bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...

58
24 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Ketidakpastian Lingkungan Perusahaan tidak beroperasi pada ruang hampa (Brooks, et al., 2004: 4; Williams, 2006: 34; Hill & McShane, 2008: 48). Keberadaan perusahaan melekat pada lingkungan dimana ia beroperasi (Hill & McShane, 2008: 48). Perubahan- perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat mempengaruhi perusahaan (Worthington & Britton, 2006: 15; Hill & McShane, 2008: 48). Lingkungan perusahaan mencakup semua elemen yang ada diluar perusahaan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan (Daft & Mercic, 2009: 48). Hal ini lebih ditegaskan Daft (2010: 140) yang mendefinisikan lingkungan perusahaan sebagai semua elemen yang ada diluar perusahaan dan memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan baik secara keseluruhan maupun sebagian. Pendapat senada dikemukakan Wagner & Hollenbeck (2010: 271) yang menyatakan bahwa lingkungan perusahaan meliputi segala sesuatu yang berada di luar perusahaan. Demikian juga dengan Robbins & Judge (2013: 499) yang menyatakan bahwa lingkungan perusahaan mencakup lembaga- lembaga dan kekuatan-kekuatan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti : pemasok, pelanggan, pesaing, badan-badan pemerintah, dan kelompok-kelompok penekan di masyarakat (pressure group). Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa yang

Upload: others

Post on 11-Jan-2020

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Ketidakpastian Lingkungan

Perusahaan tidak beroperasi pada ruang hampa (Brooks, et al., 2004: 4;

Williams, 2006: 34; Hill & McShane, 2008: 48). Keberadaan perusahaan melekat

pada lingkungan dimana ia beroperasi (Hill & McShane, 2008: 48). Perubahan-

perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat mempengaruhi perusahaan

(Worthington & Britton, 2006: 15; Hill & McShane, 2008: 48).

Lingkungan perusahaan mencakup semua elemen yang ada diluar

perusahaan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan (Daft &

Mercic, 2009: 48). Hal ini lebih ditegaskan Daft (2010: 140) yang mendefinisikan

lingkungan perusahaan sebagai semua elemen yang ada diluar perusahaan dan

memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan baik secara keseluruhan

maupun sebagian. Pendapat senada dikemukakan Wagner & Hollenbeck (2010:

271) yang menyatakan bahwa lingkungan perusahaan meliputi segala sesuatu

yang berada di luar perusahaan. Demikian juga dengan Robbins & Judge (2013:

499) yang menyatakan bahwa lingkungan perusahaan mencakup lembaga-

lembaga dan kekuatan-kekuatan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi

kinerja perusahaan, seperti : pemasok, pelanggan, pesaing, badan-badan

pemerintah, dan kelompok-kelompok penekan di masyarakat (pressure group).

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa yang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

25

dimaksud dengan lingkungan perusahaan adalah segala sesuatu yang berada diluar

perusahaan yang berpengaruh terhadap perusahaan baik secara parsial maupun

keseluruhan, baik langsung maupun tidak langsung.

Lingkungan senantiasa berubah (Brooks, et al., 2004: 363). Memahami

dan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

manajer (Bateman & Snell, 2013: 54). Jika manajer tidak memahami lingkungan,

maka kemampuan mereka untuk mengambil keputusan dan mengeksekusi rencana

akan sangat terbatas (Bateman & Snell, 2013: 52-53). Untuk itu, manager harus

senantiasa menaruh perhatian terhadap lingkungan (Daft & Mercic, 2009: 48).

Manajer di semua tingkatan menggunakan informasi tentang lingkungan

untuk menfasilitasi pengambilan keputusan guna memungkinkan perusahaan

beroperasi secara sukses (Brooks, et al., 2004: 17). Namun sayangnya, informasi

tentang lingkungan tidak selalu tersedia, dan manajer sering beroperasi dalam

kondisi ketidakpastian (Bateman & Snell, 2013: 53). Karena itu dikatakan bahwa

lingkungan menciptakan ketidakpastian bagi manajer (Daft & Mercic, 2009: 59).

Milliken (1987) mendefinisikan ketidakpastian (uncertainty) sebagai

ketidakmampuan untuk memprediksi secara akurat hasil dari suatu keputusan.

Kondisi ketidakpastian terjadi jika informasi faktual yang handal tersedia dalam

jumlah yang sedikit atau tidak tersedia sama sekali (Kreitner, 2009: 212).

Pendapat senada dikemukakan Gomez-Mejia & Balkin (2012: 169) yang

menyatakan bahwa ketidakpastian berarti tidak tersedianya informasi yang

lengkap untuk pembuatan keputusan manajemen. Pendapat yang lebih lengkap

dikemukakan CIMA (2005: 97) yang mendefinisikan ketidakpastian sebagai :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

26

“Inability to predict the outcome from an activity due to a lack of

information about the required input/output relationship or about

the environment within which the activity take place”.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, maka dapat dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan ketidakpastian (uncertainty) adalah kondisi dimana

seseorang tidak dapat memprediksi sesuatu secara akurat yang disebabkan oleh

ketiadaan atau keterbatasan informasi yang dimilikinya.

Terkait dengan ketidakpastian lingkungan, Wagner & Hollenbeck (2010:

274) menyebutkan bahwa ketidakpastian lingkungan merefleksikan kurangnya

informasi tentang faktor-faktor, aktivitas-aktivitas, dan kejadian-kejadian

lingkungan. Selanjutnya Bateman & Snell (2013: 53) menyatakan bahwa

ketidakpastian lingkungan berarti bahwa manajer tidak memiliki informasi yang

cukup tentang lingkungan untuk memahami atau memprediksi masa depan.

Demikian pula dengan Griffin & Moorhead (2014: 468) yang menyatakan bahwa

ketidakpastian lingkungan terjadi ketika manajer memiliki informasi yang sedikit

tentang kejadian-kejadian di lingkungan serta dampaknya terhadap perusahaan.

Para ahli lainnya juga menyatakan pendapat yang senada dengan pendapat diatas,

yaitu sebagai berikut :

“[Environmental] uncertainty means an inability to predict with

accuracy the nature, magnitude, timing, and direction of change

in the environment”. (Hill & McShane, 2008: 43) “Environmental uncertainty means that managers do not have

sufficient information about environmental factors to understand

and predict environmental needs and changes”. (Daft & Mercic,

2009: 59) “Environmental uncertainty means that decision makers do not

have sufficient information about environmental factors, and the

have a difficult time predicting external change”. (Daft, 2010:

145)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

27

Para ahli lainnya menyatakan pendapat tentang ketidakpastian

lingkungan dalam pengertian yang lebih operasional, dimana pada dasarnya

dikatakan bahwa ketidakpastian lingkungan mengacu pada tingkat perubahan

lingkungan dan tingkat kompleksitas lingkungan. Pendapat ini antara lain

dikemukakan oleh : Hitt, et al. (2011: 497); Robbins & Coulter (2012: 49);

Wheelen & Hunger (2012: 98); Hatch & Cunlife (2013: 68); dan Robbins, et al.

(2014: 43).

Pendapat yang lebih komprehensif dikemukakan Hoque (2004: 39) yang

menyatakan bahwa :

“Environmental uncertainty refers to the firm’s inability to

predict accurately the effects of various aspects of firm’s external

environment, such as customers, suppliers, deregulation and

globalization, technological process, competitors, government

regulations/policies, the economic environment, and industrial

relation”.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, maka dapat dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan ketidakpastian lingkungan adalah ketidakmampuan

perusahaan melalui para manajernya untuk memahami dan memprediksi dengan

baik pengaruh dari perubahan dan kompleksitas lingkungan yang disebabkan oleh

sulitnya mendapatkan informasi atau tidak tersedianya informasi yang memadai

tentang lingkungan.

Ketidakpastian lingkungan ditekankan pada persepsi manajer tentang

ketidakpastian lingkungan (perceived environmental uncertainty/PEU) ketimbang

kondisi aktual ketidakpastian lingkungan (Hoque, 2004: 39). Penggunaan ukuran

perseptual ketimbang realitas objektif atau properti lingkungan itu sendiri telah

mengundang banyak perdebatan (Milliken, 1987; Sharfman & Dean, 1991).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

28

Milliken (1987) berpendapat bahwa penggunaan ukuran (perseptual atau realitas)

bukanlah suatu masalah, masalahnya adalah pada pelaksanaan pengukuran. Hal

ini dapat dijustifikasi berdasarkan pendapat Robbin & Judge (2013 : 166) yang

menyebutkan bahwa :

“Perception is process by which individual organize and interpret

their sensory impressions in order to give meaning to their

environment”.

“Why is perception important? Simply because people’s behavior

is based on their perception of what reality is, not on reality itself.

The worls as it is perceived is the world that is behaviorally

important”.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hatch & Cunliffe (2006: 68)

berdasarkan hasil-hasil penelitian yang menyebutkan bahwa setiap orang tidak

merasakan lingkungan dengan cara yang sama, lingkungan yang sama mungkin

dianggap sebagai sesuatu yang pasti (certain) bagi sekelompok manajer, tetapi

dianggap sebagai sesuatu yang tidak pasti (uncertain) bagi manajer lainnya. Selain

itu, Hatch & Cunliffe (2006: 68) juga berargumen dengan teori informasi tentang

ketidakpastian (information theory of uncertainty) yang menyebutkan bahwa

manajer mengalami ketidakpastian ketika mereka tidak memiliki informasi yang

mereka rasa perlu untuk membuat keputusan yang tepat.

Daft & Mercic (2009: 59) menyebutkan bahwa lingkungan menciptakan

ketidakpastian (uncertainty). Daft (2010: 145) mengidentifikasi 2 (dua) dimensi

ketidakpastian lingkungan, yaitu : simple-complex dimension dan stable-unstable

dimension. Simple-complex dimension atau kompleksitas lingkungan mengacu

pada heterogenitas atau jumlah atau perbedaan unsur lingkungan yang relevan

dengan operasi organisasi (Daft, 2010: 145), sedangkan stable-unstable dimension

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

29

atau perubahan lingkungan mengacu pada perubahan perubahan yang terjadi pada

elemen-elemen lingkungan (Daft, 2010: 146).

Wagner & Hollenbeck (2010: 274) mengidentifikasikan 2 (dua) dimensi

ketidakpastian lingkungan yaitu : perubahan lingkungan (environmental change)

dan kompleksitas lingkungan (environmental complexity). Perubahan lingkungan

terkait dengan seberapa cepat kondisi lingkungan perusahaan berubah secara tidak

terprediksi (Wagner & Hollenbeck, 2010: 272), sedangkan kompleksitas

lingkungan terkait dengan seberapa banyak elemen lingkungan perusahaan yang

berinteraksi sehingga sulit untuk dipahami (Wagner & Hollenbeck, 2010: 273).

Menurut Robbins & Coulter (2012: 49) dan Robbins, et al., (2014: 42),

ketidakpastian lingkungan memiliki 2 (dua) dimensi yaitu : tingkat perubahan

(degree of change) dan tingkat kompleksitas (degree of complexity). Tingkat

perubahan mengacu pada seberapa sering elemen-elemen lingkungan berubah

(Robbins & Coulter, 2012: 49; Robbins, et al., 2014: 42). Adapun tingkat

kompleksitas mengacu pada jumlah elemen-elemen lingkungan perusahaan dan

sejauh mana perusahaan memahami elemen-elemen tersebut (Robbins & Coulter,

2012: 49; Robbins, et al., 2014: 43).

Hatch & Cunliffe (2013: 68) juga mengidentifikasikan 2 (dua) dimensi

ketidakpastian lingkungan yaitu : kompleksitas lingkungan (environmental

complexity) dan perubahan lingkungan (environmental change). Kompleksitas

lingkungan mengacu pada jumlah dan keragaman elemen lingkungan sedangkan

perubahan lingkungan mengacu pada kecepatan perubahan elemen-elemen

lingkungan. Demikian pula dengan Griffin & Moorhead (2014: 468) yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

30

mengidentifikasikan 2 (dua) dimensi ketidakpastian lingkungan, yaitu :

kompleksitas lingkungan (environmental complexity) dan perubahan lingkungan

(environmental dynamism). Kompleksitas lingkungan diartikan sebagai jumlah

komponen lingkungan yang mempengaruhi pengambilan keputusan, sedangkan

perubahan lingkungan diartikan sebagai tingkat perubahan komponen lingkungan.

Daft (2010: 141) menyebutkan bahwa lingkungan terdiri dari beberapa

sektor atau sub divisi yang memuat beberapa elemen. Secara rinci, sektor berikut

masing-masing elemen tersebut adalah sebagai berikut :

“(1) Industry sector : competitor, industry size and

competitiveness, related industries. (2) Raw material sector :

suppliers, manufacturers, real estates, and services. (3) Human

resources sector : labor market, employment agencies, universities,

training schools, employee in other companies, unionization. (4)

Financial resource sector : stock market, banks, savings and

loans, private investors. (5) Market sector : customers, clients,

potential users of products and sevices. (6) Technology sectors :

techniques of production, sciences, computers, information

technologies, e-commerce. (7) Economic conditions sector :

recession, unemployement rate, inflation rate, rate of investment,

economics, growth. (8) Government sector : city, state, and federal

law and regulation, taxes, services, court system, political

processes. (9) Sosiocultural sector : age, values, beliefs, education,

religion, work ethics, consumer and green movements. (10)

International sector : competition from and acquisition by foreign

firms, entry into overseas markets, foreign customs, regulations,

exchange rate”.

Menurut Wagner & Hollenbeck (2010: 271-272) elemen lingkungan terdiri

dari pemasok, pelanggan, pesaing, lembaga pemerintah, lembaga keuangan, pasar

tenaga kerja, kondisi ekonomi, geografi dan politik. Sedangkan menurut Griffin &

Moorhead (2014: 466-477), elemen lingkungan terdiri dari : politik-hukum, sosial,

budaya, teknologi, ekonomi, faktor internasional, pelanggan, pemasok, donatur,

regulator, pemegang saham, pesaing, legislator, dan lembaga pembuat peraturan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

31

Berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dikemukakan para ahli tersebut,

maka dimensi ketidakpastian lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kompleksitas lingkungan dan perubahan lingkungan (Daft, 2010: 145;

Wagner & Hollenbeck, 2010: 274; Robbins & Coulter, 2012: 49; Hatch &

Cunclife, 2013; 68; Griffin & Moorhead, 2014: 468; dan Robbins, et al., 2014:

42). Masing-masing dimensi dijelaskan sebagai berikut :

1) Kompleksitas lingkungan (environmental complexity), terkait dengan

seberapa banyak elemen/komponen lingkungan yang menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Lingkungan dikatakan

sederhana (simple) jika elemen atau komponen lingkungan yang menjadi

bahan pertimbangan pengambilan keputusan jumlahnya sedikit, dan

sebaliknya lingkungan dikatakan kompleks (complex) jika elemen atau

komponen lingkungan yang menjadi bahan pertimbangan pengambilan

keputusan jumlahnya banyak.

2) Perubahan lingkungan (environmental change), terkait dengan seberapa

sering elemen atau komponen lingkungan mengalami perubahan. Lingkungan

dikatakan statis (static) jika elemen atau komponen lingkungan tidak atau

sedikit mengalami perubahan, dan sebaliknya lingkungan dikatakan dinamis

(dynamic) jika elemen atau komponen lingkungan mengalami perubahan

yang sangat sering.

Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk masing-masing

dimensi ketidakpastian lingkungan adalah sebagai berikut :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

32

1) Kompleksitas lingkungan (environmental complexity), terdiri dari :

a) Kompleksitas pelanggan (Daft, 2010: 141; Wagner & Hollenbeck, 2010:

271; Griffin & Moorhead, 2014: 467).

b) Kompleksitas pemasok (Daft, 2010: 141; Wagner & Hollenbeck, 2010:

271; Griffin & Moorhead, 2014: 467).

c) Kompleksitas pemerintah (Daft, 2010: 141; Wagner & Hollenbeck, 2010:

271; Griffin & Moorhead, 2014: 467).

2) Perubahan lingkungan (environmental change), terdiri dari :

a) Perubahan ekonomi (Daft, 2010: 141; Wagner & Hollenbeck, 2010: 272;

Griffin & Moorhead, 2014: 466).

b) Perubahan teknologi (Daft, 2010: 141; Griffin & Moorhead, 2014: 466).

2.1.2 Struktur Organisasi

Organisasi perlu mengatur pekerjaan menjadi segmen-segmen yang dapat

dikelola dan menyelaraskan segmen-segmen tersebut sehingga upaya-upaya para

individu dikoodinasikan untuk mencapai efektifitas yang optimal. Penyelarasan

ini membentuk struktur organisasi (Campbell & Craig, 2005: 453). William

(2015: 177) menyatakan bahwa struktur organisasi terkait dengan pertanyaan-

pertanyaan seperti “siapa melapor kepada siapa?”, “siapa melakukan apa?” serta

“dimana pekerjaan dilakukan?”. Struktur organisasi digambarkan dalam bentuk

bagan organisasi (Daft, 2010: 90; Griffin & Moorhead, 2014: 436). Bagan

organisasi (organizational chart) adalah penggambaran visual dari sekumpulan

aktivitas-aktivitas dan proses-proses yang ada dalam organisasi (Daft, 2010: 90).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

33

Tujuan utama struktur organisasi adalah untuk mempengaruhi prilaku

individu dan kelompok dalam organisasi untuk mencapai kinerja efektif (Gibson,

et al., 2012: 422). Disamping itu, struktur organisasi juga bertujuan untuk

mengatur dan mendistribusikan pekerjaan diantara anggota organisasi sehingga

kegiatan mereka memberikan manfaat terbaik untuk mencapai sasaran dan tujuan

organisasi (Brooks, 2006: 181). Secara lebih rinci, Robbins & Coulter (2012: 265)

dan Robbins, et al. (2014: 126) menyebutkan bahwa tujuan struktur organisasi

adalah :

“(a) divides work to be done into specific jobs and departments,

(b) assigns tasks and responsibilities associated with individual

jobs, (c) coordinates diverse organizational tasks, (d) clusters

jobs into units, (e) establishes relationships among individuals,

groups, and departments, (f) establishes formal lines of authority,

(g) allocates and deploys organizational resources”.

Menurut Stroh, et al. (2002: 398), struktur organisasi adalah cara-cara

formal dengan mana organisasi membagi aktivitas tenaga kerja untuk mencapai

sasaran dan tujuan organisasi. Secara ringkas Robbins & Coulter (2012: 265)

menyatakan bahwa struktur organisasi adalah pengaturan formal tentang

pekerjaaan-pekerjaan dalam organisasi. Sementara menurut Robbins & Judge

(2013: 481) dan Robbins, et al. (2014: 127), struktur organisasi adalah cara-cara

dalam mana tugas pekerjaan (job tasks) secara formal dibagi, dikelompokkan dan

dikoordinasikan dalam organisasi.

Adapun menurut Gomez-Mejia & Balkin (2012: 256), pengertian struktur

organisasi adalah suatu sistem formal yang menentukan garis kewenangan (siapa

melapor kepada siapa), dan penetapan pekerjaan kepada para individu dan unit-

unit (siapa melakukan pekerjaan apa dan dibagian mana). Hitt, et al. (2011: 487)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

34

menyatakan bahwa struktur organisasi adalah sistem formal tentang peran kerja

(work roles) dan hubungan kewenangan (authority relationships) yang

mengarahkan bagaimana bawahan dan manajer berinteraksi satu sama lain.

Sementara menurut Kinicki & William (2010: 237) struktur organisasi

adalah suatu sistem formal tentang hubungan pekerjaan dan pelaporan yang

mengkoordinasikan dan memotivasi anggota organisasi sehingga mereka dapat

bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Hal senada dikemukakan Griffin

& Moorhead (2014: 430) yang menyatakan bahwa struktur organisasi adalah

sistem tentang hubungan kerja, pelaporan, dan kewenangan dalam mana pekerjaan

dalam organisasi dilaksanakan. Demikian pula dengan Jones & George (2016:

279) yang menyatakan bahwa struktur organisasi adalah suatu sistem formal

tentang hubungan kerja dan pelaporan yang mengkoordinasikan dan memotivasi

anggota organisasi sehingga mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi.

McShane & Glinow (2010: 386) menyatakan bahwa struktur organisasi

mengacu pada pembagian kerja serta pola koordinasi, komunikasi, alur kerja, dan

kekuasaan formal yang mengarahkan aktivitas. Sedangkan Colquitt, et al. (2013:

504) menyatakan bahwa struktur organisasi secara formal menentukan bagaimana

tugas dan pekerjaan dibagi dan dikoordinasikan diantara para individu dan

kelompok dalam organisasi. Sementara menurut Rothaermal (2014: 346), struktur

organisasi adalah desain organisasi yang menentukan bagaimana upaya kerja

individu dan tim diatur dan bagaimana sumber daya didistribusikan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

35

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian struktur

organisasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan struktur

organisasi adalah suatu sistem formal yang mengatur tentang bagaimana

pekerjaan, kewenangan dan tanggung jawab dibagi, dikelompokkan dan

dikoordinasikan dalam organisasi sehingga memungkinkan pencapaian tujuan-

tujuan organisasi.

Daft (2010: 127) menyatakan bahwa struktur organisasi harus memenuhi

2 (dua) hal. Pertama, struktur organisasi harus menyediakan suatu kerangka kerja

tentang tanggung jawab, hubungan pelaporan, dan pengelompokkan tugas. Kedua,

struktur organisasi harus menyediakan mekanisme untuk mengkaitkan dan

mengkoordinasikan elemen-elemen organisasi menjadi sesuatu yang koheren. Hal

senada dikemukakan Griffin & Moorhead (2014: 451) yang menyatakan bahwa

setiap struktur organisasi menjawab 2 (dua) isu dasar, yaitu : membagi tenaga

kerja sesuai dengan tugas-tugas yang dilaksanakan, dan mengkombinasikan serta

mengkoordinasikan pembagian tugas untuk memastikan bahwa tugas terlaksana.

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa struktur organisasi menyediakan

pedoman (blueprint) tentang hubungan pelaporan, pengendalian, kewenangan dan

pembuatan keputusan dalam organisasi (Hitt, et al., 2012: 160). Dalam

mengkaitkan elemen-elemen organisasi menjadi sesuatu yang koheren dibutuhkan

penggunaan sistem informasi (Daft, 2010: 127).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur organisasi.

Stonehouse, et al. (2004: 365) mengindentifikasikan faktor-faktor tersebut sebagai

berikut :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

36

“(a) the nature of the business; (b) the environment of the

organization; (c) the global strategy of the business; (d) the age

and history of the organization; (e) the size of business and

limitations of span of control; (f) the level of technology in the

organization; (g) the geographical span of activities; (h) the

culture of the organization; (i) leadership and leadership style”.

Struktur organisasi memiliki beberapa dimensi/karakteristik/elemen.

McShane & Glinow (2010: 390) mengemukakan 4 (empat) elemen dasar struktur

organisasi, yaitu : span of control, centralization and decentralization,

formalization, departmentalization. Masing-masing elemen dijelaskan sebagai

berikut :

1) Span of control (span of management). Mengacu kepada jumlah orang yang

secara langsung melapor kepada level berikutnya dalam hirarki organizasi

(McShane & Glinow, 2010: 390).

2) Centralization and decentralization. Sentralisasi berarti bahwa kewenangan

pembuatan keputusan formal berada pada sekelompok kecil orang yang

umumnya berada pada bagian puncak hirarki organisasi. Sementara

desentralisasi berarti bahwa kewenangan peembuatan keputusan formal

tersebar pada beberapa bagian hirarki organisasi (McShane & Glinow, 2010:

393).

3) Formalization. Formalisasi mengacu pada sejauhmana organisasi melakukan

standardisasi prilaku melalui peraturan, prosedur, pelatihan formal dan

mekanisme lain yang terkait (McShane & Glinow, 2010: 393).

4) Departmentalization. Departementasasi merinci bagaimana karyawan dan

pekerjaannya dikelompokkan bersama-sama dalam organisasi (McShane &

Glinow, 2010: 395).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

37

Sementara menurut Colquitt, et al. (2013: 505), ada 5 (lima) dimensi

struktur organisasi, yaitu : work specialization, chain of command, span of

control, centralization, formalization. Penjelasan atas masing-masing dimensi

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Work specialization. Terkait dengan sejauhmana tugas-tugas dalam organisasi

dibagi kedalam beberapa pekerjaan yang terpisah.

2) Chain of command. Terkait dengan pertanyaan “siapa melapor kepada

siapa?” dan menunjukkan hubungan kewenangan formal.

3) Span of control. Menunjukkan berapa banyak karyawan dalam organisasi

yang dipertanggungjawabkan oleh tiap-tiap manajer.

4) Centralization. Mengacu kepada lokasi dimana keputusan secara formal

dibuat dalam organisasi.

5) Formalization. Mengacu kepada sejauh mana aturan-aturan dan prosedur-

prosedur digunakan untuk menstandarkan prilaku dan keputusan dalam

organisasi.

Hitt, et al. (2011: 488, 491) juga mengemukakan beberapa elemen

struktur organisasi, yaitu : height, span of control, departmentalization,

centralization, standardization, formalization, specialization, dan masing-masing

elemen dijelaskan sebagai berikut :

1) Height. Mengacu kepada jumlah level hirarki dalam organisasi, mulai dari

CEO hingga manajer level terendah (Hitt, et al., 2011: 488).

2) Span of control. Mengacu kepada jumlah individu yang diawasi secara

langsung oleh seorang manajer (Hitt, et al., 2011: 488).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

38

3) Departmentalization. Mengacu kepada pengelompokkan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya menjadi unit-unit, yang umumnya

didasarkan pada area fungsional atau pasar (Hitt, et al., 2011: 489).

4) Centralization. Mengacu kepada sejauhmana kewenangan untuk membuat

keputusan berada pada level puncak organisasi (Hitt, et al., 2011: 491).

5) Standardization. Mengacu kepada sejauhmana aturan-aturan dan prosedur

operasi standar (standard operating procedures) mengarahkan prilaku dalam

organisasi (Hitt, et al., 2011: 491).

6) Formalization. Mengacu kepada sejauhmana aturan-aturan dan prosedur

operasi didokumentasikan secara tertulis atau dipublikasikan dalam jaringan

intranet perusahaan (Hitt, et al., 2011: 492).

7) Specialization. Mengacu kepada sejauhmana bawahan dan manajer memiliki

tugas dalam lingkup yang sempit dan variasi yang terbatas (Hitt, et al., 2011:

492).

Sementara Robbins & Coulter (2012: 265), Robbins & Judge (2013:

480) dan Robbins, et al. (2014: 126) mengidentifikasikan 6 (enam) elemen pokok

struktur organisasi, yaitu : work specialization, departmentalization, chain of

command, span of control, centralization and decentralization, and formalization.

Masing-masing elemen dijelaskan sebagai berikut :

1) Work specialization. Menggambarkan sejauhmana aktivitas atau tugas-tugas

dalam organisasi dibagi menjadi beberapa pekerjaan yang terpisah (Robbins

& Coulter, 2012: 265; Robbin & Judge, 2013: 481; Robbins, et al., 2014:

127).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

39

2) Departmentalization. Dasar dengan mana pekerjaan dalam organisasi

dikelompokkan bersama-sama dan dikoordinasikan. (Robbins & Coulter,

2012: 267; Robbins & Judge, 2013: 483; Robbins, et al., 2014: 127).

3) Chain of command. Garis kewenangan yang membentang dari level

organisasi yang lebih tinggi ke level organisasi yang lebih rendah, dan

menjelaskan “siapa melapor kepada siapa” (Robbins & Coulter, 2012: 269;

Robbins & Judge, 2013: 483; Robbins, et al., 2014: 131).

4) Span of control. Mengacu kepada jumlah karyawan yang secara efektif dan

efisien dapat dikelola atau diarahkan oleh manajer (Robbins & Coulter, 2012:

271; Robbins & Judge, 2013: 485; Robbins, et al., 2014: 131).

5) Centralization and decentralization. Sentralisasi mengacu pada sejauhmana

pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada level puncak organisasi

sedangkan desentralisasi mengacu pada sejauhmana karyawan pada level

yang lebih rendah menyediakan masukan atau melakukan pengambilan

keputusan (Robbins & Coulter, 2012: 273; Robbins & Judge, 2013: 485;

Robbins, et al., 2014: 133).

6) Formalization. Mengacu kepada sejauhmana pekerjaan dalam organisasi

distandarisasikan dan sejauhmana prilaku karyawan diarahkan oleh aturan-

aturan dan prosedur (Robbins & Coulter, 2012: 273; Robbins & Judge, 2013:

487; Robbins, et al., 2014: 133).

Selanjutnya Rothaermel (2015: 347) menyatakan bahwa dimensi struktur

organisasi terdiri dari specialization, formalization, centralization, hierarchy.

Masing-masingnya dijelaskan sebagai berikut :

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

40

1) Specialization. Elemen struktur organisasi yang menjelaskan sejauh mana

suatu tugas dibagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah yaitu

pembagian tenaga kerja (Rothaermel, 2015: 347).

2) Formalization. Elemen struktur organisasi yang menjelaskan sejauh mana

prilaku karyawan diarahkan oleh aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang

dinyatakan secara eksplisit dan terkodifikasi (Rothaermel, 2015: 347).

3) Centralization. Elemen struktur organisasi yang mengacu kepada sejauh

mana pembuatan keputusan dikonsentrasikan di level puncak organisasi

(Rothaermel, 2015: 348).

4) Hierarchy. Elemen struktur organisasi yang menentukan jalur pelaporan dan

posisi formal sehingga menggambarkan siapa melapor kepada siapa

(Rothaermel, 2015: 349).

Berdasarkan berbagai dimensi/karakteristik/elemen struktur organisasi

yang dikemukakan para ahli tersebut, maka dimensi yang digunakan untuk

mengukur struktur organisasi dalam penelitian ini adalah departementalisasi

(departmentalization), rentang kendali (span of control), dan formalisasi

(formalization) (McShane & Glinow, 2010: 390; Colquitt, et al., 2013: 505; Hitt,

et al., 2011: 488, 491; Robbins & Coulter, 2012: 265; Robbins & Judge, 2013:

480; Robbins, et al., 2014: 126; Rothaermel, 2015: 347). Masing-masing dimensi

dijelaskan sebagai berikut :

1) Departementalisasi (departmentalization), terkait dengan sejauhmana

pekerjaan yang sama dikelompokkan dalam kelompok yang sama sehingga

pekerjaan dapat dikoordinasikan dengan baik.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

41

2) Rentang kendali (span of of control), terkait dengan seberapa banyak

bawahan yang diawasi oleh seorang atas dan seberapa banyak bawahan yang

melapor kepada atasan langsung.

3) Formalisasi (formalization), terkait dengan sejauhmana pelaksanaan

tugas/pekerjaan, kewenangan dan tanggung jawab distandardidasi melalui

prosedur operasi dan peraturan yang dinyatakan secara formal.

Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk masing-masing

dimensi struktur organisasi adalah sebagai berikut :

1) Departementalisasi (departmentalization), terdiri dari :

a) Pengelompokkan tugas (McShane & Glinow, 2010: 395; Robbins &

Coulter, 2012: 267; Robbins & Judge, 2013: 483; Robbins, et al., 2014:

127).

b) Koordinasi antar bagian (Robbins & Coulter, 2012: 266; Robbins &

Judge, 2013: 482; Robbins, et al., 2014: 127).

2) Rentang kendali (span of control), terdiri dari :

a) Pengawasan dari atasan kepada bawahan (Colquitt, et al., 2013: 505;

Hitt, et al., 2011: 488; Robbin & Coulter, 2012: 271; Robbin & Judge,

2013: 485).

b) Pelaporan dari bawahan kepada atasan (McShane & Glinow, 2010: 390).

3) Formalisasi (formalization), terdiri dari :

a) Prosedur formal (McShane & Glinow, 2010: 393; Hitt, et al., 2011: 492;

Rothaermel, 2015: 347).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

42

b) Peraturan formal (McShane & Glinow, 2010: 393; Hitt, et al., 2011: 492;

Rothaermel, 2015: 347).

2.1.3 Kompetensi Pengguna Sistem Informasi

Kompetensi pengguna sistem informasi akuntansi manajemen

berkontribusi terhadap efektivitas dan efisiensi sistem informasi akuntansi

manajemen dalam mewujudkan tujuan-tujuan perusahaan (Riahi-Belkaoui, 2002:

xi). Suatu sistem informasi tidak dapat memberikan manfaat kepada perusahaan

jika penggunanya gagal untuk mengkontribusikan kompetensi mereka dalam

pengimplementasian sistem informasi (O’Brien & Marakas, 2010: 69).

Kompetensi pengguna sistem informasi yang dimaksud disini adalah kompetensi

pengguna akhir yang dapat memberikan kontribusi nyata dalam mencapai sasaran

strategis dan meraih keunggulan kompetitif (McLeod & Schell, 2007: 109).

Spencer & Spencer (1993: 9) mendefinisikan kompetensi sebagai

karakteristik-karakteristik dasar dari seseorang yang memiliki hubungan

kausalitas dengan kriteria kinerja efektif dan/atau unggul dalam suatu pekerjaan

atau situasi. Pengertian senada dikemukakan Marshall (1998: 29) yang

menyatakan bahwa kompetensi adalah karakteristik-karakteristik dasar dari

seseorang yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan kinerja unggul dalam

suatu pekerjaan, peran atau situasi tertentu. Demikian pula dengan Dubois, et al.

(2004: 16) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah

karakteristik-karakteristik yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang dalam

cara-cara yang tepat dan konsisten untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

43

Beberapa pengertian yang senada dengan pengertian diatas dikemukakan

para ahli lain yang pada dasarnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh seseorang untuk

menghasilkan kinerja unggul. Pendapat-pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

“Competences is the the combine standards for effective

performance of tasks, the criteria indicating that tasks have been

effectively performed with levels of knowledge, skills to perform

the tasks”. (Tyson, 2006: 132)

“Competency is an underlying skill, potential characteristics, or

motive demonstrates by a various observable behaviours that

contribute to outstanding performance in a job“. (Mahapatro,

2010: 139)

“A competence refers to an area of personal capability that

enables employee to successfully perform their jobs by achieving

outcomes or accomplishing task”. (Noe, 2010: 127)

“A competency refers to areas of personal capability that enable

employees to successfully perform their jobs and achieve

outcomes”. (Rowley & Jackson, 2011: 44)

“Competencies are the observable characteristics people bring

with them in order to perform the job successfully“. (Gomez-

Mejia, et al., 2012: 226)

Pengertian yang lebih eksplisit dikemukakan Hayes & Ninemeier (2009:

173) yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah standar

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk menghasilkan kinerja unggul.

Pendapat senada dikemukakan McShane & Glinow (2010: 36) yang menyatakan

bahwa kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan, bakat, dan karakteristik

personal lainnya yang mengarah pada kinerja unggul. Demikian pula dengan

Stewart & Brown (2011: 22) yang menyatakan bahwa kompetensi adalah

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

44

suatu kegiatan. Beberapa ahli lain juga mengemukakan pendapat yang senada

dengan pendapat diatas. Pendapat-pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

“Competence refers to specific, identifiable and measurable

knowledge; moreover, it refers to skills, ability or attitudes which

a person possesses (or should possess) and which is necessary

for, or material to, the performance of an activity within a

specific job context”. (Hout, et al., 2011: 2)

“Competencies are demonstrable personal characteristics such

as knowledge, skills, and behaviors”. (Dessler, 2014: 296)

“A competency is a combination of knowledge, skills, and

abilities (KSAs) used to improve performance”. (Robbins, et al.,

2014: 209)

Secara lebih komprehensif, Mondy & Martocchio (2016: 122)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah kapabilitas

seseorang untuk mengorkestrasikan dan menerapkan kombinasi pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan secara konsisten untuk melaksanakan pekerjaan

secara sukses dalam situasi kerja yang dibutuhkan.

Berdasarkan pengertian atau pendapat tentang kompetensi yang

dikemukakan para ahli tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

yang merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan dan atribut lainnya

yang dibutuhkan dalam menghasilkan kinerja unggul. Dalam kaitannya dengan

sistem informasi akuntansi manajemen, maka yang dimaksud dengan kompetensi

pengguna sistem informasi dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen sehingga

tujuan sistem informasi akuntansi manajemen dapat dicapai.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

45

Kompetensi memiliki beberapa dimensi. Spencer & Spencer (1993: 9-11)

mengidentifikasikan 5 (lima) dimensi/jenis kompetensi, yaitu : motif (motives),

watak (traits), konsep diri (self concepts), pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan (skill). Selengkapnya, dimensi dan pengertian masing-masing

dimensi diatas adalah sebagai berikut :

“Motives. The things a person consistently thinks about or wants

that cause action. Motives “drive, direct, and select” behavior

toward certain action or goals and away from others. Traits.

Physiscal characteristics and consistent responses to situations or

informations. Self concepts. A person’s attitudes values of self

image. Knowledge. Information a person has in specific content

areas. Skill. The ability to perform a certain physical or mental

task”. (Spencer & Spencer, 1993: 9-11)

Marshall (1998: 29-30) mengadopsi dimensi yang dikemukakan Spencer

& Spencer (1993: 9-11) diatas, namun Marshall (1993: 29) menambahkan 1 (satu)

dimensi lain dari kompetensi yaitu peran sosial (social role). Selengkapnya

dimensi kompetensi dan pengertian masing-masing dimensi diatas adalah sebagai

berikut :

“Skills are things that people can do well. Knowledge is what a

person knows about a specific topic. Social role is the image that

an individual displays in public; it represents what he or she thinks

is important. It reflects the values of the person. Self-image is the

view people have of themselves. It reflects their identity. Traits are

enduring characteristics of people. They reflect the way in which

we tend to describe people. Motives are unconscious thought and

preferences that drive behavior because the behaviors are a source

of satifaction”. (Marshall, 1998: 29-30)

Beberapa ahli lain juga mengemukakan dimensi kompetensi. Dubois, et

al. (2004: 16) mengidentifikasikan 9 (sembilan) dimensi kompetensi yaitu :

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), citra diri (aspects of self-image),

motif sosial (social motives), watak (traits), pola fikir (though patterns), kerangka

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

46

fikir (mind-set) dan sudut pandang (way of thingking), perasaan (feeling), dan

tindakan (acting). Menurut Tyson (2006: 133) kompetensi terdiri dari

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap (attidudes) dan atribut

pribadi (personal attributes). Sementara Hayes & Ninemeier (2009: 173)

mengidentifikasikan 3 (tiga) dimensi kompetensi yaitu : pengetahuan

(knowledge), keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities).

Pendapat lain dikemukakan Mahapatro (2010: 139) yang menyatakan

kompetensi terdiri dari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), prilaku

(behavior) dan karakteristik pribadi (personal caracteristics) yaitu watak (traits)

dan motif (motives). McShane & Glinow (2010: 36) dan Noe (2010: 127)

menyebutkan bahwa kompetensi terdiri dari pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill), sikap (attitudes) dan karakteristik pribadi (personal

characteristics). Menurut Stewart & Brown (2011: 22), kompetensi terdiri dari

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kemampuan (abilities) dan atribut

personal lainnya (other personal attributes). Dessler (2011: 296) juga

mengemukakan beberapa dimensi kompetensi yaitu pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill) dan prilaku (behaviors). Sementara Robbins, et al. (2014:

209) serta Mondy & Martocchio (2016: 122) sepakat bahwa kompetensi terdiri

dari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities).

Berbagai dimensi yang dikemukakan para ahli sebelumnya selain yang

telah dikemukakan oleh Spencer & Spencer (1993: 9-11) dan Marshall (1998: 29-

30), secara ringkas disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut :

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

47

Tabel 2.1

Beberapa Dimensi Kompetensi menurut Para Ahli

Ahli

Dimensi Kompetensi

Knowledge

Skill

Abilities

Attitudes

Others

Dubois, et al., 2004: 16

-

-

Tyson, 2008: 133

-

Hayes & Ninemeier, 2009: 173

-

-

Mahapatro, 2010: 139

-

-

McShane & Glinow, 2010: 36

-

Noe, 2010: 127

-

Stewart & Brown, 2011: 22

-

-

Dessler, 2014: 296

-

-

Robbins, et al., 2014: 209

-

-

Mondy & Martocchio, 2014: 122

-

-

Sumber : Diolah sendiri dari berbagai sumber.

Dari beberapa dimensi yang dikemukakan oleh Spencer & Spencer

(1993: 9-11), Marshall (1998: 29-30), serta para ahli lainnya sebagaimana

diringkaskan dalam Tabel 2.1 diatas, ada 2 (dua) dimensi yang disepakati oleh

para ahli sebagai dimensi utama kompetensi, yaitu : pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan (skill). Spencer & Spencer (1993: 11) menyebut pengetahuan

(knowledge) dan keterampilan (skill) sebagai kompetensi permukaan (surface

competency) dan cenderung terlihat atau teramati (visible), sementara motif

(motives), watak (traits) dan konsep diri (self concepts) disebut kompetensi sentral

(central competency) yang bersifat tersembunyi (hidden/deeper).

Spencer & Spencer (1993: 10) mengartikan pengetahuan sebagai

informasi yang dimiliki seseorang pada bidang tertentu. Pendapat senada

dikemukakan Marshall (1998: 29) yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah

apa yang diketahui seseorang tentang suatu topik tertentu. Selanjutnya Mahapatro

(2010: 139) menyatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang dimiliki

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

48

seseorang dalam suatu bidang tertentu. Sedangkan menurut Aamodt (2010: 53),

pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan

suatu tugas.

Secara lebih komprehensif, Zikmund, et al. (2010: 22) menyatakan

bahwa pengetahuan adalah perpaduan antara pengalaman, wawasan, dan data

yang membentuk memori secara terorganisir. Selanjutnya Stair & Reynolds

(2012: 6) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan adalah

kesadaran dan pemahaman tentang serangkaian informasi dan cara-cara

menggunakan informasi tersebut bermanfaat untuk mendukung tugas tertentu atau

pengambilan keputusan.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut

maka secara umum dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan

adalah sekumpulan informasi atau wawasan yang dimiliki seseorang tentang suatu

hal tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini

adalah sekumpulan informasi atau wawasan yang dimiliki seseorang tentang

sistem informasi akuntansi manajemen.

McLeod & Schell (2007: 111) menyatakan bahwa pengetahuan

merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, baik itu melalui pendidikan formal

ataupun melalui upaya sendiri melalui membaca dan observasi. Menurut Dubois,

et al. (2004: 7), 2 (dua) elemen pengetahuan yang membentuk kompetensi

pekerjaan atau spesifikasi pekerjaan adalah pendidikan formal dan pengalaman.

Tyson (2006: 136) mengidentifikasikan 2 (dua) elemen yang terkait dengan

pengetahuan yaitu : pendidikan formal dan pengalaman. Mahapatro (2010:180)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

49

menyebutkan bahwa elemen pengetahuan adalah pendidikan. Robbins, et al.

(2014: 189) juga menyebutkan bahwa elemen pengetahuan adalah pendidikan dan

pengalaman (prior employment). Mondy & Martocchio (2016: 119) juga

berpendapat bahwa pengetahuan terdiri dari pendidikan dan pengalaman.

Keterampilan (skill) merupakan dimensi lain dari kompetensi yang

diteliti dalam penelitian ini. Menurut Spencer & Spencer (993: 11) keterampilan

adalah kemampuan seseorang untuk melaksanan suatu tugas (fisik atau mental)

tertentu. Sedangkan menurut Marshall (1998: 29) yang dimaksud dengan

keterampilan adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan seseorang dengan baik.

Hal senada dikemukakan Mahapatro (2010: 139) yang mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

sesuatu dengan baik. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka secara umum

dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan (skill) adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas (fisik dan

mental) tertentu dengan baik. Sedangkan yang dimaksud dengan keterampilan

(skill) dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki seseorang baik fisik

maupun mental untuk menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen.

Menurut Spencer & Spencer (1993: 11) keterampilan terdiri dari

keterampilan fisik (physical skill) dan keterampilan mental (mental or cognitive

skill) yang terdiri dari keterampilan berfikir analitis (analytical skill) dan

keterampilan berfikir konseptual (conceptual skill). Gibson, et al. (2012: 90)

mengartikan keterampilan sebagai kompetensi yang terkait dengan pekerjaan yang

terdiri dari keterampilan bernegosiasi atau mengoperasikan komputer atau

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

50

keterampilan berkomunikasi. Robbins, et al. (2014: 10) mengidentifikasikan 3

(tiga) jenis keterampilan, yaitu : technical skill, human skill, conceptual skill.

Berdasarkan berbagai dimensi atau karakteristik kompetensi yang

dikemukakan para ahli tersebut, maka dimensi kompetensi pengguna sistem

informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan

keterampilan (Spencer & Spencer, 1993: 10,11; Marshall, 1998: 29; Dubois, et

al., 2004: 16; Tyson, 2008: 133; Hayes & Ninemeier, 2009: 173; Mahapatro,

2010: 139; McShane & Glinow, 2010: 36; Noe, 2010: 127; Stewart & Brown,

2011: 22; Dessler, 2014: 296; Robbins, et al., 2014: 209; Mondy & Martocchio,

2016: 122). Masing-masing dimensi diatas dijelaskan sebagai berikut :

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu sekumpulan informasi atau wawasan yang

dimiliki seseorang tentang sistem informasi akuntansi manajemen.

2) Keterampilan (skill), yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang baik fisik

maupun mental untuk menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen

maupun menggunakan informasi akuntansi manajemen.

Adapun indikator dari masing-masing dimensi kompetensi pengguna

sistem informasi tersebut adalah :

1) Pengetahuan (knowledge), terdiri dari :

a) Pendidikan (Dubois, et al., 2004: 7; Tyson, 2006: 136; Mahapatro,

2010:180; Robbins, et al., 2014: 189; Mondy & Martocchio, 2016: 119).

b) Pengalaman (Dubois, et al., 2004: 7; Tyson, 2006: 136; Robbins, et al.,

2014: 189; Mondy & Martochio, 2016: 119).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

51

2) Keterampilan (skill), terdiri dari :

a) Keterampilan fisik (Spencer & Spencer, 1993: 11).

b) Keterampilan analitis (Spencer & Spencer, 1993: 11).

2.1.4 Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Sistem informasi akuntansi manajemen memiliki peran strategis dalam

perusahaan (Riahi-Belkaoui, 2002: 1). Sistem informasi akuntansi manajemen

yang efektif harus mampu menilai kemajuan (progress) perusahaan terhadap

prioritas-prioritas strategis (Hoque, 2004: 26). Informasi yang dihasilkan sistem

informasi akuntansi manajemen digunakan manajer untuk mengembangkan,

mengkomunikasikan dan mengimplementasikan strategi, disamping untuk

mengkoordinasikan keputusan tentang design produk, proses produksi dan

pemasaran serta penilaian kinerja (Horngren, et al., 2015: 4). Sistem informasi

akuntansi manajemen merupakan sub-sistem dari sistem informasi akuntansi

disamping sub-sistem informasi akuntansi keuangan (Riahi-Belkaoui, 2002: 8;

Hansen & Mowen, 2007: 7; Azhar Susanto, 2013: 84; Mowen, et al., 2014: 6).

Secara umum, sistem informasi akuntansi adalah kumpulan data dan

prosedur-prosedur pengolahan yang menghasilkan informasi yang diperlukan para

penggunanya (Bagranof, et al, 2010: 5). Menurut Bodnar & Hopwood (2014: 1),

sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan sumber daya, seperti manusia dan

peralatan, yang dirancang untuk merubah data keuangan dan data lainnya menjadi

informasi. Pengertian yang lebih komprehensif dikemukakan Azhar Susanto

(2013: 72) yang mendefinisikan sistem informasi akuntansi sebagai berikut :

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

52

“Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan (integrasi) dari

sub-sub sistem/komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling

berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara harmonis

untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah

keuangan menjadi informasi keuangan”.

Sedangkan sistem informasi akuntansi manajemen adalah proses

penyediaan (pengumpulan, pengukuran, penyimpanan, penganalisaan, pelaporan

dan pengelolaan) informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan khusus

manajemen (Hansen & Mowen, 2007: 4). Selanjutnya Swieringa & Weick (1992:

309) melihat sistem informasi akuntansi manajemen sebagai cara-cara untuk

mengumpulkan, mengklasifikasi, meringkas, menganalisa dan melaporkan

informasi yang akan membantu manajer yang membuat keputusan (decision

facilitating) dan mengendalikan aktifitas (decision influencing). Hal senada

dikemukakan Atrill & McLaney (2009: 21) yang menyatakan bahwa sistem

informasi akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pencatatan,

penganalisaan, penginterpretasian, dan pelaporan informasi untuk memenuhi

kebutuhan para manajer. Demikian pula dengan Drury (2012: xiii) yang

menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen mengakumulasi,

mengklasifikasi dan meringkas, serta melaporkan informasi yang akan membantu

karyawan dalam suatu organisasi dalam aktivitas pembuatan keputusan,

perencanaan, pengendalian dan pengukuran kinerja.

Sistem informasi akuntansi manajemen menyediakan informasi yang

secara spesifik ditujukan untuk digunakan manajer dalam perusahaan (ACCA,

2009: 33). Hal senada dikemukakan Kaplan & Atkinson (1989: 1) yang

menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen menyediakan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

53

informasi untuk membantu manajer dalam aktivitas perencanaan dan

pengendalian. Demikian pula Hilton & Platt (2014: 7) yang menyatakan bahwa

sistem informasi akuntansi manajemen menyediakan semua jenis informasi

kepada manajemen guna mendukung peran manajemen dalam mengarahkan

aktivitas organisasi.

Horngren, et al. (1996: 5) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi

manajemen adalah suatu mekanisme formal untuk mengumpulkan,

mengorganisasikan dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas

organisasi. Selanjutnya Bouwens & Abernethy (2000) menyatakan bahwa sistem

informasi akuntansi manajemen adalah sistem formal yang dirancang untuk

menyediakan informasi kepada para manajer. Bhimani, et al. (2008: 615)

mendefinisikan sistem informasi akuntansi manajemen sebagai sistem akuntansi

formal yang menyediakan informasi tentang biaya (costs), pendapatan (revenues)

dan penghasilan (income). Sementara menurut Heidmann (2008: 44) sistem

informasi akuntansi manajemen adalah sistem formal yang menyiapkan dan

menyediakan informasi dari lingkungan internal dan eksternal yang membantu

manajer untuk memonitor kinerja perusahaan.

Atkinson, et al,. (2012: 2) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi

manajemen adalah proses penyediaan manajer dan karyawan dalam organisasi

dengan informasi yang relevan, baik keuangan maupun nonkeuangan, untuk

pembuatan keputusan, pengalokasian sumber daya, monitoring, evaluasi dan

penilaian kinerja. Sementara Riahi-Belkaoui (2002: 9) mendefinisikan sistem

informasi akuntansi manajemen sebagai kumpulan sumber daya manusia dan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

54

modal dalam suatu organisasi yang bertanggungjawab untuk menghasilkan dan

mendiseminasikan informasi yang relevan untuk pembuatan keputusan internal.

Dari beragam pendapat atau pengertian tentang sistem informasi

akuntansi manajemen yang telah dikemukakan sebelumnya, terlihat bahwa para

ahli menggunakan beberapa perspektif dalam mendefinisikan sistem informasi

akuntansi manajemen. Perspektif tersebut adalah, antara lain: proses sistem,

formalitas sistem, komponen sistem, sumber informasi, tujuan sistem, jenis/sifat

informasi, serta fungsi informasi yang dihasilkan. Dalam mendefinisikan sistem

informasi akuntansi manajemen, penulis mengelaborasikan beberapa perspektif

tersebut sehingga yang dimaksud dengan sistem informasi akuntansi manajemen

adalah suatu sistem formal yang terdiri dari sekumpulan komponen/sumber

daya/sub sistem yang terintegrasi secara harmonis untuk menyediakan

(mengidentifikasi, mencatat, mengklasifikasi dan melaporkan) informasi (baik

internal maupun eksternal; keuangan maupun nonkeuangan) kepada manajemen

yang memungkinkan mereka menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan

hingga pengambilan keputusan.

Hoque (2004: 90) serta Hansen & Mowen (2007: 668) menyatakan

bahwa istilah kualitas mengacu kepada “degree or grade of excellence”. Mengutip

the American Society for Quality, Horngren, et al. (2015: 735) mengartikan

kualitas sebagai total fitur atau karakteristik dari suatu produk atau jasa yang

dibuat atau diserahkan sesuai dengan spesifikasi untuk memuaskan pelanggan

pada saat produk atau jasa itu dibeli atau selama penggunaannnya. Kualitas dapat

juga diartikan sebagai “fitness for use” yaitu sejauh mana suatu produk atau jasa

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

55

memenuhi keinginan pelanggan (Hoque, 2004: 90). Hal senada dikemukakan

Stair & Reynolds (2010: 57) yang menyatakan bahwa kualitas adalah kemampuan

suatu produk atau jasa untuk memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan.

Dari pengertian-pengertian tentang kualitas yang dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kualitas adalah

kemampuan suatu produk atau jasa yang tercermin dari berbagai fitur atau atribut

atau karakteristik yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan

pengguna (pelanggan).

Selanjutnya, dari pengertian sistem informasi akuntansi manajemen yang

dikemukakan sebelumnya, secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan sistem

informasi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi kepada

manajemen yang memungkinkan mereka menjalankan fungsinya mulai dari

perencanaan hingga pembuatan keputusan. Jika dikaitkan dengan pengertian

kualitas diatas, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kualitas

sistem informasi akuntansi manajemen adalah kemampuan sistem informasi

akuntansi manajemen (melalui fitur atau atribut atau karakteristik yang

dimilikinya) untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan manajemen yang

memungkinkan mereka untuk menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan

hingga pembuatan keputusan. Pengertian ini sejalan dengan pendapat Petter, et al.

(2008: 238) yang menyatakan bahwa kualitas sistem informasi merupakan

karakteristik-karakteristik yang diharapkan dari suatu sistem informasi.

Stair & Reynold (2010: 57) menyebutkan bahwa kualitas sistem

informasi dapat diukur dengan dimensi : flexible, efficient, accessible, timely.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

56

Karakteristik lain yang digunakan untuk mengukur kualitas sistem informasi

adalah ease of use, system flexibility, system reliability, ease of learning (Petter, et

al., 2008). Sementara Delone & McLean (2003: 13) mengukur kualitas sistem

informasi berdasarkan karakterik ease-of-use, functionality, reliability, flexibility,

data quality, portability, integration, importance.

Sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas memiliki

dimensi ; timely, efficient, effective (Kaplan & Atkinson, 1989: 1). Sementara

menurut Riahi-Belkaoui (2002: 5), properties yang mewakili manfaat (kualitas)

dari sistem informasi akuntansi manajemen adalah : relevance, accuracy,

consistency, verifiability, aggregation, flexibility/adaptability, timelines,

understandability. Sedangkan Heidmann (2008: 87-90) dan Heidmann, et al.

(2008) mengidentifikasikan 5 (lima) dimensi kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen, yaitu : integration, flexibility, accessibility, formalization, media

richness. Masing-masing dimensi ini dijelaskan sebagai berikut :

1) Integration : sejauhmana suatu sistem informasi menfasilitasi penggabungan

informasi dari berbagai sumber untuk mendukung keputusan bisnis

(Heidmann, 2008: 87; Heidmann, et al., 2008).

2) Flexibility : sejauhmana suatu sistem informasi dapat beradaptasi terhadap

kebutuhan-kebutuhan pengguna yang beragam dan terhadap perubahan

kondisi (Heidmann, 2008: 88; Heidmann, et al., 2008).

3) Accessibility : sejauhmana suatu sistem informasi dan informasi yang

dikandungnya dapat diakses dengan upaya yang relatif sedikit (Heidmann,

2008: 89; Heidmann, et al., 2008).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

57

4) Formalization : sejauhmana sistem informasi memuat aturan-aturan dan

prosedur-prosedur (Heidmann, 2008: 90; Heidmann, et al., 2008).

5) Media Richness : sejauhmana suatu sistem informasi menggunakan kanal

(media) komunikasi yang memungkinkan interaksi personal pada level yang

tinggi (Heidmann, 2008: 90; Heidmann, et al., 2008)

Sementara itu, Azhar Susanto (2013: 73-83) menyatakan bahwa semua

komponen sistem informasi (hardware, sofware, brainware, prosedur, database

dan jaringan komunikasi) dan sub komponen dari masing-masing komponen

bersinergi dalam sistem informasi akuntansi untuk mengolah data keuangan yang

diperlukan manajemen dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan dimensi/properti kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen yang dikemukakan para ahli tersebut, maka dimensi kualitas sistem

informasi akuntansi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

integrasi, fleksibilitas, aksesibilitas dan pengayaan media (Riahi-Belkaoui, 2002:

7; Heidmann, 2008: 87-90; Stair & Reynolds, 2010: 57; Azhar Susanto, 2013: 73-

83). Masing-masing dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Integrasi (integration), yaitu sejauhmana komponen-komponen sistem

informasi akuntansi manajemen dan sub-sub sistem (modul aplikasi)

akuntansi manajemen saling terintegrasi satu sama lain secara harmonis untuk

menfasilitasi penyediaan informasi akuntansi manajemen.

2) Fleksibilitas (flexibility), yaitu sejauhmana sistem informasi akuntansi

manajemen mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

58

3) Kemudahan akses (accessibility), yaitu sejauhmana sistem informasi

akuntansi manajemen mampu diakses dengan upaya yang relatif mudah dan

dari berbagai lokasi.

4) Pengayaan media (media richness), yaitu sejauhmana sistem informasi

akuntansi manajemen menggunakan berbagai alternatif media (kanal)

komunikasi guna meningkatkan interaksi antar personel/bagian.

Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk masing-masing dimensi

kualitas sistem informasi akuntansi manajemen tersebut adalah :

1) Integrasi (integration), terdiri dari :

a) Integrasi antar komponen sistem (Azhar Susanto, 2013: 73-83).

b) Integrasi antar sub-sistem (Heidmann, 2008: 87).

2) Fleksibilitas (flexibility), terdiri dari :

a) Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pengguna (Riahi-Belkaoui, 2002:

7: Heidmann, 2008: 88).

b) Mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi (Heidmann, 2008: 88).

3) Aksesibilitas (accessibility), terdiri dari :

a) Mampu diakses dengan mudah (Heidmann, 2008: 89).

b) Mampu diakses dimana saja (Heidmann, 2008: 89).

4) Pengayaan media (media richness), terdiri dari :

a) Menggunakan berbagai alternatif kanal (media) komunikasi (Heidmann,

2008: 90).

b) Meningkatkan interaksi antar personel/bagian (Heidmann, 2008: 90).

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

59

2.1.5 Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen

Di era informasi sekarang ini, informasi memiliki peran vital dan

dianggap sebagai aset atau sumber daya perusahaan (Hall, 2011: 4; Azhar

Susanto, 2013: 37; Richardson, et al., 2014: 2). Bahkan informasi juga sudah

dianggap sebagai sumber daya perusahaan yang paling penting (Bodnar &

Hopwood, 2014: 1; Stair & Reynolds, 2016: 5).

Para ahli menyatakan pengertian informasi dalam berbagai perspektif.

Secara ringkas, informasi adalah data yang telah diolah (Hall, 2011: 11). Stair &

Reynolds (2016: 5) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan informasi adalah

sekumpulan fakta yang telah diorganisir dan diproses sehingga fakta tersebut

memiliki nilai tambah. McLeod & Schell (2007: 39) mengartikan informasi

sebagai hasil pemrosesan data yang memiliki makna. Coronel, et al. (2011: 5)

menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data mentah untuk

menunjukkan maknanya. Hal senada dikemukakan Baltzan (2014: 7) yang

menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah dikonversi menjadi suatu

konteks yang bermakna dan bermanfaat. Selanjutnya Bocij, et al. (2015: 7) dan

Kroenke (2015: 35) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses

sehingga memiliki makna. Demikian juga dengan Azhar Susanto (2013: 38) dan

Wallace (2015: 9) yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan informasi

adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.

Pengertian informasi juga bisa dinyatakan dalam kaitannya dengan

pengguna. Pengertian ini dikemukakan Marakas & O’Brien (2013: 32) yang

mengartikan informasi sebagai data yang telah dikonversikan menjadi suatu

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

60

konteks yang bermakna dan berguna bagi pemakai tertentu. Demikian juga

dengan Rainer, et al. (2014: 14) yang menyatakan bahwa informasi adalah data

yang telah diorganisasikan sehingga mereka memiliki makna dan nilai bagi

penerima informasi tersebut. Pengertian senada juga dikemukakan Laudon &

Laudon (2016: 48) yang mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah

diolah menjadi suatu bentuk yang bermakna dan berguna bagi manusia.

Disamping itu, pengertian informasi juga bisa dikaitkan dengan tujuan

penggunaannya. Gelinas & Dull (2008: 17) menyatakan bahwa informasi adalah

data yang disajikan dalam suatu bentuk yang berguna dalam aktivitas pembuatan

keputusan. Hal senada dikemukakan Romney & Steinbart (2015: 30) yang

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan informasi adalah data yang telah

diorganisasikan dan diproses untuk memberikan makna dan meningkatkan proses

pengambilan keputusan. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian

informasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada hakekatnya informasi

adalah hasil pengolahan data menjadi suatu bentuk (konteks) yang memiliki

makna dan manfaat bagi pengguna dalam proses pembuatan keputusan.

Informasi adalah output dari sistem informasi (Boczko, 2007: 56),

sedangkan informasi akuntansi manajemen adalah informasi yang dihasilkan oleh

sistem informasi akuntansi manajemen (Heidmann 2008: 44). Selanjutnya

Heidmann (2008: 46) menyatakan bahwa informasi akuntansi manajemen

mencakup informasi internal/eksternal, keuangan/nonkeuangan,

kuantitatif/kualitatif, berorientasi pada masa lalu/masa datang, yang telah

melewati filter persepsi dan interpretasi sistem informasi akuntansi manajemen.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

61

Informasi akuntansi manajemen dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan

pengambilan keputusan manajer (Emmanuel, et al., 1990: 127; Bhimani &

Bromwich, 2010: 96). Sementara Atrill & McLaney (2009: 25) menyatakan

bahwa alasan penyediaan informasi akuntansi manajemen adalah untuk

meningkatkan kualitas keputusan. Disamping untuk menfasilitasi dan

meningkatkan kualitas pembuatan keputusan, informasi akuntansi manajemen

juga harus mempengaruhi tindakan (Swieringa & Weick, 1992: 307). Informasi

akuntansi manajemen harus relevan dan berguna bagi manajer, serta disiapkan

untuk tujuan yang beragam (Atkinson, et al., 2012: 3).

Bamber, et al. (2008: 29) menyatakan bahwa informasi akuntansi

manajemen diperlukan manajemen untuk menjalankan perusahaan secara efektif

dan efisien. Hal senada dikemukakan Drury (2012: 6) yang menyatakan bahwa

informasi akuntansi manajemen membantu manajemen untuk membuat keputusan

yang lebih baik serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi.

Menurut Balakrishnan, et al. (2008: 13) informasi akuntansi manajemen

berguna untuk pembuatan keputusan yang terkait dengan perencanaan dan

pengendalian. Hal senada dikemukakan Crosson & Needles (2008: 4) menyatakan

informasi akuntansi manajemen diperlukan untuk merencanakan dan

mengendalikan operasi, mengukur kinerja serta membuat keputusan. Demikian

pula dengan Atkinson, et al. (2012: 2) yang menyatakan bahwa informasi

akuntansi manajemen digunakan manajemen dalam pembuatan keputusan,

pengalokasian sumber daya, pemonitoran, pengevaluasian dan penilaian kinerja.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

62

Sementara Hilton & Platt (2014: 4) menyatakan bahwa informasi

akuntansi manajemen diperlukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi.

Demikian pula dengan Horngren, et al. (2015:4) yang menyatakan bahwa

informasi akuntansi manajemen diperlukan untuk membantu manajemen

membuat keputusan dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Hoque (2004: 4) menyatakan bahwa informasi akuntansi manajemen

adalah informasi yang berguna bagi manajer dalam perencanaan, pengendalian

dan pengambilan keputusan. Selanjutnya dikatakan bahwa informasi akuntansi

manajemen dapat berkontribusi dalam : perumusan strategi, perencanaan dan

pengendalian aktivitas, dan pengambilan keputusan yang terkait dengan berbagai

alternatif tindakan (Hoque, 2004: 4). Sedangkan menurut Hansen & Mowen

(2007: 4) kegunaan informasi akuntansi manajemen adalah untuk : (a) penetapan

harga pokok produk atau atau jasa atau objek lain menjadi perhatian manajemen,

(b) perencanaan, pengendalian, evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan dan (c)

pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian tentang informasi dan informasi akuntansi

manajemen yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa

yang dimaksud dengan informasi akuntansi manajemen adalah hasil pengolahan

data (dari sumber internal maupun eksternal; bersifat keuangan maupun

nonkeuangan) yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen guna

memenuhi kebutuhan manajemen dalam menjalankan fungsinya mulai dari

perencanaan hingga pengambilan keputusan.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

63

Supaya efektif dalam mendukung proses-proses organisasional, maka

kualitas (fitness of purpose) informasi merupakan hal yang penting (Chaffey &

Wood, 2005: 23). Stair & Reynolds (2012: 7) menyatakan bahwa kualitas (value)

informasi secara langsung terkait dengan bagaimana informasi tersebut membantu

pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan organisasi. Kualitas informasi

mengacu kepada tingkat kegunaan (usefulness) informasi tersebut (Woodall, et

al., 2012: 4). Sementara Atrill & McLaney (2009: 17) menyatakan bahwa kualitas

informasi ditentukan oleh seberapa jauh informasi mampu memenuhi kebutuhan

manajer (pengguna).

Dibagian sebelumnya (halaman 54-55) telah dibahas tentang pengertian

kualitas, dimana yang dimaksud dengan kualitas adalah kemampuan suatu produk

atau jasa yang tercermin dari berbagai fitur atau atribut atau karakteristik yang

dimiliki untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pengguna (Hoque, 2004: 90;

Stair & Reynolds, 2010: 57; Horngren, et al., 2015: 735). Sementara informasi

akuntansi manajemen juga telah didefinisikan sebagai hasil pengolahan data (dari

sumber internal maupun eksternal; bersifat keuangan maupun nonkeuangan) yang

dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen guna memenuhi kebutuhan

manajemen dalam menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan hingga

pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kualitas informasi akuntansi

manajemen adalah kemampuan informasi akuntansi manajemen (melalui fitur

atau atribut atau atribut yang dimilikinya) untuk membantu manajemen dalam

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

64

menjalankan fungsinya mulai dari perencanaan hingga pengambilan keputusan.

Pengertian ini sejalan dengan pendapat Petter, et al. (2008) yang menyatakan

bahwa kualitas informasi merupakan karakteristik-karakteristik yang diharapkan

dari informasi (output dari sistem informasi).

Informasi yang berkualitas memiliki beberapa dimensi atau atribut atau

karakteristik. Dalam konteks informasi secara umum, Chaffey & Wood (2005:

511-512) mengidentifikasikan 4 (empat) atribut informasi yang berkualitas, yaitu :

relevance, presentation, timeliness, availability. Curtis & Cobham (2005: 33-34)

mengidentifikasikan 7 (tujuh) atribut informasi yang berkualitas, yaitu :

relevance, accuracy, timelines, target, format, interactive nature, control.

Selanjutnya McLeod & Schell (2007: 65) mengemukakan 4 (empat) dimensi

informasi yaitu : relevancy, accuracy, timeliness dan completeness. Sementara

Stair & Reynolds (2016 : 8) mengemukakan 11 (sebelas) karakteristik informasi

yang berkualitas, yaitu : accessible, accurate, complete, economical, flexible,

relevance, reliable, secure, simple, timely, verifiable. Selanjutnya, Laudon &

Laudon (2016: 505) mengemukakan 7 (tujuh) dimensi kualitas informasi, yaitu :

accuracy, integrity, consistency, completenss, validity, timeliness, accessibility.

Selain itu, Marakas & O’Brien (2013: 416) mengemukakan 15 (lima belas) atribut

informasi yang berkualitas yaitu timeline, currency, frequency, time period,

accuracy, relevance, completeness, consiseness, scope, performance, clarity,

detail, order, presentation dan media yang dikelompok kedalam 3 (tiga) dimensi

dimensi: time, content, form. Atribut dan dimensi yang sama juga diadopsi oleh

Bocij, et al. (2015: 12).

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

65

Dalam konteks informasi akuntansi, Gelinas & Dull (2008: 20)

mengidentifikasikan 7 (tujuh) dimensi dari informasi yang berkualitas yaitu :

effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity, availability, compliance,

reliability. Sedangkan Hall (2011: 13) mengidentifikasikan 5 (lima) karakteristik

kualitas informasi, yaitu : relevance, timeliness, accuracy, completeness,

summarization. Sementara Romney & Steinbart (2015: 30) mengemukakan 7

(tujuh) karakteristik informasi yang berkualitas, yaitu : relevant, reliable,

complete, timely, understandable, verifiable, accessible. Selanjutnya Richardson,

et al., (2014: 5) mengemukakan 2 (dua) atribut informasi akuntansi yang

berkualitas, yaitu : relevance dan reliability.

Dalam konteks informasi akuntansi manajemen juga ditemukan beberapa

dimensi atau karakteristik kualitas informasi yang dikemukakan para ahli. ACCA

(2009: 24) mengidentifikasikan kualitas informasi akuntansi manajemen sebagai

berikut : relevant, complete, accurate, clear, confidence, it should be

appropriately communicated, its volume should be manageable, timely and its

cost should be less than the benefits it provides. Hoque (2004: 8) menyebutkan

broadscope information sebagai informasi akuntansi manajemen yang berkualitas.

Eldenburg, et al. (2011: 10) mengidentifikasikan 5 (lima) karakteristik informasi

yang berkualitas, yaitu : certain, complete, relevant, timely, dan valuable.

Selanjutnya, William, et al. (2012: 16) mengemukakan 5 (lima) karakteristik

informasi akuntansi manajemen, yaitu : importance of timeliness, identity of

decision making, oriented toward the future, measure of efficiency and

effectiveness, management accounting-a mean.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

66

Atkinson, et al. (2012: 342) menyebut informasi akuntansi manajemen

yang berkualitas dengan istilah informasi yang relevan. Relevan atau tidaknya

informasi ditentukan oleh karakteristik : accurate, timely, consistent, flexible

(Atkinson, et al., 2012: 342-343). Sementara Heidmann (2008: 82-86) dan

Heidmann, et al. (2008) juga mengemukakan 4 (empat) karakteristik informasi

yang berkualitas yaitu : scope, timeliness, format, accuracy.

Selanjutnya Chenhall & Morris (1986) mengidentifikasikan 4 (empat)

karakteristik informasi akuntansi manajemen, yaitu : scope, timeliness,

aggregation, integration. Karakteristik ini juga diadopsi antara lain oleh Bouwens

& Abernethy (2000), Moores & Yuen (2001), Agbejule (2005), Gaidienë &

Skyrius (2006), Soobaroyen & Poorundersing (2008) dan Hammad, et al. (2013).

Sementara Gul & Chia (1994) mengadopsi 2 (dua) karakteristik, yaitu : scope,

aggregation; Tsui (2001) mengadopsi 2 (dua) karakteristik yaitu : scope,

timeliness; dan Chiou (2011) mengadopsi 3 (tiga) karakteristik yaitu : scope,

timeliness, aggregated.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dimensi yang digunakan untuk

mengukur kualitas informasi akuntansi manajemen dalam penelitian ini adalah

relevan, cakupan, tepat waktu, dan akurat (Hoque, 2004: 8; Heidmann, 2008: 82,

84, 86; McLeod & Schell, 2007: 65; Hall, 2011: 13; Marakas & O’Brien, 2013:

416; Romney & Steinbart, 2015: 30; Laudon & Laudon, 2016: 505; Stair &

Reynolds, 2016: 8). Masing-masing dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Relevan (relevance), mengacu pada sejauhmana informasi mampu memenuhi

kebutuhan pengambilan keputusan dan sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

67

2) Cakupan (scope), mengacu pada sejauhmana informasi eksternal, informasi

non keuangan, dan informasi yang berorientasi pada masa datang bermanfaat

dalam proses pengambilan keputusan.

3) Tepat waktu (timeliness), mengacu pada sejauhmana informasi mampu

tersedia sesuai dengan saat yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

dan tersedia sesuai dengan jadwal yang ditentukan (informasi rutin/periodik).

4) Akurat (accuracy), mengacu pada sejauhmana informasi mencerminkan

keadaan/realitas yang sebenarnya (faktual) dan bebas dari kesalahan (bias).

Adapun indikator yang digunakan untuk masing-masing dimensi kualitas

informasi akuntansi manajemen adalah sebagai berikut :

1) Relevan (relevance), terdiri dari :

a) Sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan (McLeod & Schell,

2007: 65; Hall, 2011: 13; Marakas & O’Brien, 2013: 416; Romney &

Steinbart, 2015: 30; Stair & Reynolds, 2016: 8).

b) Sesuai dengan masalah yang dihadapi (McLeod & Schell, 2008: 43).

2) Cakupan (scope) terdiri dari :

a) Informasi eksternal (Hoque, 2004: 8; Heidmann, 2008: 82; Marakas &

O’Brien, 2013: 416).

b) Informasi nonkeuangan (Hoque, 2004: 8; Heidmann, 2008: 82).

c) Informasi yang berorientasi pada masa depan (Hoque, 2004: 8;

Heidmann, 2008: 82).

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

68

3) Tepat waktu (timeliness), terdiri dari :

a) Informasi tersedia pada saat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

(McLeod & Schell, 2007: 65; Heidmann, 2008: 85; Hall, 2011: 14;

Marakas & O’Brien, 2013: 416; Romney & Steinbart, 2015: 30; Laudon

& Laudon , 2016: 505).

b) Informasi rutin/periodik tersedia sesuai jadwal yang ditentukan

(Heidmann, 84-85; Hall, 2011: 14).

4) Akurat (accuracy), terdiri dari :

a) Sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (McLeod & Schell, 2007: 65;

Heidmann, 2008: 86; Laudon & Laudon , 2016: 505).

b) Bebas dari kesalahan atau bias (Heidmann, 2008: 86; Hall, 2011: 14;

Marakas & O’Brien, 2013:416: Stair & Reynolds, 2016: 8).

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kualitas Sistem

Informasi Akuntansi Manajemen

Lingkungan dimana perusahaan beroperasi harus dipertimbangkan ketika

merencanakan sistem informasi akuntansi manajemen (Laudon & Laudon, 2016:

125). Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan instrumen kunci

environmental scanning, yang membantu manajemen mengidentifikasi perubahan

lingkungan yang memerlukan respons organisasi (Laudon & Laudon, 2016: 118-

119). Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap sistem informasi

akuntansi manajemen (Azhar Susanto, 2013: 29). Memiliki sistem informasi

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

69

akuntansi manajemen yang dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi

lingkungan merupakan kunci keunggulan bersaing (Stair & Reynolds, 2012: 37).

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sistem

informasi akuntansi manajemen (Eldenburg, et al., 2011: 7). Hal senada

dikemukakan Weetman (2010: 5) yang menyatakan bahwa sistem informasi

akuntansi manajemen dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian pula dengan Atrill

& McLaney (2009: 33) yang menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi

manajemen telah berubah untuk merespons perubahan-perubahan yang terjadi

pada lingkungan bisnis.

Perubahan-perubahan yang dramatis pada lingkungan bisnis secara

signifikan berpengaruh terhadap sistem informasi akuntansi manajemen (Drury,

2012: 4). Sistem informasi akuntansi manajemen harus responsif terhadap

perubahan lingkungan yang cepat (Gowthorpe, 2008: 12). Untuk itu sistem

informasi akuntansi manajemen harus dirancang guna menghadapi kondisi

lingkungan yang dicirikan oleh kompleksitas, ketidakpastian dan turbulensi

(Coombs, et al., 2005: 15).

Beberapa hasil penelitian terdahulu menyediakan bukti empiris tentang

pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen. Gordon & Narayanan (1984) menemukan bukti bahwa kualitas

sistem informasi akuntansi manajemen merupakan fungsi dari ketidakpastian

lingkungan pada 34 perusahaan di Kansas dan Missouri, USA. Sementara

Ghazemi, et al. (2015) menemukan bukti bahwa kualitas sistem informasi

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

70

akuntansi manajemen berubah secara dinamis sesuai dengan perubahan

lingkungan pada 120 perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange di Iran.

Chenhall & Morris (1986) menunjukkan adanya pengaruh ketidakpastian

lingkungan terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada 36

perusahaan manufaktur di Australia. Pengaruh yang sama juga ditemukan Gul &

Chia (1994) pada perusahaan yang terdaftar pada otoritas telekomunikasi di

Singapura. Berdasarkan studi kasus pada 7 perusahaan di Lithuania, Strumickas &

Valanciene (2010) menunjukkan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen pada 7 perusahaan di Lithuania sangat dipengaruhi oleh

ketidakpastian lingkungan. Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kualitas

sistem informasi akuntansi manajemen juga ditemukan Chiou (2011) pada

perusahaan publik di Taiwan dan Hammad, et al. (2013) pada 50 sakit rumah

sakit di Iran serta Hoque (2014) pada 34 perusahaan manufaktur di Australia.

Agbejule (2005) menemukan bahwa ketidakpastian lingkungan

berinteraksi dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada 11

perusahaan di Finlandia. Sedangkan Chong & Chong (1997) menunjukkan bahwa

ketidakpastian lingkungan eksternal merupakan anteseden penting bagi kualitas

sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan manufaktur di Australia.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kualitas sistem informasi

akuntansi manajemen.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

71

2.2.2 Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kualitas Sistem Informasi

Akuntansi Manajemen

Struktur organisasi merupakan faktor fundamental yang dipertimbangkan

dalam manajemen strategis sistem informasi akuntansi manajemen (Clarke, 2001:

131). Hal senada dikemukakan Kendall & Kendall (2011: 46) yang menyatakan

bahwa salah satu faktor yang dipertimbangkan ketika menganalisis dan

merancang sistem informasi akuntansi manajemen adalah struktur organisasi

(berbagai level manajemen). Demikian pula dengan Laudon & Laudon (2016:

125) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dipertimbangkan ketika

merancang sistem informasi akuntansi manajemen adalah struktur organisasi.

Struktur organisasi bisa berdampak langsung terhadap sistem informasi

akuntansi manajemen (Stair & Reynolds, 2010: 48). Selanjutnya dikatakan bahwa

penggunaan sistem informasi akuntansi manajemen sangat dipengaruhi oleh

struktur organisasi (Stair & Reynolds, 2010: 74). Karena itu dikatakan bahwa

sistem informasi akuntansi manajemen yang ada dalam perusahaan merefleksikan

struktur organisasi yang digunakan perusahaan (Laudon & Laudon, 2016: 119).

Menurut Eldenburg, et al. (2011: 7), faktor utama yang mempengaruhi

sistem informasi akuntansi manajemen adalah struktur organisasi. Pendapat

senada dikemukakan Riahi-Belkaoui (2002: 140) yang menyatakan bahwa sistem

informasi akuntansi manajemen yang efisien dipengaruhi oleh struktur organisasi.

Hal ini dipertegas Emmanuel, et al. (1990: 38) yang menyebutkan bahwa sistem

informasi akuntansi manajemen terbukti dipengaruhi oleh struktur organisasi.

Demikian juga dengan Bhimani, et al. (2008: 24) yang menyatakan bahwa

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

72

perubahan struktur organisasi akan mendorong sistem informasi akuntansi

manajemen untuk merubah fokus informasi yang dihasilkannya. Secara lebih

teknis, Weetman (2010: 411) menyatakan bahwa kerangka kerja pelaporan

informasi akuntansi manajemen harus diintegrasikan dengan struktur organisasi

sehingga tanggung jawab dapat diidentifikasikan dengan tepat.

Beberapa hasil penelitian terdahulu menyediakan bukti empiris tentang

pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen. Gordon & Narayanan (1984) menemukan adanya korelasi antara

struktur organisasi dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada

34 di Missouri dan Kansas, USA. Cassia, et al. (2005) juga menemukan adanya

korelasi antara struktur organisasi dengan kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen pada 501 perusahaan Itali. Demikian pula Soobaroyen &

Poorundersing (2008) yang menemukan adanya hubungan positif antara struktur

organisasi dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada

perusahaan-perusahaan di Mauritius.

Chenhal & Morris (1986) menemukan adanya pengaruh struktur

organisasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada 36

perusahaan manufaktur di Australia. Sementara Gul & Chia (1994) menemukan

adanya pengaruh struktur organisasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen pada perusahaan-perusahaan di Singapura. Selanjutnya Moores &

Yuen (2001) menemukan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi manajemen

dipengaruhi oleh struktur organisasi pada industri pakaian dan alas kaki di

Australia.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

73

Sementara Strumickas & Valanciene (2010) menunjukkan bahwa

kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada 7 perusahaan di Lithuania

sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi. Demikian pula dengan Hammad, et

al. (2013) yang menemukan bahwa struktur organisasi merupakan faktor esensial

bagi kualitas sistem informasi akuntansi manajemen pada 50 rumah sakit di Iran.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

struktur organisasi berpengaruh terhadap kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen.

2.2.3 Pengaruh Kompetensi Pengguna Sistem Informasi terhadap

Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Para pengguna sistem informasi dengan kompetensi yang dimilikinya

merupakan komponen penting dari suatu sistem informasi akuntansi manajemen

(Romney & Steinbart, 2015: 36). Pendapat senada dikemukakan Hall (2011: 10)

yang menyatakan bahwa kompetensi pengguna sistem informasi merupakan

elemen penting dalam pengimplementasian sistem informasi akuntansi

manajemen. Suatu sistem informasi akuntansi manajemen tidak dapat

memberikan manfaat bagi organisasi jika para penggunanya gagal untuk

mengkontribusikan kompetensi mereka dalam mengimplementasikan sistem

informasi akuntansi manajemen tersebut (O’Brien & Marakas, 2010: 69).

Jika sistem informasi akuntansi manajemen dianggap memiliki peran

strategis bagi suatu perusahaan, maka perusahaan harus mengembangkan dan

memelihara suatu tingkat kompetensi pengguna yang tinggi tentang bagaimana

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

74

mengelola dan menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen tersebut

(Ward & Peppard, 2002: 391). Hal ini karena kompetensi pengguna sistem

informasi akuntansi manajemen berkontribusi terhadap efektifitas dan efisiensi

sistem informasi akuntansi manajemen dalam merealisasikan sasaran-sasaran

perusahaan (Riahi-Belkaoui, 2002: xi). Karena itu dikatakan bahwa kompetensi

pengguna sistem informasi memiliki beberapa hasil positif dalam pengoperasian

sistem informasi akuntansi manajemen (Loudon & Loudon, 2016: 590).

Beberapa hasil penelitian terdahulu juga menyediakan bukti empiris

tentang pengaruh kompetensi pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem

informasi akuntansi manajemen. Ilham Hidayah Napitupulu (2015) menunjukkan

bahwa kompetensi pengguna sistem informasi berpengaruh terhadap kualitas

sistem informasi akuntansi manajemen pada perusahaan manufaktur di Medan,

Indonesia. Selanjutnya Lesi Hertati & Wahyudin Zarkasyi (2015) menunjukkan

bahwa kompetensi pengguna sistem informasi merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kualitas sistem informasi pada perusahaan Badan Usaha Milik

Negara di Sumatera Selatan, Indonesia. Madapusi & Ortiz (2014) juga

menunjukkan bahwa kualitas sistem informasi akuntansi manajemen dipengaruhi

oleh kompetensi pengguna sistem informasi pada perusahaan-perusahaan yang

menggunakan ERP Systems di India. Demikian pula dengan Daoud & Triki

(2013) yang menunjukkan bahwa interaksi kompetensi pengguna sistem informasi

dengan kualitas sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan-perusahaan yang menggunakan ERP Systems di Tunisia.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

75

Beydokhti, et al. (2011) menemukan bahwa kompetensi pengguna sistem

informasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas sistem

informasi akuntansi manajemen pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock

Exchange. Selanjutnya Kaasbøll, et al. (2010) menemukan pengaruh kompetensi

pengguna sistem informasi terhadap kualitas sistem informasi akuntansi

manajemen pada perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan di Malawi.

Sementara Al-Adaileh (2009) menunjukkan bahwa kompetensi pengguna sistem

informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistem

informasi akuntansi manajemen pada Jordan Telecom Group, Jordania.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kompetensi pengguna sistem informasi berpengaruh terhadap kualitas sistem

informasi akuntansi manajemen.

2.2.4 Pengaruh Kualitas Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

terhadap Kualitas Informasi Akuntansi Manajemen

Sistem informasi akuntansi manajemen dirancang untuk mengubah

(transform) data keuangan dan data lainnya menjadi informasi akuntansi

manajemen (Bodnar & Hopwood, 2014: 1). Sementara Richardson, et al. (2014:

4) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen mengumpulkan,

memproses dan melaporkan informasi akuntansi manajemen yang berguna dalam

pembuatan keputusan. Selanjutnya Romney & Steinbart (2015: 36) menyatakan

bahwa sistem informasi akuntansi manajemen mengumpulkan, mencatat,

menyimpan, dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk menghasilkan

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

76

informasi akuntansi manajemen bagi pembuat keputusan. Dengan demikian,

tujuan utama dibangunnya sistem informasi akuntansi manajemen adalah untuk

mengolah data akuntansi menjadi informasi akuntansi manajemen yang

diperlukan oleh pemakai untuk mengurangi risiko saat mengambil keputusan

(Azhar Susanto, 2013: 8).

Menurut ACCA (2009: 33), sistem informasi akuntansi manajemen

menyediakan informasi akuntansi manajemen untuk digunakan manajer dalam

organisasi. Hal senada dikemukakan Mowen, et al. (2014: 7) yang menyatakan

bahwa sistem informasi akuntansi manajemen menghasilkan informasi akuntansi

manajemen untuk pengguna internal, seperti manajer, eksekutif, dan karyawan.

Selanjutnya Atrill & McLaney (2009: 21) menyatakan bahwa peran sistem

informasi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi akuntansi

manajemen yang digunakan manajer untuk membuat keputusan.

Kaplan & Atkinson (1989: 1) menyatakan bahwa sistem informasi

akuntansi manajemen menyediakan informasi akuntansi manajemen untuk

membantu manajer dalam melaksanakan aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Sementara Hilton & Platt (2014: 7) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi

manajemen menyediakan informasi akuntansi manajemen kepada manajemen

guna mendukung peran manajemen dalam mengarahkan aktivitas organisasi.

Selanjutnya Riahi-Belkaoui (2002: 9) mengatakan bahwa sistem informasi

akuntansi manajemen bertanggungjawab untuk menghasilkan dan

mendiseminasikan informasi akuntansi manajemen yang dianggap berguna bagi

pembuatan keputusan internal. Demikian pula dengan Hansen & Mowen (2007:

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

77

4) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen menyediakan

informasi akuntansi manajemen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan

spesifik manajemen.

Secara lebih rinci Hansen & Mowen (2007: 4) menyatakan bahwa tujuan

umum sistem informasi akuntansi manajemen, yaitu untuk :

(1) menyediakan informasi untuk penetapan harga pokok jasa,

produk, dan objek lainnya kepada manajemen.

(2) Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian,

evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan.

(3) Menyediakan informasi untuk pembuatan keputusan.

Sementara Mowen at al. (2014: 4) menyatakan bahwa tujuan umum

sistem informasi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi untuk :

(1) Perencanaan berbagai tindakan organisasi.

(2) Pengendalian berbagai tindakan organisasi, dan

(3) Pembuatan keputusan yang efektif.

Informasi akuntansi manajemen yang berkualitas merupakan merupakan

hasil pemrosesan sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas

(Heidmann, 2008: 80). Kualitas informasi akuntansi manajemen ditentukan oleh

seberapa jauh informasi tersebut memenuhi kebutuhan informasi manajer (Atrill

& McLaney, 2009: 17). Informasi akuntansi manajemen yang berkualitas

memiliki karakteristik tertentu yang menjadikannya berguna bagi manajer

(Chenhall & Morris, 1986; Gul & Chia, 1994; Bouwens & Abernethy, 2000;

Heidmann, 2008: 82-86; Heidmann, et al., 2008; Eldenburg, et al., 2011: 10;

William, et al., 2012: 16).

Pernyataan-pernyataan diatas mendapat dukungan bukti empiris dari

beberapa hasil penelitian terdahulu. Gul & Chia (1994) menemukan bukti bahwa

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

78

sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas menghasilkan informasi

akuntansi manajemen yang berkualitas (scope, aggregation) yang dapat

meningkat kinerja manajerial pada perusahaan-perusahaan di Singapura. Gaidienë

& Skyrius (2006) juga menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi

manajemen yang berkualitas menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang

berkualitas (scope, timeliness, aggregation, integration) yang dirasa bermanfaat

oleh manajer pada perusahaan-perusahaan di Lithuania. Demikian pula dengan

Rani & Kidane (2012), mereka menemukan bukti bahwa sistem informasi

akuntansi manajemen yang berkualitas menghasilkan informasi akuntansi

manajemen yang berkualitas (accurate, up to date, completeness, consistency)

yang berguna bagi manajer pada perusahaan percetakan di Ethiopia.

Al-Mawali (2013) menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi

manajemen yang berkualitas menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang

berkualitas (scope) yang mampu meningkatkan kinerja perusahaan manufaktur di

Yordania. Sementara Ghazemi, et al. (2015) menunjukkan bahwa sistem

informasi akuntansi manajemen yang berkualitas mampu menghasilkan informasi

akuntansi manajemen berkualitas (scope) yang mampu meningkatkan kinerja

perusahaan-perusahaan di Iran. Ilham Hidayah Napitupulu (2015) menunjukkan

bahwa sistem informasi akuntansi manajemen yang berkualitas mampu

menghasilkan informasi akuntansi manajemen yang berkualitas yang mampu

memuaskan para manajer para perusahaan manufaktur di Medan, Indonesia.

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

79

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kualitas sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kualitas

informasi akuntansi manajemen.

Berikut adalah gambar atau bagan kerangka pemikiran yang disusun

sebagai dasar untuk mengajukan hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut :

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

80

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120530/2012/120130120053_2_6415.pdfdan merespon lingkungan secara efektif merupakan hal yang esensial bagi

81

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan diatas, maka hipotesis

penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :

a) Ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap kualitas sistem informasi

akuntansi manajemen.

b) Struktur organisasi berpengaruh terhadap kualitas sistem informasi

akuntansi manajemen.

c) Kompetensi pengguna sistem informasi berpengaruh terhadap kualitas

sistem informasi akuntansi manajemen.

d) Kualitas sistem informasi akuntansi manajemen berpengaruh terhadap

kualitas informasi akuntansi manajemen.