bab ii kajian teoretik 2.1 kajian teori dan hasil

29
BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 2.1.1 Pengertian Media Menurut Arsyad (2015: 1-3), Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar’. media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.” Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Media adalah pesan yang masih berada pada pikiran pembicara tidak akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan media sebagai perantara. Ada tiga komponen yang harus ada dalam suatu proses komunikasi, yakni pemberi informasi , penerima informasi dan media” (Asyhar, 2012: 3-4). Dari pengertian di atas dapat dikatakan media sebagai suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam kegiatan komunikasi antara komunikator dan komunikan. 8

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

8

BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.1 Pengertian Media

Menurut Arsyad (2015: 1-3), “Kata media berasal dari bahasa Latin

medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar’. media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

sekolah merupakan media.” Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses

belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis, photografis, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

dan verbal.

“Media adalah pesan yang masih berada pada pikiran pembicara tidak

akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan media sebagai

perantara. Ada tiga komponen yang harus ada dalam suatu proses komunikasi,

yakni pemberi informasi, penerima informasi dan media” (Asyhar, 2012: 3-4).

Dari pengertian di atas dapat dikatakan media sebagai suatu sarana atau

perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam kegiatan

komunikasi antara komunikator dan komunikan.

8

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

9

2.1.2 Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam suatu proses, sifat pesan yang dapat disalurkan

melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya

media visual juga pesan verbal dan non verbal yang terdengar seperti media audio.

Pesan yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui media audiovisual

seperti film documenter, bergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol

serupa.

Menurut Asyhar (2012: 84), “Media audio dapat diklasifikasi sebagai

media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu

proses sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal

dan nonverbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan

nonverbal yang terdengar layaknya media audio.” “Pesan visual yang terdengar

dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti film

dokumenter, film drama dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan

melalui peralatan seperti film, video, dan juga televisi dan dapat disambungkan

pada alat proyeksi” (Munadhi, 2012: 56–57).

Menurut Arsyad, (2015: 32–33), menyatakan “pengajaran melalui audio–

visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti

mesin proyektor film, tape recorder, infokus dan proyektor visual yang lebar.

Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah menyampaikan materi yang

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya.”

Ciri-ciri utama media audio visual yaitu :

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

10

1. Bersifat linear.

2. Menyajikan visual yang dinamis.

3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang

atau pembuatnya.

4. Merupakan representasi fisik dari gagasan real.

Dalam penelitian ini, media audio visual yang digunakan adalah media

audio visual hasil pengembangan dosen: Drs. H. Larlen, M.Pd., dan Liza Septa

Wilyanti, S.Pd., M.Pd., Media audio visual tersebut mengenai materi video

tutorial olah vokal dalam bermain drama yang berisi tentang latihan pemanasan.

Terdapat 26 gerak yang akan diperagakan dalam latihan olah vokal dan dialog

singkat secara berpasangan. Latihan dialog ini bertujuan untuk mengetahui dan

mempraktikkan artikulasi dan kesesuaian bunyi vokal yang telah dilatih

sebelumnya.

2.1.3 Langkah-Langkah Penggunaan Media Audio Visual

Penggunaan media, seharusnya dilakukan perencanaan yang sistematik.

Media pembelajaran digunakan apabila media itu dapat mendukung tercapainya

tujuan pembelajaran yang disampaikan. Adapun langkah-langkah dalam

penggunaan media audio visual. (Arsyad, 2015: 29–30).

1. Persiapan Sebelum Menggunakan Media

Langkah awal penggunaan media adalah membuat persiapan sebaik baiknya,

yang dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. mempelajari petunjuk penggunaan media, terutama bila dibutuhkan

perangkat keras seperti berbagai jenis pesawat proyektor (media elektronik).

Periksalah voltase alat untuk disesuaikan dengan listrik setempat sebelum

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

11

menghidupkan alat. Setelah itu, ikuti petunjuk- petunjuk khusus tiap alat.

Misalnya LCD ada petunjuk khusus penempatan layar, pemakaian layar,

pemakaian pesawat yang menghemat lampu LCD, cara meletakkan alat,

tempat berdiri guru dan lain-lain;

b. semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya,

sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak akan terganggu oleh hal-hal

yang bersifat teknis.

2. Pelaksanaan Penggunaan Media

Pada saat kegiatan belajar dengan menggunakan media berlangsung,

hendaknya dijaga agar suasana tetap tenang, keadaan tenang tidak berarti

pembelajaran harus duduk diam dan pasif yang penting pembelajaran tetap

terjaga. Sebaiknya sewaktu mempergunakan multi media dengan LCD

proyektor, diusahakan untuk datang lebih awal dari siswa, sehingga sewaktu

melakukan kegiatan memasang peralatan dan menyambung kabel- kabel yang

tidak sedikit jumlahnya itu termasuk setting sound sistemnya tidak disaksikan

oleh siswa sehingga begitu proses pembelajaran dimulai semuanya sudah siap

dan langsung mulai tanpa pengetesan lagi.

3. Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap penyajian tujuan pembelajaran yang telah tercapai,

selain untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan melalui

media. Untuk itu perlu disediakan tes yang harus dilaksanakan oleh siswa

sebagai umpan balik. Kalau ternyata tujuan belum tercapai, guru perlu

mengulangi sajian program media tersebut.

4. Tindak lanjut

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

12

Berdasarkan umpan balik yang diperoleh, guru dapat meminta siswa untuk

memperdalam sajian dengan berbagai cara, misalnya: diskusi tentang hasil tes,

melakukan suatu percobaan, observasi, dan lain-lain.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual

Menurut Arsyad (2015: 29–30), menyatakan “tentang beberapa kelebihan

media audio-visual, termasuk teks terprogam.” yaitu :

1. objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas

dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.

2. objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat

disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.

3. kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan

tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide di samping

secara verbal.

4. objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan

secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.

5. kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan

dengan media seperti komputer, film, dan video.

6. peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang

dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi

kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse

untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media audio

visual ini yaitu :

1. Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

13

menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam

pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.

2. Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan

belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi

khusus untuk kebutuhan sendiri.

3. Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan

waktu yang banyak.

4. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan

guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangannya.

5. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,

sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa.

6. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah

mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.

Penemuan macam-macam alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah

cara hidup, norma-norma, dan cara berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat

teknologi.juga mempengaruhi pendidikan, antara lain metode penyampaian dan

juga cara penilaian.

2.1.5 Media Pembelajaran Audio Visual Dalam Proses Pengajaran

Maka dari itu peneliti menggangap bahwasanya pengunaan Media

pembelajaran audio visual dalam proses pengajaran dan pembelajaran yang paling

tepat diterapkan pada pembelajaran drama di materi olah vokal karena akan

mempermudah mahasiswa untuk meningkatkan hasil belajar yang efektif dan

efisien. akan mempermudah mahasiswa untuk memahami pelajaran dan

membawa mahasiswa untuk belajar, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

14

tercapai sesuai dengan tujuan pengajaran. kelebihan media audio visual (1) harga

murah dan variasi program lebih banyak dari pada TV (2) sifatnya mudah untuk

dipindahkan (3) dapat digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio,

sehingga dapat diulang atau diputar kembali.(4) dapat merangsang partisipasi aktif

pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi seperti menulis,

menggambar dan sebagainya (5).repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan

menyimpannya atau mengelipingnya (6) analisa lebih tajam, dapat membuat

orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan

dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan (7) dapat mengatasi

keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik (8) media visual

memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan

sekitarnya (9) dapat menanamkan konsep yang benar (10) dapat membangkitkan

keinginan dan minat baru (11) dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

2.1.6 Pengertian Drama

Menyatakan seni teater merupakan salah satu cabang kesenian,

sedangkan kesenian merupakan bagian dari tata hidup dan kehidupan masyarakat.

(Nuryanto, 2017:1). Menurut Hasanuddin (2015:1), “menyatakan sebagai suatu

genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding dengan genre puisi fiksi.

Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan terhadap bentuk karya

yang bereaksi langsung secara kongkret.”

Drama merupakan cerita yang dikembangkan dengan berlandaskan pada

komflik kehidupan manusia dan dituangkan dalam bentuk dialog untuk

dipentaska di depan penonton drama juga merupakan salah satu cabang seni

yang diajarkan secara formal di sekolah dan perguruan tinggi (Pratiwi &

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

15

siswiyanti,2014:1-14).

Menurut Satoto (2012: 1), “menyatakan Kata drama berasal dari bahasa

Greek, dalam hal ini berasal dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to act

atau to do”. Namun, ada juga pendapat istilah drama berasal dari termologi

Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak atau beraksi.”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa drama

merupakan tiruan prilaku kehidupan manusia dipentaskan dengan

menggunakan dialog (percakapan) dan gerakan para pemain, yang ditulis

dalam bentuk dialog dengan maksud untuk dipentaskan para aktor.

Menurut Hidayat (2010), “menyatakan “drama adalah kreativitas

seseorang untuk menajamkan bentuk komunikasi dengan realitas melalui “seni

keberpura-puraan 1 Bentuk-bentuk ekspresi yang diharuskan sesuai dengan

naskah, senyatanya bukanlah diri sendiri, melainkan menjadi orang lain.

Adanya naskah menuntut aktor untuk menyampaikannya dengan dialog dan

cara yangberbeda puladihadapan penonton.”

2.1.7 Keterampilan Pembelajaran Olah Vokal Dalam Bermain Drama

A. Olah Vokal

Vokal sebagai alat atau satu media pengungkapan ekspresi aktor

merupakan media penyampaian informasi melalui dialog. Informasi tentang alur

cerita, seting pristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya,

semuannya harus tersampaikan secara jelas melalui keterampilan aktor dalam

menyampaikan dialog. Pencapaian segmen ini adalah menciptakan aktor dengan

vokal yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan tekanan volume

suaranya dalam kondisi apapun.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

16

Petet (2016:1), “menyatakan kemampuan vokal yang baik bagi seorang

aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran secara proporsional. Aktor

dituntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Juga menampilkan

gagasan menjadi sebagai daya pikiran yang nyata.”

Pembelajaran vokal dapat dijadikan sebagai sarana pengungkapan perasaan,

juga dapat dijadikan pelatihan rasa estetis pada peserta didik.Untuk memahami

ataupun menguasai vokal secara teori maupun praktek. tentu saja diperlukan

ketekunan sehingga perlu dipelajari secara terus menerus melalui latihan-latihan.

Kemampuan vokal merupakan kesanggupan seseorang dalam berdialog

drama, mempelajari vokal bertujuan agar peserta didik dapat mempelajari teknik

pengucapan vokal dengan baik dan benar, suara adalah salah satu modal utama

terjadinya vokal.

Dalam kegiatan pementasan drama aspek vokal (suara) juga memiliki

peran yang sangat penting disamping aspek gerak. (Pratiwi & Siswiyanti

(2014:124), menyatakan “unsur-unsur penting yang dikembangkan oleh

pemeran.” sebagai berikut :

Suara dan ucapan yang jelas sangat diperlukan dalam pementasan drama

agar pesan-pesan dalam dialog dapat dipahami oleh semua penonton. suara dan

ucapan yang jelas tidak diproduksi melalui teriakan yang menghasilkan suara

keras dan pekikan.

Vokal yang baik bagi seorang aktor adalah syarat agar bisa memainkan

peran secara propesional. Susanto (2015:195)., menyatakan “suara adalah unsur

penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau atau

sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran, pemilihan kata-kata memiliki

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

17

peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi.” Suara tidak hanya

dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan

cepat lambatnya sesuai dengan situasi dengan kondisi emosi. Suara merupakan

unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang mempelajari teater.

Susanto (2015:196)., menyatakan “ada beberapa hal yang perlu diketahui

oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan.” yaitu sebagai berikut:

1. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari

teks lakon kepada penonton.

2. Memberikan arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.

3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya umur,

kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah dan sebagainya.

4. Mengendalikan perasaa penonton seperti yang dilakukan oleh music.

5. Melengkapi variasi.

Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-

pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hafalan saja,

maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan

melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog.

Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak

dikomunikasikan kepada penonton.

2.1.8 Kemampuan Pengucapan dialog

1. Pelafalan

Suara memerlukan penggarapan yang sungguh-sungguh. Problem yang

timbul pada para pemain bersumber pada ketegangan-ketegangan dan pernafasan

yang salah. Menurut Nuryanto (2017:134), menyatakan “pelapalan sangat

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

18

menentukan suksesnya suatu pementasan, dan sesuatu yang harus dicapai dalam

latihan suara dan pelafalan dengan cara menyiapkan bagaimana cara (bagaimana)

dialog diucapkan.”

Ada kalanya seseorang pemain drama mampu menguapkan kata dengan

jelas tetapi dialog yang diucapkan tidak merangsang pengertian. Dialog yang

panjang harus dipenggal-penggal lebih dahulu sesuai dengan satuan-satuan

pikiran yang dikandungnya. Nuryanto (2017:135), menyatakan bahwa “satu hal

yang berhubungan dengan vokal yaitu pemahaman nada ucapan. Nada ucapan

tidak hanya berfungsi untuk menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan

makna”.contohnya kata “gila”dapat diartikan sebagai umpama keras, pujian,

kekaguman,jika diucapkan dengan nada yang berbeda.”

Maka dapat disimpulkan bahwa pementasan drama berbeda dengan naskah

tertulis, apa yang sudah di ucapkan tidak dapat diulang. Maka vokal harus

menarik dan jelas agar dapat memikat penonton mengikuti jalan cerita serta dapat

dipahami. Biasanya vokal yang mantap berhubungan dengan rasa percaya diri,

rasa percaya diri ini akan tumbuh jika pemain yakin dengan apa yang dia

lakukan, keyakinan ini berkaitan erat dengan pemahaman dan penghayatan

perannya serta penguasaan seluruh alur drama dan nada ucapan dapat

menciptakan dinamika serta makna yang akan disampaikan kepada penonton.

2. Intonasi

Susanto (2005: 212), “Menyatakan bahwa intonasi (intonation) merupakan

nada suara atau bisa disebut juga irama bicara, atau alunan nada dalam

melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton sehingga tidak

terkesan biasa-biasa saja, intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

19

emosi dalam berbicara.” Intonasi adalah kerja sama antara nada , tekanan, durasi,

dan perhentian-perhentian yang menyetarai suatu tutur dari awal hingga

perhentian yang terakhir. Intonasi salah satu teknik memberi isi kepada kata atau

kalimat yang diucapkan aktor di atas pentas, Pratiwi&Siswiyanti (2014:140).

Fungsi intonasi adalah mengatur tinggi rendahnya susatu nada dalam

pengucapan dalam bermain drama, membuat pembicaraan menjadi menarik,

tidak membosankan, dan kalimat yang diucapkan lebih mempunyai makna,

intonasi berperan dalam pembentukan makna kata, bahkan bisa mengubah makna

suatu kata. Jika dalam dialog tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa

monoton dan percakapan atau dialog pada pertunjukan apabila intonasi kita datar

maka pertunjukan tersebut tidak menarik.

Tokoh yang dimainkan memiliki karakter berbeda, ada yang berperan

sebagai wanita, pria, baik dengan ukuran usia yang berbeda pula. seorang nenek

tua pasti suaranya jauh berbeda dengan anak usia 17 tahun. apalagi antara laki-

laki dan perempuan perbedaan suaranya beda sekali. Dengan adanya perbedaan

yang demikian jelaslah berarti artikulasi, gestikulasi, dan intonasi mempengaruhi

warna suara yang akan diciptakan.

3. Artikulasi (Kelanaran Berbahasa)

Artikulasi adalah hubungan antar otot, hubungan antara yang dikatakan

dengan cara mengatakannya. Artikulasi adalah satu ekspresi suara yang kompleks.

bunyi-bunyian, tanda-tanda yang dinamis, yang semuanya dibutuhkan untuk

karakter peran Susanto (2015:208), menyatakan “artikulasi adalah kejelasan

ucapan dalam melafalkan dialog naskah drama. pengucapan dialog secara jelas

bertujuan agar pemeran/pemain drama mampu menyampaikan makna atas apa

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

20

yang diucapkannya di atas pentas.”

Suara yang memiliki kekuatan tidak diproduksi dengan cara berteriak.

kekuatan suara yang terbentuk harus didukung dengan artikulai, intonasi, dan

irama komunikasi dua arah sehingga dibutuhkan keterampilan khusus dalam

memperoduksinya.

Sesuai dengan hal tersebut Sursanto (2015:63-64), menyatakan “suara

(vokal) dan ucapan (speech) berperan sangat penting dalam pementasan drama.

pemain menggunakan ucapan untuk berbagai tujuan, di pementasan drama.

Pemain menggunakan ucapan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk

menyampaikan kata kepada penonton, memberi arti-arti khusus pada kata-kata

tertentu. untuk menyampaikan informasi tentang sifat dan perasaan tokoh. dan

lain sebagainya. Dalam melakukan ucapan yang terpenting bukan kerasnya,

tetapi bagaimana ucapan tersebut terdengar jelas.”

Banyak pemahaman salah tentang kualitas vokal yang baik menurut

pemahaman aktor/aktris, menganggapnya bahwa kualitas vokal baik ialah cara

pengucapan dialog dengan keras dan nyaring agar suara terdengar oleh seluruh

khalayak penonton. Akan tetapi, persepsi tersebut ternyata salah karena kualitas

vokal yang baik ditentukan pengucapan dialog yang jelas, bukan hanya keras.

pengucapan dialog yang jelas ditandai dengan kemampuan berartikulasi

maksimal. hal tersebut sering menjadi kelemahan vokal bagi aktor..

4. Mimik atau Ekspresi

Susanto (2015:27), Menyatakan “mimik atau Ekspresi adalah ekspresi

gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang ditunjukkan oleh

pemain kepada penonton. Mimik merupakan gerak perubahan muka (alis, mata,

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

21

hidung, telinga, kening, dan mulut).” Ekspresi wajah pemain yang sedang sedih

berbeda dengan ketika sedang marah. Selain pengucapannya jelas dan

intonasinya tepat ekspresi wajah harus ditampakkan juga ekspresi sedih,

gembira, marah, cemburu, tertekan, dan lain-lain”.

Susanto, (2015:27), menyatakan “mimik merupakan bagian dari ekspresi

wajah untuk menemukan karakter yang diinginkan.” Contoh mimik dalam drama

adalah seorang tukang kebun yang kaget dan ketakutan saat menemukan mayat

seorang wanita dibalik semak semak. Pasti mimik dari pemeran tukang kebun

akan menampilkan ekspresi kaget, ketakutan dan bahkan berteriak. Hal tersebut

harus jelas agar penonton juga dapat merasakan apa yang dialami oleh pemain.

Sebagai contoh lainnya, pengangkatan alis mata, secara universal, menyatakan

“ya” dan menggelengkan kepala untuk mengatakan“tidak” dalam interaksi

sosial. Penggelengan kepala ini sangat biasa terjadi pada manusia dan hewan.

Dia merasa penolakan itu berasal dari cara penggelengan.

Winarni (2014:66), menyatakan “seorang pemain drama harus menguasai

mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah bisa ditandai

dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih

ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang

mimik gembira ditandai dengan muka bercahaya, mata bersinar, dan mulut

tersenyum.”

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa mimik merupakan

gerak perubahan muka dan kriteria yang dilihat adalah (1) alis, (2) mata, (3)

hidung, (4) mulut. Hal tersebut harus jelas agar penonton juga dapat merasakan

apa yang dialami oleh pemain melalui peran yang dibawakannya.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

22

5. Penghayatan

Susanto (2015:27), menyatkana “penghayatan adalah kedalaman

pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh, dan karakter keadaan atau situasi

(susah, senang, dan lain-lain).” Penghayatan berarti memahami secara penuh isi

drama, mengamati, serta mempelajari isi naskah untuk diterapkan tubuh kita

misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai

pengemis, maka saat itu juga kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri

melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai pengemis, hal ini yang

harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.

Nurasiah (2008), menyatakan bahwa ‟semua dialog akan terasa hidup jika lafal,

intonasi, mimik dan kinesiknya dapat muncul secara bersamaan, hal ini

mendukung penghayatan dari masing-masing tokoh. Walaupun tidak mudah, jika

dilakukan secara terus- menerus, penghayatan akan tercipta dengan sendirinya.”

Winarni (2014:67), menyatakan “suatu peran menjadi hidup apabila

aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang

tepat. Untuk memperoleh pemahaman watak peran yang tepat, perlu

mengadakan analisis peran berdasarkan naskah, seperti memahami alur cerita,

pengenalan, permasalahan, klimaks, dan penyelesaian lalu mencatat peran yang

akan dimainkan.” Selanjutnya mencatat secara lengkap tentang kepribadian

peran yang akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya

sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor terganti

dengan watak peran yang semestinya diperankan.

Suyoto (2009:14) menyatakan bahwa “Cara-cara yang dipergunakan dalam

penghayatan.”, sebagai berikut :

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

23

1. Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui

apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang

ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.

2. Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah.

Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari

tokoh yang akan kita perankan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa penghayatan adalah

menjiwai peran dan penonton dapat merasakan apa yang dilakukan pemain.

Kriteria penghayatan dilihat dari (1) memahami makna dialog (2) menjiwai

peran dengan baik (3) menggambarkan karakter tokoh yang diperankan (4)

percaya diri.

2.1.9 Unsur-Unsur Berlatih Olah Vokal

A. Persiapan

persiapan yang dilakukan dalam pembelajaran olah vokal yakni: tubuh

yang tidak sedang sakit atau kelelahan sebaiknya dalam kondisi yang bugar

sehingga ketika melakukan berbagai rangkaian kegiatan dalam pembelajaran olah

vokal dapat maksimal kondisi suara di pastikan dala keadaan baik tanpa

gangguan apapun sehingga dalam berlatih suara yang dikeluarkan dapat di

ucapkan secara jelas dan lantang terdengar dan ketika melakukan pengucapan

sebuah dialog akan maksimal dan benar.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

24

B. Pemanasan

Fungsi pemanasan ini yaitu agar dapat mengendorkan otot-otot organ

produksi suara. Latihan pemanasan olah suara diawali dengan senam wajah,

senam lidah, dan senam rahang. Pedoman latihan olah suara adalah sebagai

berikut.

a. Pemanasan pertamayang dilakukan yaitu adalah berdiri tegap tangan di

letakan diatas kepala miringkan kepala ke kanan dan tangan memegang

telingga. Selama 8 kali hitungan

b. Pemanasan kedua yang dilakukan adalah tubuh berdiri tegap tangan di

letakan diatas kepala miringkan kepala ke kiri dan tangan memegang

telingga. Selama 8 kali hitungan.

c. Pemanansan yang ketiga dilakukan adalah luruskan tubuh tadahkan

kepala keatas satukan telapak tangan dan letakan telapak tangan di bawah

dagu. Selama 8 kali hitungan.

d. Pemanasan yang ke empat yang dilakukan adalah luruskan tubuh

tundukan kepala ke bawah satukan telapak tangan dan letakan diatas

kepala. Selama 8 kali hitungan.

e. Pemanasan yang ke lima yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat

tangan kanan hingga telapak tangan sejajar dengan hidung dan masukan

tangan kiri ke dalam tangan kanan yang diposisiskan berdiri ke atas

hingga telapak tangan sampai hidung. Selama 8 kali hitungan.

f. Pemanasan yang ke enam yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat

tangan kiri hingga telapak tangan sejajar dengan hidung dan masukan

tangan kanan ke dalam tangan kiri yang diposisiskan berdiri ke atas

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

25

hingga telapak tangan sampai hidung. Selama 8 kali hitungan

g. Pemanasan yang ke tujuh yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat

kaki kanan sampai lutut dan tahan menggunakan 2 telapak tangan.

Selama 8 kali hitungan.

h. Pemanasan yang ke delapan yang dilakukan adalah luruskan tubuh tarik

kaki kanan sampai lutut dan miringkan kaki di tahan menggunakan 2

telapak tangan

i. Pemanansan yang ke sembilan yang dilakuakan adalah luruskan tubuh

tarik kaki kanan sampai lutut dan tarik kebelakang. Selama 8 kali

hitungan.

j. Pemanasan ke sepuluh yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat kaki

kiri sampai ke lutut dan tahan menggunakan dua telapak tangan. Selama 8

kali hitungan.

k. Pemanasan ke senelas yang dilakuakan adalah luruskan tubuh angkat kaki

kiri sampai ke lutut dan miringkan kaki lalu tahan dengan dua telapak

tangan. Selama 8 kali hitungan

Fungsi pemasan ini yaitu guna agar tidak cidera tentunya hal-hal yang

tidak di ingginkan ketika melakukan latihan teknik-teknik olah vokal dan juga

bagus untuk melemaskan otot-otot sehingga tubuh akan terasa rileks ketika

melakukan teknik-teknik olah vokal yang benar.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

26

C. Senam Wajah

a. Alis dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan. Lakukan hal ini sebanyak

8 kali.

b. Arahkan otot-otot wajah ke kanan, dan lepaskan, lakukan hal ini

sebanyak 8 kali.

c. Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan. Laukan hal ini

sebanyak 8 kali.

d. Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan

lepaskan. Lakukan hal ini sebanyak 8 kali.

D. Senam Lidah

a. Lidah dijulurkan sejauh mungkin, tahan dan tarik sedalam mungkin,

lakukan hal ini sebanyak 8 kali.

b. Lidah dijulurkan dan arahkan ke kanan secara bergantian. Lakukan hak

ini sebanyak 8 kali.

c. Lidah dijulurkan dan arahkan ke kiri secara bergantian. Lakukan hak

ini sebanyak 8 kali.

2.1.10. Latihan Dalam Olah Vokal

1. Pernafasan

Nuryanto, (2017:133) menyatakan “pernapasan adalah merupakan proses

menarik udara ke dalam paru-paru yang berkaitan dengan kesantaian ketika

mengeluarkannya.”

Petet, (2006:74), “menyatakan siklus pernafasaan yang baik akan sangat

menentukan sirkulasi oksigen dalam tubuh manusia, sehingga stamina seseorang

dipengaruhi oleh teratur atau tidaknya sirkulasi oksigen ini.”

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

27

2. Latihan Pernafasan Dasar

a. Posisi berdiri dan tarik nafas, tahan, hembuskan. Latihlah nafas segi

tiga dengan santai dan lakukan 8 kali pengulangan.

b. Posisi masih berdiri dan lakukan nafas segi tiga dengan menaikan

tangan sampai sebatas bahu dan menurunkannya. Pada saat menaikan

tangan kita menarik nafas dan pada saat tangan diturunkan nafas

dihembuskan. Ketika menghembuskan nafas lakukan dengan cara

mendesis, lakukan 8 kali.

c. Posisi masih berdiri, tangan di samping badan, terus tangan diangkat

sambil menghirup nafas panjang sampai tangan tegak lurus ke atas,

tahan, hembuskan nafas sambil berdesis dibarengi dengan

menurunkan tangan sampai telapak tangan menyentuh lantai lakukan

8 kali.

A. Latihan Pernafasan Perut

Ciri dari pernafasan perut adalah pada waktu menghirup udara, rongga

perut mengembang untuk memberi ruang yang leluasa bagi paru- paru dalam

menyimpan udara. Pernafasan ini juga ditandai dengan naik turunnya sekat

diafragma yang terdapat di antara rongga dada dan rongga perut.

a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan perut sampai optimal, tahan, hembuskan.

Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan hembuskan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

28

sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan hembuskan

sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali

pengulangan.

d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan perut secara optimal dan hembuskan. Latihan ini

dilakuan secara cepat antara menarik dan menghembuskan.

e. Variasi latihan pernafasan perut ini bisa dilakukan dengan cara

duduk maupun berbaring santai.

f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara

seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula

sebaliknya ketika menghembuskan nafas.

B. Latihan Pernafasan Dada

Ciri dari pernafasan dada adalah pada waktu kita menghirup udara rangka

dada mengembang untuk memberikan ruang leluasa bagi paru-paru dalam

menyimpan udara. Latihlah sampai nafas dada ini terkuasai.

a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan dada secara optimal, tahan, hembuskan. Lakukan

latihan ini 8 kali pengulangan.

b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan

sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

29

mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan

sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali

pengulangan.

d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan dada secara optimal dan hembuskan. Latihan ini

dilakuan secara cepat antara menarik dan menghembuskan.

e. Variasi latihan pernafasan dada ini bisa dilakukan dengan cara

duduk maupun berbaring santai.

f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara

seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula

sebaliknya ketika menghembuskan nafas.

C. Latihan Pernafasan Diafragma

Fokus nafas diarahkan pada sekat antara rongga dada dan rongga perut

yang disebut dengan sekat diafragma. Ciri dari pernafasan diafragma adalah otot-

otot sekat diafragma akan mengembang dan mendatar ketika menghirup udara dan

mencekung ketika menghembuskan nafas. Sekat diafragma terletak persis di

bawah rongga dada dan di atas perut. Latihlah sampai nafas diafragma ini

terkuasai.

a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan,

hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.

b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan

hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

30

pengulangan.

c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan

hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini

8 kali pengulangan.

d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil

mengembangkan sekat diafragma secara optimal dan hembuskan.

Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan

menghembuskan.

e. Variasi latihan pernafasan diafragma ini bisa dilakukan dengan

cara duduk maupun berbaring santai.

f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara

seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula

sebaliknya ketika menghembuskan nafas.

D. Latihan Membedakan Huruf

a. Membedakan huruf P dan B, latihlah sesuai dengan ketukan.

p..... p….. p…… p…...

pp…. pp…. pp…. pp….

ppp…ppp…ppp…ppp…

pppp.. pppp.. pppp.. pppp..

ppppp. ppppp. ppppp. ppppp.

b….. p….. p….. p…..

bb…. bb…. bb…. bb….

bbb… bbb… bbb… bbb…

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

31

bbbb.. bbbb.. bbbb.. bbbb..

bbbbb. bbbbb. bbbbb. bbbbb.

b. Membedakan huruf K dan Q, latihlah sesuai dengan ketukan.

k.......... k.......... k.......... k..........

kk........ kk........ kk........ kk........

kkk...... kkk....... kkk...... kkk......

kkkk.....kkkk......kkkk.....kkkk......

kkkkk.. kkkkk .. kkkkk .. kkkkk ..

q.......... q.......... q.......... q..........

qq........ qq........ qq........ qq........

qqq...... qqq...... qqq...... qqq......

qqqq.....qqqq....qqqq.....qqqq....

qqqqq.. qqqqq.. qqqqq.. qqqqq..

d. Kombinasikan latihan huruf-huruf tersebut.

p….. p…… p….. p…..

pb….. pb….. pb….. pb…..

pb........ pb........ bp........ bp........

pbp...... pbp...... pbp...... pbp......

pbbp.....pbbp.....pbbp.....pbbp....

ppbpp.. ppbpp.. ppbpp.. ppbpp....

E. Latihan Kata

1. Latihan ini dilakukan dengan cara yaitu menggabungkan

huruf- huruf tersebut di atas dengan huruf vokal. Misalnya

pa dengan ba atau ta dengan da, ki dengan gi dan

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

32

seterusnya.

2. Latihan diteruskan sudah dalam bentuk sebuah kata.

a. Penyebutan kata bapak secara lambat.

b. Penyebutan kata bapak secara cepat.

c. Penyebutan kata bopak

d. Penyebutan kata teko

e. Penyebutan kata begitu

F. Latihan Kalimat

Latihan ini dilakukan dengan cara diberikan dialog yang akan di

sampaikan lalu di pahami beberapa menit dan setelah itu di praktekan secara

langsung.

Ria : Aku sunguh tidak mengerti dengan cita-citamu pak.

Adit: Aku ingin jadi diplomat yang diberi pos kolong jembatan

saja.

Ria: Ah itu pekerjaan gila.

Adit: Banyak diplomat yang dikirim ke pos-pos manapun di

dunia ini. Tapi pemerintah belum punya wakil untuk bicara

dengan meeka yang ada di kolong jembatan bukan? Ini tidak

adil maka aku menyatakan diri menyediakan untuk mewakili

pemerintahan ini sebagai diplomat kolong jembatan.

2.1.11 Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Rendi Marlianda (2019)

dengan judul “Pengaruh Pengunaan Media Audio Visual terhadap Kemampuan

Bermain Drama pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Jujuhan Tahun Pelajaran

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

33

2018/2019.” Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara kemampuan bermain drama siswa sebelum menggunakan

media dengan sesudah menggunakan media audio visual pada siswa kelas XI IPS

I sma negeri 1 jujuhan.

Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Nafa Dhilah Rizki (2019)

dengan judul “Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas VIII A SMP NEGERI 1

Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019” Berdasarkan pembahasan dan analisis

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan bermain drama siswa

kelas VIII A SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019 tergolong

mampu

Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh

Devita Weni (2018) dengan judul “Pengaruh Pengunaan Media Pembelajaran

Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri

1 Muaro Jambi Tahun Pelajaran 2017/2018”. Kesimpulan dari penelitian

tersebut bahwa dapat disimpulkan terdapat pengaruh penggunaan media

pembelajaran audio visual terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 1 Muaro Jambi.

Perbedaan peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti

menekankan pada pengaruh penggunaan media audio visual yang berupa video

terhadap kemampuan olah vokal dalam bermain drama yang paling ditekankan

pada penelitian ini yaitu olah vokal pada mahasiswa.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

34

2.2 Kerangka Berpikir

Petet (2016:1), menyatakan “kemampuan vokal yang baik bagi seorang

aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran secara proporsional. Aktor

dituntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Juga menampilkan

gagasan menjadi sebagai daya pikiran yang nyata.

Vokal sebagai sakah sebagai alat atau satu media pengungkapan ekspresi aktor

merupakan media penyampaian informasi melalui dialog.” Informasi tentang alur

cerita, seting pristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya.

Semuannya harus tersampaikan secara jelas melalui keterampilan aktor dalam

menyampaikan dialog. Pencapaian segmen ini adalah menciptakan aktor dengan

vokal yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan tekanan volume

suaranya dalam kondisi apapun penggunaan media audio visual bertujuan untuk

membantu mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan olah vokal dalam

bermain drama, yang dilihat dari segi pelafalan, intonasi, penjedaan, dan artikulasi

melalui vidio tutorial olah vokal. sehingga teknik yang terkandung dalam video

pembelajaran olah vokal dapat tersampaikan pada mahasiswa sebagai bahan ajar

dalam pembelajaran drama untuk meningkatkan kemampuan olah vokal pada

mahasiswa.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

35

Pretes

Di tes akting per individu guna melihat lima

indikator yaitu:

pelafalan,intonasi,artikulasi,mimik dan

penghayatan dengan menggunakan naskah

drama dengan tema”demonstran” dalam

perkelompok Mahasiswa Kelas Reguler A

(Eksperimen)

pretes

Mahasiswa Kelas Reguler C (kontrol). sama

diberikan tes akting per individu guna melihat

lima indikator yaitu:

pelafalan,intonasi,artikulasi,mimik dan

penghayatan dengan menggunakan naskah drama

dengan tema”demonstran” dalam perkelompok.

Postes

Memberikan Perlakuan (Treatmen)

Mahasiswa Kelas Reguler A (Eksperimen).

Mendapatkan perlakuan setelah di tes lima

indikator tersebut. Lalu digunakan

pembelajaran menggunakan media audio

visual berupa vidio tutorial olah vokal.

Postes

Tidak di Berikan Perlakuan (Treatmen)

Mahasisiswa Kelas Reguler C (Control).

Mendapatkan perlakuan pembelajaran

konvensional (Tidak menggunakan

media).dalam materi olah vokal pada

kemampuan drama.

Setelah melakukan pretes dan postes barulah

peneliti melihat perbandingan nilai rata-rata

yang diperoleh oleh mahasiswa kelas

Reguler A dan kelas Reguler C terdapat

pengaruh yang signifikan atau tidak.

Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kontrol.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil

36

2.3 Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ha : Terdapat pengaruh penggunaan setelah menggunakan media

audio visual pada kemampuan bermain drama.

Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan media audio visual

terhadap kemampuan bermain drama sesudah

menggunakan media audio visual.

.