelajaran tertentu, (2) hanya dilakukan dua orang (tidak

melibatkan seluruh kelas sehingga koreksinya hanya sebatas pada dua

orang tersebut). Dengan demikian siswa harus memiliki keaktifan pada

saat proses pembelajaran .

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative script

memiliki langkah-langkah tertentu. Berikut ini beberapa pendapat tentang

langkah-langkah model pembelajaran cooperative script. Langkah-langkah

model pembelajaran cooperative script, menurut Agus Suprijono (2011:

126) sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa untuk berkelompok untuk berpasangan.

2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,

dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

5. Pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok

yang kurang lengkap, serta membantu mengingat/menghafal ide-

ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau

dengan materi lainnya.

6. Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti cara diatas.

7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.

8. Penutup.

Penekanan Agus Suprijono adalah siswa berpasangan, meringkas,

interaksi antara pembaca dan pendengar, dan kesimpulan. Menurut

Dansereau (1985 ) dalam Saminanto (2010:34), langkah –langkah

cooperative script yang diuraikan hampir sama dengan yang diuraikan

Agus Suprijono yaitu sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan

membuat ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,

dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

5. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan

ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

12

menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi

sebelumnya atau dengan materi lainnya.

6. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi

pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.

7. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru

8. Penutup

Penekanan Danserau dalam Saminanto adalah berpasangan,

meringkas, interaksi antara pembaca dan pendengar, dan kesimpulan.

Sedangkan Menurut Hamdani (2011;88), langkah-langkah cooperative

script yang diuraikan hampair sama dengan yang diuraikan Agus dan

Dansereau dalam Saminanto yaitu sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan

2. Guru membagi wacana atau materi kepada setiap siswa untuk

dibaca dan membuat ringkasan

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan siapa yang menjadi pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasanya selengkap mungkin dengan

masukan ide-ide pokok dalam ringkasan. Sementara, pendengar

menyimak atau mengoreksi atau menunjukan ide-ide pokok yang

kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghapal ide-ide

pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan

materi lainya.

5. Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar

menjadi pendengar dan sebaliknya.

6. Guru membuat kesimpulan.

Penekanan Hamdani dari langkah-langkah pembelajaran

cooperative script adalah pada proses penyamapaian ringkasan dan guru

yang menyimpulkan materi di akhir pembelajaran .

Dari beberapa langkah-langkah pembelajaran cooperative script

menurut para ahli, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran

cooperativescript yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Siswa berpasangan

2. Siswa menerima teks bacaan.

3. Siswa membuat ringkasan dari teks bacaan.

4. Masing-masing pasangan menetapkan pembicara I dan pendengar

I.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

13

5. Pembicara I menjelaskan hasil ringkasan kepada pendengar I.

6. Pendengar I mendengarkan penjelasan dan mengoreksi jika ada

kesalahan dari pembicara I.

7. Bertukar peran, pembicara I menjadi pendengar II untuk

mendengarkan penjelasan.

8. pendengar I menjadi pembicara II untuk menjelaskan ringkasan.

9. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan.

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Sains Teknologi Masyarakat dapat disebut juga dengan STM yang

merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di

masyarakat. Menurut Iim Wasliman dalam (Hidayati, dkk : 2010) istilah

Sains Teknologi Masyarakat (STM) pertama kali diciptakan oleh John

Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning About Science and

Society” Ia mengemukakan bahwa konsep-konsep dan proses sains

seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari. Adapun tujuan

pendekatan STM adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki

bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting

tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan

tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.

Proses pembelajaran STM akan mengantarkan siswa untuk melihat

ilmu sebagai dunianya, siswa akan mengenal dan memiliki pengalaman.

STM dengan teknologinya berusaha menjembatani antara ilmu dan

masyarakat. Penerapan ilmu sudah saatnya terus dikembangkan agar apa

yang diperoleh di bangku sekolah tidak lagi hanya sebatas pengetahuan

yang sulit dipahami karena hanya berupa konsep-konsep abstrak, sehingga

sulit diterapkan di masyarakat (Hidayati, dkk. : 6-30).

Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dapat

berhasil dengan baik, maka diperlukan langkah-langkah dalam

pembelajaran. Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM (dalam

hidayati dkk, 2010) dalam pembelajaran sebagai berikut.

1. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang

mengemukakan isu/masalah aktual yang ada di masyarakat.

2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau

mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi,

eksperimen, dan diskusi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

14

3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu

menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal

pembelajaran berdasar yang telah dipahami siswa.

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan

pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada

siswa.

5. Tahap evaluasi, dapat berupa evaluasi proses maupun evaluasi

hasil.

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan

pendekatan STM, Yager (dalam Sutarno, 2007 : 9.19) menyarankan

hendaknya dalam belajar menggunakan strategi konstruktivisme. Yager

mengorganisasikan strategi konstruktivisme dalam pengajaran sains dalam

STM ke dalam 4 tahap, yaitu tahap invitasi, tahap eksplorasi, tahap

penjelasan dan solusi, dan tahap pengambilan tindakan.

1. Pada tahap pertama dalam pembelajaran (invitasi), siswa

didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang

konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang

fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan

konsep-konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan

untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya

tentang konsep itu.

2. Pada tahap kedua (eksplorasi), siswa diberi kesempatan untuk

penyelidikan dan menemukan konsep melalui pengumpulan,

pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam suatu kegiatan

yang telah dirancang oleh guru secara berkelompok/individu

siswa melakukan kegiatan dan diskusi. Secara keseluruhan,

tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang

fenomena disekelilingnya.

3. Tahap ketiga (penjelasan dan solusi), saat siswa memberikan

penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya

ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat

menyampaikan gagasan, membuat model, membuat penjelasan

baru, membuat solusi, memadukan solusinya dengan teori dari

buku, membuat rangkuman dan kesimpulan. Siswa membangun

pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini

menjadikan siswa tidak ragu-ragu tentang konsepsinya.

4. Pada tahap keempat (pengambilan tindakan), siswa dapat

membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan

keterampilan, berbagi informasi dan gagasan, mengajukan

pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik bagi individu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

15

maupun masyarakat yang berhubungan dengan pemecahan

masalah.

Penekanaan Yager adalah pada tahap keempat yaitu pengambilan

tindakan terhadap masalah yang ada dilingkungan masyarakat. Sedangkan

menurut Asy’ari (2006: 67) , langkah-langkah yang digunakan dalam

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu sebagai berikut:

1. Invitasi

Pada tahap ini guru mengemukakan isu atau masalah aktual

yang sedang berkembang di masyarakat sekitaryang dapat

diamati/dipahami oleh siswa serta dapatmerangsang siswa untuk

bisa ikut mengatasinya.

2. Eksplorasi

Pada tahap ini siswa melalui aksi dan reaksinya sendiri

berusaha memahami/mempelajari situasi baru atau yang

merupakan masalah baginya. Dapat ditempuh dengan cara

membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di radio,

melihat TV, diskusi dengan sesama teman atau wawancara

dengan masyarakat maupun melakukan observasi langsung di

lapangan.

3. Penjelasan dan Solusi

Pada tahap ini berdasar hasil eksplorasinya siswa

menganalisis terjadinya fenomena dan mendiskusikan

bagaimana cara pemecahan masalahnya. Dengan kata lain siswa

mengenal dan membangun konsep baru yang sesuai dengan

kondisi lingkungan setempat. Untuk memantapkan konsep yang

diperoleh siswa tersebut guru perlu memberikan umpan

balik/peneguhan.

4. Aplikasi

Pada tahap ini siswa mendapat kesempatan untuk

menggunakan konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini siswa

mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah-masalah

sosial di lingkungan setempat yang dimunculkan pada tahap

invitasi.

Dari beberapa langkah-langkah pendekatan Sains Teknologi

Masyarakat (STM) menurut para ahli, langkah-langkah pelaksanaan

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang akan dilakukan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Inisiasi, siswa menyimak materi tentang isu/masalah sosial.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

16

2. Invitasi, guru memberikan pertanyaan masalah fenomena sosial,

siswa merespon pertanyaan masalah fenomena sosial.

3. Eksplorasi, pengumpulan data melalui menyimak,mendengar,

wawancara, diskusi, observasi, dan eksperime.

4. Penyelesaian masalah, siswa menganalisis/mengorganisasikan

data.

5. Interpetasi, siswa menyampaikan gagasan dalam diskusi,

membuat model, membuat solusi, memadukan solusinya dengan

teori buku, dan membuat kesimpulan.

6. Pemantapan konsep, guru memberikan pemahaman konsep.

7. Evalusai, penilaian proses dan penilaian hasil.

Model Pembelajaran Cooperative Script Dengan Pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat (STM)

Berdasarkan penejelasan menurut para ahli, maka dapat

disimpulkan langkah-langkah model pemebelajaran cooperative script

dengan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) sebagai berikut:

1. Siswa berpasangan.

2. Siswa menerima teks bacaan tentang isu/masalah sosial.

3. Siswa menyimak teks bacaan tentang isu/masalah sosial.

4. Guru memberikan pertanyaan masalah fenomena sosial.

5. siswa merespon pertanyaan masalah sosial.

6. Siswa mengumpulkan data tentang masalah fenomena sosial.

7. Masing-masing pasangan menentukan pembicara I dan pendengar I.

8. Pembicara I menjelasakan perolehan data kepada pendengar I,

pendengar Imendengarkan penjelasan perolehan data dari pembicara I.

9. Bertukar peran, pendengar I menjadi pembicara II untuk menjelaskan

perolehan data kepada pendengar II, pembicara I menjadi pendengar II

untuk mendengarkan penjelasan perolehan data dari pembicara II.

10. Siswa menganalisis/mengorganisasikan data secara berpasangan.

11. Siswa membuat kesimpulan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

17

12. Guru memberikan pemahan konsep

13. Penilaian proses dan penilaian hasil.

2.1.2 Unjuk kerja

Salah satu bentuk penilaian nontes adalah penenilaan unjuk kerja,

unjuk kerja adalah suatu penilaian/pengukuran yang dilakukan melauai

pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa

tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi

dan berdiskusi, kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah

dalam kelompok, partisipasi peserta didik dalam diskusi, ketrampilan

menari, ketrampialan memainkan alat music, kemampuan berolahraga,

ketrampilan menggunakan peralatan laboratorium, praktek sholat,bermain

peran, bernyanyi, dan ketrampilan mengoperasikan suatu alat (Wardani

Naniek Sulistya dkk, 2012: 73).

Menurut M. Sholeh Sahid dalam bukunya yang berjudul “Standar

Mutu Penilaian Dalam Kelas” menjelaskan bahwa penilaian unjuk kerja

adalah yaitu merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati

kegiatan atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu. Cara penilaian ini

lebih autentik daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih

mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin banyak guru

mengamati unjuk kerja yang dilakukan siswa, semakin reliable hasil

penilaian kemampuan siswa.

Sejalan dengan pemikiran Wardani,Ns dkk dan M.Sholeh,

Denilson (1998:1 dalam M.Sholeh) juga mengemukakan bahwa penilaian

unjuk kerja adalah penilaian belajar siswa yang meliputi semua penilaian

dalam bentuk tulisan, produk, atau sikap kecualai bentuk pilihan ganda,

menjodohkan, benar- salah, atau jawaban singkat.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa

unjuk kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan dengan

melakukan pengamatan terhadap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jadi peningkatan unjuk

kerja itu diperoleh skor dari aktivitas yang dilakukan, sehingga unjuk kerja

dapat dibedakan dalam layak dan tidak layak. Untuk penilaian layak dan

tidak layak dapat diukur melalui kriteria minimal yang ditetapkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

18

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Sampai saat ini, IPS merupakan suatu program pendidikan dan

bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik

dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science),

maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education

Council (SSEC) dan National Council forSocial Studies (NCSS),

menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”.

Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul

bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun

1975.

Dilihat dari sisi ini, maka IPS sebagai bidang studi masih “baru“.

Disebut demikian karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap

baru, walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata

lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata

pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,

antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini

dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek material

kajian yang sama yaitu manusia. Dalam bidang pengetahuan sosial, kita

mengenal banyak istilah yang kadangkadang dapat mengacaukan

pemahaman. Istilah tersebut meliputi: Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi

Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk

memperjelas penggunaan istilah tersebut secara tepat, berikut ini akan

dijelaskan dari masing-masing istilah.

Tujuan Pendidikan IPS

Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Berdasarkan tujuan pendidikan yang jelas, tegas, terarah,

barulah pendidik dapat menentukan usaha apa yang akan dilakukannya

dan bahan pelajaran apa yang sebaiknya diberikan kepada anak didiknya.

Demikian juga di dalam negara kita telah dirumuskan tujuan pendidikan

nasional dirumuskan berdasarkan pada falsafah negara Pancasila dan UUD

1945, seperti digariskan dalam GBHN.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

19

Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan

tujuan pendidikan nasional, yaitu:

membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk

membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas

dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan

penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang

tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya,

dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud

dalam UUD 1945.

Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan

dari pendidikanIPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan

dengan kebutuhan dandisesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan

yang akan dihadapi anak.Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004

untuk tingkat SD menyatakanbahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS

dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:

1. mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi,

ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan

psikologis.

2. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.

3. membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai

sosial dan kemanusiaan

4. meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional

maupun global

Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut

(Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga

negara yang baik,yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

kepedulian social yang berguna bagidirinya serta bagi masyarakat dan

negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalikmerumuskan tujuan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

20

pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1)

pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial

dansikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

5.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh setiap peserta didik,

kemampuan peserta didik yang standar dinamakan Standar Kompetensi

(SK). Secara lengkap yang dimaksud dengan SK adalah kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap

kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran atau kemampuan yang

harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan

penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Standar

kompetensi ini selanjutnya akan diperinci ke dalam Kompetensi Dasar

(KD). Kompetensi dasar ini merupakan sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan

penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Secara rinci SK

dan KD untuk mata pelajaran IPS kelas IV semester II ditunjukkan dalam

tabel sebagai berikut :

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

21

Tabel

SK dan KD untuk Mata Pelajaran IPS Kelas IV, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan ekonomi,

dan kemajuan teknologi

di lingkungan

kabupaten/kota dan

provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan

dengan sumber daya alam dan potensi lain di

daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi,

komunikasi, dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan tentang penggunaan model cooperative

scriptdengan pendekatan STM untuk meningkatkan unjuk kerja IPS siswa

kelas 4 SD Negeri Sidokumpul Kecamatan Guntur Kabupaten Demak

semester 2 tahun ajaran 2012/2013 sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Trias Indiantika dengan

judul “Penerapan model cooperative script untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN

Kebonagung 06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”. Berdasarkan

hasil observasi pra tindakan pada tanggal 18 Februari 2011 di SDN

Kebonagung 06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, aktivitas dan

hasil belajar siswa relatif rendah KKM yang di peroleh hanya mencapai

42,00. Hal tersebut berhubungan dengan cara pembelajaran yang

digunakan guru masih bersifat konvensional, hal tersebut menyebabkan

siswa kurang aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri. Hasil dari pra

tidakan yang diberikan pada 30 siswa menunjukkan bahwa hanya ada 3

siswa (10%) yang mencapai KKM yang ditentukan 75,00. Penelitian ini

dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan penerapan model

pembelajaran Cooperative Script, aktivitas dan hasil belajar siswa setelah

diterapkan model pembelajaran Cooperative Script. Penelitian ini

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

22

menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK), subjek dalam

penelitian ini yaitu seorang guru kelas IV dan seluruh siswa kelas IV SDN

Kebonagung 06, dengan prosedur (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)

Observasi dan Penilaian, (4) Refleksi di setiap siklusnya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPS materi “Koperasi” siswa

kelas IV SDN Kebonagung 06 dengan penerapan model pembelajaran

Cooperative Script dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Aktivitas belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi”

meningkat ketika diterapkan model pembelajaran Cooperative Script.

Rata-rata aktivitas pada siklus I 70,80 dan rata-rata pada siklus II 90,31.

Pada siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan 19,51.

Hasil belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “Koperasi”

meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Cooperative Script.

Rata-rata hasil belajar pada siklus I 74, 83 dan pada siklus II 85,33. Pada

siklus I dan II rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 10,50.

Ketuntasan siswa kelas IV pada siklus I 19 (63%) siswa, dan jumlah siswa

yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa. Pada siklus II siswa yang tuntas

30 (100%) hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami

peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II sudah

melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar

IPS materi “Koperasi” tuntas belajar. Sedangkan kelebihannya adalah

dapat meningkatkan ketuntasan siswa hingga 100%, yang mulanya hanya

tuntas 10%. Kelemahan dalam penelitian ini adalah terlalu menekankan

pada ketuntasan belajar, padahal seharusnya peningkatan hasil belajar.

Dalam penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut dengan

meningkatkan hasil belajar sehingga ketuntasan belajarnya juga akan

tercapai.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih tahun 2011

dengan judul “Pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script

pada pelajaran bahasa Indonesia terhadap peningkatan hasil belajar siswa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

23

SD Negeri mangunsari Salatiga semester II tahun 2010/2011”. Hasil

penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok

eksperimen sebesar 80.52 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar

siswa pada kelompok kontrol sebesar 60.00 dengan besarnya nilai t adalah

9,839 dengan tingkat signifikansisebesar 0,000, karena besarnya t hitung

9,839 > dari t table 1,734 maka hipotesis yang diajukan diterima berarti

ada perbedaan yang sangat signifikan antara nilai posttest kelas kontrol

dengan nilai posttest kelas eksperimen yang artinya terdapat perbedaan

pengaruh yang sangat signifikan pada penggunaan model pembelajaran

cooperative script terhadap peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia

siswa kelas IV SD N Mangunsari 04 Salatiga semester 2 tahun 2010/2011.

Kelebihan dari penelitian ini adalah penerapan model cooperative scrip

yang sangat berhasil dengan terbuktikannya dengan adanya perbedaan

yang sangat signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Sedangkan kelemahannya adalah tidak ada pembahasan tentang proses

belajar siswa yang turut mengalami peningkatan atau tidak. Dalam

penelitian ini akan mengatasi kelemahan tersebut dengan cara melakukan

penilaian terhadap kegiatan siswa melalui unjuk kerja.

Ketiga, Penelitian oleh Sulistiyah Larasfitri (2010).

PeningkatanHasilBelajarIPAMelaluiPendekatanSainsTeknologidan

Masyarakat (STM) Pada SiswaKelas III SDN Lesanpuro 4 Kecamatan

Kedungkandang Kota Malang. Program SI PGSD, Jurusan Kependidikan

Sekolah Dasar dan Pra Sekolah Universitas Negeri Malang. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pada umumnya guru IPA di

Sekolah Dasar hanya terpaku pada penggunaan metode ceramah,

penggunaan pendekatan pembelajaran berpengaruh pada hasil

belajarsiswa. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang dilakukan, dengan

hanya menggunakan metode ceramah hasil belajarsiswa masih rendah,

banyak yang belum mencapai ketuntasan belajar dan aktivitas siswa

cenderung pasif. Sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil

belajarsiswa diperlukan berbagai metode dan pendekatan lain yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

24

bervariasi yang dapat dijadikan alternatif pengganti metode ceramah.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa

kelas III SDN Lesanpuro 4 Kota Malang sebelum diterapkan pendekatan

pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM); (2)

mendeskripsikan aktivitas belajar IPA setelah diterapkan pendekatan

pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM); (3)

mendeskripsikan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi dan

Masyarakat (STM) dapat meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata

pelajaran IPA. Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc Taggart melalui dua siklus (siklus

I dan II). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III A SDN Lesanpuro 4

dengan jumlah siswa 39 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan

observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan

secara kualitatif. Hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan STM mampu meningkatkan aktivitas

dan prestasibelajarsiswa. Pada siklus I aktivitas belajarsiswa bisa mencapai

75,2% meningkat pada siklus II menjadi 85,5% dan prestasibelajarsiswa

pada siklus I dengan rata- rata sebesar 66,3 meningkat pada siklus II

menjadi 81,7. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru IPA

hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran STM sebagai salah satu

alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa di kelas

dengan menyesuaikan materi yang dipelajari.

Keempat, Penelitian oleh Amrih Wicaksono Adi (2012). Pengaruh

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat(STM) Terhadap Hasil Belajar

IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari Salatiga Semester 2 Tahun

Ajaran 2011/2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

adakah pengaruh positif signifikan pendekatan STM terhadap hasil belajar

IPS siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari Salatiga semester 2 tahun

ajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan

desain Two Group Posttest Only. Unit penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Negeri Mangunsari 04

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

25

Salatiga sebanyak 32 siswa sebagai kelompok eksperimen dan seluruh

siswa kelas IV di SD Negeri Mangunsari 07 sebanyak 37 siswa sebagai

kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non

tes. Bentuk tes berupa pilihan ganda dan uraian, sedangkan bentuk non tes

adalah menyimak, diskusi presentasi dan lembar kerja siswa. Teknik

analisis yang digunakan adalah analisis beda rerata (uji t) hasil belajar IPS

dari kelompok eksperimen dan kontrol pada taraf signifikansi 5% (α =

0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata

dari hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol. Hal ini ditunjukkan

dengan perolehan rata-rata skor hasil belajar kelompok eksperimen adalah

90,75 dan ratarata skor hasil belajar kelompok kontrol adalah 80,05.

Selisih rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 10,7. Hasil

perhitungan uji T diperoleh nilai t hitung > t tabel (8,299 > 1,996) dan

taraf signifikansi < 0,05 (0,000 < 0,05), itu hipotesis diterima. Maka,

hipotesis yang berbunyi ada pengaruh positif signifikan pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat(STM) terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD

Negeri Mangunsari Semester 2 Tahun Ajaran 2011/2012 terbukti.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan supaya guru dalam pembelajaran

IPS menggunakan pembelajaran dengan pendekatan STM sebagai salah

satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan

pendekatan STM perlu dikembangkan oleh guru di sekolah agar siswa

dapat belajar secara kontekstual dan memecahkan permasalahan berkaitan

dengan perkembangan teknologi yang sesuai dengan realita kehidupannya.

Kelima, penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Naila

Fikrina Afrih Lia dengan judul “Efektivitas Teknik Penilaian Unjuk Kerja

terhadap Kemampuan Matematis Materi Pokok Garis dan Sudut pada

Peserta Didik Kelas VII SMP Putri Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran

2009/2010”. Dalam mata pelajaran matematika setiap guru dituntut untuk

mampu mengetahui kemampuan matematis setiap anak didiknya. Hal ini

menjadi barometer keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran, Namun

sebagaimana yang terjadi di SMP Putri Nawa Kartika Kudus, belum dapat

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

26

mengidentifikasi setiap indikator dalam kemampuan matematis. Selama

ini dalam proses pengambilan nilai masih menggunakan teknik penilaian

konvensional (uraian), yang cenderung global hanya dibatasi dengan

ketercapaian pada KKM matematika 60. Sehingga diperlukan inovasi

dalam penilaian, salah satunya dengan teknik penilaian yang diduga dapat

mengukur kemampuan matematis peserta didik yaitu teknik penilaian

unjuk kerja.

Melalui penelitian ini diimplementasi teknik tersebut dan

permasalahan dalan penelitian ini yaitu apakah penggunaan teknik

penilaian unjuk kerja efektif terhadap kemampuan matematis materi pokok

garis dan sudut pada peserta didik kelas VII SMP Putri Nawa Kartika

Kudus tahun pelajaran 2009/2010?. Dengan tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektivitas penggunaan teknik penilaian unjuk kerja

terhadap kemampuan matematis materi pokok garis dan sudut pada peserta

didik kelas VII SMP Putri Nawa Kartika Kudus tahun pelajaran

2009/2010.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berdesain

"posttest-only control design". Populasi dalam penelitian ini peserta didik

kelas VII semester II SMP Putri Nawa Kartika Kudus Tahun Pelajaran

2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster

sampling. Terpilih peserta didik kelas VII-A sebagai kelompok

eksperimen dan peserta didik kelas VII-B sebagai kelompok kontrol. Pada

akhir pembelajaran kedua kelompok sama-sama diberi tes yang telah diuji

validitas, taraf kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya. Metode

pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara,

dokumentasi dan tes. Data dianalisis dengan uji perbedaan rata-rata (uji t)

pihak kanan. Berdasarkan penelitian diperoleh thitung = 1,904 sedangkan

nilai t = 1,67. Karena t hitung> t maka H ditolak. Artinya rata-rata

kemampuan matematis yang diukur dengan teknik penilaian unjuk kerja

lebih besar dari pada rata-rata kemampuan matematis yang diukur dengan

teknik penilaian konvensional (uraian).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

27

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa rata-rata kemampuan matematis kelompok eksperimen lebih besar

dari pada kelompok kontrol sehingga dapat dikatakan teknik penilaian

unjuk kerja lebih efektif daripada teknik penilaian konvensional (uraian)

pada materi pokok garis dan sudut di kelas VII SMP Putri Nawa Kartika

Kudus tahun pelajaran 2009/2010, dan disarankan guru dapat terus

mengembangkan teknik penilaian unjuk kerja serta menerapkan penilaian

unjuk kerja ini pada materi pokok yang lainnya. Karena kunci dari

penerapan penilaian unjuk kerja ini tergantung dari kreatifitas guru dalam

menyesuaikan antara tujuan pembelajaran dengan instrument penilaian

unjuk kerja, terlebih pada waktu penyusunan rubrik dan penskoran.

Kelebihan dari penelitian ini adalah menekankan pada teknik yang

digunakan pada penilaian hasil belajar. Sedangkan kelemahnya tidak

dibahas proses dalam kegiatan pembelajaran hanya fokus pada teknik

penilaian unjuk kerja. Pada penelitian ini akan mengatasi masalah dengan

menggunakan model pembelajaran cooperative script agar proses

pembelajaran dapat dinilai dengan menggunakan penilaian unjuk kerja.

2.3 Kerangka Berfikir

Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah model pembelajaran. Model

pembelajaran yang baik yaitu yang sesuai dengan karakteristik materi dan

karakter siswa. Akan tetapi pada kenyataanya pada kegiatan pembelajaran

masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran tradisional

dengan metode ceramah yang berpusat pada guru. Contohnya, seperti

kelas yang akan diteliti ini guru sering menggunakan model pembelajaran

tradisional. Pada KD 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, siswa tidak aktif dalam

pembelajaran, ada yang sibuk menggambar, asyik berbiacara dengan

teman sebangku, dan tidak memperhatiakan penjelasasn guru. Setelah

melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran tradisional,

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

28

selanjutnya guru melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian yang

digunakan oleh guru untuk mengukur hasil belajar hanyalah tes formatif

yang dilakukan setiap selesai membahas satu pokok bahasan atau bab.

Dari hasil belajar yang diperoleh siswa masih banyak yang nilanya <

KKM (65).

Kondisi tersebut perlu dilakukan perbaikan dalam proses

pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative script dan pendekatan STM. Pada KD 2.3 Mengenal

perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya, diharapkan ada peningkatan unjuk kerja

setelah menggunakan model pembelajaran cooperative script dengan

pendekatan STM. Pada model pembelajaran cooperative script dengan

pendekatan STM langakah-langkah yang dilakukan. Siswa menyimak

script materi yang diberikan oleh guru. Siswa merespon pertnyaan yang

telah diberikan oleh guru, setelah itu siswa mengumpulkan data.

Kemudian terjadi kesepakan antara siswa, siapa yang pertama akan

menjadi pembicara dan pendengar. Pembicara I menjelasakan perolehan

data kepada pendengar I, pendengar I menyimak penjelasan peolehan data

dari pembicara I.bertukar peran, pendengar I menjadi pembicara II untuk

menjelaskan hasil perolehan data kepda pendengar II, pendengar II

menyimak hasil perolehan data dari pembicara II. Siswa menganalisis

hasil perolehan data secara berpasangan. Kemudian mereka mengevaluasi

hasil dari data yang diperoleh. Setelah selesai mengevaluasi siswa

membuat laporan dan dilanjutkan dengan guru memberikan pemahaman

kosep. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan penilaian

unjuk kerja, karakter dan laporan.. Dalam model pembelajaran cooperative

script dan pendekatan STM ini siswa menjadi aktif dan guru hanya

bertugas sebagai fasilitator. Selain menjadi fasilitator guru juga

mengontrol siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta

mengarahkan siswa jika mengalami kesuliatan. Dari model cooperative

script dengan pendekatan STM pembelajaran ini akan terjadi interaksi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

29

tidak hanya pada guru dan siswa tetapi juga interaksi antara siswa dengan

siswa.

Model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan STM

akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran, berani bertanya dan

mengemukakan pendapat. Selanjutnya akan meningkatkan unjuk kerja ,

yang sebelumya siswa tidak aktif dalam pembelajaran yang membuat

masih banyak nilai < KKM. Setelah menggunakan model pembelajaran

cooperative script dengan pendekatan STM akan dilakukan penilaian yaitu

penilaian unjuk kerja. Diamana unjuk kerja siswa selama pembelajaran

akan di amati dan akan mecapai indikator yang telah ditentukan yaitu

kriteria minimal unjuk kerja IPS yang layak dengan persentasi yang akan

dicapai diatas 80% dari jumlah seluruh siswa.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

30

Skema Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Hubungan antara model pembelajaran cooperative script dengan

pendekatan STM dengan unjuk kerja siswa

Pembelajaran IPS: KD

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya

mendengarkan sebagai objek yang pasif dan pembelajarn

menjadi kurang eektif

Pembelajaran tradisional

Guru mendominasi KBM

Guru menjadi fasilitator

Hasil belajar rendah

siswa tidak aktif

Pemeblajaran IPS:KD

2.3 Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya

Langkah-langkah pembelajaran cooperative script dan

pendekatan STM:

menyimak script materi

1. Siswa menyimak script

materi

merespon pertanyaan

Menganalisis perolehan data

Menjadi Pendengar

Menjadi Pembicara

mengumpulka data

Membuat laporan

Mengevaluasi perolehan data

Rubrik unjuk kerja

Rubrik unjuk kerja

Rubrik unjuk kerja

Rubrik karakter

Rubrik unjuk kerja

Rubrik karakter

Rubrik laporan

Rubrik unjuk kerja

Skor unjuk

kerja IPS

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3799/3/T1_292009091_BAB II.pdf · membaca buku, majalah, koran, mendengarkan berita di

31

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang

diuraikan, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui penggunaan

model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan STM dapat

meningkatkan unjuk kerja IPS siswa kelas 4 SD Negeri Sidokumpul

Kecamatan Guntur Kabupaten Demak semester 2 tahun ajaran 2012/2013.