bab ii kajian teoretik 2.1 hasil belajar 2.1.1 pengertian

41
BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Suyono dan haryanto (2014:9) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pehaman sains konvensinal, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Menurut Syah (2014:87) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar adalah key term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap usaha pendidkan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan. Menurut Slameto (dalam Rosyid dan Mustajab, 2019:7) Belajar adalah suatu poses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam brinteraksi dengan lingkungan. Menurut kamus besar bahasa indonesia hasil adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat , dijadikan akibat adanya usaha. Dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa selama melakukan kegiatan belajar.kemampuan yang diperoleh menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. 10

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

10

BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suyono dan haryanto (2014:9) Belajar adalah suatu aktivitas atau

suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks

menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pehaman sains

konvensinal, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman

(experience). Menurut Syah (2014:87) Belajar adalah kegiatan yang berproses

dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaran setiap jenis

dan jenjang pendidikan.

Belajar adalah key term ( istilah kunci ) yang paling vital dalam setiap

usaha pendidkan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada

pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang

luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan,

misalnya psikologi pendidikan. Menurut Slameto (dalam Rosyid dan Mustajab,

2019:7) Belajar adalah suatu poses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamanya sendiri dalam brinteraksi dengan lingkungan. Menurut kamus

besar bahasa indonesia hasil adalah sesuatu yang diadakan atau dibuat , dijadikan

akibat adanya usaha. Dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh siswa selama melakukan kegiatan belajar.kemampuan yang diperoleh

menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

10

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

11

Menurut Purwanto (2016:46) hasil belajar adalah peruabahan prilaku

peserta didik akibat belajar. Perubahan prilaku diakibatkan peserta didik mencapai

penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.

Menurut Mulyono (2003:39) Hasil belajar merupakan keluaran dari suatu sistem

pemrosesan masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam infirmasi

sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk guru dijadikan ukuran atau kriteria

dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.

Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2013:45) Hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah sikap dan tingkah lakunya.

Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajaran setelah

mengalami aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar pada dasarnya untuk

mengetahui tingkat prestasi yang dicapai seorang siswa dalam materi pelajaran

tertentu, dengan cara dilakukan suatu evaluasi. Menurut Herrhyanto (2002:27)

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan oleh seorang siswa yang diperoleh

setelah mengikuti proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu, biasanya

dinyatakan dengan sebuah nilai sesuai dengan kemampuan yang diberikan oleh

guru. Menurut Susanto (2018:56) Hasil belajar adalah pernyataan yang

mendeksripsikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki siswa

setelah menempuh pelajaran tertentu.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

12

Menurut Sudjana (2010:22) Hasil belajar merupakan kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut sudjana Hasil

belajar ini dapat di klafikasikan menjadi 3 ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik sebagai berikut :

1. Ranah kognitif adalah subtaksinomi yang mengungkapkan tentang kegiatan

mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang

lebih tinggi.

2. Ranah Afektif Adalah tujuan yang berhubungan dengan perasaaan, emosi,

sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukan penerimaan atau penolakan

terhadap sesuatu.

3. Ranah psikomotor adalah Ranah yang berorientasi kepada keterampilan

monotorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang

memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

Menurut Sudjana (2014:33) Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil

belajar sebagai program atau objek yang menjadi sasaran penilaian. Hasil belajar

sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaaan siswa terhadap

tujuan-tujuan intruksional. Hal ini adalah karena rumusan tujuan intruksional

menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan siswa

setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah

perubahan prilaku secara keseluruhan yang berupa kemampuan kognitif, afektif,

psikomotor yang disebabkan dari pengalaman bukan hanya salah satu aspek

potensi saja.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

13

Menurut Slameto (dalam supardi, 2015:2) mengemukakan prinsip-prinsip

hasil belajar yaitu:

1. Adanya perubahan belajar.

2. Perubahan belajar yang mempunyai tujuan.

3. Perubahan belajar secara positif.

4. Perubahan belajar bersifat kontinu.

5. Perubahan belajar bersifat permanen.

Berdasarkan prinsip-prinsip hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adanya perubahan dalam pembelajaran, adanya tujuan, bersifat

positif, bersifat kontinu, dan permanen.

2.1.2 Indikator Keberhasilan Belajar

Menurut Djamarah (dalam supardi, 2015:5) untuk mengetahui indikator

keberhasilan belajar dapat dilihat dari daya serap siswa dan perilaku yang tampak

pada siswa yaitu sebagai berikut:

a) Daya serap yaitu tingkat penguasaan bahan pelajaran yang disampaikan oleh

guru dapat dikuasai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.

b) Pemahaman dan pencapaian tingkah laku sesuai yang digariskan dalam

kompetensi dasar atau indikator belajar mengajar dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak bisa menjadi bisa , dari idak kompeten menjadi kompeten.

Menurut Supardi (2015:6) Indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur keberhasilan belajar adalah :

a) Hasil belajar yang dicapai

Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa atau

prestasi yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran dengan kreterian

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

14

minimum atau nilai yang telah ditentukan baik menggunakan nilai acuan patokan

maupun nilai acuan normal.

b) Proses belajar mengajar

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah membandingkan prestasi belajar

siswa yang didapatkan sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran. dan juga

menilai semua aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang berlangsung.

2.1.3 Tipe-Tipe Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2014:23) Menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

byamin bloom yang secara garis besar membanginya menjadi tiga ranah yakni

ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris.

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu

Tipe hasil belajar pengetahuan, Tipe hasil belajar pemahaman, Tipe hasil

belajar aplikasi, Tipe hasil belajar analisis, Tipe hasil belajar sintesis, Tipe hasil

belajar evaluasi.

2) Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahali mengatakan

bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahan bila seseorang telah

memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap

pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,

kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

15

3) Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan

bertindak individu.ada enam tingkatan keterampilan yakni :

a) Gerakan refleks .

b) Keterampilan pada gerakan sadar.

c) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.

d) Kemampuan dibidang fisik,misalnya kekuatan , keharmonisan, dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skil mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non –decursive seperti

gerakan ekspresif dan interprelatif.

Berdasar poin-poin diatas dapat disimpulkan tipe-tipe hasil belajar terdiri

dari kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan)

2.1.4 Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Slameto

(2010:54) yaitu:Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri invidu

yang terdiri dari:

a) Faktor jasmaniah ,yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis yang meliputi intele gensi, perhatian, minat,

bakat,kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kelelahan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

16

rohani dilihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga mint dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu itu hilang.

Faktor Ektern adalah faktor yang ada dari luar diri individu yang terdiri dari :

a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi

antarnanggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor sekolah yang meliputi belajar mencakup metode mengajar,

kurikulum,relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pengajaran dan waktu

sekolah standart pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah atau pekerjaan

rumah.

c) Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Faktor-faktor yang dikemukakan tersebut akan mempengaruhi hasil

belajar yang diperoleh siswa. Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh

siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya.pada intinya hasil belajar

siwa yang rendah bisa diakibatkan oleh faktor-faktor diantaranya : semangat

belajar siswa yang kurang, sarana belajar siswa yang kurang memadai dan model

pembelajran yang digunakan kurang bervariasi.

Menurut Nuhibbin (2003:156) Mengemukakan beberapa faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu :

1. Faktor internal siswa meliputi aspek psikologis siswa yaitu: jasmani, mata,

telinga, intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi.

2. Faktor eksternal siswa meliputi : faktor lingkungan sosial yaitu keluarga guru

masyarajat dan teman.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

17

3. Faktor pendekatan siswa dalam belajar meliputi : pendekatan tinggi speculative

dan achieving, pendekatan sedang analitical dan deep, pendekatan rendah

reproductive dan survance.

2.2 Model Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran

yang luas dan menyeluruh. Menurut Trianto (2009:22) model pembelajaran

adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Menurut khosim (2017:3) Model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan kegiatan dikelas. Menurut joicc & Weil (2003:11)

Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan

sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi

pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya.

Menurut Joyce (dalam Trianto, 2009:22) Menyatakan bahwa setiap

model pebelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain pembelajaran untuk

membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pebeajaran tercapai.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,

metode atau prosedur. Menurut Suprijono (dalam Khosim, 2013:46) Model

pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran. Menurut

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

18

Soekanto (dalam Nurulwati, 2000:10) Model pembelajaran adalah karangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan fungsinya sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merancangkan aktivitas belajar mengajar.Beberapa pendapat tentang model

pembelajaran yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu kegaiatan pembelajaran dan rancangan yang dibuat

guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran dalam mencapai tujuan

yang diharapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2.2.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran

Adapun ciri-ciri khusus model pembelajaran Menurut Trianto (2009:23)

adalah sebagai berikut :

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pecipta atau pengembanganya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuanya

pembelajaran yang akan dicapai).

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Selain ciri-ciri khusus pada model pembelajaran Menurut Nieveen (dalam

Trianto,2009) suatu model pembelajaran dikatakan baik apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

19

1. Valid, Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu : Apakah model yang

dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan Apakah

s1terdapat konsintensi internal.

2. Praktis, Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi

menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan dan kenyataanya

menunjukan bahwa apa yang dikembagkan tersebut dapat diterapkan.

3. Efektif, ahli dan praktis berdasar pengalamanya menyatakan bahwa model

tersebut efektif dan secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai

dengan yang diharapkan.

Berdasarkan pemilihan model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa

dalam pemilihan model pembelajaran perlunya pertimbangan terhadap tujuan,

pertimbangan yang berhubungan dengan materi, perkembangan dari sudut peserta

didik, dan pertimbangan lainnya, hal ini bertujuan untuk supaya dalam pemilihan

model pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.

2.2.3 Dasar Pemilihan Model Pembelajaran

Menurut Khosim (2017:5) Sebelum merencanakan model pembelajaran

yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan guru dalam memilihnya yaitu :

1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, misalnya dengan

pertanyaan apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan

kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau

yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

20

2. Pertimbagan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

Apakah materi pembelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori

tertentu.

3. Pertimbangan dari sudut peseta didik Apakah model pembelajran sesuai

dengan tingkat kematangan peserta didik.

4. Pertimbangan lainya yang bersifat nonteknis.Apakah untuk mencapai tujuan

cukup dengan satu model saja.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2015:55) Model pembeljaran

kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang tersuktur.

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara kelompok. Menurut

Tukiran (dalam Lie A,2008:29) Model pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan sekedar belajar dalam kelompok.ada unsur-unsur dasar pembelajaran

kooperatif learning yang membedakanya dengan pembagian keompok yang

dilakukan alas-alasan.

Pelaksaan prosedur model cooperatif learning dengan benar-benar akan

memungkinkan pendidik mengelolah kelas dengan lebih efektif. Menurut

Rusman (2014:203) Model pembelajaran kooperatif sama hakikatnya dengan

kerja kelompok.Oleh sebab itu, kebayakan guru yang mengatakan tidak ada

sesuatu yang menyimpang dalam pembelajaran kooperatif karena sudah terbiasa

dengan pembelajaran kooperatif dalam bentuk kelompok.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

21

Menurut Artzt & Newman (dalam Trianto, 2009:56) Menyatakan bahwa

dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.jadi setiap

kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi dalam belajar dengan

kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok setiap anggota bekerja sama dan saling membantu.

2.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (dalam, Taniredja, Faaridli dan Harmianto 2015:57) ada enam

langkah pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Tujuan kelompok

Bahwa kebayakan metode pembelajran kooperatif menggunakan beberapa

bentuk tujuan kelompok.dalam metode pembelajran tim siswa, ini bisa berupa

sertifikat atau rekognisi lainya yang diberikan kepada tim yang memenuhi

kriteria yang telah ditentukans sebelumnya.

b) Tanggung jawab individu

Menjumlahkan skor kelompok atau nilai rata-rata individu atau peniliaian

lainnya seperti dalam model pembelajaran siswa.kedua merupakan

spesialisasi tugas.

c) Kesempatan sukses yang sama

Merupakan karakteristik unik metode pembelajran tim siswa yakni

penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan

yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

22

d) Kompetensi Tim

Sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota

timnya.

e) Spesialisasi Tugas

Tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap msing-masing anggita

kelompok

f) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok,metode ini akan mempercepat

langkah kelompok.

Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang masing-masing anggota dalam

kelompok mempunyai tangung jawab masing-masing dalam menyelesaikan suatu

tugas yang diberikan, setiap kelompok saling berbagi informasi.

2.3.3 Tujuan Kooperatif

Menurut Slavin (1994:50) Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajran penting yaitu : pertama, meningkatkan

hasil akademik, kedua memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-

temanya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, ketiga untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa.keterampilan yang dimaksud adalah

tugas,aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain dan memancing teman

untuk bertanya. Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

23

siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu

maupun secara kelompok.

Menurut Zamroni (dalam Trianto, 2009:57) Mengemukakan bahwa manfaat

penerapan bealajar kooperatif adalah dapaat mengurangi kesenjangan pendidikan

khususnya dalam wujud input pada level individual. Dengan belajar kooperatif

diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang dimiliki prestasi akademik

yang cemerlang dan memiliki soladaritas sosial yang kuat. Tujuan pembelajaran

ini mencangkup tiga jenis tujuan penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2016:249) Kelebihan model pembelajaran kooperatif

sebagai suatu strategi pembelajaran yaitu :

a) Strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak tergantung pada guru, sehingga

dapa menambah kepercayaan dan kemapuan siswa untuk berfikir sendiri dan

menemukan informasi.

b) Dengan adanya strategi pembelajaran kooperatif ini siswa dapat

mengungkapkan pendapat atau ide dengan kata-kata verbal dan

membandingkan pendapatnya dengan orang lain.

c) Dengan adanya strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak egois dan dapat

menerima perbedaan pendapat dari teman lain.

d) Strategi pembelajaran kooperatif dapat memperdaya setiap siswa dapat

bertangung jawab.

e) Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa dan

kemampuan sosial.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

24

f) Dengan adanya strategi pembelajaran kooperatif siswa dapat mengetahui dan

mengukur kemampuan diri sendiri.

g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar.

Kekurangan Model pembelajaran kooperatif Menurut Sanjaya (2016:250) adalah:

1. Dalam strategi pembelajaran kooperatif perlu beberapa waktu untuk

memahami filisafat cooperatif learning.

2. Ciri utama strategi pembelajaran kooperatif bahwa siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu apabila informasi yang diberikan guru tidak

efektif dalam melakukan strategi pembelajaran kooperatif maka , apa yang

seharusnya dipahami dipelajari tidak pernah dicapai oleh siswa.

3. Strategi pembelajaran kooperatif penilaian yang diberikan didasarkan hasil

kerja kelompok masing-masing.

4. Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif upaya untuk mengembangkan

kesadaran kelompok sehingga memerlukan priode waktu yang cukup panjang.

Dapat ditarik kesimpulan mengenai model pembelajaran kooperatif bahwa

Setiap model pembelajaran mestilah memiliki kelebihan dan kelemahannya,

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif Menurut Sanjaya

(2016:249). kelebihan pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan

kemampuan, prestasi siswa, dan pemahaman mengenai suatu pembelajaran serta

dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Sedangkan kelemahannya

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai target yang diinginkan.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

25

2.4 Model Investigasi Kelompok ( Group Investigation)

2.4.1 Pengertian Model Investigasi Kelompok

Menurut Taniredja (2015:74) Model Investigasi Kelompok adalah

perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI

dimana kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6

orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi yang

diajarkan ( pokok bahasan ) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau

menghasilkan laporan kelompok. Pengembangan belajar kooperatif investigasi

kelompok didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar diseolah

menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi

merupakan pengabungan nilai-nilai kedua domain tersebut Menurut Slavin (dalam

Taniredja, dan Faridli 2015:74)

Oleh karena itu investigasi group tidak dapat diimplementasikan kedalam

lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpesonal

atau tidak mengacu pada dimensi sosial efektif pembelajaran.Menurut Suwangsih

(2004:3) Model investigasi kelompok adalah salah satu pembelajaran yang

membangkitkan minat siswa belajar lebih aktif, membiasakan siswa berpikir

ilmiah, karena investigasi kelompok merupakan pengajaran pemecahan masalah

pada masalah-masalah yang divergen.

Menurut Wahab (2012:60) Model investigasi kelompok ini dikembangkan

oleh john dewey dan herbert A.Thelen yang menggabungkan pandangan-

pandangan proses sosial yang demokratik dengan penggunakan strategi-strategi

inteletaktual atau ilmiah untuk membantu manusia menciptakan pengetahuan dan

masyarakat yang teratur dengan baik.john dowey dalam bukunya “ Democracy

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

26

and Education “ merekomendasikan bahwa keseluruhan sekolah merupakan

miniatur demokrasi dalam mana siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem

sosial dan diharapkan melalui partisipasi itu secara bertahap ,belajar bagaimana

menerapkan metode ilmiah untuk kesemppurnaan masyarakat manusia. Menurut

Trianto (2009:78) Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran

kooperatif yang saling kompleks.Model ini dikembangkan pertama kali oleh

Thelan dalam perkembang model ini diperluas dan dipertajam oleh sharan.

Menurut Mafruroh (2004:3) Model investigasi juga dapat digunakan untuk

membimbing siswa agar dapat berpikir sistematis, kritis, analitis, berpartisipasi

aktif dalam belajar, dan berbudaya kreatif melalui kegiatan untuk merasakan

masalah dengan rangsangan-rangsangan pertanyaan dan dorongan untuk mencari

informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan.

Menurut Thelan ( dalam joyce dan weil, 1980:232) Model investigasi

kelompok mempunyai tiga konsep utama yaitu : inquiri, pegetahuan, dan

dinamika kelompok belajar.Inquiri merupakan cara belajar penelaahan sesuatu

yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentatif menggunakan

langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang menyakinkan karena

didukung oleh data, fakta, dan argumentasi. Pengetahuan adalah suatu proses

yang dilakukan oleh siswa secara terus menerus untuk mencoba berbagai macam

cara dalam melihat suatu pengalaman, kemudian menafsirkan kembali

pengalaman itu dalam bentuk konsep atau prinsip. Dinamika Kelompok adalah

suasana yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi

mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau yang dikaji bersama yang melibatkan

proses berbagai gagasan dan pendapat.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

27

Beberapa pendapat diatas tentang model investigasi kelompok dapat

disimpulkan bahwa model investigai kelompok adalah salah satu bentuk model

pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik secara aktif

,memungkinkan peserta didik secara aktif berkontribusi dari awal hingga pada

tahap evaluasi dalam pembelajran. Didalam implementasinya pembelajran

kooperatif tipe investigasi kelompok dimana setiap kelompok presentasi atas hasil

investigasi mereka didepan kelas.

Menurut joyce, weil dan calhoun (dalam Aunurrahman,2013:151)

mengungkapkan bahwa model investigasi kelompok menawarkan agar dalam

mengembangkan masalah moral dan sosial siswa diorginisasikan dengan cara

melakukan penelitian bersama atau kooperatif inquiry terhadap masalah moral,

dan sosial, maupun masalah akademis. Menurut Slavin (2005:215) Adapun

prinsip-prinsip dalam pembelajaran Investigasi Kelompok ( Group investigation ),

yaitu

a) Menguasai Kemampuan Kelompok

Kesuksesan implementasi dari investigasi kelompok sebelumnya menuntut

pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial.

b) Perencanaan Kooperatif

Penting bagi investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif siswa

atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengabil bangian dalam

merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Bersama

mereka menentukan apa yang mereka ingin investigasikan sehubungan dengan

upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, sumber apa

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

28

yang mereka butuhkan, siapa akan melakukan apa, dan bagaimana mereka

menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di hadapan kelas.

c) Peran guru

Dalam kelas yang melaksanakan proyek investigasi kelompok guru

bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeiling di antara

kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka bisa mengelolah

tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi

kelompok termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang

berkaitan dengan proyek pembelajaran.

Berdasar investigasi kan prinsip-prinsip dalam pembelajran investigasi

kelompok menurut Salvin (2005:215) dapat disimpulkan bahwa dalam

pembelajaran investigasi kelompok siswa harus menguasai kemampuan

kelomponya, adanya perencanaan supaya bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

dan guru sebagai fasilitator dalam kelompok tersebut.

2.4.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Investigasi Kelompok.

Menurut Sharan (dalam Trianto ,2009:80) Menyebutkan bahwa dalam

model investigasi kelompok para siswa melalui enam langkah yaitu:

1. Memilih topik, Siswa memilih sub topik khusus didalam suatu daerah masalah

umum yang biasa ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan

menjadi dua sampai enam anggota tapi kelompok menjadi kelompok-kelompok

yang berorientasi tugas kompesisi kelompok hendaknya heterogen secara

akademis maupun etnis.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

29

2. Perencanaan kooperatif, Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran,

tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih

pada tahap pertama.

3. Implementasi, Siswa menetapkan rencana yang telah mereka kembangkan

didalam tahap kedua.kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam

aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa

kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun diluar

sekolah.

4. Analisis dan sintesis, Siswa menganalisis dan meyintesis informasi yang

diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut

diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk

dpresentasikan kepada seluruh kelas.

5. Presentasi hasil final, Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil

penyelididkanya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan

tujuan agar siswa yang lain saling terlibat atau satu sama lain dalam pekerjaan

mereka dan memperoleh persektif luas pada topik itu.presentasikan

dikoordinasi oleh guru.

6. Evaluasi, Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari

topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap konstibusi kelompok

terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.

Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran investigasi kelompok adalah model pembelajaran dalam bentuk

pemecahan masalah yang terdiri dari 4 atau 5 kelompok yang saling bertukar

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

30

informasi serta menyajikan hasil diskusinya didepan kelas kemudian melakukan

evaluasi atas apa yang telah dipresentasikan di depan.

Menurut Shoimin (2018:81) Adapun langkah-langkah model pembelajaran

investigasi kelompok (Group Investigation) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus

dikerjakan.

3. Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi tugas

secara kooperatif dalam kelompoknya.

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam

kelompoknya.

5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau

salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan.

6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan.

7. Guru memberikan penjlesan singkat (klafikasi) bila terjadi kesalahan konsep

dan memberikan kesimpulan.

8. Evaluasi.

Menurut Taniredja (dalam Slavin, 2015:79) Adapun langkah-langkah model

investigasi kelompok adalah sebagai berikut:

1. Mengindentifikasi topik dan mengatur murid dalam kelompok.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

3. Melaksankan investigasi.

4. Menyiapkan laporan akhir.

5. Mempersentaikan laporan akhir dan evaluasi.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

31

2.4.3 Karakteristik Unik Invstigasi Kelompok

Menurut Sharan (2009:145) Karakteristik unik investigasi kelompok ada

pada interaksi dari empat fitur dasar yaitu:

a. Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan

rumit kepada kelas.di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk

mencari jawaban masalah,siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh.

b. Interaksi

Interaksi di antara siswa penting bagi investigasi kelompok ini adalah

kendaraan yang denganya siswa saling memberikan dorongan, saling

mengembangkan gagasan satu sama lain saling membantu untuk memfokuskan

perhatian mereka dan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan

sudut pandang yang berbeda.

c. Penafsiran

Pada saat para siswa mejalankan penelitian, mereka secara individual

berpasangan dan dalam bentuk kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak

sekali informasi dari berbagai sumber berbeda.

d. Motivasi Intrinsik

Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang

akan mereka selidiki berdasarkan keiingintahuan pengetahuan dan perasaaan

mereka investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari

informasi yang mereka perlukan.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

32

2.4.4 Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Investigasi kelompok( group

investigation).

1. Memberikan informasi dan intruksi yang jelas.

2. Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan siswa

yang menunjang pada pemecahan masalah.

3. Memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi.

4. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa .

5. Memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir.

2.4.5 Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Investigasi kelompok

Menurut Kholid (2014:23) Kelebihan Model Pembelajaran Investigasi

Kelompok adalah sebagai berikut:

1. Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, kritis,

kreatif, reflektip dan produktif.

2. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan

menghormati.

3. Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi.

4. Dapat menumbuhkan sikap saling berkerja sama antar siswa.

Menurut Kholid (2014:23) Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi

Kelompok adalah sebagai berikut:

1. Merupakan model paling kompleks dan

2. Dalam melaksanakannya membutuhkan waktu yang relatif lama.

3. Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki komunikasi yang baik.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

33

Menurut Kurnasih dan Sani (2015:73) Kelebihan model pembelajaran

Investigasi kelompok adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Investigasi kelompok memiliki dampak positif dalam

menigkatkan prestasi belajar siswa.

2. Penerapan model ini mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan

berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

4. Model ini juga melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses pembelajaran mulai

dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Menurut kurnasih dan sani (2015:73) Kelemahan model pembelajaran

investigasi kelompok adalah:

1. Model investigasi kelompok ini memakan waktu yang lama

2. Model ini merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit

dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dikemukakan kelebihan model

pembelajaran investigasi kelompok yaitu: bisa meningkatkan prestasi dan

motivasi belajar siswa, saling bekerjasama dan meningkatkan keaktifan siswa.

Kelemahan model investigasi kelompok yaitu: model ini memakan waktu yang

lama dan sulit dilaksankan dalam pembelajaran kooperatif.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

34

2.5 Model pembelajaran Learning Together

2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Learning Together

Menurut Slavin (2005:250) menjelaskan model pembelajaran Learning

Together (LT) adalah salah satu model pembelajaraan kooperatif dengan

penggunaan kelompok pembelajaran yang heterogen, interaksi tatap muka yang

saling membantu, saling mendukung dan saling menghargai serta tanggung jawab

individual dan kelompok kecil demi keberhasilan pembelajaran. Menurut Huda

(2015:119) Dalam model pembelajaran Learning Together siswa ditempatkan

dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing kelompok diminta untuk

menghasilkan satu produk kelompok.

Menurut Cooper, danWilderson (1980:82) Model pembelajaran learning

together (LT) menemukan hubungan pertemanan yang jauh lebih dekat antara

siswa-siswa lintas-rasial yang diberikan perlakuan kooperatif dari pada model-

model yang bersifat individu alisasi dimana para siswa tidak diperbolehkan untuk

saling berinteraksi.

Menurut Slavin (2005:4) mengungkapkan bahwa David dan Roger

Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan Learning Together dari

pembelajaran kooperatif. Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi

dalam kelompok terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang yang

berbeda mengerjakan lembar tugas. Learning Together merupakan model

pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta

didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu organisasi. Masing–masing

anggota tim mengambil bagian proyek yang sesuai dengan minat dan

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

35

kemampuannya. Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok

diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka.

Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok

mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal

memperkerjakan. Pendapat diatas menjelaskan bahwa dalam Learning together

(LT) siswa membentuk kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok

diminta untuk menghasilkan satu tugas kelompok. Guru bertugas mengawasi

kelompok- kelompok ini berdasarkan lima elemen kooperatif: interdepensi positif,

akuntabilitas individu, interaksi langsung, keterampilan-keterampilan sosial, dan

pemerosesan kelompok.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulanya model pembelajaran

Learning Together adalah model pembelajaran kooperatif ,dimana kelompok

heterogen, kelompok dibagi berdasarkan siswa yang berkempuan tinggi

digabukan dengan siswa yang berkemampuan rendah jadi masing-masing

kelompok dibagi sama rata sesuai tingkat kemampuanya. saling bekerjasama dan

betangungjawab dalam kelompok sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Learning Together (LT) menekan kanempat unsur Menurut Slavin (dalam,

Jhonson, Jhonson, Holubec, dan Roy (1948:18):

1. Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang

beranggotakan empat sampai lima orang.

2. Interdependensi positif: parasiswa bekerja sama untuk mencapai tujuan

kelompok

3. Tanggung jawab individual: para siswa harus memperlihatkan bahwa

mereka secara individual telah menguasai materinya.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

36

4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: para siswa

diajari mengenai saran-saran yang efektif untuk bekerja sama dan

mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja.

Kelompok pembelajaran learning together menggunakan kelompok

pembelajaran yang heterogen dan penekanan terhadap indepensi positif , serta

tanggung jawab individu. Pembelajaran kooperatif ini diharapkan mampu

menjadikan siswa saling menolong, berdiskusi, dan memecahkan masalah

bersama-sama. Ciri interdependensi positif pada model pembelajaran Learning

Together (LT) siswa ditekankan bagaimana dapat mencapai tujuan kelompok.

Tujuan kelompok dapat tercapai apabila terdapat kerja sama dan komunikasi

yang baik antar siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan interaksi tatap

muka memiliki keuntungan untuk mempermudah komunikasi antar siswa

sehingga informasi- informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran

diterima dengan baik.

Selanjutnya, tanggung jawab individual ditujukan agar setiap siswa

telah dapat menguasai materi atau konsep sebelum diskusi kelompok

berlangsung, sehingga saat diskusi proses bertukar informasi dapat berjalan

secara aktif.Kelompok kecil yang terdapat pada Learning Together (LT)

memberikan kemudahan pembagian tugas kepada masing-masing siswa dalam

kerja kelompok, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi dalam diskusi

kelompok.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

37

2.5.2 Langkah- langkah Model Pembelajaran Learning Together

Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran learning together

(LT) Menurut David dan Roger Johnson (dalam Slavin, 2009:25) diantaranya:

1. Membagi siswa menjadi 4 atau 5 kelompok

2. Anggota kelompoknya bersifat heterogen

3. Setiap kelompok diberi tugas yang harus dikerjakan secara bersama-sama

oleh setiap kelompok.

4. Hasil pekerjaan setiap kelompok dinilai oleh guru

5. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok atas pekerjaan yang telah

dihasilkan

6. Penghargaan dapat berupa pujian atau bentuk lain yang bersifat mendidik

sehingga dapat menumbuhkan semangat siswa untuk lebih berprestasi lagi.

Menurut Faturrohman (2015:68) Adapun langkah-langkah pembelajaran

model learning Together adalah :

1. Guru menyampaikan pelajaran,

2. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 atau 5 secara heterogen.

3. Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi

4. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaanya.

5. Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Learnimg Together

dapat disimpulkan bahwa dalam model ini siswa dibagi 4 atau 5 kelompok yang

saling bekerjasama, setiap kelompok dibagi secara kolektif dan diberikan

permasalahan serta ditahap evaluasi diberikan penghargaan kepada kelompok

terbaik.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

38

2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning Together

Kelebihan model pembelajaran tipe Learning Together Menurut Cooper,

Jhonson, Jhonson, dan Wilderson (1980:84) yaitu:

a) Siswa lebih mudah menemukan pilihan pertemanan secara signifikan saat

belajar bersama (learning together) dibandingkan belajar sendiri

(individualistik).

b) Menghilangkan kesenjangan antara siswa yang pintar dengan yang kurang

pintar.

c) Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena diberi bahan diskusi

oleh guru dan harus berfikir kritis dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru.

d) Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar

bersama (learningtogether).

e) Melatih tanggung jawab dan rasa percaya dirisiswa

f) Siswa termotivasi untuk memperdalam pemahamannya dalam menguasai

materi.

Kelemahan model pembelajaran tipe Learning Together Menurut

Cooper, Jhonson, Jhonson, dan Wilderson (1980:85) yaitu:

a) Hanya cocok diterapkan untuk kegiatan diskusi dan presentasi.

b) Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.

c) Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam

kelompok.

d) Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada

temannya untuk mencarikan jawaban.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

39

Adapun Menurut Lie (2010:47) Kelebihan model pembelajaran

Learning Together adalah sebagai berikut:

1. Dapat diterapkan pada semua kelas atau tingkatan.

2. Memudahkan proses pengambilan suara saat diskusi.

3. Diharapkan siswa akan berani mengungkapakan pendapat dan idenya.

4. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan.

5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

6. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar .

Menurut Lie (2010:47) Kelemahan model pembelajaran Learning

Together adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan lebih banyak waktu.

2. Membutuhkan sosialisai yang baik.

3. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan.

4. Guru kmerasa kesulitan mengelolah kelas.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Leraning

Together. Dapat ditarik kesimpulanya yaitu kelebihan model Learning

Together adalah siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena saling

bekerjasama dan bertukar informasi sehingga siswa bisa memahami dan

menguasai materi yang diberikan. Dan kelemahan model ini adalah sulit

melihat kemapuan siswa karena mereka bekerja sama dalam diskusi.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

40

2.6 Mata Pelajaran Ekonomi ( Materi Kerjasama Ekonomi Internasional)

A. Pengertian Kerjasama ekonomi internasional

Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu

negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan

kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, meliputi kerja

sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi,

berpedoman pada politik luar negeri masing-masing. Kerjasama biasa dilakukan

oleh dua negara atau lebih tujuan dari kerjasama adalah untuk mencukupi

kebutuhan masyarakat masing-masing negara, untuk mencegah atau menghindari

konflik yang mungkin terjadi, untuk memperoleh pengakuan sebagai negara

merdeka, untuk mempererat hubungan antar negara di berbagai bidang.

Membebaskan bangsa-bangsa di dunia dari kemiskinan, kelaparan dan

keterbelakangan di bidang ekonomi, memajukan perdagangan, mempercepat

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kestabilan dalam bidang ekonomi, politik,

sosial, budaya dan pertahanan keamanan, memelihara ketertiban dan perdamaian

dunia, meningkatkan dan memperat tali persahabatan antarbangsa di dunia

B. Tujuan Kerjasama Ekonomi Internasional

1. Meningkatkan Ekspor Impor. Untuk memperlancar ekspor impor, Indonesia

bergabung dalam organisasi perdagangan sehingga mengetahui kebijakan

perdagangan antarnegara. Dengan begitu, Indonesia bisa meningkatkan kinerja

ekspor tanpa melanggar aturan.

2. Mempercepat Pembangunan Nasional. Kerja sama ekonomi antarnegara

berguna untuk mendapatkan modal dan bantuan pembangunan. Kebutuhan

Page 32: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

41

dana tersebut disalurkan melalui Bank Pembangunan Asia, Bank Dunia, atau

lembaga keuangan internasional lainnya.

3. Membebaskan Negara dari Keterbelakangan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

tiap-tiap negara berbeda-beda. Kerja sama ini diharapkan mampu mengurangi

ketertinggalan melalui pemberian bantuan berupa modal, teknik, dan sumber

daya manusia yang ahli.

4. Jalinan Persahabatan Antarnegara. Keterlibatan negara-negara di dunia dapat

mempererat persahabatan antarnegara di dunia. Kondisi ini memberikan sinyal

positif dalam menjaga persaudaraan antarnegara.

5. Memelihara Perdamaian Dunia. Untuk mewujudkan perdamaian dibutuhkan

peran aktif beberapa negara di dunia

C. Bentuk-Bentuk Kerjasama Ekonomi Internasional

a. Kerja Sama Bilateral

Kerjasama bilateral adalah sebuah bentuk kerja sama yang melibatkan dua

negara di dunia. Misalnya kerja sama antara Indonesia dengan Republik

Korea dalam bidang ekonomi dan teknik.

b. Kerja Sama Regional

Kerjasama regional adalah bentuk kerjasama yang terjalin &antara

beberapa Negara dalam satu wilayah atau kawasan. Kerja sama ini tidak

dapat dilepaskan dari persamaan lokasi, historis geografis, teknik, sumber

daya alam, dan pemasaran. Misalnya ASEAN di wilayah Asia Tenggara,

APEC di wilayah Asia Pasifik, dan MEE di wilayahEropa.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

42

c. Kerja Sama Sub-Regional

Kerja sama sub regional dilakukan oleh beberapa negara di dalam sub

kawasan. Misalnya kerja sama tiga Negara antara Belgia, Belanda, dan

Luksemburg. Kerja sama ini dikenal dengan Benelux. Di kawasan Asia

Tenggara juga terjalin kerja sama antara Indonesia, Malaysia, dan

Singapura. Bentuk kerja sama ini berupa kerja sama pertumbuhan

ekonomi atau Growth Triangle (IMT-GT).

d. Kerja sama multilateral

Kerja sama multilateral adalah bentuk kerja sama yang melibatkan

beberapa negara di dunia tanpa memandang batas wilayah tertentu. Kerja

sama ini bersifat global atau internasional. Misalnya, WTO, PBB, Bank

Dunia, ILO, WHO, dan UNDP.

Dalam buku ekonomi K13 bentuk-bentuk kerja sama ekonomi

internasional terbagi menjadi bilateral, regional, sub-regionla dan

mutirateral.

2.7 Pengaruh Model Pembelajaran Dengan Hasil Belajar

2.7.1 Pengaruh Model Pembelajaran Investigasi kelompok terhadap Hasil

Belajar

Model pembelajaran investigasi kelompok adalah kelompok kecil untuk

menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Model ini menuntut

siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

keterampilan proses kelompok. Menurut Udin S. Winataputra, dkk (2007:39)

menjelaskan model investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi

dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya model

Page 34: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

43

ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah,

mengeksplorasikan berbagai cakrawala mengenai masalah, menggumpulkan data

yang relevan, mengembangkan dan mengetas hipotesis.

Menurut Setiawan (2006:9) Model investigasi kelompok mendorong siwa

untuk belajar aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berpikir

tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya.

Dengan demikian mereka terlatih menggunakan keterampilan pengetahuannya

sehingga memberi dampak posititf terhadap hasil belajarnya.Dalam model

pembelajaran investigasi kelompok siswa belajar dengan aktif mulai dari tahap

pertama sehingga tahap evaluasi pada model ini siswa dituntut untuk

mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber dan meninvestigasikan

nya.

Menurut Joyce dan Weil (dalam Aunurrahman, 2012:153) Menyimpulkan

bahwa model investigasi kelompok memiliki kelebihan dan komprehensivitas

dimana model ini memadukan penelitian akademik, interaksi sosial, dan proses

belajar sosial. Karena itu model ini sangat sesuai untuk merespon kebutuhan-

kebutuhan siswa akan pentingnya pengembangan kemampuan kooperatif learning

melalui kerja kelompok beranjak dari pengalaman-pengalaman masing-masing

siswa guna mewujudkan interaksi sosial yang baik. Dengan kerja sama yang baik

dalam memahami suatu materi bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran investigasi kelompok dan hasil belajar adalah dengan

adanya kerjasama di antara kelompok siswa harus memperdalam dan memahami

suatu materi dari proses awal hingga proses akhir sehingga siswa bisa mengerti

dengan materi yang diberikan guru. Informasi tidak hanya didapat dari guru saja

Page 35: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

44

namun dari teman sekelompok juga saling bertukar informasi mengenai materi

yang dikerjakan .model investigasi kelompok ini dapat meningkatkan hasil belajar

siswa karena siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembeljaran sehingga siswa

memahami materi yang diajarkan.

2.7.2 Pengaruh Model Pembelajaran Learning Together Terhadap Hasil

Belajar

Menuru Slavin (2008:55) Learning Together (LT) didasarkan pada

pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan

pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar yang

dikeluarkan. Menurut Johnson, Johnson & Scott (1978:26) menemukan perbedaan

yang signifikan terhadap kelompok individualistik, tetapi dapat menstimulasi

motivasi, proses, dan dapat meningkatkan hasil belajar menggunakan belajar

bersama yang berkaitan dengan materi tertentu padasituasi yang nyata.

Berdasarkan uraian diatas bahwa pengaruh Model Learning Together (LT)

yang melibatkan tanggung jawab individual yang cukup konsisten yang

signifikan dan telah diungkapkan perbedaan individual berkaitan dengan

kemampuan siswa, jadi uraian tersebut menekankan bahwa perbedaan individual

sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi siswa. Perlunya semacam

individual telah dipandang penting khususnya dalam pembelajaran, dimana

pembelajaran dari tiap kemampuan yang diajarkan sebagian besar tergantung pada

penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe LT merupakan model pembelajaran

yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara

berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang

Page 36: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

45

membutuhkan bantuan dan diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang

pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang kurang pandai, disamping itu

dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil.

2.8 Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh : Yunita Haffidianti yang berjudul “

penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Dalam upaya

meningkatkan Hasil Belajar peseta didik pada Materi poko Bangun Ruang

Kelas VIII F MTS N 1 Semarang”. Dimana hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pra siklus diperoleh rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar pada

pra siklus adalah 52,97 dan 26,32%. Setelah dilakukan siklus 1 rata-rata hasil

belajar dan kekuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu menjadi 57.89

dan 52.63% . pada siklus II setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan

pada siklus II mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar dan

ketuntasan belajar adalah 74.90 dan 91.89% .Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan dengan penerapan model pembelajaran Groub Investigation

pada materi pokok bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik kelas VIII F mts Negeri 1 semarang tahun pelajaran 2010/2011.

2. Pada penelitan dahulu oleh Azizah (2007) mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Malang yang Berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Investigasi Kelompok Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas IV SD N Lowokwaru 3 Malang.” Hasil uji hipotesis diperoleh thitung

sebesar 2,148 sedangkan nilai ttabel dengan taraf signitifikan 5% adalah 2,042.

Page 37: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

46

Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signitifikan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

terhadap hasil belajar IPA siswa VI SD N Lowonkwaru 3 Malang.

3. Hasil relevan yang dilakukan oleh : Karina (2016) mahasiswa universitas

negeri yogyakarta yang berjudul : “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation ( Investigasi Kelompok ) Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah Karangharjo”. Hasil uji

hipotesis diperoleh thitung sebesar 2,596 sedangkan nilai ttabel dengan taraf

signitifikan 5% adalah 2,021. Dengan hasil ini dapat dinyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signitifikan hasil belajar matematika siswa yang

belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

dengan siswa yang belajar dengan model konvensional. Berdasarkan

perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang

signitifikan model pembelajaran kooperatif tipe group investigations terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Muhammadiyah Karangharjo.

4. Hasil relevan yang dilakukan oleh : Edy Sulistyo (2012) yang Berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together Terhadap

Hasil Belajar Sejarah’’. Hasil penelitian diperoleh dari rata-rata hasil belajar

siswa untuk kelas eksperimen (model pembelajaran Learning Together)

adalah sebesar 85,71 dan standart deviasinya adalah sebesar 70,00 dan rata-

rata hasil belajar siswa untuk kelas kontrol (model pemnbelajaran

konvensional) adalah sebesar 72,80 dan standart deviasinya adalah 70,00.

Dapat dilihat bahwa model learning together dapat meningkatkan hasil

belajar.

Page 38: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

47

5. Hasil relevan yang dilakukan oleh : Arif Hidayat (2011) yang Berjudul “

Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Learning Together dan model konvensional. Hasil penelitian

menunjukan bahwa pengaruh terhadap hasil ketuntasan siswa sebanyak 26

dari 36 sebesar 72,22% siswa tuntas pada kelas AV 2 dengan menggunakan

model pembelajaran Learning Together, sedangkan pada kelas AV 1

menggunakan model konvensional yang tuntas hanya 15 dari 36 siswa

sebesar 58,33% siswa yang tuntas, dengan standart ketuntasan minimal

sebesar70%.

2.9 Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2017:60) Karangka berpikir adalah model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diindentifikasi sebagai masalah yang penting. Karangka berpikir yang baik akan

menjelaskan secara teoritis pertautan anatar variabel yang akan diteliti. Jadi secara

teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dipenden.

Latar belakang masalah yang dijelaskan pada penelitian ini menunjukan

bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini disebakan karena guru yang

masih menggunkan model konvensional dalam proses pembelajaran contohnya

seperti ceramah dan tanya jawab dan memberi tugas mengisi lks. Guru tidak

menggunakan model yang menarik dan bervariasi sehingga menyebabkan hasil

belajar siswa rendah karena kurangnya pemahaman siswa dengan model

pembelajaran konvensional. Maka penelitian ini menerapkan model yang belum

Page 39: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

48

diterapkan guru yaitu model Investigasi kelompok dan Learning Together untuk

mengetahui apakah model ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Medyasari, Muhtarom, dan sugiyanti 2017( dalam jurnal

Wicaksono, Sagita, Nugroho vol 8. No.2 2017:2) Model pembelajaran investigasi

kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengahruskan siswa

untuk aktif dan berpartisifasi dalam proses pembelajaran dengan cara mengali/

mencari informasi materi yang akan dipelajari secara mandiri dengan bahan yang

tersedia.

Menurtu Salvin (2008) Model pembelajran learning together adalah model

pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta

didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu organisasi. Masing –masing

anggota tim mengambil bagian proyek yang sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Dalam Learning together (LT) siswa membentuk kelompok-

kelompok kecil. Masing-masing kelompok diminta untuk menghasilkan satu tugas

kelompok. Guru bertugas mengawasi kelompok- kelompok ini berdasarkan lima

elemen kooperatif: interdepensi positif, akuntabilitas individu, interaksi langsung,

keterampilan-keterampilan sosial, dan pemerosesan kelompok.

Jadi dengan adanya model pembelajaran Investigasi kelompok dan

Learning together bisa memotivasi siswa dalam pembelajaran membuat siswa

aktif dikelas. Dengan model pembelajaran yang bervaiasi ini membuat siswa tidak

bosan dalam proses pembelajaran karena model ini meningkatkan pengetahuan

siswa sehingga siswa itu aktif. Siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan

pemehaman materi dari guru saja namun siswa bisa mendaptkan informasi dari

teman sekelompoknya. Baik model pembelajaran investigasi kelompok dan

Page 40: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

49

learning together mendorong siswa untuk berperan aktif dalam belajar. diharapkan

siswa benar-benar dapat memahami materi yang ada dalam pembelajran dan

meningkatkan hasil belajar dari yang sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas karangka berpikir dari penelitian ini adalah :

Sugiyono (2017:60)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Obeservasi

Subjek Penelitian

Kelas Eksperimen I

Post Test

Hasil Belajar

Post Test

Model Pembelajaran Learning

Together

Pre Test Pre Test

Kelas Ekperimen II

Model Pembelajaran Investigasi

Kelompok

Hasil Belajar

Analisis Data

Kesimpulan

Page 41: BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian

50

2.10 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017:63) Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena

jawaban yang diberikan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Menurut Karlinger

(dalam Sinambela, 2014:55) Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah

yang dirumuskan yang akan diuji kebenaranya melalui data empirik yang

diperoleh. Dimana dalam penelitian ini hipotesisnya berbunyi :

1. Ho = Tidak Terdapat Pengaruh pe ner ap an Mo de l Pembelajaran

Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok dan Learning Together Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA N 6

Batanghari.

Ha= Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Investigasi Kelompok dan Learning Together Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA N 6 Batanghari.