bab ii kajian pustaka - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/t_pls_1402119_chapter2.pdf ·...

71
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA Landasan teori dimaksudkan untuk landasan pustaka, mengamati suatu fenomena dan instrumental. Landasan Pustaka dipergunakan sebagai dasar berpijak dalam mengembangkan pemikiran lebih lanjut. Selain itu landasan teori (kajian teoritis) juga di gunakan sebagai alat untuk mengamati suatu penomena. Selanjutnya landasan teoritis dapat di gunakan pula sebagai alat dalam melakukan analisis penelitian. Adapun teori yang melandasi ini adalah konsep diklat, konsep pembelajaran pada anak usia dini, hakikat pendidikan anak usia dini, konsep tutor Paud, kerangka berfikir, serta penelitian yang relevan. A. Konsep Diklat Pelatihan adalah keseluruhan aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan mempertimbangkan berbagai masukan proses, keluaran, dan dampak. Kegiatan tersebut dirancang secara sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelatihan merupakan .....pengalaman-pengalaman instruksional (instructional experiences) yang diberikan oleh pimpinan bagi karyawan. Artinya pelatihan merupakan kegiatan yang dirancang dalam lembaga pelatihan untuk meningkatkan kinerja seseorang dalam bidang pekerjaaan melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap”. J.R Davis dan B. Adelaide (1998, hlm. 65). Craig (1987, hlm. 82-83), mengemukakan bahwa: Training and development are term used torefer to planned efforts designed facilitate the acquisition of relevant skills, knowledge and attitude by organization members. Development focuses more on improving the decision making and human relations skills and the presentation of a more factual and narrow subject matter. Definisi tersebut menegaskan bahwa pelatihan merupakan alat manajemen dalam mengkomunikasikan keputusan, kebijakan serta strategi untuk menciptakan perubahan dalam memperbaharui suasana kerja dan memperbaiki kualitas pekerjaaan melalui proses belajar. 17

Upload: others

Post on 28-Oct-2019

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

17

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Landasan teori dimaksudkan untuk landasan pustaka, mengamati suatu

fenomena dan instrumental. Landasan Pustaka dipergunakan sebagai dasar

berpijak dalam mengembangkan pemikiran lebih lanjut. Selain itu landasan teori

(kajian teoritis) juga di gunakan sebagai alat untuk mengamati suatu penomena.

Selanjutnya landasan teoritis dapat di gunakan pula sebagai alat dalam melakukan

analisis penelitian.

Adapun teori yang melandasi ini adalah konsep diklat, konsep pembelajaran

pada anak usia dini, hakikat pendidikan anak usia dini, konsep tutor Paud,

kerangka berfikir, serta penelitian yang relevan.

A. Konsep Diklat

Pelatihan adalah keseluruhan aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan

kinerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan mempertimbangkan berbagai

masukan proses, keluaran, dan dampak. Kegiatan tersebut dirancang secara

sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelatihan merupakan

“.....pengalaman-pengalaman instruksional (instructional experiences) yang

diberikan oleh pimpinan bagi karyawan. Artinya pelatihan merupakan kegiatan

yang dirancang dalam lembaga pelatihan untuk meningkatkan kinerja seseorang

dalam bidang pekerjaaan melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan dan

sikap”. J.R Davis dan B. Adelaide (1998, hlm. 65).

Craig (1987, hlm. 82-83), mengemukakan bahwa:

Training and development are term used torefer to planned efforts

designed facilitate the acquisition of relevant skills, knowledge and attitude

by organization members. Development focuses more on improving the

decision making and human relations skills and the presentation of a more

factual and narrow subject matter.

Definisi tersebut menegaskan bahwa pelatihan merupakan alat manajemen

dalam mengkomunikasikan keputusan, kebijakan serta strategi untuk menciptakan

perubahan dalam memperbaharui suasana kerja dan memperbaiki kualitas

pekerjaaan melalui proses belajar.

17

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

18

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelatihan dilaksanakan untuk karyawan baru agar dapat menjalankan tugas-

tugas baru yang dibebankan dan untuk karyawan lama guna meningkatkan mutu

pelaksanaan tugasnya sekarang maupun masa depan dalam jurnal Rendri Mamahit

(2013) vol 1 Nomor 4, hlm. 936-945 dengan judul “Tingkat Pendidikan, Pelatihan

dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pegawai di Badan

Penanggulangan Bencana Provinsi Sulawesi Utara”

Menurut Kamil (2007, hlm. 3) berbagai pelatihan memang banyak

dilaksanakan dalam dunia kerja untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan fungsioanal.

Kegiatan-kegiatan pelatihan sangat populer dan mudah dilakukan karena

menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode pendidikan dan pembelajaran

pada pendidikan luar sekolah. Meskipun demikian dalam banyak kasus pula

pelaksanaan pelatihan ini tidak jarang dipadukan atau saling melengkapi dengan

pendidikan formal.

Tabel 2.1 perbandingan antara pendidikan dan pelatihan

No Aspek Pendidikan Pelatihan

1. Pengembangan

kemampuan

Menyeluruh (overall) Khusus (specific)

2. Area kemampuan Kognitif, afektif,

psikomotor,

Psikomotor

3. Jangka waktu

Pelaksanaan

Jangka panjang (long

term)

Jangka pendek (short

term)

4. Penggunaan metode

Pembelajaran

Konvensional Inkonvensional

5. Materi Lebih umum Lebih khusus

6. Penghargaan akhir Gelar (degree) Sertifikat (non degree)

Sumber: Notoatmodjo, (1988, hlm. 26) dalam Kamil (2007)

Diklat dasar adalah salah satu tahap dari tiga tahap diklat berjenjang. Diklat

berjenjang adalah proses pendidikan dan pelatihan yang dirancang untuk

memenuhi tuntutan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD

yang terdiri dari guru, guru pendamping, dan pengasuh yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dan berjenjang (Dasar, Lanjutan, dan Mahir). Panduan

Penyelenggaraan Program DIKLAT Berjenjang Tingkat Dasar (2015).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

19

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Diklat

Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata ‘training”dalam bahasa

inggris. Secara harfiah akar kata “training”adalah “train”, yang berarti : (1)

memberi pelajaran dan praktik (give teaching and practice), (2) menjadikan

berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a required direction),

(3) persiapan (preparation), dan (4) praktik (practice).

Banyak pengertian pelatihan menurut para ahli, antara lain sebagai berikut.

Edwin B.Flippo (1971) dalam Kamil (2007, hlm. 3) mengemukakan bahwa :

“Training is the act of increasing the knowledge and skill of employes for doing a

particular job”(pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu).

Michael J.J Jucius (1972) dalam Kamil ( 2007, hlm. 3) mengemukakan: The

term training is used here to indicate any process bay wich the aptitudes, skills,

and abilities of employes to perform specipic jobs are creased “(istilah latihan

yang dipergunakan di sini adalah untuk menunjukkan setiap proses untuk

mengembangkan bakat, keterampilan, dan kemampuan pegawai guna

menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu).

Dalam kedua pengertian di atas tampak pelatihan dilihat dalam hubungan

dengan pekerjaan –pekerjaan tertentu. Dalam kenyataan, pelatihan sebenarnya

tidak harus selalu dalam kaitan dengan pekerjaan, atau tidak selalu dalam kaitan

dengan pekerjaan, atau tidak selalu di peruntukkan bagi pegawai.

Simamora (1997, hlm. 287) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian

aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan,

pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Sementara dalam

instruksi Presiden No. 15 tahun 1974, pengertian pelatihan dirumuskan sebagai

berikut:

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan

yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan

metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori.

Kamil (2007, hlm. 10) merumuskan mengenai makna pelatihan sebagai berikut:

Pelatihan merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan

kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan. Pelatihan merupakan proses

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

20

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang sistematis dan terencana yang

terarah pada suatu tujuan. Pelatihan diselenggarakan baik terkait kebutuhan

dunia kerja maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Istilah pelatihan biasa dihubungkan dengan pendidikan. Ini terutama karena

secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Meskipun

demikian secara khusus pelatihan dapat dibedakan dari pendidikan. Untuk

memahami istilah pendidikan kriteria yang dikemukakan oleh Peters (1996, hlm.

45) dalam Kamil (2007, hlm. 19) berikut ini dapat menjadi acuan, kriteria tersebut

antara lain sebagai berikut.

a. Pendidikan meliputi penyebaran hal yang bermanfaat bagi mereka yang

terlibat didalamnya

b. Pendidikan harus melibatkan pengetahuan dan pemahaman serta sejumlah

Perspektif kognitif.

c. Pendidikan setidaknya memiliki jumlah prosedur, dengan asumsi bahwa

peserta didik belum memiliki pengetahuan dan kesiapan belajar secara

sukarela.

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang

berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih

mengutamakan praktik dari pada teori. Ardana, dkk ( 2012, hlm.91).

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2005,

dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Secara sederhana UNESCO mendefinisikan pendidikan sebagai”proses

belajar dan mengajar yang terorganisir dan terus menerus yang dirancang untuk

mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai

untuk seluruh aktifitas hidup” (dalam Jaervis 1990, hal 105) dalam Kamil, (2007,

hlm. 4). Kata kunci yang membedakan antara pendidikan dan pembelajaran,

adalah “proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus .”Hal ini

mengimplikasikan adanya keterlibatan semacam pengajar dan mungkin juga

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

21

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

institusi, walaupun pendidikan tersebut bias saja melalui teks ataupun program

komputer. Di samping itu, tergambar bahwa pendidikan bukan merupakan proses

yang terjadi dalam waktu singkat, namun memerlukan kurun waktu tertentu.

Sebaliknya, pembelajaran tidak harus melibatkan proses belajar mengajar dan

sering kali terjadi dalam kerangka waktu yang lebih pendek dan dalam cakupan

yang lebih sempit,

Definisi yang diberikan UNESCO dalam Kamil (2007, hlm.5) menunjukkan

bahwa pendidikan lebih bersifat umum dan bukan merupakan aktivitas yang

spesifik. Pendidikan digambarkan memiliki kaitan dengan pengembangan dan

pemahaman.

Dari uraian mengenai pengertian-pengertian di atas menurut kamil (2007,

hlm.10) dapat disimpulkan beberapa makna pelatihan sebagai berikut.

a. Pelatihan merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan

kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan. Pelatihan merupakan proses

yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang sistematis dan terencana yang

terarah pada suatu tujuan.

b. Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar

yang dilaksanakan diluar system sekolah, memerlukan waktu yang relative

singkat, dan lebih menekankan pada praktik.

c. Pelatihan diselenggarakan baik terkait dengan kebutuhan dunia kerja

maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Ada anggapan bahwa pelatihan harus direncanakan secara siklis dan

bahwa pendekatan ini akan menyebabkan kualitas tinggi, pelatihan yang

direncanakan (Iqbal dan Khan 2011, Barrington dan Reid 1999, Bartram dan

Gibson tahun 1999, Wills, 1998, Buckley dan Caple 1995) Bartram dan Gibson

(1999) dalam Kamil (2007, hlm.13) menyatakan bahwa "sistematis pendekatan

untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan memastikan bahwa orang-orang yang

ditawarkan kesempatan untuk belajar yang efisien dan efektif "(hal.107). Semua

dari pendekatan sistematis dalam literatur menguraikan sejumlah langkah dalam

proses dan mencakup elemen dasar yang sama yaitu menentukan kebutuhan

pelatihan, merancang (memilih) metode yang tepat untuk mengatasi diidentifikasi,

perlu Perencanaan (berkembang) pelatihan kursus / program menerapkan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

22

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengevaluasi. Manfaat dari pendekatan ini adalah bahwa tidak ada yang

dihilangkan dan ada sebuah direncanakan dan pendekatan profesional untuk

pengembangan pelatihan dan pengiriman. Semua dari pendekatan sistematis

dalam literatur menguraikan sejumlah langkah dalam proses dan mencakup

elemen dasar yang sama. Ini adalah sebagai berikut: menentukan kebutuhan

pelatihan yaitu merancang (memilih) metode yang tepat untuk mengatasi

diidentifikasi, perencanaan (berkembang) pelatihan kursus / program,

menerapkan, dan mengevaluasi. (Menzel, 2011)

2. Tujuan Diklat

Jika suatu organisasi atau lembaga menyelenggarakan pelatihan bagi para

Tutor, terlebih dahulu perlu di jelaskan apa yang ingin dicapai dari latihan

tersebut. Dengan tujuan yang jelas jelaskan tujuan dan nyata, arah yang ingin

dicapai dari pelatihan tersebut akan lebih jelas. Tujuan pelatihan merupakan

pedoman dalam penyusunan program, pelaksanaan, dan penilaianya.

Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik

PAUD 2015) adalah

a. Tutor PAUD memahami dan menguasai konsep Pendidikan Anak Usia Dini.

b. Tutor PAUD mampu melaksanakan dan mengelola Program Pendidikan Anak

Usia Dini.

c. Tutor PAUD memiliki kemampuan dalam memfasilitasi anak untuk berkreasi,

bereksplorasi dan berintegrasi dengan lingkungannya.

d. Tutor PAUD terampil dalam melaksanakan kegiatan bermain sambil belajar

dan menggunakan alat permainan edukatif.

e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam melaksanakan

proses pembelajaran PTK PAUD.

3. Manfaat Diklat

Pada Dasarnya, manfaat dari Diklat bagi Tutor PAUD adalah agar Tutor

PAUD lebih mudah dalam melaksanakan ttugasnya sebagai pendidik anak usia

dini. Tingkat pemahaman, efektifitas dalam pelaksanaan metode pembelajaran

dapat tercapai; Kreatifitas para Tutor PAUD dalam pengembangan metode

pembelajaran dapat sesuai dengan indikator, Tutor PAUD dapat cepat

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

23

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menemukan solusi/memecahan masalah apabila ada masalah yang mendesak,

Menambah wawasan, cara berfikir serta meningkatkan pengetahuan sikap dan

mental yang positif, Tutor PAUD memiliki keahlian untuk hidup mandiri,

Meningkatkan sumber daya Manusia (SDM) siap pakai, dapat menularkan

pengetahuannya kepada orang lain, klasifikasi dan kualitas Tutor PAUD dapat

terukur dan memenuhi SPM Pendidikan demi tercapainya sertifikasi yang

independen, sehingga sangat menunjang bagi Tutor PAUD itu sendiri, Motivasi

Tutor PAUD dalam melaksanakan pembelajaran terhadap Peserta Didik

meningkat dan pengetahuan akademik serta penguasaan keterampilan praktis

menjadi suatu nilai lebih yang dimiliki Tutor PAUD.

4. Prinsip-pronsip Diklat

Dalam proses pelatihan harus diperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.

Prinsip pelatihan akan memberi arah bagi cara-cara seseorang (peserta pelatihan)

untuk belajar efektif dalam kegiatan pelatihan.

Berhubungan dengan prinsip pelatihan ini, Soenarto (1999, hlm. 59)

mengemukakan beberapa prinsip yang melandasi penyelenggaraan pelatihan

diantaranya: a) setiap organisasi bertanggung jawab meningkatkan kemampuan

para karyawan, b) pengetahuan dan keterampilan kerja yang dapat dipelajari dan

dapat dihayati pada situasi yang nyata, c) pelatihan mendukung fungsi dan misi

organisasi, d) kinerja Tutor pasca pelatihan merupakan tolak ukur keberhasilan

program Diklat, e) pelatihan bertujuan mengatasi kesenjangan kemampuan, baik

kemampuan managerial bagi para pemimpin, supervise bagi para pengawas, dan

kemampuan keterampilan keterampilan operasional pata teknisi, f) disamping

meningkatkan kemampuan, program pelatihan hendaknya mempunyai dampak

meningkatkan kerja organisasi, meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja

karyawan, g) perbedaan individu trainee merupakan dasar dalam perencanaan,

pengelompokan dan pelaksanaan pelatihan, h) penelitian kelas merupakan

pendekatan penting dalam pelaksanaan pelatihan, i) penyelenggaraan pelatihan

hendaknya ditangani oleh tenaga yang memiliki kompetensi, didukung oleh

fasilitas yang memadai, dan diberikan dengan metode yang tepat) kerja sama

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

24

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan instansi lain, untuk memanfaatkan potensi yang ada (SDM dan fasilitas)

didasarkan pada analisis cost effectiveness.

JR. Werther (1991, hlm. 130) menjelaskan, bahwa prinsip pembelajaran yang

dapat diaplikasikan dalam proses pelatihan adalah participant, repetition,

relevance, transference and feedback. Prinsip partisipasi berhubungan dengan

seberapa besar peserta pelatihan terlibat dalam secara aktif. Partisipasi yang tinggi

akan mempermudah penyampaian materi, sedangkan bagi peserta pelatihan

keterlibatannya secara penuh dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman

terhadap materi yang disampaikan. Prinsip repetisi dalam pembelajaran akan

menguatkan suatu pola pemahaman ke dalam memori seseorang. Prinsip relevansi

mengandung maksud, bahwa pelatihan akan bermakna apabila sesuai dengan

kebutuhan pesrta. Prinsip pengalihan pengetahuan dan keterampilan mengandung

makna, bahwa pengetahuan dan keterampilan akan cepat ditransfer pada peserta

pelatihan apabila materi bisa diterapkan dalam situasi nyata, seperti penggunaan

metode simulasi dan bermain peran. Prinsip belajar yang terakhir adalah umpan

balik, yang mengandung maksud bahwa dengan sistem umpan balik peserta dapat

mengetahui tercapai atsu tidaknya tujuan pelatihan, artinya bahwa apakah

pelatihan yang dilaksanakan sudah berubah dan meningkatkan perubahan

pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan sikap atau belum. Apabila belum,

mereka termotivasi untuk menyesuaikannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran

tersebut di atas akan memberi arah, bagaimana seseorang atau peserta Diklat

untuk bisa belajar efektif dalam kegiatan pelatihan. Penerapan prinsip-prinsip

tersebut diarahkan agar tujuan pelatihan dapat tercapai dengan baik sesuai dengan

yang telah ditetapkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

25

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Landasan-landasan Diklat

Menurut Kamil (2007, hlm. 13). Terdapat beberapa landasan yang

mengukuhkan eksistensi pelatihan. Landasan -landasan dimaksud adalah:

a. Landasan filosofis

Pelatihan merupakan wahana formal yang berperan sebagai instrumen yang

menunjang pembangunan dalam mencapai masyarakat yang maju, tangguh,

mandiri, dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai yang berlaku. Dengan demikian

pelatihan harus didasarkan pada sistem nilai yang diakui dan terarah pada

penyediaan tenaga yang berkualifikasi agar mampu mengemban tugas dan

melaksanakan perannya dalam organisasi atau masyarakat.

b. Landasan Humanistik

Pelatihan didasarkan pada pandangan yang menitik beratkan pada kebebasan,

nilai-nilai, kebaikan, harga diri, dan kepribadian yang utuh.

c. Landasan Psikologis

Dalam pandangan psikologi, karakteristik manusia dapat dijabarkan kedalam

seperangkat tingkah laku.

d. Landasan Sosio-Demografis

Permasalahan peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial terkait dengan

upaya penyediaan dan peningkatan kualitas Tutor PAUD.

e. Landasan Kultural

Pelatihan yang terintergrasi yang berfungsi mengembangkan sumber daya

manusia merupakan bagian penting dari upaya membudayakan manusia.

6. Jenis-jenis Pelatihan

Ada banyak jenis dan pendekatan yang digunakan dalam rangka mencapai

tujuan yang diharapkan dari program pelatihan. Simamora (1997, hlm. 349)

mengemukakan jenis-jenis pelatihan yang dapat digunakan dalam organisasi

adalah pelatihan keahlian, pelatihan ulang, pelatihan fungsional silang, pelatihan

tim dan pelatihan kreativitas.

a. Pelatihan keahlian. Pelatihan keahlian (skill training) merupakan pelatihan

yang sering dijumpai di dalam organisasi-organisasi. Pelatihan-pelatihan

tersebut bisa bisa pelatihan yang sifatnya teknis. Rekruitment peserta harus

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

26

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan cermat. Program pelatihan relatif sederhana, kebutuhan atau

kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli.

b. Pelatihan ulang. Pelatihan ulang (re-training) berupaya memberikan kepada

Tutor PAUD , mempelajari keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk

mengejar tuntutan yang berubah, misalnya dalam hal cara pembelajaran pada

anak usia dini.

c. Pelatihan fungsional silang. Pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan yang

menekankan pada berbagai keahlian, dari pada spesialisasi. Melatih Tutor

semakin dibutuhkan mereka untuk melengkapi berbagai keahlian yang bisa

menunjang pekerjaan mereka.

d. Pelatihan kreativitas (creative Training). Pelatihan ini beranggapan bahwa

kreativitas itu bisa dikembangkan. Seorang Tutor PAUD dilatih dengan

harapan mereka lebih kreatif dalam melaksanakan program.

7. Manajemen Diklat

Menurut Mustafa Kamil (2007, hlm. 16) Dengan jenis dan berbagai

karakteristik apa pun, pada akhirnya pelatihan perlu dikelola atau dimanajer.

Pengelolaan pelatihan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna

fungsional pelatihan terhadap individu, organisasi, maupun masyarakat.

Sementara secara operasional, tugas-tugas popok organizer pelatihan adalah

meliputi hal-hal berikut.

a. Mengurusi kebutuhan pelatihan pada umumnya

b. Mengembangkan kebijakan dan prosedur pelatihan

c. Mengelola anggaran pelatihan

d. Mengembangkan dan menerapkan administrasi pelatihan

e. Meneliti metode-metode pelatihan yang sesuai untuk di terapkan

f. Mempersiapkan materi, peralatan, dan fasilitas pelatihan, dan

g. Menganalisis dan memperbaiki sistem pelatihan.

Sudjana (1996) dalam Kamil ( 2007, hlm. 17) mengembangkan sepuluh

langkah pengelolaan sebagai berikut. 1) Rekrutmen peserta pelatihan, 2)

identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar, dan kemungkinan hambatan, 3)

menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan, 4) menyusun alat evaluasi awal

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

27

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan evaluasi akhir, 5) menyusun kegiatan pelatihan, 6) pelatihan untuk pelatih, 7)

melaksanakan evaluasi bagi peserta, 8) mengimplementasikan pelatihan, 9)

evaluasi, dan 10) evaluasi program pelatihan.

8. Pendekatan Sistem untuk Diklat

Menurut Kamil (2007, hlm. 19) Penilaian kebutuhan (need assessment)

pelatihan merupakan tahap yang paling penting dalam penyelenggaraan pelatihan.

Tahap ini berguna sebagai dasar bagi keseluruhan upaya pelatihan. Dari tahap

inilah seluruh proses pelatihan akan mengalir. Baik pelaksanaan maupun tahap

evaluasi sangat bergantung pada tahap ini. Jika penentuan kebutuhan pelatihan

tidak akurat, maka arah pelatihan akan menyimpang. Secara komprehensif,

dengan melihat pelatihan sebagai suatu sistem, Sudjana (1996) dalam Mustofa

Kamil (2007, hlm. 20) mengemukakan komponen-komponen pelatihan yaitu

msukan sarana (instrumen input), masukan mentah (raw input), masukan

lingkungan (environment input), proses (process), keluaran (output), masukan lain

(other input), pengaruh (impact).

Kebutuhan masyarakat akan pendidikan nonformal (PNF) terus mengalami

peningkatan. Banyak faktor yang mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan

PNF dalam kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat yang sangat cepat

menyebabkan hasil pendidikan yang diperoleh di sekolah (pendidikan formal)

menjadi tidak sesuai lagi atau tertinggal dari tuntutan baru dalam dunia kerja.

Ilmu pengetahuan dan atau ketrampilan yang didapatkan dari sekolah cepat

menjadi usang dan kurang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah

baru dalam kehidupan sehari-hari dalam jurnal Samsul H (2012) Volume 02

nomor 02 dengan judul” Evaluasi Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Program Otomotif.”

9. Perencanaan Diklat

Waterson (1965) dalam Sudjana (2010, hlm. 55) mengemukakan bahwa

pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi, dan terus

menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif

tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

28

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang

kompleks. Karena itu Schaffer (1970) dalam Sudjana (2010, hlm. 55) menjelaskan

bahwa apabila bicara mengenai perencanaan, kegiatan ini tidak akan terlepas dari

hal-hal yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Proses

pengambilan keputusan tersebut dimulai dengan perumusan tujuan,

kebijaksanaan, dan sasaran secara luas, yang kemudian berkembang pada tahapan

pencapaian tujuan. Kebijaksanaan dalam perencanaan lebih rinci berbentuk

program untuk dilaksanakan.

Perencanaan menurut Suherman (1988) dalam Sudjana (2010, hlm. 56)

adalah suatu penentuan urutan tindakan, perkiraan biaya serta penggunaan waktu

untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas

yang wajar dengan efisiensi untuk ketercapaian tujuan.

Keputusan yang diambil dalam perencanaan berkaitan dengan rangkian

tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan di masa

yang akan datang. Rangkaian tindakan atau kegiatan itu perlu dilakukan karena

dua alasan, yaitu: (a) untuk mewujudkan kemajuan atau keberhasilan sesuai

dengan yang diinginkan, dan, (b) agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan,

dengan kondisi yang sama atau lebih rendah dari pada keadaan sekarang. Sudjana

( 2010, hlm. 56)

Perencanaan adalah proses bagaimana menetapkan tujuan serta menetapkan

langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan melalui tahapan analisis

dan alternatif yang mungkin dikerjakan. Salah satunya pendekatan khusus dalam

perencanaan yaitu perencanaan strategis, dengan menggabungkan secara

komprehensif dasar-dasar manajemen. Perencanaan ini lebih merupakan

metodologi yang mempertimbangkan secara sungguh-sungguh seluruh

pertimbangan lingkungan dan peluang secara hambatan. Tujuan utama dari

perencanaan strategis yaitu memdukan antara tujuan fungsional dengan

perencanaan operasional dari staf. Langerman dan Smith (1979) dalam Sudjana

(2010, hlm. 58) mengemukakan lima langkah perencanaan strategis yaitu:

a. Penetapan tujuan dari lembaga (bagaimana cara untuk memberikan

pelayanan pada klien).

b. Menetapkan kekuatan lembaga (bagaimana cara kerja yang baik serta

mengapa dilakukan).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

29

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Penetapan kenyataan dan potensi dari klien (bagaimana sasaran dilayani,

apa yang seharusnya dilakukan serta sejauh mana kita memahami harapan

mereka).

d. Penetapan faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi lembaga

(sumber-sumber yang dibutuhkan dari lembaga dan masyarakat).

e. Pengembangan dan operasional kegiatan (apa yang seharusnya

dilaksanakan dalam pemrograman, staffing dan pemasaran serta apakah

semua itu bisa didanai).

Sementara Coombs dan Manzoor Ahmed (1985, hlm. 336) dalam Sudjana

(2010, hlm, 59) merumuskan tujuh langkah yang dilakukan pada tahap

perencanaan, yakni sebagai berikut:

a. Mengadakan diagnosa mengenai keadaan umum.

b. Mengadakan diagnosa ciri-ciri khas serta kebutuhan yang realistis dan

minat dikalangan kelompok calon peserta potensial.

c. Membuat rincian tugas mengenai tujuan pengajaran, termasuk urutan

prioritas serta jadwal yang tepat, golongan klien yang akan dilayani.

d. Indentifikasi kegiatan lain dalam bidang pendidikan yang yang masih

dalam tahap perencanaan ataupun pada tingkat lebih tinggi.

e. Investasi serupa berkenaan dengan faktor-faktor dan jasa-jasa luar

pendidikan yang ada relevansinya serta rencana dan tujuan

pembangunandalam makna luas berlaku terhadap daerah yang sama,

yang patut dikaitkan kepada kegiatan pendidikan yang baru agar ia

dapat memberi sumbangan.sebesar mungkin kepada usaha

pembangunan.

f. Menginventarisasi segala faktor tetap dalam bidang sosial, ekonomi,

kelembagaan, administrasi atau politik yang dapat menunjang atau

sebaliknya menghambat daya guna program yang baru.

g. Mengindentifikasi kebijakan dan urutan prioritas nasional yang dapat

mempengaruhi daya guna program yang baru.

Lebih lanjut Sudjana (2010, hlm. 56-57) mengemukakan dua kegiatan

dalam perencanaan pendidikan formal, yaitu:

a. Upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan organisasi

atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang

tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan. Sumber-sumber

itu meliputi sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia.

b. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau

menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien dan efektif

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan perencanaan ini

diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam

penggunaan sumber-sumber tersebut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

30

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari beberapa pendapat di atas mengenai langkah-langkah dalam

merencanakan kegiatan-kegiatan maka diperolehlah gambaran bahwasanya ada

bebrapa langkah atau tahap yang harus dilalui dalam perencanaan kegiatan

pelatihan, yaitu: (1) indentifikasi kebutuhan pelatihan; (2) perumusan tujuan

pelatihan; (3) menentukan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber

yang dapat disediakan meliputi sumberdaya manusia dan non-manusia; (4)

mendesain program pelatihan; dan (5) merancang silabus dan kurikulum

pelatihan.

Pada tahap perencanaan kegiatan adalah: pertama identifikasi kebutuhan

belajar hasilnya berupa materi dalam dimensi pengetahuan, meliputi: (1)

pemahaman karakteristik peserta pelatihan, (2) penguasaan konsep dan landasan

pendidikan, (3) pemahaman perencanaan pelatihan, (4) pelaksanaan pelatihan

beserta metode dan teknik dan (5) evaluasi dalam pelatihan.(Badu, n.d.)

10. Pelaksanaan Diklat

Pelaksanaan diklat merupakan implementasi dari rencana yang telah dibuat

yang merupakan salah satu faktor utama dan sangat mempengaruhi terhadap

efektifnya program diklat. Oleh karena itu, pelaksanaan hendaknya dilakukan

sesuai dengan ketentuan, aturan dan persyaratan pelaksanaan diklat, sehingga

hasil diklat bisa efektif, berdaya guna, bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang

diharapkan. Dalam kaitan dengan pelaksanaan, Anisah (1995, hlm. 44)

mengemukakan bahwa “pelaksanaan adalah kegiatan untuk mewujudkan rencana

menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

secara efektif dan efisien”. Kemudian Supandi dan Sunasi dalam Anisah ( 1995,

hlm. 44) menyatakan bahwa “implementasi atau pelaksanaan kegiatan, ialah suatu

proses menjalankan, menyelenggarakan atau mengupayakan agar alternatif-

alternatif yang telah diputuskan berdasarkan hukum berlaku dalam praktek”.

Dengan demikian, pelaksanaan dalam penyelenggraan diklat merupakan

serangkaian tindakan nyata untuk mengupayakan agar semua komponen yang

telah dipersiapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan secara terpadu dalam

upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjamin kelangsungan

proses pelaksanaan diklat dapat berjalan dan mencapai hasil yang efektif, maka

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

31

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus melalui serangkaian tahapan yang saling terkait. Tahapan -tahapan tersebut

ada tiga, yaitu: tahapan kegiatan pra atau persiapan pelaksanaan, tahapan kegiatan

pelaksanaan diklat dan tahapan kegiatan pasca atau akhir pelaksanaan.

Menurut Dharma (1998, hlm. 5) menegaskan bahwa waktu pelatihan

ditetapkan tergantung pada tujuan pelatihan yang ingin dicapai dan cukup

fleksibel atau luwes untuk mengakomodasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya

perubahan yang tidak terduga. Dengan demikian penetapan waktu yang digunakan

dalam pelatihan benar-benar fleksibel dan seefektif mungkin dengan

mempertimbangkan keperluan yang dibutuhkan. Upaya pencapaian tujuan belajar

yang telah ditetapkan tidak terlepas dari berbagai cara yang digunakan. Cara

tersebut adalah merupakan metode pembelajaran dalam pelatihan. Abdulhak

(2000, hlm. 43) mendefinisikan metode pembelajaran dalam pelatihan prosedur

yang teratur dan sistematis untuk membelajarkan peserta pelatihan dalam

mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Kedududukan metode belajar dalam

pelatihan tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan materi pelatihan saja, tetapi

juga termasuk mengelola kegiatan pembelajaran, sehingga pelatihan dapat belajar

dengan baik untuk mencapai tujuan secara tepat.

Menurut Sudjana (2010, hlm. 35) pengaruh (outcomes) kegiatan nonformal

meliputi;

(1) Perubahan serta peningkatan pengetahuan, perilaku, dan sikap yang ditandai

dengan berubahnya pengetahuan, berpikir kritis, dan meningkatnya

keterampilan; (2) membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang

telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan; dan (3) peningkatan

pastisipasi dalam kegiatan sosial dan atau pembangunan masyarakat, dalam

wujud pastisipasi buah pikiran, tenaga, dan harta benda.

Pengkondisian awal pelatihan sebelum pelatihan inti di mulai, pantia selaku

fasilitator mengatur pembuka pelatihan dengan maksud untuk (1) menciptakan

suasana yang kondusif untuk menempuh pelatihan, (2) memberikan pemahaman

terhadap langkah-langkah belajar yang harus ditempuh selama pelatihan, (3)

menyampaikan kebermanfaatan mengikuti kegiatan pelatihan, (3)

menginformasikan tentang langkah-langkah peserta pelatihan, meliputi kegiatan

teori dan praktek. (Badu, n.d.)

Sudjana (2007, hlm. 198) memaparkan bahwasanya pelaksanaan

pembelajaran dalam pelatihan dilakukan melaui langkah-langkah sebagai berikut :

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

32

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(1) pembinaan keakraban; (2) indentifikasi kebutuhan, aspirasi dan potensi peserta

pelatihan; (3) penetapan kontrak belajar; (4) tes awal peserta pelatihan; (5) proses

pembelajaran; dan (6) tes akhir peserta pelatihan. Langkah-langkah pembelajaran

akan diuraikan di bawah ini:

a. Pembinaan Keakraban

Pembinaan keakaraban adalah kegiatan saling mengenal antara peserta

pelatihan, antara peserta pelatihan dengan pelatih. Tujuannya adalah untuk

mengkondisikan agar mereka siap melakukan kegiatan pelatihan secara akrab dan

menyenangkan. Upaya ini perlu dilakukan sebelum memulai kegiatan

pembelajaran untuk menghindari hambatan psikologis yaitu terganggunya

partisipasi peserta pelatihan dalam kegiatan saling belajar karena mereka tidak

saling mengenal secara akrab anatara satu dan lainnya. Pembinaan keakraban

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknikpembelajaran partisipatif.

b. Indentifikasi Kebutuhan, Aspirasi dan Potensi Peserta Pelatihan

Pada tahap ini pelatih melibatkan peserta pelatihan dalam mengenali,

menyatakan, dan menyusun kebutuhan belajar, harapan, dan potensi yang dimiliki

peserta pelatihan. Kegiatan indentifikasi kebutuhan dan harapan ini berfungsi

untuk mencocokan atau menyempurnakan kebutuhan dan harapan yang telah

disusun sebelumnya oleh penyelenggaraan pelatihan dengan pernyataan mereka

sebelum mengikuti kegiatan pelatihan, dan untuk memotivasi peserta pelatihan

sehingga program pelatihan disusun dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

dan harapan peserta pelatihan. Potensi peserta pelatihan diindentifikasi untuk

mengenal kemampuan mereka yang dapat dimanfaatkan dalam pelatihan.

c. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dalam pelatihan menggunakan strategi yang

mencangkup pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran. Pendekatan

terdiri atas andragogi, pedagogi, atau kontinum. Andragogi adalah ilmu dan seni

untuk membantu orang dewasa belajar. Pedagogi adalah ilmu dan seni mengajar

anak-anak. Sedangkan kontinum adalah gabungan pendekatan andragogi dan

pedagogi, dilakukan secara beradaur mulai dari andragogi dilanjutkan dengan

andragogi, dan sebaliknya.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

33

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abdulhak (2000, hlm. 43) mendefinisikan metode pembelajaran dalam

pelatihan adalah prosedur yang teratur dan sistematis untuk membelajarkan

peserta pelatihan dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Kedudukan

metode belajar dalam pelatihan tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan

materi pelatihan saja, tetapi juga termasuk mengelola kegiatan pembelajaran,

sehingga peserta pelatihan dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan

secara tepat.

Metode pembelajaran menurut Knowles (1977) dalam Sudjana (2010 hlm.

133) adalaha cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan

pelatihan. Metode mencakup pembelajaran individual (individual learning

method), pembelajaran kelompok (group learning method), dan pembelajaran

komunitas (community learning method atau community development method).

Lebih lanjut mengenai metode Knowles (1977) dalam Sudjana (2010, hlm. 133)

mengemukakan bahwa:

Metode berkaitan dengan pengorganisasia peserta pelatihan dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah cara-

cara pelaksanaan yang dipilih dan digunakan oleh pelatih dalam metode

pembelajaran tertentu untuk membantu peserta pelatihan melakukan

kegiatan belajar. Media adalah sarana atau kondisi tertentu yang digunakan

dalam metode dan teknik pembelajaran sehingga kegiatan belajar menjadi

lebih menarik, mantap dan bermanfaat.

Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara membelajarkan yang dipilih

sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Sedangkan alat bantu belajar

(devices) adalah sarana pembelajaran terdiri dari video tape, over head projectot

(OHP), Infocus, komputer, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa metode, teknik, dan

media pembelajaran merupakan satu kesatuan dan saling menguatkan antara satu

dengan yang lainnya dalam pelaksanaan proses pelatihan.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Diklat Berjenjang Tingkat Dasar.

(panduan dasar Diklat Pendidik PAUD 2015). Pelaksanaan program Diklat Dasar

secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, antara lain persiapan, pelaksanaan

dan tindak lanjut.

1. Tahap Persiapan

Tahapan persiapan mencakup kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun proposal dan desain diklat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

34

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pembahasan desain diklat (struktur program, silabus diklat, waktu pelaksanaan,

jadwal, tempat pelaksanaan, alur, kegiatan dan hal-hal lain yang terkait dengan

penyelenggaraan diklat)

c. Rapat koordinasi dengan instansi terkait dan organisasi profesi (HIMPAUDI)

yang relevan

d. Penetapan kepanitiaan diklat melalui surat keputusan

e. Rapat koordinasi dengan narasumber.

f. Sosialisasi pemanggilan peserta dan melakukan seleksi peserta

g. Penyusunan surat-surat (surat pemanggilan peserta, ijintempat diklat,

permohonan fasilitator, undanganpembukaan dan penutupan, pemberitahuan

kepada Lembaga Penguji Kelulusan, dll)

h. Persiapan administrasi pelatihan (daftar hadir, biodata narasumber dan peserta,

sertifikat dsb)

i. Persiapan akomodasi, konsumsi, dokumentasi, dan publikasi

j. Pengadaan modul diklat

k. Pengadaan ATK

l. Penyiapan dokumentasi.

m. Rapat persiapan akhir (sumber : panduan dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

2. Tahap Pelaksanaan

Rangkaian kegiatan selama diklat berlangsung sebagai berikut:

a. Penerimaan peserta

b. Pembukaan

c. Penjelasan teknis

d. Pretest.

e. Dinamika kelompok

f. Penyampaian materi diklat

g. Penyampaian materi penutup berupa motivasi diri untuk mengimplementasikan

hasil diklat dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik. Peserta

diinformasikan bahwa peserta akan dievaluasi tentang implementasi tersebut.

h. Postest ( sumber : panduan dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Penyelenggaraan.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

35

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Evaluasi Daftar Hadir dan Peran Aktif Peserta.

c. Evaluasi Kinerja Fasilitator.

d. Refleksi; yakni kegiatan meminta umpan balik (feedback) dari peserta diklat

terhadap proses diklat yang telah dilaksanakan dengan memberikan

saran/masukan sebagai upaya penyempurnaan diklat di masa mendatang.

(Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)

4. Tindak Lanjut

a. Tugas mandiri selama 200 jam pelajaran (25 hari kerja efektif)

b. Penyusunan instrument evaluasi hasil pelaksanaan diklat.

c. Laporan hasil tugas mandiri. (Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang

Tingkat Dasar tahun 2015)

D. Penyelenggara

Penyelenggara diklat Dasar dengan kriteria minimal sebagai berikut :

1. Mampu menyediakan narasumber dan fasilitator yang kompeten di bidangnya.

2. Mampu menyediakan Tempat pelatihan yang representatif.

3. Mampu membuat dan mengembangkan program diklat. (Panduan

Penyelenggaraan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)

E. Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana yang digunakan adalah:

1. Media dan bahan belajar yang terdiri dari modul/diktat/handout, lembar

bacaan, lembar peraga (transparan), lembar tugas, format instrumen dan

lembar evaluasi (pre-tes, proses dan post-test).

2. Sarana pembelajaran terdiri atas, meja dan kursi, papan tulis/white board dan

spidol, kertas dinding, OHP/LCD/Laptop, ATK peserta, ATK panitia dan

ATK Fasilitator.

3. Prasarana penyelenggaraan diklat terdiri atas, ruang belajar/ruang diskusi,

lokasi praktek pembelajaran PAUD atau memiliki kemitraan dengan lembaga

PAUD di sekitar tempat penyelenggaraan.

4. Sarana-sarana lain yang diperlukan untuk kegiatan praktek sesuai materi.

(Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

36

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Metode/Strategi Pelaksanaan

Metode yang dapat dipergunakan, dalam pelaksanaan pelatihan Tutor PAUD,

antara lain:

1. Ceramah, penyampaian materi dengan memperhatikan perbedaan intelektual

dan pengalaman peserta dan disampaikan dengan bahasa yang dipahami

peserta. Sehingga pelatih harus pandai memilih dan memilah kalimat. Materi

harus fokus, dari umum ke rinci. Setelah itu memperjelas setiap rincian yang

dibuat. Dengan pembagian point akan memudahkan peserta menyerap materi

pelatihan

2. Diskusi, bertujuan untuk mengukur tingkat penerimaan dan pemahaman peserta

terhadap materi yang disampaikan

3. Tanya jawab, ditujukan untuk menarik perhatian peserta dan membuat peserta

selalu siap terhadap apa yang disampaikan pelatih;

4. Studi kasus, memaparkan kasus yang berhubungan dengan materi agar mudah

diterima dan dipahami oleh peserta;

5. Praktek, dan demonstrasi; mengaktualisasikan materi pelatihan ke dalam

bentuk kegiatan yang terlihat dan menghasilkan karya;

6. Motivasi, setiap kalimat yang disampaikan menggunakan kata-kata dan bahasa

yang santun dan penuh motivasi;

7. Energizer, kegiatan untuk menghindarkan peserta dari kejenuhan;

8. Refleksi diri, memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan

pemaknaan terhadap apapun yang ingin ia kuasi melalui pelatihan dan didukung

oleh pelatih dan peserta lainnya. (Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang

Tingkat Dasar tahun 2015)

G. Peserta Kegiatan

Kriteria peserta antara lain:

1. Belum Pernah mengikuti diklat PAUD

2. Diutamakan pendidik PAUD yang telah bertugas minimal 1 tahun

3. Usia maksimal 40 tahun

4. Sehat jasmani dan rohani

5. Bersedia mengikuti diklat dari awal sampai akhir

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

37

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Kualifikasi pendidikan minimal SMA. (Panduan Penyelenggaraan Diklat

Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)

H. Narasumber

Narasumber dan Fasilitator dapat berasal dari unsur birokrat, akademisi,

profesional, praktisi dan anggota masyarakat sepanjang memenuhi kriteria sebagai

berikut: Kualifikasi pendidikan minimal S1, memiliki kompetensi dalam bidang

PAUD, menguasai materi diklat, menguasai metode dan strategi pembelajaran

orang dewasa, mampu menyediakan dan menyajikan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan evaluasinya, dapat berkomunikasi dengan baik,

diutamakan memiliki sertifikat TOT, minimal TOT Diklat Tingkat dasar, dan

mampu mengoperasikan IT. (Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang

Tingkat Dasar tahun 2015)

11. Evaluasi Diklat

Penilaian adalah salah satu unsur penting dalam pelatihan, yang dilakukan

untuk mengetahui tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan

program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan dampak apa yang

terjadi setelah program diselenggarakan.

Croncbach dann Stufflebeam menambahkan bahwa evaluasi bukan hanya

mengukur sejauhmana tujuan telah tercapai tetapi digunakan pula untuk

pengambilan keputusan. Secara fisolofis, Rothwell (1996) memberi arti bahwa

evaluasi adalah proses menentukan nilai (value). Nilai disini menunjukan derajat

sesuatu yang dievaluasi dengan kategori baik atau buruk, penting atau tidak

penting, bermanfaat atau tidak bermanfaat, tinggi atau rendah, berhasil atau tidak

berhasil, dan lain sebagainya. Nilai dapat mencerminkan sejauhmana tingkatan

keterampilan, pengetahuan, sikap dan atau nilai-nilai yang diperoleh peserta

pelatihan selama dan atau setelah mengikuti proses pelatihan dalam jurnal: Lenny

Nuraeni, dkk (2015). Volume 02. Nomor 01 dengan judul” Implementasi

Penyusunan Instrumen Evaluasi yang digunakan oleh Widyaiswara dalam

Mengukur Keberhasilan Pelatihan Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan

Kesejahteraan Sosial Lembang.”

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

38

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Sudjana (2000, hlm. 267) mengemukakan bahwa penilaian

didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk

mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan

sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Hamblin (Moekijat, 1993)

merumuskan evaluasi pelatihan sebagai setiap usaha untuk memperoleh data atau

informasi (umpan balik) tentang pengaruh program pelatihan dan untuk

memberikan nilai pelatihan berdasarkan informasi tersebut. Sementara itu tujuan

penilaian adalah menyediakan masukan bagi pengambilan keputusan tentang

perencanaan, berkelanjutan, perluasan, penghentian, dan modifikasi program,

serta penggunaan dan pengembangan landasan ilmiah yang mendasari proses

penilaian.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian

merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data atau

informasi yang diperlukan sebagai umpan balik (feedback) bagi perbaikan atau

penyempurnaan dan pengembangan program pelatihan.

S. Mappa dan A. Basleman (1994, hlm. 112) mengemukakan aspek-aspek

yang dinilai adalah komponen program dan penyelenggaraan program. Komponen

program meliputi masukan, proses, dan hasil program. Sedangkan

penyelenggaraan program mencakup kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan,

dan pengembangan, efisiensi ekonomik dampak program.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan, bahwa evaluasi

pelatihan dilakukan mencakup kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi dari pelaksanaan pelatihan. Penilaian terhadap perencanaan bertujuan

untuk menetapkan prioritas aktivitas yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Hasil dari kegiatan ini menjadi umpan balik (feedback) bagi

perencana untuk penyempurnaan atau pengembangan program pelatihan.

Penilaian terhadap proses dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan

pelatihan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hasil dari kegiatan evaluasi

akan memberikan masukan bagi pengembangan pelaksanaan pelatihan. Hasil

evaluasi ini akan menunjukkan gambaran yang jelas tentang perubahan dan

peningkatan kemampuan peserta setelah selesai mengikuti pelatihan. Hasil dari

evaluasi ini akan menunjukkan gambaran yang jelas tentang perubahan dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

39

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peningkatan kemampuan peserta. Teknik-teknik yang digunakan dalam penilaian

pelatihan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik tes dan non tes. Dijelaskan

oleh Sudjiono (1996, hlm. 62-76) bahwa dalam konteks evaluasi hasil

pembelajaran pelatihan, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan

teknik non-tes. Teknik tes ddapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu (1)

Tes seleksi, (2) Tes awal, (3) Tes akhir, (4) Tes Diagnostik, (5) Tes formatif, dan

tes sumatif. Sedangkan non tes difokuskan melalui pengamatan atau observasi,

wawancara, angket dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.

Sudjana (2007, hlm. 211) mengemukakan bahwa dalam pelatihan terdapat

tiga tahapan perubahan perilaku peserta pelatihan yang dievaluasi. Ketiga tahapan

perubahan itu adalah sebagai berikut:

1) Tahap pertama adalah pengukuran tentang sejauhmana keluaran

(output) pelatihan berupa perubahan perilaku peserta pelatihan dalam

ranah (domain) keterampilan (skill atau psikomotorik), pengetahuan

(kognitif) dan sikap serta nilai (afektif) tertentu sesuai dengan tujuan

pelatihan. Perubahan perilaku peserta pelatihan ini dapat diukur pada

saat sebelum pelatihan dimulai, sewaktu pelatihan sedang berlangsung,

dan atau pada saat pelatihan selesai.

2) Tahap kedua adalah pemantauan (observasi) terhadap penampilan para

peserta atau lulusan pelatihan setelah mereka kembali kemasyarakat

atau setelah memasuki kembali lembaga tempat dimana mereka

bertugas atau bekerja. Pemantauan ini digunakan untuk mengukur

sejauhmana penggunaan perolehan belajar selama pelatihan pada

kegiatan atau tugas pekerjaannya. Kegiatan pemantauan ini adalah

sebagai kelanjutan dari evaluasi tahap pertama. Melalui pemantauan

dapat diketahui sejauhmana para lulusan dapat memanfaatkan hasil

pelatihan dalam lingkungan kehidupan dan pekerjaannya.

3) Tahap ketiga adalah pengukuran tentang pengaruh (outcome) pelatihan

pada lembaga dan masyarakat. Pengaruh terhadap lembaga

penyelenggara pelatihan berkaitan dengan nilai-nilai yang diperoleh

lembaga tersebut setelah menyelenggarakan program pelatihan. Nilai

pelatihan, biaya pelatihan, investasi dalam bentuk pelatihan, dan umpan

balik tentang pelatihan bagi lembaga, dan lain sebaginya. Demikian

pula staf atau masyarakat yang mungkin menjadi layanan para peserta

atau lulusan program pelatihan perlu dievaluasi untuk mengetahui

sejauhmana mereka telah memperoleh dampak positif berupa nilai-nilai

peningkatan kemampuan dan perubahan masyarakat serta sejauhmana

adanya timbal balik antara lembaga penyelenggara pelatihan dengan

masyarakat.

Penyelenggara dan pelatih program pelatihan perlu menyadari bahwa

evaluasi adalah kegiatan berkelanjutan. Kegiatan dan hasil evaluasi sangat

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

40

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermanfaat bagi penyelenggara, pelatih, dan pengelola program pelatihan, serta

peserta atau lulusan program pelatihan. Salah satunya prinsip pembelajaran yang

dikemukakan Thorndike ‘low of effect’ menyatakan bahwa setiap pihak yang

terkait dengan pelatihan memerlukan umpan balik yang berkelanjutan sebagai

motivasi untuk pengelolaan program pelatihan selanjutnya.

Evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam bagian ini adalah evaluasi tahap

pertama yang berkaitan dengan hasil (output) belajar yang meliputi tiga ranah

(domain), yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap serta nilai (afektif) dan

keterampilan (skills atau psikomotorik).

Tes akhir dilakukan dalam setiap mata latihan dan dalam gabungan semua

mata latihan yang tercantum dalam kurikulum pelatihan. Format tes akhir dapat

serupa dengan format tes awal peserta penyajihan atau berupa modifikasi materi

dalam format tes awal, namun bobot informasi dan hasilnya sama. Hasil tes akhir

dan tes awal setiap mata latihan dan atau semua mata latihan dapat dibandingkan

dengan menganalisis perbedaan kedudukan dan hasil setiap mata latihan dan

seluruh materi latihan. Sudjana (2007, hlm. 206).

12. Konsep Diklat Berbasis Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan yang ditunjukan seseorang dalam

menyelesaikan tugas-tugas tertentu berdasarkan standar yang telah di tetapkan

konsep tentang pelatihan berbasis kompetensi lebih menekankan pada

pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan standar

performans yang telah di tetapkan.

Pelatihan yang didasarkan pada kompetensi adalah kegiatan pelatihan yang

diarahkan untuk dapat memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta

untuk melakukan sesuatu, berupa seperangkat tindakan intelegensi (dalam bentuk

kemahiran, ketepatan dan keberhasilan), penuh tanggung jawab yang harus

memiliki seseorang untuk melakukan tugas-tugas pada jenis pekerjaan tertentu.

Mc Clelland (1981, hlm. 45) menyatakan “Competency is a knowledge, skill, and

abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her

baing to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,

affective, and psychomotor behaviors”. Bahwa kompetensi merupakan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

41

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperoleh oleh yang telah

menjadi bagian dari dirinya dimana ia dapat melakukan dengan baik perilaku-

perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.

Mayo (1987, hlm. 22) menjelaskan bahwa “kompetensi adalah pernyataan

dari suatu tugas, dimana individu diharapkan mampu mengerjakannya dengan

baik(to perform successfully) sebagai hasil pendidikan dan pelatihan yang

diikutinya.” Lynton (1992, hlm. 22) mengatakan bahwa kompetensi sebagai :”

those task, skills, attitude, values, and appretiation that are deemed critical to

successful employment”(kompetensi diartikan sebagai tugas-tugas, keterampilan,

sikap, dan apresiasi yang dianggap kritis atau penting untuk keberhasilan

pelaksanaan ketenagakerjaan), jadi kompetensi adalah merupakan tugas,

keterampilan, sikap dan nilai yang harus dimiliki oleh individu dalam

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan uraian tugas yang dilakukannya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi hasil pelatihan atau diklat adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang tutor PAUD setelah selesai mengikuti

pelatihan, berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan kecakapan dalam

melaksanakan proses pembelajaran pada anak usia dini.

Jack Gordon (1988, hlm. 109) mengemukakan beberapa unsur atau elemen-

elemen yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran di bidang kognitif,

b. Pengertian (understanding), yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki

oleh individu.

c. Keterampilan (skills), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan suatu tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

d. Nilai (values), adalah suatu norma atau standar yang telah diyakini dan secara

psikologis telah menyatu dalam diri individu.

e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu stimuli (rangsangan)

misalnya situasi lingkungan, manusia dan lain sebagainya.

f. Minat (interest) adalah keadaan yang mendasari motivasi individu, keinginan

yang berkelanjutan, orientasi psikologis.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

42

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelatihan menurut Marjuki (2000, hlm. 4), adalah pengajaran atau pemberian

pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan pengetahuan, tingkah laku,

dan keterampilan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Pelatihan lebih

mengarah pada proses pengembangan bakat, keterampilan, dan kemampuan

pegawai untuk menuntaskan tugas-tugasnya dengan baik dan benar. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang

dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman,

ataupun perubahan sikap individu.

Pelatihan berkenaan dengan perolehan keahlian- keahlian atau pengetahuan

tertentu. Tujuan dari pelatihan adalah: 1) Untuk mengembangkan keahlian,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, 2) Untuk mengembangkan

pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional dan 3) Untuk

mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan

pegawai lain dan dengan pimpinan. Sedangkan Laird (1985) merumuskan

beberapa penekanan tujuan pelatihan yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1)

Tujuan harus menunjukan pada suatu aktivitas/ tindakan yang dapat diobservasi,

2) Tujuan hanya mengandung satu kriteria yang dapat diukur, 3) Mengandung

pra-syarat agar proses pembelajaran terhadap anak usia dini meningkat.

B. Konsep Pembelajaran Pada Anak Usia Dini

Menurut Suyono dan Haryanto (2011, hlm. 9). Istilah pembelajaran berasal

dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengkukuhkan kepribadian. Pengertian ini lebih diarahkan kepada perubahan

individu seseorang, baik menyangkut ilmu pengetahuan maupun berkaitan dengan

sikap dan kepribadian dalam kehidupan sehari-hari. Melakui pembelajaran ini

harapannya ilmu akan bertambah keterampilan meningkat, dan membentuk

akhlak mulia.

Menurut Rusman (2011, hlm. 116). Pembelajaran merupakan proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara

keseleruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

43

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Latif (2013, hlm. 108). Belajar adalah proses perubahan perilaku

berdasarkan pengalaman dan latihan. Prinsip –prinsip belajar merupakan suatu

ketentuan yang harus dilakukan anak ketika belajar. Anak merupakan pembelajar

yang aktif. Saat bergerak, anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan

kesempatan untuk belajar.

Anak belajar dengan gaya yang berbeda. Ada tiga tipe gaya belajar yaitu tipe

visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Anak belajar melalui bermain, dengan

bermain anak dapat memahami, menciptakan, memanipulasi simbol-simbol, dan

mentransformasikan objek-objek tersebut. (Novan dan Barnawi. 2012, hlm. 119)

Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan

faktor-faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi

serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupu

pengorganisasian pembelajaran. Hamzah B. Uno (2009, hlm, 5).

Dengan demikian dapat didimpulkan bahwa pembelajaran anak usia dini

adalah proses pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun.

Pembelajaran ini dimaksudkan supaya anak usia dini dapat memperoleh ilmu

pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan

optimal. Dengan pembelajaran pula, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku

peserta didik anak usia dini menjadi yang lebih baik.

Tiap anak perlu mendapatkan stimulasi yang cukup sejak dini dalam setiap

aspek perkembangan, yaitu fisik motorik, kognitif, sosial, emosional, bahasa dan

moral. Salah satu orang yang paling berperan penting dalam melaksanakannya

adalah guru.Upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan guru melalui kegiatan

bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.Dengan bermain anak

memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan

perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu

anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut

diatas, maka kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan tahap

perkembangan anak untuk mengembangkan seluruh potensi anak, dalam Jurnal

Ria Novianti, dkk (2012) vol 08 nomor 01 April hal 1-104 dengan judul

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

44

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Pemetaan Kemampuan Guru PAUD Dalam Melaksanakan Asesmen

Perkembangan Anak Usia Dini Di Pekan Baru.”

Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan pengorganisasian berbagai

komponen dalam upaya mengubah siswa mencapai suatu kondisi yang lebih

meningkat secara positif. Untuk mencapai sasaran pembelajaran dibutuhkan

banyak persyaratan menyangkut materi, dalam hal ini materi yang meliputi bahan

ajar atau medianya (Sutjiono, 2005) dalam jurnal Yukni Arifianti (2011), volume

06 nomor 03, hlm. 17-24 dengan judul “Buku Mengenal Tanah Longsor

Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini.”

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 menyatakan bahwa, ”pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”. Pembelajaran menurut Sudjana (2000, hlm. 115 ) adalah upaya pendidik

untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Satu kegiatan dapat menjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak. Belajar

yang efektif jika dapat menggunakan seluruh pengetahuan dan potensi yang

dimiliki anak. Semakin banyak keterlibatan indera anak semakin banyak anak

memperoleh hasil belajar, dalam Jurnal :Siwi Widiastuti ( 2012) volume 01, edisi

01 dengan judul “Pembelajaran Proyek Berbasis Budaya Lokal untuk

Menstimulasi Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini.”

Selanjutnya Sudjana (2000, hlm. 120) menjelaskan bahwa pembelajaran

adalah fungsi pendidik untuk membelajarkan peserta didik terhadap materi

pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang menimbulkan pengaruh belajar.

Definisi pembelajaran tersebut mengandung berbagai fungsi seperti membantu,

membimbing, melatih, memelihara, merawat, menumbuhkan, mendorong,

membentuk, meluruskan, menilai, dan mengembangkan. Fungsi-fungsi

pembelajaran ini dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab pendidik yaitu guru,

pamong belajar, pelatih, sehingga peserta didik dapat melakukan perubahan dalam

dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan

pendidikan.

Pengertian pembelajaran di atas, mengandung makna yang menggambarkan

interaksi dinamis antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

45

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidik, peserta didik, materi, proses, keluaran dan pengaruh kegiatan

pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan

mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana yang

terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media

pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik evaluasi pembelajaran.

Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan kebermaknaan. Artinya, apa

yang bermakna bagi anak menunjuk pada pengalaman-pengalaman belajar yang

sesuai dengan minat-minatnya. Pelaksanaan PAUD yang selama ini lebih

menekankan pada kegiatan akademik (membaca, menulis, dan berhitung ) serta

hapalan yang kurang bermakna bagi diri anak, seyogyanya diarahkan pada

pembelajaran yang berpusat pada minat-minat anak dengan menerapkan

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya (Development

Appropriate Practice atau DAP). Nasriah (2000, hlm. 50)

Suatu rencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal

yang terkait dengan belajar bagaimana belajar (learning to learn), belajar

bagaimana berfikir (learning how to think), belajar bagaimana melakukan

(learning how to do), dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama

(learning how to live together). (Empat Pilar Pendidikan Dalam Pendidikan

Sepanjang Hayat).

Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu

menekankan keempat aspek tersebut di atas. Oleh sebab itu maka pembelajaran

yang direncanakan dan dilaksanakan dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain.

Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan demokratis

agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak

hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif

berinteraksi dengan berbagai benda dan orang lain di lingkungannya, baik secara

fisik maupun mental.

Pembelajaran bagi anak usia dini bukan berorientasi pada sisi akademis saja

melainkan menitikberatkan kepada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik, bahasa, intelektual, sosial-emosi serta seluruh kecerdasan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

46

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Kecerdasan Jamak). Dengan demikian, pendidikan anak usia dini yang

diselenggarakan harus dapat mengakomodasi semua aspek pekembangan anak

dalam suasana yang menyenangkan dan menimbulkan minat anak dalam jurnal

Luluk Iffatur Rocmah (2012) volume 01 nomor 02, dengan judul “ Model

Pembelajaran Outbound untuk Anak Usia Dini.”

Pembelajaran pada masa anak usia dini, seharusnya bertujuan untuk mengem

bangkan semua aspek perkembangan anak terutama kemampuan dasarnya yang

akan digunakan pada masa dewasa nantinya. Bukan dengan memberikan beban

pembelajaran yang seharusnya belum dikuasai anak. Dalam proses pendidikan

anak usia dini, guru harus memahami prinsip yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran yang mengembangkan aspek perkembangan anak dalam jurnal

Avanti dan Sugito (2014), volume 01 nomor 02 dengan judul “Implementasi

Pembelajaran Terpadu Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini di KB-TK Islam

Al Azhar 31 Yogyakarta”

Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran pada hakikatnya dapat

dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keempat istilah tersebut merupakan satu

kesatuan dalam pembelajaran. Pendekatan, strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang akan dan/atau sedang digunakan dapat diketahui dari langkah-

langkah pembelajaran yang telah tersusun dan/atau sedang terjadi. Pendekatan

pembelajaran adalah cara umum dalam memandang pembelajaran. Sedangkan

strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber

belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode mengajar adalah berbagai cara kerja

yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dan teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan suatu metode

sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran mengambarkan

langkah-langkah penggunaan metode mengajar yang sifatnya lebih operasional.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan teknik pembelajaran di

antaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru, ketersedian sarana dan waktu,

serta kesiapan siswa. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

strategi pembelajaran ialah tujuan pembelajaran, jenis dan tingkat kesulitan materi

pelajaran, sarana, waktu yang tersedia, siswa, dan guru dalam jurnal Lamijan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

47

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hardi Susarno (2010) volume 10 nomor 01 dengan judul “Strategi Penyampaian

Bahan Ajar Melalui Pemanfaatan Metode dan Media Dalam Proses

Pembelajaran.”

1. Penyusunan perencanaan Pembelajaran PAUD

Menurut Latif dkk (2013, hlm. 85). Pengertian Rencana pembelajaran (Lesson

Plan). Rencana pembelajaran adalah sebuah rencana belajar yang disusun untuk

mengalirkan materi-materi yang telah dipilih, yang diorganisasikan ke dalam

serangkaian kegiatan prosedur kerja.

Rencana pembelajaran adalah sebuah rencana belajar yang disusun terencana

untuk mengalirkan materi-materi yang telah dipilih dengan metode-metode

(dalam hal ini metode sentra ) yang diorganisasikan ke dalam serangkaian

kegiatan serta prosedur kerja. (Martini Saleh dan Wismiarti, 2010, hlm. 69).

Rencana pembelajaran (lesson plan) adalah sebuah rencana pembelajaran yang

disusun untuk panduan guru tentang materi dan metode penyajian serta prosedur

kerjanya. ( Retno Soendari dan wismiarti, 2010, hlm. 84)

Menurut Mulyasa (2007, hlm. 217-218). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan disebutkan bahwa perencanaan pembelajaran paling paling tidak

memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan.

Fungsi perencanaan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat

mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan

yang matang. Sedangkan fungsi pelaksanaan, yaitu rencana pelaksanaan

pembelajaran harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh, menyeluruh,

dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang

aktual. Dengan kata lain, rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan apa

yang direncanakan.

a. Prinsip-prinsip dari Rencana Pembelajaran.

Menurut Latif dkk (2013, hlm. 86). Dalam pembuatan rencana pembelajaran

sangat penting memperhatikan isi dari rencana pembelajaran itu sendiri. Pada

rencana pembelajaran yang baik akan berisi:

1) Nama tema dan topik pembelajaran, kelompok/kelas dan tanggal pelaksanaan

pembelajaran. Selain itu nama sentra subtema juga ditampilkan.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

48

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Tujuan pembelajaran merupakan pertanyaan yang merupakan kemampuan

yang akan dibangun pada anak melalui materi-materi yang diberikan pada

mereka setiap tema.

3) Kosakata: terdiri dari kosakata baru yang akan dipelajari anak dan

berhubungan dengan tema.

4) Media (alat-alat dan bahan yang dibutuhkan): sebagai guru yang siap

memberikan pelajaran, sangat penting untuk mempunyai semua bahan yang

dibutuhkan di dalam jangkauannya.

5) Strategi: ada tiga langkah dalam pembelajaran, yaitu: say, show, check.

Say: memberikan informasi berupa pernyataan-pernyataan langsung

Show: membacakan buku-buku, memperlihatkan gambar-gambar yang

berkaitan dengan tema yang sedang dibahas

Check: memberikan macam-macam pertanyaan (fakta, konvergen, divergen,

dan evaluatutive), hasil karya, ungkapan-ungkapan, dan catatan pengamatan

main anak.

6) Kegiatan: ada macam-macam kegiatan yang dapat dipilih untuk mencapai

tujuan dari rencana pembelajaran dengan perincian dari penataan lingkungan

main, pijakan awal main, pijakan saat main, dan pijakan setelah main

(recalling).

7) Evaluasi: evaluasi berguna untuk mengetahui apakah anak memahami konsep-

konsep yang telah diajarkan, melalui metode evaluasi berupa pengamatan

langsung dan terus menurus selama anak main.

a. Jenis Rencana Pembelajaran (Lesson Plan).

Menurut Latif dkk (2013, hlm. 88). Ada beberapa Lesson Plan yang dibuat

guru, antara lain:

1) Lesson plan satu tahun.

Rencana Pembelajaran satu tahun adalah rencana pembelajaran yang dibuat

oleh guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk satu tahun atau

dua semester, biasanya LP satu tahun.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

49

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Lesson Plan satu semester.

Rencana pembelajaran satu semester adalah rencana pembelajaran yang dibuat

oleh guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk satu semester,

biasanya LP satu tahun meliputi tema dan sub tema atau topik yang akan

dibahas selama satu semester.

3) Lesson Plan setiap tema.

Rencana pembelajaran satu semester adalah rencana pembelajaran yang dibuat

oleh guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk satu semester,

LP setiap tema harus mengandung prinsip-prinsip dari rencana pembelajaran

itu sendiri yang akan dibahas selama pemakaian tema tersebut.

4) Lesson Plan harian.

Rencana pembelajaran harian adalah rencana pembelajaran yang dibuat oleh

guru untuk merancang kegiatan pembelajaran untuk satu kali pertemuan,

biasanya LP setiap tema harus mengandung prinsip-prinsip dari rencana

pembelajaran itu sendiri yang akan dibahas selama pemakaian tema tersebut

dalam satu kali pertemuan.

5) Lesson Plan setiap sentra.

Rencana pembelajaran setiap sentra adalah rencana pembelajaran yang dibuat

oleh guru sentra untuk merancang kegiatan pembelajaran untuk satu macam

sentra, berdasarkan prinsip-prinsip dari rencana pembelajaran dan disesuaikan

dengan sentra yang dipegang.

6) Lesson Plan individual.

Rencana pembelajaran individual adalah rencana pembelajaran yang dibuat

oleh guru yang dirancang khusus untuk anak secara individu, berdasarkan

prinsip-prinsip dari rencana pembelajaran, dan disesuaikan dengan

kemampuan dasar anak secara individu guna mendukung perkembangan anak

ke tahap yang lebih tinggi.

a. Langkah-langkah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana yang

menggambarkan prisedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan jabarkan dalam

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

50

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan skenario pembelajaran

yang menjadi pegangan bagi guru untuk menyiapkan, menyelenggarakan, dan

mengevaluasi hasil kegiatan belajar dan pembelajaran. Mulyasa (2007, hlm. 212).

Sebelum menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), perlu kiranya

mengetahui isi atau bagian RPP yang akan dikembangkan. Yang mana isi ini

merupakan hal yang utama dan yang tidak terpisahkan dalam kegiatan

pembelajaran. Secara umum, berikut adalah beberapa isi atau bagian yang

terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajara. Fadillah (2012, hlm. 142)

1) Bagian penjelasan umum; berisi tentang topik, siapa yang mengajarkan, siapa

yang belajar, kapan, dan berapa lama waktu yang diperlukan .

2) Bagian tujuan; berisi tentang kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa

setelah terselenggaranya kegiatan belajar dan pembelajaran.

3) Bagian pendukung; berisi tentang tujuan dan sarana serta prasarana yang

diperlukan, tentang gambaran umum tentang skenario belajar dan

pembelajaran yang akan diselenggarakan.Bagian ini diperlukan oleh guru dan

teknisi untuk menyiapkan sarana dan prasarana yang akan diperlukan.

4) Bagian utama; berisi rincian tentang tahapan-tahapan kegiatan belajar dan

pembelajaran berikut dan metode yang digunakan. Semakin rinci isi bagian ini

semakin baik, sebab kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.

Demikian beberapa isi dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang

akan dikembangkan. Bila semua itu telah dipahami dengan jelas, selanjutnya ialah

menyusunnya secara praktis dan sistematis dalam bentuk perencanaan

pembelajaran yang sesungguhnya.

Menurut Fadillah (2012, hlm. 135). Perencanaan pelaksanaan pembelajaran

yang baik adalah perencanaan pembelajaran yang dapat memuat dan merangkum

seluruh materi yang akan disampaikan. Mulai dari hal yang teknis sampai pada

implementasi. Oleh karenanya, untuk dapat menyusun perencanaan pelaksanaan

pembelajaran tersebut diperlukan prinsip-prinsip dalam pengembangannya di

antaranya adalah sebagai berikut.

1) Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus

jelas, semakin konkret kompetensi semakin mudah diamati, dan semakin tepat

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

51

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi

tersebut.

2) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi

peserta didik.

3) Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang

akan diwujudkan.

4) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan

menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

5) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program disekolah, terutama

apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau

dilaksanakan diluar kelas, agar tidak menganganggu jam-jam pelajaran yang

lain.

Menurut Asmawati (2014, hlm. 15). Proses pembelajaran menyusun tujuan

pembelajaran terdiri atas 3 tahap yaitu penentuan (define), pengembangan

(development), penilaian (evaluation).

Pembelajaran bagi anak usia dini bukan berorientasi pada sisi akademis saja

melainkan menitikberatkan kepada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik, bahasa, intelektual, sosial-emosi serta seluruh kecerdasan

(Kecerdasan Jamak). Dengan demikian, pendidikan anak usia dini yang

diselenggarakan harus dapat mengakomodasi semua aspek pekembangan anak

dalam suasana yang menyenangkan dan menimbulkan minat anak dalam jurnal

Luluk Iffatur Rocmah (2012) volume 01 nomor 02, 173-188 dengan judul “Model

Pembelajaran Outbound untuk Anak Usia Dini.”

Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat dideskripsikan bahwa searangkaian

proses pembelajaran, yaitu perencanaan pengembangan, pelaksanaan,dan

evaluasi. Dalam desain pembelajaran proses untuk menentukan kondisi belajar

diantaranya metode, sumber belajar, media, waktu, tempat, dan anak PAUD.

Walaupun kajian desain pembelajaran merupakan disiplin tertua dalam studi

teknologi pembelajaran, istilah desain masih menimbulkan penafsiran. Banyak

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

52

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

definisi diberikan secara berbeda antara satu ilmuwan dengan yang lainnya. Seels

dan Richey (1994, hlm. 30) dalam Yaumi (2013, hlm. 5) memberikan definisi

tentang design is process of specifying conditions for learning (desain adalah

proses untuk menentukan kondisi belajar).

1. Desain Pembelajaran

Reigeluth (1983, hlm. 25) dalam yaumi (2013, hlm.14) menjelaskan bahwa

desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran

untuk memfasilitasi proses belajar seseorang. Jadi Reigeluth menjelaskan desain

pembelajaran berdasarkan teori belajar dan pembelajaran yang di buat kisi-kisi

pembelajaran. Desain instruksional yang berisi kisi-kisi teori belajar dan

pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran.

Rothwell dan Kazanas (2004) dalam Yaumi (2013, hlm. 10)) menjabarkan

definisi desain pembelajaran mencakup: (1) suatu profesi yang muncul, (2)

difokuskan pada membangun dan mempertahankan kinerja manusia secara efektif

dan efisien, (3) diarahkan dengan model kinerja manusia, (4) dilakukan secara

sistematis, (5) berdasarkan teori sistem terbuka, (6) berorentasi untuk menemukan

dan memberikan solusi pada permasalahan kinerja manusia secara efektip dan

menemukan lompatan-lompatan quantum dalam perbaikan produktivitas melalui

kecerdasan manusia.

Carl and Rosalind (2011) dalam Yaumi (2013, hlm. 11) dengan mengadaptasi

definisi desain pembelajaran dari Training and Instructional Design Applied

Research Laboratory, Penn State University mengatakan bahwa definisi

pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni: (1) sebagai suatu

proses, (2) sebagai suatu disiplin, (3) ilmu pengetahuan, (4) sebagai realitas.

Dari pengertian Diatas Desain Pembelajaran sebagai upaya yang disengaja

untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi peserta

didik, sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari. Desain pembelajaran

diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai efektivitas dan

efisiensi.( Muhammad Yaumi, 2013, hlm. 18)

Gagne, Briggs (1979, hlm. 55) dalam Yaumi (2013, hlm. 12) menjelaskan

bahwa desain pembelajaran dapat membantu proses belajar seseorang secara

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

53

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertahap dalam jangka waktu yang panjang. Mereka menyatakan bahwa proses

belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar internaldan eksternal.

Kondisi belajar internal adalah kemampuan dan kesiapan diri anak. Kondisi

eksternal adalah pengaturan lingkungan belajar yang didesain oleh Tutor/guru.

Jadi, penyiapan kondisi belajar belajar eksternal ini harus didesain oleh

Tutor/guru dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kurikulum Pembelajaran

Kurikulum (curriculum) secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, curir

yang artinya” pelari “ dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum

berasal dari dunia olahraga yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus

ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Seiring dengan

perkembangan teori dan praktik pendidikan, istilah kurikulum bergeser makna

menjadi sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau

diselesaikan siswa untuk mencapai suatu tingkatan ijazah. Suyadi dan Dahlia

(2014, hlm. 2)

Menurut B. Othanel Smith, W.O. Starley dan J. Harlan Shores dalam Suyadi

dan Dahlia (2014, hlm. 2), kurikulum merupakan “a sequence of potensial

experience is set up in the school for the purpose of disciplining children and

youth in group ways of thingking. Kurikulum merupakan sejumlah pengalaman

potensial yang diatur untuk tujuan mendisiplinkan anak-anak dan remaja agar

mereka dapat berfikir dan bertindak sesuai dengan kelompoknya.

Sudjana (1995, hlm. 2-3) memandang kurikulum sebagai sebuah program

belajar bagi siswa yang disusun secara sistematik dan diberikan oleh lembaga

pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan.

Nasution (2006, hlm. 5) dalam bukunya yang berjudul kurikulum dan

pengajaran, menegaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk

melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab

sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Hamalik (2006, hlm. 97) menjelaskan bahwa kurikulum adalah perencanaan

kesempatan belajar untuk membina siswa ke arah perubahan perilaku yang

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

54

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diinginkan dan menilai hingga di mana perubahan-perubahan tersebut telah terjadi

pada diri yang bersangkutan.

Dari berbagai pandangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum

merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang didalamnya memuat tujuan,

isi, bahan ajar, dan metode pembelajaran yang semuanya itu digunakan untuk

membina siswa ke arah perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana

perubahan perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan perilaku

tersebut telah terjadi pada siswa.

Pada Pendidikan Anak Usia Dini kurikulum yang gunakan adalah berbentuk

tema, di mana Tutor secara bersama menentukan tema yang cocok untuk anak

yang disesuaikan dengan lingkungan lembaga. Kurikulum yang disusun dalam

“tema” membuat anak melibatkan dirinya di dalam semua area yang mereka

pelajari dan menjadikan mereka untuk selalu tertarik pada suatu topik dengan

sikap ingin tahu. Dalam hal ini guru mampu mengorganisasikan antara pikiran

dan rencana (planning), sehingga dapat memilih aktivitas yang bermanfaat untuk

anak. Dengan cara Tutor mengumpulkan semua data dan diorganisasikan sebagai

dasar perencanaan oleh mereka, dimana hal ini berguna untuk menjaga dan

meningkatkan akurasi informasi yang mendukung anak. Latif, dkk (2013, hlm.

49)

3. Pendekatan Pembelajaran Anak Usia Dini (AUD)

Menurut Jean Jacques Rousseau, dalam Latif dkk (2013, hlm. 100) bahwa

bermain adalah kodrat anak dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih apa

yang ingin mereka pelajari, anak bermain karena menginginkan kebebasan.

Kemudian ide gagasan free play dikembangkan oleh para ahli pendidikan dengan

menggunakan istilah discovery learning (pembelajaran untuk menemukan) yang

pada intinya mempunyai tujuan dan maksud yang sama, dan dalam

pelaksanaannya juga mengandung unsur-unsur belajar serta dalam kebebasannya

bermain dengan berbagai alat, bahan dan perlengkapan yang disediakan.

Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan Area-area Kegiatan. Area kegiatan

merupakan pusat-pusat belajar yang diberi tanda di dalam kelas, diisi dengan

berbagai jenis kegaiatan belajar dan alat-alat berdasarkan pada program

kemampuan dasar tiap kelas, serta pada tema dan subtema yan g sedang dalam

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

55

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembahahasan. Area-area kegiatan didesain untuk mengajarkan anak konsep-

konsep yang spesefik. Konsep-konsep tersebut dapat diciptakan sendiri oleh guru,

guru bersama anak-anak atau anak-anak itu sendiri.

Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan Sentra dan Waktu Lingkaran.

Sentra dapat diartikan sebagai suatu wadah yang disiapkan oleh guru untuk

kegiatan bermain anak, dimana dalam kegiatan tersebut guru dapat mengalirkan

materi pembelajaran yang sebelumnya telah direncanakan dan disusun dalam

bentuk lesson plan.

4. Metode/ Strategi Pembelajaran PAUD

Metode pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai

metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian,

metode pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan

kreativitas anak belajar.

Menurut Latif (2013, hlm. 108) Metode pembelajaran PAUD terdiri dari

beberapa metode, antara lain:

a. Metode pembelajaran bermain.

Metode bermain adalah metode bermain metode yang menerapkan permainan

atau mainan tertentu sebagai wahana pembelajaran siswa. Bermain adalah suatu

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Piaget dalam Hurlock (1995, hlm. 320)

menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk

kesenangan fungsional. Sedangkan menurut Bettelheim dalam Hurlock (1995,

hlm. 320), kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain

kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir.

Menurut Fadillah (2012, hlm. 168), bermain adalah salah satu kesukaan

mayoritas anak usia dini. Secara normal tidak ada seorang anak pun yang tidak

suka bermain. Semua anak suka bermain, meskipun sifatnya sangat sedrhana.

Oleh karenanya, metode bermain ini sangat cocok bila diterapkan dalam

pembelajaran anak usia dini.

Dworetzky dalam Latif (2013, hlm. 108) memberikan batasan bermain,

setidaknya ada lima kriteria dalam bermain, yaitu: 1) motivasi intrinsik: motivasi

bermain muncul dari dalam diri anak itu sendiri, bukan karena ada tuntutan atau

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

56

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

paksaan dari luar dirinya; (2) pengaruh positif: kegiatan bermain merupakan

tingkah laku yang menyenangkan atau menggembirakan. (3) bukan dikerjakan

sambil lalu: kegiatan main merupakan kegiatan utama anak dan lebih bersifat

pura-pura; (4) cara atau tujuan: cara bermain lebih diutamakan daripada tujuan

bermain; dan (5) kelenturan-kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun

dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam stiap situasi.

a. Metode Pembelajaran Melalui Bercerita.

Menurut Montolalu,dkk (2010, hlm. 103), bercerita adalah cara bertutur dan

menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga

merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Isi

cerita diupayakan berkaitan dengan: a) dunia kehidupan anak yang penuh suka

cita, yang menuntut isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan

gembira, lucu, menarik, dan mengasyikann bagi anak; b) disesuaikan dengan

minat anak yang biasanya berkenaan dengan binatang, tanaman, kendaraan,

boneka, robot, planet, dan lain sebagainya; c) tingkat usia, kebutuhan dan

kemampuan anak menangkap isi cerita berbeda-beda. Maka cerita yang

diharapkan haruslah bersifar ringkas atau pendek dalam rentang perhatian anak; d)

membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi setelah selesai

bercerita.

a. Metode Pembelajaran Melalui Bernyanyi.

Hoing dalam Latif, dkk (2013, hlm. 112) menyatakan bahwa bernyanyi

memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan

pribadi anak secara luas, karena: (1) bernyanyi bersifat menyenangkan ; (2)

bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; (3) bernyanyi merupakan

media untuk mengekspresikan perasaan; (4) bernyanyi dapat membantu

membangun rasa percaya diri anak; (5) bernyanyi dapat membantu daya ingat

anak; (6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor; (7) bernyanyi dapat

mengembangkan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak; dan (8)

bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.

Sukses tidaknya penggunaan metode bernyanyi dalam pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh pendidik sendiri dan lagu yang dibawakannya. Bila pendidik

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

57

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pandai bernyanyi atau membawakan lagu, khususnya lagu anak-anak, tentu anak

akan senang mendengar dan mengikutinya.

b. Metode Pembelajaran Karyawisata.

Menurut Latif,dkk (2013, hlm. 115) Metode ini adalah kunjungan secara

langsung ke obyek-obyek wisata yang sesuai dengan tema yang dibahas. Melalui

kunjungan tersebut anak dapat mengamati langsung sekaligus memperoleh kesan

dari pengamatannya. Melalui karyawisata diharapkan dapat: (1) merangsang

minat anak terhadap sesuatu; (2) memperluas informasi yang diperoleh ditempat

kegiatan; (3) memberi pengalaman belajar secara langsung; (4) menumbuhkan

minat anak terhadap sesuatu; (5) menambah wawasan anak; (6) menjadi sarana

rekreasi; (7) memberi perasaan yang menyenangkan; (8) sarana memperat

hubungan antara orang tua dan Tutor PAUD, orang tua dengan anak, serta anak

dengan anak.

c. Metode Pembelajaran Sentra dan Lingkaran (Seling).

Menurut Latif, dkk (2013, hlm. 115), metode ini lebih memberi keleluasaan

kepada anak-anak untuk bebas bermain di sentra-sentra yang sudah disiapkan.

Pembelajaran dengan metode ini mengacu pada empat pijakan yang ada. Kegiatan

sentra melalui empat pijakan main yang saling berhubungan sehingga dapat

mendukung perkembangan seluruh aspek yang dibangun anak, pijakan tersebut

tersebut antara lain: pijakan lingkungan main, berupa penataan lingkungan main,

pijakan awal main, pijakan saat main merupakan pijakan individual yang

diberikan saat anak main, pijakan setelah main (recalling). Waktu lingkaran anak-

anak dan guru melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan motivasi

dan menumbuhkan kreativitas anak untuk membangun pikirannya sehingga anak

mendapatkan ide-ide yang akan dapat mereka tuangkan saat mereka bermain

nantinya.

Pendekatan Sentra dan lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD

yang berfokus pada anak yang dalam pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah

yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai

pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi dalam Jurnal : Ida

Rindaningsih (2012) volume 01 nomor 02. 213-223 dengan judul “Pengembangan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

58

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model Manajemen Staregik Berbasis (beyond Center and Circle Time) BCCT

pada PAUD.

Dalam menggunakan media balok, agar lebih menarik dan anak lebih

bersemangat, maka disini menggunakan model pembelajaran yaitu model

pembelajaran inside-outside Ciycle yaitu teknik mengajar dengan cara anak

membuat lingkaran besar dan lingkaran kecil, dalam model pembelajaran ini

diberikan kesempatan kepada anak untuksaling berbagi informasi baru yang

didapat oleh anak di dalam proses pembelajaran saat pelajaran berlangsung dan

anak dapat berbagi informasi dan kreasi pada saat yang bersamaan, dan disini juga

memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa bereksplorasi dengan

lingkungannya. Jurnal dalam Gusti Ayu RA, dkk (2014) volume 02 nomor 01,

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle berbantuan

Media Balok Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Kelompok B.”

5. Evaluasi Pembelajaran PAUD

Istilah “evaluasi” sering kali dimaknai berbeda-beda. Ada yang menyamakan

“evaluasi”dengan istilah “ pengukuran”, atau “assessment”jika berhubungan

dengan praktik yang menggambarkan kemajuan anak didik dalam perkembangan

dan belajarnya. Informasi dari assessment akan digunakan sebagai dasar dalam

mengevaluasi perkembangan anak dalam pendidikan anak usia dini (PAUD).

Iksan Waseso, dkk (2009, hlm.13).

Setiap hari guru melakukan penilaian atau evaluasi, dalam hal ini guru

mempertimbangkan efektivitas suatu perencanaan program atau sasaran. Penilaian

semacam ini disebut dengan penilaian reflektatif. Adapun penilaian tentang

efesiensi proses program disebut dengan penilaian formatif, dan perihal kesahihan

(validitas) dan keterandalan (reliabilitas) penilaian hasil pelaksanaan program

kegiatan belajar disebut dengan penilaian sumatif. Ibid (2009, hlm. 11). Evaluasi

program bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program PAUD.

Evaluasi program mencakup penilaian terhadap. (departemen pendidikan

nasioanal, pedoman penerapan pendekatan”BCCT”2009, Hlm. 17) yaitu ;

a. Kinerja Tutor (guru/kader/pamong) dan pengelola.

b. Program pembelajaran.

c. Administrasi kelompok.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

59

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Evaluasi program dilakukan oleh petugas dinas pendidikan kecamatan

bersama unsur terkait. Evaluasi program dapat dilakukan paling tidak setiap alhir

tahun kegiatan belajar anak. Evaluasi dalam pembelajaran anak usia dini

berdasarkan permendiknas No. 58 tahun 2009, dimana penilaian anak berdasarkan

tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu nilai-nilai agama dan moral,

motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional.

Dalam evaluasi pendidikan anak usia dini (PAUD), ada beberapa hal yang

dapat dilakukan oleh Tutor,antara lain.(wismiarti, 2011, hlm. 15)

a. Pengamatan langsung (observasi)

b. Mencatat kegiatan yang dilakukan dan tahapan main anak.

c. Mencatat ungkapan, pertanyaan(tanya jawab), pernyataan anak.

d. Membaca hasil karya anak, mendokumentasikan semua bahasa natural anak

kedalam portofolio masing-masing anak.

Menurut Mukhtar Latif, dkk (2013, hlm. 169) Langkah-langkah evaluasi

dilaksanakan untuk membantu guru membuat penilaian kemampuan anak dalam

mengikuti proses pembelajaran. Ada empat fokus evaluasi untuk pembelajaran

anak usia dini yaitu (1) Evaluasi Perencanaan, (2) Evaluasi Pelaksanaan, (3)

Evaluasi Media, dan (4) Evaluasi Perkembangan anak.

Dalam membahas evaluasi perkembangan, guru dapat membaca dari tampilan

bahasa anak, mulai saat anak datang kesekolah sampai waktunya pulang. Evaluasi

juga dapat dikumpulkan dari, (1) Hasil kerja anak, (2) catatan dari pengamatan

guru tentang bahasa natural anak, antara lain : dari gerakan tubuhnya, ucapannya,

tulisannya, gambarannya, yang mempresentasikan tahapan perkembangan domain

berpikirnya. Bahasa natural anak menampilkan informasi yang sangat kaya bagi

pengamatan guru, saat anak berinteraksi dengan anak lainnya, dan saat anak

berinteraksi dengan media lainnya. Dan, semua tampilan bahasa anak tersebut

dikumpulkan dalam portofolio yang menggambarkan tentang perkembangan anak

masing-masing.

6. Karakteristik Pembelajaran PAUD

Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini (PAUD). Kegiatan

pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani

Sujiono, 2009, hlm. 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

60

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar

melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas

perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang

harus dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak

usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.

Belajar, bermain, dan bernyanyi.

a. Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan

bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini

diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang,

bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat

permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain

dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik

jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak

menggunakan seluruh alat inderanya.

b. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan.

Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal

penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada

individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh

dkk., 2005: 3.12). Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus

sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati,

kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut

menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Manusia merupakan

makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan

guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi,

dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang

tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan

konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program

pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks

keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

61

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Teori-teori Pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Fadillah (2012, hlm. 102) Adapun teori-teori pembelajaran yang

dapat diterapkan untuk Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut

a. Teori Kognitif

Kognitif, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah

laku itu terjadi. Kaum kognitivis berpandangan bahwa tingkah laku seseorang

lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada dalam

situasi. Jadi, dalam proses pembelajaran, teori ini lebih menekankan pada

kemampuan Kognitif peserta. Wasty Soemanto( 2003, hlm. 127).

Adapun ciri-ciri pembelajaran kognitif antara lain sebagai berikut: dalam

proses pembelajaran lebih menghendaki dengan pengertian dari pada hapalan,

hukuman, dan ganjaran (reward), pembelajaran lebih menggunakan insight untuk

pemecahan masalah. Adapun yang menjadi kelebihan-kelebihannya antara lain,

dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, serta membantu siswa

memahami bahan belajar secara mudah. Sedangkan kekurangan-kekurangannya

adalah teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkatan pendidikan, sulit

dipraktekkan, khususnya ditingkat lanjut, beberapa prinsip seperti inteligensi sulit

dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas. M.thobroni dan Arif Mustofa

(2011, hlm. 105).

Teori perkembangan Kognitif Piaget dalam George S. Marrison (2016,hlm.

69). Teori Piaget menjelaskan cara orang berfikir, memahami, dan belajar. Piaget

meyakini bahwa kecerdasan adalah proses kognitif atau mental yang digunakan

anak untuk memperoleh pengetahuan. Kecerdasan adalah “ mengetahui” dan

melibatkan penggunaan operasi mental, yang berkembang sebagai akibat dari

tindakan mental dan fisik dilingkungan sekitar. Keterlibatan aktif adalah teori

Piaget yang menyatakan bahwa anak mengembangkan kecerdasan lewat

pengalaman/praktik langsung dilingkungan fisik. Pengalaman praktik ini menjadi

dasar bagi kemampuan otak untuk berfikir dan belajar. Piaget juga berpikir bahwa

kecerdasan memiliki dasar biologis. Seluruh organisme, termasuk manusia,

beradaptasi terhadap lingkungannya. Sebagai contoh, dalam proses adaptasi fisik,

manusia bereaksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Piaget

menerapkan konsep adaptasi hingga tingkat pikiran, dan menggunakannya untuk

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

62

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjelaskan cara anak merubah pemikirannya dan berkembang secara kognitif

sebagai hasil dari pergaulan dengan orang tua, guru, kerabat, teman, dan

lingkungan.

Perkembangan kognitif 3-6 tahun menurut Piaget (Jamaris, 2011. Hlm 37-38)

dalam tahap proaperasional kongkrit. Pada usia ini anak masuk dalam berfikir

intuitif yaitu fase dimana anak memiliki banyak pengetahuan namun tidak tahu

bagaimana anak mengetahui hal tersebut. Tahap ini mencirikan rasa ingin tahu

anak sangat besar terhadap sesuatu, banyak mengajukan pertanyaan, mampu

mengetahui alasan-alasan logis yang primitif, belum dapat memahami prinsip

konservasi, dan anak melalui contoh-contoh yang dilihat ketika bermain dalam

Jurnal Eka Sapti C, dkk (2014) volume 03 edisi 1 dengan judul” Pelatihan

Pengenalan Karakter untuk Anak Usia Dini melalui Cerita Rakyar Budaya Lokal

bagi Pendidik PAUD non Formal TPA/KB/SPS se Kecamatan Sleman.”

b. Teori Behaviouristik

Istilah teori behaviouristik diambil dari kata behavior yang memiliki

makna perilaku. Maksudnya adalah dalam teori ini tingkah laku manusia

dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari

lingkungan. Semakin seseorang diberikan reward dan penguatan, ia akan semakin

menunjukkan tingkah laku sesuai yang dikehendaki. Bila dikaitkan dengan

pembelajaran, tingkah laku ini merupakan wujud capaian hasil belajar. Ciri-ciri

pembelajaran dalam teori behavioristik adalah (1) dalam pembelajaran diperlukan

penghargaan (reward) dan penguatan (reinforcement), (2) dalam pembelajaran

terjadi refleksi –refleksi atau respons-responsbersyarat melalui stimulus, (3)

dalam pembelajaran membutuhkan pembiasaan-pembiasaan secara terus menerus.

Mustaqim (2004, hlm. 61).

c. Teori Humanistik

Humanistik merupakan teori belajar yang menganggap bahwa tingkah laku

individu ditentukan oleh individu sendiri, bukannya orang lain. Dalam teori ini,

pembelajaran lebih melibatkan keseluruhan pribadi peserta didik, seperti

intelektual, emosional, dan keterampilan. Di antara tokoh utama dari teori

humanistik adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Ranson Rogers dalam

Fadillah (2012, hlm. 122), teori belajar humanistik mempunyai ciri-ciri sebagai

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

63

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berikut: (1) siswa akan maju menurut iramanya sendiri dalam mencapai tujuan

mereka sendiri. (2) pendidik aliran humanistik mempunyai perhatian yang murni

dalam pengembangan perbedaan individu siswa. (3) ada perhatian yang kuat

terhadap pertumbuhan pribadi dan perkembangan siswa secara individual. Wasti

Sumanto (2012, hlm. 238). Dalam teori humanistik dapat dipahami bahwa

pembelajaran lebih menekankan pada diri siswa. Dengan kata lain, dengan kata

lain siswalah yang lebih aktif, karena guru hanya berperan sebagai fasilitator yang

bertugas mengarahkan, membimbing, dan membina peserta didik.

d. Teori Neurosains

Neurosains secara harfiah memiliki arti ilmu tenatng otak. Sedangkan secara

istilah, neurosains merupakan ilmu yang khusus mempelajari neuron atau sel

saraf. Taufiq Pasiak (2006, hlm. 46). Otak merupakan komponen fisik dan

fungsional yang mendasari proses belajar. Pengetahuan tentang otak tidak saja

penting dalam proses pembelajran (learning), tetapi keseluruhan dalam proses

pendidikan (education). Ibid (2012, hlm. 47). Teori Neurosains merupakan salah

satu teori pembelajaran yang mendasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan

otak (sel saraf) seorang anak. Dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini, teori ini

sangat membantu seorang pendidik dalam memberikan materi untuk pembelajaran

peserta didik. Dengan mempelajari otak maupun sel saraf seseorang, pembelajaran

akan dapat dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan perkembangan otak yang

terdapat dalam diri seseorang. Jadi, dapat dipahami bahwa teori neurosanins

dalam pendidikan anak usia dini ialah berusaha memaksimalkan perkembangan

otak anak dengan memberikan berbagai rangsangan dan stimulus melalui kegiatan

pembelajaran. Dengan adanya rangsangan terhadap perkembangan otak anak ini,

diharapkan anak akan dapat memaksimalkan segala potensi yamg dimilikinya

sehingga akan memberikan kemanfaata dimasa-masa yang akan datang (tingkat

lanjutnya).

8. Belajar sambil Bermain pada Anak Usia Dini

Belajar sambil bermain adalah sistem pendidikan yang umum diterapkan di

setiap lembaga pendidikan usia dini. Danar Santi (2016, hlm. 3)

Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan

anak. Moeslichatoen (1999) dalam Isjoni (2009, hlm. 87). Bermain merupakan

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

64

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan yang memberikan kepuasaan bagi diri sendiri. Gordon &Browne,

1985dalam Oeslchatoen (1999) dalam Isjoni (2009, hlm.87). Bermain merupakan

kegiatan yang memberikan kepuasaan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak

memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan

yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang

lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu.

Dworetsky, (1990) dalam Moelichotoen(199) dalam Isjoni (2009, hlm.87).

Kegiatan bermain dilaksanakan tidak serius dan fleksibel. Menurut Dearden

Hetherington & Parke (1979) dalam Isjoni (2009, hlm. 87) bermain merupakan

kegiatan non serius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan yang

secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain

mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak.

Frank dan Theresa Caplan (Hildebrand, 1986) dalam Isjoni (2009, hlm. 88)

mengemukakakan ada enam belas nilai bermain bagi anak yakni:

a) Bermain membantu pertumbuhan anak

b) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela

c) Bermain memberikan kebebasan anak untuk bertindak

d) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai

e) Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya

f) Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa

g) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam hubungan antar pribadi

h) Bermain memberi kesempatan untuk mengusai diri secara fisik

i) Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.

j) Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu

k) Bermain merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa

l) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar

m) Bermain menjernih pertimbangan

n) Bermain dapat distruktur secara akademis,

Bermain merupakan kekuatan Hidup. Bermain merupakan sesuatu yang

esensial bagi kelestarian hidup manusia. Oleh karena begitu besar nilai bermain

dalam kehidupan anak , maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan

program kegiatan anak prasekolah merupakan syarat mutlak yang sama sekali

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

65

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak bisa diabaikan. Bagi anak prasekolah belajar adalah bermain dan bermain

sambil belajar.

Menurut Fadillah (2012, hlm, 169) bermain dapat dikategorikan menjadi dua

jenis yaitu, 1) bermain aktif, dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa

yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat

sesuatu dengan lilin cat, 2) bermain pasif, dalam bermain pasif (hiburan),

kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit

energi. Anak-anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau

hewan di televisi, menonton adegan lucu atau membaca adalah bermain tanpa

mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang

menghabiskan tenaganya di tempat olah raga atau tempat bermain.

Berdasarkan pengertian bermain diatas, dapat di uraikan bahwa semua

aktivitas yang dilakukan oleh anak pada hakikatnya adalah bermain yang menjadi

kebutuhan dasar bagi setiap anak, baik itu bertujuan ataupun tanpa tujuan, yang

didalamnya mengandung berbagai unsur kesenangan dan kegembiraan. Dalam

bermain juga banyak memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan

seluruh potensi dalam dirinya dan menggali kekuatan yang ada dalam diri

a. Tujuan bermain pada anak usia dini.

Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan

kreativitas sangat individual antar anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi

dapat dikatakan bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan potensi

kreatifnya, anak dapat berkreativitas dalam setiap kegiatan bermainnya. Pada

dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau

pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,

interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Menurut Catron dan

Allen penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

66

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini

Menurut Nasriah (2000, hlm. 66-67). Manfaat yang kita peroleh dari

bermain dan selalu menyangkut

pengembangan aspek-aspek yaitu :

1. Aspek Fisik

2. Anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan

tubuh yang membuat tubuh yang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot

tubuh menjadi kuat.

3. Aspek Sosial Ekonomi

Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun pertama

kehidupan, orang tua merupakan teman bermain yang utama bagi anak.

4. Aspek Kognitif (Berhubungan Dengan Berpikir/kecerdasan)

Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai obyek-obyek tertentu

seperti: Benda dengan permukaan kasar halus, rasa asam, manis, dan asin; ia

pun memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian dan mengamati, sesering

mungkin diperlihatkan buku-buku bergambar.

5. Aspek seni

Kemampuan dan kepekaan anak, untuk mengikuti irama, nada berbagai

bunyi, gerak serta menghargai hasil karya yang kreatif.

6. Mengasah Ketajaman Penginderaan.

Penginderaan anak perlu diasah agar anak menjadi lebih peka terhadap hal-

hal yang terjadi di lingkungannya. Anak menjadi lebih aktif, kritis dan kreatif.

7. Media Terapi

Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain

perilaku anak lebih bebas. Untuk melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh

ahlinya dan tidak dilakukan sembarangan.

8. Media Intervensi

Bermain dapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau pemusatan

perhatian pada tugas tertentu. Contohnya pada perkembangan bahasa, sosial,

komunikasi. Untuk itu, perencanaan dan persiapan lingkungan belajar anak

harus dirancang dengan seksama sesuai dengan situasi dan kondisi tempat

masing-masing.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

67

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Montololu (2005, hlm. 15) bahwa manfaat sikap senang bermain

bagi anak adalah sebagai berikut: (a) Bermain memicu kreatifitas anak,(b)

Bermain bermanfaat mencerdaskan otak anak, (c) Bermain bermanfaat

mencerdaskan otak anak, (d) Bermain bermanfaat untuk melatih empati, (e)

Bermain bermanfaat mengasah panca indera, (g) Bermain itu melakukan

penemuan.

c. Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini

Menurut Mutiah (2010, hlm.113). Dalam situasi bermain anak dapat

menunjukkan bakat, fantasi, dan kecenderungan-kecenderungannya. Saat bermain

anak akan menghayati berbagai kondisi emosi yang mungkin muncul seperti rasa

senang, gembira, tegang, kepuasan, dan mungkin rasa kecewa. Permainan

merupakan alat pendidikan karena memberikan rasa kepuasaan, kegembiraan, dan

kebahagiaan. Dengan permainan memberikan kesempatan pelatihan untuk

mengenal aturan-aturan (sebelum ke masyarakat), mematuhi norma-norma dan

larangan-larangan, berlaku jujur, setia (loyal), dan lain sebagainya. Dalam

permainan anak akan menggunakan semua fungsi kejiwaan/psikilogis dengan

suasana yang bervariasi. Permainan dan bermain bagi anak mempunyai beberapa

fungsi dalam proses tumbuh kembang anak. Fungsi bermain terhadap terhadap

sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot-otot dan energi yang

ada. Aktivitas sensoris motorik merupakan komponen yang paling besar pada

semua usia.

d. Jenis-jenis Permainan.

Menurut Mutiah (2010, hlm. 115-116) Terdapat beberapa macam jenis

permainan, sebagai berikut:

1) Main Peran:

Main peran disebut juga main simbolis, pura-pura, make-believe, fantasi,

imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognitif,

sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygotsy,

1967;Erikson, 1963).

a) Makro

Anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu. Saat

anak memiliki pengalaman sehari-hari dengan main peran makro (tema

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

68

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekitar kehidupan nyata), mereka belajar banyak keterampilan pra

akademis seperti: mendengarkan, tetap dalam tugas, menyelesaikan

masalah, dan bermain kerja sama dengan yang lain.

b) Mikro

Anak memegang atau menggerak-gerakkan benda-benda berukuran kecil

untuk menyusun adegan. Saat anak main peran mikro, mereka belajar

untuk menghubungkan dan mengambil sudut pandang orang lain.

2) Main Pembangunan

Main pembangunan membantu anak mengembangkan keterampilan yang

mendukung tugas-tugas di sekolahnya dikemudian hari (piaget: 1962).

Bahan Main Pembangunan, bahan bersifat cair/bahan alam (penggunaan &

bentuk ditentukan oleh anak). Seperti air, pasir, cat jari, lumpur, tanah liat,

play dough, krayon, cat, pulpen, pensil, dan lain-lain. Main pembangunan

bersifat cair, ada macam-macam alat bermain yang digunakan dalam main

pembangunan sifat cair, diantaranya: air, pasir, lumpur. Tepung, tanah liat,

play dough, plastisin, clay dough. Krayon, pensil warna, spidol, pulpen.

Arang, kapur. Cat air dengan kuas, cat minyak.

C. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Suyadi (2013, hlm. 22), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada

hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau

menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena

itu, PAUD memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian

dan potensi secara maksimal. Atas dasar ini, lembaga PAUD perlu menyediakan

berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan

seperti kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik.

Menurut Bredekamp dan Copple (1997) dalam Suyadi (2013, hlm. 23)

mengemukakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini mencakup berbagai program

yang melayani anak dari lahir sampai usia delapan tahun yang dirancang untuk

meningkatkan perkembangan intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak.

Pengertian ini diperkuat dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) dalam

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

69

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suyadi (2013, hlm. 23) yang menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini

adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan

pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan

keterampilan pada anak.

Sedangkan untuk pengertian anak usia dini telah diungkapkan sebelumnya,

yaitu anak yang berada dalam kisaran usia 0-6 tahun. Pendapat lain menyebutkan,

0-8 tahun. Dengan demikian, secara sederhana Pendidikan anak Usia Dini dapat

didefinisikan sebagai pendidikan yang diberikan kepada anak yang berada pada

usia 0-6 atau 0-8 tahun. Menurut para pakar pendidikan, Pendidikan Anak Usia

Dini ialah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam

tahun secara menyeluruh , yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan

memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual),

motorik, akal pikir, emossional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Mansur (2009, hlm. 88-89)

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar

menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya

manusia. Mengingat anak usia dini, yaitu anak yang berada pada rentang usia lahir

sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis

dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan

pada tahap selanjutnya. Itu artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk

menumbuhk-embangkan berbagai kemampuan fisiologis, kog-nitif, bahasa,

sosioemosional, dan spiritual. Pen-didikan adalah hal yang sangat penting untuk

diperoleh semua anak karena pendidikan merupa-kan salah satu modal yang harus

dimiliki setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dalam Jurnal

lAniendya Christianna, (2013). Volume 01 nomor 01, hlm. 7-13 dengan judul

“Pelatihan Perancangan Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Bahan Bekas

untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Se-Siwalankerto Surabaya.”

Anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cepat melalui proses yang

bertahap, mulai dari pengenalan dalam keluarga, lingkungan permainan,

lingkungan sekiktar, dan masyarakat pada umumnya.(Usia, Di, & Bandung, n.d.)

Pendidikan anak usia dini terdiri dari kegiatan dan pengalaman yang

dimaksudkan untuk mempengaruhi perubahan perkembangan pada anak sebelum

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

70

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka memasuki sekolah dasar. pendidikan anak usia dini Program mencakup

semua jenis program pendidikan yang melayani anak-anak di tahun-tahun

prasekolah dan dirancang untuk meningkatkan sekolah Kinerja nanti. (Nadeak,

2015)

Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan non formal.

PAUD jalur non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program

pembelajaran secara fleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak

sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan

Anak, Kelompok Bermain, dan bentuk lain yang sederajat.(“Implementasi

Kebijakan Program Pendidikan Non Formal Pada Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) Di Kecamatan Sintang,” 2014)

Menurut Bambang dalam Mansur (2009, hlm. 115) mendeskripsikan

pendidikan anak usia dini, sebagai berikut.

a. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,

membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan

menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.

b. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

dan menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya

pikir, daya cipta, emosi, dan spiritual), sosio emosional (sikap perilaku dan

agama), bahasa dan komunikasi.

c. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan pendidikan anak usia dini

disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia

dini.

Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan

pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun

sesungguhnya akan lebih optimal lagi apabila ditujukan kepada anak sejak dalam

kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Tujuannya adalah membantu mengembangkan seluruh

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

71

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secara

optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif demokratis dan kompetitif

dalam jurnal Nana Widhianawati (2011), volume 02 nomor 01, hlm. 32-37 dengan

judul “Pengarauh Pembelajaran gerak dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan

Musikal dan Kecerdasan Kinestetik.”

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi

anak usia dini 0-6 tahun, yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuh

kembangkan segala kemampuan (potensi) yang dimiliki sang anak dalam rangka

mempersiapkan pendidikan lebih lanjut.

1. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Menurut suyadi (2013, hlm. 24). Secara umum, tujuan Pendidikan Anak

Usia Dini adalah memberikan stimulasi atau rangsanagan bagi perkembangan

potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif,

mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Dalam hal ini, Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dan

bernegara yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan cakap (Puskur, Depdiknas: 2007).

Solehuddin (1997) dalam Suyadi (2013, hlm.24) menyatakan bahwa tujuan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai

kehidupan yang dianut. Melalui Pendidikan Anak Usia Dini, anak diharapkan

dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, intelektual (kognitif),

sosial , emosi, dan fisik motorik. Di samping itu, aspek yang tidak boleh

ditinggalkan adalah perkembangan rasa beragama sebagai dasar-dasar akidah

yang lurus sesuai dengan agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan atau perilaku

yang diharapkan menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai

dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya serta memiliki motivasi dan

sikap belajar yang positif.

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

72

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Suyadi (2013, hlm. 25). Bahwa secara praktis tujuan Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut;

a. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut

b. Mengurangi angka mengulang kelas

c. Mengurangi angka putus sekolah (DO)

d. Mempercepat pencepatan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

e. Menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karier dan ibu

berpendidikan rendah.

f. Meningkatkan mutu pendidikan

g. Mengurangi angka buta huruf muda

h. Memperbaiki derajat kesehatan dan gizi anak usia dini

i. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

2. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini.

Menurut Fadillah (2012, hlm. 67-71) Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia

Dini tidak serta merta ada begitu saja. Namun, ada beberapa dasar yang menjadi

landasan mengapa diperlukannya pendidikan anak usia dini. Dengan adanya

landasan ini, maksud dan tujuan pendidikan tersebut akan dapat lebih terarah.

Adapun yang menjadi landasan-landasan dalam penyelenggraan Pendidikan Anak

usia Dini sebagai berikut.

a. Landasan yuridis.

Landasan yuridis adalah landasan hukum yang dijadikan pijakan dalam

penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Hukum disini daapat berupa

Undang-undang maupun peraturam-peraturan pemerintah lainnya. Dalam

konteks ini, yaitu UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia, Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, dan Permendiknas No 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini.

b. Landasan Filosofis

Landasan filosofis adalah landasan yang berkaitan dengan hakikat pendidikan

anak usia dini. Dalam artian, berbicara mengenai maksud dan tujauan

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

73

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam artian, berbicara

mengenai maksud dan tujuan diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia

Dini. Materinya seperti apa dan bentuk pembelajarannya bagaimana?

Semuanya dapat diketahui dengan memahami hakekat anak dan pendidikan

itu sendiri.

c. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang berpandangan bahwa anak

usia dini memiliki berbagai keunikan atau karakteristik yang khas. Keunikan-

keunikan inilah yang semestinya diperhatikan dalam pendidikan Anak Usia

Dini, sebagai upaya membentuk, mengarahkan, dan mengembangkan segala

potensi yang menjadi keunikan masing-masing anak. Dengan mendasarkan

pada landasan psikologis ini akan dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa

setiap anak mempunyai potensi untuk berkembang sesuai minat dan bakat

yang dimilikinya.

d. Landasan keilmuwan

Landasan keilmuwan dimaksudkan sebagai suatu landasan yang mendasari

pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini didasarkan pada penemuan ahli tentang

pertumbuhan dan perkembangan anak. Di antara kerangka ke ilmuwan

Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu psikologis, fisiologi, ilmu pendidikan anak

(pedagogi), sosiologi, antropologi, humaniora, manajemen, kesehatan, dan gizi,

serta neurosains (ilmu tentang perkembangan otak manusia).

e. Landasan Empiris

Landasan empiris ini didasarkan pada kenyataan yang ada masyarakat bahwa

banyak anak usia dini yang belum dapat terlayani dengan baik dalam hal

pendidikan. Tidak hanya dipedesaan, tetapi di kota-kota besar pun juga

demikian. Hal ini sungguh disayangkan, padahal usia anak-anak merupakan

masa yang tepat untuk dilakukan pengembangan kemampuan, dalam rangka

menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang.

f. Landasan Sosiologis

Salah satu upaya pendidikan anak usia dini ialah mempersiapkan anak-anak

untuk dapat menghadapi pendidikan lebih lanjut. Selain itu, juga untuk

menjalin hubungan dengan lingkungan. Bagaimana berhubungan dengan

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

74

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang tua, keluarga, teman, maupun masyarakat lebih luas? Semua dapat

diperoleh melalui pendidikansejak kecil. Oleh karenanya, pendidikan harus

dirancang dan diarahkan untuk mempersiapkan anak-anak pada kehidupan

masyarakat.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan disebutkan bahwa ruang lingkup

lembaga-lembaga PAUD terbagi ke dalam tiga jalur yakni formal, non-formal,

dan informal. Ketiganya merupakan jenjang pendidikan yang diselengarakan

sebelum pendidikan dasar. Skema berikut ini mengilustrasikan ketiga bentuk

penyelengaraan lembaga PAUD tersebut.

Gambar 2.1 Jalur dan jenjang PAUD (pasal 28 UUSPN No 20 tahun 2003).

Gambar diatas menunjukkan PAUD jalur pendidikan Formal yang

diselenggrarakan pada Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Atfhal (RA), atau

Jalur dan

jenjang PAUD

formal

Non Formal

Informal

Taman kanak-kanak (TK)

Raudlatul Atfhal (RA),

atau bentuk lain yang sederajat.

Kelompok Bermain

(KB), Taman Penitipan Anak

(TPA), atau bentuk lain yang

sederajat.

Pendidikan

Keluarga atau Pendidikan

yang diselengarakan oleh

lingkungan

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

75

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bentuk lain yang sederajat dengan rentang usia anak 4-5 tahun. Selanjutnya,

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal diselenggarakan pada

kelompok bermain (KB) dengan rentang usia anak 2-4 tahun. Terakhir,

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal diselenggarakan pada Taman

Penitipan Anak (TPA) dengan rentang usia anak 3 bulan- 2 tahun, atau bentuk lain

yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis/SPS).

4. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-

undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.

Pertumbuhan dan perkembangan anak sejak bayi dalam rahim seorang ibu

sampai usia sekitar 6 tahun sangat menentukan derajat kesehatan, intelegensia,

kematangan emosional dan spiritual, serta produktivitas manusia pada tahap

berikutnya. Berbagai temua ilmiah mengungkapkan proses kehidupan manusia

sejak bayi dalam rahim seorang ibu dan usia emas (golden age) yaitu sampai usia

5 tahun terutama pada 2 tahun pertama kehidupannya merupakan tahap kritis

dalam perkembangan manusia. Jurnal dalam Ari Handayani, dkk (2011) volume

01 nomor 01, hlm. 1-18, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pos PAUD Melalui

Pengembangan Program Holistik Integratif.”

Anak-anak memang aktif, tetapi mereka tidak dan tidak dapat menjadi agen,

atau mereproduksi tidak lokalitas mereka atau masyarakat mereka pada yang

mereka pilih sendiri. Semua anak-anak hidup dalam masyarakat dan mereka

seperti orang dewasa untuk sebagian besar dibatasi dengan aturan masyarakat itu,

dengan sosial, konteks ekonomi, budaya dan politik, oleh perilaku orang dewasa

yang khas serta yang dari mereka.`Orang lain yang signifikan. Anak-anak Oleh

karena itu dalam hal ini rasa hidup di masa kecil dikontekstualisasikan, kerangka

yang menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup dalam konteks ini memiliki

cukup banyak kesamaan, disaat yang sama karena mereka adalah anak-anak

masing-masing yang menggunakan pengaruh mereka di sejumlah subkonteks.

(Ambert & Corsaro, 2000)

a. Karakteristik Anak Usia Dini

Karakteristik yang sangat menonjol pada Anak Usia Dini menurut

Bredekamp, dkk. Solehuddin (2006, hlm 21) adalah (1) Anak bersifat unik.

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

76

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Masing- masing anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat,

kapabilitas dan latar belakang kehidupan masing-masing. (2) Mengekspresikan

perilakunya secara spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli,

tidak ditutup-tutupi. (3) Aktif dan energik. Anak senang melakukan berbagai

aktifitas, apalagi jika dihadapkan dengan suatu kegiatan baru dan menantang. (4)

Ekploratif dan berjiwa petualang. Karena terdorong rasa ingin tahu yang kuat

terhadap segala hal, anak senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal

baru.(5) Kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal yang bersifat

imajinatif. (6) Masih mudah frustasi. Anak umumnya mudah menangis/ mudah

marah bila keinginannya tidak terpenuhi.

Menurut Mar,at (2005) dalam Nasriah (2000, hlm. 22), perkembangan fisik

pada masa amk- anak ditandai dengan perkembangan keterampilan motorik baik

kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik

dan sekitar 4 tahun anak menguasai cara belajar orang dewasa. Usia 5 tahun anak

sudah terampil menggerakkan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara,

seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak,

berlari kesana dan kemari, memanjat dan sebagainya yang dilakukan dengan

lebih bervariasi.

Selanjutnya Wahyuni (2011) dalam Nasriah (2000, hlm. 24) mengemukakan

karakteristik anak usia adalah (1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak usia

dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. (2) Merupakan pribadi yang unik,

meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangannya anak usia dini,

setiap anak memiliki kekhasan sendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar. (3)

Suka berfantasi dan berimajinasi, fantasi adalah kemampuan membentuk

tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. (4) Masa paling

potensial untuk belajar, masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau

usia emas. (5) Menunjukkan egosentris, pada usia ini anak memandang segala

sesuatu dari sudut pandangannya sendiri. (6) Memiliki rentang daya konsentrasi

yang pendek. (7) Sebagai bagian dari makhluk sosial, anak usia dini mulai suka

bergaul dan bermain dengan teman sebayanya.

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

77

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik

secara langsung ataupun tidak langsung. Hurlock, (1995, hlm. 114). Hurlock

menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan

kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan

perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya

sendiri dan orang lain.Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan , otot

kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan

motorik halus. Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar

yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari, berjalan, melompat, memukul dan

menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih

spesifik seperti menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan

mengikat tali sepatu.

Menurut Bijau dan Baer dalam Fadillah (2012, hlm. 32) perkembangan ialah

perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan

berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan Libert, Paulus, dan Strauss dalam

Fadillah (2012, hlm. 32) mengartikan perkembangan sebagai proses perubahan

dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi

dengan lingkungan.

Dalam teori kematangan, Arnold Gesell (seorang dokter dari Amerika, 1920-

1930) dalam Wahyudin dan Agustin (2011, hlm.22) menyebutkan bahwa pola

tingkah laku dan perkembangan seorang anak secara otomatis sejalan dengan

pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya. Menurutnya, anak berkembang

sesuai dengan waktu atau jadwal alaminya.

Setiap terjadi perkembangan fisik pada anak, secara otomatis pula akan terjadi

perkembangan motoriknya, baik itu motorik kasar maupun motorik halus.

Menurut Elizabeth, dalam Mansur (2009, hlm.22), perkembangan fisik sangat

penting untuk dipelajari, karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi perilaku anak sehari-hari.

Menurut Beaty dalam Wahyudin dan Agustin (2011, hlm. 34), kemampuan

motorik kasar seorang anak itu paling tidak dapat dilihat melalui empat aspek,

yaitu (1) Berjalan atau walking, dengan indikator berjalan turun naik tangga

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

78

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan menggunakan kedua kaki, berjalan pada garis lurus dan berdiri dengan

satu kaki; (2) Berlari atau running, dengan indikator menunjukkan kekuatan dan

kecepatan berlari, berbelok ke kanan-ke kiri tanpa kesulitan dan mampu berhenti

dengan mudah; (3) Melompat atau jumping, dengan indikator mampu melompat

ke depan, ke belakang, dan kesamping; (4) Memanjat atau Climbing, dengan

indikator memanjat naik-turun tangga, memanjat pepohonan.

Pertumbuhan adalah perubahan secara fifiologis sebagai hasil proses

pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Selain itu, bisa juga diartikan

sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan atau jasmaniah) dalam

bentuk proses aktif berkesinambungan. Fatimah (2006, hlm. 41)

D. Konsep Tutor PAUD

Tutor atau pendidik merupakan pekerjaan profesi seperti telah disampaikan

oleh Presiden Republik Indonesia dalam deklarasi guru sebagai profesi “pada

tanggal 2 Desember 2004. Hal ini dipertegas dalam UU No. 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen dalam Bab II pasal 2 dinyatakan bahwa guru mempunyai

kedudukan sebagai tenaga profesional khususnya pada jalur formal untuk jenjang

pendidikan anak usia dini. Kondisi ini juga diperkuat oleh pengakuan kedudukan

guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kedudukan

guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan

peran guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi meningkatkan mutu

pendidikan formal dan nonformal. Asmawati (2014, hlm. 21)

Untuk dapat melakukan tugasnya, pendidik harus memenuhi kualifikasi dan

kompetensi sesuai ketentuan sehingga mampu menjadi pendidikyang berkualitas.

Dan kompetensi tersebut,selain diperoleh melalui pendidikanformal, yaitu di

perguruan tinggi juga dapatdiperoleh melalui seminar atau pelatihan dalam Jurnal

Beni Farida F dan Fx Soedarsono (2014) volume 01 nomor 02, hlm. 1-13 dengan

judul” Efektivitas Pelatihan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan

Grabag.”

Peran Tutor dalam Pendidikan Anak Usia Dini Belajar adalah suatu proses

perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar,

proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

79

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi dapat

diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,

afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat

positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan

sebelumnya. Tutor adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak

dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan

kurikulum. Kegiatan dirancang oleh Tutor untuk menjadi diri sendiri mengoreksi,

dimana anak-anak mengikutsertakan praktek bersama. (Schumny, 1987) dalam

Asmawati (2014, hlm. 20).Tetapi menurut Brenner (1990) dalam Asmawati(2014,

hlm. 20) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat

perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak,

adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak.

Istilah Pendidik pada PAUD pada hakikatnya terkait sangat erat dengan guru

umum. Guru diidentifikasi sebagai: (1) seorang yang memiliki karisma atau

wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani; (2) orang dewasa yang sadar

bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak; (3) orang

yang memiliki kemampuanmerancang program pembelajaran serta mampu

menata dan mengelola kelas; dan (4) suatu jabatan atau profesi yang memerlukan

keahlian khusus. Yuliani Nurani Sujiono (2009. Hlm. 10).

Wawasan etika guru dapat dilihat dari bagaimana guru bersikap dan

berperilaku sesuai dengan aturan bersikap seperti yang tercantum dalam kode etik

seorang guru. Guru merupakan teladan bagi siswanya, jadi seharusnya wawasan

etika seorang guru harus luas agar dapat memberikan contoh bagaimana cara

bersikap dengan sesama guru, bersikap dengan anak, dan bersikap dengan orang

tua anak. Etika juga sebagai salah satu faktor penentu kompetensi profesional

seorang guru. Jika guru profesional tidak memiliki sikap yang baik, itu tidak akan

berarti, karena sikap adalah cerminan diri untuk bisa menunjukkan siapa dirinya

dalam Jurnal fitriana (2013) volume 05 nomor 02, hlm. 3-13 dengan judul”

Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak –Kanak di

Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.”

Standar kompetensi Tutor sangat penting terutama sebagai dasar untuk

melakukan penilaian terhadap tingkat kompetensi Tutor. Hal ini lebih lanjut akan

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

80

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat menjadi kerangka dasar untuk melakukan pembinaan lebih lanjut dari setiap

Tutor sehingga secara bertahap dapat mencapai standar yang diharapkan dalam

jurnal Starmanto (2010) dengan judul” Kompetensi dan Profesionalisme Guru

Pendidikan Anak Usia Dini jurnal.”

Profesionalisme adalah sebuah pekerjaan jabatan yang memerlukan keahlian

khusus. Profesionalisme merupakan proses dinamis pada pekerjaan tertentu yang

dapat diamati untuk memperbaiki atau meningkatkan karakteristik yang penting

sesuai dengan aturan profesi. Yufiarti dan Chandrawati (2008, hlm.1-14) dalam

Asmawati (2014, hlm. 21-22) menjelaskan bahwa prinsip profesionalitas menurut

persyaratan antara lain: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

(2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimann,

ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar

belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memiliki kompetensi yang

diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab atas

pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memiliki penghasilan yang ditentukan

sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8)

memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, dan (9) memiliki organisasi yang mempunyai wewenang

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan Tutor.

Kompetensi Tutor pada pendidikan anak usia dini memegang peran yang

sentral karena mereka bertanggung jawab terhadap optimal atau tidaknya

perkembangan anak. Kompetensi pedagogis yang dimiliki oleh Tutor PAUD

masih lemah dalam pembelajaran dan dibutuhkannya inovasi sehingga terdapat

Keberhasilan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan dan dapat dilihat dari

perangkat pembelajaran yang telah disusun dan bagaimana cara menerapkannya di

dalam proses pembelajaran. Jurnal dalam Umi Farihah Widodo (2015). Volume :

04 nomor 01 dengan judul” Pengaruh Pelatihan Braindance Bagi Pendidik PAUD

Terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik di PAUD Al-Islah Gunung Anyar

Surabaya.”

Karakteristik lain yang menunjuk pada kegiatan profesional adalah: (1)

mempunyai dasar pengetahuan, (2) penekanan pada pelayanan, (3) memiliki klien,

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

81

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(4) mempunyai praktik secara profesional yang diakui oleh sertifikat. Selanjutnya

Houle dalam Yufiarti dalam Amawati (2014, hlm. 22) menyatakan karakteristik

suatu profesi, antara lain: (1) kejelasan fungsi yang dijabarkan dalam jabatan, (2)

menguasai pengetahuan secara teoritis, (3) mampu memecahkan masalah. (4)

mendapatkan pelatihan secara formal, (5) menggunakan pengetahuan untuk

praktik, dan (6) peningkatan diri.

Tutor atau pendidik yang profesional layak untuk mendapat penghargaan baik

secara finansial maupun nonfinansial. Berbagai penelitian membuktikan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar pada anak usia dini yang diajar oleh guru yang

profesional dan guru yang tidak profesional. Hammond dalam wolfolk (2004.

hlm, 20-23) dalam Asmawati (2014, hlm. 22) menganalisis data survei dan NAEP

(National Assessment of Educational Progress) di 50 negara bagian dengan

mengkaji keterkaitan hubungan antara kualitas guru dengan hasil belajar membaca

dan matematika anak. Berdasarkan paparan di atas untuk menjadi guru PAUD

yang sesuai dengan kompetensi, maka guru PAUD juga harus mengikuti isi

Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan

kompetensi guru PAUD.

1. Standar Tutor PAUD

Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD didasarkan pada peraturan Menteri

Pendidikan Nasioanal Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifukasi Akademik dan kompetensi guru beserta lampirannya. Bagi guru

PAUD jalur pendidikan formal (Tk, RA, dan yang sederajat ) dan guru PAUD

jalur pendikikan non formal (TPA, KB, dan yang sederajat) yang belum

memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi disebut guru pendamping dan

pengasuh.

Menurut Asmawati (2014, hlm.23) Kualifikasi akademik yaitu memiliki

ijazah D-II PGTK dari perguruan tinggi terakreditasi atau memiliki ijazah

minimal sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat dan memiliki sertifikat

pelatihan/pendidikan/kursus PAUD yang terakreditasi. Dari semua aturan tersebut

bahwa kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru ada 4 yaitu kompetensi

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

82

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

kepribadian.

Tabel 2.2 kompetensi Pedagogik

No Kompetensi Indikator

1.

Kemampuan memahami

filosofi dan prinsip PAUD

a. Mampu memahami filosofi dan

tujuan PAUD serta mengaplikasikan

dalam pembelajaran PAUD.

b. Mampu memahami serta

mengaplikasikan pendekatan dan

model PAUD.

c. Memahami dan mengaplikasikan

prinsip pembelajaran dalam PAUD

1.

Kemampuan memahami

perkembangan dan

karakteristik anak usia dini

a. Mampu memahami karakteristik

perkembangan bayi, anak-anak (0-3

tahun) baik fisik, emosi, sosial, dan

kognitif.

b. Mampu memahami karakteristik

perkembangan anak prasekolah (3-6

tahun) baik fisik, emosi, sosial, dan

kognitif.

c. Mampu memahami karakteristik

perkembangan anak yang

berkebutuhan khusus (retardasi

mental gangguan emosi, autis,

ADD/ADHD, anak berbakat.

d. Memahami karakteristik anak-anak

yang dianiaya dan diabaikan.

Tabel 2.3 Kompetensi profesional.

No Kompetensi Indikator

1.

Kemampuan memanfaatkan

teknologi informasi untuk

komunikasi

a. Mampu menggunakan berbagai

peralatan teknologi pemebelajaran

untuk kepentingan anak didik.

2.

Kemampuan memahami

pembelajaran yang sesuai

dengan tahap perkembangan

anak (DAP)

a. Memahami konsep pembelajaran

melalui bermain yang sesuai dengan

tingkat perkembangan dan

pertumbuhan anak.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

83

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Memahami pembelajaran yang sesuai

dengan kekuatan, kebutuhan, dan

minat anak.

c. Memahami pembelajaran yang sesuai

dengan konteks sosial budaya setiap

anak.

d. Mempu membuat dan

mengembangan APE.

e. Mampu memahami perlunya

dongeng dalam pembelajaran

PAUD.

f. Mampu mempersiapkan lingkungan

pembelajaran bagi AUD.

Tabel 2.4 Kompetensi Kepribadian

No Kompetensi Indikator

1.

Memiliki kemampuan untuk

bekerja mandiri

a. Menguasai lingkungan kerja sesuai

dengan profesi PAUD.

b. Mengusai kemampuan untuk

menyelesaikan tugas secara mandiri

c. Menguasai cara mengadaptasi diri

terhadap lingkungan pekerjaan.

2.

Memiliki sikap terhadap

Profesi

a. Menguasai dan memiliki sikap positif

terhadap sumber-sumber belajar

untuk mempertahankan kemampuan

profesinya.

b. Memiliki sikap positif terhadap

perannya sebagai pendidik PAUD.

c. Memiliki sikap positif terhadap

kegiatan pendidikan sehari-hari.

d. Memiliki sikap positif atas

lingkungan kerjanya.

e. Mampu menerima kritik dan saran.

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

84

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 2.5 Kompetensi Sosial

No Kompetensi Indikator

1.

Kemampuan berkomunikasi

a. Mampu berkomunikasi secara verbal

maupun non non verbal dengan anak

didik.

b. Mampu merangsang anak untuk

berkomunikasi

c. Mampu menciptakan suasana yang

nyaman untuk berkomunikasi

d. Mampu berkomunikasi dengan orang

tua dan teman sejawat.

2.

Kemampuan memaham budaya

masyarakat di sekitar tempat

Tugas

a. Mampu memahami nilai, adat istiadat

dan budaya yang berlaku di

masyarakat dalam mendidik anak

usia dini.

b. Mampu memahami memahami

bahasa yang digunakan dalam

masyarakat.

Menurut Luluk Asmawati (2014, hlm. 23-27)

Secara lebih terperinci tentang kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik

dalam pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2002) dalam Hatimah (2014, hlm.

5) yaitu:

a. Kemampuan menguasai bahan

b. Kemanpuan mengelola program belajar mengajar

c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar

d. Kemampuan menggunakan media/sumber dengan pengalaman belajar

e. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan

f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar

g. Kemampuan menilai prestasi peserta didik

h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan

penyuluhan.

i. Kemampuan mengenal dan menyelenggrakan administrasi

j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil

penelitian pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

85

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Kerangka Berfikir

Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan salah satu aspek

pembangunan yang sebagai penentu keberhasilan suatu program pembangunan.

Pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas harus dilakukan sejak dini

mengingat masa emas anak menjadi dasar perkembangan anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan anak untuk

melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya, tetapi bagaimana mengoptimalkan

potensi dan bakat anak serta fungsi otak pada masa rawan secara optimal sehingga

tumbuh kembang anak pada masa emas dapat dirangsang dengan metode dan

media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.

Pendidikan anak usia dini tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan anak

untuk melanjutkan pendidikan ke tahap yang lebih tinggi, tetapi yang terpenting

adalah bagaimana mengoptimalkan potensi dan bakat anak serta fungsi otak pada

masa rawan secara optimal sehingga tumbuh kembang anak pada masa emas ini

dapat dirangsang dengan metode dan media yang tepat sesuai dengan kebutuhan

anak.

Dalam mengimplementasikan hasil diklat tingkat dasar Tutor PAUD yang

diselenggarakan oleh HIMPAUDI KOTA TASIKMALAYA, menggunakan

konsep belajar sambil bermain sebagai ciri khas PAUD Ihya Assunnah Kota dan

PAUD Ghifari Tasikmalaya, penyusunan perencanaan pembelajaran PAUD

dengan efektif dan efisien baik dalam menentukan kondisi belajar diantaranya

Nama tema dan topik pembelajaran, tujuan pembelajaran, Media, Strategi

pelaksanaan pembelajaran PAUD seperti (a) Metode Pembelajaran Bermain, (b)

Metode Pembelajaran melalui bercerita, (c) Metode Pembelajaran Bernyanyi, (d)

Metode Pembelajaran karyawisata,(e) Metode Pembelajaran sentra dan lingkaran

(seling) Sedangkan evaluasi hasil belajar meliputi aspek psikomotorik,

pengembangan aspek motorik, agama dan moral.

Tutor merupakan salah satu penentu yang bergerak dilapangan menjadi salah

satu unsur yang harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitas. Program

diklat tingkat dasar bagi Tutor paud yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI

KOTA TASIKMALAYA bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Tutor

PAUD dalam meningkatkan proses pembelajaran anak usia dini.

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

86

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penjelasan dari gambar diatas HIMPAUDI di Kota Tasikmalaya mengadakan

Pendidikan dan Diklat tingkat dasar pada Tutor Paud di Kota Tasikmalaya, karena

dengan mengadakan Diklat seperti ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas

Tutor PAUD dalam memahami konsep dan manajemen Program PAUD. Dengan

tujuan yang diharapkan Tutor PAUD memahami konsep PAUD, Tutor PAUD

mampu melaksanakan dan mengelola program PAUD, Tutor PAUD memiliki

kemampuan memfasilitasi anak untuk berkreasi, bereksplorasi dan berintegrasi

dengan lingkungannya.

F. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian dan kajian ilmiah yang terdahulu dan

relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Implementasi hasil Diklat

Berjenjang Tingkat Dasar Berbasis Kompetensi oleh Tutor PAUD dalam proses

pembelajaran pada anak usia dini.

1. Leni Nuraeni (2010) dengan judul tesis implementasi pelatihan berbasis

kompetensi dalam meningkatkan kinerja (studi pada Pelatihan Berbasis

Kompetensi bagi pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Dasar di

Kabupaten Bandung). Yang mana hasil penelitiaannya perencanaan program

pelatihan kompetensi cukup baik, hal ini ditandai dengan adanya analisis

kebutuhan pelatihan, rekruitment peserta, rekruitment nara sumber, tujuan

program pelatihan, dan penyusunan program pelatihan.

2. Dani Darmawan (2013) dengan judul tesis Implementasi Manajemen Inovasi

Pendidikan Non Formal (Studi Kasus di Pusat Pengembangan Pendidikan

Anak Usia Dini,Nonformal dan Informal Regional 1 Jaya Giri Bandung) yang

mana hasil penelitiaannya dapat disimpulkan masih perlu adanya proses

asimilasi inovasi pendidikan tersebut kedalam kerangka sistem manajemen

pendidikan non formal sebagai gambaram komprehensif kebutuhan layanan

pendidikan non formal dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan

yang dinamis, bukan yang ada sekarang saja melainkan harus antisipasi dan

determinasi terhadap masalah agar program benar-benar muncul sebagai

solusi.

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.upi.edurepository.upi.edu/26320/5/T_PLS_1402119_Chapter2.pdf · Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)

87

Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kunarti ( 2008) dengan judul Tesis Penerapan Pendekatan Pembelajaran

Beyond Centers And Circle Time (BCCT) dan Kurikulum yang sesuai dengan

Perkembangan Anak/Developmentally Appropriate Practice (DAP) Pada

Pendidikan Anak Usia Dini” (Studi Kasus pada Kelompok Bermain Bunga

Bangsa). Yang mana hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Kelompok

Bermain Bunga Bangsa dalam menerapkan pendekatan pembelajaran BCCT

diawali dengan mempersiapkan tenaga-tenaga pendidik agar memahami benar

tentang BCCT. Dalam pelaksanaan pembelajaran Kelompok Bermain Bunga

Bangsa telah mengacu pada buku pedoman pembelajaran BCCT yang

dikeluarkan Direktorat PAUD Depdiknas, dengan tahapan-tahapan pijakan

lingkungan main, sebelum main, saat main dan setelah main. Adapun evaluasi

pembelajaran dilakukan melalui observasi, dan portofolio. Kekuatan

Kelompok Bermain Bunga Bangsa adalah mampu memanfaatkan rumah

tempat tinggal sebagai tempat pembelajaran, menciptakan alat-alatpermainan

edukatif dari barang bekas serta semangat dan kreatifitas pendidik dalam

melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi terkadang kesulitan untuk

menerapkan sesuai dengan padoman BCCT , kesulitan tersebut adalah masih

terbatasnya buku-buku pendukung sebagai sumber informasi bagi Pendidik.