bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan … · buku dengan judul kartun yang disusun...

29
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Terkait dengan kajian pustaka, peneliti mengacu pada beberapa sumber kepustakan di ataranya berbagai buku yang terkait, hasil penelitian maupun jurnal mengenai kajian kartun. Buku-buku lokal yang dibutuhkan untuk meneliti kartun Bog-Bog sebagai representasi sosial secara mendalam relatif sedikit. Belum banyak dari kalangan akademis yang menaruh perhatian terhadap eksistensi majalah kartun special yang disebut dengan Bog-Bog Bali Cartoon Magazine. Pangsa pasar majalah ini cukup luas secara lokal, nasional, dan global. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam. Untuk menghindari plagiarisme, sekaligus mendukung kedalaman penelitian ini, berikut diuraikan buku-buku kajian kartun yang menjadi rujukan penelitian. Buku berjudul Animasi Kartun Dari Analog sampai Digital yang disusun oleh Ranang A.S., Basnenda H, Asmoro N.P., penerbit Indeks 2010 meliputi aspek teoretis maupun praktis. Aspek teoretis mencakup pembahasan tentang sejarah, perkembangan, konsep, dan prinsip animasi yang menjadi dasar penciptaan karakter kartun dan pergerakannya. Aspek praktis membahas tentang proses digitalisasi gambar sampai pada menganimasikan gambar kartun secara digitalisasi dengan perangkat komputer. Kaitannya dengan penelitian, buku ini mendukung wawasan teoretis pengertian kartun dan karakternya sebagai upaya memahami lebih dalam kajian kartun sebagai representasi sosial dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine edisi 2011 / 2012.

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Terkait dengan kajian pustaka, peneliti mengacu pada beberapa sumber

kepustakan di ataranya berbagai buku yang terkait, hasil penelitian maupun

jurnal mengenai kajian kartun. Buku-buku lokal yang dibutuhkan untuk meneliti

kartun Bog-Bog sebagai representasi sosial secara mendalam relatif sedikit.

Belum banyak dari kalangan akademis yang menaruh perhatian terhadap

eksistensi majalah kartun special yang disebut dengan Bog-Bog Bali Cartoon

Magazine. Pangsa pasar majalah ini cukup luas secara lokal, nasional, dan

global. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam. Untuk

menghindari plagiarisme, sekaligus mendukung kedalaman penelitian ini,

berikut diuraikan buku-buku kajian kartun yang menjadi rujukan penelitian.

Buku berjudul Animasi Kartun Dari Analog sampai Digital yang disusun

oleh Ranang A.S., Basnenda H, Asmoro N.P., penerbit Indeks 2010 meliputi

aspek teoretis maupun praktis. Aspek teoretis mencakup pembahasan tentang

sejarah, perkembangan, konsep, dan prinsip animasi yang menjadi dasar

penciptaan karakter kartun dan pergerakannya. Aspek praktis membahas tentang

proses digitalisasi gambar sampai pada menganimasikan gambar kartun secara

digitalisasi dengan perangkat komputer. Kaitannya dengan penelitian, buku ini

mendukung wawasan teoretis pengertian kartun dan karakternya sebagai upaya

memahami lebih dalam kajian kartun sebagai representasi sosial dalam Bog-Bog

Bali Cartoon Magazine edisi 2011 / 2012.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

15

Buku yang berjudul Karikatur karya Pramono R. Pramoedjo penerbit

Creative Media Jakarta tahun 2008. Kajian buku ini meliputi pengertian bagian-

bagian kartun, seperti kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan

kartun animasi, teknik karikatur, ekspresi dan karakter wajah, mencari dan

mengembangkan ide, bagian kesimpulan dari buku ini bagaimana menjadi

karikaturis yang andal. Terkait dengan penelitian, buku ini membantu pengayaan

teori, terutama teori bagian-bagian kartun, seperti gags (kartun kata) karena

penelitian ini termasuk kajian kartun gags (kartun yang ditunjang sedikit kata-

kata), ekspresi dan karakter wajah. Ekspresi dan karakter wajah ini untuk

menunjang wawasan peneliti dalam memahami ekspresi dan karakter yang ada

di dalam kartun sebagai representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi

2011/ 2012.

Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun

2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku ini menjelaskan

permainan bahasa kartun pada majalah, surat kabar, dan buku humor. Eksistensi

kartun dan permainan bahasa atau teks dibahas berdasarkan kaidah-kaidah ke

bahasaan yang ilmiah. Buku ini disajikan dalam format buku bacaan dari hasil

penelitian. Buku ini penting untuk dipahami karena memuat karakter-karakter

esensial bahasa dalam wacana kartun. Sehubungan dengan penelitian, buku ini

penting sebagai acuan membahas karakter teks bahasa maupun visual dalam

kartun sebagai representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi

2011/2012. Di samping sebagai pengayaan teori kartun dari aspek fungsi, bentuk

dan karakter ataupun dalam membaca makna.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

16

Di dalam About the Trade International Jurnal Of Comic Art vol 4, No.2,

Fall 2002, Richard Ostrom dalam tulisannya berjudul Bali’s Transition froma

Traditional to a Modern Society: Some Op Art Warnings–offs, dijelaskan

bagaimana masyarakat Bali mengalami transisi dari masyarakat tradisional ke

masyarakat modern. Pergeseran nilai-nilai budaya Bali menuju nilai modern

akibat mega proyek pariwisata. Hal ini semua terekam dalam penyajian kartun

yang merupakan hasil karya kartunis Bali. Kajian ini menyoroti pergeseran nilai

sosial budaya orang Bali dari orientasi sosial menuju komersial. Hal ini menarik

dan relevan untuk mengungkap makna melalui pendekatan pragmatik mengenai

kartun sebagai representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/

2012.

Dalam International Jurnal Of Comic Art Vol 5, No.1, Spring 2003,

Ricard Ostrom dalam tulisannya berjudul The Changed Function of Political

Cartoonist in Indonesia: From Challenging a Repressive Regime to Promoting

Democratic Reforms. Hal yang diangkat adalah kartun sebagai agen komunikasi

perubahan politik Indonesia, menantang tekanan dari rezim untuk kemajuan

demokrasi. Dalam kartun politik, terungkap perseteruan makna di balik kartun

sebagai representasi perubahan politik, untuk menantang tekanan dari rezim

Soeharto pada era kekuasaanya. Kartun ini divisualisasikan oleh para kartunis

Bali, seperti: Jango Pramartha, Wayan Gunarta Pendet, dan Putu Suaria. Kajian

wacana teks kartun ini membantu dan merangsang strategi pemahaman untuk

membongkar perseteruan makna yang ada di dalam kartun sebagai representasi

sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012 terutaman dari sisi makna

politik.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

17

Buku yang berjudul Panji Tengkorak, Kebudayaan dalam Perbincangan

diterbitkan oleh kepustakaan Populer Gramedia Jakarta. Karya Seno Gumira

Ajidarma ini merupakan disertasi doktoral di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Indonesia. Masalah yang dikedepankan adalah bagaimana kebudayaan

berlangsung mengacu kepada tahun penerbitan ketiga naratif Panji Tengkorak,

yakni: 1968, 1985 dan 1996. Ketiga gubahan naratif ini diperiksa dan dikaji

dengan ilmu kajian budaya dan dibandingkan dengan fokus pada persamaan dan

perbedaan, sehingga terbaca pertarungan idiologi di balik teks dalam penguasa

makna. Hubungan kajian Panji Tengkorak ini dengan penelitian adalah sebagai

motivasi untuk menghayati dan membongkar pertarungan makna di balik tema-

tema kartun sebagai representasi sosial dalam majalah Bog-Bog edisi 2011/2012.

Ditafsirkan juga adanya representasi perjuangan ideologi di balik terwujudnya

wacana kartun sebagai representasi sosial.

Dalam buku berjudul Menakar Panji Koming; Tafsiran Komik Karya

Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi Tahun 1998, terbitan Kompas Jakarta

tahun 2002. Buku ini merupakan intisari dari penelitian S2 dari Muhamad

Nashir Setiawan pada program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni

Rupa, Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora Program Sarjana Universitas Gajah Mada.

Obyek kajian penelitian ini adalah komik strip yang tinjauannya meliputi

penggalian makna di balik komik strip tersebut dengan pendekatan intepretasi

dengan fokus signifikasi tanda-tanda serta konteksnya. Kajian Panji Koming

berdasarkan sejarah secara anakronistis tentang kisah-kisah metapora situasi

aktual di Indonesia terutama reformasi politik. Kaitannya dengan penelitian

adalah sebagai rujukan dalam strategi menggali konsep, ideologi, karakter, dan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

18

makna politik secara intrinsik yang ada pada kartun sebagai representasi sosial

dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012.

Dalam jurnal Ekspresi Vol. 8, No.2, Oktober 2008, halaman 235-248,

tulisan Aznar Zacky berjudul Citra Diri Kartun Indonesia Kajian Aspek

Idiologi. Kajian permasalahan, meliputi idiologi dan estetika yakni bagaimana

perkartunan Indonesia harus mampu membentuk citra Indonesia melalui

sentuhan unsur, detail, atau pernik yang digali dari seni budaya Indonesia sendiri

yakni sebagai akar budaya Nusantara. Pijakan budaya sangat penting seperti

wayang kulit purwa yang merupakan suatu deformasi yang mengarah kepada

stilasi (penggayaan hias) dengan ungkapan simbol-simbol perwatakan serta isi

cerita penuh dengan kandungan pelajaran, pandangan hidup, petuah, kritikan,

sindiran, dan lelucon. Dalam konteks penelitian ini ada kesamaan dalam aspek

tujuan menggali makna, karakter di balik kartun maupun teks, memuat

kandungan ideologi dan seni, serta sebagai pengayaan teoretis.

Selanjutnya buku kartun opini karya Benny Rachmadi yang berjudul

Dari Presiden ke Presiden (2009) diterbitkan oleh Kepustakaan Populer

Gramedia Jakarta. Buku kartun opini jilid I ini merupakan kumpulan dari karya

Benny Rachmadi sendiri berupa mingguan dan harian surat kabar Kontan dari

tahun 1998-2008. Kartun opini ini merupakan representasi pesan-pesan ideologi,

politik menyangkut tingkah laku elite politik. Kebijakan politik, ekonomi, dan

sosial sampai dengan keputusan, semua terekam dalam kartun opini Benny

Rachmadi dari pemerintahan reformasi era Habibi, Gus Dur, Megawati sampai

era Susilo Bambang Yudoyono. Tampilan kartun opini Benny Rachmadi terkait

dengan penelitian adalah sebagai cerminan untuk membuka lebih luas wawasan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

19

peneliti mengenai pemahaman kajian makna dari aspek sosial budaya, ekonomi,

dan politik, karena beberapa aspek ini juga tergantung di dalam kartun sebagai

representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012 yang di

dominasi oleh bahasa visual.

Buku berjudul 40 Tahun Oom Pasikom: Peristiwa Dalam kartun Tahun

1967-2007, karya G.M. Sudarta diterbitkan oleh Buku Kompas Jakarta Juli 2007.

Isi buku ini merupakan rangkaian karikatur Oom Pasikom, ekspresi karya

Sudarta selama 40 tahun di Kompas. Buku ini bukan biografi kartunis,

melainkan representasi perjalanan hidup masyarakat, bangsa dan negara selama

empat dasa warsa dari aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya.Tokoh Oom

Pasikom dalam kartun seakan lebih popular di Kompas dari pada tokoh yang

mencetuskannya yakni G.M. Sudarta. Sudarta telah berhasil menanamkan

pencitraan terhadap karya kartunnya kepada masyarakat, bahkan bangsa

Indonesia. Karya kartunnya di dalam Kompas merupakan representasi

kaleidoskop perjalanan bangsa selama empat dasa warsa terakhir dan sekaligus

menjadi sebagai pengetahuan rakyat. Sebagai masukan, buku ini membantu

penulis lebih tajam dalam menguak atau membaca makna-makna setiap tema

yang ada di majalah kartun Bog-Bog yang mengandung pesan kritis, sindiran,

yang dikemas dalam bentuk kartun yang “bohong”, tetapi humoris sehingga

orang yang merasa kena atau penikmat tidak merasa tersinggung.

Buku kartun lainnya karya Agustin Sibarani yang diterbitkan oleh Garba

Budaya tahun 2001. Buku ini berisi kisah kumpulan karya kartun dan karikatur

Sibarani, yakni mengenai karakternya sebagai seorang kartunis. Dengan tajam ia

melihat situasi politik dalam negeri, terutama tingkah laku tokoh-tokoh yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

20

menjadi sorotan dengan muatan kritik dan sindiran dalam citra visual yang

jenaka. Kaitannya dengan penelitian, tulisan Sibarani menjadi pembanding

sekaligus menambah wawasan penulis dalam membaca bentuk penampilan dan

makna kartun dalam penelitian.

Semua sumber kepustakaan di atas baik berupa buku, jurnal hasil

penelitian, dan karangan tidak ada kesamaannya dengan penelitian ini, tetapi ada

kedekatan obyek dengan kasus permasalahan penelitian. Apa yang dilakukan

dalam penelitian masing-masing berbeda. Kajian pustaka tersebut diajukan

sebagai referensi untuk mendukung, dan memperkuat penelitian yang berkaitan

dengan kartun sebagai representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi

2011/2012 sehingga apa yang diharapkan dari penelitian dapat dipertanggung

jawabkan sebagai karya tulis ilmiah.

2.2 Konsep

Untuk mengantisipasi kebingungan dalam penelitian selanjutnya, dalam

penelitian ini ada konsep-konsep yang penting untuk dirumuskan, yakni: kartun,

representasi sosial, dan Bog-Bog Bali Cartoon Magazine edisi 2011/2012.

2.2.1 Kartun

Kehadiran kartun dalam era globalisasi dan teknologi komunikasi yang

tidak terbatas dewasa ini semakin penting perannya, baik media elektronik dan

cetak, seperti: TV, majalah, surat kabar, buku bacaan, dan lain-lainnya. Selain

fungsinya sebagai hiburan, juga sebagai sumber informasi yang bersifat

mendidik dengan unsur-unsur kritik, sindiran dan sebagai media komersial.

Menurut Sobur (2006) kartun dipandang dari pengertiannya secara umun adalah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

21

sebuah gambar lelucon yang muncul di media massa yang hanya berisi humor

semata tanpa membawa beban kritik sosial. Berbeda dengan pendapat Sudarta,

kartun adalah semua gambar humor, termasuk karikatur itu sendiri. Karikatur

adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang biasanya orang terkenal,

dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas lahiriah untuk tujuan

mengejek (Ranang A.S. dkk., 2010:3).

Pramoedjo (2008) berpendapat bahwa sebetulnya karikatur adalah

sebagian dari kartun khususnya jenis kartun opini, tetapi menjadi salah kaprah.

Karikatur yang sudah diberi muatan pesan dan kritik, berarti telah menjadi

kartun opini. Kartun yang membawa pesan kritik sosial, yang dimuat pada setiap

penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon, yakni

versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam bentuk gambar humor. Inilah

yang bisa disebut dengan karikatur (Ranang dkk, 2010:3).

Konsep kartun yang lebih memadai adalah gambar yang bersifat

representasi atau simbolik yang mengandung unsur sindiran, lelucon atau humor.

Kartun muncul dalam publikasi secara periode, dan paling sering menyoroti

masalah politik atau masalah publik. Namun, masalah-masalah sosial budaya

juga menjadi target dengan mengangkat kebiasaan hidup masyarakat, peristiwa

olahraga, atau mengenai kepribadian seseorang (Setiawan, 2002; 33).

Noerhadi di dalam artikelnya yang berjudul Kartun dan Karikatur

sebagai wahana kritik sosial (dalam Wijana, 2003:7) mendefinisikan kartun

sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dan citra visual. Dalam artikel ini konsep

kartun dipisahkan secara tegas dengan karikatur.Tokoh-tokoh kartun bersifat

fiktif yang dikreasikan untuk menyajikan komedi-komedi sosial serta visualisasi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

22

jenaka. Tokoh-tokoh karikatur adalah tokoh-tokoh tiruan mealui pemiuhan

(distortion) untuk memberikan persepsi tertentu kepada pembaca sehingga

sering kali disebut portrait caricature.

Berkaitan dengan pengertian kartun dan karikatur di atas, yang menjadi

pengkajian dalam penelitian adalah kartun bukan karikatur karena karikatur

bagian dari kartun. Di samping itu, berdasarkan pengamatan, kartun lebih

banyak melancarkan kritik dan humor-humornya melalui sarana verbal, tidak

seperti karikatur. Speber dan Wilson dalam bukunya Relevance: Comunication

and Cognation bahwa humor-humor kartun yang diungkapkan secara verbal

tidak hanya mempermasalahkan persoalan politik, tetapi juga masalah-masalah

lain, seperti: ketimpangan moral, seks, ekonomi, perhubungan, lalu lintas, senda

gurau ringan, dan sebagainya (Wijana, 2008: 8).

Berdasarkan konsep-konsep kartun yang telah diuraikan sebelumnya dan

sesuai dengan kata kunci pemahaman kartun yang merupakan gambar bermuatan

humor atau satir dalam berbagai media massa dengan tokoh-tokoh yang bersifat

fiktif (Wijana, 2003:xx). Terkait dengan penelitian ini, kartun sebagai

representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog. Awalnya majalah kartun

Bog-Bog hanya memiliki nilai hiburan, tetapi seiring dengan perkembangan

zaman, majalah kartun Bog-Bog sarat dengan muatan politik, ekonomi, sosial

budaya dan penampilan visualnya yang unik dengan ciri khas nilai budaya Bali.

2.2.2 Representasi Sosial

Konsep representasi sosial dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan

dua suku kata, yaitu: ‘representasi’ dan ‘sosial’. Piliang mengartikan representasi

merupakan tindakan menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

23

sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol (2010: 26).

Selanjutnya, konsep representasi diuraikan oleh Graeme Burton (2008:114)

bahwa orang-orang dapat direpresentasikan dengan cara-cara tertentu lewat

perangkat-perangkat tertentu tanpa menjadi stereotif-stereotif yang

sesungguhnya. Stereotif-stereotif, artinya orang-orang, gejala-gejala atau kondisi

sosial masyarakat direpresentasikan tidak berupa bentuk tetap atau klise, tetapi

bisa direpresentasikan dalam bentuk sederhana atau distorsi tanpa kehilangan

makna yang sesungguhnya.

Lebih jauh Burton (2008:114-116) menjabarkan representasi ke dalam

tipe-tipe yaitu representasi berdasarkan tipe, representasi dan kontruksi,

representasi dan makna. Representasi berdasarkan tipe terdapat tiga level

katagorisasi di antaranya: tipe, stereotip dan archetype. Representasi tipe

maksudnya pada level yang paling umum, misalnya sebuah kisah di

representasikan dengan tokoh sesuai fungsi, tugas, bentuk dan karakternya.

Representasi stereotip sesungguhnya adalah representasi yang disederhanakan

dari penampilan manusia, karakter dan kepercayaan. Stereotip telah menjadi

mapan melalui representasi bertahun-tahun dalam media serta melalui pelbagai

asumsi dalam percakapan sehari-hari. Stereotip merupakan distorsi dari tipe

mula-mula karena stereotip melebih-lebihkan sekaligus menyederhanakan.

Stereotip dapat dikenali secara cepat melalui pelbagai rincian kunci dalam

penampilan. Dalam representasi ini ditanamkan pelbagai pertimbangan implisit

tentang karakter (pesan-pesan nilai secara terselubung). Archetype (tipe utama)

merupakan contoh-contoh tipe yang paling intensif juga ditanamkan secara

mendalam dalam budaya kita. Misalnya representasi tokoh para pahlawan,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

24

superman dan tokoh perlawanan dalam pelbagai metodelogi adalah archetype.

Terkait dengan penelitian ini, kartun sebagai representasi sosial tergolong

representasi stereotip, karena kartun merupakan distorsi dari tipe mula-mula,

dilebih-lebihkan sekaligus disederhanakan.

Representasi dan konstruksi, maksudnya representasi yang

dikontruksikan lewat media yang digunakan. Artinya terdapat bahasa tertulis

atau visual yang menceritakan kisahnya dan dengan demikian membentuk tipe

dan sikap tertentu terhadap tipe tersebut (Graeme, 2008:119-120). Jika

dihubungkan dengan penelitian, tipe ini telah mewakili, karena kartun sebagai

representasi dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012 berdasarkan tema-

tema terdapat bahasa tertulis dan visual walaupun lebih dominan bahasa visual.

Representasi dan makna, apa yang direpresentasikan melalui tipe-tipe ini

juga melebihi dari sekadar pandangan tentang pelbagai kategori orang atau

tampak seperti orang-orang pada umumnya. Sikap-sikap tersebut

dikonstruksikan dengan karakteristik tertentu dan direpresentasikan dengan cara

tertentu dalam kisah tertentu (Graeme, 2008:120). Terkait dengan penelitian ini,

pemahaman tipe ini kartun sebagai representasi sosial yang tersirat di dalam

setiap tema pada majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012 diperlukan

interpretasi untuk mengetahui maknanya.

Istilah atau konsep representasi juga menunjukkan bagaimana seseorang

satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.

Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok,

atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Semestinya ini

mengacu kepada apakah seseorang atau kelompok diberitakan apa adanya,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

25

ataukah diperburuk. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan dengan

kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto seseorang, kelompok, atau gagasan

tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak (Eriyanto, 2009: 13).

Ritzer (2004) berpendapat bahwa definisi sosial sebenarnya

berpandangan manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Artinya

tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-

kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya yang tercakup dalam fakta sosial, yaitu

tindakan yang menggambarkan struktur dan pranata sosial. Dijelaskan lebih

lanjut bahwa eksistensi individu dalam dunia sosialnya menjadi “panglima”

dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Jadi, definisi

sosial realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi

sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya (Bungin, 2001:8).

Max Weber melihat realitas sosial sebagai prilaku sosial yang memiliki

makna subyektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Perilaku

sosial itu menjadi “sosial”, oleh Weber dikatakan, kalau yang dimaksud

subyektif dari perilaku sosial membuat individu menyerahkan dan

memperhitungkan kelakuan orang lain dan mengarahkan kepada subjek itu.

Perilaku memiliki kepastian kalau menunjukkan keseragaman dengan perilaku

pada umumnya dalam masyarakat (Bungin, 2001:9).

Barker (2008:418-419) menguraikan sosial adalah tentang atau di dalam

masyarakat. Masyarakat diyakini sebagai organisasi, asosiasi dalam hubungan

antar manusia melalui interaksi yang ditata berdasarkan aturan. Sosial diyakini

sebagai ruang otonomi aktivitas. Namun, kebanyakan teoretisi Cultural Studies

berkeyakinan bahwa kehidupan sosial tidak memiliki objek acuan yang jelas,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

26

menjadi satu tanda yang dibangun melalui serangkaian perbedaan diskursif. Bagi

mereka, kehidupan sosial bukanlah suatu objek melainkan arena perebutan di

mana berbagai deskripsi diri dan orang lain bertarung untuk memperebutkan

pengaruh.

Mengacu kepada konsep sosial di atas, masing-masing memiliki

kesamaan dan perbedaan. Akan tetapi mempunyai makna yang sama di dalam

konteks memahami makna sosial yang ada di masyarakat. Dalam penelitian ini,

representasi sosial yang dimaksud adalah tindakan yang menghasilkan atau

mempresentasikan sesuatu melalui sesuatu di luar diri manusia. Dalam hal ini

mempresentasikan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sosial,

budaya, dan lain sebagianya lewat gambar kartun yang bernuansa karakter

budaya Bali dalam majalah kartun Bog-Bog.

2.2.3 Bog-Bog Bali Cartoon Magazine

Bog-Bog Bali Cartoon Magazine adalah nama sebuah majalah kartun

Bali yang terbit setiap bulan di Bali sejak tahun 2001 sampai sekarang. Alamat

redaksi di Jl. Veteran No. 39 A Denpasar. Kata Bog-Bog menurut Jengo

Paramartha selaku chief editor, artinya kebohongan. Terkait dengan bentuk

kartun, yang sesungguhnya bentuk atau gambaran tokoh-tokoh manusia secara

nyata, tidak ada seperti yang ditampilkan sebagai bentuk kartun sehingga

bentuk-bentuk pemiuhan yang diterapkan dalam bentuk manusia hanya untuk

mendapatkan kelucuan belaka. Isi atau pesan yang disampaikan melalui gambar

bohong (kartun) tetap mengandung fakta dan aktual menyangkut sosial budaya,

pendidikan, politik, ekonomi dan lain-lainnya. Karakter kartun yang diterapkan

dalam majalah bernuansa budaya Bali dengan ekspresi kostum kartun adat Bali

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

27

yang sederhana, walaupun di dalam majalah tersebut ekspresi kartun dengan

karakter bebas juga diterapkan sebagai representasi sosial, tetapi tidak dominan.

2.3 Landasan Teori

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka diperlukan teori untuk memahami dan mempelajari objek yang diteliti

serta menafsirkan dan memahami setiap fenomena yang muncul dalam objek.

Harapannya dapat menghasilkan temuan untuk bahan renungan dan kajian

selanjutnya sehingga lebih bermanfaat bagi peneliti, dan masyarakat. Teori-teori

yang relevan dalam pengkajian ini adalah teori yang ekletik dalam kajian budaya

diantaranya teori estetika postmodern, teori ideologi, teori dekonstruksi, teori

semiotika, dan teori desain komunikasi visual.

2.3.1 Teori Estetika Posmodern

Sebelum diuraikan lebih jauh tentang teori estetika postmodern, terlebih

dahulu diuraikan estetika yang berkaitan dengan pemahamannya. Secara

etimologi estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu aistheta, yang diturunkan

dari aisthe (hal- hal yang dapat ditanggapi dengan indra, atau tanggapan indra).

Pada umumnya, aisthe dioposisikan dengan noeta, dari akar kata noein, nous,

yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan pikiran. Dalam pengertian yang lebih

luas berarti kepekaan untuk menanggapi suatu objek, kemampuan pencarapan

indra, sebagai sensitivitas. Dalam bahasa Inggris menjadi aesthetics atau

esthetics (studi tentang keindahan) orang yang sedang menikmati keindahan

disebut aesthete. Ahli keindahan disebut aesthetician. Dalam bahasa Indonesia

menjadi estetikus, estetis, dan estetika yang masing-masing berarti orang yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

28

ahli dalam bidang keindahan, bersifat indah dan ilmu atau filsafat tentang

keindahan atau keindahan itu sendiri (Ratna,2007: 3-4).

Baumgarten (dalam Sumardjo, 2000: 24-25) sebagai seorang filsuf minor

menemukan istilah estetika tahun 1750 yang diadopsi dari bahasa Yunani kuno,

aistheton yang berarti kemampuan melihat melalui pengindraan. Baumgarten

menamakan seni itu termasuk pengetahuan sensorik, yang dibedakan dengan

logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah

keindahan, sedang tujuan logika adalah kebenaran. Sejak itu istilah estetika

dipakai dalam bahasan filsafat mengenai benda-benda seni. Lebih jauh

Bumgarten menguraikan tentang hakikat keindahan bahwa seni tidak selalu

“indah” seperti dipersoalkan dalam estetika. Diperlukan suatu bidang khusus

yang menjawab tentang apa hakikat seni atau art itu, dan lahirlah apa yang

dinakan “filsafat seni”. Perbedaan estetika dengan filsafat seni hanya dalam

objek materialnya. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya

seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni

atau artifak yang disebut seni (Sumardjo, 2000:25).

Karya seni mengekspresikan gagasan dan perasaan sedangkan alam tidak

mengandung makna ekspresi semacam itu. Dalam karya seni, orang dapat

bertanya “apa maksud karya ini?”, tetapi seseorang pernah bertanya ketika

menyaksikan keindahan matahari terbenam di pantai. Karya seni selalu

membawa makna tertentu dalam dirinya, ada usaha komunikasi seni dengan

orang lain. Dalam keindahan alamiah, hal itu tidak terjadi. Wanita cantik

dinikmati sebagai indah begitu saja, tetapi dalam karya seni wanita tua atau

buruk rupa dapat menjadi indah. Sedang wanita cantik tidak indah dalam karya

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

29

seni yang gagal. Seni dapat meniru alam tetapi alam tidak mungkin meniru

artifak seni. Dalam alam dapat diterima keindahan tanpa kepentingan praktis-

pragmatis keindahan tanpa pamrih (disinterestedness). Dalam karya seni, masih

dapat dijumpai karya-karya itu sebagai indah dan berguna sekaligus. Keindahan

alamiah itu gratis, tanpa pamrih kegunaan apapun. Keindahan dan seni karena

punya makna, dapat membawa nilai-nilai lain di samping nilai keindahan.

Dengan demikian, estetika merupakan pengetahuan keindahan alam dan seni.

Filsafat seni hanya merupakan bagian estetika khusus membahas karya seni

(Sumardjo, 2000; 25-26).

Kartun merupakan ekspresi, gagasan atau perasaan yang mengandung

nilai-nilai estetika seni/artifak. Di samping nilai estetika, juga mengandung nilai-

nilai komunikasi, atau tujuan tertentu yang memiliki makna yang dapat

diinterpretasikan secara bebas. Kartun dari segi visual dalam bentuk distorsi

bersifat parodi dapat menghibur pada saat orang-orang santai mengisi waktu

selesai aktivitas rutin untuk menyegarkan dan dapat pengetahuan/informasi dari

tujuan atau misi kartun. Dalam buku Art World dinyatakan bahwa estetika

adalah suatu studi mengenai premis dan alasan atau argumen yang digunakan

untuk membenarkan atau memberikan penilaian terhadap aktivitas-aktivitas

yang berkaitan dengan masalah keindahan, artistik, seni yang baik atau seni yang

buruk dan sebagainya (Becker, 1982:131).

Estetika postmodern menurut Baudrillard (2009) adalah lebih sebagai

sebuah wacana, realitas telah kehilangan dimensi rahasianya: sebatang tubuh

telah kehilangan dimensi seksualnya, sebuah informasi telah kehilangan dimensi

maknanya, dan sebuah karya seni telah kehilangan dimensi auranya. Segala

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

30

wacana termasuk wacana seni kini tengah berupaya mencari jalannya sendiri

untuk menghindarkan diri dari dialektika makna, dari dialektika komunikasi dan

proses sosialisasi. Wacana estetik seni kini masuk ke dalam hutan rimba citra-

citra dan tanda-tanda yang tanpa batas, dengan cara menghancurkan makna-

makna, mengikuti batas ekstrimnya atau dengan menyajikan dimensi-dimensi

yang selama ini tabu, cabul dan imoralitasnya.

Estetika dalam wacana postmodern tidak lagi membedakan mana yang

indah mana yang jelek, yang bermoral dan yang amoral. Secara ekstrim

dikatakan bahwa wacana estetika postmodern kini justru mencari yang terjelek

di antara yang jelek. Estetika postmodern juga tidak lagi membedakan mana

yang kelihatan dan yang tersembunyi. Estetika postmodern mencari yang lebih

tersembunyi di antara yang paling tersembunyi.

Estetika posmoderen mencoba menyusun sebuah peta idiom-idiom

estetika posmodernisme. Diharapkan dapat menjadi sebuah model dalam upaya

pemahaman dan pengembangan estetika posmodern sebagai sebuah diskursus

kebudayaan, sehingga bermanfaat pula bagi upaya pemahaman keserbaragaman

dan pluralisme bahasa estetika terutama sejauh dipandang sebagai sebuah

penandaan dan makna (Piliang, 2010:61). Sejak dekade 60-70-an telah terjadi

perubahan penting dalam cara memandang dan mendefinisikan seni, serta

perubahan fungsi seni dalam masyarakat kontemporer, terutama dalam statusnya

sebagai komoditi dan perubahan, sekaligus akan mempengaruhi proses

berkesenian serta idiom-idiom estetika yang dihasilkan (Piliang, 2010:62).

Berkaitan dengan pemahaman estetika postmodern, ada lima idiom

estetika yang akan dijelaskan lebih lanjut seperti pastiche, parodi, kitsch, camp,

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

31

dan skizofrenia, idiom ini merupakan sebagian saja dari kemungkinan

penjelalasan estetika dalam diskursus seni posmodernisme.

Pastiche adalah karya sastra yang disusun oleh elemen-elemen yang

dipinjam dari berbagai penulis lain atau dari penulis tertentu di masa lalu.

Sebagai karya yang mengandung unsur-unsur pinjaman, pastiche mempunyai

konotasi negatif sebagai miskin kreatif, orisinalitas, keotentikan dan kebebasan.

Parodi adalah suatu bentuk dialog (menurut pengertian Bakhtin), yaitu

satu teks bertemu dan berdialog dengan teks lainnya. Tujuan parodi adalah untuk

mengekspresikan perasaan tidak puas, tidak senang, tidak nyaman, berkenaan

dengan intensitas gaya atau karya masa lalu yang dirujuk. Dalam kaitan ini

parodi menjadi bentuk oposisi atau kontras di antara berbagai teks, karya atau

gaya. Satu teks karya atau gaya dihadapkan kepada teks, karya atau gaya lainnya

dengan maksud menyindir atau membuat lelucon. Maksudnya adalah kartun

sebagai representasi sosial dihadapkan dengan fenomena sosial atau membawa

pesan-pesan sosial berkaitan dengan tema-tema pada majalah kartun Bog-Bog.

Kitsch berasal dari bahasa Jerman Verkitschen (membuat murah) dan

Kitschen berarti memungut sampah dari jalan. Oleh sebab itu, kitschen sering

ditafsirkan sebagai sampah artistik atau selera rendah (bad taste) atau segala

jenis seni palsu (pseudo-art) yang murahan dan tanpa selera, selera rendah.

Camp adalah satu idiom estetik, yang meskipun sering diperbincangkan,

namun masih menimbulkan pengertian yang kontraditif. Di satu pihak sering

diasiosiasikan dengan pembentukan makna. Di pihak lain justru diasiosiasikan

dengan kemiskinan makna. Camp bukanlah suatu bentuk selera rendah (sampah

artistik) Camp menurut Sontag (1964) adalah satu model estetisisme satu cara

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

32

melihat dunia sebagai satu fenomena estetik. Namun estetik bukan dalam

pengertian keindahan atau keharmonisan, melainkan dalam pengertian

keartifisialan dan pengayaan. Estetisme semacam ini dipandang positif dalam

hal peranannya dalam pengembangan gaya. Karena semacam pemberontakan

menentang gaya elit kebudayaan tinggi.

Skizofrenia adalah istilah pada awalnya digunakan untuk menjelaskan

fenomena psikis dalam diri manusia, kemudian fenomena lebih luas, yaitu

fenomena bahasa (Lacan), sosial, ekonomi, sosial politik dan estetik (Piliang,

2010:187-202). Lebih lanjut dikatakan Peliang skizofrenia adalah kekacauan

struktur bahasa dan psikis, yaitu putusnya rantai penandaan, di mana penanda

(bentuk) tidak dikaitkan dengan satu petanda (makna) dengan cara yang pasti,

sehingga menimbulkan kesimpangsiuran makna (Piliang, 2010-21).

Berkaitan dengan rumusan permasalahan, maka teori estetika

postmodern di atas dapat membantu memecahkan dan membedah masalah yang

terkait dengan rumusan masalah bentuk tampilan atau penyajian kartun sebagai

representasi sosial. Dari kajian ini diperolah pengetahuan gaya penampilan

karakter secara visual maupun penampilan teks, terutama dari pemahaman idiom

parodi, karena salah satu sifat kartun sebagai representasi sosial adalah parodi

atau humoris, dan estetika yang mengacu nilai-nilai postmodern.

Untuk mendukung teori utama yaitu estetika postmodern (dari idiom

parodi) sebagai pemecahan masalah yang pertama, teori simulasi adalah teori

yang relevan untuk masalah tersebut. Menurut Jean Baudrillard dalam buku

Simulations (1983), teori simulasi adalah menciptakan realitas lain di luar

realitas yang sesuai dengan kenyataan yang disebut Baudrillard sebagai

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

33

hiperrealitas. Dalam pengertian ini, menjelaskan simulasi yang dimaksudkan

Baudrillard adalah menciptakan realitas baru atau realitas imajiner yang

dianggap riil. Faktor yang paling berperan dalam menciptakan realitas baru

(hiperrealitas) adalah media massa dan teknologi informasi, seperti internet,

video kamera, hand phone, dan sebagainya (Suyanto dan Amal (ed) 2010:392).

Baudrillard menguraikan karakter khas masyarakat Barat dewasa ini

sebagai masyarakat simulasi. Menurutnya, kebudayaan Barat dewasa ini

merupakan sebuah representasi dari dunia simulasi. Dunia yang dibangun dari

hubungan berbagai tanda dan kode secara acak, tanpa referensi rasional yang

jelas. Hubungan ini melibatkan tanda real (fakta) yang tercipta melalui proses

produksi serta tanda semu (citra) yang tercipta melalui proses reproduksi.

Selanjutnya, Sutinah menjelaskan dalam kebudayaan simulasi kedua tanda

tersebut saling terkait membentuk satu kesatuan. Kesatuan ini oleh Baudrillard

disebut simulakra atau simulakrum, yaitu sebuah dunia yang terbangun dari

sengkarut nilai, fakta, tanda, citra dan kode. Masyarakat yang hidup dengan

silang sengkarut kode, tanda, dan model, diatur sebagai produksi dalam sebuah

simulakra. Simulakra yaitu ruang tempat mekanisme simulasi berlangsung.

Simulakrum adalah bentuk jamak dari simulakra merupakan duplikasi dari

duplikasi yang aslinya tidak pernah ada, sehingga perbedaan antara duplikasi

dan asli menjadi kabur (Suyanto dan Amal, 2010:391).

Mengacu kepada teori simulasi dalam konteks permasalahan yang

pertama bahwa kartun merupakan hasil ciptaan realitas lain di luar realitas yang

sesuai dengan kenyataan, atau hiperrealitas. Dalam hal ini, bentuk tampilan

kartun sebagai representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

34

2011/2012 merupakan simulasi yang terbangun dari nilai-nilai fakta, tanda, citra,

dan kode yang disebut juga simulakra atau simulakrum dalam bentuk jamak.

Intinya, kartun sebagai representasi sosial bentuk tampilannya diciptakan oleh

kartunis berdasarkan fakta, deformasi dari bentuk manusia dan lain-lainnya

menjadi realitas lain yang semu dan menjadi bentuk kartun, yang disebut

simulasi. Dalam kartun (simulasi) terjalin hubungan tanda fakta atau real (bentuk

nyata seperti manusia) dengan tanda imajiner (citra) dalam hal ini kartun

menjadi satu kesatuan yang disebut simulakra. Jika bentuk tampilan kartun

sebagai representasi sosial diduplikasi secara terus menerus proses ini disebut

simulakrum.

2.3.2 Teori Ideologi

Gagasan atau ide ialah kawasan atau pemahaman tertentu, sedangkan

ideologi merupakan kristalisasi gagasan menjadi sistem yang bersifat universal

(Sobur, 2003:213). Piliang menguraikan ideologi adalah sistem kepercayaan dan

sistem nilai serta representasinya dalam berbagai media dan tindakan sosial

(2010:18). Franz Magnis Suseno merumuskan ideologi sebagai keseluruhan

sistem berpikir, nilai-nilai dan sikap dasar rohani sebuah gerakan, kelompok

sosial, atau kebudayaan (Sobur, 2003: 214).

Dalam analisis Gramsci, ideologi dipahami sebagai ide, makna dan

praktik yang kendati mengklaim sebagai kebenaran universal, merupakan peta

makna yang sebenarnya menopang kekuasaan kelompok sosial tertentu. Ideologi

tidak dapat dipisahkan dari aktivitas praktis kehidupan, namun merupakan

fenomena material yang berakar pada kondisi sehari-hari. Ideologi menyediakan

aturan prilaku praktis dan tuntunan moral yang sepadan dengan agama yang

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

35

secara sekuler dipahami sebagai kesatuan keyakinan antara konsepsi dunia dan

norma tindakan terkait (Barker, 2008: 63).

Jika disimak pemahaman ideologi tersebut di atas di antara pengertian-

pengertian yang ada baik uraian yang sederhana maupun lebih kompleks

semuanya mengandung kesamaan makna. Terkait dengan penelitian ini, teori

ideologi ini yang berkaitan dengan pengertiannya relevan untuk menganalisis

permasalahan yang kedua mengenai ideologi apa yang ada di dalam kartun

sebagai representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012. Di

balik proses terjadinya kartun yang didesain oleh para kartunis sebagai

representasi sosial, tidak lepas dari nilai-nilai ideologi yang tercermin di dalam

kartun tersebut. Untuk menemukan ideologi yang tercermin sebagai representasi

sosial dalam majalah kartun Bog-Bog diperlukan penghayatan dan pengkajian

secara seksama.

2.3.3 Teori Dekonstruksi

Istilah dekonstruksi merupakan salah satu konsep kunci pada

posmodernisme (Lubis, 2006:121). Kalangan pengagum ilmu kritis banyak

menyorotinya sebagai ilmu untuk mengkritisi hal-hal yang dianggap tidak

memberi keadilan bagi kehidupan masyarakat. Jacques Derrida terkenal sebagai

tokoh teori dekonstruksi yang tergolong tokoh filsafat Prancis keturunan Yahudi,

lahir di Ei-Biar (Aljazair) tahun 1930. Derrida dikenal sebagai pemikir

postrukturalis yang bermula dari dekonstruksinya sendiri, yang sesungguhnya

merupakan pembongkaran terhadap pandangan strukturalisme yang

dikembangkan oleh Ferdinand de Sausure, Levi-Strauss, Noam Chomsky, dan

Ramon Jacobson. Dekontruksi dapat diartikan pengurangan atau penurunan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

36

intensitas bentuk yang sudah tersusun, sebagai bentuk yang sudah baku.

Dekonstruksi sering diartikan sebagai pembongkaran pelucutan, penghancuran,

penolakan dan berbagai istilah dalam kaitannya dengan penyempurnaan arti

semula (Derrida, 1978).

Mendekonstruksi berarti memisahkan, melepaskan dalam rangka mencari

dan membeberkan asumsi suatu teks. Secara khusus, dekonstruksi melibatkan

pelucutan oposisi biner hierarkis semisal tuturan/ tulisan, realitas/penampakan,

alam/kebudayaan, kewarasan/kegilaan, dan lain-lainnya yang berfungsi

menjamin kebenaran dengan cara mengesampingkan dan mendevaluasi bagian

“inferior” oposisi biner tersebut (Barker, 2008: 81). Dekonstruksi juga dapat

diartikan sebagai pengurangan atau penurunan intensitas konstruksi. Dalam

mendekonstruksi strukturalisme misalnya, kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus adalah mengurangi intensitas oposisi biner, sehingga unsur-unsur yang

dominan tidak selalu mendominasi unsur-unsur yang lain (Ratna, 2005:250).

Ratna (2005:252), menjelaskan, dalam dekonstruksi dilakukan semacam

pembongkaran, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai adalah penyusunan

kembali ke dalam tatanan dan tataran yang lebih signifikan, sesuai dengan

hahikat objek, sehingga aspek-aspek yang dianalisis dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin. Dekonstruksi dalam hal ini bermaksud mendekonstruksi

fenomena sosial dan budaya masyarakat di lapangan melalui dekonstruksi

makna kartun yang visualisasinya bernuansa nilai-nilai budaya Bali yang

posmodern. Dekonstruksi tergolong teori postrukturalisme yang paling kritis

dalam memahami dinamika aspek-aspek kebudayaan ciri utama teori ini adalah

menolak mitos oposisi binner (Ratna, 2005:266).

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

37

Mengacu kepada deskripsi teori dekonstrusi di atas, teori ini digunakan

untuk menganalisis lebih detail dan mendalam masalah yang ke tiga, yang

berkaitan dengan makna kartun sebagai representasi sosial. Teori dekonstruksi

dapat menciptakan pemahaman dan pengetahuan mengenai makna fenomena

sosial, budaya masyarakat dan lain-lainnya melalui variasi/varian-varian bentuk

penyajian kartun sebagai representasi sosial yang diciptakan oleh para kartunis

yang terlibat di dalam majalah Bog-Bog edisi 2011/2012.

Untuk memperdalam kajian permasalahan yang ketiga selain teori

dekonstruksi digunakan juga teori semiotika. Semiotika adalah ilmu tentang

tanda dan kode, kodenya serta penggunaannya dalam masyarakat (Piliang:

2010:21). Semiotik sangat tepat untuk mengkaji permasalahan ke tiga. Semiotika

dari sudut pandang desain grafis adalah ilmu komunikasi yang berkenaan

dengan pengertian tanda-tanda/simbol/isyarat serta penerapannya. Semiotik

adalah studi tentang pemaknaan menyangkut aspek-aspek budaya, adat istiadat

atau kebiasaan di masyarakat (Kusrianto, 2007:58).

Semiotika menurut Peirce adalah “doktrin formal tentang tanda”. Dasar

semiotika adalah konsep tentang tanda: tidak hanya bahasa dan sistem

komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda. Dunia itu sendiri pun sejauh terkait

dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak

begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa

merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia. Sedangkan

tanda-tanda nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta

beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

38

bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan

berdasarkan relasi-relasi (Sobur, 2003:13).

Berdasarkan pengertian semiotika di atas jika dihubungkan mempunyai

kesamaan arti atau makna, yaitu tentang tanda, salah satu cara untuk membahas

makna yang lebih besar adalah dengan makna denotatif dan makna konotatif.

Spradley mengatakan makna denotatif meliputi hal- hal yang ditunjuk oleh kata-

kata (makna represensial). Piliang mengartikan makna denotatif adalah

hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan

tahap denotatif. Makna konotatif Spradley mengertikan makna meliputi semua

signifikasi sugesti dari simbol yang lebih dari arti reperensial. Menurut Piliang,

makna konotatif meliputi aspek mana yang terkait dengan perasaan dan emosi

serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi (Tinarbuko, 2008: 20).

Untuk lebih jelas tentang pemahaman makna denotatif dan makna

konotatif, Kusrianto (2007:61) menambahkan bahwa makna denotatif adalah

makna leksikal, arti yang pokok, pasti dan terhindar dari kesalahtafsiran. Sifat

langsung, konkret dan jelas, tersurat. Makna konotatif memiliki makna struktural

dan memiliki makna tambahan di samping makna sebenarnya dan memiliki sifat

tidak langsung, maya, abstrak, dan tersirat. Lebih lanjut, Danesi mengartikan

makna denotation artinya makna primer dan dimaksud dari sebuah tanda,

sedangkan makna connotation yaitu makna diperluas atau sekunder dari sebuah

tanda.

Dikaitkan pada permasalahan penelitian, teori semiotika baik denotatif

maupun konotatif merupakan teori makna yang relevan untuk memperdalam

kajian permasalahan yang ke tiga. Yakni mengenai makna kartun sebagai

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

39

representasi sosial dalam majalah kartun Bog-Bog edisi 2011/2012. Kartun yang

mengandung nilai budaya Bali dalam majalah kartun Bog-Bog memiliki makna

langsung dan tidak langsung. Pengertian langsung artinya kartun sebagai

representasi sosial mempunyai makna sesuai dengan fungsinya yakni

menyampaikan informasi atau mengkritisi masalah sosial masyarakat. Makna

tidak langsung adalah makna kartun di balik fungsi yang sebenarnya.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

40

2.4. Model Penelitian

Sebagai kajian sosial budaya, penelitian ini menggunakan metode

deskriktif intepretatif terhadap objek material yakni kompleksitas sosial budaya

di sekitar isu-isu dalam media kartun, khususnya majalah kartun Bog-Bog edisi

2011/2012. Sebagai pendekatan, dalam penelitian ini disusun alur penalaran

dalam bentuk skema model penelitian.

Keterangan : = Hubungan langsung= Hubungan timbal balik

Berdasarkan skema model penelitian, maka dapat diuraikan

penjelasannya bahwa setiap individu atau manusia yang hidup bermasyarakat

melakukan hubungan satu dengan yang lain, saling berinteraksi dan mengenal,

bergaul, berkomunikasi antar individu ataupun kelompok sosial dengan tujuan

Kartunis Fenomena Sosial

Bog-Bog BaliCartoon Magazine

Kartun sebagaiRepresentasi Sosial dalam

Bog-Bog Bali CartoonMagazine Edisi 2011/2012

di Denpasar

Masyarakat/Lingkungan

Bentuk TampilanKartun sebagaiRepresentasi

Sosial

Ideologi Kartunsebagai

Representasi Sosial

Makna-maknaKartun sebagaiRepresentasi

Sosial

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

41

tertentu. Tujuan tertentu ini merupakan sasaran bagi setiap individu atau

kelompok masyarakat yang berinteraksi antarsesama dalam kehidupan

bermasyarakat, baik dari kalangan masyarakat menengah ke bawah maupun

kalangan masyarakat menengah ke atas. Interaksi sosial yang terbangun di

kalangan masyarakat sosial akan menimbulkan dampak positif maupun negatif.

Dampak positif akan memberikan kontribusi kepada masyarakat yang

melakukan kontak/komunikasi sosial antar sesama ataupun kelompok maupun

pemerintah. Dampak negatif akan menimbulkan ketimpangan. Hubungan

masyarakat individu, kelompok, maupun pemerintah dari aspek positif dan

negatif bisa menimbulkan fenomena sosial, budaya, dan lain-lainnya. Hal ini

dapat diterangkan secara ilmiah.

Situasi kondisi atau fenomena sosial muncul akibat interaksi sosial

antarindividu, kelompok masyarakat, maupun pemerintah. Bagi kartunis, hal ini

menjadi materi yang menarik dan aktual untuk digarap menjadi sebuah karya

grafis. Editor majalah kartun Bog-Bog bekerjasama dengan kartunis berkreasi

mendisain berita dengan bahasa visual yang dominan, yaitu kartun dengan

nuansa budaya Bali yang humoris dan aktual. Fungsi kartun dalam hal ini

membawa pesan fenomena sosial yang dikemas dalam tema tertentu. Hubungan

kartunis dengan fenomena sosial merupakan hubungan timbal balik sebagai

subjek dan objek. Kartunis sebagai pencipta kartun sedangkan fenomena sosial

sebagai pesan kartun.

Hubungan kartunis dengan majalah kartun Bog-Bog merupakan

hubungan timbal balik. Majalah kartun Bali tempat menyalurkan inspirasi para

kartunis Bali yang terlibat sebagai tim kreatif yang berkreasi terkait dengan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · Buku dengan judul Kartun yang disusun oleh I Dewa Putu Wijana tahun 2003 diterbitkan oleh penerbit Ombak, Yogjakarta. Buku

42

tema-tema yang ditentukan oleh pihak majalah kartun Bog-Bog. Hubungan

fenomena sosial dengan masyarakat merupakan dampak langsung yang diterima

oleh masyarakat, baik positif maupun negatif. Majalah kartun Bog-Bog juga

merupakan sumber munculnya judul penelitian, yaitu Kartun Sebagai

Representasi Sosial dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine edisi 2011/2012.

Hubungan masyarakat dengan penelitian ini adalah masyarakat sebagai

konsumen atau penikmat diharapkan dapat memahami eksistensi kartun sebagai

representasi sosial di balik tampilannya yang lucu dan bersifat menghibur

tercermin makna sosial sebagai pengetahuan masyarakat atau penikmat.

Permasalahan penelitian dikembangkan ke dalam tiga bagian. Pertama,

bagaimana bentuk tampilan kartun sebagai representasi sosial dalam Bog-Bog

Bali Cartoon Magazine edisi 2011/2012? Untuk mengetahui persoalan secara

mendalam digunakan teori estetika postmodern, dan teori desain komunikasi

visual. Kedua adalah ideologi yang ada di dalam kartun sebagai representasi

sosial dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine edisi 2011/2012? Untuk

menemukan ideologi yang ada di dalam permasalahan ini digunakan teori

ideologi. Ketiga yaitu mengenai makna yang tercermin pada kartun sebagai

representasi sosial dalam Bog-Bog Bali Cartoon Magazine edisi 2011/2012?

Terkait dengan masalah ini, maka makna kartun digali lebih mendalam dengan

menggunakan teori dekonstruksi di samping penggunaan teori yang lain,seperti:

teori semiotika dan simulakrum, dalam rangka memberikan penjelasan yang

lengkap.