bab ii kajian teoretik a. deskripsi konseptual 1. sikap tanggung jawab a hakikat...
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Sikap Tanggung Jawab
a. Hakikat Sikap
Beberapa ahli memberikan definisi tentang pengertian sikap,
diantaranya sebagai berikut.
Allport yang dikutip oleh Azwar (2013: 5) mendefinisikan sikap
sebagai kesiapan bereaksi terhadap sesuatu objek dengan cara-cara
tertentu. Kesiapan yang dimaksudkan sebagai kecenderungan potensial
untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki respon. Selanjutnya Azwar (2013: 7) mengungkapkan
berbagai pendapat dari para ahli tentang definisi sikap yang dikemukakan
oleh beberapa kelompok pemikir. Pertama, kerangka pemikiran ahli
psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Ossgood,
menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kelompok pemikiran
kedua, diwakili oleh para ahli tokoh terkenal di bidang psikologi sosial
dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan
Gordon Allport, menurut pemikiran kelompok kedua ini sikap
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
12
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu
Sejalan dengan pandangan kelompok pemikir kedua LaPierree
dalam Azwar, (2013: 6) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap
adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada
skema triadik (triadic scheme). Menurut pemikiran kelompok ketiga,
sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek.
Depdikbud (1995: 938) mengartikan sikap sebagai suatu perbuatan
dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau
keyakinan). Sikap merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, dan
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta
menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan
(Slameto, 2010: 188), sedangkan Gerungan (2004: 161) berpendapat
bahwa manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun sikap
perasaan tertentu, tetapi sikap tersebut dibentuk sepanjang
perkembangannya. Hal tersebut menunjukkan adanya pengulangan
pengalaman yang dialami seseorang dalam masa perkembangannya
sehingga membentuk sikap tertentu. Bimo Walgito (2010: 180)
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
13
menyatakan bahwa sikap seseorang merupakan sesuatu yang tidak
dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajarai, seperti dari orang tua,
orang-orang sekitarnya, atau dari masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak
secara khas terhadap suatu objek, sehingga dapat dikatakan sikap
menentukan tingkah laku seseorang terhadap suatu objek tertentu.
b. Struktur Sikap
Azwar (2013: 23) pada hakekatnya menjelaskan bahwa sikap
dilihat dari strukturnya itu terdiri dari tiga aspek yang saling menunjang.
Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.
1). Aspek kognitif yang meliputi persepsi, kepercayaan, dan setereotip
yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Aspek kognitif seringkali
disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut
masalah isu atau masalah yang kontroversial. Opini merupakan
pernyataan sikap yang sangat spesifik, didasari oleh sikap yang sudah
mapan dan bersifat situasional dan temporer, artinya opini atau
pendapat dalam masalah ini bersifat situasional dan lebih mudah
berubah sesuai dengan kondisinya.
2). Aspek afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap
dan perasaan menyangkut masalah emosional. Reaksi emosional
terhadap suatu objek dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
14
percayai sebagai suatu kebenaran dan berlaku bagi objek yang
dimaksud.
3). Aspek perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap
menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada pada diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Artinya
seseorang berperilaku dalam situasi tertentu dan stimulus tertentu
akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaan terhadap
stimulus tersebut. Maka dikatakan bahwa sikap seseorang akan
tercermin dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.
Hal senada juga disampaikan oleh Triandis (1971) dalam
Slameto (2010: 188) bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap
selalu berkenaan dengan suatu objek dan disertai dengan perasaan positif
atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap objek yang bernilai
dalam pandangannya, dan akan bersikap negatif terhadap objek yang
dianggapnya tidak bernilai atau yang merugikan.
Sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, antara lain
melalui (1) pengalaman yang berulang-ulang atau pengalaman yang
disertai perasaan yang mendalam; (2) imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa
disengaja dan dapat pula disengaja; (3) sugesti, seseorang membentuk
suatu sikap karena pengaruh yang datang dari seseorang atau yang
mempunyai wibawa dalam pandangannya; (4) identifikasi, seseorang
meniru orang lain didasari suatu keterikatan emosional sifatnya, berusaha
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
15
menyamai, identifikasi seperti ini terjadi antara anak dengan ayah, siswa
dengan guru (Slameto, 2010: 189-190).
Dari beberapa uraian jelaslah bahwa aspek afektif pada diri
siswa besar peranannya dalam pendidikan. Pengukuran terhadap aspek ini
sangat berguna dan kita harus memanfaatkan pengetahuan kita mengenai
karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
c. Ciri-Ciri Sikap
Gerungan (2004: 163-164) menyatakan bahwa sikap memiliki ciri-
ciri yang khas. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut.
1). Sikap bukan dibawa sejak dilahirkan, melainkan dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari
interaksi sosial. Dalam interaksi tersebut terjadi hubungan saling
mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi
hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku
masing-masing individu sebagai bagian dari masyarakat. Dalam
interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu
terhadap suatu objek.
2). Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari, atau
sebaliknya orang dapat mempelajari sikap. Sikap seseorang dapat
berubah pada keadaan dan syarat tertentu, artinya pembentukan sikap
senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan
dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok terjadi
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
16
hubungan saling mempengaruhi antar individu satu dengan individu
lain yang dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru
bagi individu.
3). Sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi
tertentu terhadap objek. Maksudnya sikap akan muncul bila ada
objek, karena sikap adalah kesiapan atau kecenderungan seseorang
untuk bertindak secara khas terhadap suatu objek. Sehingga sikap
dapat menentukan tingkah laku seseorang terhadap suatu objek
tertentu.
4). Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu.
5). Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
Berdasarkan ciri-ciri sikap tersebut di atas dapat diketahui bahwa
sikap seseorang erat hubungannya dengan lingkungannya. Sikap
merupakan sebuah bentuk reaksi seseorang terhadap lingkungannya.
Sikap selalu mengalami perubahan. Pengetahuan yang diperoleh
individu sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya akan
membentuk sikap apabila pengetahuan yang dimiliki individu tersebut
sudah disertai dengan kesiapan untuk bertindak.
Gerungan (2004: 166-167) lebih lanjut mengatakan bahwa
pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi dengan
manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam
kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah atau membentuk
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
17
sikap yang baru. Interaksi di luar kelompok adalah interaksi dengan hasil
kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui media komunikasi
seperti televisi, surat kabar dan sebagainya. Kondisi anak yang masih
dalam proses perkembangan baik fisik maupun mentalnya, menjadikan
proses pembentukan dan perubahan sikap pada anak tersebut senantiasa
terjadi.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan dan
perubahan sikap adalah faktor interen di dalam diri pribadi manusia
seperti selektivitasnya sendiri, daya pilihnya atau perhatiannya untuk
menerima dan mengolah pengaruh yang datang dari luar dirinya. Sesuatu
yang dilihat, di dengar dan dirasakan memberikan reaksi yang
menimbulkan perhatian terhadap sesuatu. Selektivitas dalam diri
seseorang terhadap suatu objek di luar dirinya merupakan sikap alamiah
karena tidak mungkin seseorang dapat memberikan perhatian terhadap
seluruh objek di luar dirinya. Dengan demikian, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan dan perubahan sikap terdiri atas
faktor interen dan faktor eksteren.
Sherif dalam Gerungan (2004: 168-169) menyatakan bahwa faktor
eksteren yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perubahan
sikap dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain.
1). Di dalam interaksi kelompok, terdapat hubungan timbal balik yang
langsung antar manusia.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
18
2). Di dalam komunikasi, terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan)
langsung dari satu pihak saja.
Komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan lingkungannya,
akan memberikan peningkatan pengetahuan atau pemahaman terhadap
apa yang ada di luar dirinya. Melalui komunikasi, seseorang berusaha
mengerti dan memahami apa yang dilihat, di dengar dan dirasakannya.
Pembentukan dan perubahan sikap pada anak senantiasa
berlangsung. Proses perubahan dan pembentukan terjadi dalam waktu
yang bersamaan, di mana pada saat proses perubahan sikap juga terjadi
proses pembentukan. Dengan demikian proses perubahan dan
pembentukan tidak terjadi secara terpisah dan berdiri sendiri-sendiri.
Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap,
Slameto (2010: 191) antara lain dengan (1) mengubah komponen
kognitif dari sikap yang bersangkutan dengan cara memberi informasi
baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas;
(2) mengadakan kontak langsung dengan objek sikap, dengan cara ini
komponen afektif turut dirangsang; (3) memaksa orang menampilkan
tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap yang sudah ada, hal
ini dapat tejadi dengan adanya kekuatan hukum.
e. Konsep Tanggung Jawab dalam Belajar
Pengertian tanggung jawab menurut Tirtarahardja dan Sulo
(2005: 8) adalah sebagai keberanian untuk menentukan suatu perbuatan
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, karena itu perbuatan tersebut
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
19
dilakukan sehingga sanksi apa pun yang dituntut (oleh kata hati,
masyarakat, dan norma-norma agama) diterima dengan penuh kesadaran
dan keihlasan. Pendapat lain dikemukan oleh Zubaedi (2011: 78)
tanggung jawab (responsibility) maksudnya mampu
mempertanggungjawabkan serta memiliki perasaan untuk memenuhi
tugas dengan dapat dipercaya, mandiri, dan berkomitmen, sedangkan
Astuti ( 2005: 17) menyatakan bahwa tanggung jawab adalah perilaku
yang menentukan bagaimana kita bereaksi terhadap situasi hari, yang
memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral.
Hasil kajian empirik Pusat Kurikulum, tanggung jawab termasuk
salah satu dari 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya
dan pendidikan nasional yang telah teridentifikasi sebagai pembentuk
karakter (Samani dan Hariyanto, 2012: 52).
Nilai-nilai dalam Kurikulum Pendidikan Karakter Sekolah Dasar
menurut Character Counts (Six Pillars of Character Education) adalah
amanah, menghormati/menghargai, penuh tanggung jawab, adil dan
jujur/sportif, peduli. Orang yang bertanggung jawab adalah (1) orang
yang dapat diandalkan, jika sepakat untuk mengerjakan sesuatu langsung
dikerjakan, (2) menjalankan urusan dengan baik, (3) bertanggung jawab
pada apa yang dilakukan, tidak menyalahkan orang lain, (4) berpikir
sebelum bertindak dan berpikir apa akibat dari perbuatan yang dilakukan
(Samani dan Hariyanto, 2012: 55-56)
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
20
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tanggung
jawab merupakan potensi manusia yang telah Tuhan titipkan dalam diri
manusia. Bentuk tanggung jawab inipun diikuti dengan sikap penuh
kerelaan diri dalam menerima sanksi dengan penuh sadar apabila
melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Jadi
tanggung jawab merupakan sebuah kemampuan seorang manusia dalam
melaksanakan amanah yang telah ditugaskan dengan penuh kesadaran.
Bentuk tanggung jawab tercermin dengan terlebih dahulu adanya sebuah
stimulus atau pemberi sebuah tugas kepada manusia untuk
dilaksanakan. Kemampuan manusia dalam melaksanakan tugas itulah
yang disebut tanggung jawab.
Pengertian tanggung jawab dalam penelitian ini adalah sikap siswa
yang dengan penuh kerelaan melakukan tugas yang diberikan oleh guru
dalam konteks pembelajaran menulis karangan narasi. Sehingga
tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran menulis karangan
narasi inilah yang menjadi aspek penelitian.
f. Jenis-Jenis Tanggung Jawab
Tirtorahardjo (2005: 8) membedakan tanggunng jawab berdasarkan
wujudnya (1) tanggung jawab kepada diri sendiri; (2) tanggung jawab
kepada masyarakat; (3) tanggung jawab kepada Tuhan. Berikut
penjelasan ketiga jenis tanggung jawab berdasarkan wujudnya.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
21
1). Tanggung jawab kepada diri sendiri.
Hakikat manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai
kepribadian yang utuh dalam bertingkah laku, dalam menentukan
perasaan, dalam menentukan keinginannya, dan dalam menuntut hak-
haknya. Namun sebagai individu yang baik maka harus berani
menanggung tuntutan kata hati, misalnya dengan bentuk penyesalan
yang mendalam.
2). Tanggung jawab kepada masyarakat
Manusia di samping sebagai makhluk individu, juga sebagai
makhluk sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, dan tidak
dapat hidup sendiri. Oleh karena itu manusia dalam berpikir,
bertindak, berbicara, dan semua aktivitasnya, manusia terikat oleh
masyarakat, lingkungan dan negara. Selain itu, segala tingkah laku
ataupun perbuatan harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Tanggung jawab kepada masyarakat juga menanggung tuntutan-
tuntutan berupa sanksi-sanksi dan norma-norma sosial.
3). Tanggung jawab kepada Tuhan
Manusia ada di dunia ini adalah ciptaan Tuhan. Sebagai makhluk
ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepadanya dan juga
menanggung tuntutan norma-norma agama serta melakukan
kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai bentuk perilaku
tanggung jawab kepada Tuhan, yakni merasa berdosa dan terkutuk.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
22
Berdasarkan penjelasan tentang tanggung jawab, maka tanggung
jawab siswa termasuk dalam jenis tanggung jawab kepada diri sendiri,
artinya siswa tersebut harus dapat menanggung kata hatinya untuk
bersedia melakukan kewajibannya sebagai siswa yaitu belajar. Siswa
harus dapat berkomitmen untuk membiasakan diri dalam belajar
dengan baik dan disiplin.
g. Ciri-Ciri Sikap Tanggung Jawab
Samani dan Hariyanto (2012: 51) mengungkapkan bahwa
tanggung jawab meliputi melakukan tugas dengan sepenuh hati,
bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai
prestasi terbaik (giving the best), mampu mengontrol diri dan
mengatasi stres, berdisiplin diri, akuntabel terhadap pilihan, dan
keputusan yang diambil. Tanggung jawab juga ditandai dengan
adanya sikap rasa memiliki, disiplin, dan empati. Rasa memiliki
maksudnya seseorang itu mempunyai kesadaran akan memiliki
tanggung jawab yang harus dilakukan; disiplin berarti seseorang itu
bertindak yang menunjukkan perilaku yang tertib dan patuh pada
berbagai peraturan; dan empati berarti seseorang itu mampu
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan dan pikiran yang
sama dengan orang atau kelompok lain dan tidak merasa terbebani
akan tanggung jawabnya (Zubaedi, 2013: 40).
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka indikator dari sikap tanggung
jawab dalam metode pembelajaran kooperatif jigsaw dalam kaitannya
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
23
menulis karangan narasi antara lain: (1) melaksanakan tugas yang
diberikan guru sampai tuntas; (2) tidak merasa terbebani dalam
melaksanakan tugas menulis karangan narasi; (3) dapat memberikan
alasan mengapa memilih judul yang ditulisnya; (4) melaksanakan
tugas mandiri maupun kelompok dengan senang hati; (5) ketika
belajar kelompok dapat membuat keputusan yang berbeda dari teman
kelompoknya; (6) menghormati dan menghargai skenario
pembelajaran; (7) mempunyai minat dalam menulis karangan narasi;
(8) dapat konsentrasi dalam setiap suasana belajar.
Penjelasan delapan indikator tersebut di atas sebagai berikut.
1). Melaksanakan tugas yang diberikan guru sampai tuntas.
Dalam sebuah pembelajaran guru senantiasa memberikan tugas
yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Siswa yang memiliki sikap tanggung jawab senantiasa akan
menyelesaikan tugas yang diberikan guru yang berkaitan dengan
pembelajara sampai selesai.
2). Tidak merasa terbebani dalam melaksanakan tugas menulis karangan
narasi.
Siswa dalam melaksanakan tugas menulis karangan narasi merasa
senang, enjoy, tidak terbersit beban di benaknya, dan benar-benar
memiliki tanggung jawab dalam dalam melaksanakan tugas. Artinya
keseriusan, semangat dan disiplin dalam melaksanakan tugas akan
terlihat dari sikap siswa yang bertanggung jawab.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
24
3). Dapat memberikan alasan mengapa memilih judul yang ditulisnya
Siswa dapat mengutarakan alasan kepada guru maupun temannya
mengapa memilih judul yang ditulisnya dengan benar, tidak ragu-
ragu, dan mantap.
4). Melaksanakan tugas mandiri maupun kelompok dengan senang hati.
Siswa dalam melaksanakan tugas pribadi maupun tugas secara
kelompok merasa senang, enjoy, tidak terbersit beban di benakknya,
sehingga semua tugas yang diberikan guru diselesaikan dengan penuh
tanggung jawab.
5). Menghormati dan menghargai skenario pembelajaran.
Sebuah pembelajaran telah dirancang oleh guru sedemikian rupa
supaya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang memiliki
tentunya akan mengikuti langkah-langkah pembelajaran sebagaimana
yang telah disampaikan oleh guru.
6). Ketika belajar kelompok dapat membuat keputusan yang berbeda dari
teman kelompoknya.
Sikap tanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru akan
terlihat dari cara pandang siswa terhadap materi pelajaran yang
menunjukkan antusiasmenya dengan cara berani mengemukakan
pendapat yang berbeda dengan siswa lain dalam kelompoknya
7). Dapat konsentrasi dalam setiap suasana belajar.
Sikap tanggung jawab dapat tercermin dari cara siswa belajar yang
mampu berkonsentrasi dengan suasana belajar. Konsentrasi ini tadak
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
25
akan dapat timbul tanpa disadari oleh siswa akan makna pembelajaran
yang harus dilaksanakan sehingga siswa tersebut terlihat memiliki
sikap tanggung jawab.
8). Mempunyai minat dalam menulis karangan narasi.
Bertanggung jawab atas tugas yang diembannya tentunya akan
melaksanakan tugas dengan baik, penuh semangat, dan mempunyai
pandangan tersendiri yang disertai alasan yang tepat. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa tersebut mempunyai minat terhadap
pembelajaran. Sehingga mencerminkan sikap tanggung jawabnya.
2. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
anak, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen, Majid
(2014: 174). Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang bersruktur. Pembelajaran kooperatif
pada hakekatnya sama dengan belajar kelompok, meskipun tidak semua
belajar kelompok disebut sebagai cooperative learning. Seperti yang
dikemukaan oleh Abdulhak dalam Majid (2014: 174) “pembelajaran
kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta didik,
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
26
sendiri”. Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang
berusaha memanfaatkan teman sejawat atau siswa lain sebagai sumber
belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lainnya Wena
(2009: 190). Cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari
dua orang atau lebih, dan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperatif learning
juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana
kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo,
2008: 4).
Slavin berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk memahami
konsep yang difasilitasi oleh guru. Metode pembelajaran kooperatif adalah
metode pembelajaran dengan seting kelompok-kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa
bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial
dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan
menjadi sumber bagi teman yang lain. Pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan kelompok yang menekankan pada keterlibatan semua anggota
kelompok dalam merampungkan tugas kelompok; dapat membantu siswa
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
27
menggunakan pengetahuan awalnya dan belajar dari pengetahuan awal
temannya (Santosa, 2010: 127).
Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dalam
mengerjakan tugas-tugas terstruktur yang diberikan oleh guru secara
kelompok dan masing-masing anggota memberikan konstribusi untuk
mewujudkan pemahaman bersama.
Ada beberapa karakteristik dalam pembelajaran kooperatif, antara
lain yang dikemukakan oleh Majid (2014: 176) ciri atau karakteristik
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) Siswa bekerja dalam
kelompok untuk menuntaskan materi belajar; (2). Kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen);
(3). Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis kelamin yang berbeda; (4). Penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok daripada individu. Sanjaya (2010: 244) berpendapat bahwa
karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
(1). Pembelajaran secara tim; (2). Di dasarkan pada manajemen kooperatif;
(3). Kemauan untuk bekerja sama; (4). Keterampilan bekerja sama.
Pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut
Siahan (2005: 2) ada lima unsur dalam proses pembelajaran kooperatif
yaitu: (1). saling ketergantungan yang positif; (2). interaksi berhadapan;
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
28
(3). tanggung jawab individu; (4). keterampilan sosial; (5). terjadinya
proses dalam kelompok. Sementara Johnson dan Johnson dalam Samani
dan Hariyanto (2012: 164) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
meliputi sejumlah unsur (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung
jawab individu; (3) interaksi tatap muka; (4) penerapan keterampilan
kolaboratif, dan (5) proses kelompok. Felder dan Brent yang
mengembangkan model yang berasal dari David Johnson dan Roger
Johnson menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bukan semata-mata
sinonim dari siswa bekerja sama dalam kelompok, suatu pembelajaran
hanya dapat disebut sebagai pembelajaran kooperatif jika kelima unsur
yang disebut di atas hadir dalam pembelajaran (Samani dan Hariyanto:
164-165). Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Siahan
dengan pendapat Johnson dan Johnson ada kesamaannya bahwa dalam
pembelajaran kooperatif adanya unsur saling ketergantungan positif,
adanya tanggung jawab individu, dan proses kelompok.
George Jacobs dalam Samani dan Hariyanto (2012: 161-162)
bersepakat ada delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif yaitu: (1) pembentukan kelompok harus heterogen, maksudnya
pembentukan dalam pembentukan kelompok harus bervariasi baik dari
jenis kelamin, kecakapan, kelas sosial dll; (2) perlu keterampilan
kolaboratif, siswa mampu berargumen, bertoleransi, tidak menang sendiri;
(3) otonomi kelompok, siswa didorong untuk mencari jawaban sendiri,
tidak tergantung pada guru; (4) interaksi simultan, masing-masing
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
29
beraktivitas menuju tujuan bersama; (5) partisipasi yang adil dan setara,
tidak ada peserta yang mendominasi; (6) tanggung jawab individu, setiap
siswa harus belajar dan saling berbagi pengetahuan; (7) ketergantungan
positif, setiap siswa harus berpedoman satu untuk semua dan semua untuk
satu; (8) kerja sama sebagai nilai karakter, kerja sama tidak hanya sebagai
cara untuk belajar,tetapi juga sebagai bagian dari isi pembelajaran.
Berdasar berbagai hasil penelitian serta fakta empiris di lapangan,
pembelajaran kooperatif ternyata telah mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa dalam hal antara lain memberi kesempatan saling
berbagi informasi kognitif, memberi motivasi kepada siswa, meyakinkan
siswa untuk membangun pengetahuannya, mendapat masukan informatif,
mengembangkan keterampilan sosial kelompok, meningkatkan interaksi
positif antar anggota, meningkatkan daya ingat karena siswa terlibat
langsung mengajar siswa lain, dan mengembangkan karakter positif para
siswa misalnya kemandirian, berani mengemukakan pendapat, tanggung
jawab dan sebagainya. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
(1). Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi
nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama; (2). Memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang
kemampuan akademik, suku, agama dan status atau tingkat siswa;
(3). Mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam kerja kelompok,
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
30
dalam berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, dan lain
sebagainya (Depdiknas).
Pembelajaran kooperatif akan menciptakan suasana aktif dan kreatif.
Dikatakan aktif karena peserta didik harus dapat bekerja sama dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Setiap peserta didik dalam
kelompok harus bersikap kooperatif terhadap sesama anggota kelompoknya.
Pembiasaan pola belajar di atas dapat mengikis sifat negatif siswa dalam
proses pembelajaran selama ini. Dikatakan kreatif karena peserta didik harus
dapat memecahkan masalah yang timbul, baik terhadap materi pelajaran
maupun masalah perbedaan cara menyelesaikan berkaitan dengan kompetensi
individual. Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana peserta didik dapat
bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama.
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
keterampilan kerja sama dan kolaborasi pada siswa. Keterampilan ini akan
dirasakan manfaatnya saat siswa terjun ke masyarakat kelak.
b. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Metode pembelajaran kooperatif jigsaw dilandasi oleh teori
konstruktivisme, yakni pembelajaran untuk mencari jalan pemecahan terhadap
masalah-masalah yang komplek. Metode kooperatif jigsaw pertama kali
dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas,
kemudian diadaptasi oleh Sleven dkk di Universitas Jhon Hopkins ( Malik,
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
31
2014: 182). Metode ini memiliki dua versi, jigsaw orisinal dan jigsaw II
(Slavin, 2009).
Majid (2014: 182) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw
adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil yang heterogen. Metode
pembelajaran kooperatif jigsaw termasuk metode pembelajaran PAIKEM
yang diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru dapat
ditulis di papan tulis atau melalui penayangan power poin, selanjutnya dibagi
kelompok-kelompok kecil dan disebut kelompok asal. Kelompok asal tersebut
diberi materi tekstual, dan masing-masing kelompok harus bertanggung jawab
pada tugasnya. Sesi berikutnya membentuk expert teams (kelompok ahli) yang
diberi kesempatan untuk berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ini
diharapkan mereka memahami topik sebagai pengetahuan yang utuh. Setelah
diskusi kelompok ahli kembali ke kelompok asal berdiskusi dan merefleksi
hasil dari diskusi di kelompok ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri perlu
dilakukan diskusi kelas. Selanjutnya guru menurut pembelajaran dengan
memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari (Suprijono, 2013: 89)
Pembelajaran dengan metode jigsaw dikenal juga dengan pembelajaran
kooperatif para ahli, karena anggota pada setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda, tetapi permasalahan yang dihadapi setiap
kelompok sama, sehingga disebut sebagai tim ahli dan bertugas membahas
permasalahan yang dihadapi. Hasil pembahasan tersebut dibawa ke kelompok
asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya (Rusman, 2008: 205).
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
32
Metode kooperatif jigsaw diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan
dengan keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Di dalam
metode kooperatif jigsaw guru harus memperhatikan dan memahami
kemampuan dan pengalaman siswa agar materi pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Guru harus memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Jika
tugas yang dikerjakan cukup sulit guru membentuk kelompok ahli. Setiap
anggota yang mendapat bagian atau subtopik yang sama berkumpul dengan
anggota dari kelompok-kelompok yang mendapat bagian atau subtopik
tersebut. Kemudian masing-masing anggota dari kelompok ahli ke
kelompoknya yang semula untuk menjelaskan apa yang baru dipelajari dari
kelompok ahli kepada rekan-rekan kelompoknya (Huda, 2013: 206).
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berangkat dari dasar
pemikiran getting better together yang menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif pada siswa
untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai serta
keterampilan sosial yang bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat
(Subroto, 2012). Stahl menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan model
kooperatif, mampu merangsang dan mengembangkan potensi siswa secara
optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4 sampai 6 siswa. Anggota dari berbagai kelompok yang mempelajari
topik yang sama berkumpul untuk berdiskusi dan mempelajari topik
bagiannya. Kumpulan dari siswa yang mempelajari satu topik yang sama ini
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
33
dinamakan kelompok ahli (tim ahli). Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali
ke kelompok asal untuk mengajarkan apa yang telah dipelajari dari kelompok
ahli tadi kepada anggota kelompok asal atau kelompknya sendiri. Pada
hakekatnya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengandalkan sesama
teman sekelompoknya dalam memahami materi pembelajaran. Siswa bisa
belajar dari sesama temannya dalam mempelajari suatu topik kajian. Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa yang dikirim ke kelompok
ahli, bertanggung jawab untuk mempelajari topik tertentu yang diberikan
guru dan sekaligus membelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya.
Dengan demikian siswa tersebut memiliki tanggung jawab mempelajari topik
tertentu sampai memahami yang kemudian dibelajarkan kepada teman-teman
kelompok asalnya. model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menempatkan
siswa sebagai bagian penting dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
suatu hasil yang optimal dalam belajar (Subroto, 2012).
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengembangkan suasana belajar
yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya, terbuka, rileks di
antara anggota kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh dan memberi masukan di antara mereka untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan-keterampilan yang ingin
dikembangkan dalam pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan
saling percaya sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan
dalam belajar, karena setiap saat mereka bisa melakukan diskusi, saling
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
34
membagi pengetahuan dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama
dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif jigsaw di dalamnya terdapat kelompok ahli
dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa yang terdiri
dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang yang berbeda. Guru harus terampil dan
mengetahui latar belakang siswa agar tercipta suasana yang baik bagi setiap
anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok lain dalam hal ini kelompok asal yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada
kelompok asal. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu
dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan
membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok
serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka.
Peran guru dalam hal ini adalah memfasilitasi dan memotivasi para
anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada
kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah
mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli
harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakukan
diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap
anggota pada kelompok asal. Kunci metode kooperatif jigsaw adalah
kebebasan setiap anggota terhadap anggota tim yang memberika informasi
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
35
yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan
kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan
informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Guru sebagai seorang fasilitator berperan memberikan pengarahan pada
saat diskusi, baik pada kelompok ahli maupun pada kelompok asal. Siswa
dituntut aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi dengan
arahan guru. Metode pembelajaran kooperatif jigsaw menyediakan peluang
bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menulisnya dengan
memperhatikan bakat yang dimiliki siswa. Pembelajaran kooperatif jigsaw
dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
pada siswa kelompok atas yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
Siswa yang belum dapat memecahkan permasalahan akan dibantu oleh teman
yang sudah mengerti atau yang sudah selesai pembahasannya. Dalam proses
tersebut siswa kelompok bawah akan bertambah kemampuannya karena
memperoleh pengetahuan dengan bertanya secara langsung dengan teman
yang dianggap memiliki kemampuan lebih dalam kelompoknya. Sedangkan
siswa yang membantu temannya yang mendapat kesulitan dalam
pembelajaran akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberikan
pelayanan sebagai tutor yang membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Keunggulan metode kooperatif jigsaw meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
36
kelompok yang lain, sehingga meningkatkan kerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Langkah-langkah metode kooperatif jigsaw menurut Nurhadi dan Agus
Gerrard dalam Majid (2014: 182-183) sebagai berikut.
1). Menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi;
2).Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai
penjelasan
3). Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar;
4). Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok;
5). Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar;
6). Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.
Langkah-langkah metode kooperatif jigsaw II, menurut Slavin
(2005: 238-240) adalah sebagai berikut:
1). Pilihlah satu atau dua bab wacana, atau unit lainnya. Bila siswa akan
membaca di kelas, materi yang dipilih membutuhkan waktu tidak lebih
dari setengah jam.
2). Buatlah sebuah lembar ahli untuk tiap unit. Lembar ini akan mengarahkan
siswa di mana siswa harus berkonsentrasi membaca, dan dengan
kelompok ahli yang akan membaca.
3). Buatlah kuis, tes berupa esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap
unit.
4). Gunakan skema diskusi (sebagai opsi), yang dapat mengarahkan diskusi
dalam kelompok-kelompok ahli.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
37
Guru harus terampil dalam menyelidiki latar belakang siswa
dengan memperhatikan kebersamaan dan latar belakang yang berbeda-beda
dalam satu kelompok. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah metode
kooperatif jigsaw sebagai berikut.
1). Menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi anak
2). Menjelaskan materi secara sekilas dan skenario pembelajaran.
3). Siswa dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari 6 sampai 7 anak.
4). Adanya siswa yang dijadikan tim ahli,
Ada 5 tim ahli
Pertama, ahli yang membahas tentang isi
Kedua, ahli yang membahas organisasi
Ketiga, ahli yang membahas kosakata
Keempat, ahli yang membahas tentang penggunaan bahasa
Kelima, ahli yang membahas tentang mekanik
5). Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok.
6). Hasil kerja kelompok dapat dipertanggungjawabkan dengan presentasi.
7). Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar.
8). Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa.
Dalam pelasanaannya, pembelajaran kooperatif jigsaw memiliki
kelebihan dan kekurangannya menurut Ibrahim dkk dalam Majid (2014: 185)
diantara kelebihannya adalah:
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
38
1). Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain;
2). Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan;
3). Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya;
4). Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif;
5). Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
Sedangkan kelemahannya adalah
1). Membutuhkan waktu yang lama.
2). Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan teman yang
kurang pandai, sedang siswa yang kurang pandai juga merasa minder bila
digabung dengan siswa yang pandai.
3. Kemampuan Menulis Karangan Narasi
a. Hakekat Kemampuan
Kemampuan menurut Gibson (1996: 237) menunjuk pada potensi
seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan
berhubungan dengan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan. Kemampuan ini akan tercermin dari sikap yang
diajukan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Pendapat lain mengenai kemampuan dikemukakan oleh Thoha
(2001: 93) yang menyatakan bahwa kemampuan merupakan salah satu unsur
dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pendidikan, latihan, dan pengalaman. Dengan demikian
kemampuan pada masing-masing orang dapat berbeda-beda sesuai dengan
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
39
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Kemampuan adalah
sesuatu yang sifatnya dinamis, artinya kemampuan tidak bersifat statis dan
dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu diperlukan aktivitas
tertentu yang dapat bermanfaat meningkatkan kemampuan kerja, yaitu
melalui pendidikan dan latihan.
Kemampuan atau kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir
dan bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang dimiliki.
Dalam penelitian ini kemampuan adalah potensi seseorang baik
fisik maupun mental untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.
b. Menulis Karangan Narasi
1). Hakekat Menulis
Tarigan (2008: 3) mengatakan bahwa menulis adalah suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Selanjutnya Tarigan
(2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan lambang-
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik
tersebut.
Aktifitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan
dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar
bahasa setelah kemampuan mendengarkan berbicara, dan membaca
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
40
(Iskandarwassid, 2008: 248). Kemampuan menulis dianggap sebagian
besar orang lebih sulit dikuasai bahkan penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun. Hal ini desebabkan kemampuan menulis
menghendaki berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu
sendiri yang akan menjadi isi tulisan.
Akhadiyah (1997: 13) berpendapat bahwa menulis juga merupakan
suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada
pembaca dengan lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
bersama oleh penulis dan pembaca. Dalam menulis terdapat aspek
kebahasaan yaitu penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi,
penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan paragraf,
pengolahan gagasan, dan pengembang model karangan.
Menulis merupakan media komunikasi pengungkapan pikiran, ide,
atau gagasan untuk mencapai suatu maksud tertentu Syamsuddin
(2011: 2). Hal senada disampaikan oleh Semi (2007: 14) menulis
merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam
lambing-lambang tulisan. Dalam pengertian ini, menulis memiliki tiga
aspek utama (1) adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak
dicapai; (2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan;
(3) adanya system pemindahan gagasan.
Menulis adalah merupakan suatu kegiatan penyamaan pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya (Dalman, 2015: 5). Dalam hal ini, menulis merupakan proses
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
41
penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreatifitas penulisnya
dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton dan tidak
terpusat pada satu permasalahan saja.
Mc Crimmon, dalam Slamet (2008: 96) mengatakan bahwa
menulis merupakan suatu kegiatan menggali pikiran dan perasaan
mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan
cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan
mudah dan jelas. Menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks.
Sebagaimana diungkapkan oleh Hastuti dalam Slamet, (2008: 98),
bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks
karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan
yang berkaitan dengan teknik penulisan, seperti (1) adanya kesatuan
gagasan; (2) penggunaan kalimat yang jelas dan efektif; (3) paragraf
disusun dengan baik; (4) penerapan kaidah ejaan yang benar; dan (5)
penguasaan kosakata yang memadai.
Byrne, dalam Slamet (2008: 106), menyatakan bahwa keterampilan
menulis pada hakekatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-
simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi
kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis
adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis
melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas
sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca
dengan berhasil. Keterampilan menulis mencakup berbagai kemampuan,
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
42
seperti kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat,
kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan,
kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata dan
yang lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan bentuk kegiatan menyampaikan ide, pesan, gagasan, dan
pendapat kepada orang lain melalui tulisan sehingga pesan dapat
diterima dan dipahami oleh pembaca dengan baik.
Kemampuan menulis merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap
orang untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk wujud tulis. Upaya
ini dilakukan dengan mengekspresikan kemampuan pikir untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Daya pikir akan sangat tampak dalam
menuangkan menjadi kata-kata yang mudah dipahami maksudnya.
Kemampuan yang sesungguhnya dimiliki oleh setiap orang hanya dapat
dilakukan apabila orang tersebut melakukan pembiasaan untuk menulis.
Peristiwa di dalam kehidupan sehari-hari dapat saja ditulis oleh
seseorang dengan adanya kandungan pengetahuan yang dapat dijadikan
pesan.
Kegiatan menulis banyak manfaat yang dapat dipetiknya. Manfaat
itu diantaranya dalam hal (1) peningkatan kecerdasan; (2)
pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan
keberanian; dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi. Seseorang enggan menulis karena tidak tahu
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
43
untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat dan merasa tidak tahu
bagaimana harus menulis, Graves, dalam Slamet (2008: 105).
Fungsi utama dari tulisan menurut Tarigan, (2008: 22) adalah
sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting
bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, juga dapat
menolong kita berpikir secara kritis.
2). Tahap-Tahap Pengajaran Menulis
Pengajaran mengarang menurut Braja dalam Slamet (2008: 105)
terdiri atas lima tahap, yaitu (1) mencontoh, (2) memproduksi, (3)
rekombinasi dan transformasi, (4) mengarang terpimpin, dan (5)
mengarang bebas.
Mencontoh adalah aktivitas mekanik, dalam hal ini siswa berlatih
menulis sesuai contoh. Dengan demikian pada mencontoh bukan berarti
siswa tidak belajar apa-apa, tetapi belajar bagaimana menulis sesuai
contoh dengan baik. Memproduksi adalah menulis apa yang telah
dipelajari secara lisan dan tertulis. Rekombinasi dan transformasi
adalah latihan menggabungkan beberapa karangan menjadi satu
karangan. Mengarang terpimpin adalah mengarang yang dilakukan
dengan bantuan gambar atau kerangka karangan. Mengarang bebas
adalah mengarang sebagai tahap akhir dari pengajaran mengarang
dengan memberi tugas kepada siswa untuk membuat karangan bebas,
siswa diberi kebebasan untuk menentukan tema apa yang akan
ditulisnya.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
44
Ada lima tahap dalam proses penulisan menurut Weaver, dalam
Slamet (2008: 111-116) yaitu (1) prapenulisan, (2) pembuatan draf,
(3) perevisian, (4) pengeditan, dan (5) pemublikasian.
Tahap prapenulisan, tahap ini merupakan tahap persiapan, tahap
langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan (a) menentukan
dan membatasi topik tulisan, (b) merumuskan tujuan, menentukan
bentuk kalimat dan menentukan pembaca yang akan ditujunya,
(c) memilih bahan, dan (d) menentukan generalisasi dan cara
mengorganisasi ide untuk tulisannya.
Tahap prapenulisan merupakan tahap yang amat penting dalam
kegiatan menulis. Oleh karena itu, pada tahap prapenulisan kadang
diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa
ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan
berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah atau
yang sejenisnya.
Tahap pembuatan draf, pada orientasi pembelajaran yang berpusat
pada siswa tahap pembuatan draf dimulai dengan menjabarkan ide ke
dalam tulisan. Para siswa, mula-mula mengembangkan ide atau
gagasannya dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat sehingga menjadi
sebuah wacana sementara atau draf. Adapun fokus perhatian siswa pada
tahap ini terarah pada penuangan ide-idenya secara tertulis. Di samping
itu hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek mekanis bahasa seperti
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
45
penulisan huruf kapital, tanda baca, maupun aspek mekanis lainnya juga
perlu mendapat perhatian.
Pada tahap prapenulisan belum ditentukan judul karangan, tetapi
pada akhir tahap pembuatan draf, penulis dapat menentukan judul
karangan, antara lain (a) singkat, (b) provokatif, dan (c) relevan dengan
isi. Di samping itu perlu diingat pula bahwa judul sebaiknya disusun
dalam bentuk frase bukan kalimat.
Tahap perevisian, pada tahap revisi dilakukan koreksi terhadap
seluruh karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek misalnya
struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan
ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya.
Sementara itu aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa,
ejaan, dan tanda baca. Pada tahap ini masih dimungkinkan mengubah
judul karangan apabila judul yang telah ditentukan dirasakan kurang
tepat.
Tahap revisi dalam pengajaran menulis, siswa memeriksa
rancangan tulisannya dalam segi isi untuk langkah perbaikan, meskipun
demikian pengertian revisi tidak sekedar memperbaiki rancangan tulisan,
tetapi juga menyangkut upaya memenuhi kebutuhan pembaca sehingga
tidak jarang bagian-bagian dalam rancangan sebuah tulisan perlu
ditambah, dipindahkan, dihilangkan, dan disusun kembali. Jika revisi
dilakukan oleh penulis, diperlukan tenggang waktu antara penyelesaian
dengan pelaksanaan revisi. Dengan demikian saat membaca kembali
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
46
tulisannya, penulis memiliki perspektif yang segar dan dapat
menempatkan dirinya sebagai pembaca, bukan sebagai penulis, sehingga
dapat menangkap apa yang mereka inginkan untuk ditulis. Pada saat
merevisi penulis dapat mengganti, menambah, memindahkan atau
menghilangkan bagian-bagian kalimat tertentu yang dipandang tidak
sesuai. Jika revisi dilakukan secara kelompok, maka teman satu
kelompoklah yang menjadi pembaca yang diharapkan dapat memberikan
pendapat dan respon atas rancangan tulisan.
Tahap keempat adalah pengeditan, hasil tulisan perlu dilakukan
pengeditan. Hal ini berarti siswa susah hampir menghasilkan sebuah
bentuk tulisan final. Jika pada tahap sebelumnya perbaikan diutamakan
pada segi isi, maka pada bagian ini perhatian difokuskan pada aspek
mekanis bahasa sehingga siswa dapat memperbaiki tulisannya dengan
membetulkan kesalahan penulisan kata maupun kesalahan mekanis
lainnya. Adapun tujuan kegiatan pengeditan atau penyuntingan adalah
membuat tulisan dapat dibaca secara optimal oleh pembacanya. Jika
sebuah tulisan tidak dapat dibaca berarti penulis telah melakukan hal
yang sia-sia karena ungkapan perasaannya tidak dibaca orang.
Pengeditan dilakukan oleh siswa atau penulis setelah selang beberapa
waktu setelah pembuatan draf. Pelaksanaannya adalah dengan membaca
kata per kata atau bagian per bagian sehingga dapat ditentukan
kesalahan-kesalahannya untuk diperbaiki.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
47
Tahap kelima adalah tahap publikasi. Publikasi mempunyai dua
pengertian. Pertama pulikasi berarti penyampaian karangan kepada
publik dalam bentuk cetakan, pengertian kedua menyampaikan dalam
bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan
pementasan, penceritaan, peragaan, dan pembacaan di depan kelas.
Sebelum kegiatan menulis dimulai perlu adanya rancangan sebagai
pedoman untuk menulis, sehingga akan memudahkan penulis untuk
menulis. Rancangan tulisan merupakan pedoman bagi penulis untuk
mewujudkan tulisannya. Secara terperinci rancangan tulisan dapat
membantu penulis dalam hal-hal sebagai berikut (1) untuk menyusun
karangan secara teratur, (2) memudahkan penulis menciptakan klimaks
yang berbeda-beda, (3) menghindari penggarapan sebuah topik sampai
dua kali, dan (4) memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
Slamet (2008: 23) berpendapat bahwa sebelum menulis disarankan
untuk mempersiapkan rancangan tulisan, sebab rancangan tulisan dapat
memudahkan seseorang dalam menulis. Dalam pembelajaran menulis,
agar lebih tepat maka perlu diperhatikan (1) peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
menulis; (2) guru dapat memberikan penilaian karangan siswa secara
lebih objektif dan mampu memberikan umpan balik kepada siswa
sehingga kualitas karangan siswa semakin baik; (3) meningkatkan
motivasi siswa terhadap pelajaran menulis atau mengarang (Faudy, 2005:
57-58).
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
48
Dalman (2015: 86-88) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam
menyusun karangan adalah sebagai berikut: (1) Menentukan tema, topik,
dan judul. Tema adalah pokok persoalan atau pokok permasalahan yang
mendasari suatu karangan, topik merupakan hal yang dikembangkan atau
dibahas dalam karangan, sedangkan judul kepala karangan atau nama
sebuah karangan; (2) Mengumpulkan bahan; (3) Menyeleksi bahan;
(4) Membuat kerangka karangan; (5) Mengembangkan kerangka
karangan.
3). Menulis Karangan Narasi
Kegiatan mengarang merupakan kegiatan mengungkapkan gagasan
yang ada dalam pikiran secara runtut dan menarik untuk dibaca oleh
orang lain. Pendapat tersebut dipertegas oleh Syamsuddin (2011: 2) yang
menyatakan bahwa mengarang diartikan dengan kegiatan merangkai,
menyusun secara cermat buah pikiran ke dalam bentuk tulisan yang
berurutan dan teratur tentang suatu masalah.
Kegiatan menulis dengan mengarang pada hakekatnya sama.
Hanya saja ada beberapa pendapat yang membedakan antara istilah
mengarang dengan menulis. Istilah mengarang digunakan pada penulisan
karya fiksi atau nonilmiah, sedangkan istilah menulis lebih digunakan
pada karya ilmiah atau nonfiksi (Dalman, 2015: 85).
Mengarang menurut Dalman (2015: 86) adalah proses
pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang
disampaikan melalui unsur-unsur bahasa (kata, kelompok kata, kalimat,
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
49
paragraf, dan wacana yang utuh) dalam bentuk tulisan. Menulis karangan
merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang paling
kompleks, dalam menulis karangan melibatkan seluruh kemampuan
berbahasa yang dipelajari secara teoritis dan juga melibatkan daya nalar
yang benar. Oleh karena itu mengarang pada umumnya termasuk
keterampilan yang paling sulit jika dibandingkan dengan keterampilan
berbahasa yang lain.
Para ahli mengklasifikasikan tulisan berdasarkan bentuk atau
ragamnya ada lima macam, yakni (1) narasi; (2) deskripsi; (3) eksposisi;
(4) argumentasi; dan (5) persuasi. Dalam penelitian ini peneliti hanya
membahas karangan narasi. Karena menulis karangan narasi inilah yang
menjadi bahan kajian dalam upaya peningkatan kemampuan guru dalam
pembelajaran menulis. Sehingga beberapa pengertian tentang karangan
narasi akan dibahas dalam bab ini.
Menulis narasi merupakan aktivitas yang kreatif dan cerdas.
Sebuah narasi tak lebih dari proses mental atau proses untuk memahami
kehidupan dalam bentuk pengalaman. Namun, untuk mengangkat
pengalaman dan mentransformasikan dalam bentuk bahasa menjadi
sebuah karangan dibutuhkan kreativitas. Kreativitas dalam menulis narasi
sangat terkait dengan kemampuan seseorang untuk memunculkan ide dan
gagasan dalam bentuk apapun. Pengerucutan mengenai kreativitas itu
sendiri mengarah pada penemuan baru yang tidak pernah dipikirkan oleh
orang sehingga memiliki keselarasan dalam mengkombinasi,
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
50
memecahkan masalah, dan operasional. Usaha untuk mengombinasikan
beberapa pengalaman yang ada dengan gagasan haruslah selaras dan
memberikan kesadaran baru kepada orang lain untuk menjadi lebih
kompleks. Dalam hal ini untuk menuliskan narasi dibutuhkan kreativitas
agar terjalin pengombinasian kata-kata, pemecahan masalah dalam
realita, dan operasional makna yang dapat menarik perhatian pembaca
(Akhadiah, 2000: 56)
Kegiatan menulis dapat meningkatkan potensi emosional (affektif)
sekaligus kemampuan berfikir (kognitif), dan keterampilan psikis
(psikomotorik). Kegiatan menulis juga dapat meningkatkan kemampuan
pelajar, terkait dengan ilmu-ilmu yang diserapnya dan diwacanakan
dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kegiatan untuk menggali
potensi diri dalam rangka mengembangkan intelektualitas dengan
segenap perspektif dan sudut pandang sehingga memiliki jiwa yang kritis
terhadap berbagai fenomena. Adapun ide yang ada dalam menulis akan
didapatkan dari aktifitas membaca atau diskusi bersama. Namun, yang
tidak kalah pentingnya, perlu diciptakan iklim untuk gemar menulis
terlebih dahulu.
Semi (2007: 53) menyatakan bahwa narasi merupakan tulisan yang
bertujuan menceritan kronologis peristiwa kehidupan manusia. Rusyana
(1982: 2) berpendapat bahwa karangan narasi atau kisahan memaparkan
terjadinya suatu peristiwa baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa
rekaan. Berkenaan dengan peristiwa itu dipaparkan siapa yang menjadi
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
51
pelaku, bagaimana perilakunya, di mana tempat terjadinya peristiwa itu,
kapan terjadinya, bagaimana suasana kejadiannya, bagaimana jalan
ceritanya, dan siapa juru bicaranya.
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang
telah terjadi (Keraf, 2007: 136). Sedangkan Dalman (2015: 106)
berpendapat bahwa narasi merupakan cerita yang menciptakan,
mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah
peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, dan di
dalamnya terdapat tokoh yang mengalamu konflik yang disusun secara
sistematis. Dengan demikian dapat diketahui ada beberapa hal yang
berkaitan dengan narasi yakni berbentuk cerita atau kisahan,
menonjolkan pelaku, menurut perkembangan dari waktu ke waktu, dan
disusun secara sistematis.
Ada kesamaan dari beberapa pendapat para ahli di atas sama-sama
menyatakan karangan narasi merupakan suatu kejadian atau peristiwa
menurut urutan kejadian atau urutan kronologis. Peristiwa atau kejadian
dipaparkan secara urut melalui siapa pelaku, bagaimana perilakunya, di
mana tempat terjadinya, kapan terjadinya, bagaimana jalan ceritanya, dan
siapa juru bicaranya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli maka pengertian
karangan narasi dalam penelitian ini adalah suatu bentuk karangan yang
berusaha menyampaikan serangkaian kejadian atau peristiwa secara urut
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
52
tentang suatu kejadian atau tema tertentu, sehingga dapat memenuhi
keingintahuan pembaca agar selalu bertanya apa yang terjadi.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian narasi yakni
(1) membentuk cerita atau kisahan; (2) menonjolkan pelaku; (3) menurut
perkembangan dari waktu ke waktu atau kronologis; dan (4) disusun
secara sistematis. Dari identifikasi tersebut juga dapat disimpulkan
bahwa karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu
peristiwa atau kejadian yang disusun secara sistematis dengan
menonjolkan pelaku dari waktu ke waktu. Peristiwa yang diceritakan
oleh penulis dapat dimulai dari awal hingga akhir atau mulai dari akhir
kembali ke awal, dan mungkin pula cerita diawali dari konflik.
Ciri-ciri karangan narasi menurut Keraf (2003: 136) yaitu
(1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan; (2) dirangkai dalam
urutan waktu; (3) berusaha membawa pertanyaan apa yang terjadi; dan
(4) ada konflik. Hal yang sama disampaikan oleh Hasani, (2005: 25),
Ciri-ciri karangan narasi sebagai berikut (1) berbentuk cerita tentang
manusia; (2) menonjolkan tentang pelaku; (3) terdapat perkembangan
dari waktu ke waktu; dan (4) disusun secara sistematis. Sedangkan ciri-
ciri karangan narasi menurut Semi (2007: 53) adalah (1) tulisan berisi
cerita tentang kehidupan manusia; (2) peristiwa kehidupan manusia yang
diceritakan dapat berupa kehidupan nyata, imajinasi, atau berupa
gabungan keduanya; (3) cerita itu memiliki keindahan; (4) di dalam
peristiwa itu ada konflik; (5) di dalamnya seringkali terdapat dialog
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
53
untuk menghidupkan cerita; dan (6) tulisan disajikan dengan
menggunakan cara kronologis.
Ciri-ciri yang dikembangkan olek Semi memiliki kesamaan dengan
yang disampaikan Keraf, bahwa narasi memiliki ciri-ciri berisi suatu
cerita yang menekankan pada suatu kronologis dari waktu ke waktu, dan
memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih menonjolkan pelaku,
artinya pelaku 1,2, dan 3 menjadi bagian penting yang menandai sebuah
narasi, jika tidak ada pelaku karangan tersebut kemungkinan bukan
narasi. Sementara itu, Semi cenderung menekankan bahwa narasi
memiliki dialog antar pelaku. Berkaitan dengan nilai, Semi menekankan
bahwa narasi memiliki nilai estetika sedangkan Keraf melihat bahwa
narasi harus disusun secara logis.
Dengan demikian dari perbedaan yang disampaikan oleh dua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua-duanya saling melengkapi,
sebuah konflik dapat terjadi karena ada pelaku dan dialog. Oleh karena
itu, keduanya sepaham bahwa konflik merupakan bagian yang penting
dalam sebuah karangan narasi.
Kemampuan menulis narasi dalam praktik terbagi menjadi
kemampuan menulis perasaan, kemampuan menulis imajinasi,
kemampuan menulis kenyataan, dan kemampuan menulis pengalaman.
Secara rinci adalah sebagai berikut.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
54
a). Kemampuan Menulis Perasaan
Menulis perasaan merupakan tahapan awal seseorang
memulai untuk menyukai dan menyenangi untuk menulis narasi.
Perasaan-perasaan dijalin dengan bahasa yang indah sehingga
membentuk makna. Pada tahap awal untuk dapat mengungkapkan
perasaan yang melekat pada diri seseorang menjadi bentuk narasi
tidaklah mudah. Perasaan-perasaan yang berlebihan dapat menjadikan
orang tidak konsentrasi dalam menulis. Seseorang harus mampu
dalam menuliskan antara perasaan dan keinginan
Pengungkapan perasaan tersebut merupakan bagian
kesadaran untuk menjalin diri dengan bentuk bahasa yang diungkap.
Narasi menggunakan bahasa untuk menyampaikannya. Perasaan yang
ada tidak dapat diungkapkan tanpa memiliki kosa kata. Adanya
kebiasaan untuk mengungkapkan perasaan dengan ilustrasi puitis,
akan terjalin bentuk komunikasi antara perasaan dengan pembaca
melalui bentuk tulis. Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan sadar
dan tidak terbelenggu oleh perasaan semata, tetapi ada pengendalian-
pengendalian diri agar terjalin keutuhan makna.
b). Kemampuan Menulis Imajinasi
Kemampuan menulis imajinasi merupakan kemampuan
menulis pada ruang berbayang yang terkait dengan kehidupan nyata
maupun tidak nyata. Ruang berbayang adalah baying-bayang
seseorang untuk menggambarkan apa yang ada di benaknya. Hal ini
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
55
penting untuk dilakukan karena akan mengkonstruksi dunia tersendiri
di dalam narasi. Dunia di dalam narasi menjadi hal yang penting
untuk menampilkan citra dan pandangan sehingga terbentuk realita
baru dalam bentuk kata-kata. Realitas ini dipenuhi dengan ilustrasi
yang jelas sehingga pada saat dibaca berkesan bagi pembaca.
Imajinasi akan berkembang menjadi dunia yang menarik
dalam narasi apabila menampilkan citra yang estetik. Oleh karena itu,
untuk menampilkan beberapa relasi fungsional diperlukan imajinasi
yang kuat menjadi dasar utama narasi tetap bertahan meskipun zaman
sudah berubah.
c). Kemampuan Menulis Kenyataan
Kemampuan menulis kenyataan menjadi bentuk narasi
dengan cara mencerna terhadap objek-objek yang seseorang lihat
kemudian dilukiskan dengan bahasa yang indah. Pada dasarnya, karya
sastra bermula dari realitas, yang diolah secara imajinatif. Bentuk
pengolahan antara kenyataan dan imajinatif akan membangun
kesadaran-kesadaran baru bagi pembaca.
Kenyataan yang ada pada narasi tentunya berbeda dengan
kenyataan sejarah. Kenyataan sejarah ditulis seperti kenyataan
berdasarkan peristiwa kejadian yang menyeret nama tokoh dan tahun.
Kenyataan pada narasi adalah peristiwa sehari-hari yang diungkap
secara imajinatif, oleh karena itu, narasi bukanlah cerminan
kehidupan, melainkan representasi atas realita. Narasi dapat
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
56
melampaui kenyataan itu sediri karena imajinasi dapat berkembang
jauh menerobos masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan
datang, sehingga fakta pada narasi berbeda dengan fakta sejarah yang
hanya mencatat peristiwa yang tejadi saja.
d). Kemampuan Menulis Pengalaman
Kemampuan menulis pengalaman menuntut kemampuan
seseorang untuk mengolah antara perasaan, imajinasi dan kenyataan
yang pernah dialami. Keterpaduan ini membentuk realitas fiktif yang
ditulis dengan bahasa yang singkat dan padat. Pengalaman tidak harus
yang dialami oleh diri sendiri, tetapi dapat juga merupakan
pengalaman yang dialami oleh orang lain.
4). Jenis-Jenis Karangan Narasi.
Keraf (2007: 136-138) membagi menjadi narasi ekspositoris dan
narasi sugestif. Narasi ekspositoris adalah narasi yang bertujuan untuk
memberi informasi kepada para pembaca mengenai kejadian agar
mereka tahu secara tepat. Sedangkan narasi sugestif merupakan suatu
rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang
daya khayal para pembaca.
Semi (2007: 54) juga membagi karya narasi menjadi dua jenis
narasi artistik dan narasi ekspositorik. Narasi artistik yaitu narasi yang
berbentuk karya sastra yang enak dibaca seperti novel atau cerita
pendek, sedangkan narasi ekspositori adalah narasi yang menceritakan
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
57
tentang kehidupan seseorang yang penuh dengan suka duka misalnya
cerita tentang bencana alam atau peristiwa kecelakaan. Narasi
ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk
menyampaikan informasi yang tepat tentang suatu peristiwa. Sasaran
utamanya berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah
membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris penulis menceritakan suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan
biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini
atau saat terakhir dalam kehidupannya. Narasi ekspositiris
mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan
kepada para pembaca atau pendengar. Narasi ekspositoris dapat bersifat
khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi yang
bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu
peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas
adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena itu merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Sedangkan
narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu
proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula
dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu
secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran
tentang hal tersebut.
Jenis- jenis Karangan narasi menurut Dalman (2015: 111-114) ada
dua jenis yaitu narasi ekspositoris (narasi faktual) dan narasi sugestif
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
58
(narasi artistik). Narasi ekspositoris adalah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang peristiwa dengan tujuan
memperluas pengetahuan tentang kisah seseorang. Dalam narasi
ekspositoris, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang
sebenarnya. Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk
memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat
terselubung kepada pembaca sehingga tampak seolah-olah melihat.
5). Prinsip-Prinsip Karangan Narasi.
Dalman (2015: 107-108) berpendapat bahwa dalam menulis
karangan narasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi
sebagai tumpuan berpikir bagi terpentuknya karangan narasi. Prisip-
prinsip tersebut, yaitu;
a). Alur (plot) , yaitu rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha urutan
memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. Alur dikupas
menjadi elemen-elemen sebagai berikut (1) pengenalan; (2)
timbulnya konflik; (3) konflik memuncak; (4) klimaks; dan
(5) pemecahan masalah. Namun dalam menulis narasi, seorang
penulis dapat memulai dari mana yang ia kehendaki.
b). Penokohan, yaitu menceritakan tokoh yang bergerak dalam suatu
rangkaian perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita dalam suatu
peristiwa atau kejadian.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
59
c). Latar atau setting, yaitu tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan
tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Latar dibedakan menjadi
latar waktu, latar tempat, latar fisik, dan latar suasana.
d). Titik pandang, yaitu menceritakan kedudukan pengarang atau narator
dalam sebuah karangan.
6). Langkah-Langkah Menyusun Karangan Narasi.
Menutut Dalman, (2015: 110) ada enam langkah dalam
mengembangkan karangan narasi, yaitu (a) menentukan tema dan amanat
yang akan disampaikan kepada pembaca; (b) menetapkan sasaran
pembaca; (c) merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan
ditampilkan dalam bentuk skema alur; (d) membagi peristiwa utama ke
dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir; (e) merinci peristiwa-
peristiwa utama ke dalam detai-detail peristiwa sebagai pendukung cerita
dan (f) menyusun tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandang.
Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun karangan
pada dasarnya adalah menentukan tema, topik dan judul; mengumpulkan
bahan; menyeleksi bahan; mengembangkan kerangka karangan.
Sedangkan Semi (2007: 58-61) menyatakan bila menulis narasi
perhatikan petunjuk berikut (1) pilihlah topik yang punya nilai;
(2) tulislah jaringan peristiwa dalam urutan dan kaitan yang jelas;
(3) selipkan dialogjika perlu; (4) pilih detil cerita secara secara teliti;
(5) tetapkan pusat pengisahan secara tegas.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
60
Bahasa merupakan media yang utama dalam kegiatan menulis.
Seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan unsur-
unsur dalam bahasa agar pesan yang disampaikan kepada orang lain dapat
dipahami, seperti ejaan, pilihan kata atau diksi, penguasaan kalimat efektif,
dan pengembangan paragraf. Keempat unsur bahasa tersebut memiliki
kedudukan yang amat penting dalam mendukung terciptanya tulisan yang
baik.
Ejaan adalah pelambangan fonem dengan huruf, Badudu, dalam
Slamet, (2008: 117). Selanjutnya dikatakan bahwa selain itu, dalam sistem
ejaan termasuk juga (1) ketepatan tentang bagaimana satuan-satuan
morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk dan kata berimbuhan
serta partikel-partikel tulisan, (2) ketepatan tentang bagaimana menuliskan
kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda baca seperti titik,
koma, titik koma, tanda kutip, tanda tanya, dan tanda seru.
Diksi atau penguasaan sejumlah besar kata memungkinkan
seseorang dapat menghasilkan tulisan yang baik. Kata merupakan alat
penyampai gagasan, oleh karena itu semakin banyak penguasaan kosakata
seseorang semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasai dan yang
sanggup diungkapkannya.
Penguasaan kalimat efektif merupakan salah satu faktor yang
mendukung keberhasilan seorang penulis. Kalimat efektif menurut Dalman
(2015: 21) adalah kalimat yang memiliki potensi untuk menyampaikan pesan ,
ide, gagasan, atau informasi secara utuh, jelas dan tepat, sehingga pendengar
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
61
atau pembaca dapat memahami maksud yang diungkapkan oleh penulis.
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dan jelas serta mudah
dipahami oleh si pembaca atau pendengar. Ciri-ciri kalimat efektif adalah
(a) memiliki unsur penting dalam setiap kalimat, (b) taat terhadap tata ujaran
ejaan yang berlaku, (c) menggunakan diksi secara tepat, (d) menggunakan
kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis, (e) menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai,
(f) melakukan penekanan ide pokok, hemat dalam penggunaan kata,
(g) menggunakan variasi struktur kalimat (Dalman, 2015: 22). Sedangkan ciri-
ciri kalimat efektif menurut Mc Crimmon dalam Slamet, (2008: 119)
menyampaikan ada empat ciri khusus yaitu: (a) kesatuan (unity), (b)
kehematan (economy), (c) penekanan (emphasis), dan (d) kevariasian
(variety).
Pengembangan paragraf atau pengungkapan pikiran yang
dilakukan secara tulis akan tampak hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lain. Hubungan itu berupa hubungan yang berurutan hubungan yang
menyatakan satu kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya kaitan struktur
bahasa dan logis berbahasa serta hubungan yang menunjukkan cara berpikir.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
1. Penelitian A. Puspa Adhi, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, N Bawa Atmadja
(e-Jurnal Program Pacasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program
Studi Administrasi Pendidikan, Volume 4 Tahun 2013) dengan judul “
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
62
Pengaruh Pendekatan Kooperatif Jigsaw dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris terhadap Prestasi Belajar Menulis Ditinjau dari Siswa SMP
Negeri 2 Amlapura.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap hasil belajar
menulis ditinjau dari motivasi berprestasi.
Penelitian yang dilakukan oleh A. Puspa Adi dkk merupakan
penelitian yang relevan dengan peneliti, karena pada penelitian tersebut
menggunakan pendekatan kooperatif jigsaw, sebagai variable bebas atau
yang memberikan pengaruh terhadap variable terikat. Perbedaannya dalam
penelitian A. Puspa Adhi dkk, dilaksanakan pada siswa SMP pada
pembelajaran bahasa Inggris terhadap prestasi belajar menulis ditinjau dari
bakat verbal, sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa SD pada pada
pelajaran menulis karangan narasi serta pengaruhnya terhadap sikap
tanggung jawab siswa.
Hasil penelitian A. Puspa Adhi dkk, menunjukkan bahwa
(1) terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar menulis
bahasa Inggris antara kelompok siswa yang belajar dengan model
pembelajaran kooperatif jigsaw dengan kelompok siswa yang belajar
dengan model pembelajaran konvensional; (2) terdapat pengaruh interaksi
yang signifikan antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar menulis; (3) untuk siswa yang yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi, hasil belajar menulis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada siswa yang
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
63
mengikuti pembelajaran konvensional; (4) untuk siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi rendah, hasil belajar menulis siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih rendah daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran yang konvensional. Pencapaian hasil belajar
menulis bahasa Inggris siswa pada kelompok model pembelajaran
kooperatif jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran
langsung. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih
unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam
pencapaian hasil belajar menulis bahasa Inggris.
2. Penelitian dari I Ketut Tastra dkk, yang dimuat dalam e-Jurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesa, Jurusan Pendidikan Dasar,
Volume 3 Tahun 2013, dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Menulis
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4
Mendoyo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil
belajar menulis ditinjau dari motivasi berprestasi. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu menggunakan post-test only control
group design. Penelitian ini melibatkan tiga variable, yaitu: model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai variable bebas, hasil belajar
menulis sebagai variable terikat 1 (Y1) dan motivasi berprestasi sebagai
variable terikat 2 (Y2).
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
64
Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tastra dkk merupakan
penelitian yang relevan dengan peneliti, karena pada penelitian tersebut
menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw, sebagai variabel
bebas atau yang memberikan pengaruh terhadap variabel terikat.
Perbedaannya dalam penelitian I Ketut Tastra dkk, dilaksanakan pada siswa
SMP pada pembelajaran menulis ditinjau dari motivasi berprestasi siswa,
sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswa SD pada pelajaran menulis
karangan narasi serta pengaruhnya terhadap sikap tanggung jawab siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara model pembelajaran kooperatif jigsaw terhadap hasil
belajar menulis siswa. Terdapat perbedaan hasil belajar menulis bahasa
Inggris antara siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan siswa yang mengikuti pembelajaran langsung. Rata-rata
hasil belajar menulis kelompok model pembelajaran jigsaw lebih tinggi dari
kelompok pembelajaran langsung.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir menurut Sugiyono (2014: 60) merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir yang
baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah metode kooperatif jigsaw sebagai
variabel bebas, sikap tanggung jawab, dan kemampuan menulis karangan
narasi sebagai variabel terikat. Selanjutnya Sugiyono menyatakan bahwa
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
65
kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bias meyakinkan sesama
ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka
berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka
berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi di SD Negeri 4 Kranji
Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas masih belum berhasil
dengan baik. Salah satu sebabnya adalah pembelajaran menulis tidak disukai
oleh sebagian besar siswa. Siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide-
idenya ke dalam sebuah kalimat. Sebab lain adalah kurang bervariasinya
penggunaan metode pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran
keterampilan menulis karangan narasi cenderung bersifat teoritis dan monoton
hanya memberi tugas saja.
Orientasi pembelajaran menulis bukanlah sebatas tahu secara teori saja,
namun pembelajaran menulis harus mampu menuangkan ide-ide ke dalam
kalimat, dan merangkai kalimat-kalimat tersebut sehingga menjadi sebuah
karangan yang bias dinikmati oleh diri sendiri maupun oleh pembaca.
Pembelajaran yang hanya berorientasi pada hafalan juga memberikan dampak
negatif dalam jangka panjang bahwa sikap siswa kurang dibekali untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Pembelajaran yang demikian
sudah semestinya ditinggalkan, karena tuntutan pendidika dewasa ini bukan
hanya sebatas kepada kemampuan segi kognitif saja akan tetapi sudah harus
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
66
memperhatikan aspek lain seperti sikap. Keterampilan yang menjadi potensi
siswa yang harus dikembangkan.
Pembelajaran dewasa ini juga tidak hanya semata-mata ditujukan untuk
aspek kognitif saja, akan tetapi aspek sikap juga sangat diutamakan. Pendidikan
karakter yang didengungkan akhir-akhir ini mengisyaratkan bahwa sikap
merupakan salah satu kompetensi yang harus ditingkatkan siswa. Salah satu
sikap yang harus dibangun antara lain sikap tanggung jawab yang merupakan
suatu sifat yang ada dalam diri seseorang. Sifat tersebut apabila muncul akan
melahirkan sikap berani, penuh kesadaran menjalankan segala sesuatu yang
menjadi tugasnya dan siap menerima sanksi apabila terjadi tidak
ketidaksesuaian dalam melaksanakan tugas tersebut. Visualisasi diri dalam
sikap tanggung jawab akan tercermin ketika siswa melaksanakan sebuah
kegiatan yang dalam hal ini adalah pembelajaran. Pemunculan sikap tanggung
jawab tersebut dapat ditumbuhkan atau dipengaruhi oleh sebuah metode
pembelajaran yang mampu mendorong siswa bertanggung jawab.
Metode pembelajaran kooperatif jigsaw peneliti memandang sebagai
sebuah metode yang mampu memberikan solusi dari kesulitan siswa dalam
pembelajaran menulis karangan narasi. Metode pembelajaran kooperatif jigsaw
merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan pola selama kegiatan
siswa saling bekerja sama mencapai tujuan bersama. Jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan saja tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
67
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kolaboratif
untuk mempelajari materi yang menjadi tugasnya. Dengan demikian siswa
dikondisikan untuk beraktifitas secara kooperatif dalam dua kelompok, yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Anggota yang menjadi kelompok ahli harus
benar-benar memahami materi yang menjadi tugasnya, karena apa yang
diperoleh di kelompok ahli akan disampaikan pada anggota yang ada di
kelompok asal. Aktivitas tersebut meliputi berbagai pengetahuan, ide,
menyanggah, memberikan umpan balik, dan mengajar rekan sebaya.
Pembelajaran ini juga disebut pembelajaran kooperatif tim ahli. Setiap
kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Dari permasalahan
yang sama dihadapi tiap kelompok terbentuk tim ahli perwakilan masing-
masing kelompok yang membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya
hasil pembahasan tim ahli dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada
kelompoknya. Metode jigsaw juga dipandang penulis cocok diimplementasikan
pada pembelajaran menulis karangan narasi.
Diharapkan melalui metode kooperatif jigsaw ini guru sebagai fasilitator
dan inovator berperan untuk mengorganisir pembelajaran yang menyenangkan,
siswa mampu berperan aktif sebagai sentral dalam pembelajaran dengan
melakukan diskusi dengan sesama teman untuk menyelesaikan tugas menulis
karangan narasi.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
68
Kerangka berpikir metode kooperatif jigsaw dapat digambarkan
dengan bagan sebagai berikut.
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir Pembelajaran dengan Metode Kooperatif Jigsaw
D. Hipotesis Penelitian
Pengertian hipotesis menurut Suharsimi (2010: 110) adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hal senada disampaikan oleh
Sugiyono (2014: 64) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Sikap Tanggung
Jawab Berubah
Positif
Kemampuan
Menulis Karangan
Narasi Berubah
Positif
METODE
KOOPERATIF
JIGSAW
Kemampuan
Menulis Karangan
Narasi Rendah
Sikap Tanggung
Jawab Rendah
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016
69
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas,
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Metode kooperatif jigsaw berpengaruh positif terhadap sikap tanggung
jawab.
2. Metode kooperatif jigsaw berpengaruh positif terhadap kemampuan
menulis karangan narasi.
Pengaruh Penggunaan Metode..., Suminah, Program Pascasarjana UMP, 2016