bab ii kajian teoretik a. deskripsi konseptualrepository.ump.ac.id/581/3/juwani bab ii.pdfbab ii ....
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
Pada deskripsi konseptual ini secara berturut-turut akan dibahas
mengenai: motivasi, pembelajaran menulis, teks laporan hasil observasi dan
metode group investigation.
1. Motivasi
Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan motivasi, yaitu
tentang motivasi, jenis motivasi, dan pembangkitnya.
a. Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan
banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik
dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Dalam konteks studi Psikologi, Makmun (1998: 30) mengemukakan
bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, di antaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3)
persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan
yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran
kegiatan.
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (1954: 57-67) pada
intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat
atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological
needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa
aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,
psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love
needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya
tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
Mc Clelland (1961: 63-73) menyatakan bahwa karakteristik orang
yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu: (1)
sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul
karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain,
seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
berprestasi rendah.
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting
dalam pemahaman motivasi adalah Herzberg (dalam Sudita, 2000: 24),
teori yang dikembangkannya dikenal dengan “Model Dua Faktor” dari
motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau
“pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dari dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya
ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Herzberg (dalam Sudita, 2000: 26) menyatakan bahwa hal yang
tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene
atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi,
hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan
rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para
penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
Herzberg (dalam Sudita, 2000: 27) ialah memperhitungkan dengan tepat
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan
seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat
ekstrinsik.
Motivasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, karena apabila
siswa tidak memiliki motivasi maka persentase dalam menyerap pelajaran
akan begitu sulit. Jadi, pada dasarnya motivasi sangat diperlukan sebagai
pelengkap dalam dunia pendidikan. Slavin (2009: 106) mengemukakan
bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda berjalan,
membuat Anda tetap berjalan, dan menentukan ke mana Anda berusaha
berjalan. Dari pengertian motivasi yang disampaikan Slavin tersebut
mengandung pengertian bahwa anak yang telah memiliki motivasi maka ia
akan terus melakukan sesuatu dengan keadaan yang tak peduli rintangan
karena mempunyai sebuah tujuan, khususnya dalam pembelajaran. Hal
tersebut mirip dengan apa yang disampaikan Mc. Donald (dalam
Sardiman, 2007: 73) bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Tujuan di sini merupakan suatu
kebutuhan yang dianggap sebagai unsur pendorong. Kedua pendapat
tersebut memiliki kesamaan mengenai apa itu motivasi. Pada prinsipnya
motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
b. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Herzberg (dalam Sudita, 2000: 30) menyatakan bahwa ada
dua jenis hal/ faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor
intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari
ketidakpuasan, termasuk di dalamnya adalah kebijakan personalia dan
praktik–praktik manajemen perusahaan di mana suatu pekerjaan
dilakukan, supervisi teknis yang diterima pada pekerjaan tersebut,
hubungan antara individu dengan supervisor dan kolega, dan kualitas kerja
(faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya adalah
pencapaian/ penyelesaian pada suatu pekerjaan, pengenalan untuk
menyelesaikan pekerjaan, sifat pekerjaan dan tugas itu sendiri, kelanjutan
dan pertumbuhan dalam kemampuan pekerjaan (faktor intrinsik).
Pembelajaran suatu materi memang harus diterima oleh siswa, tetapi
ada kesulitan dalam menerima hal tersebut. Maka dari itu hal terpenting
adalah dengan membangkitkan motivasi terlebih dahulu. Motivasi sendiri
terbagi menjadi dua. Slavin (2009: 129-134) menyatakan bahwa
pembagian motivasi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik daan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik dapat ditumbuhkan melalui, membangkitksan
minat, mempertahankan keingintahuan, menggunakan berbagai cara
penyajian yang menarik. Sedangkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
melaui, pujian, nilai, penghargaamn, hingga pemberian hadiah dan
imbalan. Pendapat Slavin tersebut yang harus diutamakan dalam
membangkitkan motivasi adalah minat terlebih dahulu. Minat ini
merupakan keinginan yang tulus muncul dari dalam hati. Apabila
ketulusan muncul maka kalau diberi dengan formula-formula yang
menarik akan menumbuhkan motivasi.
Pendapat mengenai pembangkit motivasi yang disampaikan Slavin
ternyata senada dengan apa yang disampaikan Gage dan Berliner dalam
Slameto (2010: 176-179), bahwa untuk membangkitkan motivasi yang
dapat dilakukan antara lain (1) pergunakan pujian verbal, (2) merangsang
hasrat siswa dengan jalan memberikan sedikit hadiah, (3) menerapkan
konsep unik agar siswa terlibat, (4) minta pada siswa untuk
mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari. Keempat pembangkit
motivasi tersebut diambil dari 13 pokok pembangkit motivasi yang
disampaikan oleh Gage dan Berliner dalam Slameto.
Kedua pendapat tersebut secara garis besar sama, yaitu membahas
mengenai motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang harus ditumbuhkan
dalam diri siswa agar dalam melaksanakan apapun dapat diterima dengan
baik, salah satu yang perlu diterapkan dalam pembelajaran adalah
menggunakan pembelajaran yang menarik atau unik. Hal ini disebutkan
oleh kedua ahli tersebut yang menyatakan mengenai pembangkit motivasi.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, pada dasarnya motivasi dapat
dibangkitkan dari dalam diri seseorang atau yang disebut motivasi intrinsik
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
dan juga dari luar yang disebut motivasi ekstrinsik. Pendapat para ahli di
atas juga menyebutkan agar motivasi dalam pembelajaran tumbuh adalah
dengan penyajian yang menarik. Penyajian pelajaran menarik ini misalnya
harus disesuaikan dengan kegemaran siswa seperti menggunakan gambar
maupun permainan. Jadi motivasi dari guru mempunyai peran yang sangat
penting dan utama dalam menumbuihkan motivasi siswa, salah satunya
dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira dan
juga yang berbobot akan mempermudah menggugah motivasi pada diri
siswa.
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam
selain yang telah dikemukakan tersebut di atas. Pendapat pertama
dikemukakan oleh Slavin (2009: 129-134). Slavin membagi motivasi
menjadi dua, yaitu:
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.
Misalnya, seorang siswa belajar dengan giat karena ingin mengusai
berbagai ilmu yang dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsik dapat
berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan atau berupa
penghargaan dan cita-cita.
Hamalik (2004: 36) berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah
motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Sedangkan menurut
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Sardiman (2006: 57) motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Dengan kata lain, individu terdorong untuk bertingkah laku ke
arah tujuan tetentu tanpa adanya faktor pendorong dari luar.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan
bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi
belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri
atau dengan kata lain motivasi instrinsik tudak memerlukan rangsangan
dari luar tetapi berasal dari diri siswa.
Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari
kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena
bituh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Dengan kata
lain, motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan
adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu
sendiri (Sardiman, 2006: 58). Siswa yang memiliki motivasi instrinsik
menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar.
Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong
individu mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa, guru memanfaatkan dorongan
keingintahuan siswa yang bersifat alamiah dengan jalan menyajikan
materi yang cocok dan bermakna bagi siswa. Menurut Usman (2005:
76) motivasi instrinsik timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain tetapi atas kemauan
sendiri.
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya
rangsangan dari luar, atau bantuan dari orang lain. Motivasi ini
disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari
hukuman, motivasi yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti
ganjaran dan hukuman (Woolfolk, 1993: 224). Misalnya, seorang siswa
mengerjakan PR karena takut dihukum oleh gurunya.
Penelitian menunjukkan bahwa motivasi dari dalam lebih efektif
dibanding dengan motivasi dari luar dalam upaya mencapai hasil belajar
yang optimal. Motivasi dari dalam dapat dilakukan dengan
membangkitkan perasaan ingin tahu, ingin mencoba, dan hasrat untuk
maju dalam belajar, sedangkan motivasi dari luar dapat dilakukan dengan
memberikan ganjaran, yaitu hukuman dan pujian.
Davis dan Newstrom (dalam Suryabrata, 2010: 79) menyatakan
bahwa motivasi yang mempengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah
laku, termasuk belajar, terbagi atas empat pola, yaitu:
a) Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan,
untuk maju dan berkembang.
b) Motivasi beraviliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang
lain secara efektif.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
c) Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja
dengan kualitas tinggi.
d) Motivasi berkuasa, yaitu motivasi untuk mempengaruhi orang lain dan
situasi.
Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang
untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah. Berkaitan
dengan hal tersebut, Keller ( dalam Shellnut dan Bonnie, 1996: 176) telah
menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip ini dikenal sebagai model ARCS yang
terdiri dari 4 (empat) macam prinsip yaitu:
a) Attention (perhatian),
b) Relevance (keterkaitan),
c) Confidence (kepercayaan diri),
d) Satisfaction (kepuasan).
Kesimpulannya bahwa motivasi adalah kekuatan (energi) seseorang
yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasme dalam
melaksanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan atau prestasi,
baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar
individu.
c. Indikator Motivasi
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan.
Lingkungan belajar yang konduksif dan kegiatan belajar yang menarik,
harus diciptakan oleh seorang guru, melalui berbagai cara, misalnya
dengan metode belajar yang disukai siswa, dengan kedekatan guru
dalam pembelajaran dan lain-lain.
Selain peningkatan motivasi diri seseorang, maka akan terlihat
adanya indikator motivasi. Indikator motivasi ini yang nantinyan akan
dijadikan sebagai pemicu seseorang benar-benar termotivasi. Seperti yang
disampaikan Slameto (2010: 131) bahwa adanya hasrat keinginan berhasil,
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-
cita masa depan, penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Indikator-
indikator tersebut sebagai wujud bahwa siswa telah benar-benar
termotivasi dalam belajar atau pun melakukan sesuatu.
Motivasi belajar yang ada pada diri siswa memiliki ciri-ciri/
indikator sebagai berikut: a) tekun menghadapi tugas; b) ulet menghadapi
kesulitan; c) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; d)
ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan; e) selalu
berusahan berprestasi sebaik mungkin; f) menunjukkan minat terhadap
macam-macam masalah; g) senang dan rajin belajar, penuh semangat,
cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan
pendapatnya; h) mengejar tujuan-tujuan jangka panjang.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari
karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian,
konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam
belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha
menghindar dari kegiatan belajar. Motivasi menjadi salah satu faktor yang
turut menentukan belajar yang efektif.
Dengan memperhatikan beberapa indikator di atas, maka pendekatan
dan pengukuran yang dapat dilakukan untuk mengetahui motivasi antara
lain:
a) Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh
informasi dan data tentang persistensi, keuletan, ketabahan dan
kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya.
b) Kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk mendapat
informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya.
c) Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya.
d) Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah
sikapnya.
Dalam kegiatan belajar, peranan motivasi yang tinggi tercermin
dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun
dihadang oleh beberapa kesulitan. Motivasi yang tinggi dapat mengiatkan
aktivitas belajar siswa dan membuat siswa merasa optimis dalam
mengerjakan setiap apa yang dipelajarinya.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Kesimpulan indikator motivasi sebagai berikut: a) tekun
menghadapi tugas; b) ulet menghadapi kesulitan; c) tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi; d) selalu berusahan berprestasi
sebaik mungkin; e) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah;
f) senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-
tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya.
2. Pengertian Menulis
Suparno (2002: 14) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang
komplek karena perlu ditunjang oleh ketrampilan menyimak dan
ketrampilan menulis yang baik. Jika terbiasa menyimak dan membaca
tentang berbagai hal tentu akan menambah wawasan dan pengetahuan
seseorang penulis dan dapat menjadi inspirasi bagi penulis untuk
menuangkan ide-ide atau gagasan ke dalam sebuah tulisan.
Selain itu, Suparno (2002: 16) menyatakan bahwa kegiatan menulis
adalah sebuah ketrampilan berbahasa, karena dalam kegiatan menulis
banyak hal yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik
dan benar. Penulisan yang baik berarti ia mengerti situasi dan kondisi
khalayak pembaca. Jika sebuah tulisan mampu berkomunikasi secara jelas
dan lancar dengan pembacanya, dan memahami khalayak pembacanya,
maka tulisan tersebut sudah dapat disebut sebagai tulisan yang baik.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Penulisan yang benar berarti dalam setiap tulisannya ia selalu
memperhatikan penggunaan aspek kebahasan dalam kaidah menulis,
seperti penggunaan ejaan.
Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan pengertian
menulis adalah suatu kekuatan, kecakapan yang dimiliki seseorang dalam
menuangkan ide, menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa
tulisan sebagai medianya.
Berbagai pendapat dari para ahli pendidikan muncul tentang
pengertian menulis antara lain menurut Tarigan (1992: 67),
mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari
bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang
menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Dalam proses
belajar menulis melibatkan rentang waktu yang pajang, maka sangatlah
diperlukan latihan-latihan di dalam menulis. Dengan adanya latihan
menulis ini maka lambang-lambang yang dituliskannya dapat dipahami
oleh dirinya dan orang lain. Dengan menulis, seseorang dapat menyatakan/
menuangkan segala pikiran, ide, dan perasaannya dalam bentuk tulisan.
Menurut Kurikulum 2013, salah satu kemampuan yang harus
dikuasai siswa sekolah dasar adalah kemampuan menulis. Menulis
merupakan satu kegiatan yang produktif dan reseptif. Keterampilan untuk
menulistidak datang secara otomatis dapat dikuasai siswa, melainkan harus
melalui latihan secara teratur.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Jenjang kemampuan berbahasa yang melekat pada setiap manusia
normal adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Secara
kronologis keempatnya tumbuh dalam diri setiap individu. Pada tingkatan
paling sederhana adalah kemampuan berkomunikasi langsung dengan
bahasa lisan yaitu kemampuan menyimak dan berbicara, dan tingkatan
yang paling rumit adalah menulis atau mengarang dalam bentuk tulis.
Atas dasar asumsi-asumsi di atas, sungguh tepat bila upaya untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia harus dijembatani dengan
menggalakan kegiatan menulis. Hal ini disebabkan kemampuan menulis
membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar,
seperti penguasaan kosakata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan
paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika,
serta struktur berpikir yang runtut.
Sejalan dengan hal tersebut, De Porter & Mike Hernacki (dalam
Depdikbud, 2013: 78). menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh
otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak
kiri (logika) Di dalam kegiatan menulis aktivitas seluruh otak digunakan.
Aktivitas otak kanan meliputi: semangat, emosi, imajinasi, gairah dan
kegembiraan. Sedangkan aktivitas otak kiri meliputi: perencanaan, tata
bahasa, penelitian, tanda baca, dan penulisan kembali.
Menurut ensiklopedia, menulis adalah kegiatan untuk menciptakan
suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
aksara. Menulis bisa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat
seperti pena atau pensil. Kegiatan menulis ini adalah kegiatan membuat
sebuah catatan yang terbentuk dari tulisan-tulisan pada sebuah kertas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
aktivitas dalam menuangkan ide, penyampain pesan atau informasi dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai medianya, secara emosional dan logika
dalam penyampaiannya, sehingga menjadi untaian kalimat yang bermakna
dalam menyampaikannya, menarik perhatian pembaca sehingga timbul
keinginan untuk membacanya.
3. Teks Laporan Hasil Observasi
Berikut akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan teks laporan hasil
observasi, yaitu pengertian, struktur dan kaidah bahasa pada teks laporan
hasil observasi.
a. Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan adalah teks yang berisi penjabaran umum/
melaporkan sesuatu berupa hasil dari pengamatan (observasi). Teks
laporan (report) ini juga disebut teks klasifikasi karena memuat
klasifikasi mengenai jenis-jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
Jenis teks ini mendeskripsikan atau menggambarkan bentuk, ciri, atau
sifat umum (general) seperti benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta kita (Maryanto,
2014: 4-5). Adapun ciri-ciri teks laporan hasil observasi antara lain:
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
a) harus mengandung fakta; b) bersifat objektif; c) harus ditulis
sempurna dan lengkap; d) tidak memasukkan hal-hal yang
menyimpang, mengandung prasangka, atau pemihakan; e) disajikan
secara menarik, baik dalam hal tata bahasa yang jelas, isinya berbobot,
maupun susunan logis.
Pada umumnya teks laporan hasil observasi memiliki bentuk yang
hampir sama dengan teks deskripsi, tetapi sebenarnya sifat kedua teks
tersebut berbeda. Teks laporan menggambarkan sesuatu secara umum
dan sesuai fakta apa adanya tanpa ada opini/pendapat penulis.
Sedangkan teks deskripsi menggambarkan secara khusus (unik dan
individual) dan menggambarkan sesuai dengan sudut pandang penulis.
b. Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Maryanto (2014: 6) menyatakan bahwa teks laporan disusun
dengan struktur teks pernyataan umum atau klasifikasi diikuti oleh
anggota atau aspek yang dilaporkan. Dalam menganalisis struktur teks,
struktur itu biasanya ditulis dengan pernyataan umum atau
klasifikasi^anggota atau aspek yang dilaporkan. Tanda “^” berarti
'diikuti oleh'. Tanda itu menyatakan urutan tahap pada struktur teks.
Tahap pernyataan umum atau klasifikasi merupakan semacam pembuka
atau pengantar tentang hal yang akan dilaporkan.
Struktur laporan dapat dibuat tahapan sebagai berikut:
1) Pernyataan Umum/ klasifikasi
2) Pernyataan Penjabaran:
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
• Aspek yang dilaporkan 1
• Aspek yang dilaporkan 2
• Dan seterusnya
c. Kaidah Bahasa Teks Laporan Hasil Observasi
Yasmine (2013: 1) menyatakan, “Ada beberapa kaidah dalam
menyusun teks laporan hasil observasi, yaitu:
1) Isinya berupa pemerian, penjelasan, dan pemaparan tentang suatu informasi.
2) Merupakan hasil pengamatan dan analisis sistematis. 3) Struktur teksnya terdiri dari klasifikasi umum dan penjabaran. 4) Objek pengamatan dalam teks hasil observasi dipaparkan secara
umum, dapat berupa alam, hewan, tumbuh-umbuhan, budaya, atau fenomena sosial.
5) Menggunakan kalimat simpleks, kalimat kompleks, kalimat definisi, dan kalimat deskripsi.” Jadi dapat disimpulkan bahwa teks laporan hasil observasi adalah
teks yang berisi penjabaran umum/ melaporkan sesuatu berupa hasil dari
pengamatan (observasi), strukturnya berupa pernyataan umum atau
klasifikasi dan anggota atau aspek yang dilaporkan.
4. Metode Group Investigation
Beberapa hal yang akan dibahas dalam metode group investigation di
bawah ini adalah pengertian metode group investigation, langkah-langkah,
ciri-cirinya, tahapan-tahapan, kelemahan dan kelebihan metode group
investigation.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
a. Pengertian Metode Group Investigation
Group Investigation merupakan salah satu bentuk metode
kooperatif (cooperative learning) yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran
atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Metode group investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran. Lie (2008: 28) menyatakan bahwa metode cooperative
learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-
unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakan dengan
pembagian kelompok dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur metode
cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif.
Budimansyah (2007: 7) menyatakan bahwa metode group
investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa ntuk
terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari
perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi.
Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung
keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan
keragaman peserta didik.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan
bahwa group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi
terhadap topik.
Suprijono (2011: 93) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
metode group investigation dimulai dengan pembelajaran kelompok.
Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu
dengan permasalahan-permasalahan tertentu yang dapat dikembangkan
dari topik-topik itu. Sesudah topik dan permasalahannya disepakati,
peserta didik dan guru menentukan metode penelitian untuk memecahkan
masalah.
Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah
mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik
keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga
menarik kesimpulan.
Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing
kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan
objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok.
Berbagai perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas
atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogyanya di
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan
assesment individual atau kelompok.
Dalam metode group investigation ini terdapat tiga konsep utama,
yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika
kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001: 75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon
terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan
adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan
suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang
melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman
melaui proses saling beragumentasi.
Slavin (dalam Maesaroh, 2005: 28) mengemukakan, “Hal penting untuk melakukan metode group investigation adalah: a. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
b. Rencana Kooperatif. Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
c. Peran Guru. Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.”
Para guru yang menggunakan model group investigation umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
6 siswa dengan karakteristik yang heterogen (Trianto, 2007: 59).
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam
atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode group
investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator
atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang,
setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat,
saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok
bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
b. Ciri-Ciri Metode Group Investigation
Suprijono (2011: 58) menyatakan, “Metode group investigation merupakan model yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation berpusat
pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
3) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
4) Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5) Pembelajaran kooperatif dengan model group investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.”
c. Kelebihan Pembelajaran Metode Group Investigation
Setiawan (2006: 9) menyatakan, “Beberapa kelebihan yang terdapat pada pelaksanaan metode group investigation, yaitu: 1) Pembelajaran dengan kooperatif metode group investigation memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Penerapan metode pembelajaran kooperatif metode group
investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar siswa.
3) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4) Metode group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5) Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.”
d. Kelemahan Pembelajaran dengan Metode Group Investigation
Setiawan (2006: 9) menyatakan bahwa metode group
investigation merupakan metode yang kompleks dan sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran
dengan menggunakan metode group investigation juga membutuhkan
waktu yang lama.
Group investigation adalah salah satu bentuk metode kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk menentukan
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat
mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi.
Beberapa kendala yang dapat dijumpai pada pelaksanaan model ini
yaitu:
1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan.
2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal.
3) Tidak semua topik cocok dengan metode ini dan model pembelajaran
ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk
memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.
4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
e. Peranan Guru dalam Pembelajaran Group Investigation
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran
menggunakan group investigation. Joyce (2009: 318) mengemukakan
bahwa peran guru dalam investigasi kelompok terkadang menjadi konselor,
konsultan, dan pemberi kritik yang ramah. Dia harus membimbing serta
merefleksikan pengalaman kelompok dalam tingkat-tingkat berikut; (1)
pemecahan masalah atau level tugas (Apakah masalah yang sebenarnya?
Apa sajakah faktor yang terlibat?), (2) level manajemen kelompok
(Informasi apakah yang dibutuhkan saat ini? Bagaimanakah mengatur diri
sendiri untuk melaksanakannya?), dan (3) tingkat makna pribadi (Apa
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
tanggapan Anda mengenai kesimpulan tersebut? Langkah lain apa yang
akan dilakukan setelah mengetahui hal itu?).
Sedangkan Slavin (2005: 217) mengatakan bahwa peran guru dalam
kelas yang melaksanakan group investigation, guru bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-
kelompok yang ada untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya
dan membantu setiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi
kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus
yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.
Ada kesamaan pandangan dari dua pendapat di atas. Dalam
menjalankan tugasnya, pada saat guru mengelola pembelajaran dengan
group investigation, guru menjalankan peran sebagai pembimbing yang
bijaksana. Guru perlu mengetahui situasi, kondisi dan kesulitan-kesulitan
yang mungkin dihadapi oleh kelompok untuk selanjutnya memberikan
bantuan dan bimbingan yang diperlukan.
Untuk mengatasi kesulitan, pembagian kerja dilaksanakan dalam
bentuk spesialisasi. Hal itu dilakukan untuk tujuan efisiensi dan
meningkatkan tanggung jawab antar individu. Joyce (2011: 307)
menyatakan bahwa, salah satu ragam prosedur yang telah dikembangkan
untuk membantu siswa mempelajari cara saling membantu adalah teknik
pembagian tugas. Pada intinya, tugas yang diberikan beberapa kesempatan
dapat meningkatkan efisiensi pembagian kerja. Alasan yang paling
mendasar adalah karena pembagian kerja dapat meningkatkan kesatuan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
kelompok sebagai sebuah tim kerja untuk menyerap dan mempelajari
informasi dan skill sembari memastikan bahwa masing-masing
anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk belajar dan menyadari
betul peran penting yang ada dalam sistem pengelompokkan.
f. Langkah-Langkah dalam Metode Group Investigation
Kiranawati (2007: 2-3), menyatakan, “Langkah-langkah penerapan metode group investigation, sebagai berikut: 1) Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
2) Merencanakan kerjasama Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 di atas.
3) Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4) Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5) Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6) Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu, kelompok, atau keduanya.”
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
Langkah-langkah dalam metode group investigation dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Implementasi Pembelajaran Menulis Teks Laporan
Hasil Observasi dengan Group Investigation
Tahap Kegiatan Uraian Kegiatan 1 Mengidentifikasikan
topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok
Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran.
Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.
Komposisi kelompok berdasar-kan ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.
Guru membantu dalam pengum-pulan informasi dan menfasilitasi pengaturan
2 Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Para siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang mereka pelajari? Bagaimana mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pem-bagian tugas). Untuk tujuan atau kepentingan apa mereka menginvestigasi topik tersebut?
3 Melaksanakan investigasi
Para siswa mengumpulkan in-formasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan.
Tiap anggota kelompok ber-kontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
Para siswa saling bertukar, ber-diskusi, mengklarifikasi semua gagasan.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
4 Menyiapkan laporan akhir
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.
Anggota kelompok merenca-nakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
Wakil-wakil kelompok memben-tuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.
5 Mempresentasikan laporan akhir
Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam dan bentuk.
Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif.
Para pendengar mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
6 Evaluasi Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-penga-laman mereka.
Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembe-lajaran.
Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi
Sumber: Tesis Lili Kuswanti, (2011: 33-34) dengan penyesuaian.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini di
antaranya adalah:
1. Kuswanti (2011) Penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Metode
Group Investigation dalam Pembelajaran Membaca Novel pada Siswa
SMP Negeri 2 Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kemampuan membaca novel antara siswa yang
menggunakan metode group investigation dengan pembelajaran
konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
secara siginifikan kemampuan membaca novel antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan metode group investigation dengan
pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan penggunaan metode group investigation terhadap
kemampuan membaca novel pada siswa SMP tersebut. Penelitian ini menekankan
bahwa penggunaan metode group investigation efektif dalam peningkatan
kemampuan membaca siswa.
2. Juwaini (2010) Penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bangkal 01
Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa metode
group investigation mempunyai nilai positif dalam upaya meningkatkan
kemampuan membaca.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya aktivitas belajar yang
efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
pembelajaran kooperatif model Group Investigation. Hal ini dapat terlihat
dari peningkatan aktifitas siswa pada siklus III. Dengan diterapkannya
pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) kemampuan
membaca pemahaman siswa meningkat, baik peningkatan jumlah
ketuntasan belajar siswa maupun peningkatan reratanya. Sedangkan nilai
reratanya meningkat dari sebelum dilaksanakan tindakan dengan setelah
diadakan tindakan. Peningkatan nilai tersebut telah memenuhi batas
kriteria ketuntan minimal (KKM) yang ditetapkan.
3. Fitriana (2010) Pengaruh Metode Cooperative Tipe Group Investigation
(GI) dan STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari
Kemandirian Belajar Siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: (1) Efektifitas metode cooperative dengan metode group
investigation (GI) dan metodeSTAD terhadap prestasi belajar geometri. (2)
Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar
tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah (3) Adanya
interaksi antara metodecooperative dengan kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika
siswa dengan metode cooperative tipe GI lebih baik dari pada metode
cooperative tipe STAD (2) Prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara metode cooperative dengan
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada
pokok bahasan bangun ruang sisi datar.
4. Wulandari (2010) Efektivitas Penggunaan Metode Group Investigation
dan Brainstorming terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Laweyan pada Pokok Bahasan Sifat-
sifat Bangun Datar Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui : (1) keefektifan penggunaan metode group
investigation dan metode brainstorming, (2) perbedaan prestasi belajar
antara siswa dengan aktivitas tinggi, sedang dan rendah, (3) apakah
efektifitas metode pembelajaran tergantung pada aktivitas belajar siswa
dan apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan aktivitas
tinggi, sedang, dan rendah pada tiap metode pembelajaran.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar
matematika siswa pada pembelajaran dengan group investigation lebih
baik dibandingkan dengan brainstorming, (2) siswa dengan aktivitas tinggi
mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan aktivitas
sedang maupun rendah, dan siswa dengan aktivitas sedang mempunyai
prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah, (3.a)
siswa dengan aktivitas tinggi dan rendah mempunyai prestasi yang sama
pada pembelajaran dengan group investigation maupun dengan
brainstorming, sedangkan siswa dengan aktivitas sedang mempunyai
prestasi yang lebih baik pada pembelajaran dengan group investigation
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
daripada dengan brainstorming, (3.b) pada pembelajaran group
investigation, siswa dengan aktivitas tinggi dan sedang mempunyai
prestasi yang sama sedangkan siswa dengan aktivitas tinggi maupun
sedang prestasinya lebih baik daripada siswa dengan aktivitas rendah.
Sedangkan pada pembelajaran brainstorming, siswa dengan aktivitas
tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa dengan aktivitas
sedang maupun rendah dan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang
maupun rendah mempunyai prestasi belajar yang sama.
5. Windiatmojo (2012) Pengaruh Metode Kooperatif Tipe Group Investigation
(GI) terhadap Hasil Belajara Biologi ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA
Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh
metodegroup investigation terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2)
Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3) Pengaruh
interaksi metodegroup investigation dan gaya belajar terhadap hasil belajar
kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI IPA tahun pelajaran
2011/2012.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) metode
group investigation berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 2)
gaya belajar tidak berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif biologi; 3)
interaksi antara metodedengan gaya belajar tidak berpengaruh terhadap
hasil belajar kognitif biologi siswa SMA Negeri 5 Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012.
6. Muliasari (2014) Ragam Kesalahan dalam Teks Laporan Hasil Observasi
Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang Tahun Pelajaran 2013/2014. Teks
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
laporan hasil observasi adalah teks yang menyampaikan informasi tentang
sesuatu secara apa adanya sebagai hasil pengamatan dan analisis secara
sistematis. Pengajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII tahun pelajaran
2013/2014 menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 baru
diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 sehingga belum ada penelitian
yang meneliti tentang teks laporan hasil observasi. Identifikasi kesalahan
dalam teks laporan hasil observasi siswa ini diharapkan mampu
memberikan pembelajaran positif bagi siswa, khususnya dalam hal
menulis.
Permasalahan dalam penelitian ini ada empat, yaitu (1) ragam
kesalahan dalam struktur isi teks laporan hasil observasi, (2) ragam
kesalahan dalam penggunaan diksi teks laporan hasil observasi, (3) ragam
kesalahan dalam pengembangan kalimat teks laporan hasil observasi, dan
(4) ragam kesalahan dalam ejaan teks laporan hasil observasi. Keempat
rumusan tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
ragam kesalahan siswa dalam menulis teks laporan hasil observasi.
Setelah teks laporan siswa dianalisis, diperoleh paparan mengenai
ragam kesalahan dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN
3 Malang Tahun Pelajaran 2013/2014 berdasarkan permasalahan yang
telah dirumuskan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukukan adalah (1)
dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang
terdapat tiga jenis kesalahan pengembangan struktur isi teks, yaitu
kesalahan dalam mengembangkan judul, kesalahan dalam klasifikasi
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
umum, dan kesalahan dalam deskripsi; (2) dalam teks laporan hasil
observasi siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat empat jenis kesalahan
penggunaan diksi, yaitu penggunaan diksi tidak memiliki kesejajaran
bentuk, penggunaan diksi tidak sesuai dengan topik, penggunaan diksi
tidak sesuai dengan makna, dan penggunaan diksi tidak sesuai dengan
struktur kalimat; (3) dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas VII
SMPN 3 Malang terdapat lima jenis kesalahan pengembangan kalimat,
yaitu penggunaan kalimat tidak lengkap, penggunaan kalimat tidak logis,
penggunaan kalimat tidak hemat, penggunaan kalimat rancu, dan
penggunaan kalimat ambigu; dan (4) dalam teks laporan hasil observasi
siswa kelas VII SMPN 3 Malang terdapat delapan jenis kesalahan dalam
menggunakan ejaan, yaitu kesalahan penggunaan tanda titik, tanda koma,
tanda hubung, tanda seru, tanda kurung, huruf kapital, awalan, dan
preposisi.
Dari beberapa penelitian yang telah dikemukakan tersebut, penelitian
yang telah dilakukan mempunyai perbedaan yaitu untuk waktu dan tempat
penelitian, serta subjek penelitian yang dilibatkan. Selain itu, penggunaan
metode group investigation ini juga hanya diterapkan dalam pembelajaran
menulis teks laporan hasil observasi. Penggunaan metode group
investigation pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya ternyata
efektif dan dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar maka perlu dipilih metode
yang tepat dan efektif. Mengacu pada penelitian yang telah diuraikan di
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
atas maka metode group investigation sebagai salah satu alternatif
pilihannya. Metode ini digunakan pada pembelajaran menulis teks hasil
observasi karena selama ini kemampuan siswa dalam pembelajaran
tersebut hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itulah diharapkan
dengan penggunaan metode yang tepat maka motivasi dan hasil
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti hingga saat ini
pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 3 Purbalingga masih
didominasi pembelajaran konvensional, di mana aktivitas pembelajaran masih
didominasi oleh kegiatan klasikal dan peran guru sangat besar. Untuk
menunjang kompetensi siswa maka diperlukan pengalaman siswa untuk
dapat mengetahui secara langsung interaksi yang terjadi pada kegiatan
menulis teks laporan hasil observasi. Siswa dapat secara langsung mengetahui
dan mengamati kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan menulis teks
laporan hasil observasi. Akibat yang dirasakan adalah suasana kelas yang
monoton, pasif dan terasa membosankan. Hasil dari pengamatan peneliti
bahwa motivasi belajar siswa yang rendah, pada akhirnya hasil belajarnyapun
rendah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, metode group investigation
menjadi pilihan alternatif untuk mengatasinya. Metode ini dipilih karena
karakteristik pembelajarannya yang memberikan peran lebih besar ke siswa,
sementara guru hanya menjadi motivator dan fasilitator. Selain itu, model
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
group investigation dipilih karena model ini kegiatan belajarnya lebih
terfokus pada kelompok–kelompok kecil yang dinamis. Hal ini dipandang
sesuai dengan karakteristik standar kompetensi menulis teks laporan hasil
observasi yang lebih memerlukan ketrampilan siswa dalam melakukan
pengamatan dan dapat menganalisa kenyataan yang terjadi dalam kelompok
sosial yang berkembang secara umum.
Berdasarkan uraian di atas, maka metode group investigation dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa apabila dilaksanakan dengan langkah-
langkah yang efisien. Meningkatnya motivasi belajar ini pada akhirnya juga
akan meningkatkan kemampuan hasil menulis teks laporan hasil observasi.
Secara skematis kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada anggapan dasar maka rumusan hipotesis yang
diajukan adalah :
1. Metode group investigation efektif dalam meningkatkan motivasi
belajar menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X SMK
Negeri 3 Purbalingga.
Penerapan Model Group Investigation
Motivasi Belajar
Kemampuan menulis teks laporan hasil observasi.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015
2. Metode group investigation efektif dalam meningkatkan kemampuan
menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X SMK Negeri 3
Purbalingga.
Efektivitas Metode Group..., Juwani, Program Pascarjana UMP, 2015