bab ii kajian teoretik a. deskripsi konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/juwani bab ii.pdfbab ii ....

37
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual Pada deskripsi konseptual ini secara berturut-turut akan dibahas mengenai: motivasi, pembelajaran menulis, teks laporan hasil observasi dan metode group investigation. 1. Motivasi Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan motivasi, yaitu tentang motivasi, jenis motivasi, dan pembangkitnya. a. Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi Psikologi, Makmun (1998: 30) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Upload: trinhdung

Post on 17-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual

Pada deskripsi konseptual ini secara berturut-turut akan dibahas

mengenai: motivasi, pembelajaran menulis, teks laporan hasil observasi dan

metode group investigation.

1. Motivasi

Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan motivasi, yaitu

tentang motivasi, jenis motivasi, dan pembangkitnya.

a. Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang

dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam

melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri

individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu

(motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan

banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik

dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

Dalam konteks studi Psikologi, Makmun (1998: 30) mengemukakan

bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa

indikator, di antaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3)

persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk

mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan

yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang

dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran

kegiatan.

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (1954: 57-67) pada

intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat

atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological

needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa

aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,

psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love

needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya

tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri

(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang

untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga

berubah menjadi kemampuan nyata.

Mc Clelland (1961: 63-73) menyatakan bahwa karakteristik orang

yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu: (1)

sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan

moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul

karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain,

seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang

keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

berprestasi rendah.

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting

dalam pemahaman motivasi adalah Herzberg (dalam Sudita, 2000: 24),

teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari

motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau

“pemeliharaan”.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal

yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti

bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan

faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya

ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan

perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Herzberg (dalam Sudita, 2000: 26) menyatakan bahwa hal yang

tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan

seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan

dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene

atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi,

hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan

rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para

penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,

kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.

Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori

Herzberg (dalam Sudita, 2000: 27) ialah memperhitungkan dengan tepat

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan

seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat

ekstrinsik.

Motivasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, karena apabila

siswa tidak memiliki motivasi maka persentase dalam menyerap pelajaran

akan begitu sulit. Jadi, pada dasarnya motivasi sangat diperlukan sebagai

pelengkap dalam dunia pendidikan. Slavin (2009: 106) mengemukakan

bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda berjalan,

membuat Anda tetap berjalan, dan menentukan ke mana Anda berusaha

berjalan. Dari pengertian motivasi yang disampaikan Slavin tersebut

mengandung pengertian bahwa anak yang telah memiliki motivasi maka ia

akan terus melakukan sesuatu dengan keadaan yang tak peduli rintangan

karena mempunyai sebuah tujuan, khususnya dalam pembelajaran. Hal

tersebut mirip dengan apa yang disampaikan Mc. Donald (dalam

Sardiman, 2007: 73) bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai munculnya feeling dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Tujuan di sini merupakan suatu

kebutuhan yang dianggap sebagai unsur pendorong. Kedua pendapat

tersebut memiliki kesamaan mengenai apa itu motivasi. Pada prinsipnya

motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

b. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Herzberg (dalam Sudita, 2000: 30) menyatakan bahwa ada

dua jenis hal/ faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai

kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu

disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor

intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari

ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan personalia dan

praktik–praktik manajemen perusahaan di mana suatu pekerjaan

dilakukan, supervisi teknis yang diterima pada pekerjaan tersebut,

hubungan antara individu dengan supervisor dan kolega, dan kualitas kerja

(faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang

untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah

pencapaian/ penyelesaian pada suatu pekerjaan, pengenalan untuk

menyelesaikan pekerjaan, sifat pekerjaan dan tugas itu sendiri, kelanjutan

dan pertumbuhan dalam kemampuan pekerjaan (faktor intrinsik).

Pembelajaran suatu materi memang harus diterima oleh siswa, tetapi

ada kesulitan dalam menerima hal tersebut. Maka dari itu hal terpenting

adalah dengan membangkitkan motivasi terlebih dahulu. Motivasi sendiri

terbagi menjadi dua. Slavin (2009: 129-134) menyatakan bahwa

pembagian motivasi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik daan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik dapat ditumbuhkan melalui, membangkitksan

minat, mempertahankan keingintahuan, menggunakan berbagai cara

penyajian yang menarik. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

melaui, pujian, nilai, penghargaamn, hingga pemberian hadiah dan

imbalan. Pendapat Slavin tersebut yang harus diutamakan dalam

membangkitkan motivasi adalah minat terlebih dahulu. Minat ini

merupakan keinginan yang tulus muncul dari dalam hati. Apabila

ketulusan muncul maka kalau diberi dengan formula-formula yang

menarik akan menumbuhkan motivasi.

Pendapat mengenai pembangkit motivasi yang disampaikan Slavin

ternyata senada dengan apa yang disampaikan Gage dan Berliner dalam

Slameto (2010: 176-179), bahwa untuk membangkitkan motivasi yang

dapat dilakukan antara lain (1) pergunakan pujian verbal, (2) merangsang

hasrat siswa dengan jalan memberikan sedikit hadiah, (3) menerapkan

konsep unik agar siswa terlibat, (4) minta pada siswa untuk

mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari. Keempat pembangkit

motivasi tersebut diambil dari 13 pokok pembangkit motivasi yang

disampaikan oleh Gage dan Berliner dalam Slameto.

Kedua pendapat tersebut secara garis besar sama, yaitu membahas

mengenai motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang harus ditumbuhkan

dalam diri siswa agar dalam melaksanakan apapun dapat diterima dengan

baik, salah satu yang perlu diterapkan dalam pembelajaran adalah

menggunakan pembelajaran yang menarik atau unik. Hal ini disebutkan

oleh kedua ahli tersebut yang menyatakan mengenai pembangkit motivasi.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, pada dasarnya motivasi dapat

dibangkitkan dari dalam diri seseorang atau yang disebut motivasi intrinsik

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

dan juga dari luar yang disebut motivasi ekstrinsik. Pendapat para ahli di

atas juga menyebutkan agar motivasi dalam pembelajaran tumbuh adalah

dengan penyajian yang menarik. Penyajian pelajaran menarik ini misalnya

harus disesuaikan dengan kegemaran siswa seperti menggunakan gambar

maupun permainan. Jadi motivasi dari guru mempunyai peran yang sangat

penting dan utama dalam menumbuihkan motivasi siswa, salah satunya

dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan

juga yang berbobot akan mempermudah menggugah motivasi pada diri

siswa.

Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam

selain yang telah dikemukakan tersebut di atas. Pendapat pertama

dikemukakan oleh Slavin (2009: 129-134). Slavin membagi motivasi

menjadi dua, yaitu:

a) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri

orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.

Misalnya, seorang siswa belajar dengan giat karena ingin mengusai

berbagai ilmu yang dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsik dapat

berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan atau berupa

penghargaan dan cita-cita.

Hamalik (2004: 36) berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari

kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Sedangkan menurut

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

Sardiman (2006: 57) motivasi instrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar karena

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Dengan kata lain, individu terdorong untuk bertingkah laku ke

arah tujuan tetentu tanpa adanya faktor pendorong dari luar.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan

bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi

belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri

atau dengan kata lain motivasi instrinsik tudak memerlukan rangsangan

dari luar tetapi berasal dari diri siswa.

Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari

kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena

bituh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Dengan kata

lain, motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan

adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu

sendiri (Sardiman, 2006: 58). Siswa yang memiliki motivasi instrinsik

menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar.

Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong

individu mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri.

Untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa, guru memanfaatkan dorongan

keingintahuan siswa yang bersifat alamiah dengan jalan menyajikan

materi yang cocok dan bermakna bagi siswa. Menurut Usman (2005:

76) motivasi instrinsik timbul sebagai akibat dari dalam diri individu

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain tetapi atas kemauan

sendiri.

b) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya

rangsangan dari luar, atau bantuan dari orang lain. Motivasi ini

disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari

hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti

ganjaran dan hukuman (Woolfolk, 1993: 224). Misalnya, seorang siswa

mengerjakan PR karena takut dihukum oleh gurunya.

Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif

dibanding dengan motivasi dari luar dalam upaya mencapai hasil belajar

yang optimal. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan

membangkitkan perasaan ingin tahu, ingin mencoba, dan hasrat untuk

maju dalam belajar, sedangkan motivasi dari luar dapat dilakukan dengan

memberikan ganjaran, yaitu hukuman dan pujian.

Davis dan Newstrom (dalam Suryabrata, 2010: 79) menyatakan

bahwa motivasi yang mempengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah

laku, termasuk belajar, terbagi atas empat pola, yaitu:

a) Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan,

untuk maju dan berkembang.

b) Motivasi beraviliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang

lain secara efektif.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

c) Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja

dengan kualitas tinggi.

d) Motivasi berkuasa, yaitu motivasi untuk mempengaruhi orang lain dan

situasi.

Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang

untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah. Berkaitan

dengan hal tersebut, Keller ( dalam Shellnut dan Bonnie, 1996: 176) telah

menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip ini dikenal sebagai model ARCS yang

terdiri dari 4 (empat) macam prinsip yaitu:

a) Attention (perhatian),

b) Relevance (keterkaitan),

c) Confidence (kepercayaan diri),

d) Satisfaction (kepuasan).

Kesimpulannya bahwa motivasi adalah kekuatan (energi) seseorang

yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam

melaksanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan atau prestasi,

baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar

individu.

c. Indikator Motivasi

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan.

Lingkungan belajar yang konduksif dan kegiatan belajar yang menarik,

harus diciptakan oleh seorang guru, melalui berbagai cara, misalnya

dengan metode belajar yang disukai siswa, dengan kedekatan guru

dalam pembelajaran dan lain-lain.

Selain peningkatan motivasi diri seseorang, maka akan terlihat

adanya indikator motivasi. Indikator motivasi ini yang nantinyan akan

dijadikan sebagai pemicu seseorang benar-benar termotivasi. Seperti yang

disampaikan Slameto (2010: 131) bahwa adanya hasrat keinginan berhasil,

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-

cita masa depan, penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga

memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Indikator-

indikator tersebut sebagai wujud bahwa siswa telah benar-benar

termotivasi dalam belajar atau pun melakukan sesuatu.

Motivasi belajar yang ada pada diri siswa memiliki ciri-ciri/

indikator sebagai berikut: a) tekun menghadapi tugas; b) ulet menghadapi

kesulitan; c) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; d)

ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan; e) selalu

berusahan berprestasi sebaik mungkin; f) menunjukkan minat terhadap

macam-macam masalah; g) senang dan rajin belajar, penuh semangat,

cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan

pendapatnya; h) mengejar tujuan-tujuan jangka panjang.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari

karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian,

konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam

belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha

menghindar dari kegiatan belajar. Motivasi menjadi salah satu faktor yang

turut menentukan belajar yang efektif.

Dengan memperhatikan beberapa indikator di atas, maka pendekatan

dan pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui motivasi antara

lain:

a) Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh

informasi dan data tentang persistensi, keuletan, ketabahan dan

kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya.

b) Kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk mendapat

informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya.

c) Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya.

d) Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah

sikapnya.

Dalam kegiatan belajar, peranan motivasi yang tinggi tercermin

dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun

dihadang oleh beberapa kesulitan. Motivasi yang tinggi dapat mengiatkan

aktivitas belajar siswa dan membuat siswa merasa optimis dalam

mengerjakan setiap apa yang dipelajarinya.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

Kesimpulan indikator motivasi sebagai berikut: a) tekun

menghadapi tugas; b) ulet menghadapi kesulitan; c) tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi; d) selalu berusahan berprestasi

sebaik mungkin; e) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah;

f) senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-

tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya.

2. Pengertian Menulis

Suparno (2002: 14) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan

penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai alat atau medianya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang

komplek karena perlu ditunjang oleh ketrampilan menyimak dan

ketrampilan menulis yang baik. Jika terbiasa menyimak dan membaca

tentang berbagai hal tentu akan menambah wawasan dan pengetahuan

seseorang penulis dan dapat menjadi inspirasi bagi penulis untuk

menuangkan ide-ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan.

Selain itu, Suparno (2002: 16) menyatakan bahwa kegiatan menulis

adalah sebuah ketrampilan berbahasa, karena dalam kegiatan menulis

banyak hal yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik

dan benar. Penulisan yang baik berarti ia mengerti situasi dan kondisi

khalayak pembaca. Jika sebuah tulisan mampu berkomunikasi secara jelas

dan lancar dengan pembacanya, dan memahami khalayak pembacanya,

maka tulisan tersebut sudah dapat disebut sebagai tulisan yang baik.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

Penulisan yang benar berarti dalam setiap tulisannya ia selalu

memperhatikan penggunaan aspek kebahasan dalam kaidah menulis,

seperti penggunaan ejaan.

Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan pengertian

menulis adalah suatu kekuatan, kecakapan yang dimiliki seseorang dalam

menuangkan ide, menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa

tulisan sebagai medianya.

Berbagai pendapat dari para ahli pendidikan muncul tentang

pengertian menulis antara lain menurut Tarigan (1992: 67),

mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari

bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang

menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Dalam proses

belajar menulis melibatkan rentang waktu yang pajang, maka sangatlah

diperlukan latihan-latihan di dalam menulis. Dengan adanya latihan

menulis ini maka lambang-lambang yang dituliskannya dapat dipahami

oleh dirinya dan orang lain. Dengan menulis, seseorang dapat menyatakan/

menuangkan segala pikiran, ide, dan perasaannya dalam bentuk tulisan.

Menurut Kurikulum 2013, salah satu kemampuan yang harus

dikuasai siswa sekolah dasar adalah kemampuan menulis. Menulis

merupakan satu kegiatan yang produktif dan reseptif. Keterampilan untuk

menulistidak datang secara otomatis dapat dikuasai siswa, melainkan harus

melalui latihan secara teratur.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

Jenjang kemampuan berbahasa yang melekat pada setiap manusia

normal adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Secara

kronologis keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Pada tingkatan

paling sederhana adalah kemampuan berkomunikasi langsung dengan

bahasa lisan yaitu kemampuan menyimak dan berbicara, dan tingkatan

yang paling rumit adalah menulis atau mengarang dalam bentuk tulis.

Atas dasar asumsi-asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan

menggalakan kegiatan menulis. Hal ini disebabkan kemampuan menulis

membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar,

seperti penguasaan kosakata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan

paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika,

serta struktur berpikir yang runtut.

Sejalan dengan hal tersebut, De Porter & Mike Hernacki (dalam

Depdikbud, 2013: 78). menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh

otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak

kiri (logika) Di dalam kegiatan menulis aktivitas seluruh otak digunakan.

Aktivitas otak kanan meliputi: semangat, emosi, imajinasi, gairah dan

kegembiraan. Sedangkan aktivitas otak kiri meliputi: perencanaan, tata

bahasa, penelitian, tanda baca, dan penulisan kembali.

Menurut ensiklopedia, menulis adalah kegiatan untuk menciptakan

suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

aksara. Menulis bisa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat

seperti pena atau pensil. Kegiatan menulis ini adalah kegiatan membuat

sebuah catatan yang terbentuk dari tulisan-tulisan pada sebuah kertas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah

aktivitas dalam menuangkan ide, penyampain pesan atau informasi dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai medianya, secara emosional dan logika

dalam penyampaiannya, sehingga menjadi untaian kalimat yang bermakna

dalam menyampaikannya, menarik perhatian pembaca sehingga timbul

keinginan untuk membacanya.

3. Teks Laporan Hasil Observasi

Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan teks laporan hasil

observasi, yaitu pengertian, struktur dan kaidah bahasa pada teks laporan

hasil observasi.

a. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi

Teks laporan adalah teks yang berisi penjabaran umum/

melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks

laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat

klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

Jenis teks ini mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk, ciri, atau

sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta kita (Maryanto,

2014: 4-5). Adapun ciri-ciri teks laporan hasil observasi antara lain:

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

a) harus mengandung fakta; b) bersifat objektif; c) harus ditulis

sempurna dan lengkap; d) tidak memasukkan hal-hal yang

menyimpang, mengandung prasangka, atau pemihakan; e) disajikan

secara menarik, baik dalam hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot,

maupun susunan logis.

Pada umumnya teks laporan hasil observasi memiliki bentuk yang

hampir sama dengan teks deskripsi, tetapi sebenarnya sifat kedua teks

tersebut berbeda. Teks laporan menggambarkan sesuatu secara umum

dan sesuai fakta apa adanya tanpa ada opini/pendapat penulis.

Sedangkan teks deskripsi menggambarkan secara khusus (unik dan

individual) dan menggambarkan sesuai dengan sudut pandang penulis.

b. Struktur Teks Laporan Hasil Observasi

Maryanto (2014: 6) menyatakan bahwa teks laporan disusun

dengan struktur teks pernyataan umum atau klasifikasi diikuti oleh

anggota atau aspek yang dilaporkan. Dalam menganalisis struktur teks,

struktur itu biasanya ditulis dengan pernyataan umum atau

klasifikasi^anggota atau aspek yang dilaporkan. Tanda “^” berarti

'diikuti oleh'. Tanda itu menyatakan urutan tahap pada struktur teks.

Tahap pernyataan umum atau klasifikasi merupakan semacam pembuka

atau pengantar tentang hal yang akan dilaporkan.

Struktur laporan dapat dibuat tahapan sebagai berikut:

1) Pernyataan Umum/ klasifikasi

2) Pernyataan Penjabaran:

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

• Aspek yang dilaporkan 1

• Aspek yang dilaporkan 2

• Dan seterusnya

c. Kaidah Bahasa Teks Laporan Hasil Observasi

Yasmine (2013: 1) menyatakan, “Ada beberapa kaidah dalam

menyusun teks laporan hasil observasi, yaitu:

1) Isinya berupa pemerian, penjelasan, dan pemaparan tentang suatu informasi.

2) Merupakan hasil pengamatan dan analisis sistematis. 3) Struktur teksnya terdiri dari klasifikasi umum dan penjabaran. 4) Objek pengamatan dalam teks hasil observasi dipaparkan secara

umum, dapat berupa alam, hewan, tumbuh-umbuhan, budaya, atau fenomena sosial.

5) Menggunakan kalimat simpleks, kalimat kompleks, kalimat definisi, dan kalimat deskripsi.” Jadi dapat disimpulkan bahwa teks laporan hasil observasi adalah

teks yang berisi penjabaran umum/ melaporkan sesuatu berupa hasil dari

pengamatan (observasi), strukturnya berupa pernyataan umum atau

klasifikasi dan anggota atau aspek yang dilaporkan.

4. Metode Group Investigation

Beberapa hal yang akan dibahas dalam metode group investigation di

bawah ini adalah pengertian metode group investigation, langkah-langkah,

ciri-cirinya, tahapan-tahapan, kelemahan dan kelebihan metode group

investigation.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

a. Pengertian Metode Group Investigation

Group Investigation merupakan salah satu bentuk metode

kooperatif (cooperative learning) yang menekankan pada partisipasi dan

aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan

dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran

atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak

perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk

memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

keterampilan proses kelompok. Metode group investigation dapat melatih

siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa

secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir

pembelajaran. Lie (2008: 28) menyatakan bahwa metode cooperative

learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-

unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakan dengan

pembagian kelompok dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur metode

cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik

mengelola kelas dengan lebih efektif.

Budimansyah (2007: 7) menyatakan bahwa metode group

investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa ntuk

terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari

perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi.

Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung

keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan

keragaman peserta didik.

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan

bahwa group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang

menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi

terhadap topik.

Suprijono (2011: 93) menyatakan bahwa pembelajaran dengan

metode group investigation dimulai dengan pembelajaran kelompok.

Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu

dengan permasalahan-permasalahan tertentu yang dapat dikembangkan

dari topik-topik itu. Sesudah topik dan permasalahannya disepakati,

peserta didik dan guru menentukan metode penelitian untuk memecahkan

masalah.

Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah

mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik

keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga

menarik kesimpulan.

Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing

kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan

objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok.

Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas

atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogyanya di

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan

assesment individual atau kelompok.

Dalam metode group investigation ini terdapat tiga konsep utama,

yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika

kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001: 75).

Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon

terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan

adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung

maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan

suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang

melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman

melaui proses saling beragumentasi.

Slavin (dalam Maesaroh, 2005: 28) mengemukakan, “Hal penting untuk melakukan metode group investigation adalah: a. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

b. Rencana Kooperatif. Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.

c. Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.”

Para guru yang menggunakan model group investigation umumnya

membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Trianto, 2007: 59).

Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman

atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa

memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam

atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan

mempresentasikan laporannya di depan kelas.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode group

investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator

atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan

berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,

setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat,

saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok

bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

b. Ciri-Ciri Metode Group Investigation

Suprijono (2011: 58) menyatakan, “Metode group investigation merupakan model yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation berpusat

pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

2) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

3) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

4) Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

5) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.”

c. Kelebihan Pembelajaran Metode Group Investigation

Setiawan (2006: 9) menyatakan, “Beberapa kelebihan yang terdapat pada pelaksanaan metode group investigation, yaitu: 1) Pembelajaran dengan kooperatif metode group investigation memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Penerapan metode pembelajaran kooperatif metode group

investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar siswa.

3) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

4) Metode group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

5) Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.”

d. Kelemahan Pembelajaran dengan Metode Group Investigation

Setiawan (2006: 9) menyatakan bahwa metode group

investigation merupakan metode yang kompleks dan sulit untuk

dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran

dengan menggunakan metode group investigation juga membutuhkan

waktu yang lama.

Group investigation adalah salah satu bentuk metode kooperatif

yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk menentukan

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat

mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi.

Beberapa kendala yang dapat dijumpai pada pelaksanaan model ini

yaitu:

1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan.

2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal.

3) Tidak semua topik cocok dengan metode ini dan model pembelajaran

ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk

memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.

4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.

e. Peranan Guru dalam Pembelajaran Group Investigation

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran

menggunakan group investigation. Joyce (2009: 318) mengemukakan

bahwa peran guru dalam investigasi kelompok terkadang menjadi konselor,

konsultan, dan pemberi kritik yang ramah. Dia harus membimbing serta

merefleksikan pengalaman kelompok dalam tingkat-tingkat berikut; (1)

pemecahan masalah atau level tugas (Apakah masalah yang sebenarnya?

Apa sajakah faktor yang terlibat?), (2) level manajemen kelompok

(Informasi apakah yang dibutuhkan saat ini? Bagaimanakah mengatur diri

sendiri untuk melaksanakannya?), dan (3) tingkat makna pribadi (Apa

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

tanggapan Anda mengenai kesimpulan tersebut? Langkah lain apa yang

akan dilakukan setelah mengetahui hal itu?).

Sedangkan Slavin (2005: 217) mengatakan bahwa peran guru dalam

kelas yang melaksanakan group investigation, guru bertindak sebagai nara

sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-

kelompok yang ada untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya

dan membantu setiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi

kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus

yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.

Ada kesamaan pandangan dari dua pendapat di atas. Dalam

menjalankan tugasnya, pada saat guru mengelola pembelajaran dengan

group investigation, guru menjalankan peran sebagai pembimbing yang

bijaksana. Guru perlu mengetahui situasi, kondisi dan kesulitan-kesulitan

yang mungkin dihadapi oleh kelompok untuk selanjutnya memberikan

bantuan dan bimbingan yang diperlukan.

Untuk mengatasi kesulitan, pembagian kerja dilaksanakan dalam

bentuk spesialisasi. Hal itu dilakukan untuk tujuan efisiensi dan

meningkatkan tanggung jawab antar individu. Joyce (2011: 307)

menyatakan bahwa, salah satu ragam prosedur yang telah dikembangkan

untuk membantu siswa mempelajari cara saling membantu adalah teknik

pembagian tugas. Pada intinya, tugas yang diberikan beberapa kesempatan

dapat meningkatkan efisiensi pembagian kerja. Alasan yang paling

mendasar adalah karena pembagian kerja dapat meningkatkan kesatuan

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

kelompok sebagai sebuah tim kerja untuk menyerap dan mempelajari

informasi dan skill sembari memastikan bahwa masing-masing

anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk belajar dan menyadari

betul peran penting yang ada dalam sistem pengelompokkan.

f. Langkah-Langkah dalam Metode Group Investigation

Kiranawati (2007: 2-3), menyatakan, “Langkah-langkah penerapan metode group investigation, sebagai berikut: 1) Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan kerjasama Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 di atas.

3) Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4) Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5) Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6) Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu, kelompok, atau keduanya.”

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

Langkah-langkah dalam metode group investigation dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Implementasi Pembelajaran Menulis Teks Laporan

Hasil Observasi dengan Group Investigation

Tahap Kegiatan Uraian Kegiatan 1 Mengidentifikasikan

topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok

Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.

Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

Komposisi kelompok berdasar-kan ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

Guru membantu dalam pengum-pulan informasi dan menfasilitasi pengaturan

2 Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pem-bagian tugas). Untuk tujuan atau kepentingan apa mereka menginvestigasi topik tersebut?

3 Melaksanakan investigasi

Para siswa mengumpulkan in-formasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

Tiap anggota kelompok ber-kontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

Para siswa saling bertukar, ber-diskusi, mengklarifikasi semua gagasan.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

4 Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

Anggota kelompok merenca-nakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

Wakil-wakil kelompok memben-tuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.

5 Mempresentasikan laporan akhir

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam dan bentuk.

Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.

Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

6 Evaluasi Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-penga-laman mereka.

Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembe-lajaran.

Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi

Sumber: Tesis Lili Kuswanti, (2011: 33-34) dengan penyesuaian.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini di

antaranya adalah:

1. Kuswanti (2011) Penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Metode

Group Investigation dalam Pembelajaran Membaca Novel pada Siswa

SMP Negeri 2 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan kemampuan membaca novel antara siswa yang

menggunakan metode group investigation dengan pembelajaran

konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

secara siginifikan kemampuan membaca novel antara siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan metode group investigation dengan

pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh signifikan penggunaan metode group investigation terhadap

kemampuan membaca novel pada siswa SMP tersebut. Penelitian ini menekankan

bahwa penggunaan metode group investigation efektif dalam peningkatan

kemampuan membaca siswa.

2. Juwaini (2010) Penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01

Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa metode

group investigation mempunyai nilai positif dalam upaya meningkatkan

kemampuan membaca.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya aktivitas belajar yang

efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 30: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Hal ini dapat terlihat

dari peningkatan aktifitas siswa pada siklus III. Dengan diterapkannya

pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) kemampuan

membaca pemahaman siswa meningkat, baik peningkatan jumlah

ketuntasan belajar siswa maupun peningkatan reratanya. Sedangkan nilai

reratanya meningkat dari sebelum dilaksanakan tindakan dengan setelah

diadakan tindakan. Peningkatan nilai tersebut telah memenuhi batas

kriteria ketuntan minimal (KKM) yang ditetapkan.

3. Fitriana (2010) Pengaruh Metode Cooperative Tipe Group Investigation

(GI) dan STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari

Kemandirian Belajar Siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui: (1) Efektifitas metode cooperative dengan metode group

investigation (GI) dan metodeSTAD terhadap prestasi belajar geometri. (2)

Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah (3) Adanya

interaksi antara metodecooperative dengan kemandirian belajar siswa

terhadap prestasi belajar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika

siswa dengan metode cooperative tipe GI lebih baik dari pada metode

cooperative tipe STAD (2) Prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar

matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 31: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara metode cooperative dengan

kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada

pokok bahasan bangun ruang sisi datar.

4. Wulandari (2010) Efektivitas Penggunaan Metode Group Investigation

dan Brainstorming terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V

Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Laweyan pada Pokok Bahasan Sifat-

sifat Bangun Datar Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui : (1) keefektifan penggunaan metode group

investigation dan metode brainstorming, (2) perbedaan prestasi belajar

antara siswa dengan aktivitas tinggi, sedang dan rendah, (3) apakah

efektifitas metode pembelajaran tergantung pada aktivitas belajar siswa

dan apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan aktivitas

tinggi, sedang, dan rendah pada tiap metode pembelajaran.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar

matematika siswa pada pembelajaran dengan group investigation lebih

baik dibandingkan dengan brainstorming, (2) siswa dengan aktivitas tinggi

mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan aktivitas

sedang maupun rendah, dan siswa dengan aktivitas sedang mempunyai

prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah, (3.a)

siswa dengan aktivitas tinggi dan rendah mempunyai prestasi yang sama

pada pembelajaran dengan group investigation maupun dengan

brainstorming, sedangkan siswa dengan aktivitas sedang mempunyai

prestasi yang lebih baik pada pembelajaran dengan group investigation

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 32: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

daripada dengan brainstorming, (3.b) pada pembelajaran group

investigation, siswa dengan aktivitas tinggi dan sedang mempunyai

prestasi yang sama sedangkan siswa dengan aktivitas tinggi maupun

sedang prestasinya lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah.

Sedangkan pada pembelajaran brainstorming, siswa dengan aktivitas

tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa dengan aktivitas

sedang maupun rendah dan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang

maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama.

5. Windiatmojo (2012) Pengaruh Metode Kooperatif Tipe Group Investigation

(GI) terhadap Hasil Belajara Biologi ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA

Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh

metodegroup investigation terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2)

Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) Pengaruh

interaksi metodegroup investigation dan gaya belajar terhadap hasil belajar

kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran

2011/2012.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) metode

group investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2)

gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3)

interaksi antara metodedengan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap

hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun

pelajaran 2011/2012.

6. Muliasari (2014) Ragam Kesalahan dalam Teks Laporan Hasil Observasi

Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang Tahun Pelajaran 2013/2014. Teks

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 33: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

laporan hasil observasi adalah teks yang menyampaikan informasi tentang

sesuatu secara apa adanya sebagai hasil pengamatan dan analisis secara

sistematis. Pengajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII tahun pelajaran

2013/2014 menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 baru

diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 sehingga belum ada penelitian

yang meneliti tentang teks laporan hasil observasi. Identifikasi kesalahan

dalam teks laporan hasil observasi siswa ini diharapkan mampu

memberikan pembelajaran positif bagi siswa, khususnya dalam hal

menulis.

Permasalahan dalam penelitian ini ada empat, yaitu (1) ragam

kesalahan dalam struktur isi teks laporan hasil observasi, (2) ragam

kesalahan dalam penggunaan diksi teks laporan hasil observasi, (3) ragam

kesalahan dalam pengembangan kalimat teks laporan hasil observasi, dan

(4) ragam kesalahan dalam ejaan teks laporan hasil observasi. Keempat

rumusan tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai

ragam kesalahan siswa dalam menulis teks laporan hasil observasi.

Setelah teks laporan siswa dianalisis, diperoleh paparan mengenai

ragam kesalahan dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN

3 Malang Tahun Pelajaran 2013/2014 berdasarkan permasalahan yang

telah dirumuskan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukukan adalah (1)

dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang

terdapat tiga jenis kesalahan pengembangan struktur isi teks, yaitu

kesalahan dalam mengembangkan judul, kesalahan dalam klasifikasi

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 34: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

umum, dan kesalahan dalam deskripsi; (2) dalam teks laporan hasil

observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat empat jenis kesalahan

penggunaan diksi, yaitu penggunaan diksi tidak memiliki kesejajaran

bentuk, penggunaan diksi tidak sesuai dengan topik, penggunaan diksi

tidak sesuai dengan makna, dan penggunaan diksi tidak sesuai dengan

struktur kalimat; (3) dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII

SMPN 3 Malang terdapat lima jenis kesalahan pengembangan kalimat,

yaitu penggunaan kalimat tidak lengkap, penggunaan kalimat tidak logis,

penggunaan kalimat tidak hemat, penggunaan kalimat rancu, dan

penggunaan kalimat ambigu; dan (4) dalam teks laporan hasil observasi

siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat delapan jenis kesalahan dalam

menggunakan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan tanda titik, tanda koma,

tanda hubung, tanda seru, tanda kurung, huruf kapital, awalan, dan

preposisi.

Dari beberapa penelitian yang telah dikemukakan tersebut, penelitian

yang telah dilakukan mempunyai perbedaan yaitu untuk waktu dan tempat

penelitian, serta subjek penelitian yang dilibatkan. Selain itu, penggunaan

metode group investigation ini juga hanya diterapkan dalam pembelajaran

menulis teks laporan hasil observasi. Penggunaan metode group

investigation pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya ternyata

efektif dan dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Untuk meningkatkan

motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar maka perlu dipilih metode

yang tepat dan efektif. Mengacu pada penelitian yang telah diuraikan di

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 35: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

atas maka metode group investigation sebagai salah satu alternatif

pilihannya. Metode ini digunakan pada pembelajaran menulis teks hasil

observasi karena selama ini kemampuan siswa dalam pembelajaran

tersebut hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itulah diharapkan

dengan penggunaan metode yang tepat maka motivasi dan hasil

pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti hingga saat ini

pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 3 Purbalingga masih

didominasi pembelajaran konvensional, di mana aktivitas pembelajaran masih

didominasi oleh kegiatan klasikal dan peran guru sangat besar. Untuk

menunjang kompetensi siswa maka diperlukan pengalaman siswa untuk

dapat mengetahui secara langsung interaksi yang terjadi pada kegiatan

menulis teks laporan hasil observasi. Siswa dapat secara langsung mengetahui

dan mengamati kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan menulis teks

laporan hasil observasi. Akibat yang dirasakan adalah suasana kelas yang

monoton, pasif dan terasa membosankan. Hasil dari pengamatan peneliti

bahwa motivasi belajar siswa yang rendah, pada akhirnya hasil belajarnyapun

rendah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, metode group investigation

menjadi pilihan alternatif untuk mengatasinya. Metode ini dipilih karena

karakteristik pembelajarannya yang memberikan peran lebih besar ke siswa,

sementara guru hanya menjadi motivator dan fasilitator. Selain itu, model

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 36: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

group investigation dipilih karena model ini kegiatan belajarnya lebih

terfokus pada kelompok–kelompok kecil yang dinamis. Hal ini dipandang

sesuai dengan karakteristik standar kompetensi menulis teks laporan hasil

observasi yang lebih memerlukan ketrampilan siswa dalam melakukan

pengamatan dan dapat menganalisa kenyataan yang terjadi dalam kelompok

sosial yang berkembang secara umum.

Berdasarkan uraian di atas, maka metode group investigation dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa apabila dilaksanakan dengan langkah-

langkah yang efisien. Meningkatnya motivasi belajar ini pada akhirnya juga

akan meningkatkan kemampuan hasil menulis teks laporan hasil observasi.

Secara skematis kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada anggapan dasar maka rumusan hipotesis yang

diajukan adalah :

1. Metode group investigation efektif dalam meningkatkan motivasi

belajar menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X SMK

Negeri 3 Purbalingga.

Penerapan Model Group Investigation

Motivasi Belajar

Kemampuan menulis teks laporan hasil observasi.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015

Page 37: BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/Juwani BAB II.pdfBAB II . KAJIAN TEORETIK . A. Deskripsi Konseptual . Pada deskripsi konseptual ini secara

2. Metode group investigation efektif dalam meningkatkan kemampuan

menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X SMK Negeri 3

Purbalingga.

Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015